DI SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi Sebagai persyaratan memperoleh gelar Sarjana Ilmu Administrasi Bisnis Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UPN ”Veteran”
Jawa Timur
Oleh :
FERY ARDIANSYAH NPM. 0742010055
YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN” JAWA
TIMUR FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS
telah diberikan kepada penulis, sehingga penulisan laporan skripsi penelitian dengan judul “Variabel – Variabel yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Pemberian Kredit pada PT. BPR Surya Artha Utama di Surabaya. “ ini dapat diselesaikan.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan penelitian ini tidak akan berjalan lancar serta tidak akan terwujud dengan baik tanpa adanya dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dra. Lia Nirawati, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah memberikan pengarahan, koreksi serta dorongan hingga terselesaikannya laporan skripsi ini. Penulis juga menyampaikan terima kasih kepada :
1. Ibu Hj. Suparwati, Dra, M.Si. selaku dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Drs. Sadjudi, SE, M.Si. (Alm) selaku ketua Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
3. Bapak Drs. Nurhadi, M.Si. selaku sekretaris Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Dosen – dosen Program Studi Ilmu Administrasi Bisnis Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
penulis dalam menyelesaikan laporan skripsi ini.
Menyadari banyaknya kekurangan dalam penyusunan laporan skripsi ini, maka penulis senantiasa mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari semua pihak. Besar harapan bahwa laporan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.
Surabaya, Juni 2011
DAFTAR ISI ... iii
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
2.1 Landasan Teori ... 6
2.1.1 Pengertian Pemasaran ... 6
2.1.2 Manajemen Pemasaran ... 8
2.1.3 Konsep Pemasaran ... 9
2.1.4 Strategi Pemasaran ... 11
2.1.5 Manajemen Perkreditan ... 12
2.1.6 Kredit ... 13
2.1.6.1 Pengertian Kredit ... 13
2.1.6.2 Unsur – Unsur Kredit ... 15
2.1.6.3 Fungsi Kredit ... 17
2.1.7 Bank ... 24
2.1.7.1 Pengertian Bank ... 24
2.1.7.2 Jenis Bank ... 27
2.1.7.3 Fungsi Bank ... 28
2.2 Kerangka Berpikir ... 29
2.3 Hipotesis ... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel ... 32
3.1.1 Variabel Bebas (Independent) ... 32
3.1.2 Variabel Terikat (Dependent) ... 36
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel ... 37
3.2.1 Populasi ... 37
3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel ... 38
3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.3.1 Jenis Data ... 39
3.3.2 Pengumpulan Data ... 39
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ... 40
3.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas ... 40
3.4.1.1 Reliabilitas Data ... 41
3.4.4.2 Uji T ... 46
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 48
4.1 Gambaran Obyek Penelitian dan Penyajian Data ... 48
4.1.1 Sejarah Singkat Perusahaan ... 48
4.1.2 Lokasi Perusahaan ... 50
4.1.3 Struktur Organisasi ... 50
4.1.4 Uraian Pekerjaan ... 53
4.2 Deskripsi Hasil Penelitian ... 58
4.2.1 Deskripsi Variabel Character (X1) ... 58
4.2.2 Deskripsi Variabel Capacity (X2) ... 61
4.2.3 Deskripsi Variabel Capital (X3) ... 63
4.2.4 Deskripsi Variabel Collateral (X4) ... 65
4.2.5 Deskripsi Variabel Conditions (X5) ... 67
4.2.6 Deskripsi Variabel Keputusan Pemberian Kredit (Y) ... 69
4.3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas ... 72
4.3.1 Uji Validitas ... 72
4.3.2 Uji Reliabilitas ... 74
4.4 Uji Asumsi Klasik ... 75
4.4.1 Multikolinieritas ... 75
4.5.2 Uji F ( Uji Simultan ) ... 83
4.5.3 Uji T ( Uji Parsial ) ... 85
4.5.4 Koefisien Korelasi Parsial ... 91
4.6 Pembahasan ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 95
5.1 Kesimpulan ... 95
5.2 Saran ... 96 DAFTAR PUSTAKA
Tabel 4.2 Variabel Capacity (X2) ... 61
Tabel 4.3 Variabel Capital (X3) ... 63
Tabel 4.4 Variabel Collateral (X4) ... 65
Tabel 4.5 Variabel Conditions (X5) ... 67
Tabel 4.6 Variabel Keputusan Pemberian Kredit (Y) ... 69
Tabel 4.7 Uji Validitas ... 73
Tabel 4.8 Uji Reliabilitas ... 75
Tabel 4.9 Nilai Variance Inflation Variabel Bebas ... 76
Tabel 4.10 Uji Rho Spearman Variabel Bebas dengan Variabel Residu ... 77
Tabel 4.11 Hasil Analisis Regresi Linear Berganda ... 79
Tabel 4.12 Koefisien Korelasi dan Koefisien Determinasi ... 82
Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Uji F ... 83
Tabel 4.14 Hasil Perhitungan Uji T ... 85
Gambar 2.1 Unsur – Unsur Kredit ... 15
Gambar 2.2 Kerangka Berpikir ... 31
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. BPR Surya Artha Utama ... 52
Gambar 4.2 Pengujian Autokorelasi ... 78
Gambar 4.3 Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan Hipotesis ... 84
Gambar 4.4 Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor kemauan untuk membayar (character) (X1) ... 86
Gambar 4.5 Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor kapasitas calon debitur (capacity) (X2) ... 87
Gambar 4.6 Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor modal yang dimiliki calon debitur (capital) (X3) ... 88
Gambar 4.7 Kurva Distribusi Hasil Analisis Secara Parsial Faktor jaminan atas kredit (collateral) (X4) ... 89
Oleh :
FERY ARDIANSYAH ABSTRAKSI
Pelaksanaan pembangunan disamping untuk meningkatkan pendapatan nasional sekaligus harus menjamin pembagian yang merata bagi seluruh rakyat. Hal ini membuat jalannya roda pembangunan nasional di negara mengalami kemajuan di berbagai bidang. Salah satu pegangan yang penting dalam kebijakan moneter adalah bagaimana tentang bagaimana kebijakan suku bunga dan kredit. Dalam hal ini perlu diperhatikan bahwa suku bunga kredit akan dapat menunjang tercapainya sasaran kebijakan moneter yang dapat mendorong tabungan masyarakat dan dapat pula mengurangi tekanan inflasi.
PT. BPR Surya Artha Utama Kota Surabaya adalah sebuah perusahaan yang bergerak dibidang perbankkan yang mengkhususkan diri sebagai bank perkreditan rakyat yang legalitasnya sebagai pemberi kredit kepada para Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Kota Surabaya beserta para pedagang pasar yang berada dibawah naungan PD. Pasar Surya dan juga masyarakat umum di Kota Surabaya.
Penelitian bertujuan untuk menganalisis pengaruh character, capacity, capital,
collateral, conditions terhadap keputusan pemberian kredit. Teknik sampel yang
dipergunakan adalah simple random sampling. Dalam penelitian ini yang menjadi populasi sebanyak 71 sehingga jumlah sampel yang diambil sebanyak 60 orang. Teknis analisis yang dipergunakan adalah analisis regresi linear berganda.
Hasil dari penelitian telah menunjukkan bahwa secara simultan variabel character (X1), capacity (X2), capital (X3), collateral (X4) dan conditions (X5). berpengaruh secara
signifikan terhadap keputusan pemberian kredit. Hal ini dapat diketahui dari nilai signifikan variabel character (X1) sebesar 0,832 dengan thitung sebesar 0,213, variabel
capacity (X2) sebesar 0,025 dengan thitung sebesar 2,303, variabel capital (X3) sebesar
0,007 dengan thitung sebesar 2,798, variabel collateral (X4) sebesar 0,413 dengan thitung
sebesar -0,825, variabel conditions (X5) sebesar 0,037 dengan thitung sebesar 2,140.
Dengan demikian dapat diketahui thitung lebih besar dari ttabel sebesar 2,004 maka H0
ditolak, yang berarti bahwa tidak terdapat pengaruh secara parsial dari variabel character (X1) dan variabel collateral (X4). Sedangkan terdapat pengaruh secara parsial dari
variabel capacity (X2), variabel capital (X3), dan variabel conditions (X5), terhadap
keputusan pemberian kredit (Y).
