• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEBARAN TINGKAT KEMISKINAN PADA KAWASAN PERTAMBANGAN EMAS DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERSEBARAN TINGKAT KEMISKINAN PADA KAWASAN PERTAMBANGAN EMAS DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

816

PERSEBARAN TINGKAT KEMISKINAN PADA KAWASAN PERTAMBANGAN

EMAS DI KABUPATEN SUMBAWA BARAT

Ibrahim¹*, M.Baiquni², Su Ritohardoyo², Setiadi³ 1FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram, NTB

2Fakultas Geografi UGM, Yogyakarta 3

Fakultas Ilmu Budaya UGM, Yogyakarta *corresponding author: ibrahimali.geo@gmail.com

ABSTRAK

Kemiskinan merupakan masalah global. Sampai saat ini, berbagai usaha dilakukan untuk

mencari strategi yang sesuai dalam penanganannya. Berbagai program sudah dilaksanakan

oleh pemerintah dalam upaya mengurangi kemiskinan, namun kenyataannya tingkat

kemiskinan masih tinggi. Selain pemerintah, peran swasta sebagai bentuk tanggung jawab

sosial terhadap masyarakat dalam bentuk proses pemberdayaan masyarakat juga belum

terlihat berkonstribusi nyata dalam menyelesaikan masalah kemiskinan. Kondisi ini banyak

menimbulkan konflik kepentingan di tengah masyarakat, terutama di kawasan pertambangan.

Tujuan yang ingin dicapai adalah: 1] untuk mengetahui tingkat kemiskinan masyarakat

sebelum dan sesudah adanya pertambangan emas di Kabupaten Sumbawa Barat; dan 2]

untuk mengetahui persebaran kemiskinan pada kawasan pertambangan emas di Kabupaten

Sumbawa Barat. Penelitian ini dimaksudkan sebagai penelitian kuantitatif dengan tujuan

untuk memberikan gambaran tentang tingkat kemiskinan masyarakat sebelum dan sesudah

adanya PT. NTT serta persebaran kemiskinan pada kawasan pertambangan emas. Data yang

digunakan adalah data sekunder (dokumentasi laporan, Badan Pusat Statistik. Analisa data

menggunakan tabulasi silang dan Tabel Frekuensi. Hasil penelitian menunjukan bahwa

tingkat kemiskinan sebelum dan sesudah adanya PT. NNT ternyata sangat memprihatinkan.

Berdasarkan pengolahan data diperoleh data bahwa tingkat kemiskinan sebelum adanya PT.

NNT ternyata masih lebih tinggi dibandingkan setelah adanya PT. NNT. Kondisi ini

menunjukkan bahwa masyarakat setempat masih sangat tergantung pada program

penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh pemerintah, padahal program

penanggulangan kemiskinan yang ada di kawasan pertambangan berasal dari pemerintah

dan PT. NNT. Pola persebaran kemiskinan pada kawasan pertambangan emas Kabupaten

Sumbawa Barat terpusat berdasarkan tipologi. Data kemiskinan yang lebih tinggi berada

pada tipologi datar dibandingkan pada tipologi berbukit. Oleh karena itu, penentuan

persebaran tingkat kemiskinan atau konsentrasi kemiskinan di masing-masing desa dapat

digunakan sebagai alternatif database dalam pembuatan program, sehingga diharapkan

dalam usaha penangggulangan kemiskinan dapat tepat sasaran.

I.

PENDAHULUAN

Sumber Daya Alam merupakan salah satu sumber daya yang tidak dapat diperbaharui. Sumberdaya alam yang dimiliki emas perak dan lainnya termasuk sumberdaya yang tidak dapat diperbaharui. Keberadaan sektor pertambangan merupakan sumber andalan untuk memperoleh devisa dalam rangka mengelola pembangunan.

Keberadaan sektor pertambangan memiliki dampak positif bagi pemerintah dan investor pertambangan. Keberadaan pertambangan pun memiliki dampak negatif terhadap keberlasungan ekosistem dan lingkungan masyarakat sekitar. Hasil penelitian Ahyani (2011) menunjukan bahwa tingkat kerusakan tanah pada lokasi pertambangan emas mengalami kerusakan berat dan menimbulkan dampak fisik lingkungan. Dampak lain dari lingkungan terutama sosial ekonomi, banyak

(2)

817 masyarakat beralih profesi dari bertani menjadi penambang emas dan banyaknya pendatang baru yang ikut menambang, sehingga dapat menimbulkan konflik.

