• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK MEMAHAMI DRAMA DAN MENULIS TEKS DRAMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL (SAVI).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN KEMAMPUAN ANAK MEMAHAMI DRAMA DAN MENULIS TEKS DRAMA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN SOMATIS AUDITORI VISUAL INTELEKTUAL (SAVI)."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

ix

B. Identifikasi Masalah Penelitian ... 6

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 7

BAB II Memahami Drama, Menulis Teks Drama Model Pembelajaran SAVI A. Pembelajaran Sastra di Sekolah Dasar ... 17

B. Drama Anak di Sekolah Dasar ... 19

1. Pengertian Drama ... 19

2. Jenis-Jenis Drama ... 21

3. Unsur-Unsur Intrinsik Drama Anak ... 24

4. Menulis Teks Drama ... 29

5. Kriteria Penilaian Teks Drama ... 31

C. Psikologi Perkembangan Anak ... 34

1. Perkembangan Intelektual Anak ... 35

2. Perkembangan Bahasa Anak ... 36

3. Perkembangan Emosional Anak ... 37

4. Perkembangan Moral Anak ... 38

D. Model Pembelajaran SAVI ... 41

▸ Baca selengkapnya: dalam menilai musik kita juga memerlukan pendekatan auditori dan visual mengapa demikian

(2)

x

2. Unsur-Unsur SAVI ... 42

3. Prinsip- Prinsip Model Pembelajaran SAVI ... 44

4. Kerangka Perencanaan Model Pembelajaran SAVI ... 45

E. Pembelajaran Konvesional ... 48

F. Hubungan Model SAVI dengan Memahami Drama dan Menulis Teks Drama Anak ... 50

BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian... 54

1. Lokasi Penelitian ... 55

2. Sumber Data Penelitian ... 55

B. Prosedur Penelitian... 56

1. Tahap Perencanaan Penelitian ... 56

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 59

3. Tahap Anlisis Data Penelitian ... 60

C. Teknik Penumpulan Data Penelitian ... 60

D. Instrumen Penelitian ... 62

E. Teknik Analisis Data ... 72

F. Jadwal Penelitian ... 73

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 76

1. Analisis Tes untuk Mengukur Kemampuan Anak Memahami Drama ... 76

2. Analis Tes untuk Mengukur Kemampuan Anak Menulis Teks Drama ... 93

3. Analisi Hasil Observasi ... 126

4. Analisi Hasil Wawancara ... 133

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 137

1. Pembahasan Tes Perfomansi Kemampuan Anak Memahami Drama ... 137

2. Pembahasan Tes Kemampuan Anak Menulis Teks Drama ... 139

3. Pembahasan Hasil Observasi ... 143

4. Pembahasan Hasil Wawancara ... 146

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 148

B. Saran ... 151

DAFTAR PUSTAKA ... 154

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 158

(3)

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Kisi-Kisi Instrumen ... 63

3.2 Format Penilaian Perfomansi ... 66

3.3 Deskripsi Kriteria Skor Penilaian Perfomansi Setiap Item ... 67

3.4 Deskripsi Kriteria Skor penilaian untuk Menilai Hasil Tulisan Teks Drama Anak ... 68

3.5 Kategori Validitas Butir Soal ... 71

3.6 Validitas Menulis Teks Drama Anak ... 71

3.7 Jadwal Pelaksanaan Penelitian KBM ... 75

3.8 Jadwal Rencana Penelitan ... 75

4.1 Skor Tes Perfomansi Kemampuan Anak Memahami Drama Kelas Eksperimen... 77

4.2 Skor Tes Perfomansi Kemampuan Anak Memahami Drama Kelas Kontrol ... 78

4.3 Uji Normalitas Skor Tes Perfomansi Kemampuan Anak Memahami Drama ... 79

4.4 Uji Homogenitas Skor Tes Perfomansi Kemampuan Anak Memahami Drama ... 81

4.5 T-test Sample Independen Kemampuan Memahami Drama ... 82

4.6 Menirukan Tokoh ... 83

4.7 Mengekspresikan Karakter ... 85

4.8 Memahami Latar ... 86

4.9 Memahami Tema ... 88

4.10 Memahami Amanat ... 89

4.11 Menyusun Alur ... 91

4.12 Skor Nilai Pretes Kemampuan Menulis Teks Drama Anak Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 93

(4)

xii

4.14 Uji Homogenitas Skor Pretes Kemampuan Menulis Teks Drama

Anak ... 97

4.15 T-Tes Sample Independen Kemampuan Menulis Teks Drama Anak 98

4.16 Hasil Pretes Item Menulis Tokoh ... 99

4.17 Hasil Pretes Item Menulis Latar ... 101

4.18 Hasil Pretes Item Menulis Tema ... 102

4.19 Hasil Pretes Item Menulis Konflik ... 104

4.20 Hasil Pretes Item Menulis Bahasa ... 105

4.21 Skor Nilai Postes Kemampuan Menulis teks Drama Anak Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 107

4.22 Uji Normalitas Skor Postes Kemampuan Menulis Teks Drama Anak ... 108

4.23 Uji Homogenitas Skor Postes Kemampuan Menulis Teks Drama Anak ... 110

4.24 T-Tes Sample Independen Kemampuan Menulis Teks Drama Anak ... 111

4.25 Hasil Postes Item Menulis Tokoh ... 112

4.26 Hasil Postes Item Menulis Latar ... 114

4.27 Hasil Postes Item Menulis Tema ... 115

4.28 Hasil Postes Item Menulis Konflik ... 117

4.29 Hasil Postes Item Menulis Bahasa ... 120

4.30 T-Tes By Eksperimen Resp ... 122

4.31 T-Tes By Kontrol Resp ... 123

4.32 Uji Paired ... 124

(5)

xiii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Halaman

4.1 Normal Q-Q plot of Performan ... 80

4.2 Perbandingan Menirukan Tokoh ... 84

4.3 Perbandingan Mengekspresikan Karakter ... 86

4.4 Perbandingan Memahami Latar ... 87

4.5 Perbandingan Memahami Tema ... 89

4.6 Perbandingan Memahami Amanat ... 90

4.7 Perbandingan Menyusun Alur... 92

4.8 Normal Q-Q plot of Menulis_Pre ... 96

4.9 Perbandingan Hasil Pretes Item Menulis Tokoh ... 100

4.10 Perbandingan Hasil Pretes Item Menulis Latar ... 102

4.11 Perbandingan Hasil Pretes Item Menulis Tema ... 103

4.12 Perbandingan Hasil Pretes Item Menulis Konflik ... 105

4.13 Perbandingan Hasil Pretes Item Menulis Bahasa... 106

4.14 Normal Q-Q plot of Menulis-Post... 109

4.15 Perbandingan Hasil Postes Menulis Tokoh... 113

4.16 Perbandingan Hasil Postes Item Menulis Latar ... 115

4.17 Perbandingan Hasil Postes Item Menulis Tema... 117

4.18 Perbandingan Hasil Postes Item Menulis Konflik ... 119

(6)

xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Lampiran A (RPP) ... 157

2. Lampiran B (Instrumen Penelitian) ... 180

3. Lampiran C (Surat-surat) ... 198

4. Lampiran D (Hasil Karya Anak) ... 205

(7)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Penelitian

Pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang dapat memperkaya pengalaman anak dan menjadikannya lebih tanggap terhadap peristiwa-peristiwa di sekelilingnya. Menurut Boen S. Oemarjati, dalam Sumardi (1992: 196) tujuan pembelajaran sastra pada akhirnya adalah menanamkan, menumbuhkan dan mengembangkan kepekaan-kepekaan terhadap masalah-masalah manusiawi, pengenalan, dan rasa hormatnya terhadap tata nilai baik dalam konteks individual maupun sosial. Pembelajaran sastra secara khusus bertujuan untuk mengembangkan kepekaan anak terhadap nilai kognitif, nilai efektif, nilai sosial, ataupun gabungan keseluruhannya. Jadi, pembelajaran drama perlu diberikan di sekolah-sekolah dasar karena pembelajaran drama dapat menggali dan menemukan sesuatu berupa nilai-nilai, selain itu pembelajaran sastra dapat mencerdaskan anak.

