• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Faktor Fundamental Dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Harga Saham Emiten Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Faktor Fundamental Dan Investment Opportunity Set (IOS) Terhadap Harga Saham Emiten Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT

OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM

EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Oleh

BANTU TAMPUBOLON

087017122/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2011

S

E K O L

A H

P A

S C

A S A R JA N

(2)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT

OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM

EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Akuntansi pada Sekolah Pascasarjana

Universitas Sumatera Utara

Oleh

BANTU TAMPUBOLON

087017122/Akt

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

Judul Tesis : PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN

INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS)

TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN

MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Nama Mahasiswa : Bantu Tampubolon

Nomor Pokok : 087017122

Program Studi : Akuntansi

Menyetujui Komisi Pembimbing

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA) (Dra. Sri Mulyani, M.M, Ak)

Ketua Anggota

Ketua Program Studi,

(Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA)

Direktur,

(Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE)

(4)

Telah diuji pada

Tanggal 24 Januari 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA

Anggota : 1. Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

2. Syarief Fauzi, SE, M.Ak, Ak 3. Iskandar Muda, SE, M.Si, Ak

(5)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul:

Pengaruh Faktor Fundamental dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap

Harga Saham Emiten Manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Adalah benar hasil kerja saya sendiri dan belum dipublikasikan oleh siapapun

sebelumnya. Sumber-sumber data dan informasi yang digunakan telah dinyatakan

secara benar dan jelas.

Medan, Januari 2011

Bantu Tampubolon

(6)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT

OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA

SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Bantu Tampubolon, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental dan IOS secara simultan dan parsial terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga Saham (Y) yaitu harga saham sedangkan variabel independen adalah faktor fundamental ROA, ROE, EPS, PER dan IOS.

Penelitian ini menggunakan sampel 127 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 4 tahun dari tahun 2005-2008. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda dan dengan melakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Hasil penelitian menunjukkan secara simultan faktor fundamental berupa ROA, ROE, EPS, PER dan IOS berpengaruh terhadap harga saham emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial, faktor yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham adalah Return on Equity (X2), Earnings per Share (X3) dan Price Earnings Ratio (X4). Hal ini menunjukkan bahwa 33.2% variabel harga saham dapat dijelaskan oleh faktor fundamental ROA, ROE, EPS, PER dan IOS. Sisanya sebesar 66.8% diduga dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.

(7)

INFLUANCE SOME FACTORS FUNDAMENTAL AND INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TO STOCK PRICE IN MANUFACTURING

COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

Bantu Tampubolon, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

ABSTRACT

This research is aimed to know and analysis influance of Fundamental Factors and IOS Partially and Simultaniously to the Manufacturing Company of Stock Price in Indonesia Stock Exchange. Dependend variable use Stock Price and ROA, ROE, EPS, PER and IOS as independend variable.

This research taking of 127 at manufacturing company sample in 4 years at period 2005-2008. Analysis method the used is Multiple Linear Regression with classical assumption normality, heteroscedasticity, multicollinierity and autocorrelation test.

This result shows fundamental factors that is ROA, ROE, EPS, PER dan IOS simultanly there are the influence significant to the Manufacturing Company of Stock Price in Indonesia Stock Exchange. Partially show only Return on Equity (X2), Earnings per Share (X3) and Price Earnings Ratio (X4). Variable with explained by variation the expressed in Adjusted R2 equal to 33,2% is while the rest equal to 66,8% influenced by other variable which is not explained by this research model. Where as other variable not influence with models is IOS.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas

berkat dan karuniaNya penulis dapat menyusun dan menyelesaikan penelitian tesis

ini, penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan penelitian tesis ini masih

banyak kekurangan baik dari segi bahasa, cara penulisan dan analisis semuanya

masih jauh dari kata sempurna. Untuk itu peneliti masih mengharapkan masukan

ataupun kritikan dari semua pihak yang membaca tesis ini agar tesis ini lebih baik.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan tesis ini penulis menerima banyak

masukan dari berbagai pihak yang membantu serta membimbing penulis untuk

menyelesaikan tesis ini atas dasar itu penulis menyampaikan terima kasih yang tulus

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, MSc, (CTM), Sp.A(K), selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE, selaku Direktur Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MBA, MAFIS, CPA, selaku Ketua

Program Studi Magister Akuntansi Sekolah Pascasarjana Univesitas Sumatera

Utara yang sekaligus sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang telah

memberikan saran dan kritik kepada penulis sejak awal hingga selesainya

tesis ini.

4. Ibu Dra. Sry Mulyani, MBA, Ak selaku Anggota Komisi Pembimbing yang

telah banyak meluangkan waktu serta memberikan arahan dan bimbingan

yang sangat berarti bagi penulis untuk menyelesaikan tesis ini.

5. Drs. Syarief Fauzie, MAK, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah

meluangkan waktu dan memberikan kritikan dan masukan serta pengarahan

(9)

6. Drs. Iskandar Muda, M.Si, Ak selaku Dosen Pembanding yang telah

meluangkan waktu dan memberikan kritikan dan masukan serta pengarahan

untuk kesempurnaan tesis ini.

7. Ibu Dra. Tapi Anda Sari Lubis, M.Si, Ak, selaku Dosen Pembanding yang

telah meluangkan waktu dan memberikan kritikan dan masukan serta

pengarahan untuk kesempurnaan tesis ini.

8. Istri tercinta Minar Lumban Gaol dan anak-anak tersayang: Basar Liando

Tampubolon, ST, Lulu Arga Ingelini, Tampubolon, S.Psi, Rianita Ulibasa

Tampubolon, SE, Edgar Octoyuda Tampubolon yang memberikan semangat

dan motivasi kepada penulis mulai perkuliahan hingga penulisan tesis ini.

9. Rekan-rekan mahasiswa di Program Studi Magister Akuntansi Sekolah

Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Akhir kata penulis mengucapkan semoga tesis ini bermanfat bagi para

pembaca, khususnya bagi rekan mahasiswa.

Medan, Januari 2011 Penulis,

(10)

RIWAYAT HIDUP

Nama : Bantu Tampubolon

Tempat/Tanggal Lahir : Doloksanggul/15 Agustus 1955

Pekerjaan : Dosen Tetap Universitas HKBP Nommensen Medan

Agama : Kristen Protestan

Orang Tua

Ayah : Alm. Kores Tampubolon

Ibu : Alm. Noin Situmorang

Isteri : Minar Lumban Gaol

Anak

: 1. Basar Liando Tampubolon, ST

2. Lulu Arga Ingelini Tampubolon, S.Psi

3. Rianita Ulibasa Tampubolon, SE

4. Edgar Octoyuda Tampubolon

Alamat : Jl. Menteng VII No. 209 Medan

Pendidikan

SD : SD Negeri Sei Putih Galang tamat tahun 1967

SMP : SMP Negeri Doloksanggul tamat tahun 1970

SLTA : SMEA Negeri Doloksanggul tamat tahun 1973

Universitas : 1. Universitas Borobudur Jakarta tamat tahun 1982

2. USU Fakultas Ekonomi tamat tahun 1999

Pascasarjana : 1. Philippine Christian University Manila, MBA

Program tamat tahun 1986

2. Program Studi Akuntansi Sekolah Pascasarjana

(11)

