TESIS
PERBEDAAN KARAKTERISTIK KLINIS PADA ANAK SAKIT PERUT BERULANG DENGAN DAN TANPA RIWAYAT KELUARGA SAKIT
PERUT BERULANG
SISCA KARTIKA DEWI 107103009 / IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERBEDAAN KARAKTERISTIK KLINIS PADA ANAK SAKIT PERUT
BERULANG DENGAN DAN TANPA RIWAYAT KELUARGA SAKIT PERUT
BERULANG
TESIS
Untuk Memperoleh Gelar Magister Kedokteran Klinik (Anak)
Dalam Program Magister Kedokteran Klinik
Konsentrasi Kesehatan Anak
Pada Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara
SISCA KARTIKA DEWI 107103009 / IKA
PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK - SPESIALIS ILMU KESEHATAN ANAK FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Penelitian : Perbedaan karakteristik klinis pada anak sakit perut berulang dengan dan tanpa riwayat keluarga sakit perut berulang
Nama Mahasiswa : Sisca Kartika Dewi
NIM : 107103009
Program Magister : Kedokteran Klinik Konsentrasi : Ilmu Kesehatan Anak
Menyetujui,
Komisi Pembimbing
Ketua
dr. Supriatmo, MKed (Ped), Sp.A(K)
Anggota
dr. Selvi Nafianti, MKed (Ped), Sp.A(K)
Program Magister Kedokteran Klinik
Sekretaris Program Studi Dekan
dr. Murniati Manik, MSc, SpKK, SpGK
NIP. 19530719 198003 2 001 NIP. 19540220 198011 1 001
PERNYATAAN
PERBEDAAN KARAKTERISTIK KLINIS PADA ANAK SAKIT PERUT
BERULANG DENGAN DAN TANPA RIWAYAT KELUARGA SAKIT PERUT
BERULANG
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan
tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau
pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang
secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Januari 2015
Telah diuji pada
Tanggal: 23 Januari 2015
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : dr. Supriatmo, MKed (Ped), SpA(K) ………
Anggota : 1. dr. Selvi Nafianti, MKed (Ped), SpA(K) ………
2. Prof. Dr. Aznan Lelo, Ph.D, SpFK ………
3. dr. Lily Irsa, SpA(K) ………
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penulisan tesis ini.
Tesis ini dibuat untuk memenuhi persyaratan dan merupakan tugas akhir pendidikan magister Kedokteran Klinik Konsentrasi Ilmu Kesehatan Anak di FK-USU / RSUP H. Adam Malik Medan.
Penulis menyadari penelitian dan penulisan tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan, oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan masukan yang berharga dari semua pihak di masa yang akan datang.
Pada kesempatan ini perkenankanlah penulis menyatakan penghargaan dan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Pembimbing utama dr. Supriatmo, Mked (Ped), SpA(K) dan dr. Selvi Nafianti, Mked (Ped), SpA(K), yang telah memberikan bimbingan, bantuan serta saran-saran yang sangat berharga dalam pelaksanaan penelitian dan penyelesaian tesis ini.
2. dr. Hj. Melda Deliana, M. Ked(Ped), SpA(K), selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis Anak FK-USU, dan dr. Hj. Beby Syofiani Hasibuan, M. Ked(Ped), SpA, sebagai Sekretaris Program Studi yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan tesis ini. 3. Prof. dr. H. Munar Lubis, SpA(K), selaku Ketua Departemen Ilmu
4. Prof. Dr. Aznan Lelo, Ph.D, SpFK, dr. Lily Irsa, SpA(K), dr. Hj. Tiangsa Sembiring, MKed (Ped), SpA(K) yang sudah membimbing saya dalam penyelesaian tesis ini.
5. Seluruh staf pengajar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan yang telah memberikan sumbangan pikiran dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan tesis ini.
6. Teman-teman yang tidak mungkin bisa saya lupakan yang telah membantu saya dalam keseluruhan penelitian maupun penyelesaian tesis ini, teman-teman seangkatan Juli 2010. Terimakasih untuk kebersamaan kita dalam menjalani pendidikan selama ini.
7. Serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan dalam terlaksananya penelitian serta penulisan tesis ini.
Kepada keluarga yang sangat saya cintai dan hormati, ayah saya drg. Riswan Halim, Ibu saya Ir. Lannita, adik yang saya kasih drg. Winda Dwi Astuti dan Livia Tri Anindita, calon suami saya dr. Riduwan Vidya Wira,C.Ht atas pengertian serta dukungan yang sangat besar, terima kasih karena selalu mendo’akan saya dan memberikan bantuan moril maupun materil selama mengikuti pendidikan ini. Semoga budi baik yang telah diberikan mendapat imbalan dari Tuhan.
Akhirnya penulis mengharapkan semoga penelitian dan tulisan ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Amin
Medan, 2015
DAFTAR ISI
Lembaran Persetujuan Pembimbing ii
Ucapan terima kasih v
Daftar Isi vii
Daftar Gambar ix
Daftar Tabel x
Daftar Singkatan xi
Abstrak xii
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Hipotesis 2
1.4. Tujuan Penelitian 2
1.5. Manfaat Penelitian 3
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi 4
2.2. Prevalensi 4
2.3. Etiologi 4
2.4. Faktor genetik dan riwayat keluarga pada
sakit perut berulang fungsional 5
2.5. Diagnosis dan manajemen 8
2.6 Kerangka konseptual 10
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Desain 11
3.2. Tempat dan Waktu 11
3.3. Populasi dan Sampel 11
3.4. Perkiraan Besar Sampel 11
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 12
3.5.1. Kriteria Inklusi 12
3.5.2. Kriteria Eksklusi 13
3.6. Persetujuan / Informed Consent 13
3.7. Etika Penelitian 13
3.9. Alur Penelitian 15
3.10. Identifikasi Variabel 15
3.11. Definisi Operasional 16
3.12. Pengolahan dan Analisis Data 16
BAB 4. HASIL PENELITIAN 18
BAB 5. PEMBAHASAN 24
Daftar Pustaka 34
Lampiran
1. Personil Penelitian 36
2 Jadwal Penelitian 36
3. Biaya Penelitian 36
4. Penjelasan dan Persetujuan Kepada Orang Tua 37 5. Kuisioner Penelitian 39
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.6. Kerangka konseptual 10
Gambar 4 1. Grafik scatterplot hubungan frekuensi nyeri pada anggota 22
keluarga yang memiliki riwayat sakit perut berulang dengan
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1. Red flag anamnese dan pemeriksaan fisik pada 9
sakit perut berulang.
Tabel 4.1. Karakteristik Demografi Penelitian 20
Tabel 4.2. Perbedaan frekuensi nyeri pada kelompok responden 21
dengan anggota keluarga dengan riwayat sakit perut
berulang.
Tabel 4.3. Hubungan frekuensi nyeri pada anggota keluarga yang 22
memiliki riwayat sakit perut berulang dengan frekuensi
sakit perut berulang pada responden.
