PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT
OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM
EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Oleh
BANTU TAMPUBOLON
087017122/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2011
SE K O L
A H
P A
S C
A S A R JA N
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT
OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM
EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana
Universitas Sumatera Utara
Oleh
BANTU TAMPUBOLON
087017122/Akt
SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN
INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS)
TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN
MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Nama Mahasiswa : Bantu Tampubolon
Nomor Pokok : 087017122
Program Studi : Akuntansi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Dra. Sri Mulyani, M.M, Ak)
Ketua Anggota
Ketua Program Studi,
(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA)
Direktur,
(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)
Telah diuji pada
Tanggal 24 Januari 2011
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA
Anggota : 1. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
2. Syarief Fauzi, SE, M.Ak, Ak 3. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:
“Pengaruh Faktor Fundamental dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap
Harga Saham Emiten Manufaktur di Bursa Efek Indonesia”.
Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun
sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan
secara benar dan jelas.
Medan, Januari 2011
Bantu Tampubolon
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT
OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA
SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Bantu Tampubolon, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental dan IOS secara simultan dan parsial terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga Saham (Y) yaitu harga saham sedangkan variabel independen adalah faktor fundamental ROA, ROE, EPS, PER dan IOS.
Penelitian ini menggunakan sampel 127 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 4 tahun dari tahun 2005-2008. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda dan dengan melakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Hasil penelitian menunjukkan secara simultan faktor fundamental berupa ROA, ROE, EPS, PER dan IOS berpengaruh terhadap harga saham emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial, faktor yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham adalah Return on Equity (X2), Earnings per Share (X3) dan Price Earnings Ratio (X4). Hal ini menunjukkan bahwa 33.2% variabel harga saham dapat dijelaskan oleh faktor fundamental ROA, ROE, EPS, PER dan IOS. Sisanya sebesar 66.8% diduga dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
INFLUANCE SOME FACTORS FUNDAMENTAL AND INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TO STOCK PRICE IN MANUFACTURING
COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
Bantu Tampubolon, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
ABSTRACT
This research is aimed to know and analysis influance of Fundamental Factors and IOS Partially and Simultaniously to the Manufacturing Company of Stock Price in Indonesia Stock Exchange. Dependend variable use Stock Price and ROA, ROE, EPS, PER and IOS as independend variable.
This research taking of 127 at manufacturing company sample in 4 years at period 2005-2008. Analysis method the used is Multiple Linear Regression with classical assumption normality, heteroscedasticity, multicollinierity and autocorrelation test.
This result shows fundamental factors that is ROA, ROE, EPS, PER dan IOS simultanly there are the influence significant to the Manufacturing Company of Stock Price in Indonesia Stock Exchange. Partially show only Return on Equity (X2), Earnings per Share (X3) and Price Earnings Ratio (X4). Variable with explained by variation the expressed in Adjusted R2 equal to 33,2% is while the rest equal to 66,8% influenced by other variable which is not explained by this research model. Where as other variable not influence with models is IOS.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas
berkat dan karuniaNya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian tesis
ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan penelitian tesis ini masih
banyak kekurangan baik dari segi bahasa, cara penulisan dan analisis semuanya
masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu peneliti masih mengharapkan masukan
ataupun kritikan dari semua pihak yang membaca tesis ini agar tesis ini lebih baik.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini penulis menerima banyak
masukan dari berbagai pihak yang membantu serta membimbing penulis untuk
menyelesaikan tesis ini atas dasar itu penulis menyampaikan terima kasih yang tulus
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc, (CTM), Sp.A(K), selaku
Rektor Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, CPA, selaku Ketua
Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Univesitas Sumatera
Utara yang sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah
memberikan saran dan kritik kepada penulis sejak awal hingga selesainya
tesis ini.
4. Ibu Dra. Sry Mulyani, MBA, Ak selaku Anggota Komisi Pembimbing yang
telah banyak meluangkan waktu serta memberikan arahan dan bimbingan
yang sangat berarti bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.
5. Drs. Syarief Fauzie, MAK, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah
meluangkan waktu dan memberikan kritikan dan masukan serta pengarahan
6. Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah
meluangkan waktu dan memberikan kritikan dan masukan serta pengarahan
untuk kesempurnaan tesis ini.
7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang
telah meluangkan waktu dan memberikan kritikan dan masukan serta
pengarahan untuk kesempurnaan tesis ini.
8. Istri tercinta Minar Lumban Gaol dan anak-anak tersayang: Basar Liando
Tampubolon, ST, Lulu Arga Ingelini, Tampubolon, S.Psi, Rianita Ulibasa
Tampubolon, SE, Edgar Octoyuda Tampubolon yang memberikan semangat
dan motivasi kepada penulis mulai perkuliahan hingga penulisan tesis ini.
9. Rekan-rekan mahasiswa di Program Studi Magister Akuntansi Sekolah
Pascasarjana Universitas Sumatera Utara
Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfat bagi para
pembaca, khususnya bagi rekan mahasiswa.