(8)

menuju kedewasaan sehingga anak dapat bersosialisasi diri dengan lingkungannya. Di tingkat-tingkat selanjutnya kegiatan drama di sekolah dipergunakan untuk mempersiapkan membantu anak menyesuaikan diri dengan tuntutan-tuntutan sosial dalam kehidupannya (Taylor,1988: 2). Drama anak dapat menjadi wadah dunia anak untuk mengekspresikan diri, tempat bermain dan memperoleh kesenangan dalam kelompok.

Drama anak harus diciptakan dengan suasana yang menyenangkan karena eksistensi drama adalah menampilkan cerminan kejadian dalam kehidupan. Oleh sebab itu, drama anak-anak juga harus dapat dipakai mewadahi kehidupan anak melalui cerita-cerita yang dipentaskannya, tetapi pada kenyataannya sangat disayangkan, pembelajaran drama di sekolah-sekolah merupakan pembelajaran sastra yang paling kurang diminati oleh banyak anak. Menurut Rusyana dalam Waluyo (2002: 154) bahwa minat anak dalam membaca karya sastra yang terbanyak adalah prosa, kemudian puisi selanjutnya drama. Perbandingannya adalah 6: 3: 1. Hal ini disebabkan menghayati naskah drama yang berwujud dialog itu cukup sulit dan harus tekun. Penghayatan naskah drama lebih sulit daripada penghayatan naskah prosa dan puisi.

Menurut Yulianti dalam Aji (2009: 4) faktor lain yang mempengaruhi rendahnya minat anak untuk mempelajari drama yaitu metode mengajar yang digunakan oleh guru masih sangat monoton sehingga anak merasa bosan dan tidak tertarik untuk mengikuti pembelajaran drama.

(9)

anak dan kurang variasi dalam penyediaan bahan ajar sehingga anak menjadi sulit untuk memahami drama dan akhirnya anak menjadi jenuh terhadap pembelajaran drama. Selain itu guru dalam mengajar lebih fokus pada teoretis tentang pengertian drama dan unsur-unsur penyusun drama sehingga anak kurang memiliki pengetahuan yang lengkap mengenai pembelajaran drama dan anak pun kurang dilatih untuk mengembangkan ide atau gagasannya kedalam bentuk tulisan sehingga kemampuan anak dalam menulis teks drama menjadi lemah dan pada akhirnya menyebabkan rendahnya tingkat kemampuan anak dalam pembelajaran menulis teks drama.

Di sekolah dasar untuk pembelajaran drama masih banyak guru-guru yang menggunakan model pembelajaran konvensional sehingga hal tersebut dirasakan kurang efektif karena dalam pembelajarannya guru yang lebih dominan dalam pembelajarn dan guru banyak menjelaskan hal-hal umum dan sifatnya hanya teori sehingga anak kurang paham mengenai drama dan menulis teks drama, padahal pembelajaran drama bila disampaikan dengan model pembelajaran yang berpusat pada anak dapat mengantarkan anak kepada kedewasaannya, dan melatih anak mengalami berbagai macam pengalaman hidup manusia.

(10)

kelompok-kelompok yang diajarkan dan menguasai teknik dan bahan jika diperlukan (Waluyo, 2002:196). Oleh karena itu, guru hendaknya dapat memilih model pembelajaran yang sekiranya dapat membantu anak memahami drama dan mampu menulis teks drama walaupun secara sederhana sehingga dapat mempermudah anak dalam mempelajari dan mengapresiasi drama.

Penerapan model pembelajaran yang berpusat pada anak diharapkan dapat membantu anak memahami drama dan mampu menulis teks drama sehingga anak dapat mengerti sisi lain lebih nyata dan dapat memahami arti kehidupan yang sering ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, dengan menulis teks drama para anak pun akan terbiasa mencurahkan isi batinnya sehingga mereka pada akhirnya akan memiliki kepekaan terhadap dirinya dan lingkungannya serta dapat menilai sesuatu yang baik dan buruk, baik itu untuk dirinya maupun untuk orang lain.

(11)

bermakna belajar haruslah menggunakan indra penglihatan melalui mengamati, menggambar, mendemonstrasikan, membaca, menggunakan media dan alat peraga; dan Intelektual yang bermakna bahwa belajar haruslah menggunakan kemampuan berpikir, belajar haruslah dengan konsentrasi pikiran dan berlatih menggunakannya melalui bernalar, menyelidiki, mengidentifikasi, menemukan, mencipta, mengkonstruksi, memecahkan masalah, dan menerapkan.

(12)

belum terbiasa menulis teks drama anak walaupun secara sederhana karena hal tersebut bila dilaksanakan untuk mencapai hasil yang maksimal tentu saja akan membutuhkan kemampuan guru dalam penguasaan materi serta harus mempunyai kemampuan dalam keterampilan proses belajar mengajar dari guru terutama dalam menggunakan model pembelajaran yang dapat membangkitkan gairah anak dalam belajar sehingga anak menjadi termotivasi dan terinsfirasi untuk belajar.

Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian dengan berjudul “Peningkatan Kemampuan Anak Memahami Drama dan Menulis Teks Drama Melalui Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelekual (SAVI)”.

B. Identifikasi Masalah Penelitian

Identifikasi masalah dalam penelitian ini membahas hal-hal berikut.

1. Pembelajaran sastra di sekolah dasar perlu dibina, dilatih dan dikembangkan sehingga pembelajaran sastra merupakan pembelajaran yang diminati anak sehingga tingkat apresiasi anak terhadap karya sastra menjadi tinggi.

2. Penggunaan model pembelajaran sastra yang tepat, efektif, dan menyenangkan dapat mempengaruhi minat anak terhadap pembelajaran sastra khususnya drama.

(13)

karena pembelajaran drama secara tidak langsung melatih kepekaan anak terhadap individu, lingkungan, dan masyarakat.

C. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukakan di atas, secara umum dapat dirumuskan pokok permasalahan penelitian yakin: Adakah perbedaan kemampuan anak memahami drama dan menulis teks drama antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) dengan anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran konvensional?

Rumusan masalah di atas dapat diuraikan ke dalam beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Adakah perbedaan peningkatan kemampuan anak dalam memahami drama antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran SAVI dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional?

2. Adakah perbedaan peningkatan kemampuan anak dalam menulis teks drama antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran SAVI dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional?

D. Batasan Masalah Penelitian

(14)

menulis teks drama anak kelas VI SDN I Bandorasawetan Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan.

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan di atas, tujuan penelitian secara umum adalah untuk meningkatkan apresiasi anak terhadap pembelajaran drama di sekolah dasar sedangkan tujuan penelitian secara khusus yaitu untuk mengetahui:

1. kemampuan anak memahami drama antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional;

2. kemampuan anak menulis teks drama antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk beberapa keperluan. 1. Manfaat Secara Teoretis

(15)

2. Manfaat Secara Praktis

Penelitian ini, diharapkan dapat memberi gambaran bagi para guru tentang bagaimana cara menerapkan pembelajaran drama dengan model pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) dan kaitannya dengan peningkatan kemampuan anak memahami drama dan menulis teks drama anak. Bagi anak, diharapkan dapat memahami drama anak dengan lebih mendalam dan dapat mengembangkan ide serta gagasannya dalam menulis teks drama anak sehingga sehingga para anak memiliki tingkat apresiasi yang tinggi terhadap pembelajaran drama.

