• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Perusahaan

4.1.1 PT Gudang Garam Tbk

Perseroan semula bernama PT Perusahaan Rokok Tjap “Gudang Garam” Kediri,didirikan dengan akte Suroso SH, wakil notaries yang sementara di Kediri, tanggal 30 Juni 1971 No. 10, diubah dengan akte-akte ini disetujui oleh Mentri Kehakiman dengan No. 31/1971 dan No 32/1971 tanggal 26 November 1971, dan diumumkan dalam tambahan No. 586 pada Berita Negara No. 104 tanggal 28 Desember 1971. Anggaran dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir dalam rangka penyesuaian dengan Undang- Undang No. 1 tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas dilakukan dengan akte Wachid Hasyim SH, notaris Surabaya, tanggal 19 Juni 1997 No. 58 yang antara lain perubahan nama Perseroan menjadi PT Perusahaan Rokok Tjap Gudang Garam Tbk (PT Gudang Garam Tbk). Akte ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan No. C2.1873 HT.01.04.th.98 tanggal 19 Maret 1998, didaftarkan dengan No. TDP 13111300014 pada Kantor Pendaftaran Perusahaan Kota Madya Kediri, agenda No.17/BH.13.11/VI/1998 tanggal 4 Juni 1998, dan diumumkan dalam tambahan No. 4426 pada Berita Negara No. 62 tanggal 4 Agustus1998.

Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasarnya, Perseroan bergerak dibidang Industri Rokok dan yang terkait dengan industri rokok. Perseroan merupakan kelanjutan dari perusahaan perseorangan yang didirikan tahun 1958. Pada tahun 1969 berubah status menjadi Firma dan pada tahun 1971 menjadi Perseroan Terbatas. Operasi komersial dimulai tahun 1958. Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat Jl. Semampir 11/1 Kediri, Jawa Timur. Kantor perwakilan Jakarta di Jl. Jendral A.Yani 79 Jakarta dan Kantor perwakilan di Surabaya di Jl.Penggenal 7-15 Surabaya, Jawa Timur.

Dengan izin Mentri Keuangan No. Si-126/SHM/KMK.10/1990 tanggal 17 Juni 1990, Perseroan telah melakukan penawaran umum kepada masyarakat melalui pasar modal sejumlah 57.807.800 saham dengan nominal Rp.1000 (Rupiah penuh) per saham. Dengan surat PT Bursa Efek Surabaya No. 372/D-129/BES/VIII/90 tanggal 21 Agustus 1990 telah disetujui untuk dicatatkan di Bursa Efek Surabaya sebanyak 96.204.400 saham Perseroan sejak 27 Agustus 1990. Dengan surat PT Bursa Efek Jakarta No.S-204/BEJ/VI/92 tanggal 24 Juni 1992 telah disetujui untuk dicatatlam di Bursa Efek Jakarta sejumlah saham yang sama. Dengan surat PT Bursa Efek Surabaya No.48/EMTL/LIST/BES/V/94 tanggal 26 Mei 1994 dan surat PT Bursa Efek Jakarta No. S-359/BEJ.I.1/V/1994 tanggal 27 Mei 1994 telah dicatatkan lagi sejumlah 384.817.600 saham Perseroan dikedua Bursa tersebut sehingga seluruh saham Perseroan yang beredar saat itu telah dicatatkan yaitu 481.022.000 saham. Dalam tahun 1996 telah

dilakukan pemecahan nilai nominal saham (stock split) dari Rp.1000 (Rupiah penuh) menjadi Rp.500 (Rupiah penuh) per saham dan penggeluaran suatu saham bonus untuk setiap saham yang beredar sehingga jumlah saham yang beredar bertambah dari 481.022.000 menjadi 1.924.088.000 dengan surat PT Bursa Efek Jakarta No. S-039/BEJ.I.2/0596 tanggal 24 Mei 1996 dan surat PT Bursa Efek Surabaya No. 31/EMT/LIST/BES/V/96 tanggal 27 Mei 1996 seluruh saham perseroan yang beredar, yaitu sebanyak 1.924.088.000 saham, telah dicatatkan dikedua bursa tersebut.