Tabel 4.4. Hubungan intensitas nyeri pada anggota keluarga yang 23
memiliki riwayat sakit perut berulang dengan intenstias
DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG
α : Kesalahan tipe I
β : Kesalahan tipe II
CI : confidence interval
5-HT : 5-hidroksi triptamin
IBS : Irritabel bowel syndrome
LFT : Liver function test
n : Jumlah subjek / sampel
NRS : Numerical rating scale
P : Besarnya peluang untuk hasil yang diobservasi
bila hipotesis nol benar
P0 : Proporsi anak sakit perut berulang
Pa-P0 : Proporsi anak sakit perut berulang pada penelitian
r : Nilai korelasi
RAP : Recurrent abdominal pain
RFT : Renal function test
SPB : Sakit perut berulang
SERT : Serotonin reuptake transporter
USG : Ultrasonografi
zα : Deviat baku normal untuk α
PERBEDAAN KARAKTERISTIK KLINIS PADA ANAK SAKIT PERUT BERULANG DAN TANPA RIWAYAT KELUARGA SAKIT PERUT
BERULANG
Abstrak
Latar belakang. Sakit perut berulang (SPB) merupakan salah satu masalah umum gangguan pencernaan pada anak usia sekolah. Kami ingin mengetahui perbedaan karakteristik anak SPB dengan dan tanpa riwayat keluarga SPB.
Tujuan. Menilai perbedaan karakteristik klinis yaitu frekuensi nyeri dan intensitas nyeri pada anak SPB dengan dan tanpa riwayat keluarga SPB.
Metode. Studi sekat lintang yang dilaksanakan pada bulan Juli 2014 di sekolah Husni Thamrin Medan. Subjek adalah anak usia 8 sampai 17 tahun yang didiagnosa SPB dengan dan tanpa riwayat keluarga SPB berdasarkan kriteria Apley. Dilakukan penilaian terhadap frekuensi nyeri dan intensitas nyeri.
Hasil. Prevalensi SPB di sekolah Husni Thamrin yaitu 15%. Dari 121 anak SPB didapatkan 61 anak dengan riwayat keluarga SPB dan 60 anak dengan riwayat keluarga tanpa SPB. Anggota keluarga yang paling banyak menderita SPB adalah adik/kakak. Intensitas nyeri terbanyak pada kedua kelompok adalah intensitas sedang. Rerata frekuensi nyeri pada kelompok anak SPB dengan riwayat keluarga SPB adalah 2.12 kali per minggu sedangkan di kelompok yang lain adalah 1.58 kali per minggu. Ditemukan perbedaan signifikan frekuensi nyeri antara dua kelompok studi (P=0.001), namun tidak ditemukan perbedaan bermakna intensitas nyeri pada dua kelompok studi (P=0.818). Terdapat hubungan bermakna frekuensi nyeri (P=0.001, r=0.658) dan intensitas nyeri (P=0.017) pada anak SPB dengan riwayat anggota keluarga SPB.
Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara frekuensi nyeri dan intensitas nyeri pada anggota keluarga dengan frekuensi nyeri dan intensitas nyeri pada anak SPB.
CHARACTERISTIC DIFFERENCES BETWEEN RECURRENT ABDOMINAL PAIN IN CHILDREN WITH AND WITHOUT FAMILY HISTORY OF
RECURRENT ABDOMINAL PAIN
Abstract
Background. Reccurent abdominal pain (RAP) is a common digestive disorder in school age children. We want to know characteristic differences between RAP in children with and without family history of RAP.
Objective. To determine characteristic differences (frequency and intensity) between RAP in children with and without family history of RAP.
Methods. A cross sectional study have been conducted in July 2014 at Husni Thamrin school Medan. The Subjects were children aged 8 until 17 years old diagnosed RAP with or without family history of RAP based on Apley’s criteria. We assessed the frequency and intensity of pain.
Results. Prevalence of RAP in Husni Thamrin school was 15%.There were 121 subjects with 61 RAP in children with family history of RAP and 60 children without family history RAP. The prevalence of RAP was 15% with the majority of sex was male. The most family members suffer RAP were brother/sister. Pain intensity in both groups were moderate pain intensity. The mean pain frequency in the group of children with a family history of RAP was 2.12 times per week, while in the other group was 1.58 times per week. We found significant differences in pain frequency between the two study groups (P=0.0001), but did not found significant differences in pain intensity between the two study groups (P=0.818). There were a significant correlation in frequency (P=0.0001, r=0.658) and intensity (P=0.017) of pain between RAP in children with and without family history of RAP.
Conclusions. There were significant relationship between the frequency and intensity of pain in family members with frequency and intensity of pain in children with RAP.
PERBEDAAN KARAKTERISTIK KLINIS PADA ANAK SAKIT PERUT BERULANG DAN TANPA RIWAYAT KELUARGA SAKIT PERUT
BERULANG
Abstrak
Latar belakang. Sakit perut berulang (SPB) merupakan salah satu masalah umum gangguan pencernaan pada anak usia sekolah. Kami ingin mengetahui perbedaan karakteristik anak SPB dengan dan tanpa riwayat keluarga SPB.
Tujuan. Menilai perbedaan karakteristik klinis yaitu frekuensi nyeri dan intensitas nyeri pada anak SPB dengan dan tanpa riwayat keluarga SPB.
Metode. Studi sekat lintang yang dilaksanakan pada bulan Juli 2014 di sekolah Husni Thamrin Medan. Subjek adalah anak usia 8 sampai 17 tahun yang didiagnosa SPB dengan dan tanpa riwayat keluarga SPB berdasarkan kriteria Apley. Dilakukan penilaian terhadap frekuensi nyeri dan intensitas nyeri.
Hasil. Prevalensi SPB di sekolah Husni Thamrin yaitu 15%. Dari 121 anak SPB didapatkan 61 anak dengan riwayat keluarga SPB dan 60 anak dengan riwayat keluarga tanpa SPB. Anggota keluarga yang paling banyak menderita SPB adalah adik/kakak. Intensitas nyeri terbanyak pada kedua kelompok adalah intensitas sedang. Rerata frekuensi nyeri pada kelompok anak SPB dengan riwayat keluarga SPB adalah 2.12 kali per minggu sedangkan di kelompok yang lain adalah 1.58 kali per minggu. Ditemukan perbedaan signifikan frekuensi nyeri antara dua kelompok studi (P=0.001), namun tidak ditemukan perbedaan bermakna intensitas nyeri pada dua kelompok studi (P=0.818). Terdapat hubungan bermakna frekuensi nyeri (P=0.001, r=0.658) dan intensitas nyeri (P=0.017) pada anak SPB dengan riwayat anggota keluarga SPB.
Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara frekuensi nyeri dan intensitas nyeri pada anggota keluarga dengan frekuensi nyeri dan intensitas nyeri pada anak SPB.
CHARACTERISTIC DIFFERENCES BETWEEN RECURRENT ABDOMINAL PAIN IN CHILDREN WITH AND WITHOUT FAMILY HISTORY OF
RECURRENT ABDOMINAL PAIN
Abstract
Background. Reccurent abdominal pain (RAP) is a common digestive disorder in school age children. We want to know characteristic differences between RAP in children with and without family history of RAP.
Objective. To determine characteristic differences (frequency and intensity) between RAP in children with and without family history of RAP.
Methods. A cross sectional study have been conducted in July 2014 at Husni Thamrin school Medan. The Subjects were children aged 8 until 17 years old diagnosed RAP with or without family history of RAP based on Apley’s criteria. We assessed the frequency and intensity of pain.
Results. Prevalence of RAP in Husni Thamrin school was 15%.There were 121 subjects with 61 RAP in children with family history of RAP and 60 children without family history RAP. The prevalence of RAP was 15% with the majority of sex was male. The most family members suffer RAP were brother/sister. Pain intensity in both groups were moderate pain intensity. The mean pain frequency in the group of children with a family history of RAP was 2.12 times per week, while in the other group was 1.58 times per week. We found significant differences in pain frequency between the two study groups (P=0.0001), but did not found significant differences in pain intensity between the two study groups (P=0.818). There were a significant correlation in frequency (P=0.0001, r=0.658) and intensity (P=0.017) of pain between RAP in children with and without family history of RAP.
