• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA SAHAM EMITEN MANUFAKTUR DI BURSA EFEK INDONESIA"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

1 Laporan Hasil Penelitian

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN INVESTMENT

OPPORTUNITY SET (IOS) TERHADAP HARGA

SAHAM EMITEN MANUFAKTUR

DI BURSA EFEK INDONESIA

Peneliti :

Bantu Tampubolon, SE,MBA,Ak

Ardin Doloksaribu, SE.

LEMBAGA PENELITIAN

UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN MEDAN

2011

(2)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan karuniaNya peneliti dapat menyelesaikan penelitian ini walaupun disadari bahwa dalam penelitian masih terdapat banyak kekurangan baik dalam penulisan maupun analisis. Penelitian ini membahas tentang Pengaruh Faktor Fundamental Dan Investment Opportunity Set (Ios) Terhadap Harga Saham Emiten Manufaktur Di Bursa Efek Indonesia. Peneliti sangat mengharapkan kritik dan saran dari pihak pembaca untuk dapat membangun penelitia ini dimasa yang akan datang.

Pada kesempatan ini, peneliti mengicapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang ikut membantu dalam penyelesaian penelitian ini yaitu:

1. Rektor Universitas HKBP Nommensen Medan

2. Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Medan 3. Ketua Lembaga Penelitian Universitas HKBP Nommensen Medan

Medan, 11 Agustus 2011 Ketua Peneliti,

(3)

DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I PENGANTAR ... 1

1.1. Latar Belakang Penelitian ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 9

1.3. Tujuan Penelitian ... 9

1.4. Manfaat Penelitian ... 9

1.5. Originalitas ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Landasan Teoritis ... 11

2.1.1. Pasar Modal ... 11

2.1.2. Penilaian Harga Saham ... 13

2.1.3. Faktor Fundamental ... 15

2.1.4. Price Earnings Ratio ... 18

2.1.5. Investment Opportunity Set (IOS)... 19

2.1.6. Harga Saham ... 24

2.2. Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 27

BAB III KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS ... 29

3.1. Kerangka Konseptual ... 29

3.2. Hipotesis Penelitian ... 33

BAB IV METODE PENELITIAN……… 34

4.1. Jenis Penelitian ... 34

4.2. Lokasi Penelitian... 34

4.3. Populasi dan Sampel ... 35

4.4. Metode Pengumpulan Data ... 35

4.5. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 38

4.5.1 Definisi Operasional Variabel . ... 38

4.5.2 Pengukuran Variabel . ... 39

4.6. Metode Analisis data ... 40

4.7. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 43

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44

(4)

5.1.1. Deskripsi Data Penelitian ... 44

5.1.2. Uji Asumsi Klasik ... 46

5.1.2.1. Uji Normalitas ... 47

5.1.2.2. Uji Multikolinieritas ... 52

5.1.2.3. Uji Autokorelasi ... 54

5.1.2.4. Uji Heteroskedastisitas ... 55

5.2. Pembahasan Hasil Penelitian ... 58

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 65

6.1. Kesimpulan ... 65

6.2. Keterbatasan Penelitian... 65

6.3. Saran ………... 66

(5)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Review Penelitian Terdahulu... 28

Tabel 4.1 Jadwal Penelitian... 33

Tabel 4.2 Pengambilan Sampel ……… 35

Tabel 4.3 Operasionalisasi Variabel ……… 36

Tabel 5.1 Tabel 5.2 Deskripsi Statistik………... Kolmogorov Smirnov………... 45 51 Tabel 5.3 Kolmogorov Smirnov Sesudah Transformasi ……… 52

Tabel 5.4 Tabel 5.5 Uji Multikolinearitas Sebelum Transformasi... Uji Multikolinearitas Sesudah Transformasi... 53 53 Tabel 5.6 Nilai Durbin-Watson……… ……… 54

Tabel 5.7 Tabel 5.8 Uji Park………... Pengujian Goodness of Fit... 57 58 Tabel 5.9 Uji F...……… ……… 59

(6)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 3.1 Kerangka Konseptual………..………. 29

Gambar 5.1 Uji Normalitas………..……… 47

Gambar 5.2 P-P Plot………..………... 48

Gambar 5.3 Normalitas Setelah Transformasi..………... 49

Gambar 5.4 P-P Plot Setelah Transformasi..………... 50

(7)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pasar modal merupakan wahana yang mempertemukan pihak yang kelebihan dana (investor) dan pihak yang membutuhkan dana (peminjam) dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Pasar modal juga merupakan bagian dari indikator perekonomian suatu negara. Keberadaan pasar modal diharapkan dapat menjadi alternatif pendanaan dan investasi bagi masyarakat.

Krisis keuangan global yang masih berlangsung hingga kini, mengakibatkan kondisi pasar keuangan dunia menjadi terpuruk, termasuk pasar modal di Indonesia. Hingga saat ini pasar modal Indonesia masih bergulat di tengah krisis global yang menyebabkan pertumbuhan pasar modal melambat dan penundaan Initial Public Offering (IPO) dari sejumlah perusahaan akibat kondisi pasar modal yang belum menentu. Rontoknya indeks bursa di hampir seluruh dunia pada Oktober 2008 lalu turut menghempaskan Indeks Harga Saham gabungan (HSG) hingga level terendah, yang mengakibatkan BEI terpaksa disuspend sebab mengalami penurunan signifikan. Puncaknya terjadi pada 8 Oktober 2008, IHSG terkoreksi sebesar 10,38% hingga menyentuh level 1.451,669. Namun dibuka kembali pada 13 Oktober 2008. Suspensi tersebut untuk memberikan perlindungan kepada investor dan pasar. Kemudian pasar modal kembali bergerak naik, namun hal tersebut hanya disebabkan oleh dana jangka pendek.

(8)

Namun optimisme bahwa bursa saham akan kembali membaik terlihat dari rencana IPO pada 2009 dimana tercatat sekitar 19 perusahaan. Termasuk diantaranya perusahaan yang gagal melakukan IPO pada 2008. Beberapa perusahaan yang gagal melakukan IPO pada 2008 akan merealisasikan pada tahun ini. Seperti diketahui, beberapa perusahaan yang gagal menggelar IPO pada 2008 lalu adalah PT Prime Petroservices, PT Power Telecom, PT Mitrasurya Cemerlang, PT Wahanaartha Harsaka, dan PT Garuda Food. Kemudian juga PT Bank Tabungan Negara (BTN), PT Krakatau Steel, PT Pembangunan Perumahan, PT Waskita Karya, PT Garuda Indonesia, dan PT Perkebunan Nusantara (PTPN) III, IV, dan VII.

Sejumlah BUMN yang akan masuk bursa, saham BUMN sangat ditunggu investor di pasar modal. Kementerian BUMN melepas 11 BUMN melakukan privatisasi melalui program IPO, sebagai upaya menyehatkan kinerja keuangan perusahaan. Perusahaan yang benar-benar siap untuk melaksanakan IPO ada tiga perusahan, yaitu PT Krakatau Steel, PT Perkebunan Nusantara (PTPN) VII, dan Bank Tabungan Negara (BTN).

Sementara itu, kinerja emiten sepanjang triwulan I/2009 relatif lebih baik dibanding triwulan akhir 2008. Hal ini didukung oleh kinerja emiten berbasis pasar domestik yang masih tumbuh menjadi faktor utama pertumbuhan positif ditengah krisi global yang masih berlangsung. Dilihat dari sisi jumlah emiten maupun kapitalisasinya, Bursa Efek Indonesia (BEI) masih tertinggal dibandingkan dengan pasar modal di negara lain di kawasan regional Asia. Menurut data World Federation of Exchange per Maret 2009, emiten di BEI hanya 396 emiten. Jumlah ini relatif kecil

(9)

dibandingkan dengan emiten bursa Malaysia yang tercatat mencapai 968 emiten, Singapura (765 emiten) dan Thailand (527 emiten).

Sedangkan dari sisi nilai kapitalisasi, dengan nilai US$ 113 milar, kapitalisasi di BEI masih berada dibawah kapitalisasi bursa regional khususnya negara tetangga. Bursa Singapura mencatat nilai kapitalisasi mencapai US$ 249 miliar, kemudian disusul oleh Malaysia sebesar US$ 197 miliar. Minimnya jumlah emiten di BEI dan masih terbatasnya jumlah investor yang berinvestasi di pasar modal, menyebabkan jika terjadi gejolak eksternal, pasar modal Indonesia lebih mudah terguncang. Karena dari sisi `supply` (emiten) dan `demand` (investor) masih terbatas, sehingga jika terjadi guncangan dari luar, misalnya dampak krisis global sejak tahun lalu dampaknya sangat terasa di bursa Indonesia.