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar belakang
Pelaksanaan pembangunan disamping untuk meningkatkan pendapatan
nasional sekaligus harus menjamin pembagian yang merata bagi seluruh rakyat. Hal
ini membuat jalannya roda pembangunan nasional di negara mengalami kemajuan di
berbagai bidang. Hal ini dialami yang besar dari sektor moneter melalui berbagai
kebijakan. Peranan kebijakan moneter dalam suatu perekonomian biasanya terlihat
jelas pada waktu perekonomian tersebut menciptakan dan memelihara suatu tingkat
kestabilan ekonomi.
Salah satu pegangan yang penting dalam kebijakan moneter adalah
bagaimana tentang bagaimana kebijakan suku bunga dan kredit. Dalam hal ini perlu
diperhatikan bahwa suku bunga kredit akan dapat menunjang tercapainya sasaran
kebijakan moneter yang dapat mendorong tabungan masyarakat dan dapat pula
mengurangi tekanan inflasi.
Menurut Undang-undang No. 7/1992 menyebutkan bahwa bank adalah badan
usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan menyalurkan
kepada masyarakat dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.
Untuk memperlancar operasinya, tujuan dari didirikan bank tersebut adalah
untuk memberikan pelayanan jasa kredit kepada masyarakat terutama pada golongan
semua pihak diantaranya pemerintah yaitu tercapainya salah satu tujuan
pembangunan nasional dalam bentuk kesejahteraan umum.
Bagi bank, dengan adanya kebijakan tersebut akan memperbesar dan
memperluas pemberian kredit khususnya kepada Pegawai Negeri Sipil. Serta bagi
masyarakat, dengan adanya bank tersebut akan lebih mudah mendapatkan pelayanan
kredit. Adapun prosedur permohonan kredit di BPR Surya Artha Utama adalah
sederhana, dengan persyaratan-persyaratan yang ringan berupa suku bunga yang
relatif kecil dibanding dengan suku bunga yang ada pada bank lain.
Dalam menjalankan operasionalnya PT. BPR Surya Artha Utama telah
memanfaatkan potensi-potensi wilayah yang ada, dengan mengadakan
pendekatan-pendekatan mengingat penyebaran penduduk di Kota besar seperti Surabaya yang
beraneka ragam latar belakang pekerjaannya. Sedangkan dalam penyaluran
kreditnya PT. BPR Surya Artha Utama lebih banyak memberikan penyaluran kredit
kepada pedagang kecil yang kebanyakan berada di lokasi – lokasi pasar – pasar
tradisional yang strategis.
Meskipun tidak dapat dipungkiri bahwa masih sering kali terjadi kendala
yang harus dihadapi oleh pihak bank dalam hal berkaitan dengan tanggung jawab
pihak debitur, yaitu kemampuan dan ketepatan waktu dalam melakukan pembayaran
pengambilan pinjaman atau hutang. Realita yang sering kali terjadi adalah jika pihak
debitur tidak mampu mengembalikan pinjaman dari bank maka pada akhirnya
berakhir pada terjadinya kredit bermasalah, pada debitur antara lain seperti kemauan
kredit serta kondisi perekonomian debitur. Kelima hal tersebut sangat berpengaruh
terhadap kelangsungan pembayaran angsuran kredit kedepannya.
Kondisi tersebut di atas mengharuskan pihak bank mempunyai perencanaan
dan pengendalian yang matang dalam pengelolaan kredit. Perencanaan dan
pengendalian yang matang didukung oleh informasi yang handal dan terpercaya,
maka pihak bank akan mampu untuk melakukan strategi pengambilan keputusan
yang tepat.
Dari sini masalah – masalah yang berhubungan dengan pemberian kredit
muncul dan diperlukan sikap hati – hati dari Bank PT. BPR Surya Artha Utama ini
sendiri. Kebijakan yang dilakukan oleh Bank tersebut dilakukan untuk menjaga
kelangsungan proses pemberian kredit dari awal pencairan sampai calon debitur
dapat memenuhi kewajibannya yang dapat dimaklumi. Berdasarkan data yang ada
pada PT. BPR Surya Artha Utama diketahui mengalami kredit bermasalah. Dengan
adanya kredit bermasalah ini, disamping dapat menimbulkan kerugian bagi bank,
kredit bermasalah ini juga dapat dipastikan akan menghambat pertumbuhan ekonomi
nasional.
Untuk dapat mengatasi kondisi yang demikian, maka di dalam pengelolaan
pemberian kredit, maka pihak bank dengan mempertimbangkan informasi character
(X1) berkaitan dengan potensi kelayakan dan kemauan debitur untuk membayar,
capacity (X2) yang dimiliki debitur, capital (X3) berkaitan dengan kemampuan
debitur dalam mengembalikan pinjaman, collateral (X4) mempertimbangkan nilai
dari jaminan terhadap besarnya permohonan kredit, conditions (X5) memperhatikan
calon debitur sebagai petimbangan dalam pengambilan keputusan. Berdasarkan
informasi tersebut di atas maka penulis ingin melakukan penelitian lebih lanjut
tentang pemberian kredit. Adapun judul penelitian yang akan diajukan yaitu :
“Variabel – Variabel Yang Berpengaruh Terhadap Keputusan Pemberian
Kredit Pada PT. BPR Surya Artha Utama di Surabaya.”
1.2Perumusan masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan dapat dirumuskan
permasalahan penelitian ini sebagai berikut :
a. Apakah terdapat pengaruh character (X1), capacity (X2), capital (X3),
collateral (X4), dan conditions (X5). berpengaruh secara simultan terhadap
keputusan pemberian kredit ?
b. Apakah terdapat pengaruh character (X1), capacity (X2), capital (X3),
collateral (X4), dan conditions (X5). berpengaruh secara parsial terhadap
keputusan pemberian kredit ?
1.3Tujuan Penelitian
a. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara simultan character
(X1), capacity (X2), capital (X3), collateral (X4), dan conditions (X5) terhadap
keputusan pemberian kredit.
b. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh secara parsial character (X1),
capacity (X2), capital (X3), collateral (X4), dan conditions (X5) terhadap
1.4Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah :
a. Bagi Teoritis
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan masukan
bagi pihak perusahaan untuk mengetahui hubungan variabel yang menjadi
pertimbangan akan senantiasa memenuhi kebijakan dalam rangka memenuhi
harapan debitur.
b. Bagi Praktis
Diharapkan dapat digunakan untuk kepentingan ilmiah, dan referensi
kepustakaan Universitas Pembangunan Nasiional “Veteran” Jawa Timur,
khususnya dibidang pemasaran yang berkaitan dengan keputusan pemberian
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Pemasaran
Pemasaran tidak hanya mencakup kegiatan pertukaran (jual-beli) barang atau
jasa yang terjadi dalam pasar, tetapi juga membahas semua sistematika yang
menyangkut gerak dinamis dalam dunia usaha. Dimana untuk tujuan jangka
pendeknya perusahaan dapat menghasilkan produk untuk memberikan kepuasaan
kepada konsumen, dan untuk tujuan jangka panjangnya perusahaan mendapatkan
keuntungan yang diharapkan guna mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.
Oleh karena itu setiap perusahaan harus melakukan salah satu fungsi pokok kegiatan
yaitu pemasaran. Dimana menurut Ma’ruf (2005:3), fungsi pemasaran adalah
mewujudkan sasaran perusahaan dengan cara :
1. Menetapkan basis pelanggan (customer bases) secara strategis, rasional, dan
lengkap informasinya.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pelanggan dan calon pelanggan yang sekarang dan
juga yang akan datang.
3. Menciptakan produk yang dapat memenuhi kebutuhan pelanggan dengan pas
dan menguntungkan dan yang mampu membedakan perusahaan dari pesaingnya.
4. Mengkomunikasikan dan “mengantarkan” produk tersebut kepada pasar sasaran
5. Memimpin personel perusahaan untuk menjadi sekumpulan tenaga kerja yang
disiplin, profesionalitas, dan berpengetahuan serta punya dedikasi bagi nilai dan
sasaran perusahaan.
Definisi pemasaran menurut Kotler (2002:9) adalah suatu proses sosial dan
manajerial yang didalamnya individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka
butuhkan dan inginkan dengan menciptakan, menawarkan, dan mempertukarkan
produk yang bernilai dengan pihak lain.
Sedangkan menurut Assauri (2004:4) pemasaran adalah kegiatan manusia
yang diarahkan untuk memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui
proses pertukaran. Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa pemasaran
adalah suatu kegiatan yang meliputi keseluruhan dari suatu usaha untuk memenuhi
kebutuhan dan keinginan individu dan kelompok melalui pertukaran. Kebutuhan
adalah suatu keadaan merasa tidak memiliki kepuasan dasar tertentu. Kebutuhan ini
timbul bukan diciptakan dari para ahli pemasaran atau masyarakat itu sendiri, tetapi
kebutuhan – kebutuhan itu telah adalah dalam diri manusia sesuai dengan
kehidupannya dan setiap orang akan selalu memenuhi kebutuhan akan tempat
tinggal, makanan, pakaian, keamanan, dan beberapa hal lain untuk bertahan hidup.