Conclusions. There were significant relationship between the frequency and intensity of pain in family members with frequency and intensity of pain in children with RAP.
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Sakit perut berulang (SPB) merupakan salah satu masalah umum gangguan
pencernaan pada anak dengan prevalensi 10% sampai 15%.1 Pada tahun
1958 di Inggris dilaporkan SPB pada 10% anak sekolah.2 Di Asia dilaporkan
prevalensi SPB pada anak usia sekolah 8% sampai 12%.3
Sakit perut berulang disebabkan oleh kelainan fungsional 90%
sampai 95%
sedangkan kelainan organik hanya 5% sampai 10% kasus.4
Etiologi SPB masih belum jelas, beberapa penelitian menyebutkan stress,
cemas, depresi,5 riwayat SPB pada first degree relatives.6 Penelitian di
Boston didapatkan pasien yang didiagnosis dengan sakit perut fungsional
lebih memiliki sakit perut dan somatik lainnya, gagalnya fungsional dan gejala
psikiatri dibandingkan dengan kontrol setelah diikuti selama lima tahun dan
sepertiga dari setengah anak mengalami nyeri persisten sampai dewasa.7
Pasien dengan SPB dilaporkan memiliki kerabat dengan gejala yang
sama, tetapi gejala yang sama pada lebih dari satu kerabat dengan SPB
diharapkan secara kebetulan saja karena prevalensi SPB sangat tinggi,8 hal
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, maka diperlukan
penelitian yang mencari perbedaan karakteristik klinis pada anak sakit perut
berulang dengan dan tanpa riwayat keluarga sakit perut berulang.
1.3. Hipotesis
Terdapat perbedaaan karakteristik klinis anak sakit perut berulang dengan
dan tanpa riwayat keluarga sakit perut berulang.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
Menilai perbedaan karakterisitik klinis pada anak sakit perut berulang
dengan dan tanpa riwayat keluarga sakit perut berulang.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui prevalensi anak penderita sakit perut berulang di
daerah penelitian..
2. Untuk mengetahui perbedaan karakteristik klinis diantara kedua
kelompok anak sakit perut berulang tersebut.
3. Untuk mengetahui hubungan karakteristik klinis pada anggota
keluarga yang memiliki riwayat sakit perut berulang dengan anak
1.5 Manfaat Penelitian
1. Di bidang akademik / ilmiah:
Untuk mengetahui hubungan perbedaan karakteristik klinis pada anak
sakit perut berulang dengan dan tanpa riwayat keluarga sakit perut
berulang.
2. Di bidang pelayanan masyarakat:
Meningkatkan pelayanan kesehatan dalam menurunkan frekuensi
nyeri dan intensitas nyeri pada anak dengan sakit perut berulang.
3. Di bidang pengembangan penelitian:
Dapat dijadikan data dasar untuk penelitian lanjutan tentang
mekanisme penyebab dan tampilan klinis sakit perut berulang pada
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Sakit perut berulang menurut Apley didefinisikan paling sedikit tiga episode
nyeri dalam jangka waktu tiga bulan, cukup berat mempengaruhi aktifitas
normal.9
2.2 Prevalensi
Sakit perut berulang biasanya terjadi 10% sampai 15% pada anak usia
sekolah, dengan usia puncak 10 tahun sampai 12 tahun. Sakit perut berulang
jarang pada anak kurang dari lima tahun. Pada studi 1 000 anak usia
sekolah, insiden SPB sampai usia sembilan tahun sama pada laki-laki dan
perempuan, dimana setelah usia sembilan tahun insiden SPB meningkat
pada jenis kelamin perempuan, dengan ratio perempuan dibanding laki-laki
1.5 dan 1.5
2.3 Etiologi
Etiologi dari SPB fungsional kompleks dan tidak ada model penyebab
tunggal,6 mencakup stress, anxietas, depresi, perhatian terhadap sakit,
coping, respon orang tua,10 riwayat keluarga dengan SPB pada first degree
2.4 Faktor genetik dan riwayat keluarga pada sakit perut berulang
fungsional
Pada penelitian di Sri Langka ditemukan hubungan independen antara SPB
dan terdapatnya sakit perut antara first degree relatives (P<0.0001), ini
mungkin karena kerentanan genetik dan lingkungan.3 Dari penelitian
ditemukan ibu dari pasien sakit perut berulang fungsional mempunyai riwayat
IBS, migrain, ansietas, depresif, keluhan somatik,11 pasien dengan ibu IBS
dilaporkan lebih sering sakit perut (P=0.0025) dan gejala non gastrointestinal
(P<0.001) dibandingkan kontrol.
Kemungkinan pengaruh genetik terhadap sakit perut berulang telah
diteliti pada beberapa studi. Pada beberapa studi di Australia, AS dan
Norwegia, ditemukan IBS meningkat pada kembar monozigot.
12
7
Dalam
sebuah studi di Amerika tahun 2012, kembar dizigot dengan ibu menderita
IBS 15.2%, kembar monozigot dengan ibu IBS 17.1% (P<0.001), kembar
dizigot dengan kembarannya menderita IBS 6.7% (P<0.001). Hal ini
menerangkan bahwa faktor genetik mempengaruhi IBS.13 Studi pada saudara
kembar di Virginia AS tahun 2007, yang membandingkan prevalensi IBS,
hasil IBS lebih sering terjadi pada kembar monozigot dengan prevalensi
17.2% dibandingkan dizigot dengan prevalensi 8.4% (P=0.030).14 Pada studi
cross sectional dilaporkan pasien dengan anggota keluarga sakit perut
Sejumlah upaya telah dilakukan untuk menemukan hubungan antara
polimorphism nukleotida tunggal fungsional dan IBS atau fungsional
dispepsia yang secara teori berhubungan dengan patogenesis.7 Perubahan
polimorfisme fungsional pada gen yang mengatur protein reseptor serotonin
atau serotonin reuptake transporter (SERT) diduga bertanggung jawab dalam
terjadinya pelepasan 5-hidroksi triptamin (5-HT) yang berlebihan sehingga
menyebabkan terjadinya IBS.16 Studi lainnya membuktikan bahwa selain
polimorfisme pada gen SERT juga terjadi polimorfisme pada gen alpha (α2A
dan α2C) adrenoceptor norepinephrine transporter yang berhubungan kuat
dengan skor keluhan somatik yang tinggi pada pasien dengan gangguan
gastrointestinal fungsional.
Beberapa studi juga menduga hubungan IBS dengan polimorphism
fungsional dari encoding dari transpor serotonin, namun sebuah
meta-analisis menyimpulkan ditemukannya hubungan tersebut. Pada dua studi
ditemukan hubungan G- protein polimophism (Gnbeta3) pada fungsional
dispepsia, tipe genotipe CC homozigot berhubungan dengan fungsional
dispepsia. Hubungan positif IBS dan polimorphism interleukin 10 juga
dilaporkan, tetapi kerjanya dengan kandidat gen di jalur sitokin atau reseptor
lain sampai saat ini diyakinkan negatif. Terdapat juga penelitian mutasi gen
kanal natrium (SCN5A) dilaporkan berhubungan dengan gejala
gastrointestinal, khususnya nyeri perut.