DAFTAR ISI

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoritical Mapping) ... 28

BAB III KERANGKA KONSEPTUAL ... 30

(12)

4.4.1. Definisi Operasional. ... 38

4.4.2. Pengukuran Variabel. ... 39

4.5. Metode Analisis Data ... 41

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

5.1. Hasil Penelitian ... 44

5.1.1. Deskripsi Data Penelitian ... 44

5.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 46

5.1.2.1. Uji normalitas ... 46

5.1.2.2. Uji multikolinearitas ... 52

5.1.2.3. Uji autokorelasi ... 54

5.1.2.4. Uji heteroskedastisitas... 55

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 57

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN... 65

6.1. Kesimpulan... 65

6.2. Keterbatasan Hasil Penelitian... 65

6.3. Saran ………... 66

(13)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Daftar IHSG Tahun 2002-2007... 4

2.1. Penelitian Terdahulu... 29

4.1. Operasionalisasi Variabel... 40

5.1. Deskriptif Statistik….……… 45

5.2. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test (Sebelum Transformasi)……..……… 51

5.3. Hasil Pengujian One Sample Kolmogorov Smirnov Test (Sesudah Transformasi)……..……… 52

5.4. Uji Multikolinearitas (Sebelum Transformasi)………. 53

5.5. Uji Multikolinearitas (Sesudah Transformasi)……….…….… 53

5.6. Nilai Durbin-Watson………..…...……… 54

5.7. Uji Park... 56

5.8. Pengujian Goodness of Fit... 57

5.9. Uji F………...………... 58

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

3.1. Kerangka Konseptual………..……… 30

5.1. Uji Normalitas Data dengan Histogram (Sebelum

Transformasi)……… 47

5.2. Normal P-P Plot (Sebelum Transformasi)……… 48

5.3. Uji Normalitas Data dengan Histogram (Sesudah

Transformasi)……... 49

5.4. Normal P-P Plot (Sesudah Transformasi)……… 50

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Daftar Emiten Perusahaan Sampel……… 71

2. Data Return On Assets 2005-2008……… 74

3. Return On Equity (ROE) Tahun 2005-2008.……… 77

4. Earning Per Share (EPS) Tahun 2005-2008... 80

5. Price Earnings Ratio (PER) Tahun 2005-2008……….. 83

6. Investment Opportunity Set (IOS) Tahun 2005-2008………. 86

7. Harga Saham (Closing Prices) Tahun 2005-2008... 89

8a. Hasil Uji Regresi Berganda Sebelum Transformasi………… 93

8b. Hasil Uji Regresi Berganda Sesudah Transformasi………… 101

(16)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT

OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA

SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

Bantu Tampubolon, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental dan IOS secara simultan dan parsial terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Harga Saham (Y) yaitu harga saham sedangkan variabel independen adalah faktor fundamental ROA, ROE, EPS, PER dan IOS.

Penelitian ini menggunakan sampel 127 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 4 tahun dari tahun 2005-2008. Dengan menggunakan metode analisis regresi berganda dan dengan melakukan pengujian asumsi klasik yaitu normalitas, multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi.

Hasil penelitian menunjukkan secara simultan faktor fundamental berupa ROA, ROE, EPS, PER dan IOS berpengaruh terhadap harga saham emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Secara parsial, faktor yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham adalah Return on Equity (X2), Earnings per Share (X3) dan Price Earnings Ratio (X4). Hal ini menunjukkan bahwa 33.2% variabel harga saham dapat dijelaskan oleh faktor fundamental ROA, ROE, EPS, PER dan IOS. Sisanya sebesar 66.8% diduga dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dijelaskan oleh model penelitian ini.

(17)

INFLUANCE SOME FACTORS FUNDAMENTAL AND INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TO STOCK PRICE IN MANUFACTURING

COMPANY IN INDONESIA STOCK EXCHANGE

Bantu Tampubolon, Prof. Dr. Ade Fatma Lubis, MAFIS, MBA, CPA dan Dra. Sri Mulyani, MBA, Ak

ABSTRACT

This research is aimed to know and analysis influance of Fundamental Factors and IOS Partially and Simultaniously to the Manufacturing Company of Stock Price in Indonesia Stock Exchange. Dependend variable use Stock Price and ROA, ROE, EPS, PER and IOS as independend variable.

This research taking of 127 at manufacturing company sample in 4 years at period 2005-2008. Analysis method the used is Multiple Linear Regression with classical assumption normality, heteroscedasticity, multicollinierity and autocorrelation test.

This result shows fundamental factors that is ROA, ROE, EPS, PER dan IOS simultanly there are the influence significant to the Manufacturing Company of Stock Price in Indonesia Stock Exchange. Partially show only Return on Equity (X2), Earnings per Share (X3) and Price Earnings Ratio (X4). Variable with explained by variation the expressed in Adjusted R2 equal to 33,2% is while the rest equal to 66,8% influenced by other variable which is not explained by this research model. Where as other variable not influence with models is IOS.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang kelebihan

dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam) dengan cara

memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal juga merupakan bagian dari indikator

perekonomian suatu negara. Keberadaan pasar modal diharapkan dapat menjadi

alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat.

Krisis keuangan global yang masih berlangsung hingga kini, mengakibatkan

kondisi pasar keuangan dunia menjadi terpuruk, termasuk pasar modal di Indonesia.

Hingga saat ini pasar modal Indonesia masih bergulat di tengah krisis global yang

menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public

Offering (IPO) dari sejumlah perusahaan akibat kondisi pasar modal yang belum

menentu. Rontoknya indeks bursa di hampir seluruh dunia pada Oktober 2008 lalu

turut menghempaskan Indeks Harga Saham gabungan (HSG) hingga level terendah,

yang mengakibatkan BEI terpaksa disuspend sebab mengalami penurunan signifikan.

Puncaknya terjadi pada 8 Oktober 2008, IHSG terkoreksi sebesar 10,38% hingga

menyentuh level 1.451,669. Namun dibuka kembali pada 13 Oktober 2008. Suspensi

tersebut untuk memberikan perlindungan kepada investor dan pasar. Kemudian pasar

modal kembali bergerak naik, namun hal tersebut hanya disebabkan oleh dana jangka

(19)

Namun optimisme bahwa bursa saham akan kembali membaik terlihat dari

rencana IPO pada 2009 di mana tercatat sekitar 19 perusahaan. Termasuk diantaranya

perusahaan yang gagal melakukan IPO pada 2008. Beberapa perusahaan yang gagal

melakukan IPO pada 2008 akan merealisasikan pada tahun ini. Seperti diketahui,

beberapa perusahaan yang gagal menggelar IPO pada 2008 lalu adalah PT Prime

Petroservices, PT Power Telecom, PT Mitrasurya Cemerlang, PT Wahanaartha

Harsaka, dan PT Garuda Food. Kemudian juga PT Bank Tabungan Negara (BTN),

PT Krakatau Steel, PT Pembangunan Perumahan, PT Waskita Karya, PT Garuda

Indonesia, dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, IV, dan VII.