G. Asumsi Penelitian

Asumsi penelitian ini berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas sehingga peneliti beranggapan bahwa pembelajaran drama di sekolah dasar kurang mendapat perhatian dari para siswa karena dalam praktik pembelajaran drama banyak faktor permasalahan yang menjadi penghambat untuk memicu minat anak dalam pembelajaran drama. Oleh karena itu, harus ada pembenahan di antaranya: kemampuan kompetensi guru harus ditingkatkan, alokasi waktu harus diperbanyak dan penggunaan model pembelajaran harus dipilih yang efektif, inovatif dan menyenangkan sehingga motivasi anak dalam pembelajaran drama menjadi meningkat.

(16)

efektif yaitu memperkaya pengalaman anak serta bertujuan mengembangkan kepekaan anak terhadap nilai-nilai indrawi, nilai akali, nilai afektif dan nilai sosial. Selain itu, pembelajaran drama dapat mencerdaskan anak dalam konteks inilah pembelajaran drama perlu dilaksanakan. Guru dituntut mampu menjembatani pemerolehan pemahaman anak tentang memahami drama dan kemampuan menulis teks drama.

H. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas, hipotesis penelitiannya adalah:

1. HI : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan anak memahami drama yang signifikan antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran SAVI dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional

2. Ho : Tidak terdapat perbedaan peningkatan kemampuan anak memahami drama yang signifikan antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran SAVI dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional

3. HI : Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan anak menulis teks drama yang signifikan antara anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran SAVI dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional

(17)

model pembelajaran SAVI dengan anak yang menggunakan pembelajaran secara konvensional

I. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam konsep penelitian ini, maka perlu dikemukakan definisi operasional sebagai berikut.

Model pembelajaran SAVI yaitu suatu bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan oleh guru dengan memiliki ciri khas yaitu melibatkan aktifitas seluruh tubuh, semua indera, melibatkan emosi dan segenap kedalaman pikiran serta keluasan pribadi sehingga dapat memicu motivasi anak dan dapat berpengaruh besar terhadap hasil pembelajaran. Adapun dalam pelaksanaannya melalui empat tahapan yaitu tahap persiapan termasuk pada kegiatan awal, tahap penyampaian dan tahap pelatihan termasuk pada kegiatan inti sedangkan tahap penampilan hasil termasuk pada kegiatan penutup. Penggabungan keempat tahapan tersebut diharapkan dapat mencapai tujuan peningkatan kemampuan memahami drama dan peningkatan kemampuan menulis teks drama secara hasil yang maksimal.

(18)

anak dan kemampuan menyusun jalan cerita (alur) atau rangkaian yang membangun atau membentuk suatu cerita sejak awal hingga akhir.

Kemampuan menulis teks drama anak dalam penelitian ini adalah kemampuan anak dalam mengembangkan ide atau gagasan melalui bahasa tulis kedalam bentuk karangan narasi yang berisi adegan yang di dalamnya terdapat dialog-dialog. Adapun langkah-langkah menulis teks drama anak sebagai berikut.

a. mendeskripsikan penokohan atau memberi nama tokoh.

b. membuat garis besar isi cerita dengan berpedoman pada cerita asli. c. mengalih bentukkan cerita menjadi teks drama anak

d. mengembangkan garis besar isi cerita ke dalam dialog-dialog.

e. membuat petunjuk pementasan yang biasanya ditulis dalam tanda kurung maupun dapat ditulis dengan huruf miring atau huruf kapital semua, dan memberi judul pada teks drama yang sudah ditulis.

J. Metode Penelitian

(19)

Visual Intelektual (SAVI) dan kelompok kontrol melakukan kegiatan pembelajaran drama secara konvensional.

Instrumen penelitian yang digunakan adalah tes tertulis, observasi, dan wawancara. Untuk mengukur tingkat kemampuan anak dalam memahami drama anak digunakan tes performansi pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung, sedangkan untuk mengukur kemampuan menulis teks drama anak diberikan tes berupa menulis teks drama anak. Agar alat tes yang digunakan dapat mengukur variabel kemampuan memahami drama dan kemampuan menulis teks drama anak maka peneliti melakukan expert judgment kemudian menguji instrumen dengan uji validitas, dan uji reliabilitas.

Selanjutnya, untuk observasi dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar dalam menerapkan model pembelajaran SAVI dan aktivitas anak dalam mengikuti pembelajaran. Sedangkan untuk wawancara terhadap guru dan anak akan dilaksanakan setelah selesai pembelajaran.

Penelitian dilakukan dalam tiga tahap kegiatan, yaitu tahap persiapan komponen-komponen pembelajaran, tahap implementasi (eksperimen) dan tahap pengolahan data serta penulisan hasil penelitian. Tahapan penelitian tersebut secara rinci dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Tahap Persiapan

(20)

kooperatif oleh peneliti dan guru. Dengan demikian, dari kegiatan penelitian ini diharapkan diperoleh komponen-komponen pembelajaran dan instrumen penelitian yang siap dan layak dipakai.

Pada tahap ini diadakannya pelatihan kepada guru tentang konsep yang direncanakan oleh peneliti untuk dijalankan dalam pembelajaran. Pelatihan ini dilakukan satu kali pertemuan dan apabila dibutuhkan dapat diulang.

Persiapan komponen pembelajaran dan instrumen penelitian ini dilakukan secara kooperatif oleh peneliti dan guru dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Peneliti menginformasikan persoalan yang menjadi pusat perhatian peneliti sehingga harus melakukan penelitian eksperimen.

b. Peneliti mempersiapkan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. c. Penentuan karakteristik metode pembelajaran yang akan dibandingkan. d. Peneliti menentukan instrumen pengukuran yang digunakan.

e. Peneliti menentukan berapa lama eksperimen akan dilakukan.

f. Peneliti menyusun kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI.

g. Peneliti mengembangkan bahan ajar. h. Peneliti menggunakan media pembelajaran,

i. Peneliti melakukan diskusi dengan guru model dalam menerapkan model pembelajaran SAVI pada materi drama anak,

(21)

Kegiatan penelitian yang dilakukan pada tahap ini adalah implementasi kegiatan pembelajaran yang sudah dirancang dan dipersiapkan pada tahap pertama: pretest, implementasi kegiatan pembelajaran, observasi dan wawancara pembelajaran dan postest. Pada tahap ini pembelajaran dijalankan oleh guru yang telah diberi konsep oleh peneliti dan peneliti hanya sebagai observer.

3. Tahap Pengolahan Data

Pengolahan data dan penganalisasian data beserta penulisan hasil penelitian dilakukan pada tahap ini.

K. Lokasi dan Sampel Penelitian

Lokasi penelitian ini adalah lokasi di SDN I Bandorasawetan, Kecamatan Cilimus, Kabupaten Kuningan. Pemilihan lokasi di SDN I Bandorasawetan dilakukan karena pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tersebut pada umumnya masih didominasi oleh model pembelajaran konvensional sehingga diperlukan suatu inovasi-inovasi baru untuk memperkenalkan model pembelajaran yang lain untuk diperkenalkan pada guru agar dapat meningkatkan motivasi anak dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pembelajaran drama anak.

(22)

kemampuan intelektual yang berimbang. Jadi, kedua kelas tersebut dapat dikatakan memiliki keadaan yang homogen.

