• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013)"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY (TVA) SAHAMSEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

(Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun

2009-2013)

OLEH

AUSTIN NALSALINA SINAGA 100502091

PROGRAM STUDI STRATA-1 MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY (TVA) SAHAMSEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

(Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun

2009-2013)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan abnormal return dan trading volume activity saham sebelum dan sesudah stock split. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity yang signifikan sebelum dan sesudah stock split.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sampel yang digunakan adalah 25 perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan stock split tahun 2009-2013. Pengujian hipotesis terhadap abnormal return menggunakan wilcoxon signed rank test, sedangkan pengujian hipotesis terhadap trading volume activity menggunakan paired sample t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split.

(3)

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE DIFFERENCES OF ABNORMAL RETURN AND TRADING VOLUME ACTIVITY (TVA) BEFORE AND AFTER STOCK

SPLIT(A Case Study of Publicly-Traded Companies on IDX That Do Stock Split in the Years

2009-2013)

The purpose of this research is to find out and analyze the differences of abnormal return and trading volume activity before and after stock split. The hypothesis of this research is that there are significant differences of abnormal return and trading volume activity before and after stock split.

The type of this research is descriptive research and the data used for this research is secondary data. Samples are 25 companies on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that do stock split in the years 2009-2013. Hypothesis testing of abnormal return is done by using wilcoxon signed rank test, while hypothesis testing of trading volume activity is done by using paired sample t-test.

The results of this research show that there are no significant differences of abnormal return and trading volume activity before and after stock split.

(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

limpahan berkat dan kasih-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi

ini yang berjudul “Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume

Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada

Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013)”.

Penulisan skripsi ini ditujukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar

Sarjana Ekonomi Departemen Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas

Sumatera Utara.

Skripsi ini penulis persembahkan kepada orang tua tercinta, Ayahanda

Drs. Tuntun Sinaga, M.Hum dan Ibunda Dra. Zipora Sembiring, M.Si yang

senantiasa mendoakan, memberikan semangat, nasehat-nasehat yang berharga dan

dukungan baik moral maupun material, serta selalu mencurahkan kasih sayang

yang menyertai perjalanan hidup penulis.

Penulis telah banyak menerima bimbingan, saran, motivasi, dan doa dari

berbagai pihak selama penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan

bantuan dan bimbingan, yaitu:

1. Bapak Prof. Dr. Azhar Maksum, SE, M.Sc, Ak. selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

(5)

3. Ibu Dra. Marhayanie, M.Si selaku Sekretaris Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

4. Ibu Dr. Endang Sulistya Rini, SE, M.Si selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

5. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Dosen Pembimbing yang telah banyak

membimbing, mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis.

6. Ibu Dra. Lisa Marlina, M.Si selaku Dosen Pembanding I yang telah banyak

memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

7. Ibu Dra. Friska Sipayung, M.Si selaku Dosen Pembanding II yang telah

banyak memberikan saran dalam penulisan dan perbaikan skripsi ini.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara

untuk jasa-jasanya selama masa perkuliahan.

9. Kakak dan adik-adikku: Sandy Aletta Sinaga, SH, Boiris Benet Sinaga dan

Jouris Anagia B.O. Sinaga, serta keluarga besarku yang senantiasa

mendoakan, memberikan semangat, nasehat-nasehat dan dukungan kepada

penulis selama ini.

10.Teman-teman Manajemen 2010: Adelina, Maria Swita, Friska, Anasthachia,

Novia, Susi, Tinaria, Nora, Hervelika, Elmarta, dan teman-teman lainnya yang

tidak dapat disebutkan satu persatu yang selalu memberikan doa, motivasi dan

dukungan selama ini.

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah membantu

(6)

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, April 2014

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 9

1.3 Tujuan Penelitian ... 9

1.4 Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11

2.1 Uraian Teoritis ... 11

2.1.1 Pasar Modal ... 11

2.1.2 Pasar Modal yang Efisien ... 12

2.1.3 Pemecahan Saham (Stock Split) ... 13

2.1.3.1 Pengertian Pemecahan Saham ... 13

2.1.3.2 Tujuan Pemecahan Saham ... 15

2.1.3.3 Teori Pemecahan Saham ... 15

2.1.3.4 Jenis Pemecahan Saham ... 16

2.1.4 Abnormal Return ... 18

2.1.5 Trading Volume Activity (TVA) ... 21

2.1.6 Studi Peristiwa (Event Study) ... 22

2.2 Penelitian Terdahulu ... 23

2.3 Kerangka Konseptual ... 28

2.4 Hipotesis Penelitian ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 31

3.1 Jenis Penelitian ... 31

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 31

3.3 Batasan Operasional ... 32

3.4 Definisi Operasional Variabel ... 32

3.5 Populasi dan Sampel ... 36

3.6 Jenis dan Sumber Data ... 38

3.7 Metode Pengumpulan Data ... 38

3.8 Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 43

(8)

4.1.1 Gambaran Umum Pasar Modal di Indonesia ... 43

4.1.2 Gambaran Umum Perusahaan Sampel ... 45

4.2 Hasil Penelitian ... 57

4.2.1 Analisis Statistik Deskriptif... 57

4.2.2 Uji Normalitas ... 60

4.2.3 Uji Hipotesis ... 62

3.3 Pembahasan ... 65

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 68

3.1 Kesimpulan ... 68

3.2 Saran ... 68

DAFTAR PUSTAKA ... 70

(9)

DAFTAR TABEL

No. Tabel Judul Halaman 1.1 Jumlah Emiten yang Melakukan Stock Splitdi BEI

Tahun 2009-2013 ... 2

1.2 Rata-rata Abnormal Return dan Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Stock SplitTahun 2012 ... 5

2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 26

3.1 Ringkasan Definisi Operasional Variabel ... 35

3.2 Daftar Sampel Penelitian ... 37

4.1 Statistik Deskriptif Abnormal Return ... 57

4.2 Statistik Deskriptif Trading Volume Activity ... 59

4.3 Hasil Uji Normalitas Abnnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 60

4.4 Hasil Uji Normalitas Trading Volume Activity Sebelum dan Sesudah Stock Split... 61

4.5Hasil Uji Wilcoxon Signed Rank Test Abnormal Return Sebelum dan Sesudah Stock Split ... 63

(10)

DAFTAR GAMBAR

No. Gambar Judul Halaman 2.1 Kerangka Konseptual ... 29 3.1 Jendela Peristiwa (Event Window) dan Tanggal

(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No.Lampiran Judul Halaman

1 Proses Pemilihan Sampel ... 74 2 Hasil Analisis Masing-masing Perusahaan ... 77 3 Rata-rata Abnormal Return dan Trading Volume

(12)

ABSTRAK

ANALISIS PERBEDAAN ABNORMAL RETURN DAN TRADING VOLUME ACTIVITY (TVA) SAHAMSEBELUM DAN SESUDAH STOCK SPLIT

(Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun

2009-2013)

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan abnormal return dan trading volume activity saham sebelum dan sesudah stock split. Hipotesis dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity yang signifikan sebelum dan sesudah stock split.

Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dan jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Sampel yang digunakan adalah 25 perusahaan go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang melakukan stock split tahun 2009-2013. Pengujian hipotesis terhadap abnormal return menggunakan wilcoxon signed rank test, sedangkan pengujian hipotesis terhadap trading volume activity menggunakan paired sample t-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split.