Pasar modal sebagai salah satu instrumen penggalang dana juga menghadapi goncangan yang kuat. Goncangan tersebut berupa penurunan Indeks Harga saham Gabungan (IHSG) dari 637,40 di tahun 1997 menjadi 401,70 di tahun 1998. Kapitalisasi pasar juga mengalami hal serupa, yaitu di tahun 1997 Rp 215,10 trilyun turun menjadi Rp 159,90 di tahun 1998, sedangkan total transaksi menurun dari 120,40 trilyun pada tahun 1997 menjadi 99,60 trilyun untuk tahun 1998 (Bursa Efek Indonesia 2002). Dampak serius yang dialami sektor perbankan akibat krisis ekonomi berimbas pada dilikuidasinya 16 bank pada tahun 1997, disusul dengan pembekuan 10 bank di tahun 1998 dan penutupan sendiri 2 bank campuran pada tahun 1999.

Dalam laporan tahunan yang tertuang dalam fact book IDX, tergambar jelas bahwa kinerja BEI terus memperlihatkan peningkatan yang signifikan. Meningkatnya

(10)

data dan angka tersebut menandakan bahwa pasar modal sebagai wahana investasi dan sebagai pintu gerbang masuk ke industri ini terus digemari kalangan investor. Indeks harga saham gabungan (IHSG) yang merupakan salah satu indikator perdagangan mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.. Perbandingan indeks harga saham gabungan beberapa tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut.

Tabel 1.1

Daftar IHSG Tahun 2002-2007

2002 2003 2004 2005 2006 2007

High 551,607 693,033 1.004,430 1.192,203 1.805,523 2.810,962

Low 337,475 379,351 668,477 994,770 1.171,709 1.678,044

Close 424,945 691,895 1.000,233 1.162,635 1.805,523 2.745,826

Sumber : www.bei.co.id, diolah (17 Agustus 2008)

Pada Tabel 1.1 dapat dilihat bahwa IHSG tahun 2007 mengalami kenaikan 52 persen dibandingkan penutupan tahun 2006. Sementara penutupan tahun 2006 IHSG lebih tinggi, dibandingkan tahun 2005, demikian juga dengan 2004 dan 2003. Kenaikan IHSG tersebut merupakan cerminan dari keberhasilan investor menanamkan modalnya di pasar modal, karena emiten atau perusahaan yang menjual sahamnya tidak kesulitan dalam mencari modal guna pengembangan usaha. Peningkatan tersebut tentunya dapat mendorong investor untuk berinvestasi di pasar modal indonesia.

Fenomena tersebut disebabkan tingginya suku bunga perbankan, yaitu mencapai 77,63% di tahun 1998. Suku bunga yang tinggi dan tidak adanya dukungan dari sektor riil membuat banyak kredit pinjaman mengalami penundaan pembayaran sehingga dikategori sebagai kredit macet.

(11)

Setiap investasi tentu memiliki risiko dan return yang berbeda-beda. Para investor sendiri tentu selalu berharap dapat memaksimalkan return atas investasinya berdasarkan tingkat toleransinya terhadap risiko. Investor yang berani mengambil risiko (risk taker) cenderung memilih saham-saham dengan tingkat risiko yang tinggi dengan pengharapan akan menuai return yang tinggi pada akhirnya. Sebaliknya, investor yang kurang berani (risk averse) cenderung memilih saham-saham dengan

return yang normal.

Salah satu tujuan investor dalam berinvestasi adalah memperoleh deviden. Tujuan lain adalah memperoleh capital gain, yaitu selisih lebih antara harga investasi saat ini dengan harga investasi di masa lalu. Perilaku investor seperti itu mengindikasikan bahwa mereka membeli saham pada saat harga saham turun dan menjualnya kembali pada saat harga saham meningkat. Indikasi ini menyimpulkan bahwa seorang calon investor yang ingin membeli saham di pasar sekunder harus senantiasa memperhatikan pergerakan harga saham tersebut.

Analisis terhadap saham secara umum terbagi dua, yaitu: analisis teknikal dan analisis fundamental. Analisis teknikal menggunakan data harga saham di masa lalu, sedangkan analisis fundamental menggunakan faktor yang diidentifikasikan sehingga dapat mempengaruhi harga saham di masa mendatang. Dasar dari analisis fundamental adalah faktor fundamental suatu perusahaan.

Faktor fundamental perusahaan secara umum dapat diartikan sebagai faktor internal perusahaan yang digambarkan sebagai kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam bentuk laporan keuangan (Halim, 2003:5). Pengukuran kinerja

(12)

keuangan suatu perusahaan membutuhkan suatu alat ukur,biasanya berbentuk rasio. Analisis rasio keuangan mampu memberikan manajemen gambaran tentang perubahan-perubahan pokok trend, jumlah dan hubungan serta alasan perubahan tersebut. Hasil analisis laporan keuangan diharapkan dapat membantu manajemen dalam mengintreprestasikan berbagai hubungan kunci dan kecenderungan sehingga dapat memberikan dasar pertimbangan mengenai potensi keberhasilan perusahaan di masa depan.

Setiap investasi tentu memiliki risiko dan return yang berbeda-beda. Para investor sendiri tentu selalu berharap dapat memaksimalkan return atas investasinya berdasarkan tingkat toleransinya terhadap risiko. Investor yang berani mengambil risiko (risk taker) cenderung memilih saham-saham dengan tingkat risiko yang tinggi dengan pengharapan akan menuai return yang tinggi pada akhirnya. Sebaliknya, investor yang kurang berani (risk averse) cenderung memilih saham-saham dengan

return yang normal.

Tingkat keuntungan (return) merupakan motivasi investor dalam berinvestasi, karena itu, return seringkali dijadikan sebagai ukuran dalam membandingkan berbagai alternatif investasi. Pengukuran return historis memberikan dua keuntungan bagi investor. Hal yang pertama, pengukuran return historis yaitu memungkinkan investor mengetahui keberhasilan mereka dalam melakukan suatu investasi. Hal yang kedua, pengukuran return historis juga ikut berperan dalam memperkirakan return masa depan.

(13)

Salah satu tujuan investor dalam berinvestasi adalah memperoleh deviden. Tujuan lain adalah memperoleh capital gain, yaitu selisih lebih antara harga investasi saat ini dengan harga investasi di masa lalu. Perilaku investor seperti itu mengindikasikan bahwa mereka membeli saham pada saat harga saham turun dan menjualnya kembali pada saat harga saham meningkat. Indikasi ini menyimpulkan bahwa seorang calon investor yang ingin membeli saham di pasar sekunder harus senantiasa memperhatikan pergerakan harga saham tersebut. Kekuatan analisis investor dalam menilai dan memperkirakan harga saham akan berpengaruh terhadap

capital gain yang akan diterimanya. Hal tersebut dikarenakan kekuatan analisis ini

akan memberikan informasi kepada investor waktu yang tepat untuk membeli atau menjual saham yang dimilikinya.

Kewajaran harga saham yang terbentuk di pasar modal dapat dinilai oleh investor melalui pendekatan fundamental, sedangkan risiko sistematis (market risk) dapat mengurangi besarnya tingkat keuntungan yang akan diperoleh investor. Pendekatan fundamental bermula dari pemikiran bahwa harga saham yang wajar ditentukan oleh ekspektasi atas dividen, pertumbuhan keuntungan dan tingkat bunga diskon di masa mendatang. Ekspektasi-ekspektasi ini dipengaruhi oleh kondisi makro ekonomi terhadap suatu perusahaan.

Investment Opportunity Set (IOS) merupakan pengukuran atas pertumbuhan

perusahaan yang diwakilkan atau diproksikan dengan harga, investasi dan varian, dimana IOS yang memiliki level yang tinggi cenderung untuk membagikan deviden yang rendah serta IOS yang memiliki level rendah akan membagikan deviden yang

(14)

tinggi sehingga investor akan melihat perusahaan yang memiliki IOS rendah karena akan memberikan deviden yang tinggi dan akan menaikkan harga saham dan tentunya akan memberikan capital gains yang besar sebagaimana diteliti oleh I Ketut Jati (2003).

Penelitian yang dilakukan oleh Rudy Santoso pada tahun 2001 tentang pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham pada perusahaan property dan real estate di Bursa Efek Surabaya dimana secara simultan ROE, NPM dan EPS berpengaruh terhadap harga saham sedangkan secara parsial EPS dan ROE tidak berpengaruh terhadap harga saham.