L. Paradigma Penelitian

Paradigma penelitian ini berawal dari Input Analysis yang mencakup permasalahan siswa, guru dan KBM sedangkan teori yang menjadi rujukan yaitu, Memahami drama, Menulis Teks Drama dan Model Pembelajaran SAVI. Selanjutnya dilakukan Process Analysis dengan menggunakan metode kuasi eksperimen dan instrument penelitian yang berbentuk tes, obsevasi dan wawancara. Pada tahap Output Analysis dilakukan analisis dan pembahasan hasil penelitian. Dan terakhir yaitu Outcomes Analysis adalah kesimpulan dan saran yang didapat dari pembahasan hasil penelitian. Di bawah ini tergambar skema paradigma penelitian.

Permasalahan Siswa, Guru

dan KBM dalam

Metode Penelitian Eksprimen Kuasi

Kelompok Pretest Treatment Postest A 01 X 02 B 03 X 04 A = Kelompok Eksprimen

B = Kelompok Kontrol X= Perlakuan pembelajaran

Penerapan Model

Pembelajaran SAVI di

kelas eksperimen dan

konvensional di kelas

(23)

54 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode penelitian yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kuasi eksperimen dengan desain nonequivalent group pretes-postest desigened. Pada penelitian ini ada dua kelompok subjek penelitian yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Untuk kelompok eksperimen pembelajaran drama dengan menggunakan model pembelajaran SAVI, sedangkan kelompok kontrol pembelajaran drama menggunakan pembelajaran konvensional. Kedua kelompok diberikan pretes dan postes, dengan menggunakan instrumen tes yang sama. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan memahami drama anak dan menulis teks drama anak. Di bawah ini desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini:

Treatment group R O1 X1 O2

Countrol group R O3 X2 O4 (Sugiono, 2008:112) Keterangan:

(24)

X1 = perlakuan di kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran SAVI

X2 = perlakuan di kelas kontrol yang menggunakan pembelajaran secara konvensional

1. Lokasi penelitian

Penelitian akan mengambil lokasi di SDN I Bandorasawetan Kecamatan Cilimus Kabupaten Kuningan. Alasannya, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa di sekolah tersebut pembelajaran drama sudah berjalan dengan baik tetapi perlu adanya inovasi dalam cara pembelajaran karena selama ini di sekolah tersebut masih menggunakan model pembelajaran konvensional terutama dalam pembelajaran drama. Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti berkeinginan untuk menerapkan model pembelajaran somatis auditori visual intelektual (SAVI) dalam meningkatkan kemampuan anak memahami drama dan menulis teks drama sehingga tingkat apresiasi terhadap drama menjadi meningkat.

2. Sumber data penelitian

a. populasi penelitian

(25)

pada urutan terakhir. Jadi, kelemahannya guru-guru masih banyak yang belum mengenal model-model pembelajaran yang inovatif. Berdasarkan alasan tersebut maka peneliti mengambil populasi Sekecamatan Cilimus.

b. sampel penelitian

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, misalnya keterbatasan dana, tenaga dan waktu maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu Sugiono (2010:118). Jadi, sampel harus benar-benar mewakili populasi.

Untuk sampel penelitian akan diambil dari satu sekolah yaitu SDN I Bandorasawetan karena, di SDN I Bandorasawetan untuk kelas VI memiliki 2 kelas yaitu kelas VI A dan kelas VI B. Kedua kelas mempunyai jumlah siswa sebanyak 50 orang dan terbagi menjadi 25 orang dari masing-masing kelas ini memiliki kemampuan intelektual yang seimbang dan latar belakang ekonomi keluarga yang hampir merata. Jadi, di SDN I Bandorasawetan ini tidak memiliki kelas unggulan. Maka, dapat dikatakan keadaan kelas homogen.

B. Prosedur Penelitian

1. Tahap Perencanaan Penelitian

Menurut Suyanto (1997:16) dalam tahap perencanaan, peneliti telah merencanakan tindakan apa yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkat atau perubahan perilaku dan sikap sebagai solusi. Pada perencanaan terdapat beberapa kegiatan yaitu:

(26)

b. penetapan jenis tindakan;

c. pemilihan metode dan alat pengumpul data; d. perencanaan teknik pengolahan data.

Langkah-langkah pada tahap perencanaan penelitian yang pertama dilakukan yaitu, menentukan sekolah yang akan menjadi sampel penelitian kemudian meminta izin kepada kepala sekolah yang akan dijadiakan subyek penelitian agar diperbolehkan untuk mengadakan penelitian terutama di kelas VI. Kegiatan selanjutnya yaitu menganalisis standar isi yang di dalamnya terdapat standar kompetensi dan kompetensi dasar. Dari hasil analisis terhadap standar isi maka dijabarkan melalui penyusunan silabus dan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). Karena terdapat kelas eksperimen dan kelas kontrol dalam penelitian ini maka untuk pembuatan rencana pelaksanaan pembelajaran pun dibuat berbeda. Untuk kelas eksperimen dibuatkan rencana pelaksanaan pembelajaran tentang memahami drama dan menulis teks drama dengan menggunakan model pembelajaran SAVI, sedangkan kelas kontrol dibuatkan rencana pelaksanaan pembelajaran tentang memahami drama dan menulis teks drama anak dengan dengan menggunakan pembelajaran konvensional.

(27)

Langkah ketiga dari tahap perencanaan yaitu memberikan pretespada kelas kontrol dan kelas eksperimen. Hal tersebut dilakukan untuk mengukur sejauh mana kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis teks drama anak. Setelah siswa melakukan tes awal, kemudian siswa diberikan perlakuan yang berbeda untuk kelas eksperimen pembelajaran memahami isi drama anak dan menulis drama anak menggunakan model pembelajaran SAVI, sedangkan untuk kelas kontrol pembelajaran memahami drama anak dan menulis drama anak menggunakan pembelajaran konvensional.

(28)

Setelah melengkapi alat intrumen penelitian, peneliti akan mengadakan diskusi dan memberikan arahan kepada guru yang akan mempraktikan model pembelajaran SAVI dan guru yang akan mempraktikan pembelajaran konvensional pada pembelajaran memahami drama anak dan menulis teks drama anak.

2. Tahap pelaksanaan penelitian

Pada tahap pelaksanaan penelitian akan dilaksanakan penerapan model pembelajaran SAVI di kelas eksperimen, sedangkan peneliti mengamati guru yang sedang mempraktikan penerapan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran SAVI pada pembelajaraan memahami drama anak dan menulis teks drama anak di kelas VI A. Bersamaan dilakukannya model pembelajaran SAVI, peneliti melakukan pengamatan terhadap aktivitas guru dan aktivitas siswa di kelas, baik pada waktu kegiatan awal, kegiatan inti maupun kegiatan akhir. Seluruh kegiatan yang dilaksanakan oleh guru dan siswa pada saat pembelajaran diamati dan dicatat sesuai dengan alat pengumpul data yang telah direncanakan. Selama kegiatan penelitian berlangsung peneliti mengusahakan agar siswa tidak mengetahui dan merasakan bahwa segala perilakunya sedang diamati dan dijadikan penelitian oleh peneliti. Dengan begitu, proses pembelajaran akan berlangsung alami dan wajar. Peneliti pun melakukan kegiatan yang sama di kelas kontrol pada saat penerapan model pembelajaran konvensional.

(29)

dalam satu babak. Jadi, bentuk tes yang diberikan pada anak berbentuk essai yang telah diberi rambu-rambu. pengukuran kemampuan memahami drama dinilai dengan menggunakan tes performansi pada saat proses belajar mengajar berlangsung. Keseluruhan kegiatan dalam tahap pelaksanaan penelitian dapat tergambar dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP).