17
Banyak studi yang telah dilakukan, namun belum dapat menjelaskan
kemungkinan mekanisme penyebabnya dan masih harus dilakukan studi
lebih lanjut yang dapat memperkuat hipotesis faktor riwayat keluarga pada
sakit perut berulang fungsional. Faktor etiologi dari sakit perut berulang pada
anak dan orang dewasa mungkin berbeda, namun belum ada studi
kasus-kontrol yang besar yang sudah dilakukan, khusus untuk mencari prevalensi
dan insidens sakit perut berulang pada anggota keluarga tingkat pertama dari
anak penderita sakit perut berulang. Diperlukan lebih banyak studi lainnya
khususnya pada kelompok pediatrik untuk mengetahui faktor genetik atau
2.5 Diagnosis dan manajemen sakit perut berulang fungsional
Diagnosis dan manajemen sakit perut berulang fungsional dengan
anamnesis, pemeriksaan fisik tidak ditemukannya tanda red flag (tabel 2.1).
Anak dengan sakit perut berulang
Anamnese dan pemeriksaan fisik
Sakit perut fungsional Organik.
1. Anak > 3 tahun 1. Anak < 5 tahun
18
2. Nyeri perut periumbilikus 2. Nyeri jauh dari umbilikus 3. Tidak mengganggu tidur anak 3. Nyeri nokturnal
4. Anak makan dan tumbuh dengan baik 4. Anak kehilangan berat 5. Pemeriksaan fisik normal badan,demam, pertumbuhan
6. Terdapat masalah psikososial terlambat, rash, arthalgia 5. Darah di tinja
6. Penyakit perianal
7. Pemeriksaan fisik abnormal seperti: pallor, jaundice, massa abdomen
Medis/Bedah
1. Simptomatik
2. Rasa aman, menghindari stress dan cemas
3. Modifikasi makanan:diet fiber seperti sayuran dan buah,banyak minum air.18
4. Percobaan diet bebas laktosa selama 2 minggu
5. Perbanyak aktivitas.18 6. Pantau ulang
Pemeriksaan dasar (first line): Darah lengkap, Eritrosit sedimen rate/ C- reaktif protein, analisis urin, Pemeriksaan tinja: parasit, kista.6
Pemeriksaan lanjutan (second line): Foto polos abdomen, LFT, RFT, USG, Breath hidrogen test, Barium follow through, PH metri, endoskopi. 6
Tabel 2.1: Red flag anamnesis dan pemeriksaan fisik pada sakit perut berulang.
Red flag: anamnese sakit perut berulang.
• Nyeri terlokalisir, lokasi nyeri jauh dari umbilikus,6 nyeri timbul tiba-tiba.
• Nyeri menjalar (punggung, bahu, ekstremitas bawah).
4
• Disertai gangguan motalitas (diare, obstipas, inkontinensia).
4
• Terbangun pada malam hari akibat nyeri.
4
• Perdarahan gastrointestinal.
6
• Disertai disuria.
6
• Berhubungan dengan menstruasi.
4
• Muntah terus menerus, terutama jika gangguan bilier.
4
• Terdapat gejala sistemik: demam, nafsu makan turun.
6
• Terdapat gangguan tumbuh kembang.
4
• Terjadi pada anak < 4 tahun.
4
4
Red flag: pemeriksaan fisik sakit perut berulang.
• Kehilangan berat badan atau kemunduran kecepatan pertumbuhan.
5
• Organomegali.
• Lokasi nyeri tekan perut, berpindah dari umbilikus. • Kelainan perirektal (seperti
fissura dan ulserasi).
• Pembengkakan sendi, merah atau panas.
2.6. Kerangka konseptual
Keterangan : Yang diamati dalam penelitian Kebiasaan dan
cara hidup
Sakit perut berulang
fungsional
Predisposisi somatik, disfungsi penyakit Lingkungan dan peristiwa pencetus
Karakteristik klinis: 1. Frekuensi nyeri 2. Intensitas nyeri Watak, pola
respon
Riwayat sakit perut berulang pada: 1. Orang tua
2. Saudara kandung 3. Saudara kembar
BAB 3. METODE PENELITIAN
3.1. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi sekat lintang untuk menilai perbedaan
karakteristik klinis anak sakit perut berulang dengan dan tanpa riwayat
keluarga sakit perut berulang.
3.2. Tempat dan Waktu
Penelitian dilakukan di Sekolah Husni Thamrin di kota Medan Propinsi
Sumatera Utara selama bulan Juli 2014.
3.3. Populasi dan Sampel
Populasi target adalah anak yang menderita sakit perut berulang usia 8 tahun
sampai 17 tahun. Populasi terjangkau adalah populasi target yang menjalani
pendidikan di sekolah Husni Thamrin Medan selama bulan Juli 2014. Sampel
adalah populasi terjangkau yang memenuhi criteria inklusi.
3.4. Perkiraan Besar Sampel
Besar sampel dihitung dengan mempergunakan rumus besar sampel untuk
n= Zα P0Q0 + Zβ PaQa
(Pa-P0)
2
Keterangan :
n = besar sampel
α = kesalahan tipe I = 0,05 → Tingkat kepercayaan 95%
Zα = nilai baku normal = 1,96
β = kesalahan tipe II = 0,2 → Power (kekuatan penelitian) 80%
Zβ = 0,84
P0 = proporsi anak sakit perut berulang (daftar pustaka) = 0,15.
Pa –P0 = perkiraan proporsi anak sakit perut berulang pada penelitian = 0,1
1
Pa = Pa-P0= 0,1 maka Pa = 0,05 Q0 = 1- P0 = 0,85
Qa = 1- Pa = 0,95
Dengan menggunakan rumus di atas didapat jumlah sampel sebanyak
78 orang.
3.5. Kriteria Inklusi dan Eksklusi
Kriteria Inklusi
1. Penderita sakit perut berulang fungsional berusia 8 tahun sampai 17
2. Memenuhi diagnosis sakit perut berulang fungsional menurut kriteria
Apley.
Kriteria Ekslusi
Penyakit lain yang menyebabkan sakit perut berulang seperti henoch
schonlein purpura, konstipasi, diare, infeksi saluran kemih dan menstruasi.
3.. Persetujuan / Informed Consent
Semua subjek penelitian telah diminta persetujuan dari orang tua setelah
dilakukan penjelasan terlebih dahulu.
3.7. Etika Penelitian
Penelitian telah mendapatkan persetujuan oleh Komite Etik Penelitian
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
3.8. Cara Kerja
1. Pasien disurvei terlebih dahulu dengan kuisioner dan wawancara
langsung.
2. Pasien dilakukan anamnesis dan pemeriksaan fisik
3. Pasien yang memenuhi kriteria inklusi dimasukkan ke dalam penelitian.
4. Keluarga dari sampel yaitu orangtua, dan saudara kandung atau saudara
5. Sampel dibagi dua kelompok berdasarkan hasil kuisioner yang dijawab
oleh keluarga, yaitu anak sakit perut berulang dengan riwayat keluarga
juga menderita sakit perut berulang masuk dalam kelompok A, sedangkan
anak sakit perut berulang tanpa riwayat keluarga menderita sakit perut
berulang menjadi kelompok B
6. Kedua kelompok dinilai karakteristik sakit perut berulang seperti frekuensi
dan intensitas sakit perut berulang dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik.
7. Dibandingkan karakteristik klinis sakit perut berulang antara kelompok A
dan B.
8. Dinilai hubungan karakteristik klinis pada anggota keluarga yang memiliki
3.9 . Alur Penelitian
3.10. Identifikasi Variabel
Variabel bebas Skala
Riwayat keluarga Nominal
Variabel tergantung Skala
Frekuensi nyeri Numerik
Intensitas nyeri Ordinal
A. Kelompok anak sakit perut berulang dengan riwayat keluarga sakit perut berulang
B. Kelompok anak sakit perut berulang tanpa riwayat keluarga menderita sakit perut berulang
Karakteristik klinis sakit perut berulang 1. Frekuensi nyeri
2. Intensitas nyeri
Populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
Diberikan kuisioner sakit perut berulang kepada anggota keluarga: orangtua, saudara
2.11. Definisi Operasional
1. Sakit perut berulang menurut Apley didefenisikan paling sedikit tiga
episode nyeri dalam jangka waktu tiga bulan, cukup berat mempengaruhi
aktifitas normal.