Penelitian ini menggunakan variabel ROA, ROE, EPS, PER dan IOS. Motivasi peneliti dengan menambahkan variabel IOS yang merupakan variabel yang diproksikan dengan harga, investasi dan varian yang sangat berpengaruh terhadap perubahan harga saham. Variabel IOS mengukur pertumbuhan perusahaan. Bagi investor, variabel ini penting untuk memprediksi tingkat pengembalian di masa mendatang yang berupa pembagian dividen diakhir tahun, sehingga investasinya tidak sia-sia.

Tingkat keuntungan (return) suatu investasi selalu berjalan beriringan dengan risiko. Risiko dalam investasi umumya terbagi dua, yaitu risiko tidak sistematis dan risiko sistematis. Risiko tidak sistematis merupakan risiko yang tidak berkorelasi dengan perusahaan lain dan dapat dihilangkan dengan diversifikasi portfolio yang baik. Risiko sistematis (beta) merupakan risiko yang tidak dapat dihilangkan dan berkorelasi antar perusahaan karena variabel yang mempengaruhinya sama, yaitu

(15)

variabel makro ekonomi antara lain nilai tukar mata uang (misalnya, Rupiah), tingkat inflasi, dan tingkat suku bunga. Peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian lebih lanjut dengan judul : Pengaruh Faktor Fundamental dan Investment Opportunity Set (IOS) terhadap Harga Saham Emiten Manufaktur di Bursa Efek Indonesia. Dengan demikian akan dapat diketahu faktor-faktor apa saja dari aspek fundamental yang berdampak pada saham seluruh perusahaan.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di muka, maka rumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah faktor fundamental dan IOS berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh faktor fundamental dan IOS secara simultan dan parsial terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat untuk memberikan wawasan dan pemahaman mendalam tentang pendekatan fundamental dan IOS yang

(16)

digunakan untuk menganalisis return saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

b. Bagi praktisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai informasi ilmiah untuk menyusun perencanaan investasi.

c. Bagi akademisi, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan referensi untuk penelitian selanjutnya.

1.5. Originalitas

Penelitian ini merupakan penelitian berbentuk replikasi dan kelanjutan dari penelitian terdahulu, yaitu mereplikasi dari penelitian Jati (2003) dengan judul : Relevansi Nilai PER dan Deviden Yield dan Moderasi Investment Opportunity Set (IOS) dalam penilain harga saham dengan data dari Bursa Efek Jakarta dan Santosa (2001) yang berjudul pengaruh ROE, NPM dan EPS terhadap harga saham. Perbedaannya dengan peneliti ini adalah menggunakan variabel independen dengan ROA, ROE dan PER yang berbeda dari penelitian sebelumnya serta menggunakan variabel IOS, dimana IOS diproksikan dengan harga saham dan jenis perusahaan yang diteliti yaitu pada perusahaan manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis

2.1.1. Pasar Modal

Pasar modal merupakan alternatif investasi yang paling populer saat ini. Hal ini dikarenakan dalam pasar modal, perusahaan emiten dapat memperoleh dana untuk menjalankan aktivitas operasi dan bisnisnya dengan cara menjual saham. Sebaliknya, para calon investor membeli saham dari perusahaan emiten disebabkan kepercayaan mereka terhadap kinerja manajemen perusahaan emiten yang diyakini akan memberikan tingkat keuntungan (return) yang optimal.

Pasar modal adalah pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Dengan demikian, pasar modal juga bisa diartikan sebagai pasar untuk memperjualbelikan sekuritas yang umumnya memiliki umur lebih dari satu tahun, seperti saham dan obligasi. Sedang tempat di mana terjadinya jual beli sekuritas disebut dengan bursa efek. Oleh karena itu, bursa efek merupakan arti dari pasar modal secara fisik. Tandelilin (2001:13)

Berdasarkan pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa peran utama dari pasar modal adalah sebagai sarana penghubung antara perusahaan emiten dengan para investor sehingga kedua belah pihak secara bersama dapat menikmati keuntungan yang seimbang.

(18)

Pembagian pasar modal dalam mekanisme perdagangan sekuritas, yaitu: a. Pasar Perdana

Pasar perdana terjadi pada saat perusahaan emiten menjual sekuritasnya kepada investor umum untuk pertama kalinya (Tandelilin, 2001:14). Proses ini dikenal dengan sebagai Penawaran Saham Perdana atau istilah asingnya adalah Initial

Public Offering (IPO). Penawaran saham perdana didahului dengan dikeluarkannya

prospektus, yaitu informasi mendetail mengenai perusahaan. Prospektus berfungsi untuk memberikan informasi mengenai kondisi perusahaan kepada calon investor, sehingga calon investor dapat mengetahui prospek perusahaan di masa datang dan selanjutnya, tertarik untuk membeli sekuritas yang ditawarkan emiten (Tandelilin, 2001:14).

b. Pasar Sekunder

Pasar sekunder merupakan tempat jual-beli sekuritas emiten oleh dan antar investor setelah sekuritas emiten tesebut dijual di pasar perdana (Tandelilin, 2001:16). Sekuritas yang umumnya diperdagangkan di pasar sekunder Indonesia antara lain: saham biasa, saham preferen, obligasi, obligasi konversi, waran, bukti right, dan reksadana (Tandelilin, 2001:16).

Investasi dalam bentuk saham memberikan dua keuntungan bagi investor berupa:

a. Dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan yang diberikan perusahaan emiten

(19)

perusahaan dalam suatu jangka waktu tertentu. Dividen merupakan salah satu daya tarik pemegang saham untuk orientasi jangka panjang. Pembagian dividen harus melalui persetujuan Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).

b. Capital Gain

Capital Gain adalah selisih lebih antara harga beli dengan harga jual. Capital Gain terbentuk dari aktivitas perdagangan saham yang terjadi di pasar sekunder.

Investor dengan orientasi jangka pendek biasanya cenderung mengejar keuntungan melalui capital gain.

2.1.2. Penilaian Harga Saham

Tujuan dari penilaian harga saham adalah untuk membantu investor dalam menentukan saham mana yang paling menguntungkan. Investor akan selalu membandingkan nilai intrinsik dengan harga pasar saham yang bersangkutan dalam perdagangan saham. Saham yang memiliki nilai pasar lebih tinggi daripada nilai intrinsiknya (overvalued) merupakan saham yang layak untuk dijual dan sebaliknya, saham yang memiliki nilai pasar lebih rendah daripada nilai intrinsiknya (undervalued) merupakan saham yang layak untuk dibeli. Kenyataan tersebut mengharuskan para investor untuk menganalisis harga saham secara akurat. Analisis terhadap harga saham terbagi atas: analisis teknikal dan analisis fundamental.

a. Analisis Teknikal

Analisis teknikal merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan data atau catatan pasar untuk mengestimasi permintaan dan penawaran saham suatu perusahaan

(20)

emiten maupun pasar secara keseluruhan. Data yang digunakan dalam analisis teknikal merupakan data yang dipublikasikan seperti harga saham, volume perdagangan, indeks harga saham baik secara individual maupun gabungan, serta faktor teknis lainnya. Model analisis teknikal lebih menekankan sisi psikologis dari investor, yaitu memutuskan pembelian dan penjualan suatu saham di masa datang berdasarkan kebiasaannya di masa lalu. Para pegikut analisis ini menyatakan bahwa harga saham mencerminkan informasi yang relevan. Informasi tersebut ditunjukkan oleh perubahan harga di waktu lalu. Perubahan-perubahan tersebut nantinya akan memiliki pola yang berulang (Natarsyah dalam Husnan et.al, 2002:537). Ketepatan waktu dalam memprediksi harga (price movement) jangka pendek suatu saham merupakan sasaran yang ingin dicapai dari analisis ini. Keinginan untuk mencapai sasaran inilah yang membuat faktor-faktor teknis menjadi penting bagi seorang investor untuk menentukan waktu yang tepat untuk pembelian dan penjaulan saham. Alat analisis yang utama digunakan adalah grafik atau chart, seringkali disebut

charist.

Berdasarkan pernyataan diatas, maka disimpulkan bahwa dalam memprediksi harga saham di masa mendatang, analisis teknikal cenderung menggunakan data- data di masa lalu seperti analisis naik-turunnya harga saham atau analisis indeks perdagangan saham. Francis (1988:603)

(21)

Analisis fundamental merupakan suatu teknik analisis yang menggunakan kinerja keuangan perusahaan yang dituangkan dalam laporan keuangan sebagai pedoman untuk memprediksi harga saham di masa mendatang.

