• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bagian ini menyimpulkan hasil-hasil yang diperoleh dan saran yang penulis lontarkan secara singkat dan jelas. Saran-saran yang berisiskan gagasan atau pikiran atas dasar hasil pengamatan yaitu saran untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu dari pelaksanaan penelitian yang sama kelak di kemudian hari.

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1 Pengertian Pengangguran

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.

Pengangguran adalah seseorang yang tergolong angkatan kerja dan ingin mendapat pekerjaan tetapi belum dapat memperolehnya. Masalah pengangguran yang menyebabkan tingkat pendapatan nasional dan tingkat kemakmuran masyarakat tidak mencapai potensi maksimal yaitu masalah pokok makro ekonomi yang paling utama.

Pengangguran adalah orang yang masuk dalam angkatan kerja (15 sampai 64 tahun) yang sedang mencari pekerjaan dan belum mendapatkannya, dan orang yang tidak sedang mencari kerja contohnya seperti ibu rumah tangga, siswa yang bersekolah, mahasiswa perguruan tinggi, dan lain sebagainya yang karena sesuatu hal tidak/belum membutuhkan pekerjaan.

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

2.2 Jenis-Jenis Pengangguran

Pada keadaan yang ideal, diharapkan besarnya kesempatan kerja sama dengan besarnya angkatan kerja, sehingga semua angkatan kerja akan mendapatkan pekerjaan. Pada kenyataannya keadaan tersebut sulit untuk dicapai. Umumnya kesempatan kerja lebih kecil dari pada angkatan kerja, sehingga tidak semua angkatan kerja akan mendapatkan pekerjaan, maka timbullah penggangguran.

Pengangguran sering diartikan sebagai angkatan kerja yang belum bekerja atau bekerja secara tidak optimal. Berdasarkan pengertian tersebut, maka pengangguran dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu :

1. Pengangguran Terbuka (Open Unemployment)

Pengangguran terbuka adalah tenaga kerja yang sungguh-sungguh tidak mempunyai pekerjaan. Pengangguran ini terjadi karena belum mendapat pekerjaan tetapi telah berusaha secara maksimal.

2. Pengangguran Terselubung (Disguessed Unemployment)

Pengangguran terselubung adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena suatu alasan tertentu.

Pengangguran terselubung juga dapat terjadi karena terlalu banyaknya tenaga kerja untuk satu unit pekerjaan, padahal dengan mengurangi tenaga kerja tersebut, hingga jumlah tertentu tetap tidak mengurangi jumlah produksi. Pengangguran terselubung bisa juga terjadi karena seseorang yang bekerja tidak sesuai dengan bakat dan kemampuannya, akhirnya bekerja tidak optimal. Contoh:

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

Misalkan pada sebuah perusahaan bagian pengepakan barang produksi terdapat 10 orang karyawan untuk mengepak barang tersebut. Padahal sebenarnya dengan 5 orang karyawan sudah cukup untuk menyelesaikan tugas tersebut. Akibatnya para pegawai tersebut bekerja tidak optimal dan bagi kantor tentu merupakan suatu pemborosan.

3. Setengah Menganggur (Under Unemployment)

Setengah menganggur ialah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada pekerjaan untuk sementara waktu.

Ada juga yang mengatakan setengah menganggur adalah tenaga kerja yang tidak bekerja secara optimal karena tidak ada lapangan pekerjaan, biasanya kurang dari 35 jam selama seminggu.

Misalnya, seorang buruh bangunan telah menyelesaikan tugasnya mendirikan sebuah bangunan, maka dia akan menganggur sampai ada lagi bangunan yang akan didirikan. Contoh lainnya penggali kuburan.

Jika dilihat dari penyebabnya, pengangguran dapat dikelompokkan menjadi : a. Pengangguran Friksional (Frictional Unemployment)

Pengangguran friksional adalah pengangguran yang sifatnya sementara yang disebabkan adanya kendala waktu, informasi dan kondisi geografis antara pelamar kerja dengan pembuka lamaran pekerjaan.

Pengangguran ini muncul akibat adanya ketidaksesuaian antara pemberi kerja dan pencari kerja. Pengangguran ini sering disebut pengangguran sukarela. Pengangguran ini juga timbul karena perpindahan orang-orang dari satu daerah

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

ke daerah lain, dari satu pekerjaan ke pekerjaan yang lain dan karena tahapan siklus hidup yang berbeda.