Sejumlah BUMN yang akan masuk bursa, saham BUMN sangat ditunggu

investor di pasar modal. Kementerian BUMN melepas 11 BUMN melakukan

privatisasi melalui program IPO, sebagai upaya menyehatkan kinerja keuangan

perusahaan. Perusahaan yang benar-benar siap untuk melaksanakan IPO ada tiga

perusahan, yaitu PT Krakatau Steel, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII, dan Bank

Tabungan Negara (BTN).

Sementara itu, kinerja emiten sepanjang triwulan I/2009 relatif lebih baik

dibanding triwulan akhir 2008. Hal ini didukung oleh kinerja emiten berbasis pasar

domestik yang masih tumbuh menjadi faktor utama pertumbuhan positif ditengah

krisi global yang masih berlangsung. Dilihat dari sisi jumlah emiten maupun

kapitalisasinya, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih tertinggal dibandingkan dengan

pasar modal di negara lain di kawasan regional Asia. Menurut data World Federation

(20)

dibandingkan dengan emiten bursa Malaysia yang tercatat mencapai 968 emiten,

Singapura (765 emiten) dan Thailand (527 emiten).

Sedangkan dari sisi nilai kapitalisasi, dengan nilai US$ 113 miliar, kapitalisasi

di BEI masih berada di bawah kapitalisasi bursa regional khususnya negara tetangga.

Bursa Singapura mencatat nilai kapitalisasi mencapai US$ 249 miliar, kemudian

disusul oleh Malaysia sebesar US$ 197 miliar. Minimnya jumlah emiten di BEI dan

masih terbatasnya jumlah investor yang berinvestasi di pasar modal, menyebabkan

jika terjadi gejolak eksternal, pasar modal Indonesia lebih mudah terguncang. Karena

dari sisi `supply` (emiten) dan `demand` (investor) masih terbatas, sehingga jika

terjadi guncangan dari luar, misalnya dampak krisis global sejak tahun lalu

dampaknya sangat terasa di bursa Indonesia.

Pasar modal sebagai salah satu instrumen penggalang dana juga menghadapi

goncangan yang kuat. Goncangan tersebut berupa penurunan Indeks Harga saham

Gabungan (IHSG) dari 637,40 di tahun 1997 menjadi 401,70 di tahun 1998.

Kapitalisasi pasar juga mengalami hal serupa, yaitu di tahun 1997 Rp. 215,10 trilyun

turun menjadi Rp. 159,90 di tahun 1998, sedangkan total transaksi menurun dari

120,40 triliun pada tahun 1997 menjadi 99,60 triliun untuk tahun 1998 (Bursa Efek

Indonesia 2002). Dampak serius yang dialami sektor perbankan akibat krisis ekonomi

berimbas pada dilikuidasinya 16 bank pada tahun 1997, disusul dengan pembekuan

10 bank di tahun 1998 dan penutupan sendiri 2 bank campuran pada tahun 1999.

Dalam laporan tahunan yang tertuang dalam fact book IDX, tergambar jelas

(21)

data dan angka tersebut menandakan bahwa pasar modal sebagai wahana investasi

dan sebagai pintu gerbang masuk ke industri ini terus digemari kalangan investor.

Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang merupakan salah satu indikator

perdagangan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Perbandingan indeks harga

saham gabungan beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1. Daftar IHSG Tahun 2002-2007

2002 2003 2004 2005 2006 2007

High 551,607 693,033 1.004,430 1.192,203 1.805,523 2.810,962

Low 337,475 379,351 668,477 994,770 1.171,709 1.678,044

Close 424,945 691,895 1.000,233 1.162,635 1.805,523 2.745,826

Sumber: www.bei.co.id, diolah (17 Agustus 2008)

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa IHSG tahun 2007 mengalami kenaikan 52

persen dibandingkan penutupan tahun 2006. Sementara penutupan tahun 2006 IHSG

lebih tinggi, dibandingkan tahun 2005, demikian juga dengan 2004 dan 2003.

Kenaikan IHSG tersebut merupakan cerminan dari keberhasilan investor

menanamkan modalnya di pasar modal, karena emiten atau perusahaan yang menjual

sahamnya tidak kesulitan dalam mencari modal guna pengembangan usaha.

Peningkatan tersebut tentunya dapat mendorong investor untuk berinvestasi di Pasar

Modal Indonesia.

Fenomena tersebut disebabkan tingginya suku bunga perbankan, yaitu

mencapai 77,63% di tahun 1998. Suku bunga yang tinggi dan tidak adanya dukungan

dari sektor riil membuat banyak kredit pinjaman mengalami penundaan pembayaran

(22)

Setiap investasi tentu memiliki risiko dan return yang berbeda-beda. Para

investor sendiri tentu selalu berharap dapat memaksimalkan return atas investasinya

berdasarkan tingkat toleransinya terhadap risiko. Investor yang berani mengambil

risiko (risk taker) cenderung memilih saham-saham dengan tingkat risiko yang tinggi

dengan pengharapan akan menuai return yang tinggi pada akhirnya. Sebaliknya,

investor yang kurang berani (risk averse) cenderung memilih saham-saham dengan

return yang normal.

Salah satu tujuan investor dalam berinvestasi adalah memperoleh deviden.

Tujuan lain adalah memperoleh capital gain, yaitu selisih lebih antara harga investasi

saat ini dengan harga investasi di masa lalu. Perilaku investor seperti itu

mengindikasikan bahwa mereka membeli saham pada saat harga saham turun dan

menjualnya kembali pada saat harga saham meningkat. Indikasi ini menyimpulkan

bahwa seorang calon investor yang ingin membeli saham di pasar sekunder harus

senantiasa memperhatikan pergerakan harga saham tersebut.

Analisis terhadap saham secara umum terbagi dua, yaitu: analisis teknikal dan

analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data harga saham di masa lalu,

sedangkan analisis fundamental menggunakan faktor yang diidentifikasikan sehingga

dapat mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Dasar dari analisis

fundamental adalah faktor fundamental suatu perusahaan.

Faktor fundamental perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai faktor

internal perusahaan yang digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang

(23)

keuangan suatu perusahaan membutuhkan suatu alat ukur, biasanya berbentuk rasio.

Analisis rasio keuangan mampu memberikan manajemen gambaran tentang

perubahan-perubahan pokok trend, jumlah dan hubungan serta alasan perubahan

tersebut. Hasil analisis laporan keuangan diharapkan dapat membantu manajemen

dalam menginterprestasikan berbagai hubungan kunci dan kecenderungan sehingga

dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan

di masa depan.

Setiap investasi tentu memiliki risiko dan return yang berbeda-beda. Para

investor sendiri tentu selalu berharap dapat memaksimalkan return atas investasinya

berdasarkan tingkat toleransinya terhadap risiko. Investor yang berani mengambil

risiko (risk taker) cenderung memilih saham-saham dengan tingkat risiko yang tinggi

dengan pengharapan akan menuai return yang tinggi pada akhirnya. Sebaliknya,

investor yang kurang berani (risk averse) cenderung memilih saham-saham dengan

return yang normal.