Keberadaan sektor mampu memberikan dampak positif terhadap pembangunan secara berkalanjutan. Artinya bahwa pembungan yang bersumber dari sumber daya alam mampu memberikan kesejahteraan yang dirasakan generasi sekarang dan generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan mampu memeberikan dampak terhadap keberlansungan tarap hidup masyarakat yang lebih baik.

Perkembangan pembangunan pada wilayah maju dengan sektor pendapatan utama dari pertambangan memberikan dampak alamiah bahwa semakin maju suatu wilayah, maka akan terjadi transformasi (perubahan) perekonomian masyarakat dari pertanian kepada non pertanian. Kondisi ini dibuktikan dengan semakin meningkatnya Pendapatan Domestik Bruto (PDRB) dari waktu ke waktu. Pada sektor pertanian mengalami penurunan. Pembangunan yang dihadapi negara berkembang ternasuk Indonesia masih menitik beratkan pada masalah kemiskinan. Terjadi kemiskinan karena karena disebabkan karena berbagai kebijakan dan peraturan dalam pembangunan. Bentuk kemiskinan seperti ini disebabkan kemiskinan struktural. Pada umumnya kemiskinan secara umum memiliki karakteristik adanya ketimpangan kepemilikan sumberdaya, kesempatan berusaha, keterampilan dan faktor lain yang disebabkan perolehan pendapatan tidak seimbang dan terjadi ketimpangan sosial ditengah masyarakat.

Menurut Nugroho dan Dahuri (2004) menilai bahwa kemiskinan pada umunya dapat dikenali dari transformasi ekonomi yang berjalan tidak seimbang, dimana peran relatif perolehan ekonomi sektor pertanaian semakin berkurang diganti industri tetapi tidak diikuti oleh peran tenaga kerja.

Kondisi kemiskinan Indonesia saat ini semakin para dengan melemahnya rupiahnya mencapai angka Rp. 13.000. pertumbuhan ekonomi semkain menurun dan tingkat kemiskinan semakin tinggi dan semakin sulit untuk dapat ditanggulangi.

Usaha dilakukan dalam penanggulangan kemiskinan dengan mengetahui persebaran sasaran target dari masyarakat meskin dengan lebih memiliki data base yang lengkap, sehingga dalam pemberian program lebih tepat sasaran.

Kemiskinan merupakan masalah global. Sampai saat ini, berbagai usaha dilakukan untuk mencari strategi yang sesuai dalam penanganannya. Berbagai program sudah dilaksanakan oleh pemerintah dalam upaya mengurangi kemiskinan, namun kenyataannya tingkat kemiskinan masih tinggi.

Selain pemerintah, peran swasta sebagai bentuk tanggung jawab sosial terhadap masyarakat dalam bentuk proses pemberdayaan masyarakat juga belum terlihat berkonstribusi nyata dalam menyelesaikan masalah kemiskinan. Kondisi ini banyak menimbulkan konflik kepentingan di tengah masyarakat, terutama di kawasan pertambangan.

Berdasarkan Tabel 1 tampak bahwa pada Kabupaten Sumbawa Barat sebagai kabupaten yang memiliki sumber daya alam mineral berupa emas yang dikelola oleh perusahaan pertambangan PT. Newmont Nusa Tenggara memiliki tingkat jumlah penduduk paling rendah se-NTB, namun memiliki tingkat penduduk miskin tertinggi kedua (23.100 jiwa) setelah Kota Bima (16.900 jiwa). Sebagai kabupaten yang kaya akan pertambangan meneral dan emas, seharusnya hal ini bisa diatasi. Kebijakan pemerintah Kabupaten Sumbawa Barat dalam upaya menurunkan tingkat kemiskinan dengan menitikberatkan pembangunan di bidang pemberdayaan dan pengembangan sumberdaya Kawasan Sentra Produksi (KSP) yang difokuskan pada

(3)

818 Regional Management Pulau Sumbawa (RMPS) (antarantb, 2012).

II.