Misalnya seorang yang berhenti dari kerjaan yang lama, dan mencari kerjaan yang baru dan yang lebih baik.

b. Pengangguran Musiman (Seasonal Unemployment)

Pengangguran musiman adalah keadaan menganggur karena adanya fluktuasi kegiaan ekonomi jangka pendek yang menyebabkan seseorang harus menganggur. Pengangguran musiman terjadi karena adanya perubahan musim. Misalnya, penjual durian berjualan (bekerja) pada saat musim durian saja, jika tidak musimnya mereka menganggur. Contoh lainnya petani yang menunggu musim tanam.

Cara mengatasi pengangguran musiman :

• Pemberian informasi yang cepat jika ada lowongan kerja di sektor lain

• Melakukan pelatihan di bidang keteramplian lain untuk memanfaatkan waktu ketika menunggu musim tertentu.

c. Pengangguran Politis

Pengangguran ini terjadi karena adanya peraturan pemerintah yang secara langsung atau tidak, mengakibatkan pengangguran.

Misalnya penutupan bank-bank bermasalah sehingga menimbulkan PHK. d. Pengangguran Teknologi

Pengangguran teknologi adalah pengangguran yang terjadi akibat perubahan atau penggantian tenaga manusia menjadi tenaga mesin-mesin.

Misalnya pengepakan barang yang dulunya dikerjakan manusia sekarang sudah dapat digantikan oleh mesin.

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

e. Pengangguran Struktural

Pengangguran struktural adalah pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan struktur ekonomi dan corak ekonomi dalam jangka panjang. Pengangguran ini terjadi karena adanya perubahan dalam struktur perekonomian yang menyebabkan kelemahan di bidang keahlian lain.

Pengangguran ini disebabkan :

• Akibat permintaan berkurang

• Akibat kemajuan dan penggunaan teknologi

• Akibat kebijakan pemerintah

Untuk mengatasi pengangguran jenis ini, cara yang digunakan adalah : 1. Peningkatan mobilitas modal dan tenaga kerja

2. Segera memindahkan kelebihan tenaga kerja dari tempat dan sektor yang kelebihan ketempat dan sektor ekonomi yang kekurangan

3. Mengadakan pelatihan tenaga kerja untuk mengisi formasi kesempatan (lowongan) kerja yang kosong, dan

4. Segera mendirikan industri padat karya di daerah yang mengalami pengangguran.

Contoh: Suatu daerah yang tadinya agraris (pertanian) menjadi daerah industri, maka tenaga bidang pertanian akan menganggur.

f. Pengangguran Siklikal atau Siklus atau Konjungtural

Pengangguran siklus adalah pengangguran yang diakibatkan oleh menurunnya kegiatan perekonomian (resesi). Pengangguran siklus ini disebabkan oleh kurangnya permintaan masyarakat (aggrerat demand).

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

Contoh: Di suatu perusahaan ketika maju, butuh tenaga kerja baru untuk perluasan usaha. Sebaliknya ketika usahanya mulai mengalami kemunduran maka akan terjadi pemecatan tenaga kerjanya.

Pengangguran ini dapat diatasi dengan cara:

• Mengarahkan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa

• Meningkatkan daya beli masyarakat g. Pengangguran Deflatoir

Pengangguran deflatoir disebabkan tidak cukup ketersediaan lapangan pekerjaan dalam perekonomian secara keseluruhan, atau karena jumlah tenaga kerja lebih besar dari kesempatan kerja, maka timbulah pengangguran.

2.3 Sebab-Sebab Terjadinya Pengangguran

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pengangguran adalah sebagai berikut: 1. Penduduk yang relatif banyak.

Banyaknya penduduk pada suatu wilayah dapat mengakibatkan pengangguaran, jika lapangan pekerjaan yang tersedia tidak sesuai dengan banyaknya penduduk.

2. Pendidikan dan keterampilan yang rendah

Angkatan kerja yang tidak mempunyai keterampilan sulit mendapatkan pekerjaan.

3. Besarnya angkatan kerja tidak seimbang dengan kesempatan kerja

Ketidakseimbangan terjadi apabila jumlah angkatan kerja lebih besar daripada kesempatan kerja yang tersedia.