Medan, Januari 2011 Penulis,
RIWAYAT HIDUP
Nama : Bantu Tampubolon
Tempat/Tanggal Lahir : Doloksanggul/15 Agustus 1955
Pekerjaan : Dosen Tetap Universitas HKBP Nommensen Medan
Agama : Kristen Protestan
Orang Tua
Ayah : Alm. Kores Tampubolon
Ibu : Alm. Noin Situmorang
Isteri : Minar Lumban Gaol
Anak
: 1. Basar Liando Tampubolon, ST
2. Lulu Arga Ingelini Tampubolon, S.Psi
3. Rianita Ulibasa Tampubolon, SE
4. Edgar Octoyuda Tampubolon
Alamat : Jl. Menteng VII No. 209 Medan
Pendidikan
SD : SD Negeri Sei Putih Galang tamat tahun 1967
SMP : SMP Negeri Doloksanggul tamat tahun 1970
SLTA : SMEA Negeri Doloksanggul tamat tahun 1973
Universitas : 1. Universitas Borobudur Jakarta tamat tahun 1982
2. USU Fakultas Ekonomi tamat tahun 1999
Pascasarjana : 1. Philippine Christian University Manila, MBA
Program tamat tahun 1986
2. Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana
DAFTAR ISI
2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoritical Mapping) ... 28
BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 30
4.4.1. Definisi Operasional. ... 38
4.4.2. Pengukuran Variabel. ... 39
4.5. Metode Analisis Data ... 41
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
5.1. Hasil Penelitian ... 44
5.1.1. Deskripsi Data Penelitian ... 44
5.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 46
5.1.2.1. Uji normalitas ... 46
5.1.2.2. Uji multikolinearitas ... 52
5.1.2.3. Uji autokorelasi ... 54
5.1.2.4. Uji heteroskedastisitas... 55
5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 65
6.1. Kesimpulan... 65
6.2. Keterbatasan Hasil Penelitian... 65
6.3. Saran ………... 66
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
1.1. Daftar IHSG Tahun 2002-2007... 4
2.1. Penelitian Terdahulu... 29
4.1. Operasionalisasi Variabel... 40
5.1. Deskriptif Statistik….……… 45
5.2. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test (Sebelum Transformasi)……..……… 51
5.3. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test (Sesudah Transformasi)……..……… 52
5.4. Uji Multikolinearitas (Sebelum Transformasi)………. 53
5.5. Uji Multikolinearitas (Sesudah Transformasi)……….…….… 53
5.6. Nilai Durbin-Watson………..…...……… 54
5.7. Uji Park... 56
5.8. Pengujian Goodness of Fit... 57
5.9. Uji F………...………... 58
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
3.1. Kerangka Konseptual………..……… 30
5.1. Uji Normalitas Data dengan Histogram (Sebelum
Transformasi)……… 47
5.2. Normal P-P Plot (Sebelum Transformasi)……… 48
5.3. Uji Normalitas Data dengan Histogram (Sesudah
Transformasi)……... 49
5.4. Normal P-P Plot (Sesudah Transformasi)……… 50
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Emiten Perusahaan Sampel……… 71
2. Data Return On Assets 2005-2008……… 74
3. Return On Equity (ROE) Tahun 2005-2008.……… 77
4. Earning Per Share (EPS) Tahun 2005-2008... 80
5. Price Earnings Ratio (PER) Tahun 2005-2008……….. 83
6. Investment Opportunity Set (IOS) Tahun 2005-2008………. 86
7. Harga Saham (Closing Prices) Tahun 2005-2008... 89
8a. Hasil Uji Regresi Berganda Sebelum Transformasi………… 93
8b. Hasil Uji Regresi Berganda Sesudah Transformasi………… 101
PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT
OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA
SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA
Bantu Tampubolon, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental dan IOS secara simultan dan parsial terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga Saham (Y) yaitu harga saham sedangkan variabel independen adalah faktor fundamental ROA, ROE, EPS, PER dan IOS.
Penelitian ini menggunakan sampel 127 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 4 tahun dari tahun 2005-2008. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda dan dengan melakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.
Hasil penelitian menunjukkan secara simultan faktor fundamental berupa ROA, ROE, EPS, PER dan IOS berpengaruh terhadap harga saham emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial, faktor yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham adalah Return on Equity (X2), Earnings per Share (X3) dan Price Earnings Ratio (X4). Hal ini menunjukkan bahwa 33.2% variabel harga saham dapat dijelaskan oleh faktor fundamental ROA, ROE, EPS, PER dan IOS. Sisanya sebesar 66.8% diduga dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.
INFLUANCE SOME FACTORS FUNDAMENTAL AND INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TO STOCK PRICE IN MANUFACTURING
COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE
Bantu Tampubolon, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak
ABSTRACT
This research is aimed to know and analysis influance of Fundamental Factors and IOS Partially and Simultaniously to the Manufacturing Company of Stock Price in Indonesia Stock Exchange. Dependend variable use Stock Price and ROA, ROE, EPS, PER and IOS as independend variable.
This research taking of 127 at manufacturing company sample in 4 years at period 2005-2008. Analysis method the used is Multiple Linear Regression with classical assumption normality, heteroscedasticity, multicollinierity and autocorrelation test.
This result shows fundamental factors that is ROA, ROE, EPS, PER dan IOS simultanly there are the influence significant to the Manufacturing Company of Stock Price in Indonesia Stock Exchange. Partially show only Return on Equity (X2), Earnings per Share (X3) and Price Earnings Ratio (X4). Variable with explained by variation the expressed in Adjusted R2 equal to 33,2% is while the rest equal to 66,8% influenced by other variable which is not explained by this research model. Where as other variable not influence with models is IOS.
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang kelebihan
dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam) dengan cara
memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal juga merupakan bagian dari indikator
perekonomian suatu negara. Keberadaan pasar modal diharapkan dapat menjadi
alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat.
Krisis keuangan global yang masih berlangsung hingga kini, mengakibatkan
kondisi pasar keuangan dunia menjadi terpuruk, termasuk pasar modal di Indonesia.
Hingga saat ini pasar modal Indonesia masih bergulat di tengah krisis global yang
menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public
Offering (IPO) dari sejumlah perusahaan akibat kondisi pasar modal yang belum
menentu. Rontoknya indeks bursa di hampir seluruh dunia pada Oktober 2008 lalu
turut menghempaskan Indeks Harga Saham gabungan (HSG) hingga level terendah,
yang mengakibatkan BEI terpaksa disuspend sebab mengalami penurunan signifikan.
Puncaknya terjadi pada 8 Oktober 2008, IHSG terkoreksi sebesar 10,38% hingga
menyentuh level 1.451,669. Namun dibuka kembali pada 13 Oktober 2008. Suspensi
tersebut untuk memberikan perlindungan kepada investor dan pasar. Kemudian pasar
modal kembali bergerak naik, namun hal tersebut hanya disebabkan oleh dana jangka
Namun optimisme bahwa bursa saham akan kembali membaik terlihat dari
rencana IPO pada 2009 di mana tercatat sekitar 19 perusahaan. Termasuk diantaranya
perusahaan yang gagal melakukan IPO pada 2008. Beberapa perusahaan yang gagal
melakukan IPO pada 2008 akan merealisasikan pada tahun ini. Seperti diketahui,
beberapa perusahaan yang gagal menggelar IPO pada 2008 lalu adalah PT Prime
Petroservices, PT Power Telecom, PT Mitrasurya Cemerlang, PT Wahanaartha
Harsaka, dan PT Garuda Food. Kemudian juga PT Bank Tabungan Negara (BTN),
PT Krakatau Steel, PT Pembangunan Perumahan, PT Waskita Karya, PT Garuda
Indonesia, dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, IV, dan VII.
Sejumlah BUMN yang akan masuk bursa, saham BUMN sangat ditunggu
investor di pasar modal. Kementerian BUMN melepas 11 BUMN melakukan
privatisasi melalui program IPO, sebagai upaya menyehatkan kinerja keuangan
perusahaan. Perusahaan yang benar-benar siap untuk melaksanakan IPO ada tiga
perusahan, yaitu PT Krakatau Steel, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII, dan Bank
Tabungan Negara (BTN).