Tingkat keuntungan (return) merupakan motivasi investor dalam berinvestasi,

karena itu, return seringkali dijadikan sebagai ukuran dalam membandingkan

berbagai alternatif investasi. Pengukuran return historis memberikan dua keuntungan

bagi investor. Hal yang pertama, pengukuran return historis yaitu memungkinkan

investor mengetahui keberhasilan mereka dalam melakukan suatu investasi. Hal yang

kedua, pengukuran return historis juga ikut berperan dalam memperkirakan return

(24)

Salah satu tujuan investor dalam berinvestasi adalah memperoleh deviden.

Tujuan lain adalah memperoleh capital gain, yaitu selisih lebih antara harga investasi

saat ini dengan harga investasi di masa lalu. Perilaku investor seperti itu

mengindikasikan bahwa mereka membeli saham pada saat harga saham turun dan

menjualnya kembali pada saat harga saham meningkat. Indikasi ini menyimpulkan

bahwa seorang calon investor yang ingin membeli saham di pasar sekunder harus

senantiasa memperhatikan pergerakan harga saham tersebut. Kekuatan analisis

investor dalam menilai dan memperkirakan harga saham akan berpengaruh terhadap

capital gain yang akan diterimanya. Hal tersebut dikarenakan kekuatan analisis ini

akan memberikan informasi kepada investor waktu yang tepat untuk membeli atau

menjual saham yang dimilikinya.

Kewajaran harga saham yang terbentuk di pasar modal dapat dinilai oleh

investor melalui pendekatan fundamental, sedangkan risiko sistematis (market risk)

dapat mengurangi besarnya tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor.

Pendekatan fundamental bermula dari pemikiran bahwa harga saham yang wajar

ditentukan oleh ekspektasi atas deviden, pertumbuhan keuntungan dan tingkat bunga

diskon di masa mendatang. Ekspektasi-ekspektasi ini dipengaruhi oleh kondisi makro

ekonomi terhadap suatu perusahaan.

Investment Opportunity Set (IOS) merupakan pengukuran atas pertumbuhan

perusahaan yang diwakilkan atau diproksikan dengan harga, investasi dan varian,

di mana IOS yang memiliki level yang tinggi cenderung untuk membagikan deviden

(25)

tinggi sehingga investor akan melihat perusahaan yang memiliki IOS rendah karena

akan memberikan deviden yang tinggi dan akan menaikkan harga saham dan tentunya

akan memberikan capital gains yang besar sebagaimana diteliti oleh I Ketut Jati

(2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Rudy Santoso pada tahun 2001 tentang

pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan property dan real

estate di Bursa Efek Surabaya di mana secara simultan ROE, NPM dan EPS

berpengaruh terhadap harga saham sedangkan secara parsial EPS dan ROE tidak

berpengaruh terhadap harga saham.

Penelitian ini menggunakan variabel ROA, ROE, EPS, PER dan IOS.

Motivasi peneliti dengan menambahkan variabel IOS yang merupakan variabel yang

diproksikan dengan harga, investasi dan varian yang sangat berpengaruh terhadap

perubahan harga saham. Variabel IOS mengukur pertumbuhan perusahaan. Bagi

investor, variabel ini penting untuk memprediksi tingkat pengembalian di masa

mendatang yang berupa pembagian deviden di akhir tahun, sehingga investasinya

tidak sia-sia.

Tingkat keuntungan (return) suatu investasi selalu berjalan beriringan dengan

risiko. Risiko dalam investasi umumnya terbagi dua, yaitu risiko tidak sistematis dan

risiko sistematis. Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak berkorelasi

dengan perusahaan lain dan dapat dihilangkan dengan diversifikasi portofolio yang

baik. Risiko sistematis (beta) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dan

(26)

variabel makro ekonomi antara lain nilai tukar mata uang (misalnya, Rupiah), tingkat

inflasi, dan tingkat suku bunga. Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih

lanjut dengan judul: Pengaruh Faktor Fundamental dan Investment Opportunity Set

(IOS) terhadap Harga Saham Emiten Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Dengan

demikian akan dapat diketahui faktor-faktor apa saja dari aspek fundamental yang

berdampak pada saham seluruh perusahaan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di muka, maka rumuskan masalah

sebagai berikut:

Apakah faktor fundamental dan IOS berpengaruh secara simultan dan parsial

terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis

pengaruh faktor fundamental dan IOS secara simultan dan parsial terhadap harga

saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan dan

(27)

digunakan untuk menganalisis return saham manufaktur di Bursa Efek

Indonesia.

b. Bagi praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai

informasi ilmiah untuk menyusun perencanaan investasi.

c. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi

untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan penelitian berbentuk replikasi dan kelanjutan dari

penelitian terdahulu, yaitu mereplikasi dari penelitian Jati (2003) dengan judul:

Relevansi Nilai PER dan Deviden Yield dan Moderasi Investment Opportunity Set

(IOS) dalam penilaian harga saham dengan data dari Bursa Efek Jakarta dan Santosa

(2001) yang berjudul pengaruh ROE, NPM dan EPS terhadap harga saham.

Perbedaannya dengan peneliti ini adalah menggunakan variabel independen dengan

ROA, ROE dan PER yang berbeda dari penelitian sebelumnya serta menggunakan

variabel IOS, di mana IOS diproksikan dengan harga saham dan jenis perusahaan

(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis 2.1.1. Pasar Modal

Pasar modal merupakan alternatif investasi yang paling populer saat ini. Hal

ini dikarenakan dalam pasar modal, perusahaan emiten dapat memperoleh dana untuk

menjalankan aktivitas operasi dan bisnisnya dengan cara menjual saham. Sebaliknya,

para calon investor membeli saham dari perusahaan emiten disebabkan kepercayaan

mereka terhadap kinerja manajemen perusahaan emiten yang diyakini akan

memberikan tingkat keuntungan (return) yang optimal.

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana

dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas.

Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk

memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun,

seperti saham dan obligasi. Sedang tempat di mana terjadinya jual beli sekuritas

disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar

modal secara fisik (Tandelilin, 2001: 13).

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran utama dari

pasar modal adalah sebagai sarana penghubung antara perusahaan emiten dengan

para investor sehingga kedua belah pihak secara bersama dapat menikmati

(29)

Pembagian pasar modal dalam mekanisme perdagangan sekuritas, yaitu:

a. Pasar Perdana

Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya

kepada investor umum untuk pertama kalinya (Tandelilin, 2001: 14). Proses ini

dikenal dengan sebagai Penawaran Saham Perdana atau istilah asingnya adalah Initial

Public Offering (IPO). Penawaran saham perdana didahului dengan dikeluarkannya

prospektus, yaitu informasi mendetail mengenai perusahaan. Prospektus berfungsi

untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada calon investor,

sehingga calon investor dapat mengetahui prospek perusahaan di masa datang dan

selanjutnya, tertarik untuk membeli sekuritas yang ditawarkan emiten (Tandelilin,

2001: 14).

b. Pasar Sekunder

Pasar sekunder merupakan tempat jual-beli sekuritas emiten oleh dan antar

investor setelah sekuritas emiten tersebut dijual di pasar perdana (Tandelilin, 2001:

16). Sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar sekunder Indonesia antara

lain: saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, waran, bukti right, dan

reksadana (Tandelilin, 2001: 16).