2. Sakit perut fungsional yaitu sakit perut yang tidak disebabkan oleh
kelainan organik.
3. Definisi kelainan organik yaitu memiliki red flag anamnese dan
pemeriksaan fisik.
4. Karakteristik klinis yang dinilai adalah frekuensi nyeri dan intensitas nyeri.
5. Frekuensi nyeri dicatat sesuai dengan jumlah nyeri yang dialami setiap
minggu.
6. Intensitas nyeri menggunakan numerical rating scale (NRS) terdapat 0
sampai 10 point, dimana 0= tidak nyeri, 1 sampai 3= nyeri ringan, 4
sampai 6= nyeri sedang, 7 sampai 10= nyeri berat.
7. Sampel penelitian adalah anak usia 8 tahun sampai 17 tahun.
20
8. Keluarga adalah ayah, ibu dan saudara kandung.
3.12. Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak komputer dengan tingkat
uji chi-square. Uji dua mean; T independent digunakan untuk menilai
perbedaan frekuensi dan intensitas sakit perut berulang diantara kelompok
sampel jika disribusi data normal dan Mann Whiteney jika distribusi data tidak
normal. Uji korelasi Spearmen digunakan untuk menilai hubungan korelasi
frekuensi nyeri pada anak sakit perut berulang dengan anggota keluarga
sakit perut berulang. Uji Kruskal Wallis digunakan untuk menilai perbedaan
frekuensi nyeri pada anak sakit perut berulang dengan anggota keluarga
BAB 4. HASIL PENELITIAN
Penelitian dilaksanakan di sekolah Husni Thamrin kotamadya Medan propinsi
Sumatera Utara. Terdapat 791 siswa berusia 8 tahun sampai 17 tahun
dimana terdapat 121 anak dengan sakit perut berulang dengan prevalensi
anak SPB di sekolah Husni Thamrin yaitu 15%.
Penelitian ini diikuti oleh 121 anak yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi, dimana 61 orang anak dengan keluarga yang memiliki riwayat SPB
dan 60 orang anak dengan keluarga tanpa riwayat SPB. Jumlah responden
perempuan pada kelompok responden dengan keluarga SPB lebih banyak
dibanding laki-laki yaitu 33 orang (54.1%) sedangkan pada kelompok
responden dengan keluarga tanpa SPB lebih banyak responden laki-laki yaitu
sebanyak 34 orang (56.7%). Tidak ada perbedaan yang signifikan kedua
kelompok studi berdasarkan jenis kelamin (P=0.236) dari analisis
menggunakan uji chi square. (tabel 4.1)
Rerata usia pada responden dengan riwayat keluarga SPB adalah
12,84 tahun (SB=3.15 tahun) sedangkan pada kelompok yang lain 12.52
tahun (SB=2.33 tahun), dimana usia terendah yaitu usia 8 tahun dan usia
tertinggi yaitu usia 17 tahun. Tidak ditemukan perbedaan rerata usia yang
signifikan antara kedua kelompok studi (P=0.674) dari hasil uji Mann Whitney.
Anggota keluarga yang paling banyak mengalami SPB pada kelompok
responden dengan keluarga yang memiliki SPB adalah adik/kakak sebanyak
23 orang (37.7%). (tabel 4.1)
Rerata frekuensi nyeri pada kelompok responden dengan keluarga
yang memiliki riwayat SPB adalah 2.12 kali per minggu sedangkan di
kelompok yang lain adalah 1.58 kali per minggu. Dari analisis menggunakan
uji Mann Whitney ditemukan perbedaan yang signifikan untuk frekuensi nyeri
antar dua kelompok studi (P=0.0001). (tabel 4.1)
Intensitas nyeri terbanyak pada kedua kelompok adalah dengan
intensitas sedang dengan jumlah responden yang sama yaitu sebanyak 26
orang. Tidak ditemukan perbedaan yang signifikan untuk intensitas nyeri
Tabel 4.1. Karakteristik demografi penelitian Karakteristik Keluarga dengan Riwayat Sakit Perut Berulang (n=61) Keluarga tanpa Riwayat Sakit Perut Berulang (n= 60) P
Jenis Kelamin, n (%)
Laki-laki 28 (45.9) 34 (56.7) 0.236
Perempuan 33 (54.1) 26 (43.3)
Usia, rerata (SB), tahun 12.84 (3.15) 12.52 (2.33) 0.674 Anggota keluarga dengan
SPB, n (%)
Ayah/Ibu 21 (34.4) -
Adik/kakak 23 (37.7) -
Ayah/Ibu dan Adik/kakak 17 (27.9) -
Frekuensi nyeri, rerata (SB) 2.21(1.21) 1.58 (1.0) 0.0001 Intensitas nyeri, n(%)
Ringan 19 (31.2) 21 (35) 0.818
Sedang 26 (42.6) 26 (43.3)
Berat 16 (26.2) 13 (21.7)
Dari analisis menggunakan uji Kruskal Wallis tidak ditemukan
perbedaan frekuensi nyeri yang signifikan pada kelompok responden yang
memiliki keluarga dengan riwayat SPB (P=0.163). (tabel 4.2)
Dari analisis menggunakan uji chi square tidak ditemukan perbedaan
intensitas nyeri yang signifikan pada kelompok responden yang memiliki
Tabel 4.2. Perbedaan frekuensi nyeri dan intensitas nyeri pada anak sakit
perut berulang dengan riwayat keluarga sakit perut berulang.
Anggota keluarga dengan
riwayat sakit perut berulang P Ayah/Ibu Adik/kakak Ayah/Ibu dan
Adik/kakak Frekuensi
nyeri, rerata (SB), x/minggu
2.14 (1.06) 1.87 (0.82) 2.76 (1.64) 0.163
Intensitas nyeri
Ringan 5 (23.8) 6 (26.1) 1 (5.9) 0.322
Sedang 15 (71.4) 13 (56.5) 13 (76.5)
Berat 1 (4.8) 4 (17.4) 3 (17.6)
Dari analisis menggunakan uji korelasi Spearman ditemukan
hubungan yang signifikan antara frekuensi nyeri pada anggota keluarga
dengan frekuensi SPB pada responden (P=0.0001) dengan nilai r = 0.685.
Dengan nilai r = 0.685 dapat disimpulkan bahwa frekuensi nyeri pada
anggota keluarga memiliki korelasi yang kuat dan bersifat positif yaitu
semakin banyak frekuensi nyeri pada anggota keluarga maka akan diikuti
semakin tingginya frekuensi nyeri perut berulang pada responden. (tabel 4.3
Tabel 4.3. Hubungan frekuensi nyeri pada anggota keluarga yang memiliki
riwayat sakit perut berulang dengan anak sakit perut berulang.
P r (Frekuensi nyeri
pada responden) Frekuensi nyeri pada
anggota keluarga
[image:39.612.118.475.203.513.2]0.0001 0.658
Gambar 4.1. Grafik scatterplot hubungan frekuensi nyeri pada keluarga yang
memiliki riwayat sakit perut berulang dengan anak sakit perut berulang.
Dari analisis menggunakan uji chi square ditemukan hubungan yang
signifikan antara intensitas nyeri pada anggota keluarga yang memiliki
Tabel 4.4. Hubungan intensitas nyeri pada keluarga yang memiliki riwayat
sakit perut berulang dengan anak sakit perut berulang.