Sementara itu, kinerja emiten sepanjang triwulan I/2009 relatif lebih baik
dibanding triwulan akhir 2008. Hal ini didukung oleh kinerja emiten berbasis pasar
domestik yang masih tumbuh menjadi faktor utama pertumbuhan positif ditengah
krisi global yang masih berlangsung. Dilihat dari sisi jumlah emiten maupun
kapitalisasinya, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih tertinggal dibandingkan dengan
pasar modal di negara lain di kawasan regional Asia. Menurut data World Federation
dibandingkan dengan emiten bursa Malaysia yang tercatat mencapai 968 emiten,
Singapura (765 emiten) dan Thailand (527 emiten).
Sedangkan dari sisi nilai kapitalisasi, dengan nilai US$ 113 miliar, kapitalisasi
di BEI masih berada di bawah kapitalisasi bursa regional khususnya negara tetangga.
Bursa Singapura mencatat nilai kapitalisasi mencapai US$ 249 miliar, kemudian
disusul oleh Malaysia sebesar US$ 197 miliar. Minimnya jumlah emiten di BEI dan
masih terbatasnya jumlah investor yang berinvestasi di pasar modal, menyebabkan
jika terjadi gejolak eksternal, pasar modal Indonesia lebih mudah terguncang. Karena
dari sisi `supply` (emiten) dan `demand` (investor) masih terbatas, sehingga jika
terjadi guncangan dari luar, misalnya dampak krisis global sejak tahun lalu
dampaknya sangat terasa di bursa Indonesia.
Pasar modal sebagai salah satu instrumen penggalang dana juga menghadapi
goncangan yang kuat. Goncangan tersebut berupa penurunan Indeks Harga saham
Gabungan (IHSG) dari 637,40 di tahun 1997 menjadi 401,70 di tahun 1998.
Kapitalisasi pasar juga mengalami hal serupa, yaitu di tahun 1997 Rp. 215,10 trilyun
turun menjadi Rp. 159,90 di tahun 1998, sedangkan total transaksi menurun dari
120,40 triliun pada tahun 1997 menjadi 99,60 triliun untuk tahun 1998 (Bursa Efek
Indonesia 2002). Dampak serius yang dialami sektor perbankan akibat krisis ekonomi
berimbas pada dilikuidasinya 16 bank pada tahun 1997, disusul dengan pembekuan
10 bank di tahun 1998 dan penutupan sendiri 2 bank campuran pada tahun 1999.
Dalam laporan tahunan yang tertuang dalam fact book IDX, tergambar jelas
data dan angka tersebut menandakan bahwa pasar modal sebagai wahana investasi
dan sebagai pintu gerbang masuk ke industri ini terus digemari kalangan investor.
Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang merupakan salah satu indikator
perdagangan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Perbandingan indeks harga
saham gabungan beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.
Tabel 1.1. Daftar IHSG Tahun 2002-2007
2002 2003 2004 2005 2006 2007
High 551,607 693,033 1.004,430 1.192,203 1.805,523 2.810,962
Low 337,475 379,351 668,477 994,770 1.171,709 1.678,044
Close 424,945 691,895 1.000,233 1.162,635 1.805,523 2.745,826
Sumber: www.bei.co.id, diolah (17 Agustus 2008)
Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa IHSG tahun 2007 mengalami kenaikan 52
persen dibandingkan penutupan tahun 2006. Sementara penutupan tahun 2006 IHSG
lebih tinggi, dibandingkan tahun 2005, demikian juga dengan 2004 dan 2003.
Kenaikan IHSG tersebut merupakan cerminan dari keberhasilan investor
menanamkan modalnya di pasar modal, karena emiten atau perusahaan yang menjual
sahamnya tidak kesulitan dalam mencari modal guna pengembangan usaha.
Peningkatan tersebut tentunya dapat mendorong investor untuk berinvestasi di Pasar
Modal Indonesia.
Fenomena tersebut disebabkan tingginya suku bunga perbankan, yaitu
mencapai 77,63% di tahun 1998. Suku bunga yang tinggi dan tidak adanya dukungan
dari sektor riil membuat banyak kredit pinjaman mengalami penundaan pembayaran
Setiap investasi tentu memiliki risiko dan return yang berbeda-beda. Para
investor sendiri tentu selalu berharap dapat memaksimalkan return atas investasinya
berdasarkan tingkat toleransinya terhadap risiko. Investor yang berani mengambil
risiko (risk taker) cenderung memilih saham-saham dengan tingkat risiko yang tinggi
dengan pengharapan akan menuai return yang tinggi pada akhirnya. Sebaliknya,
investor yang kurang berani (risk averse) cenderung memilih saham-saham dengan
return yang normal.
Salah satu tujuan investor dalam berinvestasi adalah memperoleh deviden.
Tujuan lain adalah memperoleh capital gain, yaitu selisih lebih antara harga investasi
saat ini dengan harga investasi di masa lalu. Perilaku investor seperti itu
mengindikasikan bahwa mereka membeli saham pada saat harga saham turun dan
menjualnya kembali pada saat harga saham meningkat. Indikasi ini menyimpulkan
bahwa seorang calon investor yang ingin membeli saham di pasar sekunder harus
senantiasa memperhatikan pergerakan harga saham tersebut.
Analisis terhadap saham secara umum terbagi dua, yaitu: analisis teknikal dan
analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data harga saham di masa lalu,
sedangkan analisis fundamental menggunakan faktor yang diidentifikasikan sehingga
dapat mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Dasar dari analisis
fundamental adalah faktor fundamental suatu perusahaan.
Faktor fundamental perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai faktor
internal perusahaan yang digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang
keuangan suatu perusahaan membutuhkan suatu alat ukur, biasanya berbentuk rasio.
Analisis rasio keuangan mampu memberikan manajemen gambaran tentang
perubahan-perubahan pokok trend, jumlah dan hubungan serta alasan perubahan
tersebut. Hasil analisis laporan keuangan diharapkan dapat membantu manajemen
dalam menginterprestasikan berbagai hubungan kunci dan kecenderungan sehingga
dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan
di masa depan.
Setiap investasi tentu memiliki risiko dan return yang berbeda-beda. Para
investor sendiri tentu selalu berharap dapat memaksimalkan return atas investasinya
berdasarkan tingkat toleransinya terhadap risiko. Investor yang berani mengambil
risiko (risk taker) cenderung memilih saham-saham dengan tingkat risiko yang tinggi
dengan pengharapan akan menuai return yang tinggi pada akhirnya. Sebaliknya,
investor yang kurang berani (risk averse) cenderung memilih saham-saham dengan
return yang normal.
