• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan penutup dari bab-bab sebelumnya yang berisi tentang kesimpulan dan saran yang kiranya mendorong Direktorat Jenderal Pajak melakukan pembenahan yang seperlunya.

BAB II

GAMBARAN UMUM

KANTOR PELAYANAN PAJAK TEBING TINGGI

A. Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak Tebing Tinggi

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) sebelumnya bernama Kantor Inspeksi Pajak (KIP) setelah dikeluarkannya Keputusan Menteri Keuangan No.276/KMK/1989 KIP berganti menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 276/KMK.01/1989 Kantor Pelayanan Pajak Tebing Tinggi berdiri secara de jure pada Tanggal 1 April 1989, Tetapi peresmian Kantor Pelayanan Pajak dilakukan pada tanggal 29 Februari 1990. Sebelumnya KPP Tebing-Tinggi beralamat di jalan Dr. kumpulan Pane No. 17 Tebing Tinggi dan pada tanggal 9 Juni 1997 pindah ke jalan Mayjend. Sutoyo No. 32.

Adapun peraturan yang mengatur berdirinya KPP Tebing Tinggi adalah: 1. Keputusan Presiden No. 44/1974.

2. Keputusan Presiden No. 64/1978.

3. Keputusan Presiden No.15/1984 yang telah diubah dengan keputusan Presiden No. 55/1988.

4. Keputusan Menteri Keuangan No. Kep.1321/KMK/1989. 5. Keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 276/KMK/1989. 6. Keputusan Menteri Keuangan No. Kep. 516/KMK/1992.

7. Keputusan Menteri Keuangan No.Kep. 94/KMK/01/1994.

Kantor Pelayanan pajak Tebing Tinggi berdiri sejak tahun 1989 dan termasuk dalam tipe B. Berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan No. 758/KMK/1993 tanggal 3 Agustus 1993 status KPP Tebing Tinggi ditingkatkan lagi menjadi tipe A. Pada tahun tersebut serentak dihapuskannya tipe B bagi KPP di Indonesia dan ditingkatkan menjadi tipe A.

B. Ruang Lingkup Kegiatan Kantor Pelayanan Pajak Tebing Tinggi

Kantor Pelayanan Pajak Tebing Tinggi memiliki Tugas dan fungsi yang sama dengan Kantor Pelayanan Pajak lainnya yakni melaksanakan kegiatan operasional pelayanan perpajakan di bidang PPh, PPN, PPnBM, dan Pajak Tidak langsung Lainnya dalam daerah dan wewenangnya berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Wliyah kerjanya KPP Tebing Tinggi meliputi :

1. Kabupaten Deli Serdang 2. Kabupaten Serdang Bedagai 3. Kota Madya Tebing Tinggi

C. Sruktur Organisasi kantor Pelayanan Pajak Tebing Tinggi

Dalam menjalankan Kegiatan kantor Pelayanan Pajak Tebing Tinggi menggunakan sruktur organisasi garis dan staff, yang dipimpin oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang bertanggung jawab kepada Kepala Kantor Wilayah

I Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Bagian Utara, di mana seluruh pegawainya merupakan Pegawai Negeri Departemen Keuangan Republik Indonesia.

Kantor Pelayanan Pajak Tebing Tinggi terdiri dari: 1. Sub Bagian Umum

Sub Bagian Umum dipimpin oleh seorang Kepala Sub Bagian Umum dan bertugas membantu bagian tata usaha, kepegawaian, keuangan, dan rumah tangga. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Sub Bagian Umum mempunyai fungsi:

a. Pengurusan tata Usaha dan Kepegawaian b. Pengurusan Keuangan

c. Pengurusan Rumah Tangga

Sub Bagian Umum terdiri dari tiga orang Koordinator Pelaksana yaitu: a. Koordinator Pelaksana Tata Usaha kepegawaian, bertugas membantu

urusan Tata Usaha, Kepegawaian dan Laporan.

b. Koordinator Pelaksana Keuangan, bertugas membantu urusan keuangan.

c. Koordinator Pelaksana Rumah Tangga, bertugas membantu urusan rumah tangga dan perlengkapan.

2. Seksi Pengolahan data dan Informasi (PDI)

Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI) dipimpin oleh seorang Kepala Seksi dan mempunyai tugas melakukan urusan pengolahan data dan

penyajian informasi, penggalian potensi perpajakan perpajakan dan ekstentifikasi Wajib Pajak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut.