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

4. Kebutuhan jumlah dan jenis tenaga terdidik dan penyedia tenaga terdidik tidak seimbang

Apabila kesempatan kerja jumlahnya sama atau lebih besar dari pada angkatan kerja, pengangguran belum tentu tidak terjadi. Karena belum tentu terjadi kesesuaian antara tingkat pendidikan yang dibutuhkan dan yang tersedia. Ketidakseimbangan tersebut mengakibatkan sebagian tenaga kerja yang ada tidak dapat mengisi kesempatan kerja yang tersedia.

5. Penyediaan dan Pemanfaatan Tenaga Kerja antar daerah tidak seimbang

Jumlah angkatan kerja disuatu daerah mungkin saja lebih besar dari kesempatan kerja, sedangkan di daerah lainnya dapat terjadi keadaan sebaliknya. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan perpindahan tenaga kerja dari suatu daerah ke daerah lain, bahkan dari suatu negara ke negara lainnya. 6. Angkatan kerja yang tidak dapat memenuhi persyaratan yang diminta dunia

kerja

7. Teknologi yang semakin modern

8. Adanya lapangan kerja yang dipengaruhi musiman

9. Ketidakstabilan perekonomian, politik, dan keamanan suatu negara 10.Struktur lapangan kerja tidak seimbang.

2.4 Dampak Pengangguran

2.4.1 Terhadap Suatu Negara

Tujuan akhir pembangunan ekonomi suatu negara pada dasarnya adalah meningkatkan kemakmuran masyarakat dan pertumbuhan ekonomi agar stabil dan

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

dalam keadaan naik terus. Jika tingkat pengangguran di suatu negara relatif tinggi, hal tersebut akan menghambat pencapaian tujuan pembangunan ekonomi yang telah dicita-citakan.

Hal ini terjadi karena pengganguran berdampak negatif terhadap kegiatan perekonomian, seperti yang dijelaskan di bawah ini:

1. Pengangguran bisa menyebabkan masyarakat tidak dapat memaksimalkan tingkat kemakmuran yang dicapainya. Hal ini terjadi karena pengangguran bisa menyebabkan pendapatan nasional riil (nyata) yang dicapai masyarakat akan lebih rendah dari pada pendapatan potensial (pendapatan yang seharusnya). Oleh karena itu, kemakmuran yang dicapai oleh masyarakat pun akan lebih rendah.

2. Pengangguran akan menyebabkan pendapatan nasional yang berasal dari sektor pajak berkurang. Hal ini terjadi karena pengangguran yang tinggi akan menyebabkan kegiatan perekonomian menurun sehingga pendapatan masyarakat pun akan menurun. Dengan demikian, pajak yang harus dibayar dari masyarakat pun akan menurun. Jika penerimaan pajak menurun, dana untuk kegiatan ekonomi pemerintah juga akan berkurang sehingga kegiatan pembangunan pun akan terus menurun.

3. Pengangguran tidak menggalakkan pertumbuhan ekonomi. Adanya pengangguran akan menyebabkan daya beli masyarakat akan berkurang sehingga permintaan terhadap barang-barang hasil produksi akan berkurang. Keadaan demikian tidak merangsang kalangan Investor (pengusaha) untuk

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

melakukan perluasan atau pendirian industri baru. Dengan demikian tingkat investasi menurun sehingga pertumbuhan ekonomipun tidak akan terpacu. 4. Pengangguran secara tidak langsung berkaitan dengan pendapatan nasional.

Tingginya jumlah pengangguran akan menyebabkan turunnya produk domestik bruto (PDB), sehingga pendapatan nasional pun akan mengalami penurunan.

5. Pengangguran akan menghambat investasi, karena jumlah tabungan masyarakat ikut menurun.

6. Pengangguran akan menimbulkan menurunnya daya beli masyarakat, sehingga akan mengakibatkan kelesuan dalam berusaha.

2.4.2 Terhadap Individu dan Masyarakat

Berikut ini merupakan dampak negatif pengangguran terhadap individu yang mengalaminya dan terhadap masyarakat pada umumnya:

1. Pengangguran dapat menghilangkan mata pencaharian 2. Pengangguran dapat menghilangkan ketrampilan

3. Pengangguran akan menimbulkan ketidakstabilan sosial politik 4. Perasaan rendah diri

5. Gangguan keamanan dalam masyarakat, sehingga biaya sosial menjadi meningkat.

2.5 Pengaruh Negatif Penganguran

Dari sekian banyak dampak dari pengangguran,baik terhadap perekonomian negara maupun terhadap individu yang mengalaminya dan masyarakat, ternyata

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

pengangguran juga memiliki pengaruh yang negatif. Diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Tingginya tingkat kejahatan di suatu wilayah maupun negara b. Tingginya tingkat kemiskinan

c. Perekonomian sulit berkembang d. Tingkat pendidikan rendah

e. Sumber daya manusia yang rendah.