Investasi dalam bentuk saham memberikan dua keuntungan bagi investor

berupa:

a. Deviden

Deviden adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan emiten

(30)

perusahaan dalam suatu jangka waktu tertentu. Deviden merupakan salah satu daya

tarik pemegang saham untuk orientasi jangka panjang. Pembagian deviden harus

melalui persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

b. Capital Gain

Capital Gain adalah selisih lebih antara harga beli dengan harga jual. Capital

Gain terbentuk dari aktivitas perdagangan saham yang terjadi di pasar sekunder.

Investor dengan orientasi jangka pendek biasanya cenderung mengejar keuntungan

melalui capital gain.

2.1.2. Penilaian Harga Saham

Tujuan dari penilaian harga saham adalah untuk membantu investor dalam

menentukan saham mana yang paling menguntungkan. Investor akan selalu

membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasar saham yang bersangkutan dalam

perdagangan saham. Saham yang memiliki nilai pasar lebih tinggi daripada nilai

intrinsiknya (overvalued) merupakan saham yang layak untuk dijual dan sebaliknya,

saham yang memiliki nilai pasar lebih rendah daripada nilai intrinsiknya

(undervalued) merupakan saham yang layak untuk dibeli. Kenyataan tersebut

mengharuskan para investor untuk menganalisis harga saham secara akurat. Analisis

terhadap harga saham terbagi atas: analisis teknikal dan analisis fundamental.

a. Analisis Teknikal

Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data

atau catatan pasar untuk mengestimasi permintaan dan penawaran saham suatu

(31)

analisis teknikal merupakan data yang dipublikasikan seperti harga saham, volume

perdagangan, indeks harga saham baik secara individual maupun gabungan, serta

faktor teknis lainnya. Model analisis teknikal lebih menekankan sisi psikologis dari

investor, yaitu memutuskan pembelian dan penjualan suatu saham di masa datang

berdasarkan kebiasaannya di masa lalu. Para pegikut analisis ini menyatakan bahwa

harga saham mencerminkan informasi yang relevan. Informasi tersebut ditunjukkan

oleh perubahan harga di waktu lalu. Perubahan-perubahan tersebut nantinya akan

memiliki pola yang berulang (Natarsyah dalam Husnan, et.al, 2002: 537). Ketepatan

waktu dalam memprediksi harga (price movement) jangka pendek suatu saham

merupakan sasaran yang ingin dicapai dari analisis ini. Keinginan untuk mencapai

sasaran inilah yang membuat faktor-faktor teknis menjadi penting bagi seorang

investor untuk menentukan waktu yang tepat untuk pembelian dan penjualan saham.

Alat analisis yang utama digunakan adalah grafik atau chart, seringkali disebut

charist.

Berdasarkan pernyataan di atas, maka disimpulkan bahwa dalam memprediksi

harga saham di masa mendatang, analisis teknikal cenderung menggunakan data-data

di masa lalu seperti analisis naik-turunnya harga saham atau analisis indeks

perdagangan saham (Francis, 1988: 603).

b. Analisis Fundamental

Analisis fundamental merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan

kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam laporan keuangan sebagai

(32)

Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham memiliki

landasan yang kuat yang disebut nilai instrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu

analisa yang sangat hati-hati terhadap kondisi perusahaan pada saat ini dan

prospeknya di masa mendatang. Nilai instrinsik merupakan suatu fungsi dari

faktor-faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu keuntungan

(return) yang diharapkan dengan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut.

Nilai inilah yang diestimasi oleh para investor atau analis dan hasil dari estimasi ini

dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price) sehingga dapat

diketahui saham-saham yang overprice atau underprice (Natarsyah dalam Husnan

et.al, 2002: 542).

Berdasarkan pernyataan di atas, menurut Natarsyah dalam Husnan, et.al

(2002: 542) dapat disimpulkan bahwa para analis fundamental mencoba

memperkirakan harga saham di masa yang akan datang melalui beberapa hal berikut

ini:

1) Mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga

saham di masa mendatang.

2) Menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga

saham.

2.1.3. Faktor Fundamental

Analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk

menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan

(33)

analisa rasio. Analisis fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap

investor adalah makhluk rasional. Oleh karena itu, seorang fundamentalis mencoba

mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Argumentasi

dasarnya adalah bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai

intrinsik suatu saat tapi juga, dan bahkan lebih penting, harapan akan kemampuan

perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian hari.

Analisis fundamental sangat berhubungan dengan kondisi keuangan

perusahaan. Menurut (Darmadji dan Fakhrudin, 2006: 189) “analisis fundamental

merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau

mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri

suatu perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen

perusahaan”. Dengan demikian, analisis fundamental merupakan analisis yang

berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu

saham.

Beberapa data atau indikator yang umum digunakan dalam analisis

fundamental adalah: pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau

pengembalian atas ekuitas (return on equity), margin laba (profit margin), dan

data-data keuangan lainnya sebagai sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi

pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Dengan analisis ini diharapkan calon

investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya

(34)

karena biasanya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan

yang bersangkutan.

Analisis fundamental memfokuskan pada data laporan keuangan perusahaan

untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasikan secara akurat.

Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan apakah nilai saham berada

pada posisi underpriced atau overpriced. Saham dikatakan underpriced bilamana

harga saham di pasar modal lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya

(nilai intrinsik), dan harga saham dikatakan overpriced apabila harga saham di pasar

modal lebih besar dari nilai intrinsiknya.

Indikator faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini:

a. Return on Asset (ROA)

ROA merupakan rasio yang membandingkan net income dengan total asset

(Sawir, 2005: 33). Jika dihubungkan investasi saham, maka investor cenderung

memilih saham dengan ROA yang tinggi.

b. Return on Equity (ROE)

ROE merupakan rasio yang membandingkan net income dangan stockholder

equity (Sawir, 2005: 33). Jika dihubungkan investasi saham, maka investor cenderung

memilih saham dengan ROE yang tinggi.

c. Earnings per Share (EPS)

Dalam lingkaran keuangan, alat ukur yang paling sering digunakan adalah EPS.

Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai

(35)

karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung

informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya deviden per

saham di kemudian hari dan tingkat harga saham di kemudian hari, serta EPS juga

relevan untuk menilai efektivitas manajemen. Earning Per Share (EPS) merupakan

ukuran yang digunakan untuk menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap

lembar saham biasa.

2.1.4. Price Earnings Ratio

Price Earning Ratio merupakan salah satu indikator yang sering digunakan

analis sekuritas untuk menilai harga saham yang diperdagangkan di pasar modal.