Tingkat keuntungan (return) merupakan motivasi investor dalam berinvestasi,
karena itu, return seringkali dijadikan sebagai ukuran dalam membandingkan
berbagai alternatif investasi. Pengukuran return historis memberikan dua keuntungan
bagi investor. Hal yang pertama, pengukuran return historis yaitu memungkinkan
investor mengetahui keberhasilan mereka dalam melakukan suatu investasi. Hal yang
kedua, pengukuran return historis juga ikut berperan dalam memperkirakan return
Salah satu tujuan investor dalam berinvestasi adalah memperoleh deviden.
Tujuan lain adalah memperoleh capital gain, yaitu selisih lebih antara harga investasi
saat ini dengan harga investasi di masa lalu. Perilaku investor seperti itu
mengindikasikan bahwa mereka membeli saham pada saat harga saham turun dan
menjualnya kembali pada saat harga saham meningkat. Indikasi ini menyimpulkan
bahwa seorang calon investor yang ingin membeli saham di pasar sekunder harus
senantiasa memperhatikan pergerakan harga saham tersebut. Kekuatan analisis
investor dalam menilai dan memperkirakan harga saham akan berpengaruh terhadap
capital gain yang akan diterimanya. Hal tersebut dikarenakan kekuatan analisis ini
akan memberikan informasi kepada investor waktu yang tepat untuk membeli atau
menjual saham yang dimilikinya.
Kewajaran harga saham yang terbentuk di pasar modal dapat dinilai oleh
investor melalui pendekatan fundamental, sedangkan risiko sistematis (market risk)
dapat mengurangi besarnya tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor.
Pendekatan fundamental bermula dari pemikiran bahwa harga saham yang wajar
ditentukan oleh ekspektasi atas deviden, pertumbuhan keuntungan dan tingkat bunga
diskon di masa mendatang. Ekspektasi-ekspektasi ini dipengaruhi oleh kondisi makro
ekonomi terhadap suatu perusahaan.
Investment Opportunity Set (IOS) merupakan pengukuran atas pertumbuhan
perusahaan yang diwakilkan atau diproksikan dengan harga, investasi dan varian,
di mana IOS yang memiliki level yang tinggi cenderung untuk membagikan deviden
tinggi sehingga investor akan melihat perusahaan yang memiliki IOS rendah karena
akan memberikan deviden yang tinggi dan akan menaikkan harga saham dan tentunya
akan memberikan capital gains yang besar sebagaimana diteliti oleh I Ketut Jati
(2003).
Penelitian yang dilakukan oleh Rudy Santoso pada tahun 2001 tentang
pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan property dan real
estate di Bursa Efek Surabaya di mana secara simultan ROE, NPM dan EPS
berpengaruh terhadap harga saham sedangkan secara parsial EPS dan ROE tidak
berpengaruh terhadap harga saham.
Penelitian ini menggunakan variabel ROA, ROE, EPS, PER dan IOS.
Motivasi peneliti dengan menambahkan variabel IOS yang merupakan variabel yang
diproksikan dengan harga, investasi dan varian yang sangat berpengaruh terhadap
perubahan harga saham. Variabel IOS mengukur pertumbuhan perusahaan. Bagi
investor, variabel ini penting untuk memprediksi tingkat pengembalian di masa
mendatang yang berupa pembagian deviden di akhir tahun, sehingga investasinya
tidak sia-sia.
Tingkat keuntungan (return) suatu investasi selalu berjalan beriringan dengan
risiko. Risiko dalam investasi umumnya terbagi dua, yaitu risiko tidak sistematis dan
risiko sistematis. Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak berkorelasi
dengan perusahaan lain dan dapat dihilangkan dengan diversifikasi portofolio yang
baik. Risiko sistematis (beta) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dan
variabel makro ekonomi antara lain nilai tukar mata uang (misalnya, Rupiah), tingkat
inflasi, dan tingkat suku bunga. Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih
lanjut dengan judul: Pengaruh Faktor Fundamental dan Investment Opportunity Set
(IOS) terhadap Harga Saham Emiten Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Dengan
demikian akan dapat diketahui faktor-faktor apa saja dari aspek fundamental yang
berdampak pada saham seluruh perusahaan.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di muka, maka rumuskan masalah
sebagai berikut:
Apakah faktor fundamental dan IOS berpengaruh secara simultan dan parsial
terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis
pengaruh faktor fundamental dan IOS secara simultan dan parsial terhadap harga
saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia.
1.4. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan dan
digunakan untuk menganalisis return saham manufaktur di Bursa Efek
Indonesia.
b. Bagi praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai
informasi ilmiah untuk menyusun perencanaan investasi.
c. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi
untuk penelitian selanjutnya.
1.5. Originalitas
Penelitian ini merupakan penelitian berbentuk replikasi dan kelanjutan dari
penelitian terdahulu, yaitu mereplikasi dari penelitian Jati (2003) dengan judul:
Relevansi Nilai PER dan Deviden Yield dan Moderasi Investment Opportunity Set
(IOS) dalam penilaian harga saham dengan data dari Bursa Efek Jakarta dan Santosa
(2001) yang berjudul pengaruh ROE, NPM dan EPS terhadap harga saham.
Perbedaannya dengan peneliti ini adalah menggunakan variabel independen dengan
ROA, ROE dan PER yang berbeda dari penelitian sebelumnya serta menggunakan
variabel IOS, di mana IOS diproksikan dengan harga saham dan jenis perusahaan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Landasan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal
Pasar modal merupakan alternatif investasi yang paling populer saat ini. Hal
ini dikarenakan dalam pasar modal, perusahaan emiten dapat memperoleh dana untuk
menjalankan aktivitas operasi dan bisnisnya dengan cara menjual saham. Sebaliknya,
para calon investor membeli saham dari perusahaan emiten disebabkan kepercayaan
mereka terhadap kinerja manajemen perusahaan emiten yang diyakini akan
memberikan tingkat keuntungan (return) yang optimal.
Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana
dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.
Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk
memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun,
seperti saham dan obligasi. Sedang tempat di mana terjadinya jual beli sekuritas
disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar
modal secara fisik (Tandelilin, 2001: 13).
Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran utama dari
pasar modal adalah sebagai sarana penghubung antara perusahaan emiten dengan
para investor sehingga kedua belah pihak secara bersama dapat menikmati
Pembagian pasar modal dalam mekanisme perdagangan sekuritas, yaitu:
a. Pasar Perdana
Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya
kepada investor umum untuk pertama kalinya (Tandelilin, 2001: 14). Proses ini
dikenal dengan sebagai Penawaran Saham Perdana atau istilah asingnya adalah Initial
Public Offering (IPO). Penawaran saham perdana didahului dengan dikeluarkannya
prospektus, yaitu informasi mendetail mengenai perusahaan. Prospektus berfungsi
untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada calon investor,
sehingga calon investor dapat mengetahui prospek perusahaan di masa datang dan
selanjutnya, tertarik untuk membeli sekuritas yang ditawarkan emiten (Tandelilin,
2001: 14).
b. Pasar Sekunder
Pasar sekunder merupakan tempat jual-beli sekuritas emiten oleh dan antar
investor setelah sekuritas emiten tersebut dijual di pasar perdana (Tandelilin, 2001:
16). Sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar sekunder Indonesia antara
lain: saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, waran, bukti right, dan
reksadana (Tandelilin, 2001: 16).