4.1.2 PT HM Sampoerna Tbk

PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. (Perusahaan) didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Oktober 1963 berdasarkan Akta Notaris Anwar Mahajudin, SH, No. 69. Akta Pendirian Perusahaan disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. J.A.5/49/15 tanggal 30 April 1964 serta diumumkan dalam lembaran Berita Negara Republik Indonesia No. 94 tanggal 24 November 1964. Anggaran dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 108 tanggal 18 Juni 2004 dari Dedy Syamri, SH Notaris pengganti Sutjipto, SH., sehubungan dengan penurunan modal ditempatkan dan disetor penuh (catatan 14), yang kemudian diubah dengan Akta No. 82 tanggal 15 Juli 2004 dari Aulia Taufani, SH., Notaris pengganti Sutjipto, SH. Perubahan anggaran dasar ini telah disahkan oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia melalui Surat Keputusan No. C-

20646HT. 01. 04. TH. 2004 tanggal 16 Agustus 2004 dan telah didaftarkan dalam daftar perusahaan pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Surabaya No.085/BH.13.01/Sept/2004 tanggal 8 Semptember 206HT. 01. 04. TH. 2004 tanggal 16 Agustus 2004 dan telah didaftarkan dalam daftar perusahaan pada Departemen Perindustrian dan Perdagangan Kotamadya Surabaya No.085/BH.13.01/Sept/2004 tanggal 8 Semptember 2004.

Ruang lingkup kegiatan Perusahaan meliputi antara lain industry dan perdagangan rokok serta investasi saham pada perusahaan – perusahaan lain. Kegiatan produksi rokok secara komersial telah dimulai pada tahun 1913 di Surabaya sebagai industri rumah tangga. Pada tahun 1930, industri rumah tangga ini diresmikan dengan dibentuknya NVBM Handel Maatschapij Sampoerna. Perusahaan berkududukan di Surabaya, dengan kantor pusat berlokasi di Jl. Rungkut Industri Raya No.18, Surabaya serta memiliki pabrik yang berlokasi di Surabaya, Pandaan dan Malang. Perusahaan juga memliki kantor operasional di Jakarta PT Hanjaya Mandala Sampoerna Tbk. dan anak perusahaan (bersama-sama disebut “Group”) memiliki kurang lebih 39.400 orang dan 40.000 orang karyawan tetap masing-masing pada tanggal 31 Desember 2005 dan 2004. Pada tahun 1990, Perusahaan melakukan penawaran Umum sebanyak 27.0000.000 saham dengan nilai nominal sebesar Rp.1000 (Rupiah Penuh) per saham melalui Bursa Efek Jakarta dan Surabaya dengan harga penawaran sebesar Rp.2.600 (Rupiah penuh) per saham.

Pada tanggal 6 Pebruari 2009, Martin Gray King, Presiden Direktur mengundurkan diri sebagai direktur perusahaan. John Gledhill dinominasikan oleh PT Philip Morris Indonesia, pemegang saham mayoritas, sebagai pengganti Presiden Direktur. Presiden Direktur yang dinominasikan akan dimintakan persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham yang akan diselenggarakan pada tahun 2009.

4.1.3 PT Bentoel Internasional Investama Tbk

PT Bentoel Internasional Investama Tbk, didirikan berdasarkan Akta No. 247 tanggal 11 April 1987 dari Misahardi Wilamarta SH notaris di Jakarta. Akta pendirian tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C2-1219. HT. 01. 01 tahun 1989 tanggal 14 Februari 1989 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 90 tanggal 10 November 1989 tambahan No. 2990/1989. Anggaran Dasar perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan. Perubahan terakhir pada tahun 2001 berdasarkan Akta pernyataan keputusan rapat umum pemegang saham luar biasa perusahaan No. 102 tanggal 30 Mei dari Eliwaty Tjirta SH. notaris di Jakarta. Pemegang saham menyetujui peningkatan modal dasar perusahaan. Akta perusahaan tersebut telah mendapatkan persetujuan dari Menteri Hukum dan Perundang-Undangan Republik Indonesia dengan Surat Keputusan No. C-01751. HT. 01. 04 tahun 2001 tanggal 8 Juni 2001 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 91 tanggal 13 November 2001 tambahan No. 7129/ 2001.