3. Tahap analisis data penelitian

Data yang diperoleh selama penelitian diolah dengan menggunakan statistik untuk data kuantitatif dan deskriptif untuk data kualitatif. Ada pun untuk menganalisis data yang diperoleh adalah:

a. menyeleksi data agar diolah lebih lanjut yaitu dengan memeriksa instrument hasil penelitian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan; b. menentukan bobot nilai untuk setiap kemungkinan jawaban pada setiap

item variabel penelitian dengan menggunakan skala penilaian yang telah ditentukan, kemudian menentukan skornya;

c. melakukan analis data yang telah diperoleh. C. Teknik pengumpulan data penelitian

Untuk memenuhi kebutuhan yang berkaitan dengan penelitian, diperlukan teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan:

1. Tes

(30)

berupa tes menulis teks drama anak dalam bentuk essai yang telah diberi rambu-rambu. Tes diberikan di awal sebelum penerapan model pembelajaran SAVI dan tes akhir setelah penerapan model pembelajaran SAVI untuk kelas eksperimen sedangkan tes awal dan tes akhir di kelas kontrol diberikan sebelum dan sesudah menggunakan pembelajaran konvensional. Sedangkan untuk mengukur hasil kemampuan memahami drama diberikan tes performansi yang dilaksanakan pada saat kegiatan belajar mengajar sedang berlangsung baik di kelas eksperimen maupun kelas kontrol.

2. Observasi

Menurut Sutrisno dalam Sugiono (2010: 203) obervasi merupakan suatu yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologi dan psikologis. Teknik pengumpulan data dengan observasi diperlukan bila penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar Sugiono (2010: 203).

Jadi, berkaitan perilaku manusia dan proses kerja yang akan dijadikan pengamatan dalam penelitian ini maka, dalam observasi aspek yang akan diamati adalah aktivitas guru dan aktivitas siswa pada saat penerapan model pembelajaran SAVI pada pembelajaran memahami drama dan menulis teks drama anak.

3. Wawancara

(31)

mengetahui hal-hal dari responden secara mendalam dan juga responden dalam jumlah kecil Sugiono (2010: 194). Wawancara ini sangat diperlukan dalam penelitian karena dengan wawancara peneliti bisa mendapatkan informasi dari guru tentang kesulitan dan kemudahan dalam penerapan model pembelajaran SAVI pada pembelajaran memahami drama dan menulis teks drama anak.

D. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah segala peralatan yang digunakan untuk memperoleh, mengolah dan menginterpretasikan informasi dari tiap responden yang dilakukan dengan pola pengukuran yang sama. Instrumen penelitian dirancang untuk satu tujuan penelitian dan tidak akan digunakan pada penelitian lain. Maka untuk mendapatkan data yang relevan dan sesuai dengan variabel penelitian harus ada instrumen yang baik dan tepat. Instrumen penelitian sangat diperlukan karena sebagai alat ukur dalam penelitian. Jadi, instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati Sugiono (2010: 148).

Penelitian yang berjudul “ Peningkatan Kemampuan Anak Memahami Drama dan Menulis Teks Drama Anak Melalui Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI)” memiliki tiga instrumen penelitian. Dalam hal ini peneliti menyusun tiga instrumen yang harus dibuat untuk memudahkan penelitian, yaitu

(32)

2. instrumen untuk mengukur kemampuan menulis teks drama anak dengan menggunakan tes tulis;

3. instrumen untuk mengukur Model Pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) dengan menggunakan observasi dan wawancara.

Untuk memudahkan peneliti dalam melaksanakan penelitian di lapangan maka peneliti terlebih dulu menyusun kisi-kisi instrumen penelitian seperti tertera pada tabel 3.1 di bawah ini:

Aspek Indikator Jumlah

(33)

latar pada teks drama

i. Mengadakan tanya jawab

j. Membimbing siswa untuk berdiskusi tentang menulis drama anak

k. Menugaskan siswa untuk menyampikan hasil unjuk kerja

l. Membuat kesimpulan

terhadap materi

pembelajaran

m. Mengevaluasi materi pembelajaran

(34)

a. Validitas

Titik tolak dari penyusunan instrumen penelitian adalah variabel-variabel penelitian yang ditetapkan untuk diteliti kemudian dikembangkan menjadi indikator-indikator yang perlu didukung oleh memahami yang luas dan mendalam tentang variabel yang akan diteliti dan penggunaan teori-teori yang mendukung sehingga diperoleh indikator yang valid.

Validitas berasal dari kata validity yang memiliki arti sejauhmana ketepatan dan kecermatan suatu instrumen pengukuran (tes) dalam melakukan fungsi ukurnya (Azwar:1996). Uji validitas digunakan untuk mengetahui valid tidaknya instrument pengukuran. Dimana instrumen dikatakan valid apabila dapat mengukur apa yang semestinya diukur atau mampu mengukur apa yang ingin dicari secara tepat (Arikunto, 1998). Valid tidaknya suatu instrumen dapat dilihat dari nilai koefisien korelasi antara skor item dengan skor totalnya pada taraf signifikan 5%, item-item yang tidak berkorelasi secara signifikan dinyatakan gugur.

(35)

dan wawancara digunakan untuk mengukur penerapan model pembelajaran SAVI. Setelah mendapat persetujuan dan penilaian dari expert judgment maka instrument penelitian yang disusun oleh peneliti dapat dipergunakan untuk penelitian di lapangan. Kriteria penyusunan tes performansi dapat dilihat pada tabel 3.2 dan tabel 3.3 tentang deskripsi kriteria skor penilaian performansi setiap item berikut.

Tabel 3.2

Format Penilaian Performansi

No. Siswa Aspek Penilaian Skor Total

1 2 3 4 5 6

1. S-1 2. S-2 3. S-3 4. S-4 5. S-5 Jumlah

Keterangan:

Aspek Penilaian Performansi 1 = Menirukan tokoh

2 = Mengekspresikan karakter 3 = Memahami latar

4 = Memahami tema 5 = Memahami amanat 6 = Menyusun alur cerita

Skor Ideal Tes Performansi Skor 24 - 20 = Sangat Baik

(36)

Tabel 3.3

Deskripsi Kriteria Skor Penilaian Performansi Setiap Item

No. Aspek Penilaian Deskripsi Kriteria

1. Menirukan tokoh 4 = dapat menirukan tokoh dengan sangat baik

(37)

benar

1 = memahami amanat dengan kurang benar

6. Menyusun alur cerita 4 = menyusun alur cerita dengan sangat baik

3 = menyusun alur cerita dengan baik 2 = menyusun alur cerita dengan cukup

baik

1 = menyusun alur cerita dengan kurang baik

Jumlah

(Harsiati, 2003: 5)

Alat untuk mengukur kemampuan menulis teks drama anak menggunakan tes tulis dalam bentuk essai yang telah diberi rambu-rambu. Sebelum melakukan uji coba instrmen terlebih dahulu peneliti menyusun kriteria untuk menilai tes menulis teks drama anak seperti yang tertera pada tabel 3.4 berikut.