Keinginan adalah hasrat akan pemuas tertentu dari kebutuhan yang lebih
mendalam dan keinginan diciptakan oleh para ahli pemasaran yang terbentuk sesuai
dengan kebudayaan dan perkembangan seseorang. Manusia mempunyai banyak
keinginan tetapi tidak semuanya dapat dipenuhi karena harus disesuaikan dengan
keinginan yang mana yang harus dipenuhi terlebih dahulu dengan membuat prioritas
pertama terhadap keinginan yang akan dipenuhi terlebih dahulu.
Perusahaan selaku produsen apabila dapat merealisir kebutuhan dan
keinginan konsumen atau pasar akan menciptakan permintaan yang efektif bagi
perusahaan dan akan timbul suatu kepuasan dan loyalitas konsumen terhadap produk
perusahaan. Oleh karena itu pemasaran memiliki peranan yang sangat penting
sebagai ujung tombak suatu perusahaan.
2.1.2 Manajemen Pemasaran
Definisi manajemen pemasaran menurut Kotler (2002:9) adalah proses
perencanaan dan pelaksanaan pemikiran, penetapan harga, promosi, serta penyaluran
gagasan, barang dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang memuaskan tujuan –
tujuan individu dan organisasi.
Sedangkan menurut Radiosunu (2003:3), manajemen pemasaran adalah
penganalisaan, perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan program – program yang
bertujuan menimbulkan pertukaran dengan pasar yang dijadikan sasaran dengan
maksud untuk mencapai objective organisasi pemasaran.
Secara garis besar dapat disimpulkan bahwa manajemen pemasaran adalah
proses yang melibatkan analisa, perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian pada
suatu pertukaran produk yang menghasilkan kepuasan bagi individu serta tercapainya
2.1.3 Konsep Pemasaran
Definisi konsep pemasaran menurut Kotler (2002:22) adalah kunci untuk
meraih tujuan organisasi adalah menjadi lebih efektif daripada para pesaing dan
memadukan kegiatan pemasaran guna menetapkan dan memuaskan kebutuhan dan
keinginan pasar sasaran. Sedangkan menurut Swastha (2000:17) konsep pemasaran
adalah sebuah falsafah bisnis yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan
konsumen merupakan syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup
perusahaan.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa konsep pemasaran berientasi pada
kebutuhan dan keinginan konsumen yang didukung oleh usaha pemasaran terpadu
guna terciptanya kepuasan konsumen sebagai kunci tercapainya tujuan organisasi.
Menurut Tjiptono (2005:3) konsep pemasaran berientasi pada konsumen,
dimana konsumen hanya akan bersedia membeli produk – produk yang mampu
memenuhi kebutuhan dan keinginan serta memberikan kepuasan baginya.
Implikasinya, fokuus aktivitas pemasaran dalam mewujudkan tujuan perusahaan
adalah berusaha memuaskan pelanggan melalui pemahaman perilaku konsumen
secara menyeluruh yang dijabarkan dalam kegiatan pemasaran yang
mengintegrasikan kegiatan – kegiatan fungsional lainnya secara efisien dan efektif
dibandingkan para pesaing.
Menurut Swastha (2001:18), selain berientasi pada konsumen terdapat dua
faktor lain yang merupakan dasar dalam konsep pemasaran yaitu koordinasi dan
Ketiga faktor penting dalam konsep pemasaran menurut Swastha (2001:18),
dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Orientasi Konsumen
Perusahaan yang mempraktekkan orientasi konsumen harus :
a. Menentukan kebutuhan pokok dari pembeli yang akan dilayani dan dipenuhi.
b. Memilih kebutuhan pembeli tertentu sebagai sasaran dalam penjualannya.
c. Menentukan produk dan program pemasarannya.
d. Mengadakan penelitian pada konsumen, untuk mengukur, menilai dan
menafsirkan keinginan, sikap serta tingkah laku mereka.
e. Menentukan dan melaksanakan strategi yang paling baik, apakah
menitikberatkan pada mutu yang tinggi, harga yang murah atau model yang
menarik.
2. Koordinasi dan integrasi dalam perusahaan
Untuk memberikan kepuasan konsumen secara optimal, semua elemen – elemen
pemasaran yang ada harus dikoordinasi dan dintegrasikan. Dengan kata lain
setiap orang dan setiap bagian dalam perusahaan turut berkecimpung dalam suatu
usaha yang terkoordinir untuk memberikan kepuasan konsumen sehingga tujuan
perusahaan dapat direalisir.
3. Mendapatkan laba melalui pemuasan konsumen
Salah satu tujuan dari semua perusahaan pada umumnya adalah mengoptimalkan
laba yang disebut dengan orientasi laba. Dengan laba ini, perusahaan dapat
, dapat memberikan tingkat kepuasan yang lebih besar pada konsumen serta
dapat memperkuat kondisi perekonomian.
2.1.4 Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran merupakan bagian dari strategi bisnis yang memberikan
arah pada semua fungsi manajemen suatu organisasi.
Menurut Tull dan Kahle yang dikutip oleh Tjiptono (2002:6) strategi
pemasaran sebagai alat fundamental yang direncanakan untuk mencapai tujuan
perusahaan dengan mengembangkan keunggulan bersaing yang berkesinambungan
melalui pasar yang dimasuki dan program pemasaran yang digunakan untuk
melayani pasar sasaran tersebut.
Sedangkan menurut Hawkins, Best and Coney (2001:12) marketing strategy
is formulated in term of the marketing mix. This is, it envolves determining the
product features, price, communication, distribution and services that will provide
customers with superior value.
Atau strategi pemasaran adalah perumusan yang dipandang dari segi bauran
pemasaran. Yaitu yang menyangkut ciri – ciri (keistimewaan) produk, harga,
komunikasi, distribusi dan pelayanan yang akan memberikan pelanggan nilai lebih.
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa strategi pemasaran
merupakan alat atau perumusan yang direncanakan dalam memberikan arah untuk
mencapai tujuan perusahaan melalui bauran pemasaran yaitu produk, harga,
komunikasi (promosi), distribusi dan pelayanan yang saling berkaitan untuk
2.1.5 Manajemen Perkreditan
Menurut Suhardjono (2002:243-244) manajemen mencakup prinsip kehati –
hatian dalam pemberian kredit, organisasi dan jabatan yang berhak memberikan
kredit, proses dan prosedur dalam pemberian kredit, dokumentasi dan administrasi
kredit, pengawasan dan pembinaan kredit serta penyelesaian kredit bila mencakup
prakarsa kredit, analisis kredit, rekomendasi kredit dan keputusan kredit.
Dalam pelaksanaan pemberian kredit dan pengelolaan pengkreditan bank
wajib mematuhi kebijakan perkreditan yang telah dibuat tersebut serta konsisten dan
konsekuen. Kebijaksanaan perkreditan harus sudah diterapkan dan dilaksananakan
selambat – lambatnya pada tanggal 1 januari 1996. Bagi bank yang telah
mempunyai pedoman kebijaksanaan perkreditan wajib menyesuaikan kembali
pedoman kebijaksanaan perkreditan wajib menyesuaikan kembali pedoman tersebut
dengan memperhatikan semua aspek – aspek tersebut di atas. Sedangkan bagi bank
yang baru memperoleh izin usaha wajib memiliki dan menerapkan serta
melaksanakan kebijaksanaan perkreditan sejak mulai melakukan kegiatan usahanya.
Apabila dalam pelaksanaanya ternyata bank memberikan kredit tidak sesuai
dengan kebijaksanaan perkreditan yang telah ditetapkannya, sehingga bank Indonesia
akan memberikan sanksi yang mempengaruhi penilaian kesehatan bank dan sanksi
sesuai dengan perundang – undangan yang berlaku.
Pedoman tersebut wajib di buat mengingat bahwa sesuai dengan lingkup
pemberian kredit mencakup bahwa aspek dan mengandung resiko yang bervariasi,
kredit yang dapat di pergunakan oleh setiap pejabat di bidang perkreditan, maka
setiap bank harus mempunyai pedoman kebijaksanaan perkreditan.