Perusahaan berdomisili di Jakarta dan kantor besar beralamat di Menara Rajawali lantai 23 jalan Mega Kuningan Lot 51 Jakarta 12950. Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan dan tujuan perusahaan antara lain adalah menjalankan usaha dalam bidang perdagangan umum, industri, pembangunan, kehutanan dan jasa. Perusahaan mulai beroperasi secara komersial sejak tahun 1980 yang pada saat itu bergerak dalam bidang industry rotan. Saat ini perusahaan bertindak sebagai induk perusahaan.

4.2 Data Hasil Penelitian

Obyek dari penelitian ini adalah laporan keuangan dari Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada periode 2005 – 2010. Jumlah sampel yang digunakan sebanyak 3 perusahaan rokok yang listing di BEI dari tahun 2005 sampai 2010 (selama 5 tahun ) yaitu :

4. PT Gudang Garam Tbk 5. PT H.M Sampoerna Tbk 6. PT Bentoel Investama Tbk

Berikut data penelitian hasil ringkasan variabel penelitian yang meliputi perputaran piutang, perputaran persediaan, dan rentabilitas untuk 3 perusahaan rokok yang listing di BEI dari tahun 2005 sampai 2010 :

1. Gross Profit Margin (X1)

Gross Profit Margin atau gross margin rasio, yaitu rasio atau pertimbangan antara gross profit (laba kotor) yang diperoleh perusahaan dengan tingkat penjualan yang dicapai pada periode yang sama.

Tabel 4.1

Gross Profit Margin Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2005 – 2010

Tahun Perusahaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) PT. H.M Sampoerna (SGRO) PT Bentoel Investama (RMBA) 2005 0,21 0,30 0,20 2006 0,18 0,29 0,23 2007 0,18 0,29 0,22 2008 0,17 0,33 0,18 2009 0,21 0,33 0,18 2010 0.23 0.2 0.36

Sumber : IDX 2010, Data diolah, Lampiran 1

Berdasarkan pada tabel 4.1, Gross Profit Margin untuk PT Gudang Garam Tbk dari tahun 2005 sampai 2010 memiliki nilai tertinggi sebesar 0.23 pada tahun 2010 Begitu halnya dengan nilai Gross Profit Margin untuk PT. H.M Sampoerna, nilai tertinggi terjadi pada tahun 2008 dan 2009 sebesar 0.33. Dan untuk PT Bentoel Investama, nilai Gross Profit Margin tertinggi terjadi pada tahun 2010 dengan nilai sebesar 0.36.

2. Return On Asset (ROA) (X2)

Return On Asset/ROA rasio yang digunakan untuk mengukur efektivitas kegiatan operasional manajemen dalam mendayagunakan seluruh aktiva perusahaan untuk menghasilkan keuntungan bagi investor dan merupakan indikator keberhasilan manajemen dalam menjalankan kegiatan

operasionalnya. Skala ukur yang digunakan adalah skala rasio dalam satuan persen (%).

Tabel 4.2

Return On Asset Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2005 – 2010 Tahun Perusahaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) PT. H.M Sampoerna (SGRO) PT Bentoel Investama (RMBA) 2005 8,54 19,97 5,87 2006 4,64 27,89 6,20 2007 6,03 23,11 6,29 2008 0,11 0,29 0,54 2009 0,17 0,18 0,20 2010 0,3 0,31 0,44

Sumber : IDX 2010 Data diolah, Lampiran 1

Berdasarkan pada tabel 4.2, Return On Asset untuk PT Gudang Garam Tbk dari tahun 2005 sampai 2010 memiliki nilai tertinggi sebesar 8.54 pada tahun 2005 dan 2005. Nilai Return On Asset untuk PT. H.M Sampoerna, tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 27,89. Dan untuk PT Bentoel Investama, nilai Return On Asset tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan nilai sebesar 6,29.