Tabel 3.4

Deskripsi Kriteria Skor Penilaian Untuk Menilai

Hasil Tulisan Teks Drama Anak

No. Aspek Penilaian Deskripsi Kriteria 1. Menulis Nama

Tokoh

Skor 4 = menulis nama tokoh sangat sesuai dengan cerita yang terdapat dalam teks drama anak

(38)

cerita yang terdapat dalam teks drama anak

Skor 1 = menulis nama tokoh tidak sesuai dengan cerita yang terdapat dalam teks drama anak

2. Menulis Latar Skor 4 = menulis latar, tempat, dan waktu kejadian peristiwa sangat baik dalam mendukung cerita

Skor 3 = menulis latar, tempat, dan waktu kejadian peristiwa baik dalam mendukung cerita Skor 2 = menulis latar, tempat, dan waktu kejadian

peristiwa cukup baik dalam mendukung cerita

Skor 1 = enulis latar, tempat, dan waktu kejadian peristiwa tidak mendukung cerita

3. Menulis Tema Skor 4 = menulis tema sangat sesuai dengan isi cerita yang terdapat dalam teks drama anak

Skor 3 = menulis tema sudah sesuai dengan isi cerita yang terdapat dalam teks drama anak

Skor 2 = menulis tema cukup sesuai dengan isi cerita yang terdapat dalam teks drama anak

Skor 1 = menulis tema tidak sesuai dengan isi cerita yang terdapat dalam teks drama anak

4. Menulis Konflik Skor 4 = konflik ditulis dan dimunculkan dengan sangat baik

(39)

baik

Skor 2 = konflik ditulis dan dimunculkan dengan cukup baik

Skor 1= konflik tidak ditulis dan tidak dimunculkan dengan baik

5. Menulis Bahasa Skor 4 = menampilkan kreatifitas linguistik dengan sangat baik berupa gaya bahasa dan sudah memperhatikan tanda baca dengan benar.

Skor 3 = menampilkan kreatifitas linguistik dengan baik berupa gaya bahasa dan sudah memperhatikan tanda baca dengan benar. Skor 2 = menampilkan kreatifitas linguistik dengan cukup baik berupa gaya bahasa dan cukup memperhatikan tanda baca dengan benar.

Skor 1 = tidak menampilkan kreatifitas linguistik dengan baik berupa gaya bahasa dan kurang memperhatikan tanda baca dengan benar.

(40)

Hasil uji coba diolah dengan bantuan SPSS dengan menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment. Interpretasi besarnya koefisien korelasi dapat dilihat pada tabel 3.5 berikut.

Tabel 3.5

Kategori Validitas Item Soal

Batasan Kategori

0,75 <r xy ≤ 10,0 Mahir

0,50 <r xy ≤ 0,75 Mampu

0,25 <r xy ≤ 0,50 Cukup Mampu

0,00 <r xy ≤ 0,25 Tidak Mampu

Hasil uji validitas untuk item soal tentang kemampuan menulis teks drama anak menujukkan bahwa seluruh item soal memenuhi kriteria validitas seperti yang tertera dalam tabel 3.6 berikut.

Tabel 3.6

Validitas Menulis Teks Drama Anak

Jenis Kemampuan

Item Soal

r

XY

r

tabel Keterangan

Kemampuan Menulis Teks Drama anak

Tokoh 0,632 0,361 Valid

Latar 0,794 0,361 Valid

Tema 0,707 0,361 Valid

Konflik 0,523 0,361 Valid

Bahasa 0,827 0,361 Valid

b. Reliabilitas

(41)

Pengujian reliabilitas dilakukan untuk mengukur ketetapan instrumen atau ketetapan siswa dalam menjawab alat evaluasi tersebut. Suatu alat evaluasi (instrumen) dikatakan baik bila reliabilitasnya tinggi. Untuk mengetahui apakah suatu tes memiliki reliabilitas tinggi, sedang atau rendah dapat dilihat dari nilai koefisien reliabilitasnya.

Untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya maka peneliti melalukan uji coba reliabilitas item soal kemampuan menulis teks drama anak maka dengan bantuan SPSS yang menggunakan rumus Cronbach’s Alpha maka setelah diperoleh hasil secara keseluruhan dengan menggunakan rumus Cronbach’s Alpha diperoleh koefisien reliabilitas tes sebesar 0,688 untuk kemampuan menulis teks drama anak. Ini berarti bahwa tes kemampuan menulis teks drama anak mempunyai reliabilitas yang tinggi.

E. Teknik Analisis Data

Analisa data adalah mengelompokkan, membuat suatu urutan, memanipulasi serta menyingkatkan data sehingga mudah untuk dibaca. Teknik analisis data adalah mengolah data menjadi informasi sehingga karakteristik data mudah dipahami dan bermanfaat untuk menjawab masalah-masalah yang berkaitan dengan kegiatan penelitian.

(42)

transformasi data. Data yang semula ordinal ditransformasikan sehingga menjadi data interval atau rasio. Ada pun pengujian hipotesis dilakukan melalui tahapan uji t dengan menggunakan uji statistik Compare Mean Independent Samples Test setelah sebelumnya dilakukan uji Normalitas dan uji Homogenitas Varians dengan SPSS.

Kemudian dilanjutkan dengan uji beda One Way Anova dan analisis korelasi Pearson, Untuk memperoleh hasil analisis data yang komprehensif, dikaitkan dengan data kualitatif, yang diperoleh melalui wawancara dan hasil observasi lapangan. Dalam penelitian ini dengan pertimbangan melibatkan banyak peubah dan rumit perhitungannya, maka analisis data dilakukan dengan menggunakan Statistical Product and Service Solution (SPSS).

F. Jadwal Penelitian

Rencana penelitian dilaksanakan sesuai dengan jadwal kegiatan penelitian yang telah ditentukan oleh peneliti. Untuk pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas eksperimen dan kelas kontrol disesuaikan dengan jadwal kegiatan pembelajaran di SDN I Bandorasawetan pada mata pelajaran Bahasa Indonesia yang dilaksanakan 6 jam pelajaran dalam satu minggu dan terbagi 2 jam pelajaran setiap pertemuan pada hari Rabu, Kamis dan Jumat. Pelaksanaan penelitian kegiatan belajar mengajar terbagi dalam tiga tahapan:

(43)

sebagai gambaran awal dalam mengetahui kemampuan siswa sebelum diberi perlakuan.

2. tahap inti dilakukan empat kali pertemuan yaitu, dua kali pertemuan pemberian perlakuan pembelajaran somatis auditori visual intelektual untuk kelas eksperimen pada pembelajaran memahami drama dan menulis teks drama anak dan dua kali pertemuan pemberian perlakuan pembelajaran konvensional di kelas kontrol pada pembelajaran memahami drama dan menulis teks drama anak.

3. tahap akhir dilakukan dua kali pertemuan yaitu, satu kali pertemuan pemberian postes terhadap kelas eksperimen dan satu kali pertemuan pemberian postes terhadap kelas kontrol tentang menulis teks drama anak sebagai gambaran akhir dalam mengetahui kemampuan siswa setelah diberi perlakuan. Dengan diberikan pretes dan postes maka akan terlihat hasil perubahan kemampuan dari kedua kelompok.

(44)

Tabel 3.7

Jadwal Pelaksanaan Penelitian KBM

Kelas Pertemuan ke

1 2 3 4

Eksperimen Pretes Memahami drama Menulis teks drama anak

Postes Kontrol Pretes Memahami drama Menulis teks

(45)

148

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di lapangan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan anak memahami drama antara

anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Somatis

Auditori Visual Intelektual (SAVI) dengan anak yang menggunakan model

pembelajaran konvensional. Anak di kelas eksperimen yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI)

mengalami peningkatan kemampuan memahami drama yang lebih tinggi

daripada anak di kelas kontrol yang pembelajaranya menggunakan model

pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil penelitian

tentang kemampuan anak memahami drama yang menggunakan model

pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) mendapat gain

sebesar 14,44 sedangkan untuk hasil kemampuan anak memahami drama yang

menggunakan model pembelajaran konvensional mendapat gain sebesar 10,28.

2. Terdapat perbedaan peningkatan kemampuan anak menulis teks drama antara

anak yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran Somatis

Auditori Visual Intelektual (SAVI) dengan anak yang pembelajarannya

menggunakan model pembelajaran konvensional. Anak di kelas eksperimen

(46)

Visual Intelektual (SAVI) mengalami peningkatan kemampuan menulis teks

drama yang lebih tinggi daripada anak di kelas kontrol yang pembelajaranya

menggunakan model pembelajaran konvensional. Hal ini dapat dibuktikan

dengan hasil penelitian tentang kemampuan anak menulis teks drama yang

menggunakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI)

mendapat gain sebesar 4,52 sedangkan untuk hasil kemampuan menulis teks

drama anak yang menggunakan model pembelajaran konvensional mendapat

gain 2,12.