Investasi dalam bentuk saham memberikan dua keuntungan bagi investor
berupa:
a. Deviden
Deviden adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan emiten
perusahaan dalam suatu jangka waktu tertentu. Deviden merupakan salah satu daya
tarik pemegang saham untuk orientasi jangka panjang. Pembagian deviden harus
melalui persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
b. Capital Gain
Capital Gain adalah selisih lebih antara harga beli dengan harga jual. Capital
Gain terbentuk dari aktivitas perdagangan saham yang terjadi di pasar sekunder.
Investor dengan orientasi jangka pendek biasanya cenderung mengejar keuntungan
melalui capital gain.
2.1.2. Penilaian Harga Saham
Tujuan dari penilaian harga saham adalah untuk membantu investor dalam
menentukan saham mana yang paling menguntungkan. Investor akan selalu
membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasar saham yang bersangkutan dalam
perdagangan saham. Saham yang memiliki nilai pasar lebih tinggi daripada nilai
intrinsiknya (overvalued) merupakan saham yang layak untuk dijual dan sebaliknya,
saham yang memiliki nilai pasar lebih rendah daripada nilai intrinsiknya
(undervalued) merupakan saham yang layak untuk dibeli. Kenyataan tersebut
mengharuskan para investor untuk menganalisis harga saham secara akurat. Analisis
terhadap harga saham terbagi atas: analisis teknikal dan analisis fundamental.
a. Analisis Teknikal
Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data
atau catatan pasar untuk mengestimasi permintaan dan penawaran saham suatu
analisis teknikal merupakan data yang dipublikasikan seperti harga saham, volume
perdagangan, indeks harga saham baik secara individual maupun gabungan, serta
faktor teknis lainnya. Model analisis teknikal lebih menekankan sisi psikologis dari
investor, yaitu memutuskan pembelian dan penjualan suatu saham di masa datang
berdasarkan kebiasaannya di masa lalu. Para pegikut analisis ini menyatakan bahwa
harga saham mencerminkan informasi yang relevan. Informasi tersebut ditunjukkan
oleh perubahan harga di waktu lalu. Perubahan-perubahan tersebut nantinya akan
memiliki pola yang berulang (Natarsyah dalam Husnan, et.al, 2002: 537). Ketepatan
waktu dalam memprediksi harga (price movement) jangka pendek suatu saham
merupakan sasaran yang ingin dicapai dari analisis ini. Keinginan untuk mencapai
sasaran inilah yang membuat faktor-faktor teknis menjadi penting bagi seorang
investor untuk menentukan waktu yang tepat untuk pembelian dan penjualan saham.
Alat analisis yang utama digunakan adalah grafik atau chart, seringkali disebut
charist.
Berdasarkan pernyataan di atas, maka disimpulkan bahwa dalam memprediksi
harga saham di masa mendatang, analisis teknikal cenderung menggunakan data-data
di masa lalu seperti analisis naik-turunnya harga saham atau analisis indeks
perdagangan saham (Francis, 1988: 603).
b. Analisis Fundamental
Analisis fundamental merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan
kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam laporan keuangan sebagai
Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham memiliki
landasan yang kuat yang disebut nilai instrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu
analisa yang sangat hati-hati terhadap kondisi perusahaan pada saat ini dan
prospeknya di masa mendatang. Nilai instrinsik merupakan suatu fungsi dari
faktor-faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu keuntungan
(return) yang diharapkan dengan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut.
Nilai inilah yang diestimasi oleh para investor atau analis dan hasil dari estimasi ini
dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price) sehingga dapat
diketahui saham-saham yang overprice atau underprice (Natarsyah dalam Husnan
et.al, 2002: 542).
Berdasarkan pernyataan di atas, menurut Natarsyah dalam Husnan, et.al
(2002: 542) dapat disimpulkan bahwa para analis fundamental mencoba
memperkirakan harga saham di masa yang akan datang melalui beberapa hal berikut
ini:
1) Mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga
saham di masa mendatang.
2) Menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga
saham.
2.1.3. Faktor Fundamental
Analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk
menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan
analisa rasio. Analisis fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap
investor adalah makhluk rasional. Oleh karena itu, seorang fundamentalis mencoba
mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Argumentasi
dasarnya adalah bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai
intrinsik suatu saat tapi juga, dan bahkan lebih penting, harapan akan kemampuan
perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian hari.
Analisis fundamental sangat berhubungan dengan kondisi keuangan
perusahaan. Menurut (Darmadji dan Fakhrudin, 2006: 189) “analisis fundamental
merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau
mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri
suatu perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen
perusahaan”. Dengan demikian, analisis fundamental merupakan analisis yang
berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu
saham.
Beberapa data atau indikator yang umum digunakan dalam analisis
fundamental adalah: pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau
pengembalian atas ekuitas (return on equity), margin laba (profit margin), dan
data-data keuangan lainnya sebagai sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi
pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Dengan analisis ini diharapkan calon
investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya
karena biasanya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan
yang bersangkutan.
Analisis fundamental memfokuskan pada data laporan keuangan perusahaan
untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasikan secara akurat.
Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan apakah nilai saham berada
pada posisi underpriced atau overpriced. Saham dikatakan underpriced bilamana
harga saham di pasar modal lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya
(nilai intrinsik), dan harga saham dikatakan overpriced apabila harga saham di pasar
modal lebih besar dari nilai intrinsiknya.
Indikator faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini:
a. Return on Asset (ROA)
ROA merupakan rasio yang membandingkan net income dengan total asset
(Sawir, 2005: 33). Jika dihubungkan investasi saham, maka investor cenderung
memilih saham dengan ROA yang tinggi.
b. Return on Equity (ROE)
ROE merupakan rasio yang membandingkan net income dangan stockholder
equity (Sawir, 2005: 33). Jika dihubungkan investasi saham, maka investor cenderung
memilih saham dengan ROE yang tinggi.
c. Earnings per Share (EPS)
Dalam lingkaran keuangan, alat ukur yang paling sering digunakan adalah EPS.
Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai
karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung
informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya deviden per
saham di kemudian hari dan tingkat harga saham di kemudian hari, serta EPS juga
relevan untuk menilai efektivitas manajemen. Earning Per Share (EPS) merupakan
ukuran yang digunakan untuk menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap
lembar saham biasa.