Analisis fundamental menyatakan bahwa setiap investasi saham memiliki landasan yang kuat yang disebut nilai instrinsik yang dapat ditentukan melalui suatu analisa yang sangat hati-hati terhadap kondisi perusahaan pada saat ini dan prospeknya di masa mendatang. Nilai instrinsik merupakan suatu fungsi dari faktor-faktor perusahaan yang dikombinasikan untuk menghasilkan suatu keuntungan (return) yang diharapkan dengan suatu resiko yang melekat pada saham tersebut. Nilai inilah yang diestimasi oleh para investor atau analis dan hasil dari estimasi ini dibandingkan dengan nilai pasar sekarang (current market price) sehingga dapat diketahui saham-saham yang overprice atau underprice (Natarsyah dalam Husnan et.al, 2002:542).

Berdasarkan pernyataan diatas, menurut Natarsyah dalam Husnan et.al (2002:542) dapat disimpulkan bahwa para analis fundamental mencoba memperkirakan harga saham di masa yang akan datang melalui beberapa hal berikut ini:

1) Mengestimasi nilai dari faktor-faktor fundamental yang mempengaruhi harga saham di masa mendatang.

2) Menerapkan hubungan faktor-faktor tersebut sehingga diperoleh taksiran harga saham.

(22)

2.1.3. Faktor Fundamental

Analisis fundamental atau analisis perusahaan adalah analisis untuk menghitung nilai intrinsik saham dengan menggunakan data keuangan perusahaan (Jogiyanto, 2003:89). Umumnya analisis kinerja perusahaan dapat dilakukan melalui analisa rasio. Analisis fundamental bertolak dari anggapan dasar bahwa setiap investor adalah makhluk rasional. Oleh karena itu, seorang fundamentalis mencoba mempelajari hubungan antara harga saham dengan kondisi perusahaan. Argumentasi dasarnya adalah bahwa nilai saham mewakili nilai perusahaan, tidak hanya nilai intrinsik suatu saat tapi juga, dan bahkan lebih penting, harapan akan kemampuan perusahaan dalam meningkatkan nilai di kemudian hari.

Analisis fundamental sangat berhubungan dengan kondisi keuangan perusahaan. Menurut (Darmadji dan Fakhrudin, 2006:189) “analisis fundamental merupakan salah satu cara melakukan penilaian saham dengan mempelajari atau mengamati berbagai indikator terkait kondisi makro ekonomi dan kondisi industri suatu perusahaan, termasuk berbagai indikator keuangan dan manajemen perusahaan”. Dengan demikian, analisis fundamental merupakan analisis yang berbasis pada berbagai data riil untuk mengevaluasi atau memproyeksi nilai suatu saham.

Beberapa data atau indikator yang umum digunakan dalam analisis fundamental adalah : pendapatan, laba, pertumbuhan penjualan, imbal hasil atau pengembalian atas ekuitas (return on equity), margin laba (profit margin), dan

(23)

data-data keuangan lainnya sebagai sarana untuk menilai kinerja perusahaan dan potensi pertumbuhan perusahaan di masa mendatang. Dengan analisis ini diharapkan calon investor akan mengetahui bagaimana operasional dari perusahaan yang nantinya menjadi milik investor apakah sehat atau tidak, apakah menguntungkan atau tidak karena biasanya nilai suatu saham sangat dipengaruhi oleh kinerja dari perusahaan yang bersangkutan.

Analisis fundamental memfokuskan pada data laporan keuangan perusahaan untuk memperhitungkan apakah harga saham sudah diapresiasikan secara akurat. Tujuan analisis fundamental adalah untuk menentukan apakah nilai saham berada pada posisi underpriced atau overpriced. Saham dikatakan underpriced bilamana harga saham di pasar modal lebih kecil dari harga wajar atau nilai yang seharusnya (nilai intrinsik), dan harga saham dikatakan overpriced apabila harga saham di pasar modal lebih besar dari nilai intrinsiknya.

Indikator faktor fundamental yang digunakan dalam penelitian ini : a. Return on Asset (ROA)

ROA merupakan rasio yang membandingkan net income dengan total asset (Sawir, 2005:33). Jika dihubungkan investasi saham, maka investor cenderung memilih saham dengan ROA yang tinggi.

b. Return on Equity (ROE)

ROE merupakan rasio yang membandingkan net income dangan stockholder

equity (Sawir, 2005:33). Jika dihubungkan investasi saham, maka investor cenderung

(24)

c. Earnings per Share (EPS)

Dalam lingkaran keuangan, alat ukur yang paling sering digunakan adalah EPS. Angka yang ditunjukkan dari EPS inilah yang sering dipublikasikan mengenai

performance perusahaan yang menjual sahamnya kepada masyarakat luas (go public)

karena investor maupun calon investor berpandangan bahwa EPS mengandung informasi yang penting untuk melakukan prediksi mengenai besarnya dividen per saham di kemudian hari dan tingkat harga saham di kemudian hari, serta EPS juga relevan untuk menilai efektivitas manajemen. Earning Per Share (EPS) merupakan ukuran yang digunakan untuk menunjukkan jumlah uang yang dihasilkan dari setiap lembar saham biasa.

2.1.4. Price Earnings Ratio

Price Earning Ratio merupakan salah satu indikator yang sering digunakan

analis sekuritas untuk menilai harga saham yang diperdagangkan di pasar modal. Jones (2004) menyatakan bahwa Price Earning Ratio is simply the number of times

investors value earnings as expressed in the stock price. Selain itu juga sebagaimana

yang dikemukakan oleh Brealey and Myers (1991:61) The high P/E shows that

investors think that the firm has good growth opportunities. Dengan demikian sebuah

perusahaan yang mempunyai PER yang tinggi akan menarik investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. Rasio ini dilihat oleh investor sebagai suatu ukuran menghasilkan laba dimasa depan (future earnings) dari suatu perusahaan. Investor

(25)

dapat mempertimbangkan rasio tersebut guna memilih saham mana yang nantinya dapat memberikan keuntungan yang besar dimasa yang akan datang.

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi (high growth) biasanya mempunyai PER yang besar, perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah (low growth) biasanya memiliki PER yang rendah (Gibson : 1992, 380 -381). Disamping itu dapat juga berarti bahwa semakin besar PER memungkinkan harga pasar dari setiap lembar saham akan semakin membaik, demikian pula sebaliknya (Purnomo, 2008, 34). Dalam penelitiannya, Basu (1977: 670) menemukan bahwa PER dan return adalah berkaitan/berhubungan. Saham dengan PER yang tinggi akan memperoleh pengembalian lebih tinggi daripada yang diperoleh saham dengan per yang rendah. PER digunakan investor untuk menghubungkan laba perusahaan dengan harga saham yang dapat dirumuskan :

PER = x100% share per Earnings share per price Market

Dari formula tersebut jelas bahwa PER merupakan perbandingan antara harga saham dengan EPS, dimana hal tersebut dapat diperoleh dari masing – masing neraca (balance sheet) pada laporan keuangan masing – masing bank yang diobservasi.

Terdapat bukti yang mengindikasikan terjadi penurunan harga saham secara signifikan selama pengumuman dari pembelanjaan modal yang baru atau hutang yang dapat dipertukarkan (convertible debt). Penawaran hutang secara terbuka atau saham preferen menghasilkan reaksi harga saham yang signifikan.

(26)

2.1.5. Investment Opportunity Set (IOS)

IOS merupakan pengukuran atas pertumbuhan perusahaan yang diwakilkan atau diproksikan dengan harga, investasi dan varian, dimana ios yang memiliki level yang tinggi cenderung untuk membagikan deviden yang rendah serta IOS yang memiliki level rendah akan membagikan deviden yang tinggi sehingga investor akan melihat perusahaan yang memiliki ios rendah karena akan memberikan deviden yang tinggi dan akan menaikkan harga saham dan tentunya akan memberikan capital gains yang besar.

IOS merupakan keputusan investasi dalam bentuk kombinasi aktiva yang dimiliki (assets in place) yang dinilai secara independent dari kesempatan investasi perusahaan dimasa yang akan datang dan pilihan pertumbuhan serta opsi investasi dimasa yang akan datang, dimana IOS tersebut mempengaruhi nilai suatu perusahaan

(value of firm). Nilai perusahaan akan diukur dengan total aktiva atau total hutang

jangka panjang (long term liabilities) dengan jumlah ekuitas, juga melakukan pengukuran atas leverage perusahaan yang pada akhirnya memberikan format didalam struktur modal perusahaan.