(13)

ABSTRACT

AN ANALYSIS OF THE DIFFERENCES OF ABNORMAL RETURN AND TRADING VOLUME ACTIVITY (TVA) BEFORE AND AFTER STOCK

SPLIT(A Case Study of Publicly-Traded Companies on IDX That Do Stock Split in the Years

2009-2013)

The purpose of this research is to find out and analyze the differences of abnormal return and trading volume activity before and after stock split. The hypothesis of this research is that there are significant differences of abnormal return and trading volume activity before and after stock split.

The type of this research is descriptive research and the data used for this research is secondary data. Samples are 25 companies on the Indonesia Stock Exchange (IDX) that do stock split in the years 2009-2013. Hypothesis testing of abnormal return is done by using wilcoxon signed rank test, while hypothesis testing of trading volume activity is done by using paired sample t-test.

The results of this research show that there are no significant differences of abnormal return and trading volume activity before and after stock split.

(14)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pasar modal di Indonesia mengalami perkembangan yang cukup pesat. Hal

ini ditunjukkan dengan semakin banyaknya perusahaan yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia serta masyarakat yang terjun ke pasar modal. Pasar modal

berfungsi sebagai mediator yang mempertemukan pihak yang mempunyai

kelebihan dana (investor) dengan pihak yang membutuhkan dana (emiten) untuk

melakukan aktivitas perdagangan. Investor menentukan dan memilih pada

perusahaan mana mereka akan menanamkan dananya dengan harapan

memperoleh return yang optimal, sedangkan perusahaan yang memperoleh

tambahan dana dari investor menggunakan tambahan dana tersebut untuk

membiayai kegiatan operasional perusahaan sehingga laba perusahaan dapat

meningkat. Peningkatan laba tersebut akan meningkatkan return yang diberikan

perusahaan kepada investor, sehingga kesejahteraan perusahaan dan investor

dapat tercapai.

Dalam membuat suatu keputusan untuk memilih portofolio investasi yang

menguntungkan, para investor memerlukan informasi. Informasi menjadi

pertimbangan bagi investor untuk melakukan atau tidak melakukan keputusan

penanaman modal serta mengurangi resiko dan ketidakpastian dari investasi

tersebut. Salah satu informasi yang tersedia di pasar modal adalah pengumuman

(15)

Menurut Susiyanto (2004) dalam Hamzah (2006: 24), stock split

merupakan salah satu bentuk aksi korporasi untuk meningkatkan jumlah saham

yang beredar dengan cara memecah nilai nominal saham menjadi nilai nominal

yang lebih kecil berdasarkan rasio stock split yang ditentukan, dimana perubahan

nilai tersebut hanya mengakibatkan penambahan jumlah lembar saham, tetapi

tidak mengubah jumlah modal ditempatkan dan modal disetor atau tidak akan

mengurangi atau menambah nilai investasi dari pemegang saham atau investor.

Ketika selembar saham dipecah menjadi n lembar saham, maka nilai nominal per

lembar saham baru menjadi 1/nnilai nominal saham sebelum pemecahan saham.

Dengan demikian, nilai ekuitas perusahaan tetap atau tidak berubah, dengan kata

lain stock split tidak mempunyai nilai ekonomis. Oleh karena itu, stock split

sebenarnya hanya suatu kosmetika saham agar saham terlihat lebih menarik bagi

investor. Namun, pada kenyataannya masih terdapat beberapa perusahaan

yangtetap melakukan aktivitas stock split. Hal ini mengindikasikan dan

membuktikan bahwa stock split merupakan alat yang penting dalam praktek pasar

modal.

Jumlah perusahaan yang melakukan pemecahan saham (stock split) dari

tahun 2009-2013 di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1.1 berikut ini:

Tabel 1.1

Jumlah Emiten yang Melakukan Stock Split di BEI Tahun 2009-2013

Tahun Stock Split

2009 2

2010 6

2011 11

2012 13

2013 11

Jumlah 43

(16)

Keputusan perusahaan melakukan stock splitumumnya dilakukan pada

saat harga saham dinilai terlalu tinggi sehingga akan mengurangi minat investor

untuk membeli saham tersebut.Harga saham yang cenderung lebih rendah setelah

terjadinya stock splitakan menyebabkan investor tertarik untuk membeli saham

sehingga akan meningkatkan volume perdagangan saham. Para ahli keuangan

yakin bahwa suatu saham memiliki kisaran rentang optimal, dimana jika harga

saham perusahaan berada pada rentang tersebut maka nilai perusahaan dapat

dimaksimumkan. Cara yang digunakan emiten untuk mempertahankan saham

yang dimiliki agar berada pada rentang perdagangan yang optimal (optimal

trading range) dan menjadikan saham lebih likuid adalah dengan stock split.

Teori yang mendasari keputusan pemecahan saham oleh perusahaan antara

lain signaling theory dantrading range theory. Berdasarkan

signalingtheory,peristiwa pemecahan saham dipandang sebagai sinyal positif

karena manajer perusahaan ingin menginformasikan prospek masa depan yang

baik dari perusahaan kepada publik. Alasan sinyal yang positif ini didukung

dengan kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split merupakan

perusahaan yang mempunyai kinerja yang baik. Menurut Copeland (1979) dalam

Jogiyanto(2003:419), stock split mengandung biaya yang harus ditanggung, oleh

karena itu hanya perusahaan yang mempunyai prospek bagus saja yang mampu

menanggung biaya tersebut dan sebagai akibatnya pasar bereaksi positif terhadap

stock split. Pemecahan saham yang dilakukan perusahaan diinterpretasikan oleh

investor sebagai sinyal yang menguntungkan dimana hal tersebut ditunjukkan

(17)

Apabila pengumuman stock split mengandung informasi maka pasar akan

bereaksi setelah pengumuman tersebut diterima. Reaksi pasar ini tercermin dari

harga pasar yang berubah-ubah, hal ini disebabkan karena pasar memproses

pengumuman yang masuk dan akan mengevaluasi kandungan informasi yang

terdapat pada pengumuman tersebut. Reaksi ini dapat diukur dengan adanya

abnormal return, yaitu return yang diperoleh atas suatu sekuritas di luar dari

return yang diharapkan para investor pada tingkat resiko tertentu (Firmansyah dan

Evony, 2007:251). Reaksi positif ditunjukkan dengan adanya abnormal return

yang positif, artinya terjadi kenaikan harga saham perusahaan yang dapat

meningkatkan return bagi pemegang saham. Apabila pasar bereaksi negatif maka

abnormal return bernilai negatif,artinya terjadi penurunan harga saham (Almilia

dan Emanuel, 2005:3).

Trading range theorymenyatakan bahwa stock split dapat meningkatkan

likuiditas perdagangan saham. Copeland (1979) dalam Rohana et al.(2003: 611)

menyatakan bahwa alasan dilakukannya pemecahan saham berkaitan dengan

likuiditas perdagangan saham adalah untuk mencapai optimal range harga saham

sehingga dapat menciptakan pasar yang lebih luas. Pemecahan saham

akanmembawa harga sahampada tingkat yang lebih rendah dandiyakini mampu

menarik para investor untuk membeli saham sehingga membuat saham tersebut

lebih aktif diperdagangkan di pasar modal. Likuiditas saham dapat dicerminkan

oleh volume perdagangan saham yang diukur dengan Trading Volume Activity

(18)

makavolume perdagangan saham akan meningkat sehingga membuat saham

tersebut semakin likuid.