2.1.4. Price Earnings Ratio
Price Earning Ratio merupakan salah satu indikator yang sering digunakan
analis sekuritas untuk menilai harga saham yang diperdagangkan di pasar modal.
Jones (2004) menyatakan bahwa Price Earning Ratio is simply the number of times
investors value earnings as expressed in the stock price. Selain itu juga sebagaimana
yang dikemukakan oleh Brealey and Myers (1991: 61) The high P/E shows that
investors think that the firm has good growth opportunities. Dengan demikian sebuah
perusahaan yang mempunyai PER yang tinggi akan menarik investor untuk membeli
saham perusahaan tersebut. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai suatu ukuran
menghasilkan laba di masa depan (future earnings) dari suatu perusahaan. Investor
dapat mempertimbangkan rasio tersebut guna memilih saham mana yang nantinya
dapat memberikan keuntungan yang besar di masa yang akan datang.
Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi (high growth) biasanya
mempunyai PER yang besar, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah
(low growth) biasanya memiliki PER yang rendah (Gibson, 1992: 380-381).
pasar dari setiap lembar saham akan semakin membaik, demikian pula sebaliknya
(Purnomo, 2008: 34). Dalam penelitiannya, Basu (1977: 670) menemukan bahwa
PER dan return adalah berkaitan/berhubungan. Saham dengan PER yang tinggi akan
memperoleh pengembalian lebih tinggi daripada yang diperoleh saham dengan PER
yang rendah. PER digunakan investor untuk menghubungkan laba perusahaan dengan
harga saham yang dapat dirumuskan:
PER = x100%
share per Earnings
share per price Market
Dari formula tersebut jelas bahwa PER merupakan perbandingan antara harga saham
dengan EPS, di mana hal tersebut dapat diperoleh dari masing-masing neraca
(balance sheet) pada laporan keuangan masing-masing bank yang diobservasi.
Terdapat bukti yang mengindikasikan terjadi penurunan harga saham secara
signifikan selama pengumuman dari pembelanjaan modal yang baru atau hutang yang
dapat dipertukarkan (convertible debt). Penawaran hutang secara terbuka atau saham
preferen menghasilkan reaksi harga saham yang signifikan.
2.1.5. Investment Opportunity Set (IOS)
IOS merupakan pengukuran atas pertumbuhan perusahaan yang diwakilkan
atau diproksikan dengan harga, investasi dan varian, di mana IOS yang memiliki
level yang tinggi cenderung untuk membagikan deviden yang rendah serta IOS yang
memiliki level rendah akan membagikan deviden yang tinggi sehingga investor akan
yang tinggi dan akan menaikkan harga saham dan tentunya akan memberikan capital
gains yang besar.
IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang
dimiliki (assets in place) yang dinilai secara independen dari kesempatan investasi
perusahaan di masa yang akan datang dan pilihan pertumbuhan serta opsi investasi
di masa yang akan datang, di mana IOS tersebut mempengaruhi nilai suatu
perusahaan (value of firm). Nilai perusahaan akan diukur dengan total aktiva atau
total hutang jangka panjang (long term liabilities) dengan jumlah ekuitas, juga
melakukan pengukuran atas leverage perusahaan yang pada akhirnya memberikan
format di dalam struktur modal perusahaan.
Kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang
yang diukur dengan investment opportunity set (IOS) akan menunjukkan nilai
perusahaan. Penelitian yang mengkaji IOS dengan berbagai variabel pertumbuhan
perusahaan dan variabel lainnya yang terkait dengan IOS telah banyak dilakukan.
Penelitian yang mengevaluasi berbagai proksi IOS yang berasosiasi dengan
pertumbuhan perusahaan telah dilakukan oleh Kallapur dan Trombley (1999) dalam
Pagalung (2003). Kebijakan pendanaan (financing), deviden, kompensasi dan
akuntansi (Smith dan Watts, 1992, Gaver dan Gaver, 1993, 1995 dan Skinner, 1993),
Pemilihan kebijakan pengungkapan (Cahan dan Hossain, 1996) kebijakan deviden
dan hutang korporasi konglomerat (Chaebol) Korea (Gul dan Kealey, 1999),
kebijakan korporasi perusahaan-perusahaan di Australia (Jones dan Sharma, 2001),
(Belkaoui dan Picur, 2001), dan model umum kesempatan tumbuh (Al Najjar dan
Belkaoui, 2001).
Investment Opportunity Set (IOS) perusahaan menentukan kemampuannya
memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan. Nilai opsi perusahaan tergantung
kepada pengeluaran-pengeluaran discretionary selanjutnya oleh manajer akan
menambah besar biaya perusahaan dan tentunya akan memperkecil laba perusahaan
dengan asumsi pendapatan konstan (agency theory), sementara assets in place tidak
memerlukan investasi tersebut (Gaver and Gaver dalam I. Ketut Jati, 2003). Potensi
pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan perbedaan antara nilai pasar saham (market
value of share) dengan nilai buku (book value of share). IOS merupakan variabel
yang tidak dapat diobservasi, oleh karena itu diperlukan proksi (Hartono dalam I.
Ketut Jati, 2003).
Proksi IOS itu sendiri bervariasi bentuknya dan diklasifikasikan menjadi tiga
jenis utama proksi (Gaver and Gaver 1993, Jones dan Sharma, 2001, Kallapur dan
Trombley, 2001 dalam Gagaring Palagung, 2003) yaitu:
1. Proksi berdasarkan harga (price based proxies),
2. Proksi berdasarkan investasi (investment based proxies), dan
3. Proksi berdasarkan varian (variance measurement based proxies).
1. IOS berdasarkan harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek
pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang
didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan
yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk
aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan (assets in place). IOS yang didasari pada
harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan
nilai pasar perusahaan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa
penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut:
a. Market to book value of equity dihitung dengan formula:
Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham x 100% Total Ekuitas
b. Book to market value of assets dihitung dengan formula:
Total Aktiva-Total Ekuitas+Jumlah Shm Beredar x Harga Penutupan Shm Total Aktiva
c. Earning to price ratios dihitung dengan formula:
Laba Per Lembar Saham Harga Penutupan Saham
d. Tobin’s Q² dihitung dengan formulasi:
(Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham) + (Total Hutang + sediaan) - Jumlah Aktiva Lancar Total Aktiva
e. Debt ratios dihitung dengan formula:
Total Hutang x 100% Total Aktiva
f. Debt to equity ratios dihitung dengan formula:
g. Gross Profit Margin dihitung dengan formula:
Penjualan – Harga Pokok Penjualan x 100% Penjualan
h. Total Assets Turn Over dihitung dengan formula:
Penjualan x 100% Total Aktiva
2. Proksi IOS kedua berdasarkan investasi yang mengungkapkan bahwa suatu
kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu
perusahaan. Perusahaan yang memiliki suatu IOS yang tinggi seharusnya juga
memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang
ditempatkan atau yang diinvestasikan untuk waktu yang lama. Bentuk proksi ini
adalah rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah
diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi
dari aktiva yang telah diinvestasikan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam
penelitian yang berkaitan dengan proksi investasi tersebut diantaranya:
a. The ratio of R & D to assets.
b. The ratio of R & D to sales.
c. Ratio of capital expenditure to firm value.
d. Investment intensity.
e. Ratio of capital expenditure to book value of assets.
f. Investment to sales ratios.
g. Rasio capital additional to assets book value.
i. Log of firm value.