Jones (2004) menyatakan bahwa Price Earning Ratio is simply the number of times

investors value earnings as expressed in the stock price. Selain itu juga sebagaimana

yang dikemukakan oleh Brealey and Myers (1991: 61) The high P/E shows that

investors think that the firm has good growth opportunities. Dengan demikian sebuah

perusahaan yang mempunyai PER yang tinggi akan menarik investor untuk membeli

saham perusahaan tersebut. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai suatu ukuran

menghasilkan laba di masa depan (future earnings) dari suatu perusahaan. Investor

dapat mempertimbangkan rasio tersebut guna memilih saham mana yang nantinya

dapat memberikan keuntungan yang besar di masa yang akan datang.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi (high growth) biasanya

mempunyai PER yang besar, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah

(low growth) biasanya memiliki PER yang rendah (Gibson, 1992: 380-381).

(36)

pasar dari setiap lembar saham akan semakin membaik, demikian pula sebaliknya

(Purnomo, 2008: 34). Dalam penelitiannya, Basu (1977: 670) menemukan bahwa

PER dan return adalah berkaitan/berhubungan. Saham dengan PER yang tinggi akan

memperoleh pengembalian lebih tinggi daripada yang diperoleh saham dengan PER

yang rendah. PER digunakan investor untuk menghubungkan laba perusahaan dengan

harga saham yang dapat dirumuskan:

PER = x100%

share per Earnings

share per price Market

Dari formula tersebut jelas bahwa PER merupakan perbandingan antara harga saham

dengan EPS, di mana hal tersebut dapat diperoleh dari masing-masing neraca

(balance sheet) pada laporan keuangan masing-masing bank yang diobservasi.

Terdapat bukti yang mengindikasikan terjadi penurunan harga saham secara

signifikan selama pengumuman dari pembelanjaan modal yang baru atau hutang yang

dapat dipertukarkan (convertible debt). Penawaran hutang secara terbuka atau saham

preferen menghasilkan reaksi harga saham yang signifikan.

2.1.5. Investment Opportunity Set (IOS)

IOS merupakan pengukuran atas pertumbuhan perusahaan yang diwakilkan

atau diproksikan dengan harga, investasi dan varian, di mana IOS yang memiliki

level yang tinggi cenderung untuk membagikan deviden yang rendah serta IOS yang

memiliki level rendah akan membagikan deviden yang tinggi sehingga investor akan

(37)

yang tinggi dan akan menaikkan harga saham dan tentunya akan memberikan capital

gains yang besar.

IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang

dimiliki (assets in place) yang dinilai secara independen dari kesempatan investasi

perusahaan di masa yang akan datang dan pilihan pertumbuhan serta opsi investasi

di masa yang akan datang, di mana IOS tersebut mempengaruhi nilai suatu

perusahaan (value of firm). Nilai perusahaan akan diukur dengan total aktiva atau

total hutang jangka panjang (long term liabilities) dengan jumlah ekuitas, juga

melakukan pengukuran atas leverage perusahaan yang pada akhirnya memberikan

format di dalam struktur modal perusahaan.

Kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang

yang diukur dengan investment opportunity set (IOS) akan menunjukkan nilai

perusahaan. Penelitian yang mengkaji IOS dengan berbagai variabel pertumbuhan

perusahaan dan variabel lainnya yang terkait dengan IOS telah banyak dilakukan.

Penelitian yang mengevaluasi berbagai proksi IOS yang berasosiasi dengan

pertumbuhan perusahaan telah dilakukan oleh Kallapur dan Trombley (1999) dalam

Pagalung (2003). Kebijakan pendanaan (financing), deviden, kompensasi dan

akuntansi (Smith dan Watts, 1992, Gaver dan Gaver, 1993, 1995 dan Skinner, 1993),

Pemilihan kebijakan pengungkapan (Cahan dan Hossain, 1996) kebijakan deviden

dan hutang korporasi konglomerat (Chaebol) Korea (Gul dan Kealey, 1999),

kebijakan korporasi perusahaan-perusahaan di Australia (Jones dan Sharma, 2001),

(38)

(Belkaoui dan Picur, 2001), dan model umum kesempatan tumbuh (Al Najjar dan

Belkaoui, 2001).

Investment Opportunity Set (IOS) perusahaan menentukan kemampuannya

memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan. Nilai opsi perusahaan tergantung

kepada pengeluaran-pengeluaran discretionary selanjutnya oleh manajer akan

menambah besar biaya perusahaan dan tentunya akan memperkecil laba perusahaan

dengan asumsi pendapatan konstan (agency theory), sementara assets in place tidak

memerlukan investasi tersebut (Gaver and Gaver dalam I. Ketut Jati, 2003). Potensi

pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan perbedaan antara nilai pasar saham (market

value of share) dengan nilai buku (book value of share). IOS merupakan variabel

yang tidak dapat diobservasi, oleh karena itu diperlukan proksi (Hartono dalam I.

Ketut Jati, 2003).

Proksi IOS itu sendiri bervariasi bentuknya dan diklasifikasikan menjadi tiga

jenis utama proksi (Gaver and Gaver 1993, Jones dan Sharma, 2001, Kallapur dan

Trombley, 2001 dalam Gagaring Palagung, 2003) yaitu:

1. Proksi berdasarkan harga (price based proxies),

2. Proksi berdasarkan investasi (investment based proxies), dan

3. Proksi berdasarkan varian (variance measurement based proxies).

1. IOS berdasarkan harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek

pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang

didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan

(39)

yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk

aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan (assets in place). IOS yang didasari pada

harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan

nilai pasar perusahaan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa

penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut:

a. Market to book value of equity dihitung dengan formula:

Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham x 100% Total Ekuitas

b. Book to market value of assets dihitung dengan formula:

Total Aktiva-Total Ekuitas+Jumlah Shm Beredar x Harga Penutupan Shm Total Aktiva

c. Earning to price ratios dihitung dengan formula:

Laba Per Lembar Saham Harga Penutupan Saham

d. Tobin’s Q² dihitung dengan formulasi:

(Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham) + (Total Hutang + sediaan) - Jumlah Aktiva Lancar Total Aktiva

e. Debt ratios dihitung dengan formula:

Total Hutang x 100% Total Aktiva

f. Debt to equity ratios dihitung dengan formula:

(40)

g. Gross Profit Margin dihitung dengan formula:

Penjualan – Harga Pokok Penjualan x 100% Penjualan

h. Total Assets Turn Over dihitung dengan formula:

Penjualan x 100% Total Aktiva

2. Proksi IOS kedua berdasarkan investasi yang mengungkapkan bahwa suatu

kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu

perusahaan. Perusahaan yang memiliki suatu IOS yang tinggi seharusnya juga

memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang

ditempatkan atau yang diinvestasikan untuk waktu yang lama. Bentuk proksi ini

adalah rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah

diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi

dari aktiva yang telah diinvestasikan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam

penelitian yang berkaitan dengan proksi investasi tersebut diantaranya:

a. The ratio of R & D to assets.

b. The ratio of R & D to sales.

c. Ratio of capital expenditure to firm value.

d. Investment intensity.

e. Ratio of capital expenditure to book value of assets.

f. Investment to sales ratios.

g. Rasio capital additional to assets book value.