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai fungsi: a. Pengumpulan dan Pengolahan Data

b. Penyajian informasi

c. Penggalian Potensi Perpajakan d. Ekstentifikasi Wajib Pajak

Seksi Pengolahan Data dan Informasi terdiri dari tiga orang Koordinator Pelaksana yaitu:

a. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi I, bertugas melakukan urusan pengolahan data dan penyajian informasi, dan pembuatan monografi pajak.

b. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi II, bertugas membantu pelaksanaan dukungan teknis komputer.

c. Koordinator Pelaksana Pengolahan Data dan Informasi III, bertugas melakukan urusan penggalian potensi perpajakan dan ekstentifikasi perpajakan.

3. Seksi Tata Usaha Perpajakan

Seksi Tata Usaha Perpajakan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi dan mempunyai tugas melakukan tata usaha perpajakan, penerimaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan (SPT) serta penerbitan Surat Ketetapan

Pajak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut. Seksi Tata Usaha Perpajakan terdiri dari tiga orang Koordinator Pelaksana yaitu:

a. Koordinator Pelaksana Pelayanan Terpadu, bertugas membantu urusan penerimaan Surat Pemberitahuan, Surat Wajib Pajak lainnya serta melakukan penatausahaan pendaftaran, pemindahan, dan pencabutan identitas Wajib Pajak.

b. Koordinator Pelaksana Surat Pemberitahuan Pajak, bertugas membantu urusan tata usaha penelitian Surat Pemberitahuan Tahunan PPh dan penyelesaian permohonan penundaan penyampaian SPT Tahunan PPh.

c. Koordinator Pelaksana Ketetapan dan Arsip Pajak, bertugas membantu urusan tata usaha penerbitan Surat Ketetapan Pajak lainnya.

4. Seksi pajak Penghasilan Orang Pribadi

Seksi pajak Penghasilan Orang Pribadi (PPh OP) dipimpin oleh seorang Kepala Seksi dan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan, pengecekan Surat Pemberitahuan Masa, melakukan pemeriksaan sederhana Wajib Pajak Orang Pribadi. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut seksi Pajak Penghasilan Orang Pribadi mempunyai fungsi:

a. Pemantauan dan penatausahaan pembayaran masa PPh Orang Pribadi b. Penatausahaan, pengecekan dan perekaman SPT masa Orang Pribadi

c. Penelahaan dan penyusunan laporan efektifitas pembayaran d. Pemeriksaan sederhana Wajib Pajak Orang Pribadi

e. Pengurusan Fiskal luar negeri

Seksi PPh Orang Pribadi terdiri dari dua orang Koordinator Pelaksana yaitu: a. Koordinator Pelaksana Pajak Penghasilan Orang Pribadi I, bertugas

membantu urusan penatausahaan, pengecekan, dan perekaman Surat Pemberitahuan serta pemantauan dan penatausahaan pembayaran masa PPh Orang Pribadi.

b. Koordinator Pelaksana Pajak Penghasilan Orang Pribadi II, bertugas membantu penatausahaan dan pelaksanaan pemeriksaan Wajib Pajak Orang Pribadi.

5. Seksi Pajak Penghasilan Badan

Seksi Pajak Penghasilan Badan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi dan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa, pemantauan pembayaran masa serta melakukan pemeriksaan sederhana Wajib Pajak Badan.

Seksi Pajak Penghasilan Badan terdiri dari dua orang Koordinator Pelaksana yaitu:

a. Koordinator Pelaksana Pajak Penghasilan Badan I, bertugas membantu urusan penatausahaan, pengecekan, dan perekaman Surat

pemberitahuan serta pemantauan dan penatausahaan pembayaran masa PPh Badan.

b. Koordinator Pelaksana Pajak Penghasilan II, bertugas membantu urusan penatausahaan dan pelaksanaan pemeriksaan Wajib Pajak Badan.

6. Seksi Pomotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan

Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi dan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan, memantau pembayaran masa, serta melakukan pemeriksaan sederhanan atas pelaksanaan kewajiban pemotongan dan pemungutan Pajak Penghasilan. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan mempunyai fungsi:

a. Pemantauan, penatausahaan dan pengecekan serta perekaman Surat Pemberitahuan Masa atas pemotongan dan pemungutan PPh.

b. Penatausahaan dan pengecekan serta perekaman Surat pemberitahuan Masa atas pemotongan dan pemungutan.

c. Penelaahan dan penyusunan laporan efektifitas pembayaran masa atas pemotongan dan pemungutan PPh.

d. Membantu urusan penatausahaan dan pelaksanaan pemeriksaan sederhana atas pelaksanaan kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh.