Berikut ini adalah rata-rata abnormal returndan trading volume

activitysaham sebelum dan sesudah stock split yang diwakili oleh perusahaan

sampel yang melakukan stock split pada tahun 2012:

Tabel 1.2

Rata-rata Abnormal Returndan Trading Volume ActivitySebelum dan Sesudah Stock Split Tahun 2012

No Kode Saham Nama Perusahaan Rata-rata Abnormal Return Sebelum Stock Split Rata-rata Abnormal Return SesudahSt ock Split Rata-rata TVA Sebelum Stock Split Rata-rata TVA Sesudah Stock Split 1. PTRO Petrosea Tbk 0,01388 -0,02051 0,00173 0,00522 2. ASII Astra

Internasional Tbk

0,00059 -0,00144 0,00099 0,00093

3. IMAS Indomobil Sukses Internasional Tbk

-0,00887 -0,00784 0,00077 0,00098

4. IDKM Indosiar Karya Media Tbk

-0,00019 -0,01925 0,0004 0,00032

5. KLBF Kalbe Farma Tbk

0,01285 0,00368 0,00116 0,0006

6. SCMA Surya Citra Media Tbk

-0,00228 0,00369 0,00007 0,00018

7. ACES Ace Hardware Indonesia Tbk

0,00576 -0,00315 0,00029 0,00056

8. BRNA Berlina Tbk -0,00095 0,01285 0,00411 0,00256 Ket: *) Rata-rata abnormal return, TVA saham sebelum stock split = rata-rata dari

abnormal return, TVA saham 7 hari sebelum stock split

*) Rata-rata abnormal return, TVA saham sesudah stock split = rata-rata dari abnormal return, TVA saham 7 hari sesudah stock split

(19)

Berdasarkan data pada Tabel 1.2 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan

(adanya kenaikan dan penurunan) abnormal return maupun trading volume

activitysebelum dan sesudah stock split. Tabel 1.2 menunjukkan bahwa terdapat 3

emiten yang mengalami peningkatan rata-rata abnormal return saham, yaitu

IMAS, SCMA dan BRNA dan terdapat sebanyak 5 emiten yang mengalami

penurunan rata-rata abnormal return saham sesudahstock split, yaitu PTRO, ASII,

IDKM, KLBF dan ACES. Penurunan rata-rata abnormal returnyang sangat

drastis terjadi pada saham IDKM, yaitu sebesar -10031% dari -0,00019 (sebelum

stock split) menjadi -0,01925 (sesudahstock split).Hal ini menunjukkan bahwa

stock split tidak diterima sebagai good news, tetapi sebagai bad news bagi investor

sehingga secara empiris belum sesuai dengan signaling theory. Berdasarkan Tabel

1.2 juga dapat diketahui adanya peningkatan rata-rata TVA terhadap 4 emiten,

yaitu PTRO, IMAS, SCMA dan ACES. Namun demikian terdapat juga sebanyak

4 emiten yang mengalami penurunan rata-rata TVA sesudahstock split, yaitu

ASII, IDKM, KLBF dan BRNA dimana KLBF mengalami penurunan rata-rata

TVA saham paling besar, yaitu -50,9% dari 0,00116 (sebelum stock split) menjadi

0,00057 (sesudah stock split). Hal ini menunjukkan bahwa tujuan stock split untuk

menjadikansaham semakin likuid tidak tercapai sehingga belum sesuai dengan

trading range theory.

Peristiwa stock splitmerupakan suatu fenomena yang masih diperdebatkan

dan menjadi teka-teki di bidang ekonomi. Hal ini ditunjukkan dengan adanya

fenomena gap dimana terdapat perbedaan antara teori dengan kenyataan. Secara

(20)

kesejahteraan pemegang saham dan tidak memberikan tambahan nilai ekonomis

bagi perusahaan. Tetapi beberapa bukti empiris menunjukkan bahwa pasar

memberikan reaksi terhadap pengumuman stock split, bahkan beberapa penelitian

yang dilakukan menunjukkan hasil yang tidak konsisten mengenai pengaruhdari

pemecahan saham.

Penelitian yang dilakukan oleh Mc. Nichols dan David (dalam Kurniawati,

2003: 267) menyimpulkan bahwa semakin rendah harga saham, maka hal tersebut

menimbulkan bertambahnya biaya yang harus dikeluarkan perusahaan akibat

melakukan aktivitas split. Aktivitas stock split yang dilakukan oleh perusahaan ini

akan diinterpretasikan oleh investor sebagai sinyal bahwa manajer memiliki

informasi yang menguntungkan dimana hal tersebut ditunjukkan dengan adanya

abnormal return di sekitar pengumuman stock split.Kesimpulan ini didukung oleh

penelitian yang dilakukan Farinha dan Nuno (2006) di pasar modal Portugis. Hasil

penelitian menemukan adanyaperbedaan abnormal return yang signifikan di

sekitar tanggal pengumuman stock split.

Hasil yang berbeda ditemukan pada penelitian yang dilakukan olehUtami

et al. (2009). Penelitian yang mengambil sampel perusahaan manufaktur di BEI

yang melakukan stock split pada tahun 2007-2009 ini membuktikan bahwa tidak

terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock

split. Hasil yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh

Sutrisnoet al. (2000) terhadap perusahaan di Bursa Efek Jakarta yang melakukan

(21)

memberikan hasil bahwa tidak terdapat abnormal return yang signifikan sebelum

dan sesudah stock split.

Penelitian tentang tujuan pemecahan saham untuk meningkatkan likuiditas

yang diproksi pada volume perdagangan saham (TVA) telah dilakukan oleh

beberapa peneliti dan menghasilkan kesimpulan yang berbeda-beda. Penelitian

yang dilakukan oleh Tanjung (2007) terhadap perusahaan yang terdaftar di BEJ

tahun 2000-2003 berhasil membuktikan adanya perbedaan volume perdagangan

saham yang signifikan sebelum dan sesudah stock split. Hasil yang sama juga

ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Sutrisnoet al. (2000). Sementara

itu hasil yang berbeda diperoleh dari penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati

(2003) pada perusahaan yang melakukan stock split periode Juni 1994 sampai

Juni 1997 di Bursa Efek Jakarta. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa volume

perdagangan saham tidak mengalami perbedaan yang signifikan sebelum dan

sesudah pemecahan saham.

Adanya fenomena gap dan perbedaan hasil dari beberapa penelitian

(research gap) tentang perbedaan abnormal returndan trading volume

activity,maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang peristiwa stock

split. Mengingat setiap tahunnya tidak banyak perusahaan yang melakukan stock

split, maka penelitian ini mengambil sampel perusahaan go public di BEIyang

melakukan stock splitdengan periode yang lebih panjang dibandingkan

penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu tahun 2009 sampai dengan tahun 2013.