2.1.6 Kredit
2.1.6.1 Pengertian Kredit
Menurut Suhardjono (2000:11) kata kredit berasal dari bahasa yunani
“Credre” yang berarti kepercayaan atau bersala dari bahasa latin “Creditium” yang
berarti kepercayaan akan benar. Pengertian tersebut kemudian dibakikan oleh
pemerintah dengan dikeluarkan undang – undang pokok perbankkan no. 14 tahun
1967 bab. 1 pasal. 1 dan 2 yang merumuskan pengertian kredit sebagai berikut :
“kredit adalah penyediaan uang atau yang disamakan dengan itu berdasarkan
persetujuan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain dimana pihak
peminjam berkewajiban melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
jumlah bunga yang telah ditentukan.
Selanjutnya pengertian kredit tersebut dalam undang – undang no. 7 tahun
1992 tentang perbankkan sebagaimana telah diubah dengan undang – undang nomor.
10 tahun 1998, yang mendefinisikan pengertian kredit adalah sebagai berikut :
“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi hutangnya setelah
Menurut Kent (2003:12) “Kredit adalah hak untuk menerima pembayaran
atau kewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang diminta atau pada
waktu yang akan datang karena penyerahan barang – barang sekarang”.
Dalam praktek sehari – hari pengertian kredit tersebut mencakup pula
kegiatan antara lain : pembelian surat berharga yang disertai Note Purchase
Agreement (NPA), pembelian surat berharga lain yang diterbitkan nasabah
pengambilalihan tagihan dalam rangka kegiatan ajak piutang (factoring) pemberian
jaminan bank, fasilitas berupa komitmen dan kontingensi yang diantaranya meliputi
bank garasi, latter of credit (L atau C), surat kredit berdokumen dalam negeri
(SKBDN), stand by L or C (SLBC), ekspektasi endosemen dan aval surat berharga.
Menurut Untung yang menguntip dari Simorangkir (2000:194) kredit adalah
pemberian prestasi (misalnya uang dan barang) dengan batas prestasi (kontrapretasi)
yang akan terjadi pada waktu yang akan dating. Kehidupan ekonomi modern adalah
prestasi uang, yang dengan demikian transaksi kredit menyangkut uang sebagai alat
kredit. Kredit berfungsi kooperatif antara si pemberi kredit dan si penerima kredit
atau antara kreditur dengan debitur. Mereka menarik keuntungan dan saling
menanggung resiko. Singkatnya, kredit dalam arti luas didasarkan atas komponen
kepercayaan, resiko dan pertukaran ekonomi di masa – masa yang akan datang.
Secara umum kredit diartikan sebagai “the ability to borrow on the opinion
conceived by the leader that will be repaid”.
Definisi kredit tersebut memberikan konsekuensi bagi bank dan peminjam
1. Penyediaan uang atau yang dapat dipersamakan dengan itu oleh bank
(kreditur)
2. Kewajiban debitur mengembalikan kredit yang diterima
3. Jangka waktu pengembalian kredit
4. Pembayaran bunga
5. Perjanjian kredit
2.1.6.2 Unsur – Unsur Kredit
Menurut Untung (2000: 2) dari uraian diatas dapat ditemukan sedikitnya ada
empat unsur kredit, yaitu seperti di gambarkan pada gambar 2.1
Gambar 2.1 Unsur – unsur Kredit
Intisari kredit adalah unsur kepercayaan. Unsur lainnya adalah mempunyai
pertimbangan tolong menolong. Selain itu, diliat dari pihak kreditur, unsur penting
dalam kegiatan kredit sekarang ini adalah untuk mengambil keuntungan dari modal
dengan mengambil kontraprestasi, sedangkan dipandang dari segi debitur, adalah Kepercayaan
Resiko Prestasi
Waktu
adanya bantuan dari kreditur untuk mencapai menutupi kebutuhan yang berupa
prestasi. Hanya saja antara prestasi dengan kontraprestasi tersebut suatu masa yang
memisahkannya. Kondisi ini mengakibatkan adanya resiko yang berupa
ketidaktentuan, sehingga oleh karena itu diperlukan suatu jaminan dalam pemberian
kredit tersebut.
1. Kepercayaan, disini berarti bahwa si pemberi kredit yakin bahwa prestasi
yang diberikannya baik dalam bentuk uang, barang, atau jasa yang akan benar
– benar diterimanya kembali dalam jangka waktu tertentu di masa yang akan
datang.
2. Tenggang waktu, yaitu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima pada masa yang akan datang. Dalam unsur
waktu ini terkandung pengertian nilai agio dari uang, yaitu uang yang ada
sekarang lebih tinggi nilainya dari uang yang diterima pada masa yang akan
datang.
3. Degree Of Risk, yaitu resiko yang akan dihadapi sebagai akibat dari adanya
jangka waktu yang memisahkan antara pemberian prestasi dengan
kontraprestasi yang akan diterima dikemudian hari. Semakin panjang jangka
waktu kredit diberikan maka semakin tinggi pula tingkat resikonya, sehingga
terdapat unsur – unsur ketidak tentuan yang tidak dapat diperhitungkan.
Inilah yang menyebabkan timbulnya unsur resiko. Karena adanya unsur
resiko ini maka dibutuhkan jaminan dalam pemberian kredit.
4. Prestasi atau obyek kredit itu tidak saja diberikan dalam bentuk uang, tetapi
modern sekarang ini didasarkan pada uang transaksi kredit yang menyangkut
uanglah yang sering kita jumpai dalam praktek perkreditan.
2.1.6.3 Fungsi Kredit
Menurut Untung (2004: 4), kredit pada awal perkembangannya mengarah
fungsinya untuk merangarah kedua belah pihak untuk pencapaian tujuan kebutuhan
baik dalam bidang usaha maupun kebutuhan sehari – hari.
Suatu kredit mencapai fungsinya, baik bagi debitur, kreditur, maupun
masyarakat, apabila secara sosial ekonomis membawa pengaruh yang lebih baik.
Bagi pihak debitur dan kreditur, mereka sama – sama memperoleh keuntungan, dan
juga mengakibatkan tambahan penerimaan Negara dari pajak, serta membawa
dampak kemajuan ekonomi yang bersifat mikro maupun makro. Kredit dalam
kehidupan perekonomian dan perdagangan mempunyai fungsi :
1. Meningkatkan daya guna uang
2. Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang
3. Meningkatkan daya guna dan peredaran uang
4. Sebagai salah satu alat stabilitas ekonomi
5. Meningkatkan semangat berusaha
6. Meningkatkan pemerataan pendapatan
2.1.6.4 Jenis Kredit
Menurut Untung (2000: 4), kredit terdiri dari beberapa jenis bila dilihat
berbagai pandangan.
Jenis kredit dapat dibedakan menurut berbagai kriteria, yaitu dari berbagai
kriteria lembaga pemberian – penerima kredit, jangka waktu serta penggunaan kredit,
kelengkapan dokumen penggunaan kredit, kelengkapan dokumen perdagangan, atau
dari berbagai kriteria lainnya.
Dari segi lembaga pemberi – penerima kredit yang menyangkut struktur
pelaksanaan kredit di Indonesia, maka jenis kredit dapat digolongkan menjadi
sebagai berikut :
1. Kredit perbankan kepada masyarakat untuk kegiatan usaha, dan atau konsumsi.
Kredit ini diberikan oleh bank pemerintah maupun bank swasta kepada dunia
usaha guna membiayai sebagai kebutuhan permodalan, dan atau kredit dari bank
kepada individu untuk membiayai pembelian kebutuhan hidup yang berupa
barang maupun jasa.
2. Kredit likuiditas, yaitu yang diberikan oleh bank sentral kepada bank – bank di
Indonesia, yang selanjutnya digunakan sebagai dana untuk membiayai kegiatan
pengkreditannya. Kredit ini dilaksanakan oleh bank Indonesia dalam rangka
melaksanakan tugasnya sesuai ketentuan pasal 29 UU Bank Sentral tahun 1968,
yaitu memajukan urusan perkreditan dan sekaligus bertindak sebagai pengawas
wewenang untuk menetapkan batas – batas kuantitatif dan kualitatif di bidang
perkreditan bagi perbankan yang ada.
3. Kredit langsung, kredit ini diberikan oleh bank Indonesia kepada lembaga
pemerintahan. Misalnya bank Indonesia memberikan kredit langsung kepada
bulog dalam rangka melaksanakan program pengadaan pangan, atau pemberian
kredit langsung kepada pertamina atau pihak ketiga lainnya.
2.1.6.5 Penilaian Kredit
Menurut Siamat (2001:171), penilaian kredit atau disebut juga analisis kredit,
dilakukan oleh suatu tim atau bagian dalam organisasi perkreditan terhadap
permohonan kredit yang diajukan kepada tujuan untuk menilai kondisi calon debitur.