Kombinasi aktiva yang dimiliki dan opsi investasi dimasa yang akan datang yang diukur dengan investment opportunity set (IOS) akan menunjukkan nilai perusahaan. Penelitian yang mengkaji IOS dengan berbagai variabel pertumbuhan perusahaan dan variabel lainnya yang terkait dengan IOS telah banyak dilakukan. Penelitian yang mengevaluasi berbagai proksi IOS yang berasosiasi dengan pertumbuhan perusahaan telah dilakukan oleh Kallapur dan Trombley (1999) dalam

(27)

Pagalung (2003). Kebijakan pendanaan (financing), deviden, kompensansi dan akuntansi (Smith dan Watts 1992, Gaver dan Gaver 1993, 1995 dan Skinner 1993), Pemilihan kebijakan pengungkapan (Cahan dan Hossain 1996) kebijakan deviden dan hutang korporasi konglomerat (Chaebol) Korea (Gul dan Kealey 1999), kebijakan korporasi perusahaan-perusahaan di Australia (Jones dan Sharma 2001), perusahaan multinasional (Belkaoui dan Picur 1998), model penilaian pasar (Belkaoui dan Picur 2001), dan model umum kesempatan tumbuh (AlNajjar dan Belkaoui 2001).

Investment Opportunity Set (IOS) perusahaan menentukan kemampuannya

memperoleh keuntungan dari prospek pertumbuhan. Nilai opsi perusahaan tergantung kepada pengeluaran-pengeluaran discretionary selanjutnya oleh manajer akan menambah besar biaya perusahaan dan tentunya akan memperkecil laba perusahaan dengan assumsi pendapatan konstan (agency theory), sementara assets in place tidak memerlukan investasi tersebut (Gaver and Gaver dalam I.Ketut Jati,2003). Potensi pertumbuhan dapat ditunjukkan dengan perbedaan antara nilai pasar saham (market

value of share) dengan nilai buku (book value of share). IOS merupakan variable

yang tidak dapat diobservasi, oleh karena itu diperlukan proksi (Hartono dalam I Ketut Jati, 2003).

Proksi IOS itu sendiri bervariasi bentuknya dan diklasifikasikan menjadi tiga jenis utama proksi (Gaver and Gaver 1993, Jones dan Sharma 2001, Kallapur dan Trombley 2001 dalam Gagaring Palagung, 2003) yaitu :

1. Proksi berdasarkan harga (price based proxies),

(28)

3. Proksi berdasarkan varian (variance measurement based proxies).

1. IOS berdasarkan harga merupakan proksi yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan sebagian dinyatakan dalam harga pasar. Proksi yang didasari pada suatu ide yang menyatakan bahwa prospek pertumbuhan perusahaan secara parsial dinyatakan dalam harga-harga saham, dan perusahaan-perusahaan yang tumbuh akan memiliki nilai pasar yang lebih tinggi secara relatif untuk aktiva-aktiva yang dimiliki perusahaan (assets in place). IOS yang didasari pada harga akan berbentuk suatu rasio sebagai suatu ukuran aktiva yang dimiliki dan nilai pasar perusahaan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam beberapa penelitian yang berkaitan dengan proksi pasar adalah sebagai berikut :

a. Market to book value of equity dihitung dengan formula :

Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham x 100 % Total Ekuitas

b. Book to market value of assets dihitung dengan formula :

Total Aktiva-Total Ekuitas+Jumlah Shm Beredar x Harga Penutupan Shm Total Aktiva

c. Earning to price ratios dihitung dengan formula : Laba Per Lembar Saham

Harga Penutupan Saham d. Tobin’s Q² dihitung dengan formulasi :

(Jumlah Saham Beredar x Harga Penutupan Saham) + (Total Hutang + sediaan) - Jumlah Aktiva Lancar

Total Aktiva e. Debt ratios dihitung dengan formula :

Total Hutang x 100 % Total Aktiva

(29)

Total Hutang x 100 % Total Modal Sendiri

g. Gross Profit Margin dihitung dengan formula :

Penjualan – Harga Pokok Penjualan x 100 % Penjualan

h. Total Assets Turn Over dihitung dengan formula : Penjualan x 100 %

Total Aktiva

2. Proksi IOS kedua berdasarkan investasi yang mengungkapkan bahwa suatu

kegiatan investasi yang besar berkaitan secara positif dengan nilai IOS suatu perusahaan. Perusahaan yang memiliki suatu IOS yang tinggi seharusnya juga memiliki suatu tingkatan investasi yang tinggi pula dalam bentuk aktiva yang ditempatkan atau yang diinvestasikan untuk waktu yang lama. Bentuk proksi ini adalah rasio yang membandingkan suatu pengukuran investasi yang telah diinvestasikan dalam bentuk aktiva tetap atau suatu hasil operasi yang diproduksi dari aktiva yang telah diinvestasikan. Rasio-rasio yang telah digunakan dalam penelitian yang berkaitan dengan proksi investasi tersebut diantaranya :

a. The ratio of R & D to assets b. The ratio of R & D to sales

c. Ratio of capital expenditure to firm value d. Investment Intensity

e. Ratio of capital expenditure to book value of assets f. Investment to sales ratios

(30)

g. Rasio capital additional to assets bok value h. Investment to earnings ratio

i. Log of firm value

3. Proksi IOS ketiga didasarkan kepada pengukuran penyimpangan (variance

measurement) yang mengungkapkan bahwa suatu opsi akan menjadi lebih

bernilai jika menggunakan variabilitas ukuran untuk memperkirakan besarnya opsi yang tumbuh, seperti variabilitas return yang mendasari peningkatan aktiva. Ukuran yang digunakan dalam beberapa penelitian diantaranya :

a. Variance of returns b. Assets beta

c. The variance of assets deplated sales.

Ketiga jenis proksi diatas yang menggambarkan beragamnya ukuran IOS sehingga memungkinkan beberapa peneliti menggunakan beragam rasio sebagai proksi IOS. Hal ini terjadi karena IOS bersifat unobservable (Gaver dan Gaver 1993). Pendekatan yang digunakan beberapa peneliti sebagian besar menggunakan ukuran variabel rasio-rasio dalam bentuk pengukuran rasio tunggal (single ratio), namun demikian beberapa penelitian hanya menggunakan pendekatan pengukuran komposit

(composite measures) yaitu menggabungkan beberapa rasio sehingga membentuk

suatu ukuran baru sebagai proksi. Pendekatan yang dapat digunakan dalam pengukuran komposit tersebut adalah dengan menggunakan analisis faktor untuk membentuk suatu varibel komposit yang dapat dikembangkan dan diuji lebih lanjut.

(31)

Hal ini dilakukan karena selain IOS bersifat unobservable, IOS kurang tepat bila diproksi dari satu ukuran empiris tunggal saja, sehingga dibutuhkan proksi-proksi yang merupakan proksi komposit (Gaver dan Gaver 1993). Selain itu dengan menggunakan pendekatan proksi komposit akan dapat mengurangi kesalahan pengukuran yang secara inheren melekat dalam variabel tunggal (single variable) untuk proksi IOS (Kallapur dan Trombley 2001).

2.1.6. Harga Saham

Jogiyanto (2003:80) mengatakan bahwa untuk menghitung nilai buku suatu saham, beberapa nilai yang berhubungan dengannya perlu diketahui. Nilai-nilai tersebut adalah :

1. Nilai Nominal (Par Value)

Nilai nominal (par value) dari suatu saham merupakan nilai kewajiban yang ditetapkan untuk tiap-tiap lembar saham. Kepentingan dari nilai nominal adalah untuk kaitannya dengan hukm. Nilai nominal ini merupakan modal per lembar yang secara hokum harus ditahan di perusahaan untuk proteksi kepada kreditor yang tidak diambil oleh pemegang saham.

2. Agio Saham (Additional Paid-in Capital)

Agio saham (additional paid-in capital atau in excess of par value) meupakan selisih yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan dengan nilai nominal sahamnya.

(32)

Nilai modal disetor (paid in capital) merupakan total yang dibayar oleh pemegang saham kepada perusahaan emiten untuk ditukarkan dengan saham preferen atau dengan saham biasa. Nilai modal disetor merupakan penjumlahan total nilai nominal ditambah dengan agio saham.