MASALAH

TUJUAN

DAN

MANFAAT PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang bahwa Kabupaten Sumbawa Barat telah berusaha melaksnakan berbagai program penanggulangan kemiskinan, namun kenyataannya angka kemiskinan masih cukup tinggi, maka penelitian ini difokuskan pada program pemerintah dan swasta yang dilakukan pada kawasan pertambangan emas di Kabupaten Sumbawa Barat. Permasalahanya adalah bagaimana persebaran tingkat kemiskinan sebelum dan sesudah adanya pertambanga adanya pertambangan emas di Kabupaten Sumbawa Barat dan bagaimana persebaran kemiskinan pada kawasan pertambangan emas di Kabupaten Sumbawa Barat. Tujuan jangka panjang penelitian ini untuk mengetahui persebaran tingkat kemiskinan berdasarkan kondisi tipologi. Manfaat yang diharapkan dapat memberikan bagi pengambil kebijkana dalam rangka menentukan metode dan pendekatan program penanggulangan kemiskinan terutama pada kawasan pertambangan emas.

III.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilaksanakan di perdesaan kawasan pertambangan emas Kabupaten Sumbawa Barat. Secara administratif, daerah persebaran tingkat kemiskinan pada kawasan pertambangan emas Kabupaten Sumbawa Barat terbagi dalam 3 kecamatan. Kecamatan tersebut dibagi dalam 2 tipologi yaitu kecamatan di daerah dataran dan kecamatan berbukit. Tipologi dataran adalah Kecamatan Jereweh dan Kecamatan Maluk dan Sekongkang mewakili kecamatan berbukit (Gambar 1).

Secara umum penelitian ini lebih bersifat deskriptif analitis dengan pendekatan kuantitatif dengan basis analisis data sekunder. Data sekunder bersumber dari BKKBN di BPS Sumbawa Besar mewakili

sebelum adanya PT.NNT Tahun 1994-2003) dan data setelah adanya PT.NNT (Data tahun 2004-2013). Data tingkat kemiskinan diukur berdasarkan data sekunder BKKBN dengan indikator Pra KS dan KS pertama.

Pemilihan ini sebagai ukuran penetuan tingkat kesejahteraan rumah tanggga. Data tersebut digunakan untuk mencari tingkat kemiskinan pada masing-masing kecamatan yang ada pada kawasan pertambangan emas. Selanjutnya dikelompokkan berdasarkan tipologi, sehingga dapat diketahui persebaran tingkat kemiskinan di masing-masing kecamatan.

Analisis data bertujuan untuk menyederhanakan data ke dalam bentuk lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Analisis data penelitian menggunakan tehnik tabel frekuensi dan tabulasi silang.

IV.

DATA DAN ANALISIS

Data dan analisis dalam penelitian ini mencakup letak tipologi dan persebaran tingkat kemiskinan pada kawasan pertambangan emas di Kabupaten Sumbawa Barat. Penelitian ini difokuskan pada tiga kecamatan mewakili sebagai wilayah yang ada pada kawasan pertambangan emas PT. Newmont Nusa Tenggara di Kabupaten Sumbawa Barat.

1. Tipologi Kawasan Pertambangan Kabupaten Sumbawa Barat memiliki letak topografi bervariasi. Kondisi topografi pada daerah penelitian mempunyai bentuk tipologi datar dan berbukit. Pada tipologi datar termasuk Kecamatan Jereweh dengan beberapa desa antara lain: Dasan Anyar, Goa, Belo dan Desa Beru. Berbeda dengan Kecamatan Maluk dan Sekongkang yang termasuk pada tipologi berbukit. Kecamatan Maluk dengan beberapa desa antara lain: Maluk, Benete, Pasir Putih, Bukit Damai, dan Mantun. Kecamatan Sekongkang memiliki beberapa desa antara lain: Sekongkang Atas,

(4)

819 Sekongkang Bawah, Ai Kangkung, Tatar, Talonang, dan Kemuning (Gambar 1).

Kondisi Tipologi sebagai analisis selanjutnya digunakan untuk mengetahui persebaran tingkat kemiskinan sebelum dan sesudah adanya PT. NNT beroprasi. Variasi persebaran tingkat kemiskinan pada kawasan pertambangan emas di Kabupaten Sumbawa Barat berdasarkan kondisi tipologi yang diketahui berdasarkan tingkat kemiskinan yang dialami masyarakat.