Berdasarkan permasalahan di atas, maka perlu dilakukan penelitian

(22)

“Analisis Perbedaan Abnormal Return dan Trading Volume Activity (TVA) Saham Sebelum dan Sesudah Stock Split (Studi Kasus pada Perusahaan Go Public di BEI yang Melakukan Stock Split Tahun 2009-2013)”.

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya maka

dirumuskan masalah sebagai berikut:

a. Apakah terdapat perbedaan abnormal returnsaham yang signifikan sebelum

dan sesudah stock split?

b. Apakah terdapat perbedaan trading volume activitysaham yang signifikan

sebelum dan sesudah stock split?

1.3Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

a. Mengetahui dan menganalisis perbedaaan abnormal returnsaham sebelum dan

sesudah stock split.

b. Mengetahui dan menganalisis perbedaan trading volume

activitysahamsebelum dan sesudah stock split.

1.4Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi berbagai pihak,

(23)

a. Bagi investor dan calon investor, sebagai bahan pertimbangan dan informasi

tambahan dalam pengambilan keputusan berinvestasi pada perusahaan yang

melakukan pemecahan saham.

b. Bagi emiten atau perusahaan, sebagai sumber informasi tentang dampak

pemecahan saham sehingga dapat digunakan sebagai dasar penentuan

kebijakan perusahaan selanjutnya.

c. Bagi penulis, penelitian diharapkan dapat memberikan tambahan pengetahuan

dan wawasan mengenai stock splitdan implikasinya terhadap pasar saham.

d. Bagi peneliti lain, sebagai bahan referensi untuk penelitian selanjutnya

(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Uraian Teoritis 2.1.1 Pasar Modal

Pada dasarnya, pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk

berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik

dalam bentuk utang, ekuitas (saham), instrumen derivatif, maupun instrumen

lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun

institusi lain (misalnya pemerintah) dan sarana bagi kegiatan investasi. Dengan

demikian pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual

beli dan kegiatan terkait lainnya.

Pasar modal memiliki peran besar bagi perekonomian suatu negara karena

pasar modal menjalankan dua fungsi sekaligus: fungsi ekonomi dan fungsi

keuangan. Pasar modal dikatakan memiliki fungsi ekonomi karena pasar

menyediakan fasilitas atau wahana yang mempertemukan dua kepentingan, yaitu

pihak yang memiliki kelebihan dana (yaitu investor) dan pihak yang memerlukan

dana (yaitu issuer, pihak yang menerbitkan efek atau emiten). Dengan adanya

pasar modal, maka pihak yang memiliki kelebihan dana dapat menginvestasikan

dana tersebut dengan harapan memperoleh imbal hasil (return), sedangkan pihak

issuer (dalam hal ini perusahaan) dapat memanfaatkan dana tersebut untuk

(25)

memberikan kemungkinan dan kesempatan memperoleh imbal hasil bagi pemilik

dana, sesuai dengan karakteristik inve stasi yang dipilih(Darmadji dan Hendy,

2006:1).

2.1.2 Pasar Modal yang Efisien

Tandelilin (2001: 112) menyatakan bahwa pasar yang efisien adalah pasar

dimana harga semua sekuritas yang diperdagangkan telah mencerminkan semua

informasi yang tersedia. Hal tersebut menyiratkan adanya suatu proses

penyesuaian harga sekuritas menuju harga keseimbangan yang baru, sebagai

respons atas informasi baru yang masuk ke pasar.

Fama (1970) dalam Tandelilin (2001: 114-115) mengklasifikasikan bentuk

pasar yang efisien ke dalam tiga Efficient Market Hypothesis (EMH), yaitu:

1. Efisiensi dalam bentuk lemah (weak form)

Pasar efisien dalam bentuk lemah berarti semua informasi di masa lalu

(historis) akan tercermin dalam harga yang terbentuk sekarang. Oleh karena itu,

informasi historis tersebut (seperti harga dan volume perdagangan di masa lalu)

tidak bisa lagi digunakan untuk memprediksi perubahan harga di masa yang

datang, karena sudah tercermin pada harga saat ini. Implikasinya adalah bahwa

investor tidak akan bisa memprediksi nilai pasar saham di masa datang dengan

menggunakan data historis, seperti yang dilakukan dalam analisis teknikal.

2. Efisien dalam bentuk setengah kuat (semistrong)

Efisiensi dalam bentuk setengah kuat merupakan bentuk efisiensi pasar yang

lebih komprehensif karena dalam bentuk ini harga saham di samping dipengaruhi

(26)

dipengaruhi oleh semua informasi yang dipublikasikan (seperti earning, dividen,

pengumuman stock split, penerbitan saham baru, dan kesulitan keuangan yang

dialami perusahaan). Pada pasar yang efisien dalam bentuk setengah kuat ini,

investor tidak dapat berharap mendapatkan abnormal returnjika strategi

perdagangan yang dilakukan hanya didasari oleh informasi yang telah

dipublikasikan.

3. Efisien dalam bentuk kuat (strong form)

Pasar efisien dalam bentuk kuat, semua informasi baik yang terpublikasi atau

tidak dipublikasikan, sudah tercermin dalam harga sekuritas saat ini. Dalam

bentuk efisien kuat seperti ini tidak akan ada seorang investor yang bisa

memperoleh abnormal return.

Pada tahun 1991, Fama mengemukakan penyempurnaan atas klasifikasi

efisiensi pasar tersebut. Efisiensi bentuk lemah disempurnakan menjadi suatu

klasifikasi yang lebih bersifat umum untuk menguji prediktabilitas return (return

predictability). Pada klasifikasi ini, informasi mengenai pola return sekuritas

tidak dapat digunakan untuk memperolehabnormal return. Sedangkan efisiensi

bentuk setengah kuat dan efisiensi bentuk kuat diubah menjadi event studies, dan

pengujian efisiensi pasar dalam bentuk kuat disebut sebagai pengujian private

information.

2.1.3 Pemecahan Saham (Stock Split) 2.1.3.1 Pengertian Pemecahan Saham

(27)

dari harga sebelumnya (Jogiyanto, 2003: 415). Menurut Sartono (2001: 297),

stock split adalah pemecahan nilai nominal saham ke dalam nilai nominal yang

lebih kecil, dengan demikian jumlah lembar saham yang beredar akan meningkat

proporsional dengan penurunan nilai nominal saham. Menurut Szewezyk dan

Tsetsekos (dalam Latifah, 2008: 53) stock split adalah suatu aktivitas yang

dilakukan oleh para manajer perusahaan dengan melakukan perubahan terhadap

jumlah saham yang beredar dan nilai nominal per lembar saham sesuai dengan

split factor.Split factor merupakan perbandingan jumlah saham yang beredar

sebelum dilakukansplit dengan jumlah saham yang beredar setelah split.

Dampak stock split bagi pemegang saham diungkapkan oleh Darmadji dan Hendy

(2006: 184) yaitu jumlah saham yang dimiliki oleh pemegang saham menjadi

bertambah banyak dengan nilai nominal per saham yang lebih kecil, tetapi

bersamaan dengan itu harga saham secara teoritis akan turun secara proporsional.

Secara keseluruhan, nilai kapitalisasi saham tersebut tidak mengalami perubahan.