Seksi Pemotongan dan Pemungutan Pajak terdiri dari dua orang Koordinator Pelaksana yaitu:

a. Koordinator Pelaksana Pemotongan dan Pemungutan Pajak Penghasilan I, bertugas membantu urusan penatausahaan, pengecekan dan perekaman Surat Pemberitahuan serta pemantauan dan penatausahaan pembayaran masa pemotongan dan pemungutan PPh. b. Koordinator Pelaksana Pemotongan dan Pemungutan Pajak

Penghasilan II, bertugas membantu urusan penatausahaan dan pelaksanaan pemeriksaan sederhana atas kewajiban pemotongan dan pemungutan PPh.

7. Seksi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PTLL)

Seksi Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Tidak Langsung Lainnya (PPN dan PTTL) dipimpin oleh seorang Kepala Seksi dan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa, melakukan urusan pemotongan dan pemungutan PPh. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut seksi Pajak Pertambahan Nilai dan

Pajak Tidak Langsung lainnya mempunyai fungsi:

a. Pemantauan dan Penatausahaan pembayaran masa Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dan Penjualan atas Barang mewah.

b. Penatausahaan dan pengecekan serta perekaman Surat Pemberitahuan Masa PPN, PTLL, PPnBM.

c. Penelaahan dan penyusunan laporan perkembangan Pengusaha Kena Pajak (PKP), dan kepatuhan Surat pemberitahuan Masa PPN, PTLL dan PPnBM.

d. Konfirmasi Faktur Pajak.

e. Melakukan pemeriksaan sederhana.

Seksi Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak tidak Langsung Lainnya terdiri dari tiga orang Koordinator Pelaksana yaitu:

a. Koordinator Pelaksana Pajak Pertambahan Nilai Industri, bertugas membantu urusan penatausahaan dan perekaman Surat Pemberitahuan masa PPN, PPnBM, pengawasan pembayaran masa, konfirmasi Faktur Pajak serta penatausahaan dan pelaksanaan pemeriksaan sederhana di sektor industri.

b. Koordinator Pelaksana Pajak Pertambahan Nilai Perdagangan, bertugas membantu urusan penatausahaan dan perekaman Surat Pemberitahuan masa PPN, PPnBM, pengawasan pembayaran masa,

konfirmasi Faktur Pajak serta penatausahaan dan pelaksanaan pemeriksaan sederhana di sektor perdagangan.

c. Koordinator Pelaksana Pajak Pertambahan Nilai Jasa dan Pajak Tidak Langsung Lainnya, bertugas membantu urusan penatausahaan dan perekaman Surat Pemberitahuan Masa PPN, pengawasan pembayaran masa, konfirmasi Faktur Pajak serta penatausahaan dan pelaksanaan pemeriksaan sederhana di sektor jasa dan PTLL.

8. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi dan mempunyai tugas melakukan urusan tata usaha piutang pajak dan penagihan Wajib Pajak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut seksi penagihan mempunyai fungsi:

a. Penatausahaan piutang pajak

b. Penyiapan Surat Teguran dan pengurusan penagihan

Seksi Penagihan terdiri dari dua orang Koordinator Pelaksana yaitu:

a. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Piutang Pajak, bertugas membantu urusan penatausahaan piutang pajak, usul penghapusan piutang pajak, penundaan dan angsuran.

b. Koordinator Pelaksana Penagihan Aktif, bertugas membantu penyiapan Surat Teguran, Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, usulan lelang dan dukungan penagihan lainnya.

9. Seksi Penerimaan dan Keberatan.

Seksi Penerimaan dan Keberatan dipimpin oleh seorang Kepala Seksi dan mempunyai tugas melakukan tata usaha penerimaan restitusi pajak, rekonsiliasi dan penyelesaian keberatan serta perselisihan pajak. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut seksi Penerimaan dan Keberatan mempunyai fungsi :

a. Melakukan rekonsiliasi dan pengolahan serta penyatuan Surat Setoran Pajak serta penghitungan pajak.

b. Penatausahaan penerimaan pajak. c. Pembukuan restitusi.

d. Penyelesaian Keberatan PPh dan PPN/PTLL.