BAB 3

SEJARAH SINGKAT

BADAN PUSAT STATISTIK (BPS)

3.1 Sejarah Badan Pusat Statistik (BPS)

Tahun1968, ditetapkan Peraturan Pemerintah No.16 tahun 1968, yang mengatur Organisasi dan Tata Kerja BPS (di Pusat dan Daerah).

Tahun 1980, ditetapkan Peraturan Pemerintah No.6 tahun 1980, tentang Organisasi BPS sebagai pengganti PP No.16 tahun 1968. Berdasarkan PP No. 6/1980

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

di setiap Provinsi terdapat kantor statistik dengan nama Kantor Statistik Provinsi dan begitu juga di setiap Kabupaten/ Kotamadya terdapat kantor statistik dengan nama Kantor Statistik Kabupaten/Kotamadya.

Dengan demikian mulai saat itu Kantor Statistik Provinsi secara resmi ada diseluruh Indonesia, tidak terkecuali di Provinsi Sumatera Utara dengan nama Kantor Statistik Provinsi Sumatera Utara. Demikian juga untuk Kabupaten/Kotamadya seluruh Provinsi Sumatera Utara berdiri Perwakilan BPS Kantor Statistik Kabupaten/Kotamadya pada saat itu.

Tahun 1992, ditetapkan Peraturan Pemerintah No.2 tahun 1992, tentang Organisasi BPS sebagai pengganti PP No. 6/1980. Kedudukan , tugas, fungsi, susunan organisasi , dan tata kerja Biro Pusat Statistik selanjutnya diatur dengan Keputusan Presiden.

Tahun 1997, ditetapkan Undang-undang No. 16 Tahun 1997 tentang Statistik sebagai pengganti Undang No.6 Tahun 1960 tentang Sensus dan Undang-undang No.7 Tahun 1960 tentang Statistik.

Tahun 1998, ditetapkan Keputusan Presiden no. 86 Tahun 1998 tentang Badan Pusat Statistik sebagai pengganti Keputusan Presiden No.6 Tahun 1992 tentang Kedudukan, tugas, fungsi, susunan organisasi dan tata kerja Biro Pusat Statistik. Berdasarkan Keputusan Presiden ini "Kantor Statistik Provinsi Sumatera Utara" berubah menjadi Badan Pusat Statistik (Bps) Provinsi Sumatera Utara

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

3.1.1 Masa Pemerintahan Hindia Belanda

Pada bulan Februari 1920 di kantor Statistik untuk pertama kalinya didirikan oleh Direktur Pertanian, Kerajinan dan Perdagangan dan berkedudukan di Bogor. Kantor ini diserahii tugas untuk megolah dan mempublikasikan data statistik.

Pada bulan Maret 1923 dibentuk suatu komisi yang bernama Komisi untuk Statistik yang anggotanya merupakan wakil dari tiap – tiap departemen. Komisi tersebut diberi tugas untuk merencanakan tindakan – tindakan yang mengarah sejauh mungkin untuk mencapai kesatuan dalam kegiatan di bidang statistik di Indonesia. Selain dari itu, Komisi ini mengurus terutama bagian statistik yang dimuat di dalam Laporan Indonesia yang sebelumnya disebut Laporan Kolonial.

Pada bulan September 1924 nama lembaga tersebut diganti menjadi Kantor Pusat Statistik dan dipidahkan ke Jakarta, bersamaan dengan itu beralih pula pekerjaan Statistik Perdagangan yang sekarang disebut Kantor Bea Cukai. Kantor Pusat Statistik selain mencakup bidang administrasi mencakup juga bagian yang menangani Urusan Umum, Statistik Perdagangan, Statistik Pertanian, Statistik Kerajinan, Statistik Konjungtor. Statistik Sosial. Kegiatan statistik pada era ini diarahkan untuk mendukung kebijakkan yang ditempuh oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Komisi ini juga pernah melakukan suatu kegiatan statistik yang bersifat monumental yaitu Sensus Penduduk 1930, yang merupakan sensus penduduk pertama kali dilakukan di Indonesia.