Dengan adanya pemecahan saham, pemegang saham harus menukarkan sahamnya

terlebih dahulu dengan saham baru hasil pemecahan saham agar dapat

diperdagangkan di bursa. Pada saat dimulainya perdagangan saham dengan nilai

nominal yang baru, maka harga saham tersebut di bursa akan dikoreksi sesuai

dengan rasio dari pemecahan saham atas dasar harga terakhir perdagangan dengan

nilai nominal yang lama. Misalnya, suatu saham nilai nominalnya dipecah dari

Rp. 500 menjadi Rp. 100 dan harga terakhir perdagangan saham tersebut dengan

nominal lama adalah Rp. 750, maka harga pembukaan pada perdagangan dengan

(28)

100/500 x Rp. 750 = Rp. 150

2.1.3.2 Tujuan Pemecahan Saham

Tujuan pemecahan saham (Ahmad, 2004: 196) adalah:

1. Menurunkan harga saham, sehingga menarik pembeli atau investor.

2. Diharapkan harga akan meningkat.

3. Menguntungkan bagi investor, jika dividen yang dibayar lebih besar.

Menurut Halim (2005: 97), tujuan perusahaan melakukan pemecahan saham

adalah untuk menjaga harga pasar saham agar tidak terlalu tinggi sehingga

sahamnya lebih memasyarakat dan lebih banyak diperdagangkan.

2.1.3.3 Teori Pemecahan Saham

Motivasi perusahaan dalam melakukan stock splitsejalan dengan teori-teori

berikut (Mason, Helen dan Roger dalam Rohana et al., 2003: 603-604):

a. Signaling Theory

Teori ini menyatakan bahwa stock split memberikan sinyal yang positif karena

manajer perusahaan akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari

perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan sinyal ini didukung

dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah

perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja yang baik. Jadi jika pasar bereaksi

terhadap pengumuman stock split, reaksi ini karena pasar mengetahui prospek

masa depan perusahaan yang bersangkutan.

Copeland (1979) menyatakan bahwa stock split yang dilakukan oleh emiten

(29)

sebagai akibatnya pasar bereaksi positif. Sebaliknya, perusahaan yang tidak

mempunyai prospek yang baik yang mencoba memberikan sinyal tidak valid

melalui stock split tidak akan mampu menanggung biaya tersebut, sehingga

bukannya stock split akan meningkatkan harga sekuritas tetapi akan

menurunkannya jika pasar cukup canggih untuk mengetahuinya.

b. Trading Range Theory

Teori ini menyatakan bahwa manajemen melakukan stock split didorong oleh

perilaku praktisi pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan

stock split dapat menjaga harga saham tidak terlalu mahal, dimana saham dipecah

karena ada batas harga yang optimal untuk saham dan untuk meningkatkan daya

beli investor sehingga tetap banyak orang yang mau memperjual-belikannya yang

pada akhirnya akan meningkatkan likuiditas perdagangan saham.

McGough (1993: 59) mengemukakan bahwa manfaat yang diperoleh dari

stock split adalah penurunan harga saham yang selanjutnya menambah daya tarik

untuk memiliki saham tersebut sehingga membuat saham menjadi lebih likuid

untuk diperdagangkan dan mengubah investor odd lot menjadi investor round lot.

Investor odd lot adalah investor yang membeli saham di bawah 500 lembar (1 lot),

sedangkan investor round lot adalah investor yang membeli saham minimal 500

lembar (1 lot).

2.1.3.4 Jenis Pemecahan Saham

Menurut Samsul (2006: 190) ada dua jenis pemecahan sahamyang dapat

dilakukan, yaitu:

(30)

Tindakan split up akan meningkatkan jumlah saham beredar dan menurunkan

harga saham di pasar sehingga terjangkau oleh para investor. Split up juga dapat

membuat likuiditas perdagangan meningkat dan pada gilirannya dapat

meningkatkan image saham perusahaan sebagai saham yang likuid

diperdagangkan. Split 1:2 berarti satu saham lama ditarik dari peredaran dan

diganti dengan 2 saham baru tetapi nominal saham baru itu lebih kecil, yaitu ½

dari nominal sebelumnya. Tindakan split up hanya akan menaikkan jumlah

saham dan menurunkan nominal saham, tetapi tidak mengubah total modal disetor

dan total ekuitas.

b. Pemecahan saham turun (split down atau reverse split)

Split down atau reverse splitadalah tindakan menurunkan jumlah saham

beredar. Tujuan split down adalah untuk meningkatkan harga saham di pasar agar

image perusahaan meningkat. Split down dilakukan dengan menarik kembali

sejumlah saham yang beredar dan diganti dengan saham baru yang nominalnya

lebih tinggi, tetapi tidak mengubah total modal disetor dan total ekuitas.Split 5:1

berarti 5 saham lama diganti dengan satu saham baru.

McGough (1993: 58) mengatakan bahwa pasar modal Amerika yang diwakili oleh

New York Stock Exchange (NYSE) juga mengatur kebijakan mengenai stock split.

NYSE membedakan stock split menjadi dua, yaitu pemecahan saham sebagian

(partial stock split) dan pemecahan saham penuh (full stock split). Partial stock

split adalah tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 25% atau lebih tetapi

(31)

tambahan distribusi saham yang beredar sebesar 100% atau lebih dari jumlah

saham beredar yang lama.

2.1.4 Abnormal Return

Menurut Jogiyanto (2003: 433), studi peristiwa menganalisis return tidak

normal (abnormal return) dari sekuritas yang mungkin terjadi di sekitar

pengumuman dari suatu peristiwa. Abnormal returnatau excess return merupakan

kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return normal. Return

normal merupakan return ekspektasi (return yang diharapkan oleh investor).

Dengan demikian return tidak normal (abnormal return) adalah selisih antara

return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi.

Formula yang digunakan untuk menghitung abnormal return(Jogiyanto,

2003:434) adalah sebagai berikut:

ARi,t = Ri,t – E[Ri,t]

Keterangan:

ARi,t = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i untuk periode

peristiwa ke-t

E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t

Actual return atau return sesungguhnya merupakan return keseluruhan

dari suatu investasi dalam periode tertentu, secara matematis dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Ri,t =

��,�−��,�−1

(32)

Keterangan:

Ri,t = actual return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Pi,t = harga saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Pi, t-1

a. Mean-adjusted Model

= harga saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t-1

Sedangkan expected return atau return ekspektasi merupakan return yang

harus diestimasi. Brown dan Warner (1985) dalam Jogiyanto (2003: 434)

mengestimasi return ekspektasi menggunakan beberapa model estimasi sebagai

berikut:

Model disesuaikan rata-rata (mean-adjusted model) menganggap bahwa

return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan return realisasi sebelumnya

selama periode estimasi (estimation period), sebagai berikut:

E[Ri,t] =

∑�2=1Ri,j

Keterangan:

E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Ri,j

b. Market Model

= return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

T = lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2

Periode estimasi (estimation period) merupakan periode sebelum periode

peristiwa. Periode peristiwa (event period) disebut juga dengan periode

(33)

Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar (market model) dilakukan

dengan dua tahap, yaitu membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data

realisasi selama periode estimasi dan menggunakan model ekspektasi ini untuk

mengestimasi return ekspektasi di periode jendela.

Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS (Ordinary

Least Square) dengan persamaan:

Ri,j = αi + βi . RMj+ εi,j

Keterangan:

Ri,j = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

αi = intercept untuk sekuritas ke-i

βi = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritas ke-i

RMj = return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung

dengan rumus RMj =

IHSG j – IHSG j−1

IHSG j−1 dengan IHSG adalah Indeks Harga

Saham Gabungan

εi,j

c. Market-adjusted Model

= kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j

Model disesuaikan pasar (market-adjusted model) menganggap bahwa

penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return

indeks pasar pada saat tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak

perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena

return sekuritas yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar.

E[Ri,t] = R

Keterangan:

(34)

E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

RMt = return indeks pasar pada periode estimasi ke-t

ARi,t = Ri,t - RMt

Keterangan:

ARi,t = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i untuk periode

peristiwa ke-t

RMt

Volume perdagangan saham merupakan bagian yang diterima dalam

analisis teknikal untuk penilaian harga saham. Kegiatan perdagangan dalam

volume yang sangat tinggi di suatu bursa akan ditafsirkan sebagai tanda pasar

akan membaik (bullish). Peningkatan volume perdagangan diiringi dengan

peningkatan harga merupakan gejala yang makin kuat akan kondisi bullish

(Meidawati dan Mahendra, 2004: 93).

= return indeks pasar pada periode estimasi ke-t

2.1.5 Trading Volume Activity(TVA)

Likuditas saham merupakan salah satu indikator yang digunakan untuk

melihat reaksi pasar terhadap suatu pengumuman, dimana likuditas saham dapat

dilihat dari volume perdagangan saham. Foster (1986) dalam Suntoro dan Imam

(2003: 122) menyatakan bahwa volume perdagangan saham diukur dengan

melihat indikator Trading Volume Activity (TVA). Aktivitas perdagangan saham

dihitung untuk setiap saham dengan membandingkan antara jumlah saham yang

(35)

Menurut Sumiyana (2007) dalam Indarti dan Desti (2011: 58) volume

perdagangan merupakan jumlah transaksi yang diperdagangkan pada waktu

tertentu. Volume diperlukan untuk menggerakan harga saham. Naiknya volume

perdagangan merupakan kenaikan aktivitas jual beli para investor di bursa.

Semakin meningkat volume penawaran dan permintaan suatu saham, semakin

besar pengaruhnya terhadap fluktuasi harga saham di bursa, dan semakin

meningkatnya volume perdagangan saham menunjukkan semakin diminatinya

saham tersebut oleh masyarakat.

2.1.6 Studi Peristiwa (Event Study)

Studi peristiwa merupakan metodologi yang ditemukan oleh Eugene Fama

pada tahun 1969 yang tujuannya mengamati reaksi pasar terhadap suatu peristiwa

atau event yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu pengumuman. Event

study berguna untuk menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman, di

samping itu juga berguna untuk menguji efisiensi pasar bentuk setengah kuat.

Pengujian kandungan informasi dimaksudkan untuk mengetahui reaksi

dari suatu pengumuman, tetapi tidak menguji seberapa cepat pasar itu bereaksi.

Jika pengumuman mengandung informasi (information content), maka diharapkan

pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman diterima oleh pasar. Reaksi pasar

ditunjukkan dengan adanya perubahan harga pada sekuritas yang bersangkutan

(36)

2.2Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang pemecahan saham telah banyak dilakukan antara lain

penelitian yang dilakukan oleh Rusliati dan Esti (2010) dengan judul “Pemecahan

Saham Terhadap Likuiditas dan Return Saham”. Penelitian ini bertujuan untuk

mengetahui pengaruh pemecahan saham terhadap likuiditas saham yang dilihat

dari perbedaan bid-ask spread dan terhadap return saham yang diukur dengan

abnormal return sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan go public tahun

2006-2008. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan bid-ask

spread dan abnormal return sahamyang signifikan sebelum dan sesudah

pemecahan saham.

Utami et al. (2009) melakukan penelitian dengan judul “Dampak

Pengumuman Stock Split Terhadap Return, Variabilitas Tingkat Keuntungan dan

Aktivitas Volume Perdagangan Saham”. Utami et al. melakukan studi pada

perusahaan manufaktur di BEJ yang melakukan stock split pada bulan Mei 1997

sampai akhir tahun 1999. Pengujian terhadap abnormal return menghasilkan

kesimpulan yang sama untuk periode yang diperpanjang (10 hari di sekitar

peristiwa) dan periode yang diperpendek (3 hari di sekitar peristiwa), yaitu tidak

terdapat perbedaan abnormal return yang signifikan sebelum dan sesudah stock

split. Sedangkan untuk pengujian terhadap trading volume activity untuk kedua

periode tersebut juga menghasilkan kesimpulan yang sama, yaitu tidak terdapat

perbedaan trading volume activity yang signifikan sebelum dan sesudah stock

(37)

Tanjung (2007) melakukan penelitian dengan judul “Stock Split: Pengujian

Terhadap Signaling dan Trading Range pada Bursa Efek Jakarta”. Pengujian

terhadap signaling adalah dengan membandingkan pertumbuhan laba perusahaan

yang melakukan pemecahan saham sebelum melakukan pemecahan saham dengan

perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham dan membandingkan

peningkatan laba setiap tahun selama empat tahun sebelum pemecahan saham

pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham. Hasil pengujian ini tidak

membuktikan adanya signaling. Sedangkan pengujian terhadap trading range

adalah dengan membandingkan harga pasar saham perusahaan yang melakukan

pemecahan saham dengan perusahaan yang tidak melakukan pemecahan saham

dan membandingkan volume perdagangan saham sebelum dan sesudah

pemecahan saham pada perusahaan yang melakukan pemecahan saham. Hasil

pengujian ini membuktikan adanya trading range.

Farinha dan Nuno (2006) melakukan penelitian dengan judul “Stock Splits:

Real Effects orJust a Question of Maths? (An Empirical Analysis of

ThePortuguese Case)”. Penelitian dilakukan di pasar modal Portugis selama

periode Oktober 1999 sampai dengan Juni 2003. Selama periode ini terdapat

sebanyak 26 peristiwa stock split yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan

volume perdagangan, resiko sistematis saham dan earning per share tidak

mengalami perbedaan yang signifikan dan terdapat perbedaan abnormal return

yang signifikan di sekitar tanggal pengumuman stock split.

Kurniawati (2003) melakukan penelitian dengan judul “Analisis

(38)

Non-Synchronous Trading”.Sampel penelitian ini adalah perusahaan yang melakukan

stock split pada periode Juni 1994 sampai Juni 1997 di Bursa Efek Jakarta.

Penelitian ini menganalisis kandungan informasi dari pengumuman stock split

yang dilihat dari ada tidaknya abnormal return di sekitar tanggal peristiwa dan

menguji reaksi pasar terhadap pengumuman stock split melalui tingkat likuiditas

saham yang meliputi resiko sistematis, volume perdagangan dan bid-ask spread

saham.Hasil penelitian menunjukkan bahwa stock split memiliki kandungan

informasi sehingga direspon oleh pasar yang ditunjukkan dengan adanya

abnormal return. Pada pengujian likuiditas saham menunjukkan hanya beta saja

yang memiliki perbedaan yang signifikan, sedangkan volume perdagangan dan

bid-ask spreadtidak berbeda secara signifikan sebelum dan sesudah stock split.