2. Persebaran Tingkat Kemiskinan

Secara umum lokasi pertambangan memiliki konstribusi positif terhadap perekonomian nasional. Keberadaan PT. Newmont Nusa Tenggara (PT. NNT) juga dapat memberikan dampak terhadap pendapatan asli daerah sebagai daerah penghasil pertambangan. Konstribusi PT. NNT terhadap Pendaatan Domestik Bruto (PDB) terhadap Kabupaten Sumbawa Barat sebesar 95%.

(http://finance.detik.com).

Kenyataan ini menunjukan bahwa kondisi tingkat pendapatan daerah yang tinggi tidak memberikan peluang terhadap meningkatnya kesejahteraan masyarakat. Pendapatan dari pemerintah pusat berupa dana perimbangan di pemerintah daerah di Indonesia merupakan sumber pendapatan utama dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), namun kontribusi Dana Alokasi Umum (DAU) terhadap belanja modal masih belum efektif sehingga masih banyak daerah yang belum merata pembangunannya, juga masih kurangnya pelayanan publik sehingga kesejahteraan masyarakat pun belum efektif (masih banyaknya masyarakat di bawah garis kemiskinan, belum meratanya fasilitas pendidikan dan kesehatan, sektor usaha kecil masih terabaikan (Sukriy dan Halim, 2006). Pengukuran tingkat kemiskinan dalam penelitian ini menggunakan data sekunder dari BKKBN yang dikelola oleh BPS. Kriteria kemiskinan berdasarkan kategori Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera Pertama (KS

1). Ukuran ini ditentukan karena kondisi ekonomi rendah.

Persebaran tingkat kemiskinan pada kawasan pertambangan emas Kabupaten Sumbawa Barat (Gambar 2 dan 3) menunjukan bahwa kondisi tingkat kemiskinan tertinggi mencapai 86,74 persen di Kecamatan Jereweh pada tipologi datar. Artinya bahwa Kecamatan Jereweh memiliki tingkat luas wilayahlebih luas dibandingkan dengan kecamatan lainnya yang ada pada kawasan pertambangan. Selain luas wilayah pada tipologi datar, hal ini juga masih tingginya jumlah penduduk dengan permukiman menetapkan dibandingkan bertempat tinggal pada tipologi berbukit. Berbeda pada tipologi berbukit terendah mencapai 0 persen pada Kecamatan Maluk. Keberadaan Kecamatan Maluk sebagai kecamatan baru setelah pemekaran dari Kecamatan Jereweh (Peraturan Daerah KSB No. 6 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Maluk). Persebaran tingkat kemiskinan masih yang dimiliki Kecamatan Maluk masih rendah mencapai 22,12 persen setelah adanya beroperasi PT. NNT.

Variasi persebaran tingkat kemiskinan pada kawasan pertambangan menunjukan bahwa tingkat kemiskinan memerlukan berbagai tingkat pendekatan dan strategi yang digunakan dalam penaggulangan kemiskinan yang dilakukan.

Persebaran tingkat kemiskinan perlu mengetahui sebelum dan sesudah adanya beroprasi PT. NNT untuk dapat menemukan permasalahan mendasarkan, sehingga mampu memberikan alternatif solusi penanggulangan kemiskinan pada kawasan pertambangan. Tingkat kemiskinan pada kawasan pertambangan emas sebelum adanya PT. NNT (Gambar 2) dari tahun 1994 hingga 2003 tertinggi mencapai 86,74 persen pada Kecamatan Jereweh mewakili tipologi Datar. Artinya bahwa persebaran tingkat kemiskinan pada Kecamatan Jereweh dengan luas wilayah dimiliki dan jumlah penduduk tertinggi

(5)

820 dibandingkan kecamatan lain yang ada pada kawasan pertambangan sebelum adanya PT. NNT. Hal ini karena terbatasnya kemampuan ekonomi dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga.

Setelah adanya beroperasi PT. NNT (gambar 3) jumlah kecamatan menjadi 3 dengan masuknya Kecamatan Maluk setelah pemekaran dari Kecamatan Jereweh pada tahun 2007. Persebaran tingkat kemiskinan setelah adanya PT. NNT berdasarkan data tahun 2004 hingga 2013 tertinggi mencapai 40,73 persen pada Kecamatan Sekongkang dengan tipologi Berbukit. Tingginya tingkat kemiskinan pada Kecamatan Sekongkang karena sektor utama pendapatan masyarakat masih dominan dari pertanian. Selain itu juga kondisi Kecamatan Sekongkang sebagai wilayah tujuan transmigrasi dari beberapa tahun yang lalu.