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

3.1.2 Masa Pemerintahan Jepang

Pada Juni 1942 Pemerintah Jepang baru mengaktifkan kembali kegiatan statistik yang utamanya diarahkan untuk memenuhi kebutuhan perang/militer. Dan tugas serta fungsi kegiatan statistik pada saat ini lebih terkonsentrasi untuk keperluan militer.

3.1.3 Masa Pemerintahan RI

Setelah Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 kegiatan statistik ditangani oleh lembaga baru yaitu Kantor Penyelidikan Perangkaan Umum Republik Indonesia (KAPPURI). Perkembangan berikutnya KAPPURI dilebur menjadi Kantor Pusat Statistik (KPS) dan berada di bawah dan bertanggungjawab kepada Menteri Kemakmuran.

Dengan Keputusan Presiden RI Nomor 172 Tahun 1957, terhitung mulai 1 Juni 1957 KPS diubah menjadi Biro Pusat Statistik, dan urusan statistik yang semula menjadi tanggung jawab dan wewenang Menteri Perekonomian dialihkan menjadi wewenang dan berada di bawah Perdana Menteri. Berdasarkan Keppres ini pula secara formal nama Badan Puasat Statistik dipergunakan.

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

Seiring dengan perkembangan zaman, khususnya pada pemerintahan Orde Baru, untuk memenuhi kebutuhan dalam perencanaan dan evaluasi pembangunan, mutlak dibutuhkan data statistik. Untuk mendapatkan data secara tepat dan akurat, salah satu unsurnya adalah pembenahan organisasi BPS.

Dalam masa Orde Baru ini, BPS telah mengalami empat kali perubahan struktur organisasi :

1. Peraturan pemerintah No.16 tahun 1980 tentang organisasi BPS. 2. Peraturan pemerintah No.6 tahun 1980 tentang organisasi BPS.

3. Peraturan pemerintah No.2 tahun 1992 tentang kedudukan, tugas, fungsi, susunan dan tata kerja BPS.

4. Undang – undang No.16 tahun 1997 tentang statistik. 5. Keputusan Presiden RI No.86 tahun 1998 tentang BPS.

6. Keputusan Kepala BPS No.100 tahun 1998 tentang organisasi dan tata kerja BPS.

7. PP 51 tahun 1998 tentang penyelenggaraan statistik.

Tahun 1968, ditetapkan peraturan pemerintah No.16 tahun 1968 yaitu yang mengatur organisasi dan tata kerja di pusat dan daerah. Tahun 1980, peraturan pemerintah No.6 tahun1980 tentang organisasi sebagai pengganti peraturan pemerintah No.16 tahun 1968. Berdasarkan peraturan pemerintah No.6 tahun 1980 di tiap provinsi terdapat perwakilan BPS dengan nama kantor statistik provinsi dan di kabupaten atau kotamadya terdapat cabang perwakilan BPS dengan nama kantor statistik kabupaten atau kotamadya. Pada tanggal 19 Mei 1997 menetapkan tentang statistik sebagai pengganti UU No.6 dan 7 tentang sensus dan statistik. Pada tanggal

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

17 Juli 1998 dengan keputusan presiden RI No. 89 tahun 1998, ditetapkan BPS sekaligus mengatur tata kerja dan struktur organisasi BPS yang baru.

3.2 Visi dan Misi

Adapun visi Badan Pusat Statistik adalah menjadi sumber informasi statistik sebagai tulang punggung informasi pembangunan nasional dan regional, didukung sumber daya manusia yang berkualitas, ilmu pengetahuan dan teknologi informasi yang muktahir.

Sedangkan misi Badan Pusat Statistik adalah untuk menjunjung pembangunan nasional, BPS mengembangkan misi mengarahkan pembangunan statistik pada penyediaan data statistik yang handal dan bermutu, efektif dan efesien, peningkatan kesadaran masyarakat akan arti dan kegunaan statistik dan pembangunan ilmu statistik.

3.3 Kedudukan dan Fungsi Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik sebagai lembaga pemerintah non departemen yang berada di bawah dan bertanggungjawab kepada presiden (Keppres No.86 tahun 1998), dalam melaksanakan tugasnya berdasarkan beberapa ketentuan perundangan :

1. UU No.16 tentang statistik.

2. Keputusan presiden No.86 tahun 1998 tentang BPS.

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

Berdasarkan keputusan presiden No. 86 tahun 1998 dalam menyelenggarakan statistik dasar melaksanakan koordinasi dan kerja sama serta mengembangkan dan membina statistik sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku. Fungsi yang diselenggarakan Badan Pusat Statistik adalah :

1. Perumusan kebijaksanaan perencanaan, pengumpulan, pengolahan, penyajian data, dan analisis di bidang statistik produksi dan kependudukan serta bidang statistik distribusi dan neraca nasional.