(41)

i. Log of firm value.

3. Proksi IOS ketiga didasarkan kepada pengukuran penyimpangan (variance

measurement) yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih

bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya

opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva.

Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian diantaranya:

a. Variance of returns.

b. Assets beta.

c. The variance of assets deplated sales.

Ketiga jenis proksi di atas yang menggambarkan beragamnya ukuran IOS

sehingga memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beragam rasio sebagai

proksi IOS. Hal ini terjadi karena IOS bersifat unobservable (Gaver dan Gaver,

1993). Pendekatan yang digunakan beberapa peneliti sebagian besar menggunakan

ukuran variabel rasio-rasio dalam bentuk pengukuran rasio tunggal (single ratio),

namun demikian beberapa penelitian hanya menggunakan pendekatan pengukuran

komposit (composite measures) yaitu menggabungkan beberapa rasio sehingga

membentuk suatu ukuran baru sebagai proksi. Pendekatan yang dapat digunakan

dalam pengukuran komposit tersebut adalah dengan menggunakan analisis faktor

untuk membentuk suatu varibel komposit yang dapat dikembangkan dan diuji lebih

lanjut. Hal ini dilakukan karena selain IOS bersifat unobservable, IOS kurang tepat

bila diproksi dari satu ukuran empiris tunggal saja, sehingga dibutuhkan proksi-proksi

(42)

menggunakan pendekatan proksi komposit akan dapat mengurangi kesalahan

pengukuran yang secara inheren melekat dalam variabel tunggal (single variable)

untuk proksi IOS (Kallapur dan Trombley, 2001).

2.1.6. Harga Saham

Jogiyanto (2003: 80) mengatakan bahwa untuk menghitung nilai buku suatu

saham, beberapa nilai yang berhubungan dengannya perlu diketahui. Nilai-nilai

tersebut adalah:

1. Nilai Nominal (Par Value)

Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang

ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah untuk

kaitannya dengan hukm. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar yang secara

hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak diambil

oleh pemegang saham.

2. Agio Saham (Additional Paid-in Capital)

Agio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value)

merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan

nilai nominal sahamnya.

3. Nilai Modal Disetor (Paid in Capital)

Nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh

pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen

atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai

(43)

4. Laba Ditahan (Retained Earnings)

Laba Ditahan (Retained Earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan

kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke

perusahaan sebagai sumber dana internal.

a. Nilai Pasar (Market Value)

Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan

nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah

harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh

pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham

yang bersangkutan di pasar bursa.

b. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value)

Nilai intrinsik (intrinsic value) atau nilai fundamental (fundamental value)

merupakan nilai seharusnya dari suatu saham. Ada dua macam analisis yang

banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari suatu saham, yaitu

atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknikal (technical

analysis).

1. Analisis Sekuritas Fundamental (Fundamental Security Analysis)

Analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau analisis

perusahaan (company analysis) menggunakan data fundamental, yaitu data yang

berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, deviden yang dibayar, penjualan

dan lain sebagainya). Untuk analisis fundamental, ada dua pendekatan yang

(44)

sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (P/E ratio approach).

Pendekatan nilai sekarang disebut juga dengan metode kapitalisasi laba

(capitalization of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai

masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Pendekatan PER (price

earning ratio) disebut juga dengan pendekatan earnings multiplier. PER

menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan

berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings.

Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini menunjukkan bahwa harga saham merupakan

kelipatan 5 kali dari earnings perusahaan. Misalnya earnings yang digunakan adalah

earnings tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk deviden, maka nilai

PER sebesar 5 juga menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali

selama 5 tahun. Analisis fundamental banyak digunakan oleh para akademisi dalam

menentukan harga saham.

2. Analisis Teknikal (Technical Analysis)

Analisis teknikal merupakan analisis untuk mengetahui nilai intrinsik dari

suatu saham dengan menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume

transaksi saham). Analisis teknikal banyak digunakan oleh para praktisi dalam

menentukan harga saham.

Menurut Mishkin (2003: 281) “Technical analysis is to study past stock price

data and search for patterns such as trends and regular cycles”. Berdasarkan

pengertian tersebut, bahwa analisis teknikal bertujuan mempelajari data-data

(45)

mencari pola pergerakan harga saham seperti kecenderungan pergerakan harga saham

dan siklus yang teratur.

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoritical Mapping)

Penelitian ini mereview beberapa penelitian terkait diantaranya yang

dilakukan oleh Limbong (2006), Pagalung (2003), Jati (2003), Santoso (2001),

Haryanto (2003), Sasongko dan Wulandari (2003) dan Daniati (2006).

Adapun beberapa literatur penelitian terdahulu dapat dilihat pada tabel

berikut:

Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu

No Nama Peneliti

& Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil dari Penelitian

1 saham, sedangkan secara parsial, hanya ROA, NPM, OPM, dan LDR yang berpengaruh terhadap keuntungan saham.

(46)

3

(47)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, penelitian terdahulu,

dan uraian di atas, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian ini sebagai

berikut:

Gambar 3.1. Kerangka Konseptual Return on Assets

(X1)

Return on Equity (X2)

Earning per share (X3)

Price Earnings Ratio (PER) (X4)

Harga Saham (Y)

(48)

Laporan keuangan merupakan laporan kinerja dari suatu perusahaan. Laporan

ini berisi sejumlah informasi yang dapat dijadikan sebagai alat pertimbangan bagi

pihak-pihak yang membutuhkan, terutama para investor dan calon investor. Informasi

ini berguna bagi mereka untuk mengambil keputusan investasi di pasar modal.

Penilaian kinerja atau faktor fundamental perusahaan biasanya menggunakan

analisis rasio keuangan. Menurut Tandelilin (2001), beberapa rasio yang penting

adalah sebagai berikut:

1. Return On Asset

Return On Asset adalah rasio yang mengukur kemampuan aset perusahaan

untuk memberikan penghasilan bagi perusahaan. Semakin tinggi ROA suatu

perusahaan maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk

berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut.

2. Return On Equity

Return On Equity adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan pendapatan bagi para pemegang saham. Semakin tinggi ROE suatu

perusahaan maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk

berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut karena memberikan

keuntungan yang memadai.

3. Earning Per Share

Earning Per Share merupakan rasio yang menggambarkan besarnya

pendapatan per lembar saham yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi EPS suatu

(49)

berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut karena per lembar saham

semakin meningkat seiring meningkatnya laba.

4. Price Earnings Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga pasar

saham per lembar dengan laba per saham (earning per share). Price Earning Ratio

sangat penting diperhatikan oleh calon investor. Jika PER tinggi, berarti harga saham

tersebut terlalu mahal atau dengan harga tertentu investor hanya memperoleh laba

yang tinggi. Walsh dalam Haikal, (2004: 156). Dengan demikian, calon pembeli

saham akan memperoleh keuntungan yang lebih besar jika pembelian saham tersebut

pada saat PER rendah karena saham cenderung akan mengalami kenaikan harga hal

tersebut dikarenakan pendapatan perusahaan relatif aman dan sejalan dengan

rendahnya tingkat kapitalisasi, sementara jika PER menunjukkan nilai yang tinggi

maka hal ini menunjukkan saat yang tepat untuk menjual saham. Dengan kata lain,

pengetahuan tentang PER bagi investor berguna untuk mengetahui kapan harus

membeli dan menjual sahamnya sehingga dapat memperoleh keuntungan yang

maksimal dari selisih harga saham (capital gain).