Analisis kredit dimaksudkan agar pemberian kredit tersebut mencapai sasaran yaitu
dapat lebih terarah, memberikan hasil dan aman. Dengan analisis kredit macet yang
disebabkan ketidakmampuan debitur memenuhi kewajibannya sesuai yang telah
disepakati sebagaimana tertuang dalam perjanjian kredit.
Agar tujuan analisis tercapai, perlu persiapan analisis berupa pengumpulan
informasi atau data sebagai bahan analisis dengan menggunakan teknik – teknik
penganalisaan yang mencakup baik analisis kuantitatif maupun kualitatif. Bahan
analisis tersebut haruslah dapat dipercaya sehingga akan memberikan output yang
lebih akurat pula. Selain itu, tenaga analisis haruslah yang memiliki keterampilan dan
2.1.6.6 Seleksi dalam pemberian kredit
Menurut Sundjaja (2001:162), sumber informasi kredit dan metode analisa
kredit yang tepat harus dikembangkan. Setiap aspek dari pemilihan kredit adalah
penting untuk keberhasilan mengelolah piutang dagang.
Lima dimensi utama yaitu Character (karakter), Capacity (kemampuan),
Capital (modal), Collector (jaminan), dan Condition (keadaan) yang sering
digunakan oleh analisis kredit perusahaan untuk menganalisis kemampuan
permohonan kredit.
1. Character
Meneliti dan memperhatikan sifat – sifat pribadi, cara hidup, status sosial dan
lain – lain. Hal ini penting karena berkaitan dengan kemampuan untuk membayar
(willingness to pay).
2. Capacity
Meneliti kemampuan pimpinan perusahaan beserta staf dalam meraih penjualan
ataupun pendapatan yang dapat diukur dari penjualan yang dicapai pada masa
lalu dan juga keahlian yang dimiliki dalam bidang usaha. Hal ini berkaitan
dengan kemampuan untuk membayar (ability to pay).
3. Capital
Mengukur posisi keuangan secara umum dengan memperhatikan modal yang
dimiliki perusahaan dan juga perbandingan hutang dan modalnya.
4. Collateral
Mengukur besarnya aktiva yang akan dikaitkan sebagai jaminan atas kredit.
Memperhatikan keadaan perekonomian pada umumnya serta trend perekonomian
yang akan mempengaruhi terhadap jalannya usaha perusahaan.
Analisa kredit memberikan perhatian utama terhadap character dan capacity
karena merupakan dasar yang paling utama dalam memberikan kredit.
Pertimbangan terhadap 3 C lainnya seperti capital, collateral, dan condition
penting dalam menyusun rencana kredit serta dalam membuat keputusan akhir
kredit, yang mana juga dipengaruhi oleh pengalaman dan pertimbangan dari
analisis kredit.
2.1.6.7 Faktor – Faktor Penyebab Kredit Bermasalah
1. Faktor Internal
Menurut Siamat (2001:175), faktor internal kredit bermasalah berhubungan
dengan kebijakan dan strategi yang ditempuh pihak bank.
a. Kebijakan perkreditan yang ekspansif
Bank memiliki kelebihan dana (exess liquidity) sering menetapkan kebijakan
perkreditan yang terlalu ekspansif yang melebihi pertumbuhan kredit secara
wajar yaitu dengan menetapkan sejumlah target kredit yang harus dicapai
untuk kurun waktu tertentu tersebut cenderung mendorong pejabat kredit
menempuh langkah – langkah yang lebih agresif dalam memilih calon debitur
dan kurang menerapkan prinsip – prinsip perkreditan yang sehat dalam
menilai permohonan kredit sebagaimana seharusnya. Disamping itu bank
sering saling membajak nasabah dengan memberikan kemudahan yang
debiturnya masuk dalam daftar kredit macet yang diterbitkan bank indonesia
secara rutin.
b. Penyimpangan dalam pelaksanaan prosedur perkreditan
Pejabat bank sering tidak mengikuti dan kurang disiplin dalam menerapkan
prosedur perkreditan sesuai dengan pedoman dan tata cara pemberian kredit
dalam suatu bank. Hal ini yang sering terjadi , bank tidak mewajibkan calon
debitur membuat studi kelayakan dan menyampaikan data keuangan yang
lengkap. Penyimpangan sistem dan prosedur perkreditan tersebut bisa
disebabkan karena jumlah dan prosedur dan kualitas sumber daya manusia
khususnya yang menangani masalah perkreditan belum memadai. Di samping
itu, salah satu penyebab timbulnya kredit bermasalah tersebut dari sisi intern
bank adanya pihak dalam bank yang sangat dominan dalam pemutusan kredit.
c. Lemahnya sistem administrasi dan pengawasan kredit
Untuk mengukur kelemahan sistem administrasi dan pengawasan kredit bank
dapat dilihat dari dokumen kredit yang seharusnya diminta dari debitur tetapi
tidak dilakukan oleh bank, berkas perkreditan tidak lengkap dan tidak teratur,
pemantauan terhadap usaha debitur tidak dilakukan secara rutin, termasuk
peninjauan langsung pada lokasi usaha debitur secara periodik, sehingga bank
melakukan langkah – langkah pencegahan.
d. Lemahnya sistem informasi kredit
Sistem informasi kredit yang tidak berjalan sebagaimana mestinya akan
memperlemah keakuratan pelaporan bank yang ada pada gilirannya akan sulit
pengambilan langkah – langkah yang diperlukan untuk mencegah terjadinya
kredit bermasalah.
e. Itikad kurang baik dari pihak bank
Pemilik atau pengurus bank seringkali memanfaatkan keberadaan banknya
untuk kepentingan kelompok bisnisnya dengan sengaja melanggar ketentuan
kehati – hatian perbankan terutama ketentuan legal lending limit. Skenario
lain adalah pemilik atau pengurus bank memberikan kredit tersebut
digunakan untuk kepentingan pemilik atau pengurus bank untuk tujuan lain.
Skenario lain adalah pemilik dan pengurus bank untuk tujuan yang lain.
Skenario ini terjadi karena adanya kerjasama antara pemilik dan pengurus
bank yang memiliki itikad kurang baik.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal ini sangat terkait dengan kegiatan usaha debitur yang
menyebabkan terjadinya kredit bermasalah antara lain dari :
1. Penurunan kegiatan ekonomi dan tingginya tingkat bunga kredit
Kegiatan usaha debitur rentan terhadap terjadinya penurunan kegiatan
ekonomi dan dalam waktu yang sama tingkat suku bunga mengalami
kenaikkan yang tinggi. Penurunan kegiatan ekonomi atau akibat dari
kebijakan pengetatan uang yang dilakukan oleh bank indonesia,
menyebabkan tingkat bunga naik yang pada gilirannya bank tidak lagi
mampu membayar cicilan pokok dan bunga kredit.
2. Pemanfaatan iklim persaingan perbankan yang tidak sehat oleh debitur
Persaingan bank yang sangat ketat dalam penyaluran kredit dapat
memperoleh kredit melebihi jumlah yang diperlukan dan untuk usaha yang
tidak jelas atau spekulatif. Dalam kondisi persaingan yang tajam sering bank
menjadi rasional dalam pemberian kredit dan akan diperburuk dengan
keterbatasan kemampuan teknis dan pengalaman petugas bank dalam
pengeloaan kredit.
3. Kegagalan usaha debitur
Kegagalan usaha debitur dapat terjadi karena sifat usaha debitur sensitif
terhadap pengaruh eksternal (external factor) misalnya kegagalan dalam
pemasaran produk, terjadi perubahan harga dipasar, perubahan pola
konsumen dan pengaruh perekonomian nasional.
4. Debitur mengalami musibah
Musibah dapat saja terjadi pada debitur misalnya meninggal dunia, lokasi
usahanya mengalami kebakaran atau kerusakan sementara usaha debitur tidak
dilindungi dengan asuransi.
2.1.7 Bank
2.1.7.1Pengertian Bank
Perbankkan sebagai salah satu lembaga keuangan mempunyai nilai strategis
dalam kehidupan perekonomian suatu Negara. Lembaga tersebut dimaksudkan
sebagai perantara pihak – pihak yang kelebihan dana (surplus of fund) dengan pihak
– pihak yang kekurangan dana (lack of fund). Peranan penting yang dilakukan Bank
antara lain sebagai tempat yang aman bagi masyarakat untuk menyimpan uangnya.