Berbeda dengan Kecamatan Maluk memiliki tingkat kemiskinan terendah mencapai 22,12 persen mewakili tipologi berbukit. Kondisi ini menunjukan bahwa masih minimnya fasilitas pendukung yang ada setelah pemekaran dari Kecamatan Jereweh tahun 2007 dan terbatasnya produktivitas lahan pertanian untuk mendukung tingkat perkonomian keluarga.

Berdasarkan kenyataan diatas menunjukan bahwa tingkat kemiskinan pada kawasan pertambangan emas di Kabupaten Sumbawa Barat masih dominan pada tipologi berbukit dibandingkan pada tipologi datar. Hal ini sesuai dengan sinyalemen Ritohardoyo (2000) kondisi sosial ekonomi perdesaan masih tergantung pada lahan pertanian karena terkendala sempitnya penguasaan lahan dan lingkungan fisik dengan konsekuansi lokasi

desa berada pada kindisi miskin mengakibatkan kehidupan rumah tangga berada pada posisi miskin. Demikian juga sinyalemen Riadi (2008) bahwa implementasi CSR dalam mengurangi kemiskinan yang lakukan PT. NNT, hasilnya selama ini belum maksimal. Masih banyak masyarakat lokal yang miskin dengan penghasilan dibawah 1$ perhari. Penyebab kegagalan CSR adalah pertama, tidak adanya pengawasan dan pemantaun perusahaan pada bantuan yang disalurkan. Kedua, lemahnya tanggung jawab masyarakat.

V.

KESIMPULAN

Tingkat kemiskinan sebelum dan sesudah adanya operasinya PT. Newmont Nusa Tenggara (PT.NNT) pada kawasan pertambangan emas di Kabupaten Sumbawa Barat masih tinggi. Tingkat kemiskinan pada kawasan pertambangan berkaitan langsung terhadap lokasi tipologi. Hal ini ditunjukan dengan adanya kecendrungan dimana lokasi datar sebelum adanya PT. NNT meningkatan dari tahun 1994 hingga 2003. Dari hasil penelitian, persebaran tingkat kemiskinan tertinggi terkonsentrasi pada kecamatan dataran sebesar 86,74 persen. Hal ini disebabkan oleh adanya terbatasnya produktivitas lahan pertanian untuk mendukung tingkat perkonomian keluarga. Sebaliknya lokasi berbukit sebesar nol persen. Bebeda pada sesudah adanya operasi PT. NNT tingkat kemiskinan berada pada tipologi berbukit sebesar 40,73 persen dari tahun 2004 hingga 2013 pada Kecamatan Sekongkang dan terendah pada Tipologi berbukit sebesar 22,12 persen.

DAFTAR PUSTAKA

Ahyani, Mochammad, 2011, Pengaruh Kegiatan Penambangan Emas Terhadap Kondisi Kerusakan Tanah Pada Wilayah Pertambangan Rakyat Di Bombana Provinsi Sulawesi Tenggara, Tesis, Magister Lingkungan Pasacasarjana Universitas Diponegoro

(6)

821

Antarantb, 2012, Pulau Sumbawa Fokus Percepat Tanggulangi Kemiskinan, Diakses Http://Www.Antarantb.Com/Print/16098/Pulau-Sumbawa-Fokus-Percepat-Tanggulangi-Kemiskinan Pada Tanggal 4 September 2015

Finance.detik, 2014, Tambang Emas Newmont dan Ekonomi Sumbawa Barat, diakses http://finance.detik.com/read/2014/06/13/111754/2607182/1034/tambang-emas-newmont-dan-ekonomi-sumbawa-barat, pada tanggal 8 September 2015

Peraturan Daerah KSB No. 6 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kecamatan Maluk

Riadi, Rahmat, 2007, Corporate Social Responsibility Pt. Newmont Nusa Tenggara Terhadap Pengentasan Kemiskinan Lingkar Tambang Di Sumbawa Barat NTB, Tesis, Pascasarjana UGM, Yogyakarta