Intensitas nyeri pada anggota keluarga
Intensitas nyeri pada responden
P Ringan (n=19) Sedang (n=26) Berat
(n=16)
Ringan 6 (31.6) 2 (7.7) 4 (25) 0.017
Sedang 13 (68.4) 21 (80.8) 7 (43.8)
BAB 5. PEMBAHASAN
Sakit perut berulang secara signifikan mempengaruhi kualitas hidup,
kehadiran dan penampilan anak ke sekolah, pergaulan, partisipasi dalam
organisasi, olahraga dan aktifitas keluarga.1 Sakit perut berulang biasanya
terjadi 10% sampai 15% pada anak usia sekolah.5 Prevalensi SPB pada studi
di Malaysia yaitu 10.2%, studi di Bangladesh 11.5%, studi di Srilangka
10.5%. Mayoritas pada studi, sakit perut berulang lebih sering pada anak
perempuan dibandingkan anak laki-laki,6 dengan usia puncak 10 tahun
sampai 12 tahun.5 Studi di Texas tahun 2008 melaporkan jenis kelamin
laki-laki lebih banyak menderita SPB fungsional yaitu 48% dibandingkan dengan
jenis kelamin perempuan yaitu 44%.
Pada penelitian ini kami menemukan prevalensi anak sakit perut
berulang adalah 15%. Sesuai dengan studi di Texas, pada penelitian ini,
mayoritas jenis kelamin pada penderita SPB adalah laki-laki. Rerata usia
kelompok dengan riwayat keluarga SPB yaitu 12.84 tahun (SB=3.15 tahun)
dan kelompok riwayat keluarga tanpa SPB yaitu 12.52 tahun (SB=2.33
tahun). Pada kelompok dengan riwayat keluarga SPB terdapat 33 anak
perempuan (54.1%) sedangkan pada kelompok riwayat keluarga tanpa SPB
sebanyak 34 anak laki-laki (56.7%).
1
psikologi.3 Selalu ada hubungan antara riwayat SPB pada first degree
relatives.6,21 Hal ini sesuai dengan studi di Sri Lanka tahun 2010 menemukan
hubungan independen antara SPB dengan terdapatnya SPB antara first
degree relatives (55.8% dibandingkan 44.2%, P<0.0001), dimana hal ini
dapat disebabkan oleh kerentanan genetik atau lingkungan, dan perlunya
studi lebih lanjut untuk meneliti hubungan langsung predisposisi genetik.3
Studi di Malaysia tahun 2001 bahwa anak dengan orang tua dengan
keluhan sakit perut (P<0.001; Oods ratio 3.48, 95% CI 2.22-5.46) dan
saudara kandung dengan RAP (P<0.001; Oods ratio 4.22, 95% CI 2.46-7.21),
keduanya meningkatkan resiko SPB.
Penelitian ini kami menemukan adanya anggota keluarga yang
mengalami SPB yaitu ayah/ibu pada 21 anak (34.4%), kakak/adik pada 23
anak (37.7%), ayah/ibu dan adik/kakak yaitu 17 anak (27.9%). Anggota
keluarga yang paling banyak menderita SPB pada kelompok anak SPB
dengan keluarga yang memiliki SPB adalah adik/kakak sebanyak 23 orang
(37.7%).
21
Studi di Sri Lanka tahun 2010, mayoritas anak memiliki nyeri ringan
sampai sedang (58.4%).3 Sesuai dengan studi di Sri Lanka, kami
menemukan intensitas nyeri terbanyak pada kedua kelompok adalah
intensitas sedang dengan jumlah responden yang sama yaitu sebanyak 26
orang. Namun, kami tidak menemukan perbedaan yang signifikan untuk
pada kelompok anak SPB dengan riwayat keluarga SPB adalah 2.12 kali per
minggu sedangkan di kelompok yang lain adalah 1.58 kali per minggu.
Ditemukan perbedaan yang signifikan untuk frekuensi nyeri antara dua
kelompok studi (P=0.0001).
Dari penelitian ditemukan ibu dari pasien sakit perut berulang
fungsional mempunyai riwayat IBS (OR 3.9; 95% CI 1.5-10.3), migrain (OR
2.4, 95% CI 1.1-5.3), ansietas (OR 4.8;95% CI 2.2-10.6), depresif (OR 4.9,
95% CI 2.2-11.0), keluhan somatik (OR 16.1; 95% CI 2.0-129.8).11 Studi di
Washington melaporkan pasien dengan ibu IBS dilaporkan lebih sering sakit
perut (P=0.0025) dan gejala non gastrointestinal (P<0.001) dibandingkan
kontrol.
Pada studi ini menemukan adanya hubungan signifikan antara
intensitas nyeri pada anak menderita SPB dengan anggota keluarga yang
memilki riwayat SPB (P=0.017). Hubungan yang signifikan antara frekuensi
nyeri pada anak menderita SPB dengan anggota keluarga yang memiliki
riwayat SPB (P=0.0001, nilai r=0,658), maka disimpulkan bahwa frekuensi
nyeri pada anggota keluarga memiliki korelasi yang kuat dan bersifat positif
yaitu semakin banyak frekuensi nyeri pada anggota keluarga maka akan
diikuti semakin tingginya frekuensi nyeri perut berulang pada responden.
12
Penelitian ini memiliki keterbatasan antara lain diagnosis yang
didapatkan hanya berdasarkan anamnese saja, tidak dilakukan pemantauan
frekuensi dan intensitas nyeri per harinya, banyak faktor penyebab SPB
lainnya yang tidak diteliti pada penelitian ini sebagai penyebab tejadinya SPB
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Dari penelitian ini prevalensi anak SPB usia 8 tahun sampai 17 tahun di
sekolah Husni Thamrin adalah 15% dengan mayoritas jenis kelamin pada
penderita SPB adalah laki-laki. Terdapat perbedaan yang signifikan untuk
frekuensi nyeri antara dua kelompok studi, namun tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan untuk intensitas nyeri pada dua kelompok studi.
Terdapat hubungan signifikan antara intensitas nyeri pada anak menderita
SPB dengan anggota keluarga yang memilki riwayat SPB, dimana anggota
keluarga yang paling banyak menderita SPB pada kelompok anak SPB
dengan riwayat keluarga menderita SPB adalah adik/kakak. Hubungan yang
signifikan antara frekuensi nyeri pada anak menderita SPB dengan anggota
keluarga yang memiliki riwayat SPB. Terdapat korelasi yang kuat dan
bersifat positif dimana semakin banyak frekuensi nyeri pada anggota
keluarga maka akan diikuti semakin tingginya frekuensi nyeri perut berulang
pada responden.
6.2. Saran
Dibutuhkan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar
untuk menentukan jika anak sakit perut berulang dengan riwayat keluarga
RINGKASAN
Sakit perut berulang (SPB) merupakan salah satu masalah umum gangguan
pencernaan pada anak dengan prevalensi 10% sampai 15%. Etiologi SPB
masih belum jelas, beberapa penelitian menyebutkan stress, cemas, depresi,
riwayat SPB pada anggota keluarga first degree. Dari penelitian didapatkan
pasien yang didiagnosis dengan sakit perut fungsional atau IBS lebih memiliki
sakit perut dan somatik lainnya, gagalnya fungsional dan gejala psikiatri
dibandingkan dengan kontrol setelah diikuti selama lima tahun dan sepertiga
dari setengah anak mengalami nyeri persisten sampai dewasa.
Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik klinis yaitu frekuensi
nyeri dan intensitas nyeri pada anak SPB dengan dan tanpa riwayat keluarga
SPB.