Sutrisno et al. (2000) melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Stock

Split Terhadap Likuiditas Saham dan Return Saham di BEJ.” Penelitian ini

mengambil sampel perusahaan yang melakukan pemecahan saham pada periode

1996-1997, yaitu sejumlah 15 perusahaan. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa

tidak terdapat perbedaan varians saham dan abnormal return yang signifikan

sebelum dan sesudah stock split dan terdapat perbedaan harga saham, volume

perdagangan saham dan bid-ask spread yang signifikan sebelum dan sesudah

stock split baik ditinjau secara individual maupun sebagai sebuah portofolio.

Tabel 2.1 di bawah ini merupakan ringkasan penelitian terdahulu tentang

(39)
[image:39.595.115.510.113.754.2]

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu No. Peneliti

(Tahun)

Judul Variabel

Penelitian

Teknik Analisis

Hasil Penelitian

1. Ellen

Rusliati dan Esti Nur Farida (2010) Pemecahan Saham Terhadap Likuiditas dan

Return Saham

Variabel Independen: Stock Split Variabel Dependen: Bid-Ask Spread

dan Abnormal return

Paired Sample t-Test

Tidak terdapat

perbedaan

bid-ask spread dan

abnormal return yang signifikan

sebelum dan

sesudah stock

split

2. Tiwi

Nurjannati Utami, Ghozali Maski dan H.M. Syafe’i Idrus (2009) Dampak Pengumuman Stock Split Terhadap Return, Variabilitas Tingkat Keuntungan dan AktivitasVolu me Perdagangan Saham Variabel Independen: Stock Split Variabel Dependen:

Abnormal return, Variabilitas Tingkat Keuntungan, Aktivitas Volume Perdagangan Paired Sample t-Test Tidak terdapat perbedaan abnormal return, varibilitas tingkat keuntungan dan volume perdagangan saham yang signifikan sebelum dan

sesudah stock

split

3. Abdul

Hafiz Tanjung (2007)

Stock Split: Pengujian Terhadap

Signaling dan

Trading Range pada Bursa Efek Jakarta Variabel Independen: Stock Split Variabel Dependen: Pertumbuhan Laba, Peningkatan Laba, Harga Saham, Volume Perdagangan Saham Paired Sample t-Test Terdapat perbedaan volume perdagangan saham yang signifikan sebelum dan

sesudah stock

split

4. Jorge

Farinha dan Nuno Filipe Basilio (2006)

Stock Splits: Real Effects or

Just a Question of Maths? (An Empirical Analysis of The Portuguese Case) Variabel Independen: Stock Split Variabel Dependen: Volume Perdagangan

Saham, Abnormal

Return, Beta

Paired Sampe t-Test Terdapat perbedaan abnormal return yang sangat signifikan pada saat dan setelah

pengumuman

(40)

No. Peneliti (Tahun)

Judul Variabel

Penelitian

Teknik Analisis

Hasil Penelitian

Saham, EPS tidak terdapat

perbedaan volume perdagangan, beta saham dan EPS yang signifikan

5. Indah

Kurniawati (2003)

Analisis Kandungan Informasi

Stock Split dan Likuiditas Saham: Studi Empiris pada Non-Synchronous Trading Variabel Independen: Stock Split Variabel Dependen:

Abnormal Return, Resiko Sistematis (Beta), Volume Perdagangan

Saham dan

Bid-ask Spread Paired Sample t-Test Terdapat perbedaan beta saham yang signifikan sebelum dan

sesudah stock

split dan tidak terdapat perbedaan volume perdagangan saham dan bid-ask spread yang signifikan sebelum dan

sesudah stock

split

6. Wang

Sutrisno, Francisca Yuniartha dan Soffy Susilowati (2000) Pengaruh Stock Split Terhadap Likuiditas dan

Return Saham di Bursa Efek Jakarta Variabel Independen: Stock Split Variabel Dependen: Harga Saham, Volume Perdagangan

Saham, Bid-Ask

Spread, Varians

Saham, Abnormal

Return Paired Sample t-Test Tidak terdapat perbedaan varians saham, abnormal return yang signifikan sebelum dan

sesudah stock

split dan terdapat perbedaan harga saham, volume perdagangan saham dan bid-ask spread yang signifikan sebelum dan

sesudah stock

(41)

2.3Kerangka Konseptual

Event study merupakan studi untuk mempelajari reaksi pasar terhadap

suatu peristiwa (event) yang informasinya dipublikasikan sebagai suatu

pengumuman dan menguji kandungan informasi dari suatu pengumuman.

Peristiwa yang diamati dalam penelitian ini adalah pemecahan saham (stock split).

Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan harga pada sekuritas yang

bersangkutan. Reaksi ini dapat diukur dengan menggunakan return sebagai nilai

perubahan harga atau abnormal return. Marwata (2001: 154) menyatakan bahwa

harga saham yang menjadi lebih rendah setelah stock split menyebabkan

banyaknya transaksi yang akan dilakukan sehingga harga saham sering berubah

dan memberikan peluang bagi investor untuk memperoleh abnormal return.

Ketika kebijakan stock split memberikan informasi, pasar diharapkan akan

bereaksi pada saat informasi tersebut diterima. Pasar menganggap informasi

tersebut merupakan berita baik (good news) ditunjukkan dengan adanya abnormal

return yang positif, artinya terjadi kenaikan harga saham perusahaan yang dapat

meningkatkan return bagi pemegang saham. Jika pasar menganggap bahwa

informasi tersebut merupakan berita buruk (bad news) maka abnormal return

bernilai negatif, artinya terjadi penurunan harga saham (Almilia dan Emanuel,

2005: 3).

Selain menggunakan abnormal return, reaksi pasar juga dapat dilihat dari

perubahan volume perdagangan saham yang diukur dengan menggunakan

Trading VolumeActivity(TVA).Survei yang dilakukan oleh Baker dan Gallagher

(42)

manajer cenderung menyebutkan alasan likuditas sebagai motivasi aktivitas stock

split. Ikenberry et al. (1996) menyatakan bahwa stock split mengakibatkan

terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. Dengan

adanya stock split, harga saham akan menjadi lebih rendah sehingga akan menarik

investor untuk memiliki saham tersebut. Menurut Copeland (1979), semakin

banyak investor yang melakukan transaksi terhadap saham tersebut maka volume

perdagangan saham akan meningkat sehingga saham semakin likuid.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan

sebelumnya, maka dapat disusun model kerangka konseptual yang ditunjukkan

[image:42.595.131.477.381.551.2]

pada Gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap masalah penelitian yang

kebenarannya masih harus diuji secara empiris(Suryabrata, 2006:21). Berdasarkan

perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya Abnormal Return

Sebelum Stock Split

Trading Volume Activity (TVA) Sebelum Stock Split

Trading Volume Activity (TVA) Sebelum Stock Split

(43)

H1: Terdapat perbedaanabnormal returnsaham yang signifikan sebelum dan

sesudah stock split

H2: Terdapat perbedaan trading volume activity saham yang signifikan sebelum

dan sesudah stock split

BAB III

(44)

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif.