Dari sudut pandang perusahaan, rasio ini mengindikasikan pengembalian yang

harus diberikan perusahaan untuk menarik para investor. Informasi PER sebagai

analisis rasional terhadap prospek antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain

dengan menggunakan standar yang sama. Perusahaan mempunyai kesempatan

investasi yang paling menarik akan memperoleh kapital harga yang wajar, yaitu harga

(50)

tidak menarik di pasaran, maka harga saham perusahaan akan turun dan perusahaan

tersebut akan memiliki hasil laba (earning yield) yang lebih tinggi.

Upaya merumuskan bagaimana mencantumkan harga saham yang wajar telah

dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan memperoleh tingkat keuntungan

(return) yang menarik. Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran yang paling

banyak digunakan investor untuk menentukan apakah investasi modal yang

dilakukannya menguntungkan atau merugikan (Constand, et al., 1991). PER

menunjukkan berapa besar para investor bersedia dibayar untuk setiap keuntungan

yang dilaporkan perusahaan, sehingga merupakan salah satu alat untuk mengukur

kinerja suatu perusahaan. Para manajer keuangan perusahaan akan senang jika saham

perusahaannya dijual dengan PER yang tinggi. Ini mengindikasikan bahwa

perusahaan mempunyai peluang pertumbuhan yang baik yang berarti pendapatannya

relatif aman dan sejalan dengan rendahnya tingkat kapitalisasi.

Dengan semakin berkembang dan semakin terintegrasinya pasar modal, maka

analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi PER mempunyai arti penting bagi

investor sebelum mengambil suatu keputusan investasi. Dari informasi ini, diperoleh

analisis rasional sebagai evaluasi terhadap prospek antara suatu perusahaan dengan

perusahaan lainnya dengan menggunakan standar yang sama yaitu PER satu

perusahaan dengan PER perusahaan lainnya. Perusahaan yang mempunyai

kesempatan investasi yang paling menarik akan memperoleh kapital harga yang

(51)

IOS (moderasi) merupakan pengukuran atas pertumbuhan atau kesempatan

investasi yang didasarkan kepada proksi harga, investasi dan penyimpangan.Apabila

tingkat keuntungan (return) pasar menyatakan perubahan pasar, maka tingkat

keuntungan suatu saham dalam konsep model indeks tunggal dinyatakan sebagai

berikut: (Jogiyanto, 2003: 270)

Ri = ái + âi . RM + ei

Di mana:

Ri = Return saham i

ái = Bagian dari return saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar.

Variabel ini merupakan variabel acak

âi = Beta saham i, merupakan parameter yang mengukur perubahan yang

diharapkan padaRi jika terjadi perubahan padaRM

RM = Return indeks pasar i. Variabel ini merupakan variabel acak

ei = Nilai kesalahan residu

Menurut Husnan (2001), model indeks tunggal dapat menunjukkan

satu-satunya alasan saham bergerak secara bersamaan adalah karena saham bereaksi

terhadap gerakan pasar.

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka

(52)

simultan dan parsial terhadap harga saham emiten manufaktur di Bursa Efek

(53)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu

penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan

variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain (Umar,

2003: 30). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental

(return on asset, return on equity, earnings per shared, price earnings ratio dan IOS

terhadap harga saham.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data

kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan

(Sugiyono, 2004: 13). Data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari

laporan keuangan tahunan dari seluruh emiten perbankan di Indonesia yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia mulai 2005 - 2008. Data yang digunakan adalah jenis pooled

cross section time series, yaitu gabungan data antara perusahaan/cross section dan

antar waktu/time series (Indriantoro, 2002: 95).

Sumber data penelitian adalah sebagai berikut:

1. Data harga saham perusahaan yang terpilih sebagai sampel diperoleh dari

(54)

2. Data mengenai tanggal pendirian dan tanggal listing perusahaan yang terpilih

sebagai sampel diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

3. Data laporan keuangan tahunan perusahaan yang terpilih sebagai sampel pada

tahun 2005 - 2008 diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia

(www.isx.co.id/laporan keuangan/detail/soft copy laporan keuangan).

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1. Populasi Penelitian

Menurut Sularso (2003: 69), “Populasi adalah sekelompok orang, kejadian,

ataupun segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu yang ingin diselidiki

oleh peneliti”. Populasi dalam penelitian ini adalah emiten manufaktur yang terdaftar

dalam Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 30 November 2007 BEJ (Bursa Efek

Indonesia) dan BES (Bursa Efek Surabaya) resmi berganti nama menjadi Bursa Efek

Indonesia (BEI). Populasi penelitian ini adalah sama dengan penelitian sebelumnya

dengan tujuan untuk melihat konsistensi dari penelitian sebelumnya. Menurut

Indonesia Stocks Exchange (ISX) Statistic, perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2005 sampai tahun 2008 sebanyak 185

perusahaan (Lampiran 1 a).

4.3.2. Sampel Penelitian

Menurut Sularso (2003: 67), “Sampel adalah beberapa anggota atau bagian

dari populasi yang mencukupi populasi, sehingga dengan mempelajari sampel dan

Gambar

Tabel 1.1. Daftar IHSG Tahun 2002-2007
Tabel 2.1. Penelitian Terdahulu
Gambar 3.1. Kerangka Konseptual
Tabel 4.1. Operasionalisasi Variabel
+7

Referensi

Dokumen terkait

variabel fundamental dan teknikal terhadap harga saham pada

Dari hasil uji t pada Tabel 4.10, secara parsial faktor fundamental return on equity (ROE) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap harga saham properti dan koefisien

Pahala Indra Husada:Anahsis Faktor-Faktor Fundamental yang Mempengaruhi Harga Saham Industri Properti..., 2005... Pahala Indra Husada:Anahsis Faktor-Faktor Fundamental yang

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variabel fundamental dan teknikal baik secara parsial maupun simultan terhadap harga saham pada perusahaan food

Dari hasil uji t pada, secara parsial faktor fundamental debt to equity ratio (DER) berpengaruh terhadap harga saham manufaktur.Temuan ini terbalik dengan penelitian yang

Uji Serempak Fengujian pengaruh faktor - faktor fundamental terhadap perubahan harga saham secara serempak dilakukan berdasarkan hipotesis sebagai berikut : Persediaan, piutang

Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh analisis fundamental yang meliputi inflasi, kurs dan suku bunga BI secara simultan ( bersama – sama ) mempunyai pengaruh terhadap

Diantaranya penelitian yang dilakukan oleh Nirohito (2009) yang meneliti analisis faktor- faktor fundamental dan risiko sistematik terhadap harga saham pada