Ritohardoyo, Su, 2000, Strategi Peningkatan Pendapatan Penduduk Perdesaan: Kasus Penduduk Perdesaan Sekitar Hutan Negara di Daerah Istimewa Yogyakarta, Majalah Geografi Indonesia, Vol 14 No. 2 September 2000 ISSN: 0125-1790

Sukriy, Abdullah dan Halim, Abdul, 2006, Studi atas Belanja Modal pada Anggaran Pemerintah Daerah dalam Hubungannya dengan Belanja Pemeliharaan dan Sumber Pendapatan, Jurnal Akuntansi Pemerintah, Vol.2 No.2 Hal 17-32

TABEL

Tabel 1. Kabupaten/Kota di NTB dan Jumlah penduduk dan penduduk miskin

No Kabupaten/Kota Jumlah

Penduduk Penduduk Miskin

1 Kab. Lombok Barat 613.161 119.600

2 Kab. Lombok Tengah 460.629 158.000

3 Kab. Lombok Timur 1.123.488 243.000

4 Kab. Sumbawa 423.029 83.400

5 Kab. Dompu 223.678 40.300

6 Kab. Bima 447.286 78.000

7 Kab. Sumbawa Barat 118.608 23.100

8 Kab. Lombok Utara 203.564 79.500

9 Kota Mataram 413.210 53.700

10 Kota Bima 146.307 16.900

Jumlah 4.587.562 896.200

Sumber : Badan Pusat Statistik, 2012

Tabel 2 Data Kemiskinan Sebelum Adanya PT. NNT Tahun 1994-2003

No Kecamatan 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Total 1 Jereweh 100 100 100 100 100 100 100 52,07 51,07 50,20 86,74

2 Maluk 0 0 0 0 0 0 0 0,00 0,00 0,00 0,00

3 Sekongkang 0 0 0 0 0 0 0 47,93 48,93 49,80 13,26 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber: Analisis Data Sekender, 2015

(7)

822

Tabel 3 Data Kemiskinan Setelah Adanya PT. NNT Tahun 2004-2013

No Kecamatan 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Total 1 Jereweh 47,22 47,22 47,22 35,40 33,10 33,10 32,86 29,67 32,20 38,52 37,15 2 Maluk 0,00 0,00 0,00 23,68 36,81 36,81 34,35 34,13 21,37 17,68 22,12 3 Sekongkang 52,78 52,78 52,78 40,92 30,09 30,09 32,80 36,21 46,42 43,80 40,73 Total 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 100 Sumber: Analisis Data Sekender, 2015

GAMBAR

(8)

823

Gambar 2. Analisis Data Sekunder Sebelum Adanya PT. NNT

Gambar 3. Analisis Data Sekunder Sesudah Adanya PT. NNT 0 20 40 60 80 100 120 1994 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 Jereweh Maluk Sekongkang 0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 Jereweh Maluk Sekongkang

Gambar

Tabel 2 Data Kemiskinan Sebelum Adanya PT. NNT Tahun 1994-2003
Tabel 3 Data Kemiskinan Setelah Adanya PT. NNT Tahun 2004-2013

Referensi

Dokumen terkait

kunci tersebut dapat diatur dimana semakin panjang bit pembentukan kunci maka semakin sukar untuk dipecahkan karena sulitnya memfaktorkan dua bilangan yang sangat besar dan

Beberapa studi yang menunjukkan hubungan yang signifikan antara keadilan interaksional dan kepuasan kerja karyawan (Al Zubi, 2010; Usmani dan Jamal, 2011) yang mengamati

bahwa dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 05 Tahun 2013 tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kota Madiun Nomor 06 Tahun 2008 tentang Organisasi

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa: adanya pengaruh secara bersama-sama dari variabel persepsi resiko, variabel kualitas, variabel harga dan variabel nilai terhadap

[r]

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “ ANALISIS PERJANJIAN KERJASAMA PETANI TAMBAK UDANG DENGAN PEMODAL MUDHARABAH GUNA MENINGKATKAN PENDAPATAN DALAM PERSPEKTIF

Pemetaan dari data persepsi sensoris dilakukan dengan metode Cluster Analysis untuk menghasilkan dendogram yang menunjukkan hasil klaster antar variabel yang terbentuk

1. Pada kegiatan diskusi klasikal ini, guru dapat meminta salah satu kelompok maju atau setiap kelompok maju secara bergantian untuk mempresentasikan hasil proyeknya. Siswa