Studi sekat lintang telah dilakukan di Sekolah Husni Thamrin
kotamadya Medan propinsi Sumatera Utara pada bulan Juli 2014. Populasi
target adalah anak yang menderita sakit perut berulang usia 8 tahun sampai
17 tahun. Sampel adalah populasi terjangkau yang memenuhi kriteria inklusi.
Pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak komputer dengan
tingkat kemaknaan P <0.05. Untuk menilai perbedaan antara kelompok anak
sakit perut berulang dengan tanpa riwayat keluarga sakit perut berulang
digunakan uji chi-square. Uji dua mean; T independent digunakan untuk
kelompok sampel jika disribusi data normal dan Mann Whiteney jika distribusi
data tidak normal. Uji korelasi Spearmen digunakan untuk menilai hubungan
korelasi frekuensi nyeri pada anak sakit perut berulang dengan anggota
keluarga sakit perut berulang. Uji Kruskal Wallis digunakan untuk menilai
perbedaan frekuensi nyeri pada anak sakit perut berulang dengan anggota
keluarga sakit perut berulang.
Pada penelitian ini didapatkan prevalensi anak SPB usia 8 tahun
sampai 17 tahun di sekolah Husni Thamrin yaitu 15% dengan mayoritas jenis
kelamin pada penderita SPB adalah laki-laki. Karakteristik dasar antara
kelompok yaitu, jenis kelamin, rerata usia, anggota keluarga dengan SPB,
frekuensi nyeri dan intensitas nyeri. Didapatkan perbedaan yang signifikan
untuk frekuensi nyeri antara dua kelompok studi, namun tidak ditemukan
perbedaan yang signifikan untuk intensitas nyeri pada dua kelompok studi.
Terdapat hubungan signifikan antara intensitas nyeri pada anak
menderita SPB dengan anggota keluarga yang memilki riwayat SPB, dimana
anggota keluarga yang paling banyak menderita SPB pada kelompok anak
SPB dengan riwayat keluarga menderita SPB adalah adik/kakak. Hubungan
yang signifikan antara frekuensi nyeri pada anak menderita SPB dengan
anggota keluarga yang memiliki riwayat SPB, dengan nilai r = 0.658 maka
dapat disimpulkan bahwa frekuensi nyeri pada anggota keluarga memiliki
pada anggota keluarga maka akan diikuti semakin tingginya frekuensi nyeri
SUMMARY
Recurrent abdominal pain (RAP) is one of the common problems of digestive
disorders in children with a prevalence of 10 % to 15 %. Etiology of RAP is
remains unclear, several studies have shown stress, anxiety, depression, a
history of the RAP in the first degree family members. From the research
found that patients diagnosed with functional abdominal pain or IBS is having
stomach pain and other somatic, functional failure and psychiatric symptoms
compared with controls after followed for five years and one third of half the
child has persistent pain into adulthood.
The aimed of this study to examine the clinical characteristics that
pain frequency and intensity of pain in children with recurent abdominal pain
and without a family history of RAP.
Studies have been conducted in Husni Thamrin school in the
municipality of Medan North Sumatra in July 2014. The target population was
children who suffer from recurrent abdominal pain aged 8 years to 17 years.
Samples were affordable population that met the inclusion criteria.
Data processed by computer software with a significance level of P
<0.05. To assess differences between groups of RAP in children with or
without a family history of RAP used chi-square test. Two mean test;
independent T used to assess differences in the frequency and intensity of
normal and Mann Whiteney if distribution of data is not normal. Spearman
correlation test was used to assess the correlation pain frequency in children
with recurrent abdominal pain with family members recurrent abdominal pain.
Kruskal Wallis test was used to assess differences in the frequency of pain.
In this study, the prevalence of RAP children age 8 to 17 years in
Husni Thamrin school was 15 % with the majority of sex on RAP patients
were male. The baseline characteristics between groups such as gender,
mean of age, family members with RAP, frequency and intensity of pain.
Obtained a significant difference to the frequency of pain between the two
study groups, but no significant differences were found for pain intensity in
the two study groups.
There was a significant correlation between the pain intensity of
RAP in children with family members who have a history of RAP, where the
most family members who have RAP in group RAP children with family
members who have a history of RAP was a brother/sister. Significant
correlation between the frequency of pain in RAP children with family
members who have a history of RAP, with r= 0658 then it can be concluded
that the frequency of pain on the family members have a strong correlation is
positive and that the more frequency of pain in the family members will be
DAFTAR PUSTAKA
1. Malaty HM, Tkachenko M, Fraley K, Abudayyeh S, O’Malley K, Graham DY, dkk. Recurent abdominal pain symptoms in childhood: a papulation-based study. JCOM. 2008;15:287-92.
2. Uc A, Hyman PE, Walker LS. Functional gastrointestinal disorder in African American children in primary care. J Pediatr Gastroentrol Nutr. 2006;42:270-4.
3. Devanarayana NM. Recurrent abdominal pain in children:a Sri Lankan perspective. Sri Lanka Journal of Child Health. 2010;39:79-92.
4. Boediarso A. Sakit perut pada anak. Dalam: Juffrie M, Soenarto SY, Oswari H, Arief S, Rosalina I, Mulyani NS, penyunting. Buku Ajar Gastroenterologi-hepatologi. Jilid 1. Jakarta: Badan Penerbit IDAI; 2010.h.159-65.
5. Thiessen PN. Recurrent abdominal pain. Pediatrics in Review. 2002;23(2):39-46.
6. Devanarayana NM, Rajindrajith S, Silva HJ. Recurrent abdominal pain in children. Indian Pediatrics. 2009;46:389-97.
7. Nurko S, Lorenzo CD. Functional abdominal pain:time to get together and move forward. J Pediatr Gastroenterol Nutr. 2008;47:679-715.
8. Locke GR, Zinseister AR, Talley NJ, Fett SL, Melton LJ. Familial association in adults with functional gastrointestinal disorder. Mayo Clin Proc. 2000;75:907-12.
9. Crushell E, Rowland M, Doherty M, Gormally S, Harty S, Bourke B, dkk. Importance of parenteral conceptual model of illness in severe recurrent abdominal pain. Pediatrics. 2003;112:1368-72.
10. Banez GA. Recurrent abdominal pain in children and adolescents:classification, epidemiology and etiology/conceptual models. UNC Center for Functional GI & Motility Disorder. 2001.
11. Campo JV, Bridge J, Lucas A,Physical and emotional health of mothers of yourh with functional abdominal pain. Arch Pediatr Adolesc Med. 2007;161:131-7.
12. Levy RL, Whitehead WE, Walker LS. Increased somatic complaints and health cara utilization in children:effects of parent IBS status and parent response to gastrointestinal symptoms. Am J Gastroenterol. 2004;99:2442-51.
13. Levy RL, Tilburg MA. Functional abdominal pain childhood:background studies and recent research trends. Pain Res Manage. 2012;17:413-17. 14. Levy RL, Jones KR, Whitehead WE, Feld SI, Talley NJ, Corey LA. Irritable
15. Kalantar JS, Locke III GR, Zinsmeister AR, Beighley CM, Talley NJ. Familial aggregation of irritable bowel syndrome:a prospective study. Gut. 2003;52:1703-7.
16. Yeo A, Boyd P, Lumsden S, Saunders T, Handley A, Stubbins M, dkk. Association between a functional polymorphism in the serotonin transporter gene and diarrhea predominant irritable bowel syndrome in women. Gut. 2004; 53:1452-8.