Dalam pelaksanaannya Bank memberikan kriteria – kriteria maupun alternatif -
deposito. Selain itu Bank juga berperan sebagai sumber permodalan dalam
memberikan pinjaman dan jasa – jasa. Definisi mengenai Bank yang dikutip di
bawah ini pada dasarnya tidak berbeda satu sama lain. Kalaupun ada perbedaan
hanya terletak pada tugas atau usaha Bank.
Ada yang mendefinisikan Bank sebagai suatu badan yang tugas utamanya
menghimpun dana dari pihak ketiga. Sedangkan definisi lain mengatakan Bank
adalah suatu lembaga yang tugas utamanya sebagai perantara untuk menyalurkan
penawaran dan permintaan kredit pada waktu yang ditentukan. Penulis lain
mendefinisikan Bank adalah suatu badan yang usaha utamanya menciptakan kredit.
Sebelum masuk ke pembahasan yang lebih lanjut berikut ini akan dijelaskan
pengertian Bank dari berbagai sudut pandang.
Menurut Kasmir (2003:11) dinyatakan bahwa Bank adalah : “Lembaga
keuangan yang kegiatan utamanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan
menyalurkannya kembali dana tersebut ke masyarakat serta memberikan jasa Bank
lainnya.
Perbankkan dalam ilmu sosiologi adalah sebagai “suatu lembaga sosial dalam
arti bahwa perbankan tersebut merupakan bentuk himpuan norma – norma dari
segala tingkatan yang menyangkut kegiatan pokok manusia”.
Berikut ini beberapa definisi lain yang dikemukakan oleh Lukman
Dendawijaya (2001:24-25) yang diambil dari berbagai sumber :
b. “Bank adalah suatu badan yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit,
baik dengan alat – alat pembayarannya sendiri atau dengan alat – alat yang
diperolehnya dari orang lain, maupun dengan jalan memperedarkan alat – alat
penukar baru berupa uang giral”. (Stuart).
c. “Bank adalah suatu jenis lembaga keuangan yang melaksanakan berbagai macam
jasa, seperti memberikan pinjaman, mengedarkan mata uang, pengawasan
terhadap mata uang, bertindak sebagai tempat penyimpanan benda – benda
berharga, membiayai perusahaan – perusahaan dan lain – lain”. (A.
Abdurrachman, eksiklopedia keuangan dan perdagangan).
Sedangkan menurut UU no. 10/1998 atas penyempurnaan dari UU no. 7/1992
dijelaskan bahwa :
“Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam
bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan
atau bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak”.
Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa Bank merupakan perusahaan yang
bergerak dalam bidang keuangan, artinya usaha perbankan selalu berkaitan dengan
masalah di bidang keuangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa usaha perbankan
meliputi tiga kegiatan utama yaitu:
1. Menghimpun dana
2. Menyalurkan dana
2.1.7.2 Jenis Bank
Jenis atau bentuk Bank bermacam – macam tergantung pada cara
penggolongannya. Penggolongan dapat dilakukan berdasarkan hal – hal berikut ini :
1. Formalitas berdasarkan Undang – Undang
Berdasarkan Pasal 5 Undang – Undang no. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU
no. 7 tahun 1992 tentang perbankkan ada dua jenis Bank yaitu :
a. Bank Umum
b. Bank Perkreditan Rakyat
2. Jenis Bank berdasarkan kepemilikan
a. Bank milik Negara (BUMN)
b. Bank milik pemerintah daerah (Badan Usaha Milik Daerah)
c. Bank milik swasta nasional
d. Bank milik swasta campuran (Nasional dan Asing)
e. Bank milik asing (Cabang atau Perwakilan)
3. Penekanan kegiatan usaha
a. Bank Rentail (Rentail Banks)
b. Bank Korporasi (Corporate Banks)
c. Bank Komersial (Commercial Banks)
d. Bank Pedesaan (Rural Banks)
e. Bank Pembangunan (Development Banks)
f. Dan lain – lain
4. Pembayaran bunga atau pembagian hasil usaha
b. Bank berdasarkan Prinsip Syariah
2.1.7.3 Fungsi Bank
Secara umum fungsi utama Bank adalah menghimpun dana dari masyarakat
dan menyalurkannya kembali pada masyarakat untuk berbagai tujuan atau sebagai
financial intermediary. Secara lebih spesifik fungsi Bank dapat sebagai :
1. Agent of trust (Agen kepercayaan)
Dasar utama kegiatan perbankkan adalah kepercayaan atau trust baik hal
penghimpunan dana maupun penyaluran dana. Masyarakat akan mau menitipkan
dananya di Bank apabila dilandasi oleh unsur saling percaya antara nasabah
dengan Bank yang bersangkutan.
2. Agent of development (Agen pengembangan)
Sektor dalam kegiatan perekonomian masyarakat yaitu sektor moneter dan sektor
riil. Kedua sektor ini saling berinteraksi dan saling mempengaruhi. Tugas Bank
sebagai penghimpun dana dan penyalur dana sangat diperlukan untuk kelancaran
kegiatan perekonomian di sektor riil. Kegiatan Bank tersebut memungkinkan
masyarakat melakukan intervensi, distribusi, dan juga konsumsi barang dan jasa
mengingat semua kegiatan tersebut selalu berkaitan dengan penggunaan uang.
Kelancaran kegiatan intervensi distribusi – distribusi ini tidak lain adalah
kegiatan pembangunan perekonomian masyarakat.
3. Agent of service (Agen pelayanan)
Disamping melakukan kegiatan penghimpunan dan penyaluran dana Bank juga
memberikan penawaran jasa – jasa yang ditawarkan erat kaitannya dengan
dengan kegiatan perekonomian masyarakat secara umum. Jasa – jasa Bank ini
antara lain berupa jasa pengiriman uang, jasa penitipan barang – barang berharga,
jasa pemberian jaminan Bank dan jasa – jasa lainnya.
Ketiga fungsi Bank diatas diharapkan dapat memberikan gambaran yang
menyeluruh dan lengkap mengenai fungsi Bank dalam perekonomian, sehingga Bank
tidak hanya diartikan sebagai lembaga perantara uang atau financial intermediary
institution.
2.2 Kerangka Berpikir
PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya dalam melakukan pengambilan
keputusan kredit yang ditujukan untuk calon debitur harus dipertimbangkan dengan
pengendalian dan pengawasan, karena apabila ada kesalahan akan berakibat fatal
bagi setiap langkah yang akan dilaksanakan dengan tujuan agar dana yang ada dapat
digunakan seoptimal mungkin.
Di dalam kebijaksanaan pemberian kredit, tidak lepas dari faktor – factor
character (X1), capacity (X2), capital (X3), collateral (X4) dan conditions (X5) yang
merupakan faktor untuk bahan analisis dan pertimbangan mengenai kredit yang akan
diberikan. Tanpa adanya faktor – faktor tersebut maka kredit yang akan diberikan
akan mengandung resiko bagi kelangsungan hidup PT. BPR Surya Artha Utama
Surabaya.
Character berkaitan dengan watak dan perilaku seseorang baik secara
individual maupun dalam komunitas atau lingkungan usahanya. Pejabat analis dalam
melakukan penilaian kharakter calon debitur perlu memperhatikan terutama sifat –
kebiasaan, temperamental, kekakuan, membanggakan diri secara berlebihan dan
sebagainya.
Capacity merupakan penilaian dengan kemampuan peminjam mengelolah
usahanya secara sehat untuk kemudian memperoleh laba sesuai yang diperkirakan.
Penilaian kemampuan perlu untuk mengetahui sejauh mana hasil usaha calon debitur
dapat membayar semua kewajiban (ability to pay) tepat pada waktunya sesuai
dengan perjanjian kredit.
Capital merupakan penilaian terhadap permodalan. Ini penting mengingatkan
kredit yang diberikan oleh PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya untuk memenuhi
dana dan modal yang dibutuhkan oleh calon debitur.
Collateral adalah penilaian terhadap jaminan yang diajukan sebagai
penjaminan atas kredit guna yang diperoleh adalah untuk mengetahui sejauh mana
pinjaman itu dapat menutupi resiko kegagalan pembayaran angsuran atau
pengembalian kewajiban – kewajiban calon debitur.
Conditions adalah penilaian dengan memperhatikan kedaan calon debitur
secara umum yang dapat mempengaruhi terhadap jalannya kelancaran pembayaran
angsuran.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik model alur kerangka berpikir sebagai
Gambar 2.2 kerangka berpikir
2.3 Hipotesis
Berdasarkan perumusan masalah, tujuan penelitian yang diajukan maka dapat
dirumuskan hipotesis berikut :
1. Terdapat pengaruh secara simultan character (X1), capacity (X2), capital (X3),
collateral (X4) dan conditions (X5) terhadap keputusan pemberian kredit pada
PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya.