3. Proksi IOS ketiga didasarkan kepada pengukuran penyimpangan (variance
measurement) yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih
bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya
opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva.
Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian diantaranya:
a. Variance of returns.
b. Assets beta.
c. The variance of assets deplated sales.
Ketiga jenis proksi di atas yang menggambarkan beragamnya ukuran IOS
sehingga memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beragam rasio sebagai
proksi IOS. Hal ini terjadi karena IOS bersifat unobservable (Gaver dan Gaver,
1993). Pendekatan yang digunakan beberapa peneliti sebagian besar menggunakan
ukuran variabel rasio-rasio dalam bentuk pengukuran rasio tunggal (single ratio),
namun demikian beberapa penelitian hanya menggunakan pendekatan pengukuran
komposit (composite measures) yaitu menggabungkan beberapa rasio sehingga
membentuk suatu ukuran baru sebagai proksi. Pendekatan yang dapat digunakan
dalam pengukuran komposit tersebut adalah dengan menggunakan analisis faktor
untuk membentuk suatu varibel komposit yang dapat dikembangkan dan diuji lebih
lanjut. Hal ini dilakukan karena selain IOS bersifat unobservable, IOS kurang tepat
bila diproksi dari satu ukuran empiris tunggal saja, sehingga dibutuhkan proksi-proksi
menggunakan pendekatan proksi komposit akan dapat mengurangi kesalahan
pengukuran yang secara inheren melekat dalam variabel tunggal (single variable)
untuk proksi IOS (Kallapur dan Trombley, 2001).
2.1.6. Harga Saham
Jogiyanto (2003: 80) mengatakan bahwa untuk menghitung nilai buku suatu
saham, beberapa nilai yang berhubungan dengannya perlu diketahui. Nilai-nilai
tersebut adalah:
1. Nilai Nominal (Par Value)
Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang
ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah untuk
kaitannya dengan hukm. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar yang secara
hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak diambil
oleh pemegang saham.
2. Agio Saham (Additional Paid-in Capital)
Agio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value)
merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan
nilai nominal sahamnya.
3. Nilai Modal Disetor (Paid in Capital)
Nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh
pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen
atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai
4. Laba Ditahan (Retained Earnings)
Laba Ditahan (Retained Earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan
kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke
perusahaan sebagai sumber dana internal.
a. Nilai Pasar (Market Value)
Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan
nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah
harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh
pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham
yang bersangkutan di pasar bursa.
b. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value)
Nilai intrinsik (intrinsic value) atau nilai fundamental (fundamental value)
merupakan nilai seharusnya dari suatu saham. Ada dua macam analisis yang
banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari suatu saham, yaitu
atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknikal (technical
analysis).
1. Analisis Sekuritas Fundamental (Fundamental Security Analysis)
Analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau analisis
perusahaan (company analysis) menggunakan data fundamental, yaitu data yang
berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, deviden yang dibayar, penjualan
dan lain sebagainya). Untuk analisis fundamental, ada dua pendekatan yang
sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (P/E ratio approach).
Pendekatan nilai sekarang disebut juga dengan metode kapitalisasi laba
(capitalization of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai
masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Pendekatan PER (price
earning ratio) disebut juga dengan pendekatan earnings multiplier. PER
menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan
berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings.
Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini menunjukkan bahwa harga saham merupakan
kelipatan 5 kali dari earnings perusahaan. Misalnya earnings yang digunakan adalah
earnings tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk deviden, maka nilai
PER sebesar 5 juga menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali
selama 5 tahun. Analisis fundamental banyak digunakan oleh para akademisi dalam
menentukan harga saham.
2. Analisis Teknikal (Technical Analysis)
Analisis teknikal merupakan analisis untuk mengetahui nilai intrinsik dari
suatu saham dengan menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume
transaksi saham). Analisis teknikal banyak digunakan oleh para praktisi dalam
menentukan harga saham.
Menurut Mishkin (2003: 281) “Technical analysis is to study past stock price
data and search for patterns such as trends and regular cycles”. Berdasarkan
pengertian tersebut, bahwa analisis teknikal bertujuan mempelajari data-data
mencari pola pergerakan harga saham seperti kecenderungan pergerakan harga saham
dan siklus yang teratur.
2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoritical Mapping)
Penelitian ini mereview beberapa penelitian terkait diantaranya yang
dilakukan oleh Limbong (2006), Pagalung (2003), Jati (2003), Santoso (2001),
Haryanto (2003), Sasongko dan Wulandari (2003) dan Daniati (2006).
Adapun beberapa literatur penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel
berikut:
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
& Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil dari Penelitian
1 saham, sedangkan secara parsial, hanya ROA, NPM, OPM, dan LDR yang berpengaruh terhadap keuntungan saham.
3
BAB III
KERANGKA KONSEPTUAL
3.1. Kerangka Konsep
Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, penelitian terdahulu,
dan uraian di atas, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian ini sebagai
berikut:
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Return on Assets
(X1)
Return on Equity (X2)
Earning per share (X3)
Price Earnings Ratio (PER) (X4)
Harga Saham (Y)
Laporan keuangan merupakan laporan kinerja dari suatu perusahaan. Laporan
ini berisi sejumlah informasi yang dapat dijadikan sebagai alat pertimbangan bagi
pihak-pihak yang membutuhkan, terutama para investor dan calon investor. Informasi
ini berguna bagi mereka untuk mengambil keputusan investasi di pasar modal.
Penilaian kinerja atau faktor fundamental perusahaan biasanya menggunakan
analisis rasio keuangan. Menurut Tandelilin (2001), beberapa rasio yang penting
adalah sebagai berikut:
1. Return On Asset
Return On Asset adalah rasio yang mengukur kemampuan aset perusahaan
untuk memberikan penghasilan bagi perusahaan. Semakin tinggi ROA suatu
perusahaan maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk
berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut.