17. Kim HJ, Camilleri M, Carlson PJ, Cremonini F, Ferber I, Stephens D, dkk.
Association of distinct α2
18. Plunkett A, Beattie RM. Recurrent abdominal pain childhood. J R Soc Med. 2005;98:101-6.
adrenoceptor and serotonin transporter polymorphisms with constipation and somatic symptoms in functional gastrointestinal disorders. Gut. 2004; 53:829-37.
19. Madiyono B, Moeslichan S, Sastroasmoro S, Budiman I, Purwanto SH. Perkiraan besar sampel. Dalam: Sastroasmoro S, Ismael S, penyunting. Dasar-dasar metodologi penelitian klinis. Jakarta: Sagung Seto; 2008. h.302-30.
20. Jones K, Vojir C, Hutt E, Fink R. Determining mild, moderate, and severe pain equivalency across pain intensity tools in nursing home residents. 2007;44:305-14.
LAMPIRAN
1. Personil Penelitian
1. Ketua Penelitian
Nama : dr. Sisca Kartika Dewi
Jabatan : Peserta PPDS Ilmu Kesehatan Anak FK USU 2. Supervisor
1. Prof.Dr. Atan Baas Sinuhaji,SpAK 2. Dr. Supriatmo, SpAK
3. Dr. Selvi Nafianti, SpAK 3. Anggota penelitian
1. dr. Trina Devina 2. dr. Elida Saragih
2. Jadwal Penelitian
Kegiatan/ Waktu Juni 2014 Juli 2014 Oktober 2014 Januari 2015 Persiapan Pelaksanaan Penyusunan Laporan Pengiriman Laporan
3. Perkiraan biaya
1. Penyediaan fotokopi dan alat tulis : Rp. 2.500.000 2. Penyusunan dan penggandaan hasil : Rp. 3.500.000
3. Souvenir : Rp. 3.000.000
4. Lembar Penjelasan
Kepada Bapak/ Ibu……
Sebelumnya kami ingin memperkenalkan diri, nama saya dokter Sisca Kartika Dewi, bertugas di divisi Gastroenterologi Departemen Ilmu Kesehatan Anak FK USU / RSUP H. Adam Malik Medan. Saat ini, kami sedang melaksanakan penelitian tentang pengaruh faktor keturunan terhadap karakteristik klinis sakit perut berulang.
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk menilai perbedaan karakterisitik klinis antara anak sakit perut berulang dengan riwayat keluarga juga menderita sakit perut berulang dan anak sakit perut berulang tanpa riwayat keluarga menderita sakit perut berulang.
Pertama-tama saya dibantu beberapa teman-teman saya akan mewawancarai anak ibu/bapak mengenai gejala sakit perut berulang. Setelah itu kami juga akan memberikan kuisioner mengenai sakit perut berulang kepada ibu/bapak juga anak ibu/bapak lainnya.
Pada penelitian ini akan dilakukan pengukuran tinggi badan, penimbangan berat badan, pemeriksaan fisik sederhana, dan pemberian kuisoner untuk mengetahui anak yang menderita sakit perut berulang fungsional.
Bapak/ Ibu serta anak anda bebas menolak ikut atau mengundurkan diri dalam penelitian ini. Semua data penelitian akan diperlakukan secara rahasia, sehingga tidak memungkinkan orang lain mengetahui data penderita. Semua biaya penelitian akan ditanggung oleh peneliti.
1. PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (PSP)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Jenis kelamin :
Umur :
Alamat :
Setelah mendapat keterangan secara terperinci dan jelas mengenai penelitian
Perbedaan karakteristik klinis pada anak sakit perut berulang sengan dan tanpa
riwayat keluarga sakit perut berulang dan setelah mendapat kesempatan tanya
jawab tentang segala sesuatu yang berhubungan dengan penelitian tersebut,
termasuk resikonya, maka dengan ini saya secara sadar dan sukarela, tanpa
paksaan menyatakan bersedia ikut menjadi peserta di dalam penelitian tersebut
dan dapat mengundurkan diri sewaktu-waktu atau menolak
Medan...2014
6. Kuisoner
1. Data Pribadi
Nama: ... Tanggal pemeriksaan: ... Alamat :... Tempat/tanggal lahir... Jenis kelamin : ……….
Anak ke….dari ……jumlah saudara. ...
Pendidikan orang tua :………. Pekerjaan orang tua
:……….
Berat badan: ...kg Tinggi badan: ...cm Saat ini duduk di kelas: ...
2. Data Orang Tua
Umur Orang Tua : Ayah…...Tahun, Ibu……….Tahun Pendidikan Terakhir
Ayah : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2 Ibu : 1. SD 2. SMP 3. SMU 4. D3/D4 5. S1/S2 Pekerjaan
Ayah : 1. PNS 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta 4. Petani/Nelayan 5. Tidak bekerja Ibu : 1. PNS 2. Karyawan swasta 3. Wiraswasta
4. Petani/Nelayan 5. Tidak bekerja Pendapatan / Bulan
Ayah : 1.<Rp.500 ribu 2. Rp.500 ribu -1 juta 3.Rp.1 juta – 3 juta 4. >Rp. 3 juta
1. Data Sakit perut berulang
Ya Tidak
1. Apakah sakit perut terjadi > 3x dalam 3 bulan ini ( ) ( ) 2. Apakah sakit perut berlangsung kurang 1 jam ( ) ( ) 3. Apakah sakit perut menjalar ( ) ( ) 4. Apakah sakit perut dapat membuat terbangun malam hari ( ) ( ) 5. Apakah sakit perut mengganggu aktifitas ( ) ( ) 6. Apakah diantara episode sakit perut terdapat ( ) ( )
masa bebas gejala
7. Apakah sakit perut di daerah ulu hati ( ) ( )
8. Apakah ada mencret ( ) ( )
9. Apakah ada muntah ( ) ( )
10. Apakah sulit buang air besar ( ) ( ) 11. Apakah ada rasa sakit ketika buang air kecil ( ) ( ) 12. Apakah sakit perut hanya dirasakan saat haid ( ) ( ) 13. Apakah ada rasa kembung pada perut ( ) ( ) 14. Apakah nyeri berkurang ketika libur sekolah? ( ) ( )
Nyeri yang dirasakan: Lingkari mana yang anda rasakan
Tidak nyeri
Nyeri
ringan
Nyeri
sedang
Nyeri
a.
Tanda red flag Pemeriksaan Fisik
Frekuensi Sakit perut berulang
Berapa kali dalam seminggu anda mengalami sakit perut berulang?
2. Data penyakit lain :
1. Apakah orangtua ( ayah atau ibu ) mempunyai riwayat sakit perut berulang ? a. Ya b. Tidak
BIODATA PENULIS UTAMA
Nama Lengkap : dr. Sisca Kartika Dewi
Tempat dan Tanggal Lahir : Medan, 09 September 1986
Alamat : Jln. Duyung No 36/66 Medan
PENDIDIKAN
Sekolah Dasar : Husni Thamrin Medan, tamat tahun 1997
Sekolah Menengah Pertama : Husni Thamrin Medan,tamat tahun 2000
Sekolah Menengah Umum : Husni Thamrin Medan, tamat tahun 2003
Dokter Umum : Fakultas Kedokteran USU Medan, tamat
tahun 2009
Dokter Spesialis Anak : Fakultas Kedokteran USU Medan, masuk
Juli 2010
RIWAYAT PEKERJAAN : Dokter di RS Imelda, Medan
ORGANISASI
1. 2004 – sekarang : IDI (Ikatan Dokter Indonesia)
PENELITIAN
Perbedaan karakteristik klinis anak sakit perut berulang dengan dan tanpa