3. Return On Equity (ROE) (X3)

Rasio ini memperlihatkan sejauh manakah perusahaan mengelola modal sendiri (net equity) secara efektif, mengukur tingkat keuntungan dari investasi yang telah dilakukan pemilik modal sendiri atau pemegang saham perusahaan. Pengukurannya dalam prosentase dan pengukurannya memakai skala rasio.

Tabel 4.3

Return On Equity (ROE) Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2005 – 2010 Tahun Perusahaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) PT. H.M Sampoerna (SGRO) PT Bentoel Investama (RMBA) 2005 14,41 52,08 9,71 2006 7,66 62,00 12,22 2007 10,22 44,94 15,76 2008 0,17 0,40 0,14 2009 0,26 0,23 0,05 2010 0,19 0,62 0,10

Sumber : IDX 2010 Data diolah, Lampiran 1

Berdasarkan pada tabel 4.3, Return On Equity untuk PT Gudang Garam Tbk dari tahun 2005 sampai 2010 memiliki nilai tertinggi sebesar 14,41 pada tahun 2005. Nilai Return On Equity untuk PT. H.M Sampoerna, tertinggi terjadi pada tahun 2006 sebesar 62,00. Dan untuk PT Bentoel Investama, nilai Return On Equity tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan nilai sebesar 15,76.

4. Net Profit Margin (NPM) (X4)

Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukar laba bersih sesudah pajak lalu dibandingkan dengan volume penjualan.

Tabel 4.4

Net Profit Margin (NPM) Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2005 – 2010 Tahun Perusahaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) PT. H.M Sampoerna (SGRO) PT Bentoel Investama (RMBA) 2005 0,08 0,10 0,05 2006 0,04 0,12 0,05

2007 0,05 0,12 0,05

2008 0,06 0,19 0,04

2009 0,10 0,15 0,41

2010 0,11 0,14 0,24

Sumber : IDX 2010 Data diolah, Lampiran 1

Berdasarkan pada tabel 4.4, Net Profit Margin untuk PT Gudang Garam Tbk dari tahun 2005 sampai 2010 memiliki nilai tertinggi sebesar 0,11 pada tahun 2010. Nilai Net Profit Margin untuk PT. H.M Sampoerna, tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar 0,19. Dan untuk PT Bentoel Investama, nilai

Net Profit Margin tertinggi terjadi pada tahun 2009 dengan nilai sebesar 0,41.

5. Pertumbuhan Laba (Y)

Pertumbuhan Laba (Y) diproduksi dengan earning before tax yang merupakan laba usaha sebelum dikurangi bunga modal dan pajak. Dihitung dalam skala rasio dengan teknik perhitungan.

Tabel 4.5

Pertumbuhan Laba Perusahaan Rokok yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada Periode 2005 – 2010 Tahun Perusahaan PT Gudang Garam Tbk (GGRM) PT. H.M Sampoerna (SGRO) PT Bentoel Investama (RMBA) 2005 0.05566 28.4431 -0.94569 2006 -0.4667 -33.6356 -0.9939 2007 0.4323 -0.9391 15.5941 2008 0.30265 1.0435 -0.01555 2009 0.83766 -0.3589 -0.89476 2010 -0.9999 6.7589 -0.97448

Sumber : IDX 2010 Data diolah, Lampiran 1

Berdasarkan pada tabel 4.4, pertumbuhan laba untuk PT Gudang Garam Tbk dari tahun 2005 sampai 2010 memiliki nilai tertinggi sebesar 0.83766 pada

tahun 2009. Nilai pertumbuhan laba untuk PT. H.M Sampoerna, tertinggi terjadi pada tahun 2005 sebesar 28.4431. Dan untuk PT Bentoel Investama, nilai pertumbuhan laba tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan nilai sebesar 15.5941.

4.3. Hasil Uji Asumsi Klasik 4.3.1 Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran (distribusi) normal. Berdasarkan hasil perhitungan uji

kolmogorov smirnov terhadap residual regresi dengan menggunakan program SPSS diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 4.6

Hasil Uji Normalitas Model

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

18 ,0000000 9,42322452 ,212 ,166 -,212 ,898 ,396 N Mean Std. Deviation Normal Parametersa,b

Absolute Positive Negative Most Extreme Differences Kolmogorov-Smirnov Z As ymp. Sig. (2-tailed)

Unstandardiz ed Res idual

Test distribution is Normal. a.