3. Hasil observasi aktivitas guru sudah dapat dikatakan sangat baik. Kesimpulan

tersebut diambil berdasarkan hasil observasi aktivitas guru selama

melaksanakan model pembelajaran Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI)

yang memperoleh nilai persentase sebesar 93%. Mulai dari tahap persiapan

sampai tahap penampilan hasil guru model sudah melaksanakan dengan baik

sesuai dengan pedoman yang diberikan oleh peneliti. Sedangkan kekurangan

dari guru model berdasarkan hasil observasi yaitu kurang menguasai materi

tentang drama anak sehingga ada beberapa konsep yang kurang tepat pada saat

menyampaikan materi tentang drama anak. Sedangkan hasil observasi aktivitas

siswa selama proses pembelajaran berlangsung sangat baik. Ini terlihat dari

nilai persentase yang diperoleh 94%. Nilai ini menandakan bahwa aktivitas

siswa dalam setiap pertemuan di kelas eksperimen sangat baik. Berdasarkan

hasil observasi selama pembelajaran di kelas eksperimen kegiatan

(47)

mengarahkan sehingga kemampuan berpikir siswa menjadi berkembang,

kemampuan inderanya menjadi terasah, kemampuan emosinya terbina dan

keterampilan motoriknya menjadi kreatif sehingga tujuan dari model

pembelajaran somatis auditori visual intelektual tercapai .

4. Hasil wawancara dengan guru model ternyata model pembelajaran somatis

auditori visual intelektual (SAVI) sangat baik bila diterapkan untuk

pembelajaran drama dan mata pelajaran lainnya karena kelebihan dari model

SAVI ini dapat menumbuhkan rasa keberanian anak dan pembelajaran terlihat

lebih menyenangkan sehingga anak antusias dalam mengikuti pembelajaran.

Selain itu, model pembelajaran SAVI sangat efektif dan efisien serta dapat

diterapkan di sekolah manapun. Sedangkan hasil wawancara dengan beberapa

siswa, ternyata para siswa pun menyukai dengan diterapkanya model

pembelajaran somatis auditori visual intelektual (SAVI) karena para siswa

merasa tidak bosan dan tidak jenuh dalam belajar sehingga dapat memicu

semangat belajar yang pada akhirnya dapat membangkitkan minat siswa dalam

(48)

B. Saran

Berdasarkan temuan di lapangan dan hasil penelitian, maka peneliti akan

mengemukakan saran-saran sebagai berikut:

1. Dalam penelitian ini subjek yang penulis teliti adalah siswa kelas VI SD. Untuk

penelitian selanjutnya disarankan untuk meneliti di sekolah dasar pada kelas

rendah yaitu kelas 1, 2, 3 tetapi harus ada ketentuan-ketentuan yang disesuaikan

dengan kemampuan siswa. Misalnya, pemilihan naskah drama harus yang lebih

mudah dipahami anak, tema cerita yang tidak jauh dari kehidupan anak,

memiliki amanat yang jelas dan tingkat keterbacaan disesuaikan dengan

karakteristik usia anak. Kemudian untuk kelas tinggi yaitu kelas 4, 5, 6 SD

sebaiknya dipilih naskah drama anak yang lebih realistis ceritanya tetapi tidak

jauh dari kehidupan anak sehingga anak dapat memahami tema dan memahami

amanat yang terkandung dalam cerita drama. Selain itu, tingkat keterbacaan

naskah drama pun harus disesuaikan juga dengan karakteristik kemampuan

anak. Dengan pengambilan subjek yang sangat berbeda kemampuannya maka

akan terlihat kelebihan dan kekurangannya dari penerapan model pembelajaran

somatis auditori visual intelektual (SAVI).

2. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh bahwa pembelajaran drama anak

dengan menggunakan model pembelajaran somatis auditori visual intelektual

(SAVI) lebih baik dalam meningkatkan kemampuan memahami drama dan

menulis teks drama anak di Sekolah Dasar maka, bagi para guru yang

(49)

anak di Sekolah Dasar, model pembelajaran somatis auditori visual intelektual

(SAVI) dapat dijadikan alternatif model pembelajaran dan dapat diterapkan

dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan terutama untuk meningkatkan

kemampuan memahami drama dan menulis teks drama anak.

3. Pembelajaran drama dengan menggunakan model pembelajaran somatis

auditori visual intelektual (SAVI) bukan merupakan hal yang mudah baik bagi

guru maupun siswa. Oleh karena itu, agar pelaksanaan menggunakan model

pembelajaran somatis auditori visual intelektual (SAVI) berhasil dengan baik

perlu wawasan pengetahuan, keterampilan dan kreatifitas yang tinggi bagi guru

dalam melaksanakannya.

4. Dalam penerapan model pembelajaran somatis auditori visual intelektual

(SAVI), keberhasilan siswa tidak cukup diukur hanya melalui tes tertulis saja

akan tetapi penilaian secara performansi harus dilakukan agar mendapatkan

hasil yang maksimal. Selain itu aktivitas guru dan siswa selama proses

pembelajaran pun harus ada timbal bailk yang searah. Karena dalam

pembelajaran ini yang lebih utama bukanlah berupa hasil yang diperoleh siswa,

melainkan bagaimana siswa memperoleh hasil tersebut.

5. Untuk dapat menerapkan model pembelajaran somatis auditori visual

intelektual (SAVI), guru harus memperhatikan:

(a) materi pembelajaran harus mengandung masalah yang dapat memicu

terjadinya imajinasi kognitif di dalam otak siswa sehingga dapat

(50)

(b) untuk memudahkan memahami anak dalam menerima materi pelajaran

sebaiknya menampilkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi

pelajaran dan menggunakan alat bantu lain yang mendukung dalam

menyerap materi pembelajaran,

(c) guru harus pandai memilih cerita drama yang sesuai dengan usia siswa dan

karakteristik siswa sehingga tujuan pembelajaran sastra khususnya drama

yaitu, dapat membantu menanamkan, menumbuhkan dan mengembangkan

kepekaan-kepekaan terhadap masalah-masalah manusaiwi, pengenalan dan

rasa hormatnya terhadap tata nilai baik dalam konteks individual maupun

sosial seperti yang diungkapkan oleh Boen S. Oemarjati, dalam Sumardi

(1992: 196), dapat tercapai dengan baik.

(d) tidak perlu tergesa-gesa dalam memberi bantuan kepada siswa, tujuannya

agar perkembangan aktual siswa maksimal,

(e) bantuan yang diberikan guru harus minimal dan ketika benar-benar

dibutuhkan siswa, selain itu perlu mempertimbangkan berbagai alternatif

(51)

154

DAFTAR PUSTAKA

Adjib Hamzah, A. 1985. Pengantar Bermain Drama. Bandung: CV. Rosda. Ahmad Sudrajat. 2008. “Model Pembelajaran Inovatif” disajikan dalam

lokakarya Apresiasi Sastra daerah di Bogor. Tanggal 12-16 Agustus. Aji Susilo, Romi. 2009. Peningkatan Kemampuan pemahaman Unsur Intrinsik

Drama Dengan Menggunakan Media Audiovisual Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 1 Tawangsari Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Ali, M. 2007. Teori dan Praktik Pembelajaran Pendidikan Dasar. Bandung: UPI Press.