2. Terdapat pengaruh secara parsial character (X1), capacity (X2), capital (X3),
collateral (X4) dan conditions (X5) terhadap keputusan pemberian kredit pada
PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya. Character
(X1)
Capacity (X2)
Capital (X3)
Collateral (X4)
Conditions (X5)
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Yang dimaksud dengan definisi operasional adalah sesuatu yang dapat
menjadi objek pengamatan dalam suatu penelitian yang berdasarkan atas sifat atau
hal yang dapat di definisikan, dan diobservasikan. Dalam definisi operasional
dijelaskan tentang variabel – variabel yang akan diamati untuk menjadi objek
pengamatan dalam penelitian, yang mana bersifat kuantitatif. Adapun variabel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah keputusan pemberian kredit (Y) sebagai
variabel terikat, sedangkan variabel bebasnya sebagai berikut :
3.1.1 Variabel Bebas (Independent)
1. Kemauan untuk membayar atau character (X1)
Hal ini berkaitan dengan potensi kemauan calon debitur PT. BPR Surya
Artha Utama Surabaya untuk membayar angsuran, yang diukur dengan
indikator :
a. Kejujuran calon debitur
Adalah kesamaan dari apa yang diutarakan oleh konsumen dan
disamakan dengan informasi lingkungan yang berkembang pada saat itu
dari 2 – 3 informan untuk memperoleh suatu pernyataan yang benar.
b. Kesehatan calon debitur
Adalah kelayakan kondisi fisik pemohon kredit, yang meliputi : usia
c. Sifat temperamental calon debitur
Adalah pekerjaan yang berganti – ganti dari calon konsumen dengan
masyarakat sekitar.
d. Kepribadian dari calon debitur
Adalah perilaku yang menentukan sebuah sikap yang didasarkan atas
pola hidup.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan
menggunakan skor 1 dan skor tertinggi adalah 5, sebagai berikut :
Skor 1 menunjukan sangat tidak setuju
Skor 2 menunjukan tidak setuju
Skor 3 menunjukan netral
Skor 4 menunjukan setuju
Skor 5 menunjukan setuju
2. Kapasitas calon debitur atau capacity (X2)
Meneliti kemampuan calon debitur PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya
dalam mengembalikan pinjaman kredit yang diukur dengan indikator :
a. Pendapatan calon debitur
Adalah jumlah penghasilan yang didapatkan selama proses pinjaman
kredit dengan analisa jumlah pendapatan dikurangi kebutuhan hidup
dan didapatkan minimal 2x angsuran.
b. Pekerjaan calon debitur
Adalah status legalitas pekerjaan yang dimiliki oleh pemohon kredit.
Adalah jumlah yang dikeluarkan pemohon untuk kebutuhan hidup
selama 1 bulan dikurangi kebutuhan lain harus setara dengan jumlah
angsuran yang diambil.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan
menggunakan skor 1 dan skor tertinggi adalah 5, sebagai berikut :
Skor 1 menunjukan sangat tidak setuju
Skor 2 menunjukan tidak setuju
Skor 3 menunjukan netral
Skor 4 menunjukan setuju
Skor 5 menunjukan sangat setuju
3. Modal yang dimiliki calon debitur atau capital (X3)
Mempertimbangkan posisi keuangan atau modal calon debitur PT. BPR
Surya Artha Utama Surabaya yang di ukur perbandingan hutang dan
modalnya yang diukur dengan indikator :
a. Status tempat tinggal / rumah
Menandakan apakah bahwa tempat tinggal tersebut milik pribadi, orang
tua ataupun kontrakan yang dapat dilihat dari bukti pajak bumi
bangunan.
b. Barang berharga yang dimiliki
Menandakan kepemilikan yang diukur untuk menjadi acuan dalam
analisa kredit.
Adalah tanggungan lain dari calon debitur dan berbagai permasalahan
hutang piutang calon debitur.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan
menggunakan skor 1 dan skor tertinggi adalah 5, sebagai berikut :
Skor 1 menunjukan sangat tidak setuju
Skor 2 menunjukan tidak setuju
Skor 3 menunjukan netral
Skor 4 menunjukan setuju
Skor 5 menunjukan sangat setuju
4. Jaminan atas kredit atau collateral (X4)
Mempertimbangkan penjaminan calon debitur PT. BPR Surya Artha Utama
Surabaya yang akan dikaitkan sebagai jaminan atas kredit, yang diukur
dengan indikator :
a. Pekerjaan penjamin calon debitur
Adalah suatu jaminan yang dikaitkan dengan pemohon kredit yang
meliputi pendapatan dan pekerjaan penjamin.
b. Hubungan penjamin dengan calon debitur
Adalah hubungan penjamin harus berdasarkan satu keluarga yang dapat
dilihat dari identitas kartu keluarga.
5. Kondisi calon debitur secara umum atau conditions (X5)
Memperhatikan keadaan calon debitur PT. BPR Surya Artha Utama
Surabaya yang dapat mempengaruhi jalannya kredit yang diukur dengan
a. Daerah tempat tinggal
Adalah analisa yang didapat dari keseluruhan dari obyek lingkungan
atau wilayah tempat tinggal calon debitur, dibedakan dalam 2 macam :
daerah aman atau daerah black list.
b. Kondisi rumah
Dilihat dari letak posisi dan jenis bangunan
c. Keadaan keluarga
Adalah ditinjau dari jumlah keluarga dalam satu keluarga, diantaranya
yang menjadi tanggungan kebutuhan dan yang produktif.
Skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert dengan
menggunakan skor 1 dan skor tertinggi adalah 5, sebagai berikut :
Skor 1 menunjukan sangat tidak setuju
Skor 2 menunjukan tidak setuju
Skor 3 menunjukan netral
Skor 4 menunjukan setuju
Skor 5 menunjukan sangat setuju
3.1.2 Variabel terikat (Dependent)
Keputusan pemberian kredit (Y) merupakan suatu keputusan mengenai
jumlah atau besarnya kredit yang disetujui oleh pihak PT. BPR Surya Artha Utama
Surabaya yang diukur dengan indikator :
1. Kemampuan membayar dijadikan pertimbangan dalam keputusan
2. Kapasitas debitur dijadikan pertimbangan keputusan pemberian kredit
3. Modal debitur dijadikan pertimbangan keputusan kredit
4. Jaminan atas dijadikan pertimbangan keputusan pemberian kredit
5. Kondisi calon debitur secara umum dijadikan pertimbangan keputusan
pemberian kredit
Dalam penelitian ini, skala pengukuran yang digunakan untuk mengukur variabel
yang diteliti adalah dengan menggunakan ukuran skala likert, yang merupakan skala
sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok tentang kejadian atau
gejala sosial, dengan skor terendah yang diberikan adalah 1 dan skor tertinggi adalah
5, sebagai berikut :
Skor 1 menunjukan sangat tidak setuju
Skor 2 menunjukan tidak setuju
Skor 3 menunjukan netral
Skor 4 menunjukan setuju
Skor 5 menunjukan sangat tidak setuju
3.2 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel
3.2.1 Populasi
Menurut sugiono (2006: 90) bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang
terdiri atas obyek dan subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu
yang diteliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Jadi populasi bukan
hanya orang, tetapi juga obyek dan benda – benda alam yang lain. Populasi juga
yang dimiliki oleh populasi tersebut. Yang sering digunakan dalam penelitian
meliputi seluruh karakteristik atau sifat yang dimiliki oleh subyek dan obyek itu.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah debitur yang dinilai oleh pegawai
bagian analis kredit di PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya yang berjumlah
sebanyak 71 orang pada tahun 2011.
3.2.2 Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Menurut Sugiyono (2006: 91), sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik
kualitatif. Jadi menggunakan seluruh sampel pada penelitian ini yang menjadi sampel
adalah pegawai di PT. BPR Surya Artha Utama Surabaya yang berjumlah sebanyak
60 orang.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik Simple Random
Sampling, yang artinya pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi itu, cara demikian
dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.
Rumus Slovin :
a =
a =
=
60
dimana :
N = Jumlah populasi
e = Tingkat kesalahan (error) dalam pengambilan sampel dari populasi (disini
digunakan tingkat kesalahan sebesar 5 % yang berarti level of confidence atau
tingkat kepercayaannya sebesar 95 %).