Calculated from data. b.

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Sig. menunjukkan angka sebesar 0.396. Karena nilai Sig. > dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa residual berdistribusi normal. Maka asumsi normalitas terpenuhi.

4.3.2 Multikolinieritas

Uji multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Menguji adanya multikolinieritas dapat dilihat dari nilai VIF (Variance Inflation Factor). Jika nilai VIF lebih besar dari 10, maka variabel tersebut mempunyai persoalan multikolinieritas dengan variabel bebas yang lainnya, sedangkan jika nilai VIF lebih kecil dari 10, maka variabel tersebut tidak memiliki persoalan dengan multikolinieritas. Hasil perhitungan nilai VIF (Variance Inflation Factor) dan matrik korelasi dari variabel independen dapat dilihat pada tabel berikut ini

Tabel 4.7

Nilai Variance Inflation Factor Variabel Bebas

Variabel Nilai VIF

Gross Profit Margin (X1) 1,322

Return On Asset/ROA (X2) 46,755

Return On Equity (ROE) (X3) 47,429

Net Profit Margin (NPM) (X4) 1,200

Sumber: IDX 2010 Lampiran 3, data diolah

Dan hasil perhitungan multikolinearitas dengan melihat nilai VIF, dapat ketahui bahwa untuk semua variabel mempunyai nilai VIF di bawah angka 10. Sehingga hasil uji multikolinearitas dengan VIF menunjukkan

adanya multikolinearitas untuk variable ROA (X2) dan ROE (X3) karena nilai VIF diatas 10, dan tidak adanya multikolinearitas untuk variable GPM (X1) dan NPM (X4) karena nilai VIF dibawah 10.

4.3.3 Uji Heterokedastisitas

Pada regresi linier nilai residual tidak boleh ada hubungan dengan varibel bebas. Hal ini bisa diidentifikasi dengan cara menghitung korelasi rank Spearman antara residual dengan seluruh variabel bebas. Hasil perhitungan adalah sebagai berikut :

Berikut adalah gambar terjadi tidaknya heterokedastisitas : Gambar 4.1 Terjadi Tidaknya Heterokedastisitas

Sumber: Lampiran 3, diolah

Dari gambar 4.1 diketahui bahwa plot atau titik-titik tidak membentuk suatu pola tertentu sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heterokedastisitas. 2 1 0 -1 -2 -3

Regression Standardized Predicted Value

3 2 1 0 -1 -2 -3 -4 R egressi on S tudent iz ed R esi dual

Dependent Variable: Pertumbuhan Laba (Y) Scatterplot

4.3.4 Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi adalah untuk melihat apakah antara anggota pengamatan dalam variabel-variabel bebas yang sama memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Jika ada, maka model kurang akurat dalam memprediksi. Untuk mendeteksi terjadinya autokorelasi dilakukan dengan membandingkan antara nilai Durbin Watson hitung dengan nilai Durbin Watson tabel.

Tabel 4.8 Nilai Durbin Watson

Model Sum ma ryb 3,298a Model 1 Durbin- W atson

Predic tors: (Constant), NPM (X4), ROE (X3), GP M (X1), ROA (X2)

a.

Dependent Variable: Pertumbuhan Laba (Y) b.

Sumber: IDX 2010 Lampiran 3, data diolah

Berdasarkan hasil non autokorelasi atau uji Durbin-Watson diperoleh nilai D-W sebesar 3,298 (d = 3,298). Karena d = 3,298 > du = 1.872 maka tidak terdapat autokorelasi.