Aminuddin dan Roekhan. 2003. Apresiasi Drama. Jakarta. Angkasa.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta. Asmara, Adhy, Dr. 1983. Apresiasi Drama. Yogyakarta: Nur Cahaya.

Aso, Andi. 2008. Pembelajaran Menulis Drama Sebabak dengan Strategi Modeling untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VIII D SMP Negeri 2 Palu. Derap Pendidikan LPMP Sulawesi Tengah.Vol. 2 No. 3. Austin Waren, & Rene Wellek. 1989. Teori Kesusastraan. (Editor Melani

Budianta) Jakarta: Gramedia.

Azwar, Saifuddin. 2003. Tes Prestasi, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Damaianti, Vismaia Sabariah. 2007. “Evaluasi dalam Pembelajaran”. Makalah. DePorter, Bobbi. 2005. Quantum Teaching: Mempraktikkan QuantumLearning di

Ruang Kelas. Editor, Mike Hernacki. Diterjemahkan oleh Ary Nilandari. Bandung: Kaifa.

(52)

Harsiati, Titik. 2002. “Penilaian Berbasis Kelas dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia”. Makalah

Harymawan, R.M.A. 1988. Dramaturgi. Bandung: Rosda Karya.

Hayat, Bahrul: 2003. “Penilaian Kelas (Classroom Assessment) dalam Penerapan Standard Kompetensi”. Makalah.

Herman J. Waluyo. 2008. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: PT. Hanindita.

Hoa Kim Nio. 1981. Pengajaran Apresiasi Drama. Jakarta: P3G Depdikbud.

Jabrohim. 2003. Cara Menulis Kreatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Keraf, Gorys. 1973. Komposisi. Jakarta: Nusa Indah

Kosasih, E. 2003. Kompetensi Ketatabahasaan dan Kesusastraan Cermat Berbahasa Indonesia. Bandung: Yrama Widya.

Majid, Abdul. 2008. Rencana penelitian Tindakan Kelas. Tersedia pada: http://majidbsz.wordpress.com/2008/06/30 rencana-penelitian-tindakan-kelas/

Meier, Dave. 2005. The Accelerated Learning Handbooks: Panduan Kreatif dan Efektif Merancang Program Pendidikan dan Pelatihan. Diterjemahkan oleh Rahmani Astuti. Bandung: Kaifa.

Nurgiantoro, Burhan. 2005. Sastra Anak Pengantar Pemhaman Dunia Anak. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.Yogyakarta: BPFE.

Nurgiyantoro, Burhan. 2005. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Nursusilo’s Blog. 2010. SAVI. Tersedia pada: http://mbahnur.wordpress.com/ Diakses pada 17 Februari 2010.

Oemarjati, Boen Sri. 1971. Bentuk Lakon Dalam Sastra Indonesia. Jakarta: Gunung Agung

(53)

Rendra, VV. S. 1986. Tentang Bermain Drama. Jakarta: Pustaka Jaya. Roekhan, Aminuddin. 2003. Apresiasi Drama. Depdiknas.

Rosidi, Ajip, 1973, Pembinaan Minat Baca, Apresiasi, dan Penelitian Sastra. Jakarta: Panitia Tahun Buku Internasional.

Rusyana, Yus. 1982. Metode Pengajaran Sastra. Bandung: Gunung Larang. Santrock.W.John. 2008. Life-Span Development. Dallas. Max Graw Hill Books Sitanggang K, Rommel. 2008. Teknik Membaca dalam Proses Pembelajaran.

Jurnal Pendidikan Penabur . No.11/Tahun ke-7

Sugiono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Sugiono. 2010. Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta

Sugiyanto. 2008. Model-Model Pembelajaran Inovatif. Surakarta: Panitia Sertifikasi Guru Rayon 13.

Suharianto, S. 2005. Dasar-dasar Teori Sastra. Semarang: Rumah Indonesia. Suhita, Sri. 2009. Pengembangan Model Pembelajaran Ekspresi Drama

Berdasarkan Metode Pembelajaran SAVI (Somatis-Auditori-Visual-Intelektual) Dalam Konteks Kemampuan Penyesuaian Diri Pada Siswa Setingkat SMA. Tesis. UPI.

Sumardi, Mulyanto (Editor). 1992. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Sumardjo, Jakob. 1992. Perkembangan Teater Modern dan Sastra Drama Indonesia. Bandung: Citra Aditya Bakti.

Supriyadi, dkk.1995. Pendidikan Bahasa Indonesia 2 Modul 1-6. Jakarta: Universitas Terbuka.

Supriyadi, dkk.1995. Pendidikan Bahasa Indonesia 2 Modul 7-12. Jakarta: Universitas Terbuka.

Supriyadi, dkk.1995. Pendidikan Bahasa Indonesia 2 Modul 1-9. Jakarta: Universitas Terbuka.

(54)

Syamsuddin AR. Damianti S, Vismaia. 2006. Metode Penelitian Pendidikan Bahasa. Bandung, Remaja Rosdakarya.

Tambayong, Japy. 1981. Dasar-dasar Dramaturgi. Bandung: Pustaka Prima. Tarigan, Henry Guntur. 1984. Menulis Suatu Keterampilan Deskriptif. Bandung. Teeuw, A. 1984, Sastra dan Ilmu Sastra. Jakarta: Pustaka Jaya.

Utami, Titi. 2005. Peningkatan Keterampilan Menulis Teks Drama Jawa Dengan Media Kaset Pada Siswa SMP Negeri 3 Bawang Banjarnegara. Skripsi. Unnes

Waluyo, Herman J. 2001. Drama Teori dan Pengajarannya. Yogyakarta: Hanindita Graha Widia.

Wardani, I.G.A.K. 1981. Pengajaran Sastra. Jakarta: P3 G Depdikbud.

Welek, Rene, dan Austin Warre diterjemahkan Melani Budianta. Teori Kesusastraan. 1995. Jakarta: Gramedia.

Wiyanto, Asul. 2002. Terampil Bermain Drama. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia.

WS, Hasanuddin. 1996. Drama Karya Dalam Dua dimensi Kajian Teori, Sejarah dan Analisis. Bandung: Angkasa.

Yuli.2010.Pembelajaran Konevensional.Tersediapada:http://community.um.ac.id. Diakses pada 02 Februari 2010.

Gambar

Tabel
Grafik
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian
Tabel 3.2
+5

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan, meningkatkan motivasi dan pemahaman konsep matematika pokok bahasa teorema pythagoras dalam pembelajaran matematika melalui strategi Somatis,

Penelitian ini bertujuan, meningkatkan motivasi dan pemahaman konsep matematika pokok bahasa teorema pythagoras dalam pembelajaran matematika melalui strategi Somatis,

Peneliti mempersiapkan sebaik-baiknya proses pembelajaran melalui model pembelajaran Somatis Auditori Visual dan Intelektual (SAVI). Berikut langkah-langkah dalam

Efektivitas Model Somatis,Auditori,Visual,Dan Intelektual (SAVI) Dalam Pembelajaran Menulis Karangan Narasi (Penelitian Eksperimen Semu Pada Siswa Kelas X SMAN 3 Cimahi Tahun Ajaran

Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui: (1) Adanya manfaat Pendekatan Somatis Auditori Visual Intelektual (SAVI) terhadap motivasi belajar biologi; (2) Adanya

Penerapan model pembelajaran somatis, auditori, visual, dan intelektual (SAVI) dalam pembelajaran TIK berorientasi pada proses penyampaian materi di dalam kelas

Rumusan Masalah dalam penulisan skripsi ini adalah; (1) Apakah terdapat pengaruh penerapan metode SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual ) terhadap hasil belajar

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan kooperatif tipe Jigsaw berbasis SAVI ( Somatis Auditori Visual