3.3 Teknik Pengumpulan Data
Pada penelitian ini adapun teknik yang digunakan dalam rangka memperoleh
data antara lain :
3.3.1 Jenis Data
Data yang digunakan adalah :
1. Data sekunder yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan
2. Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari observasi langsung di
lapangan dengan menggunakan kuesioner
3.3.1 Pengumpulan Data
Dokumen yaitu merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis
dengan mempelajari catatan – catatan atau dokumen berupa data yang akan diteliti
berkaitan dengan masalah yang dibahas, indikator character), pendapatan calon
debitur (capacity), modal calon debitur (capital), jaminan atas kredit (collateral) dan
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis
3.4.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidanya suatu
kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu
mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut. Jadi validitas
ingin mengukur apakah butir – butir pertanyaan dalam kuesioner yang sudah dibuat
betul – betul dapat mengukur apa yang hendak diukur.
Langkah dalam menguji validitas butir pertanyaan pada kuesioner :
1. Menentukan nilai
r
tabelDari tabel r untuk df = jumlah kasus – kasus dengan tingkat signifikasi 5 %
2. Mencari
r
hitungr
hitung adalah angka korelasi pearson (terletak diakhiri output), dengan rumus:r =
keterangan :
r = koefisien korelasi Pearson validitas
x = skor tanggapan responden setiap pertanyaan
y = skor total tanggapan responden seluruh pertanyaan
n = banyaknya subyek atau jumlah responden
3. Mengambil keputusan
a. Jika
r
hitung positif danr
hitung >r
tabel, maka butir pertanyaan tersebut valid(sahih).
b. Jika
r
hitung positif danr
hitung <r
tabel, maka butir pertanyaaan tersebut tidakvalid (sahih).
3.4.1.1 Reliabilitas Data
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuisioner yang merupakan
indikator dari variabel. Suatu kuisioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban
seorang terhadap pertanyaan adalah kuisioner dari waktu.
Cara mencari reliabilitas untuk keseluruhan item adalah dengan memprediksi
angka korelasi yang diperoleh dengan memasukkannya ke dalam rumus :
r
= 1 -( Saifudin, 2001: 72 )
dengan :
r
= Koefisien realibilitas tes= Varian perbedaan skor antara dua belahan
= Varian skor tes (X)
3.4.2 Asumsi – Asumsi Klasik Analisis Regresi Linier Berganda
Pengujian ini dimaksudkan untuk mendeteksi ada tidaknya autokorelasi,
multikolinieritas dan heterokedastisitas dalam hasil estimasi, karena apabila terjadi
menjadi tidak valid dan secara statistik dapat mengacaukan kesimpulan yang
diperoleh, untuk itu dilakukan uji asumsinya.
Tujuan utama penggunaan uji asumsi klasik adalah untuk mendapatkan
koefisien regresi yang terbaik linier dan tidak bisa (BLUE = Best Linier Unbiased
Estimator) antara lain :
a. Best yaitu pentingnya sifat ini bisa diterapkan dalam uji signifikan baku terhadap
a
dan ßb. Linear yaitu sifat yang dibutuhkan untuk memindahkan dalam penafsiran
c. Unbiased yaitu penafsiran parameter yang diperoleh dari data yang besar kira –
kira mendekati nilai parameter yang sebenarnya.
d. Estimasi yaitu e yang diharapkan sekecil mungkin. Penerapan asumsi klasik pada
model regresi linier berganda tergantung ada tidaknya gangguan pada asumsi
klasik tersebut. Dalam pengujian ini dihindari penyimpangan – penyimpangan
yang bersifat sebagai berikut :
1. Autokorelasi
Satu dari asumsi penting dari model regresi linier klasik adalah bahwa
kesalahan atau gangguan. Uji yang kedalam fungsi regresif populasi adalah random
atau tak berkolerasi. Jika ini dilanggar, kita mempunyai problem serial korelasi atau
autokorelasi. Sedangkan yang dimaksud dengan autokorelasi yaitu keadaan dimana
kesalahan pengganggu dalam suatu periode tertentu berkolerasi dengan kesalahan
pengganggu periode yang lain. Pengujian terhadap gejala autokorelasi dilakukan
dengan menggunakan Uji Statistik Durbin Watston (Gujarati, 1995: 223).
dimana :
= Residual (perbedaan variabel tak bebas yang sebenarnya dengan
variabel tak bebas yang ditaksir) dari setiap periode waktu.
= Residual dari waktu sebelumnya.
2. Heterokedastisitas
Pengujian heterokedastisitas dilakukan untuk melihat apakah ada kesalahan
pengganggu mempunyai varian yang sama atau tidak. Hal tersebut dilambangkan
sebagai :
E (U ) = ... (Gujarati, 1995:223)
Dimana :
= Varian
I = 1, 2, …… n
Apabila didapat varian yang sama maka asumsi homokedastisitas
(penyebaran yang sama) diterima.
3. Multikolinieritas
Multikolinieritas merupakan suatu keadaan dimana satu atau lebih variabel
independen terdapat korelasi atau hubungan dengan variabel independen lainnya,
dengan kata lain satu atau lebih variabelnya merupakan fungsi linier dari variabel
independen yang lain. Untuk mempermudah dalam pengujian maka terlebih dahulu
dilakukan uji korelasi. Uji korelasi ini dilakukan untuk melihat hubungan masing –
masing variabel independen. Tulisan dapat dilakukan dengan menghitung Variance
Inflation Faktor (VIIF).
VIF = 1 / (1 - ) (Sudrajat, 1998:210)
R = Koefisien korelasi antar variabel bebas
VIF menyatakan tingkat pembengkakan varian apabila VIF lebih besar dari 10 maka
terjadi multikolinier pada persamaan tersebut.
3.4.3 Teknik Analisis
Data diolah dengan teknik analisis dengan menggunakan uji statistik regresi
linier berganda, dengan bentuk persamaannya adalah sebagai berikut :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + c (Sudjana, 2003: 69)
Keterangan :
Y = Keputusan pemberian kredit
b0 = Konstanta
b1 … b4 = Koefisien
X1 = Kemauan untuk membayar (character)
X2 = Pendapatan debitur (capacity)
X3 = Modal debitur (capital)
X4 = Jaminan atas kredit (collateral)
X5 = Kondisi perekonomian secara umum (conditions)
c = Variabel pengganggu, merupakan wakil dari semua faktor lain yang dapat
Untuk mengetahui apakah model analisis tersebut cukup layak atau tidak
digunakan dalam pembuktian selanjutnya, maka perlu untuk mengetahui
(koefisien determinasi) dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
=
(
Sudjana, 2003:107)Keterangan :
= Koefisien determinasi
= Jumlah kuadrat
= Jumlah kuadrat – kuadrat total regresi
3.4.4 Uji Hipotesis
3.4.4.1Uji F
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel –
variabel bebas dan variabel terikat secara bersama – sama (simultan) maka
digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut :
Fhitung =
(Sudjana, 2003:108)
Keterangan ;
Fhitung = F hasil perhitungan
= Koefisien determinasi
k = Jumlah variabel independent
2. H0 : b1 = b2 = 0 berarti tidak ada pengaruh secara simultan variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat.
H0 : b1 = b2 ≠ 0 berarti ada pengaruh secara simultan variabel bebas (X) terhadap
variabel terikat.
3. Menentukan level of significant (α) sebesar, dengan :
df = n – k – 1
Keterangan :
n = Jumlah sampel
k = Banyaknya variabel bebas
Confidence interval sebesar 95 %
Kriteria pengujian yang dipakai dalam uji F adalah :
1. Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Hi ditolak
2. Jika Fhitung > Ftabel, maka H0 ditolak dan Hi diterima
3.4.4.2 Uji T
1. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh yang signifikan antara variabel –
variabel bebas dan variabel terikat secara parsial, maka digunakan uji t
dengan rumus sebagai berikut :
thitung =
(
Sudjana, 2003:111)Keterangan :
thitung = t hasil perhitungan
bi = Koefisien regresi
2. H0 : b1 atau b2 = 0 berarti tidak ada pengaruh secara parsial variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat.
H0 : b1 atau b2 ≠ 0 berarti ada pengaruh secara parsial variabel bebas (X)
terhadap variabel terikat.
3. Menentukan level of significant (α) sebesar 5 %, dengan :
df = n – k – 1
Keterangan :
n = Jumlah sampel
k = Jumlah parameter regresi
Confidence interval sebesar 95 %
4. Kriteria pengujian yang dipakai dalam uji t adalah :
1. Jika Fhitung < Ftabel, maka H0 diterima dan Hi ditolak