2. Return On Equity
Return On Equity adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan pendapatan bagi para pemegang saham. Semakin tinggi ROE suatu
perusahaan maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk
berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut karena memberikan
keuntungan yang memadai.
3. Earning Per Share
Earning Per Share merupakan rasio yang menggambarkan besarnya
pendapatan per lembar saham yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi EPS suatu
berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut karena per lembar saham
semakin meningkat seiring meningkatnya laba.
4. Price Earnings Ratio (PER)
Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga pasar
saham per lembar dengan laba per saham (earning per share). Price Earning Ratio
sangat penting diperhatikan oleh calon investor. Jika PER tinggi, berarti harga saham
tersebut terlalu mahal atau dengan harga tertentu investor hanya memperoleh laba
yang tinggi. Walsh dalam Haikal, (2004: 156). Dengan demikian, calon pembeli
saham akan memperoleh keuntungan yang lebih besar jika pembelian saham tersebut
pada saat PER rendah karena saham cenderung akan mengalami kenaikan harga hal
tersebut dikarenakan pendapatan perusahaan relatif aman dan sejalan dengan
rendahnya tingkat kapitalisasi, sementara jika PER menunjukkan nilai yang tinggi
maka hal ini menunjukkan saat yang tepat untuk menjual saham. Dengan kata lain,
pengetahuan tentang PER bagi investor berguna untuk mengetahui kapan harus
membeli dan menjual sahamnya sehingga dapat memperoleh keuntungan yang
maksimal dari selisih harga saham (capital gain).
Dari sudut pandang perusahaan, rasio ini mengindikasikan pengembalian yang
harus diberikan perusahaan untuk menarik para investor. Informasi PER sebagai
analisis rasional terhadap prospek antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain
dengan menggunakan standar yang sama. Perusahaan mempunyai kesempatan
investasi yang paling menarik akan memperoleh kapital harga yang wajar, yaitu harga
tidak menarik di pasaran, maka harga saham perusahaan akan turun dan perusahaan
tersebut akan memiliki hasil laba (earning yield) yang lebih tinggi.
Upaya merumuskan bagaimana mencantumkan harga saham yang wajar telah
dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan memperoleh tingkat keuntungan
(return) yang menarik. Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran yang paling
banyak digunakan investor untuk menentukan apakah investasi modal yang
dilakukannya menguntungkan atau merugikan (Constand, et al., 1991). PER
menunjukkan berapa besar para investor bersedia dibayar untuk setiap keuntungan
yang dilaporkan perusahaan, sehingga merupakan salah satu alat untuk mengukur
kinerja suatu perusahaan. Para manajer keuangan perusahaan akan senang jika saham
perusahaannya dijual dengan PER yang tinggi. Ini mengindikasikan bahwa
perusahaan mempunyai peluang pertumbuhan yang baik yang berarti pendapatannya
relatif aman dan sejalan dengan rendahnya tingkat kapitalisasi.
Dengan semakin berkembang dan semakin terintegrasinya pasar modal, maka
analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi PER mempunyai arti penting bagi
investor sebelum mengambil suatu keputusan investasi. Dari informasi ini, diperoleh
analisis rasional sebagai evaluasi terhadap prospek antara suatu perusahaan dengan
perusahaan lainnya dengan menggunakan standar yang sama yaitu PER satu
perusahaan dengan PER perusahaan lainnya. Perusahaan yang mempunyai
kesempatan investasi yang paling menarik akan memperoleh kapital harga yang
IOS (moderasi) merupakan pengukuran atas pertumbuhan atau kesempatan
investasi yang didasarkan kepada proksi harga, investasi dan penyimpangan.Apabila
tingkat keuntungan (return) pasar menyatakan perubahan pasar, maka tingkat
keuntungan suatu saham dalam konsep model indeks tunggal dinyatakan sebagai
berikut: (Jogiyanto, 2003: 270)
Ri = ái + âi . RM + ei
Di mana:
Ri = Return saham i
ái = Bagian dari return saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar.
Variabel ini merupakan variabel acak
âi = Beta saham i, merupakan parameter yang mengukur perubahan yang
diharapkan padaRi jika terjadi perubahan padaRM
RM = Return indeks pasar i. Variabel ini merupakan variabel acak
ei = Nilai kesalahan residu
Menurut Husnan (2001), model indeks tunggal dapat menunjukkan
satu-satunya alasan saham bergerak secara bersamaan adalah karena saham bereaksi
terhadap gerakan pasar.
3.2. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka
simultan dan parsial terhadap harga saham emiten manufaktur di Bursa Efek
BAB IV
METODE PENELITIAN
4.1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan
variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain (Umar,
2003: 30). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental
(return on asset, return on equity, earnings per shared, price earnings ratio dan IOS
terhadap harga saham.
4.2. Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan
(Sugiyono, 2004: 13). Data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari
laporan keuangan tahunan dari seluruh emiten perbankan di Indonesia yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia mulai 2005 - 2008. Data yang digunakan adalah jenis pooled
cross section time series, yaitu gabungan data antara perusahaan/cross section dan
antar waktu/time series (Indriantoro, 2002: 95).
Sumber data penelitian adalah sebagai berikut:
1. Data harga saham perusahaan yang terpilih sebagai sampel diperoleh dari
2. Data mengenai tanggal pendirian dan tanggal listing perusahaan yang terpilih
sebagai sampel diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).
3. Data laporan keuangan tahunan perusahaan yang terpilih sebagai sampel pada
tahun 2005 - 2008 diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia
(www.isx.co.id/laporan keuangan/detail/soft copy laporan keuangan).
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian
Menurut Sularso (2003: 69), “Populasi adalah sekelompok orang, kejadian,
ataupun segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu yang ingin diselidiki
oleh peneliti”. Populasi dalam penelitian ini adalah emiten manufaktur yang terdaftar
dalam Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 30 November 2007 BEJ (Bursa Efek
Indonesia) dan BES (Bursa Efek Surabaya) resmi berganti nama menjadi Bursa Efek
Indonesia (BEI). Populasi penelitian ini adalah sama dengan penelitian sebelumnya
dengan tujuan untuk melihat konsistensi dari penelitian sebelumnya. Menurut
Indonesia Stocks Exchange (ISX) Statistic, perusahaan manufaktur yang terdaftar
di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2005 sampai tahun 2008 sebanyak 185
perusahaan (Lampiran 1 a).
4.3.2. Sampel Penelitian
Menurut Sularso (2003: 67), “Sampel adalah beberapa anggota atau bagian
dari populasi yang mencukupi populasi, sehingga dengan mempelajari sampel dan