4. Laba Ditahan (Retained Earnings)

Laba Ditahan (Retained Earnings) merupakan laba yang tidak dibagikan kepada pemegang saham. Laba yang tidak dibagi ini diinvestasikan kembali ke perusahaan sebagai sumber dana internal.

b. Nilai Pasar (Market Value)

Nilai pasar (market value) berbeda dengan nilai buku. Jika nilai buku merupakan nilai yang dicatat pada saat saham dijual oleh perusahaan, maka nilai pasar adalah harga saham yang terjadi di pasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar. Nilai pasar ini ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan di pasar bursa.

c. Nilai Intrinsik (Intrinsic Value)

Nilai intrinsik (intrinsic value) atau nilai fundamental (fundamental value) merupakan nilai seharusnya dari suatu saham. Ada dua macam analisis yang banyak digunakan untuk menentukan nilai sebenarnya dari suatu saham, yaitu atau analisis perusahaan (company analysis) dan analisis teknikal (technical

analysis).

(33)

Analisis sekuritas fundamental (fundamental security analysis) atau analisis perusahaan (company analysis) menggunakan data fundamental, yaitu data yang berasal dari keuangan perusahaan (misalnya laba, dividen yang dibayar, penjualan dan lain sebagainya). Untuk analisis fundamental, ada dua pendekatan yang dipergunakan untuk menghitung nilai intrinsik saham, yaitu dengan pendekatan nilai sekarang (present value approach) dan pendekatan PER (P/E ratio approach). Pendekatan nilai sekarang disebut juga dengan metode kapitalisasi laba (capitalization of income method) karena melibatkan proses kapitalisasi nilai-nilai masa depan yang didiskontokan menjadi nilai sekarang. Pendekatan PER (price

earning ratio) disebut juga dengan pendekatan earnings multiplier. PER

menunjukkan rasio dari harga saham terhadap earnings. Rasio ini menunjukkan berapa besar investor menilai harga dari saham terhadap kelipatan dari earnings. Misalnya nilai PER adalah 5, maka ini menunjukkan bahwa harga saham merupakan kelipatan 5 kali dari earnings perusahaan. Misalnya earnings yang digunakan adalah

earnings tahunan dan semua earnings dibagikan dalam bentuk dividen, maka nilai

PER sebesar 5 juga menunjukkan lama investasi pembelian saham akan kembali selama 5 tahun. Analisis fundamental banyak digunakan oleh para akademisi dalam menentukan harga saham.

2. Analisis Teknikal (Technical Analysis)

Analisis teknikal merupakan analisis untuk mengetahui nilai intrinsik dari suatu saham dengan menggunakan data pasar dari saham (misalnya harga dan volume

(34)

transaksi saham). Analisis teknikal banyak digunakan oleh para praktisi dalam menentukan harga saham.

Menurut Mishkin (2003: 281) : “Technical analysis is to study past stock

price data and search for patterns such as trends and regular cycles”. Berdasarkan

pengertian tersebut, bahwa analisis teknikal bertujuan mempelajari data-data pergerakan harga saham di masa lalu (yang telah lewat) dan menggunakannya untuk mencari pola pergerakan harga saham seperti kecenderungan pergerakan harga saham dan siklus yang teratur.

2.2. Review Penelitian Terdahulu (Theoritical Mapping)

Penelitian ini mereview beberapa penelitian terkait diantaranya yang dilakukan oleh Limbong (2006), Pagalung (2003), Jati (2003), Santoso (2001), Haryanto (2003), Sasongko dan Wulandari (2003) dan Daniati (2006),

(35)

Tabel 2.1 : Tabel Penelitian Terdahulu

No

Nama Peneliti

& Tahun Judul Penelitian Variabel penelitian Hasil dari Penelitian 1

Albed Eko Limbong (2006)

Analisis Faktor Fundamental dan Risiko Sistematis Terhadap Tingkat Keuntungan Saham Perbankan di Bursa Efek Indonesia.

Variabel independen

capital adequacy ratio, return on risk asset, return to asset ratio, net profit margin, return on asset, net interest margin. Operating profit margin

dan dependen return saham.

Secara simultan faktor fundamental dan risiko sistematik berpengaruh terhadap keuntungan saham, sedangkan secara parsial, hanya ROA, NPM, OPM, dan LDR yang berpengaruh terhadap keuntungan saham. 2 Gagaring Pagalung, (2003) Pengaruh Kombinasi Keunggulan dan Keterbatasan Perusahaan terhadap Set Kesempatan Investasi (IOS) Keunggulan : 1. Reputasi 2. Multinasional 3. Size 4. Profitabilitas Keterbatasan : 1. Leverage 2. Risiko Sistematis IOS

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Keunggulan hanya diwakili oleh satu variabel yaitu reputasi perusahaan dan berkorelasi positif dengan IOS, Penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan oleh Al Najar dan Belkaoui 2001.

3

I Ketut Jati (2003)

Relevansi nilai Devidend

Yield dan Price Earning Ratio dengan moderasi

investment opportunity set dalam penilaian harga saham di Bursa Efek Jakarta

1. Deviden Yield 2. Price Earning ratio 3. IOS

Tidak ditemukan perbedaan relevansi nilai

deviden yield dan price earning ratio

dengan nilai saham

4 Rudy Santoso, (2001) Pengaruh rasio profitabilitas terhadap harga saham 1. GPM 2. NPM 3. ROI 4. ROE 5. Profit Margin 6. Harga Saham

Ada pengaruh yang signifikan antara rasio profitabilitas dengan harga saham

5

Haryanto (2003)

Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham Pada Perusahaan Industri Minuman di BEJ

Return On Assets (ROA), Return On Equity (ROE),

dan Net Profit Margin (NPM)

Harga saham merupakan variabel dependen.

Hanya ROE yang berpengaruh terhadap perubahan harga saham, sedangkan ROA dan NPM tidak berpengaruh terhadap harga saham

6 Sasongko dan Wulandari (2003)

Pengaruh EVA dan Rasio-rasio Profitabilitas Terhadap Harga Saham

Return On Assets (ROA), Earning Per Share (EPS), Return On Sales (ROS)

dan Basic Earning Power (BEP) Harga saham merupakan variabel dependen

Hanya EPS yang berpengaruh terhadap harga saham, sedangkan ROA, ROS, dan BEP tidak berpengaruh terhadap harga saham

7 Daniati, Ninna dan Suhairi. (2006)

Pengaruh Kandungan Informasi Komponen Laporan Arus Kas, Laba Kotor, dan Size Perusahaan Terhadap Expected Return Saham (Survey Pada Industri Textile dan Automotive yang Terdaftar di BEJ)

Laporan Arus Kas, Laba Kotor, Size dan Expected Return.

Adanya pengaruh yang signifikan antara arus kas dari aktivitas operasi terhadap

(36)

BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1. Kerangka Konsep

Berdasarkan latar belakang masalah, tinjauan teoritis, penelitian terdahulu, dan uraian di atas, maka dirumuskan kerangka konseptual penelitian ini sebagai berikut: Gambar 3.1 Kerangka Konseptual Return on Assets (X1) Return on Equity (X2)

Earning per share

(X3)

Price Earnings Ratio (PER) (X4)

Harga Saham

(Y)

Investment Opportunity Set (X5)

(37)

Laporan keuangan merupakan laporan kinerja dari suatu perusahaan. Laporan ini berisi sejumlah informasi yang dapat dijadikan sebagai alat pertimbangan bagi pihak-pihak yang membutuhkan, terutama para investor dan calon investor. Informasi ini berguna bagi mereka untuk mengambil keputusan investasi di pasar modal.

Penilaian kinerja atau faktor fundamental perusahaan biasanya menggunakan analisis rasio keuangan. Menurut Tandelilin (2001), beberapa rasio yang penting adalah sebagai berikut:

1. Return on Asset

Return on Asset adalah rasio yang mengukur kemampuan aset perusahaan

untuk memberikan penghasilan bagi perusahaan. Semakin tinggi ROA suatu perusahaan maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut.

2. Return on Equity

Return on Equity adalah rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk

menghasilkan pendapatan bagi para pemegang saham. Semakin tinggi ROE suatu perusahaan maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk berinvestasi dengan membeli saham perusahaan tersebut karena memberikan keuntungan yang memadai.

3. Earning Per Share

Earning Per Share merupakan rasio yang menggambarkan besarnya pendapatan

per lembar saham yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi EPS suatu perusahaan maka semakin menarik bagi investor untuk menarik investor untuk berinvestasi

(38)

dengan membeli saham perusahaan tersebut karena per lembar saham semakin meningkat seiring meningkatnya laba.