4.4 Hasil Analisis

4.4.1 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda

Berdasarkan dari hasil perhitungan, maka diperoleh persamaan regresi linier berganda pada tabel 4.9

Tabel 4.9

Hasil Analisis Regresi Linier Berganda

Model

Unstandardized Coefficients

t hitung Sig

B Std. Error

Constant 8.584 10.992 0.781 0.449

Gross Profit Margin (X1) -4.913 49.949 -0.100 0.922

Return On Asset/ROA (X2) -4.807 2.068 -2.324 0.037

Return On Equity (ROE) (X3) 2.002 0.923 3.413 0.049

Net Profit Margin (Margin

Laba Bersih) (X4) -23.397 31.213 -0.187 0.467

R = 0.568 R Square = 0.322

FHitung = 1.546 Sig. = 0.247

Ftabel = 3.18 ttabel = 2.1199

Sumber: IDX 2010 Lampiran 4, Data Diolah

Berdasarkan hasil perhitungan tersebut diatas, diperoleh persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :

Y = 8.584 – 4.913 X1 – 4.807 X2 + 2.002 X3 – 23.397 + ei

Interprestasi dari model regresi diatas adalah sebagai berikut : 1. Konstanta (β0) sebesar 8.584 menunjukan bahwa apabila variabel

bebas = 0 maka variabel terikat sebesar 8.584.

2. Nilai koefisien Gross Profit Margin (β1) sebesar -4.913 menunjukkan bahwa jika variabel Gross Profit Margin (X1) ditingkatkan, maka akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan laba sebesar 4.913, dengan asumsi variabel lain konstan.

3. Nilai koefisien Return On Asset (β2) sebesar -4.807 menunjukkan bahwa jika variabel Return On Asset (X2) ditingkatkan, maka akan

mengakibatkan penurunan pertumbuhan laba sebesar 4.807, dengan asumsi variabel lain konstan.

4. Nilai koefisien Return On Equity (β3) sebesar 2.002 menunjukkan bahwa jika variabel Return On Equity (X3) ditingkatkan, maka akan mengakibatkan peningkatan pertumbuhan laba sebesar 2.002, dengan asumsi variabel lain konstan.

5. Nilai koefisien Net Profit Margin (β4) sebesar -23.397 menunjukkan bahwa jika variabel Net Profit Margin (X4) ditingkatkan, maka akan mengakibatkan penurunan pertumbuhan laba sebesar 23.397, dengan asumsi variabel lain konstan.

4.4.2 Analisis Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi

Tabel 4.10

Koefisien Korelasi Dan Koefisien Determinasi

Model Summ aryb

,568a ,322 ,114 10,7758695 Model 1 R R Square Adjust ed R Square St d. E rror of the Es timate Predic tors: (Constant), NPM (X4), ROE (X3), GP M (X1), ROA (X2)

a.

Dependent Variable: P ertumbuhan Laba (Y) b.

Sumber: IDX 2010 Lampiran 4, Data Diolah

Nilai koefisien korelasi (R) menunjukkan seberapa erat hubungan antara variabel bebas (variabel Gross Profit Margin (X1), Return On

Asset/ROA (X2), Return On Equity (ROE) (X3), Net Profit Margin (X4)). Nilai tersebut menunjukkan bahwa hubungan variabel Gross Profit Margin (X1),

(X4) dengan variabel pertumbuhan laba adalah sangat erat yang ditunjukkan dengan nilai 0.568.

Nilai koefisien determinasi atau R2 digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel tak bebas atau variabel terikat (Y) yaitu variabel Pertumbuhan Laba. Hasil dari perhitungan diperoleh nilai R2 = 0.322 yang berarti bahwa sebesar 32.2% Pertumbuhan Laba dapat dijelaskan oleh variabel Gross Profit Margin (X1),

Return On Asset/ROA (X2), Return On Equity (ROE) (X3), Net Profit Margin (X4). Sedangkan sisanya 67.8% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model yang diteliti.

4.5 Pengujian Hipotesis

Sehubungan dengan perumusan masalah dan hipotesis penelitian yang diajukan sebagaimana diuraikan pada bagian sebelumnya, maka dapat dijelaskan bahwa variabel-variabel yang mempengaruhi Pertumbuhan Laba (Y) adalah Gross Profit Margin (X1), Return On Asset/ROA (X2), Return On

Equity (ROE) (X3), Net Profit Margin (X4). Dan dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah Pertumbuhan Laba yaitu variabel (Y).

4.5.1 Uji F (Uji Simultan)

Uji serentak (uji F) menunjukkan bahwa seluruh variabel independen yang terdiri dari Gross Profit Margin (X1), Return On Asset/ROA (X2), Return On Equity (ROE) (X3), Net Profit Margin (X4) berpengaruh terhadap Pertumbuhan Laba (Y).