Seksi Penerimaan dan Keberatan terdiri dari tiga orang Koordinator Pelaksana yaitu:

a. Koordinator Pelaksana Tata Usaha Penerimaan dan Restitusi Pajak Rekonsiliasi, bertugas membantu urusan penatausahaan penerimaan pajak, pembukuan restitusi, pembuatan register pemindahbukuan, pengolahan dan penatausahaan bermacam–macam penerimaan pajak, kelebihan pembayaran pajak dan surat perintah membayar pajak serta rekonsiliasi penerimaan pajak, pengolahan dan penyaluran Surat Setoran Pajak serta penghitungan pajak.

b. Koordinator Pelaksana Keberatan Pajak Penghasilan, bertugas membantu urusan penyelesaian keberatan, penyusunan uraian banding, peninjauan kembali dan sengketa PPh.

c. Koordinator Pelaksana Keberatan Pajak Pertambaham Nilai dan Pajak Tidak Langsung Lainnya, bertugas membantu urusan penyelesaian keberatan, penyusunan uraian banding, Peninjauan Kembali, sengketa PPN, PPnBM, dan PTLL.

10.Kantor Penyuluhan Pajak dan Pengamatan Potensi Pajak (KP4)

Kantor Penyuluhan Pajak dan Pengamatan Potensi Pajak dipimpin oleh seorang Kepala KP4 dan mempunyai tugas untuk melakukan urusan penyuluhan dan pelayanan konsultasi di bidang perpajakan kepada masyarakat. Untuk menyelenggarakan tugas tersebut Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Pajak mempunyai fungsi :

a. Mengkoordinasi kegiatan penyuluhan/penjelasan tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sesuai dengan peraturan perundang– undangan yang berlaku dalam bidang PPh, PPN, PPnBM, PTLL, serta PBB kepada masyarakat.

Kantor Penyuluhan Pajak dan Pengamatan Potensi Pajak terdiri dari tiga orang Koordinator Pelaksana yaitu:

a. Koordinator Pelaksana Tata Usaha, bertugas membantu urusan kepegawaian, administrasi dan perlengkapan.

b. Koordinator Pelaksana Ekstentifikasi dan Monografi, bertugas membantu urusan ekstentifikasi Wajib Pajak dan monografi fiskal. c. Koordinator Pelaksana Potensi Pajak, bertugas membantu urusan

penyuluhan perpajakan dan pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak, Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Surat Pemberitahuan, Surat Pemberitahuan Objek Pajak dan Surat Pemberitahuan Pajak terutang.

D. Uraian Tugas Pokok dan Fungsi kantor Pelayanan Pajak Tebing Tinggi Kantor Pelayanan Pajak Tebing Tinggi mempunyai tugas melaksanakan tugas operasional pelayanan perpajakan di bidang Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan kebijaksanaan teknis yang ditetapkan Direktur Jenderal Pajak.

Adapun fungsi Kantor Pelayanan Pajak Tebing Tinggi :

a. Pengumpulan dan pengolahan data, penyampaian informasi perpajakan, penggalian potensi pajak serta ekstentifikasi Wajib Pajak.

b. Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Tahunan, serta berkas Wajib Pajak.

c. Penatausahaan dan pengecekan Surat Pemberitahuan Masa, serta pemantauan dan penyusunan Laporan Pembayaran Masa Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah dan Pajak Tidak Langsung Lainnya.

d. Penatausahaan, penerimaan, Penagihan, Penyelesaian keberatan dan restitusi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Tidak Langsung Lainnya.

e. Verifikasi dan penerapan sanksi perpajakan f. Pengurusan pemberian Surat Ketetapan Pajak. g. Penyuluhan dan Pelayanan Konsultasi Pajak.

h. Pengurusan tata usaha dan rumah tangga Kantor Pelayanan Pajak

E. Gambaran Pegawai/Karyawan/Anggota personil yang berhubungan dengan KPP Tebing Tinggi

Berikut ini adalah tabel pegawai KPP Tebing Tinggi sampai dengan 5 mei 2008:

Per Eselon Per Pendidikan Per Golongan Per Pangkat

Eselon Jumlah Pendidikan Jumlah Gol Jumlah Pangkat Jumlah

III 1 S2 1 IV.a 1 Pembina 1

IV 9 S1 12 III.d 3 Penata Tk.I 3

Korlak 16 D3 11 III.c 7 Penata 7

Pelaksana 36 D1 23 III.b 8 Penata Muda Tk.I 8

SMA 12 III.a 7 Penata Muda 7

SMP 2 II.d 5 Pengatur MudaTk.I 5

SD 1 II.c 16 Pengatur 16

II.b 8 Pengatur MudaTk.I 8

II.a 7 Pengatur Muda 7

Total 62 62 62 62

Keterangan:

1. Eselon III sebanyak 1 orang, yaitu: Kepala KPP = 1 orang

2. Eselon IV sebanyak 9 orang, terdiri dari : Kepala seksi = 9 orang

Yakni :

a. Kasi PPh Orang Pribadi

c. Kasi PPh Badan d. Kasi PPN dan PTLL

e. Kasi Pengolahan Data dan Informasi f. Kasi Penerimaan Dan Keberatan g. Kasi Tata Usaha Perpajakan h. Kasubag umum

i. Kepala KP4

3. Koordinator Pelaksana (Korlak) sebanyak 23 orang, terdiri dari : a. Korlak Keuangan

b. Korlak Rumah Tangga

c. Korlak Tata Usaha dan Kepegawaian d. Korlak PDI I

e. Korlak PDI II f. Korlak PDI III

g. Korlak Pelayanan Terpadu

h. Korlak Surat Pemberitahuan Pajak i. Korlak Ketetapan dan arsip Wajib Pajak j. Korlak PPh OP I k. Korlak PPh OP II l. Korlak PPh Badan I m. Korlak PPh Badan II n. Korlak PPh Potput I o. Korlak PPh Potput II

p. Korlak PPN Industri q. Korlak PPN Perdagangan r. Korlak PPN Jasa dan PTLL

s. Korlak Tata Usaha Penerimaan dan Restitusi Pajak dan Rekonsiliasi t. Korlak Keberatan PPh

u. Korlak Keberatan PPN dan PTLL v. Korlak Ekstensifikasi dan Monograf w. Korlak Penyuluhan Pajak PPh

x. Korlak Penyuluhan Pajak PPN dan PTLL y. Korlak Tata Usaha Piutang Pajak

z. Korlak Penagihan Aktif 4. Pelaksana, terdiri dari :

a. Pelaksana Seksi TUP = 5 orang b. Pelaksana Seksi Subag Umum = 7 orang c. Pelaksana Seksi PPh OP = 3 orang d. Pelaksana Seksi PPh Badan = 2 orang e. Pelaksana Seksi PPh PotPut = 2 orang f. Pelaksana Seksi PPN dan PTLL = 5 orang g. Pelaksana Seksi PDI = 3 orang h. Pelaksana Seksi PenKeb = 3 orang i. Pelaksana Seksi Penagihan = 2 orang j. Pelaksana Seksi KP4 = 1 orang

BAB III

GAMBARAN TENTANG MEKANISME PENDAFTARAN WAJIB

PAJAK DAN PENYAMPAIAN SPT SECARA MANUAL DAN

SECARA ELEKTRONIK

A. Pengertian

Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, pasal 1 angka (1), Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat, pasal 1 angka (2), Wajib Pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, pasal 1 angka (3), Nomor Pokok Wajib Pajak adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya. Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-173/PJ./2004, pasal 1 angka (1), Sistem e- Registration adalah sistem pendaftaran, perubahan data Wajib Pajak dan atau

Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak melalui sistem yang terhubung langsung secara on-line dengan Direktorat Jenderal Pajak.

Berdasarkan UU No. 28 Tahun 2007, pasal 1 angka (12) Surat Pemberitahuan adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan dan/atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak, dan/atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-05/PJ./2005 tentang Tata Cara Penyampaian Surat Pemberitahuan Secara Elektronik (e-Filing) Melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP), pasal 1 angka (1), Surat Pemberitahuan adalah Surat Pemberitahuan Masa atau Surat Pemberitahuan Tahunan yang berbentuk formulir elektronik dalam media komputer (e-SPT), pasal 1 angka (2), Penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-Filing) adalah suatu cara penyampaian Surat Pemberitahuan yang dilakukan melalui sistem on-line yang real time. Pasal 1 angka (3), Penyedia Jasa Aplikasi atau Application Service Provider (ASP) adalah perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP) yang telah ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak sebagai perusahaan yang dapat menyalurkan penyampaian Surat Pemberitahuan secara elektronik ke Direktorat Jenderal Pajak. Pasal 1 angka (4) Electronic Filing Identification Number (eFIN) adalah nomor identitas yang diberikan oleh Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar kepada Wajib Pajak yang mengajukan permohonan untuk menyampaikan Surat Pemberitahuan secara elektronik (e-filing). Berdasarkan Bahan sosialisasi pajak 2005, Sertifikat Digital

(Digital Sertificate) adalah Alat yang berfungsi sebagai pengaman data dalam proses e-filing melalui suatu ASP ke DJP. Kode aktivasi adalah kode yang diberikan kepada Wajib Pajak untuk mengaktifkan software e-SPT.