4. Price Earnings Ratio (PER)

Price Earning Ratio (PER) merupakan perbandingan antara harga pasar

saham per lembar dengan laba per saham (earning per share). Price Earning Ratio sangat penting diperhatikan oleh calon investor. Jika PER tinggi, berarti harga saham tersebut terlalu mahal atau dengan harga tertentu investor hanya memperoleh laba yang tinggi. Walsh dalam Haikal, (2004 : 156). Dengan demikian, calon pembeli saham akan memperoleh keuntungan yang lebih besar jika pembelian saham tersebut pada saat PER rendah karena saham cenderung akan mengalami kenaikan harga hal tersebut dikarenakan pendapatan perusahaan relatif aman dan sejalan dengan rendahnya tingkat kapitalisasi, sementara jika PER menunjukkan nilai yang tinggi maka hal ini menunjukkan saat yang tepat untuk menjual saham. Dengan kata lain, pengetahuan tentang PER bagi investor berguna untuk mengetahui kapan harus membeli dan menjual sahamnya sehingga dapat memperoleh keuntungan yang maksimal dari selisih harga saham (capital gain).

Dari sudut pandang perusahaan, rasio ini mengindikasikan pengembalian yang harus diberikan perusahaan untuk menarik para investor. Informasi PER sebagai analisis rasional terhadap prospek antara suatu perusahaan dengan perusahaan lain dengan menggunakan standar yang sama. Perusahaan mempunyai kesempatan investasi yang paling menarik akan memperoleh kapital harga yang wajar, yaitu harga yang mencerminkan investasi yang potensial. Apabila saham perusahaan menjadi

(39)

tidak menarik dipasaran, maka harga saham perusahaan akan turun dan perusahaan tersebut akan memiliki hasil laba (earning yield) yang lebih tinggi.

Upaya merumuskan bagaimana mencantumkan harga saham yang wajar telah dilakukan oleh setiap analis keuangan dengan tujuan memperoleh tingkat keuntungan (return) yang menarik. Price Earning Ratio (PER) merupakan ukuran yang paling banyak digunakan investor untuk menentukan apakah investasi modal yang dilakukannya menguntungkan atau merugikan (Constand et al., 1991). PER menunjukkan berapa besar para investor bersedia dibayar untuk setiap keuntungan yang dilaporkan perusahaan, sehingga merupakan salah satu alat untuk mengukur kinerja suatu perusahaan. Para manajer keuangan perusahaan akan senang jika saham perusahaannya dijual dengan PER yang tinggi. Ini mengindikasikan bahwa perusahaan mempunyai peluang pertumbuhan yang baik yang berarti pendapatannya relatif aman dan sejalan dengan rendahnya tingkat kapitalisasi.

Dengan semakin berkembang dan semakin terintegrasinya pasar modal, maka analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi PER mempunyai arti penting bagi investor sebelum mengambil suatu keputusan investasi. Dari informasi ini, diperoleh analisis rasional sebagai evaluasi terhadap prospek antara suatu perusahaan dengan perusahaan lainnya dengan menggunakan standar yang sama yaitu PER satu perusahaan dengan PER perusahaan lainnya. Perusahaan yang mempunyai kesempatan investasi yang paling menarik akan memperoleh kapital harga yang wajar, yaitu harga yang mencerminkan investasi yang potensial.

(40)

IOS (Moderasi) merupakan pengukuran atas pertumbuhan atau kesempatan investasi yang didasarkan kepada proksi harga, investasi dan penyimpangan. Apabila tingkat keuntungan (return) pasar menyatakan perubahan pasar, maka tingkat keuntungan suatu saham dalam konsep model indeks tunggal dinyatakan sebagai berikut: (Jogiyanto, 2003:270)

Ri = αi + βi . RM + ei dimana:

Ri = return saham i

αi = bagian dari return saham i yang tidak dipengaruhi oleh perubahan pasar. Variabel ini merupakan variabel acak.

βi = Beta saham i, merupakan parameter yang mengukur perubahan yang diharapkan padaRi jika terjadi perubahan padaRM

RM = return indeks pasar i. Variabel ini merupakan variabel acak

ei = nilai kesalahan residu

Menurut Husnan (2001), model indeks tunggal dapat menunjukkan satu-satunya alasan saham bergerak secara bersamaan adalah karena saham bereaksi terhadap gerakan pasar.

3.2. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual di atas, maka hipotesis dari penelitian ini adalah : Faktor fundamental dan IOS berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap harga saham emiten manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

(41)

BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kausal, yaitu penelitian yang bertujuan untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya atau bagaimana suatu variabel mempengaruhi variabel lain (Umar, 2003:30). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental (return on asset, return on equity, earnings per shared, Price Earnings Ratio dan IOS terhadap harga saham.

4.2. Jenis dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif. Data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang diangkakan (Sugiyono, 2004:13). Data penelitian merupakan data sekunder yang diperoleh dari laporan keuangan tahunan dari seluruh emiten perbankan di Indonesia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai 2005 - 2008. Data yang digunakan adalah jenis pooled

cross section time series, yaitu gabungan data antara perusahaan/cross section dan

antar waktu/time series (Indriantoro, 2002:95). Sumber data penelitian adalah sebagai berikut:

1. Data harga saham perusahaan yang terpilih sebagai sampel diperoleh dari

Indonesian Capital Market Directory (ICMD)

2. Data mengenai tanggal pendirian dan tanggal listing perusahaan yang terpilih sebagai sampel diperoleh dari Indonesian Capital Market Directory (ICMD).

(42)

3. Data laporan keuangan tahunan perusahaan yang terpilih sebagai sampel pada tahun 2005–2008 diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia (www.isx.co.id/laporan keuangan/detail/soft copy laporan keuangan).

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian

4.3.1. Populasi Penelitian

Menurut Sularso (2003:69), “Populasi adalah sekelompok orang, kejadian, ataupun segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu yang ingin diselidiki oleh peneliti.” Populasi dalam penelitian ini adalah emiten manufaktur yang terdaftar dalam Bursa Efek Indonesia. Pada tanggal 30 November 2007 BEJ (Bursa Efek Indonesia) dan BES (Bursa Efek Surabaya) resmi berganti nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI). Populasi penelitian ini adalah sama dengan penelitian sebelumnya dengan tujuan untuk melihat konsistensi dari penelitian sebelumnya. Menurut

Indonesia Stocks Exchange (ISX) Statistic, perusahaan manufaktur yang terdaftar

di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2005 sampai tahun 2008 sebanyak 185 perusahaan. (Lampiran 1 a)

4.3.2. Sampel Penelitian

Menurut Sularso (2003:67), “Sampel adalah beberapa anggota atau bagian dari populasi yang mencukupi populasi, sehingga dengan mempelajari sampel dan memahami karakteristiknya memungkinkan untuk mengeneralisasikan karakteristik tersebut pada seluruh anggota populasi.” Sejumlah tertentu dari populasi dijadikan sampel, yaitu: perusahaan manufaktur yang terdaftar (listing) di Bursa Efek Indonesia

(43)

dan konsisten menerbitkan laporan keuangan secara konsisten dari awal tahun 2005 sampai dengan 2008.

Menurut Jogianto (2004) teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah dengan simple random sampling, yaitu pengambilan sampel dengan memberikan kesempatan yang sama dari jumlah populasi yang ada. Untuk menentukan ukuran sampel (sample size) dengan metode simple random sampling maka minimal sampel yang digunakan dengan rumus yang sebagai berikut :

n =

1

2

Nd N

Keterangan: n = ukuran sampel N = ukuran populasi d = presisi yang digunakan

Adapun ukuran sampel minimal dapat dihitung sebagai berikut :

n =

1 05 , 0 185 185 2  x n = 126.50 (sampel minimal)

Teknik penelitian ini mengunakan simple random sampling, agar dapat menentukan jumlah sampel yang layak dari sebuah populasi penelitian.

Sesuai dengan kriteria di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 127 perusahaan manufaktur dari populasi 185 emiten manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia mulai tahun 2005-2008. Tahun amatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 4 tahun berturut-turut yaitu tahun 2005 - 2008.

(44)

4.4. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Penelitian

4.4.1. Definisi Operasional

Definisi Operasional merupakan penjelasan variabel-varibel yang telah diklasifikasikan. Definisi operasional dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Harga Saham (Y)

Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah harga saham berdasarkan nilai bukunya (book value) pada akhir tahun. (Jogiyanto, 2004:111). Harga saham diukur dengan skala rasio.

b. Return On Asset (ROA)/X1 adalah rasio untuk mengukur kemampuan bank untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang ada. Semakin besar nilai ROA, maka semakin baik kinerja emiten dalam menghasilkan laba. (Sawir, 2005). ROA diukur dengan skala rasio.

c. Return On Equity (ROE)/X2 adalah rasio untuk mengukur kemampuan emiten dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemegang saham. Semakin besar nilai ROE, maka semakin baik kinerja emiten dalam menghasilkan keuntungan bagi pemegang saham. (Sawir, 2005). ROE diukur dengan skala rasio.

d. Earning per Share/X3 merupakan salah satu indikator yang dapat menunjukkan kinerja perusahaan, karena besar kecilnya EPS akan ditentukan oleh laba perusahaan. (Sawir, 2005). EPS diukur dengan skala rasio.