Tabel 4.11

Hasil Perhitungan Uji F

Model Anova Sum of Squares Df Mean Square Fhit

Regression 717,860 4 179,456 1,546

Residual 1509,552 13 116,119

Total 2227,412 17

Sumber: IDX 2010 Lampiran 2, Data Diolah

Langkah-langkah pengujian : 1. Hipotesis

H0 : b1 = b2 = b3 = b4 = 0 artinya variabel X1, X2, X3 dan X4 tidak memberikan pengaruh terhadap variabel terikat (Y). Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ 0 artinya variabel X1, X2, X3 dan X4 memberikan pengaruh terhadap variabel terikat (Y). 2. Besarnya nilai

F tabel = Fα (df regresi, df residual)= Fα (k, n – k – 1 ) F tabel = F0.05 (4, 13) = 3.18

3. Daerah kritis atau daerah penolakan Bila F hitung≥ F tabel, maka H0 ditolak Bila F hitung < F tabel, maka H0 diterima 4. Fhitung = 1,546

Gambar 4.2

Daerah Penerimaan dan Penolakan H0 Uji F

5. Kesimpulan

Karena F hitung < F tabel yaitu 1,546 < 3.18, maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 5 % sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa semua variabel bebas (variabel Gross Profit Margin, Return On Asset/ROA, Return On Equity (ROE), Net Profit Margin) tidak berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat Y (Pertumbuhan Laba ).

4.5.2 Uji t (Uji Parsial)

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang menunjukkan pengaruh secara parsial dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel terikat (tak bebas). Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap pengaruh variabel bebas yang terdapat pada model yang terbentuk untuk mengetahui apakah variabel bebas (X) yang ada dalam model secara parsial mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Y).

Daerah Penerimaan Ho

Daerah Penolakan Ho

FTab = 3.18 FHit = 1,546

Tabel 4.12 Hasil Perhitungan Uji t

Model Anova thitung ttabel

Gross Profit Margin (X1) -0.100 2.1604

Return On Asset/ROA (X2) -2.324 2.1604

Return On Equity (ROE) (X3) 2.170 2.1604

Net Profit Margin (Margin Laba Bersih) (X4) -0750 2.1604 Sumber: IDX 2010 Lampiran 4, Data Diolah

4.5.3 Uji Parsial Antara Variabel Gross Profit Margin (X1) Terhadap

Variabel Pertumbuhan Laba (Y)

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang menunjukkan pengaruh secara parsial variabel Gross Profit Margin (X1) terhadap variabel Pertumbuhan Laba (Y).

Hipotesis :

1. H0 : β1 = 0 (Artinya, variabel Gross Profit Margin (X1) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

Pertumbuhan Laba (Y))

H1 : β1 ≠ 0 (Artinya, variabel Gross Profit Margin (X1) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

Pertumbuhan Laba (Y))

2. α = 0,05/2 = 0.025 dengan df (n - k - 1) = 13 dimana ttabel = 2.1604 3. thitung = -0.100

Gambar 4.3

Kriteria Daerah Penerimaan Atau Penolakan Variabel X1

5. Kesimpulan :

Diperoleh thitung sebesar -0.100 lebih kecil dari ttabel sebesar -2.1604 maka H0 ditolak pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial variabel Gross Profit Margin (X1) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (Y).

4.5.4 Uji Parsial Antara Variabel Return On Asset/ROA (X2) Terhadap

Variabel Pertumbuhan Laba (Y)

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang menunjukkan pengaruh secara parsial variabel Return On Asset/ROA (X2) terhadap variabel Pertumbuhan Laba (Y).

