• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.5. Investment Opportunity Set (IOS)

IOS merupakan pengukuran atas pertumbuhan perusahaan yang diwakilkan atau diproksikan dengan harga, investasi dan varian, di mana IOS yang memiliki level yang tinggi cenderung untuk membagikan deviden yang rendah serta IOS yang memiliki level rendah akan membagikan deviden yang tinggi sehingga investor akan melihat perusahaan yang memiliki IOS rendah karena akan memberikan deviden

yang tinggi dan akan menaikkan harga saham dan tentunya akan memberikan capital gains yang besar.

IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) yang dinilai secara independen dari kesempatan investasi perusahaan di masa yang akan datang dan pilihan pertumbuhan serta opsi investasi di masa yang akan datang, di mana IOS tersebut mempengaruhi nilai suatu perusahaan (value of firm). Nilai perusahaan akan diukur dengan total aktiva atau total hutang jangka panjang (long term liabilities) dengan jumlah ekuitas, juga melakukan pengukuran atas leverage perusahaan yang pada akhirnya memberikan format di dalam struktur modal perusahaan.

Kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi di masa yang akan datang yang diukur dengan investment opportunity set (IOS) akan menunjukkan nilai perusahaan. Penelitian yang mengkaji IOS dengan berbagai variabel pertumbuhan perusahaan dan variabel lainnya yang terkait dengan IOS telah banyak dilakukan. Penelitian yang mengevaluasi berbagai proksi IOS yang berasosiasi dengan pertumbuhan perusahaan telah dilakukan oleh Kallapur dan Trombley (1999) dalam Pagalung (2003). Kebijakan pendanaan (financing), deviden, kompensasi dan akuntansi (Smith dan Watts, 1992, Gaver dan Gaver, 1993, 1995 dan Skinner, 1993), Pemilihan kebijakan pengungkapan (Cahan dan Hossain, 1996) kebijakan deviden dan hutang korporasi konglomerat (Chaebol) Korea (Gul dan Kealey, 1999), kebijakan korporasi perusahaan-perusahaan di Australia (Jones dan Sharma, 2001), perusahaan multinasional (Belkaoui dan Picur, 1998), model penilaian pasar

(Belkaoui dan Picur, 2001), dan model umum kesempatan tumbuh (Al Najjar dan Belkaoui, 2001).

Investment Opportunity Set (IOS) perusahaan menentukan kemampuannya memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan. Nilai opsi perusahaan tergantung kepada pengeluaran-pengeluaran discretionary selanjutnya oleh manajer akan menambah besar biaya perusahaan dan tentunya akan memperkecil laba perusahaan dengan asumsi pendapatan konstan (agency theory), sementara assets in place tidak memerlukan investasi tersebut (Gaver and Gaver dalam I. Ketut Jati, 2003). Potensi pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan perbedaan antara nilai pasar saham (market value of share) dengan nilai buku (book value of share). IOS merupakan variabel yang tidak dapat diobservasi, oleh karena itu diperlukan proksi (Hartono dalam I. Ketut Jati, 2003).

Proksi IOS itu sendiri bervariasi bentuknya dan diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama proksi (Gaver and Gaver 1993, Jones dan Sharma, 2001, Kallapur dan Trombley, 2001 dalam Gagaring Palagung, 2003) yaitu:

1. Proksi berdasarkan harga (price based proxies),

2. Proksi berdasarkan investasi (investment based proxies), dan 3. Proksi berdasarkan varian (variance measurement based proxies).

1. IOS berdasarkan harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-perusahaan

yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan (assets in place). IOS yang didasari pada harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut:

a. Market to book value of equity dihitung dengan formula:

Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham x 100% Total Ekuitas

b. Book to market value of assets dihitung dengan formula:

Total Aktiva-Total Ekuitas+Jumlah Shm Beredar x Harga Penutupan Shm Total Aktiva

c. Earning to price ratios dihitung dengan formula: Laba Per Lembar Saham

Harga Penutupan Saham d. Tobin’s Q² dihitung dengan formulasi:

(Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham) + (Total Hutang + sediaan) - Jumlah Aktiva Lancar Total Aktiva

e. Debt ratios dihitung dengan formula: Total Hutang x 100% Total Aktiva

f. Debt to equity ratios dihitung dengan formula: Total Hutang x 100% Total Modal Sendiri

g. Gross Profit Margin dihitung dengan formula:

Penjualan – Harga Pokok Penjualan x 100% Penjualan

h. Total Assets Turn Over dihitung dengan formula: Penjualan x 100%

Total Aktiva

2. Proksi IOS kedua berdasarkan investasi yang mengungkapkan bahwa suatu kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki suatu IOS yang tinggi seharusnya juga memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang ditempatkan atau yang diinvestasikan untuk waktu yang lama. Bentuk proksi ini adalah rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan proksi investasi tersebut diantaranya:

a. The ratio of R & D to assets. b. The ratio of R & D to sales.

c. Ratio of capital expenditure to firm value. d. Investment intensity.

e. Ratio of capital expenditure to book value of assets. f. Investment to sales ratios.

g. Rasio capital additional to assets book value. h. Investment to earnings ratio.

i. Log of firm value.

3. Proksi IOS ketiga didasarkan kepada pengukuran penyimpangan (variance measurement) yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian diantaranya:

a. Variance of returns. b. Assets beta.

c. The variance of assets deplated sales.

Ketiga jenis proksi di atas yang menggambarkan beragamnya ukuran IOS sehingga memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beragam rasio sebagai proksi IOS. Hal ini terjadi karena IOS bersifat unobservable (Gaver dan Gaver, 1993). Pendekatan yang digunakan beberapa peneliti sebagian besar menggunakan ukuran variabel rasio-rasio dalam bentuk pengukuran rasio tunggal (single ratio), namun demikian beberapa penelitian hanya menggunakan pendekatan pengukuran komposit (composite measures) yaitu menggabungkan beberapa rasio sehingga membentuk suatu ukuran baru sebagai proksi. Pendekatan yang dapat digunakan dalam pengukuran komposit tersebut adalah dengan menggunakan analisis faktor untuk membentuk suatu varibel komposit yang dapat dikembangkan dan diuji lebih lanjut. Hal ini dilakukan karena selain IOS bersifat unobservable, IOS kurang tepat bila diproksi dari satu ukuran empiris tunggal saja, sehingga dibutuhkan proksi-proksi yang merupakan proksi komposit (Gaver dan Gaver, 1993). Selain itu dengan

menggunakan pendekatan proksi komposit akan dapat mengurangi kesalahan pengukuran yang secara inheren melekat dalam variabel tunggal (single variable) untuk proksi IOS (Kallapur dan Trombley, 2001).

2.1.6. Harga Saham

Jogiyanto (2003: 80) mengatakan bahwa untuk menghitung nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan dengannya perlu diketahui. Nilai-nilai tersebut adalah:

1. Nilai Nominal (Par Value)

Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah untuk kaitannya dengan hukm. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar yang secara hukum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak diambil oleh pemegang saham.

2. Agio Saham (Additional Paid-in Capital)

Agio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value) merupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal sahamnya.

3. Nilai Modal Disetor (Paid in Capital)

Nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai nominal ditambah dengan agio saham.

4. Laba Ditahan (Retained Earnings)

Laba Ditahan (Retained Earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal.

a. Nilai Pasar (Market Value)

Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.

b. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value)

Nilai intrinsik (intrinsic value) atau nilai fundamental (fundamental value) merupakan nilai seharusnya dari suatu saham. Ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari suatu saham, yaitu atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknikal (technical analysis).

Dokumen terkait