• Tidak ada hasil yang ditemukan

6.1. Kesimpulan

Dari penelitian ini prevalensi anak SPB usia 8 tahun sampai 17 tahun di sekolah Husni Thamrin adalah 15% dengan mayoritas jenis kelamin pada penderita SPB adalah laki-laki. Terdapat perbedaan yang signifikan untuk frekuensi nyeri antara dua kelompok studi, namun tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk intensitas nyeri pada dua kelompok studi. Terdapat hubungan signifikan antara intensitas nyeri pada anak menderita SPB dengan anggota keluarga yang memilki riwayat SPB, dimana anggota keluarga yang paling banyak menderita SPB pada kelompok anak SPB dengan riwayat keluarga menderita SPB adalah adik/kakak. Hubungan yang signifikan antara frekuensi nyeri pada anak menderita SPB dengan anggota keluarga yang memiliki riwayat SPB. Terdapat korelasi yang kuat dan bersifat positif dimana semakin banyak frekuensi nyeri pada anggota keluarga maka akan diikuti semakin tingginya frekuensi nyeri perut berulang pada responden.

6.2. Saran

Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar untuk menentukan jika anak sakit perut berulang dengan riwayat keluarga juga memiliki riwayat SPB, faktor-faktor lain yang mempengaruhi SPB dan

RINGKASAN

Sakit perut berulang (SPB) merupakan salah satu masalah umum gangguan pencernaan pada anak dengan prevalensi 10% sampai 15%. Etiologi SPB masih belum jelas, beberapa penelitian menyebutkan stress, cemas, depresi, riwayat SPB pada anggota keluarga first degree. Dari penelitian didapatkan pasien yang didiagnosis dengan sakit perut fungsional atau IBS lebih memiliki sakit perut dan somatik lainnya, gagalnya fungsional dan gejala psikiatri dibandingkan dengan kontrol setelah diikuti selama lima tahun dan sepertiga dari setengah anak mengalami nyeri persisten sampai dewasa.

Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik klinis yaitu frekuensi nyeri dan intensitas nyeri pada anak SPB dengan dan tanpa riwayat keluarga SPB.

Studi sekat lintang telah dilakukan di Sekolah Husni Thamrin kotamadya Medan propinsi Sumatera Utara pada bulan Juli 2014. Populasi target adalah anak yang menderita sakit perut berulang usia 8 tahun sampai 17 tahun. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.

Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak komputer dengan tingkat kemaknaan P <0.05. Untuk menilai perbedaan antara kelompok anak sakit perut berulang dengan tanpa riwayat keluarga sakit perut berulang digunakan uji chi-square. Uji dua mean; T independent digunakan untuk menilai perbedaan frekuensi dan intensitas sakit perut berulang diantara

kelompok sampel jika disribusi data normal dan Mann Whiteney jika distribusi data tidak normal. Uji korelasi Spearmen digunakan untuk menilai hubungan korelasi frekuensi nyeri pada anak sakit perut berulang dengan anggota keluarga sakit perut berulang. Uji Kruskal Wallis digunakan untuk menilai perbedaan frekuensi nyeri pada anak sakit perut berulang dengan anggota keluarga sakit perut berulang.

Pada penelitian ini didapatkan prevalensi anak SPB usia 8 tahun sampai 17 tahun di sekolah Husni Thamrin yaitu 15% dengan mayoritas jenis kelamin pada penderita SPB adalah laki-laki. Karakteristik dasar antara kelompok yaitu, jenis kelamin, rerata usia, anggota keluarga dengan SPB, frekuensi nyeri dan intensitas nyeri. Didapatkan perbedaan yang signifikan untuk frekuensi nyeri antara dua kelompok studi, namun tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk intensitas nyeri pada dua kelompok studi.

Terdapat hubungan signifikan antara intensitas nyeri pada anak menderita SPB dengan anggota keluarga yang memilki riwayat SPB, dimana anggota keluarga yang paling banyak menderita SPB pada kelompok anak SPB dengan riwayat keluarga menderita SPB adalah adik/kakak. Hubungan yang signifikan antara frekuensi nyeri pada anak menderita SPB dengan anggota keluarga yang memiliki riwayat SPB, dengan nilai r = 0.658 maka dapat disimpulkan bahwa frekuensi nyeri pada anggota keluarga memiliki korelasi yang kuat dan bersifat positif yaitu semakin banyak frekuensi nyeri

pada anggota keluarga maka akan diikuti semakin tingginya frekuensi nyeri perut berulang pada responden.

SUMMARY

Recurrent abdominal pain (RAP) is one of the common problems of digestive disorders in children with a prevalence of 10 % to 15 %. Etiology of RAP is remains unclear, several studies have shown stress, anxiety, depression, a history of the RAP in the first degree family members. From the research found that patients diagnosed with functional abdominal pain or IBS is having stomach pain and other somatic, functional failure and psychiatric symptoms compared with controls after followed for five years and one third of half the child has persistent pain into adulthood.

The aimed of this study to examine the clinical characteristics that pain frequency and intensity of pain in children with recurent abdominal pain and without a family history of RAP.

Studies have been conducted in Husni Thamrin school in the municipality of Medan North Sumatra in July 2014. The target population was children who suffer from recurrent abdominal pain aged 8 years to 17 years. Samples were affordable population that met the inclusion criteria.

Data processed by computer software with a significance level of P <0.05. To assess differences between groups of RAP in children with or without a family history of RAP used chi-square test. Two mean test; independent T used to assess differences in the frequency and intensity of recurrent abdominal pain between groups of samples if distribusion data is

normal and Mann Whiteney if distribution of data is not normal. Spearman correlation test was used to assess the correlation pain frequency in children with recurrent abdominal pain with family members recurrent abdominal pain. Kruskal Wallis test was used to assess differences in the frequency of pain.

In this study, the prevalence of RAP children age 8 to 17 years in Husni Thamrin school was 15 % with the majority of sex on RAP patients were male. The baseline characteristics between groups such as gender, mean of age, family members with RAP, frequency and intensity of pain. Obtained a significant difference to the frequency of pain between the two study groups, but no significant differences were found for pain intensity in the two study groups.

There was a significant correlation between the pain intensity of RAP in children with family members who have a history of RAP, where the most family members who have RAP in group RAP children with family members who have a history of RAP was a brother/sister. Significant correlation between the frequency of pain in RAP children with family members who have a history of RAP, with r= 0658 then it can be concluded that the frequency of pain on the family members have a strong correlation is positive and that the more frequency of pain in the family members will be followed the higher the frequency of RAP on respondents.

Dokumen terkait