Hipotesis :

1. H0 : β2 = 0 (Artinya, variabel Return On Asset/ROA (X2) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Laba (Y))

2.1604 -2.1604

Daerah Penolakan H0 Daerah Penolakan H

0 Daerah Penerimaan H0

H1 : β2 ≠ 0 (Artinya, variabel Return On Asset/ROA (X2) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Laba (Y))

2. α = 0,05/2 = 0.025 dengan df (n - k - 1) = 13 dimana ttabel = 2.1604 3. thitung = -2.324

4. Pengujian :

Gambar 4.4

Kriteria Daerah Penerimaan Atau Penolakan Variabel X2

5. Kesimpulan :

Diperoleh thitung sebesar -2.324 lebih besar dari ttabel sebesar -2.1604 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial variabel Return On Asset (ROA) (X2) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (Y).

4.5.5 Uji Parsial Antara Variabel Return On Equity (ROE) (X3) Terhadap

Variabel Pertumbuhan Laba (Y)

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang menunjukkan pengaruh secara parsial variabel Return On Equity (ROE) (X3) terhadap variabel Pertumbuhan Laba (Y).

2.1604 -2.1604

Daerah Penolakan H0 Daerah Penolakan H

0 Daerah Penerimaan H0

Hipotesis :

1. H0 : β3 = 0 (Artinya, variabel Return On Equity (ROE) (X3) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Laba (Y))

H1 : β3 ≠ 0 (Artinya, variabel Return On Equity (ROE) (X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel Pertumbuhan Laba (Y))

2. α = 0,05/2 = 0.025 dengan df (n - k - 1) = 13 dimana ttabel = 2.1604 3. thitung = 2.170

4. Pengujian :

Gambar 4.5

Kriteria Daerah Penerimaan Atau Penolakan Variabel X3

5. Kesimpulan :

Diperoleh thitung sebesar 2.170 lebih besar dari ttabel sebesar 2.1604 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial variabel Return On Equity (ROE)

(X3) mempunyai pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (Y).

2.1604 -2.1604

Daerah Penolakan H0 Daerah Penolakan H

0 Daerah Penerimaan H0

4.5.6 Uji Parsial Antara Variabel Net Profit Margin (X4)Terhadap Variabel Pertumbuhan Laba (Y)

Untuk menguji hipotesis digunakan uji t yang menunjukkan pengaruh secara parsial variabel Net Profit Margin (X4) terhadap variabel Pertumbuhan Laba (Y).

Hipotesis :

1. H0 : β4 = 0 (Artinya, variabel Net Profit Margin (NPM) (X4) tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

Pertumbuhan Laba (Y))

H1 : β4 ≠ 0 (Artinya, variabel Net Profit Margin (NPM) (X4) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel

Pertumbuhan Laba (Y))

2. α = 0,05/2 = 0.025 dengan df (n - k - 1) = 13 dimana ttabel = 2.1604 3. thitung = -0.750

4. Pengujian :

Gambar 4.6

Kriteria Daerah Penerimaan Atau Penolakan Variabel X4

2.1604 -2.1604

Daerah Penolakan H0 Daerah Penolakan H

0 Daerah Penerimaan H0

5. Kesimpulan :

Diperoleh thitung sebesar -0.750 lebih keci dari ttabel sebesar -2.1604 maka H0 diterima pada tingkat signifikansi 5% sehingga kesimpulannya secara parsial variabel NPM (X4) tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Pertumbuhan Laba (Y).

4.5.7 Koefisien Korelasi Parsial

Nilai korelasi parsial (r) menunjukkan berapa erat hubungan antara variabel bebas yang meliputi variabel GPM, ROA, ROE, dan NPM dengan variabel Pertumbuhan Laba (Y).

Tabel 4.13

Nilai Koefisien Korelasi Parsial

Variable r r2 Dalam

Persentase

Gross Profit Margin (X1) -0.28 0.078 7.84%

Return On Asset/ROA (X2) -0.542 0.294 29.4%

Return On Equity (ROE) (X3) 0.516 0.266 26.6%

Net Profit Margin (Margin Laba

Bersih) (X4) -0.204

0.042 4.2%

Sumber: IDX 2010 Lampiran 4, Data Diolah

Berdasarkan data yang didapat dilihat pada Tabel 4.14 diatas, terlihat bahwa nilai koefisien determinasi (r2) terbesar adalah untuk variabel

Return On Asset (X2) sebesar 0.294, artinya secara parsial variabel Return

Dokumen terkait