NTPA (Nomor Transaksi Pengiriman ASP) adalah bukti penerimaan SPT secara elektronik oleh ASP. NTPS (Nomor Transaksi Penyampaian Surat Pemberitahuan) adalah bukti penyampaian SPT secara elektronik yang menyatakan bahwa SPT telah diterima oleh DJP.

B. Dasar Hukum Pendaftaran dan Pelaporan SPT secara Manual dan secara elektronik

1. Undang-Undang No. 6 tahun 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan Undang-Undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.

2. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-161/PJ./2001 tentang Jangka Waktu Pendaftaran dan Pelaporan Kegiatan Usaha, Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan NPWP serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengusaha Kena Pajak.

3. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-173/PJ./2004 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan NPWP serta Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dengan Sistem e-Registration

4. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-88/PJ./2004 tentang Penyampaian SPT secara elektronik.

5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor Kep-05/PJ./2005 tentang Tata Cara Penyampaian SPT secara elektronik (e-filing) melalui Perusahaan Penyedia Jasa Aplikasi (ASP).

C. Fungsi NPWP

1. Sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak.

2. Untuk menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan dalam pengawasan administrasi perpajakan.

D. Pencantuman NPWP

NPWP harus dituliskan dalam setiap dokumen perpajakan, antara lain pada: 1. Formulir pajak yang dipergunakan Wajib Pajak.

2. Surat menyurat dalam hubungan dengan administrasi perpajakan.

3. Dalam hubungan dengan instansi tertentu yang mewajibkan mengisi NPWP.

E. Sanksi Tidak Mendaftarkan Diri

Sesuai dengan pasal 39 UU No. 28 tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, apabila Wajib Pajak tidak mendaftarkan diri dan menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP sehingga dapat merugikan pada negara dikenakan sanksi perpajakan berupa kurungan paling sedikit 6 bulan

dan sebanyak-banyaknya 6 tahun penjara atau denda paling sedikit 2 kali pajak terutang dan sebanyak-banyaknya 4 kali pajak terutang.

F. Pendaftaran, Perubahan Data dan Penghapusan NPWP 1. Pendaftaran NPWP Secara Manual

Wajib Pajak atau orang lain yang diberi kuasa penuh oleh Wajib Pajak mengisi bagian identitas umum yang terletak pada poin A, korespondensi yang terletak pada poin B dan memilih Wajib Pajak apa yang akan didaftarkan, apabila Wajib Pajak yang didaftarkan adalah Wajib Pajak Orang Pribadi, yang diisi adalah bagian formulir Wajib Pajak Orang Pribadi, yang ada pada poin C formulir, apabila Wajib Pajak yang didaftarkan adalah Wajib Pajak Badan, yang diisi adalah bagian formulir Wajib Pajak Badan, yang ada pada poin D, apabila Wajib Pajak yang didaftarkan adalah Wajib Pajak Pemungut, yang diisi adalah bagian formulir Wajib Pajak Pemungut, yang ada pada poin E formulir dan menandatangani formulir pendaftaran dan menyampaikan secara langsung atau melalui pos ke Seksi Tata Usaha Perpajakan (TUP) KPP atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan (KP4) setempat dengan melampirkan:

a. Untuk WP Orang Pribadi Non Usahawan:

Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing.

b. Untuk WP Orang Pribadi Usahawan:

1) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing.

2) Surat Keterangan tempat kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.

c. Untuk WP Badan:

1) Fotokopi akte pendirian dan perubahan terakhir atau surat keterangan penunjukkan dari kantor pusat bagi Bentuk Usaha Tetap (BUT).

2) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bagi penduduk Indonesia atau fotokopi paspor ditambah surat keterangan tempat tinggal dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa bagi orang asing, dari salah seorang pengurus aktif.

3) Surat Keterangan tempat kegiatan usaha dari instansi yang berwenang minimal Lurah atau Kepala Desa.

d. Untuk Bendaharawan sebagai Pemungut/ Pemotong

1) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) bendaharawan. 2) Fotokopi surat penunjukan sebagai bendaharawan.

e. Untuk Joint Operation sebagai Wajib Pajak Pemotong/pemungut:

Dokumen terkait