2. Pembinaan dan pelaksanaan koordinasi kegiatan statistik dengan departemen dan instansi lainnya dalam mengembangkan berbagai jenis statistik yang diperlukan, serta pelaksanaan kerjasama di bidang statistik dengan lembaga/organisasi lain baik di dalam maupun luar negeri.

3. Penyajian data kepada pemerintah dan masyarakat dari hasil kegiatan statistik produksi dan kependudukan serta statistik distribusi dan neraca nasional secara berkala baik dari hasil penelitian maupun dari data sekunder.

4. Penyebarluasan ststistik melalui berbagai cara baik langsung maupun tidak langsung.

5. Pengolahan keuangan, kepegawaian dan organisasi, perlengkapan dan perbekalan, serta memberikan pelayanan administrasi di lingkungan BPS.

3.4 Tata Kerja Badan Pusat Ststistik

Para deputi wajib melaksanakan koordinasi dan kerja sama teknis statistik di dalam dan luar negeri sesuai dengan bidang tugas masing – masing dan harus melaporkan

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

kepada kepala BPS. Dalam melaksanakan tugasnya wajib menerapkan prinsip koordinasi, integrasi, sibronisasi dan sinlifiksi, baik dalam lingkungan masing – masing antara satuan unit organisasi di lingkungan BPS maupun dengan instansi lainnya di luar BPS sesuai bidang masing – masing.

3.5 Tugas BPS

Menurut Keputusan Presiden RI No.6 tahun 1992 tugas BPS adalah :

1. Melakukann kegiatan statistik yang ditugaskan kepadanya oleh pemerintah, antara lain dibidang pertanian, agraria, pertambangan, perindustrian, perhubungan, perdagangan, sosial, ketenagakerjaan, keuangan, pendapatan nasional, pandidikan, dan keagamaan.

2. Atas nama pemerintah melaksanakan koordinasi di lapangan kegiatan statistik dari segenap instansi pemerintah baik di pusat maupun di daerah dengan tujuan mencegah dilakukannya pekerjaan yang serupa oleh dua atau lebih instansi, memajukan keseragaman dalam penggunaan defenisi, klasifikasi, dan lain – lain.

3. Mengadakan segala daya agar masyarakat menyadari akan tujuan dan kegunaan statistik.

Berdasarkan Keppres ini Kepala berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada presiden serta mempunyai tugas :

1. Memimpin BPS sesuai dengan tugas dan fungsi BPS serta membina aparatur BPS agar berdayaguna dan berhasilguna.

Irena Veronika Damanik : Peramalan Jumlah Pengangguran Di Sumatera Utara Pada Tahun 2010, 2009. USU Repository © 2009

2. Menentukan kebijakan teknis pelaksanaan di bidang statistik yang secara fungsional manjadi tanggung jawabnya sesuai dengan peraturan perundang – undangan yang berlaku serta kebijakan umum yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

3. Membina dan melaksanakan koordinasi dengan departemen dan instansi lainnya dalam mengembangkan berbagai jenis statistik yang diperlukan, serta melaksanakan kerjasama di bidang statistik dengan lembaga/ organisasi lain baik di dalam maupun di luar negeri.

Wakil Kepala BPS berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala BPS serta mempunyai tugas :

1. Membantu Kepala BPS dalam membina dan mengembangkan administrasi BPS agar berdayaguna dan berhasilguna.

2. Membantu Kepala BPS dalam mengkoordinasikan tugas – tugas Deputi, Pusat Pendidikan dan Pelatihan Statistik da Perwakilan BPS di daerah.

3. Mewakili Kepala BPS dalam hal Kepala BPS berhalangan.

Deputi Administrasi mempunyai tugas menyelenggarakan pembinaan pengelolaan keuangan, kepegawaian dan organisasi, perlengkapan dan perbekalan, pengendalian, serta memberikan pelayanan administrasi dilingkungan BPS.

Deputi perencanaan dan analis statistik adalah unsur pelaksana sebagian tugas dan fungsi BPS yang mempunyai tugas penyelenggaraan pembinaan kegiatan

Dokumen terkait