% 100 ) ( 4 x Saham Lembar Jumlah Pajak Setelah Bersih Laba x EPS

(45)

merupakan perbandingan antara harga pasar saham per lembar dengan laba per saham (earning per share). PER diukur dengan skala rasio. PER dirumuskan : (Jogiyanto, 2004 : 65) PER = x100% share per Earnings share per price Market

f. Investment Opportunity Set (IOS)/X5

IOS (Moderasi) merupakan pengukuran atas pertumbuhan atau kesempatan investasi yang didasarkan kepada proksi harga, investasi dan penyimpangan. IOS diukur dengan skala rasio.

IOS yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Penjualan x 100 %

Total Aktiva

4.4.2. Pengukuran Variabel

Variabel dependen (terikat) dalam penelitian ini adalah harga saham dari setiap perusahaan yang terpilih menjadi sampel. Variabel independen adalah variabel yang menjadi sebab timbulnya atau berubahnya variabel dependen/variabel terikat (Sugiyono, 2004:3). Variabel independen (bebas) yang digunakan dalam penelitian ini terdiri atas dua, yaitu: pertama, adalah faktor fundamental yang terdiri dari faktor fundamental (return on asset, return on equity ratio dan earnings per share ); kedua, adalah Beta saham sebagai pengukur risiko sistematis. Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas (Sugiyono, 2004:3).

(46)

Tabel 4.2

Operasionalisasi Variabel

Nama Variabel

Indikator

Variabel Defenisi Parameter

Skala Ukuran Variabel Dependen Harga Saham (Y)

Adalah harga saham berdasarkan nilai bukunya (book value) pada akhir tahun.

Harga saham

berdasarkan nilai bukunya (book value) pada akhir tahun 31 Desember. Rasio Variabel Independe n Return on Assets (X1) Return On Equity (ROE)/X2 Earnings per Shared (EPS)/X3 Price Earnings Ratio (X4) Investment Opportunit y Set (IOS)X5

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan menggunakan aset yang ada.

Rasio untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bagi para pemegang saham

Rasio untuk jumlah komposisi yang diperoleh investor atas laba yang diperoleh dibanding per lembar saham.

Price Earning Ratio

merupakan perbandingan antara Harga Per Lembar Saham dibagi laba beraih. Investment Opportunity Set (IOS) merupakan pengukuran atas pertumbuhan atau kesempatan investasi yang didasarkan kepada proksi harga, investasi dan penyimpangan. Modal/Aktiva Tertimbang Menurut Resiko Net income/Stockholder Equity Net income/Outstanding share Total

Harga Pasar per Lembar Saham/Laba Per Lembar

Saham

IOS diproksikan dengan harga yaitu : Total Assets Turover dihitungan dengan cara membagi antara penjualan dengan total aktiva. Rasio Rasio Rasio Rasio Rasio

(47)

4.5. Metode Analisis Data

Pengujian dalam penelitian ini menggunakan regresi berganda, yaitu: Y = β0+ β1X1 + β2X2 + β3X3 +β4X4 + β5X5 + e

dimana:

Y = Harga saham

X1 = Return on asset (ROA)

X2 = Return on equity (ROE)

X3 = Earnings per Share (EPS)

X4 = Price Earnings Ratio (PER)

X5 = Investment Opportunity Set (IOS)

β0 = Intercept Y

β1, β2,β3,…β5 = koefisien regresi masing-masing variabel

e = varibel penggangu.

Alat uji yang digunakan adalah analisis regresi berganda (multiple regression

analysis). Analisis regresi berganda digunakan dalam penelitian ini karena variabel

terikat yang dicari untuk dijelaskan hipotesis bergantung pada lebih dari satu variabel bebas. Alat analisis yang digunakan adalah SPSS versi 17.0 dengan tingkat kepercayaan (confidance level) 95 % atau taraf nyata (α) 5 %. Sebelum didapatkan model dilakukan uji asumsi klasik meliputi Uji Normalitas, Uji Multikolinieritas, Uji Autokorelasi dan Uji Heteroskedastisitas.

(48)

1. Uji Determinasi

Uji determinasi dilakukan untuk menganalisis ketepatan prediksi variabel dependen yang dipengaruhi oleh variabel bebasnya dengan membandingkan pada nilai observasi sesungguhnya variabel dependen tersebut. Analisis hal tersebut dilakukan dengan melihat nilai adjusted R Square.

2. Uji Hipotesis

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah :

H1 : Faktor fundamental dan IOS berpengaruh secara simultan dan secara parsial terhadap harga saham manufaktur di Bursa Efek Indonesia.

Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji F dan uji t.

a. Uji Signifikansi Simultan (Uji F)

 Uji signifikansi simultan (Uji F) bertujuan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas dalam penelitian secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikatnya, yaitu apakah faktor fundamental price Earnings Ratio dan Investment

Opportunity Set (IOS) secara bersama berpengaruh (return on asset, return on equity ratio, Earnings per Share, price earnings ratio dan Investment Opportunity Set

terhadap harga saham.

Hasil F - test ini pada output SPSS dapat dilihat pada tabel ANOVA, yang menunjukkan jika F hitung > F tabel atau p-value pada kolom sig < level of

(49)

terikat, demikian juga sebaliknya jika jika F hitung < F tabel atau p-value pada kolom

sig > level of significant () maka variabel bebas secara simultan tidak berpengaruh

terhadap variabel terikat.

b. Uji Signifikansi Parsial (Uji t)

 Uji Signifikansi Parsial (Uji t) dilakukan untuk menunjukkan apakah variabel bebas dalam penelitian secara parsial/sendiri berpengaruh terhadap variabel terikatnya, yaitu apakah faktor fundamental (return on asset, return on equity

ratio, Earnings per Share, Price Earnings Ratio) dan Investment Opportunity Set

(IOS) secara parsial/sendiri berpengaruh terhadap harga saham. Nilai dari uji t-test dapat dilihat dari masing – masing variabel bebas, jika t-hitung > t-tabel atau

p-value (kolom sig) < level of significant, maka variabel bebas secara parsial

berpengaruh terhadap variabel terikat. Sebaliknya, jika t-hitung < t-tabel atau p-value (kolom sig) > level of significant, maka variabel bebas secara parsial tidak berpengaruh terhadap variabel terikat.

Gambar

Tabel 2.1 : Tabel Penelitian Terdahulu
Gambar 5.1. Uji Normalitas Data dengan Histogram (Sebelum Transformasi)
Gambar 5-2 : Gambar Normal P-P Plot (Sebelum Transformasi)
Gambar 5.3. Uji Normalitas Data dengan Histogram (Sesudah Transformasi)
+4

Referensi

Dokumen terkait

(Untuk melihat faktor efesiensi &amp; efektifitas dari algoritma tersebut), Dapat dilakukan terhadap suatu algoritma dengan melihat pada :. Waktu Tempuh (Running Time)

Selanjutnya sesuaui dengan Peraturan Presiden (Pepres) Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2012 tentang pengadaan barang dan jasa Pemerintah, kepada peserta lelang

teknologi tersebut maka dibuatlah aplikasi Augmented Reality pembuatan katalog tempat wisata di Daerah Istimewa Yogyakarta dengan objek tiga dimensi sehingga

Pradika dengan memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang tersedia pada Microsoft Visual Basic 6.0 untuk melakukan proses penjualan serta memudahkan kasir dalam pembuatan laporan yang

Untuk mencapai efisiensi lintasan produksi yang maksimum, maka tugas yang ada harus dibebankan secara merata pada setiap stasiun kerja dengan tidak melebihi waktu siklus yang

Dalam penelitian ini, yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan anak memahami drama dan menulis teks drama melalui model pembelajaran somatis auditori visual

Variebel FBIR secara parsial memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap ROE pada Bank Umum Swasta Nasional Devisa periode triwulan I tahun 2013 sampai dengan

Bahan-bahan yang digunakan yaitu Biakan murni bakteri Escherichia coli , Aquades steril, Aquades, Media Nutrient Agar (NA), Media Nutrient Broth (NB), Jeruk lemon