Penelitian deskriptif adalah bentuk penelitian yang ditujukan untuk

mendeskripsikan fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena

buatan manusia. Fenomena ini dapat berupa bentuk, aktivitas, karakteristik,

perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan antara fenomena satu dengan

lainnya. Penelitian juga menggunakan pendekatan kuantitatif angka-angka

statistik yang bertujuan untuk menguji teori, membangun fakta, menunjukkan

hubungan antarvariabel, memberikan deskripsi statistik, menaksir dan

meramalkan hasilnya.

3.2Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Bursa Efek Indonesia melalui media internet dengan

menggunakan situs

b. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakansejak bulan November 2013 sampai denganbulan

April 2014.

(45)

Adapun yang menjadi batasan operasional dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

a. Variabel yang digunakan dalam penelitian terdiri dari:

1. Variabel independen (X)

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pemecahan saham (stock

split).

2. Variabel dependen (Y)

Variabel dependen dalam penelitian ini adalah abnormal return dan trading

volume activity.

b. Data yang digunakan dalam penelitian adalah:

1. Tanggal pengumuman stock split yang digunakan sebagai event date (t0)

2. Harga saham penutupan harian perusahaan yang melakukan stock split pada

periode pengamatan, yaitu 7 hari sebelum dan 7 hari sesudah pengumuman

stock split

3. Data harian Index Harga Saham Gabungan (IHSG)

4. Jumlah saham yang diperdagangkan secara harian

5. Jumlah saham yang beredar atau listed share

3.4 Definisi Operasional Variabel a. Stock Split

Pemecahan saham (stock split) adalah pemecahan jumlah lembar saham

menjadi jumlah lembar yang lebih banyak dengan menggunakan nilai nominal

(46)

b. Abnormal Return

Abnormal returnatau excess return merupakan kelebihan dari return yang

sesungguhnya terjadi terhadap return normal atau selisih antara return

sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi (Jogiyanto, 2003:434).

ARi,t = Ri,t – E[Ri,t]

Keterangan:

ARi,t = abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke –t

Ri,t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-i untuk periode

peristiwa ke-t

E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i untuk periode peristiwa ke-t

Actual return atau return sesungguhnya merupakan return keseluruhan

dari suatu investasi dalam periode tertentu, secara matematis dapat dirumuskan

sebagai berikut:

Ri,t =

��,�−��,�−1

��,�−1

Keterangan:

Ri,t = actual return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Pi,t = harga saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

Pi, t-1 = harga saham sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t-1

Expected return adalah return yang diharapkan akan diperoleh oleh

investor di masa mendatang. Penelitian ini menggunakan market-adjusted model

untuk menghitung expected return dengan rumus:

(47)

E[Ri,t] = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke-t

RMt = return indeks pasar pada periode estimasi ke-t yang dapat dihitung

dengan rumus RMt =

IHSG t – IHSG t−1

IHSG t−1 dengan IHSG adalah Indeks Harga

Saham Gabungan

Average Abnormal Return(ARR) merupakan rata-rata abnormal return

(ARi,t) dari setiap jenis saham yang dianalisis (Samsul, 2006:276):

AARt =

∑ ���,�

Keterangan:

AARt = rata-rata abnormal return pada waktu t

ARi,t

c. Trading Volume Activity (TVA)

= abnormal return sekuritas ke-i pada periode peristiwa ke –t

N = jumlah periode jendela

Volume perdagangan saham dapat dilihat dengan menggunakan indikator

trading volume activity, yaitu dengan membandingkan jumlah saham perusahaan

yang diperdagangkan dalam suatu periode tertentu dengan jumlah saham yang

beredar dari perusahaan tersebut pada kurun waktu yang sama, menurut Jones

(2002) dalam Ghoniyah et al. (2008: 6) didapat persamaan sebagai berikut:

TVAi,t=

∑ saham i yang diperdagangkan pada waktu t

∑ saham i yang beredar pada waktu t

Jika trading volume activity setiap perusahaan pada tujuh hari sebelum dan tujuh

hari sesudah stock split diketahui, selanjutnya dihitung rata-rata TVA sebelum dan

(48)

XTVAi,t

Keterangan:

XTVA

= ∑ ����,�

i,t= rata-ratatrading volume activity perusahaan i pada waktu t

∑ TVAi,t

No.

= trading volume activity perusahaan i pada waktu t

[image:48.595.112.512.267.563.2]

N = jumlah periode jendela

Tabel 3.1

Ringkasan Definisi Operasional Variabel Variabel

Penelitian

Definisi Operasional

Pengukuran

1. Abnormal Return

Selisih antara return

sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasi

ARi,t = Ri,t – E[Ri,t]

2. Trading Volume Activity

Perbandingan antara jumlah saham perusahaan yang

diperdagangkan pada periode tertentu dengan jumlah saham yang beredar pada kurun waktu yang sama

TVAi,t=

∑ saham i yang diperdagangkan pada waktu t

∑ saham i yang beredar pada waktu t

3.5Populasi dan Sampel

Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

go public yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang melakukan kebijakan stock

(49)

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah teknik

non-probability sampling dengan metode purposive sampling.Metode purposive

sampling adalah metode penetapan sampel dengan didasarkan pada

kriteria-kriteria tertentu. Kriteria-kriteria-kriteria tersebut bertujuan memberikan informasi yang

maksimal (Suliyanto, 2006: 125). Adapun kriteria dalam pengambilan sampel

adalah:

1. Perusahaan hanya melakukan kebijakan stock split sebanyak sekali selama

tahun 2009-2013 sehingga tidak terjadi perhitungan ganda.

2. Perusahaan hanya melakukan kebijakan stock split dan tidak melakukan

kebijakan (corporate action) lainnya, seperti warrant, right issue, dan

pengumuman lainnya. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk

mengantisipasipengaruhyang ditimbulkan peristiwa lain terhadap harga dan

volume perdagangan saham.

3. Saham aktif diperdagangkan selama periode pengamatan, yaitu 7 hari sebelum

dan 7 hari sesudah pengumuman stock split.

4. Perusahaan memiliki data yangtersedia secara lengkap untuk kebutuhan

analisis.

Berdasarkan kriteria-kriteria pemilihan sampel, maka perusahaanyang

memenuhi kriteria dan akan menjadi sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak

[image:49.595.113.517.673.752.2]

25 emiten.

Tabel 3.2

Daftar Sampel Penelitian No. Kode

Saham

Nama Perusahaan Tanggal

Pengumuman Stock Split

Rasio Stock Split

(50)

2. TURI Tunas Ridean Tbk 17 Juni 2010 1:4 3. DVLA Darya-Varia Laboratoria

Tbk

12 November 2010

1:2

4. CPIN Charoen Pokphand

Indonesia Tbk

08 Desember 2010

1:5

5. BBRI Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk

11 Januari 2011 1:2

6. LSIP PP London Sumatera Tbk 25 Februari 2011 1:5 7. BTPN Bank Tabungan Pensiunan

Nasional Tbk

28 Maret 2011 1:5

8. INTA Intraco Penta Tbk 06 Juni 2011 1:5

9. MAIN Malindo Feedmill Tbk 15 Juni 2011 1:5 10. AUTO Astra Otoparts Tbk 24 Juni 2011 1:5 11. SSIA Surya Semesta Internusa

Tbk

07 Juli 2011 1:4

12. MTFN Capitalinc Investment Tbk 11 Juli 2011 1:5 13. JTPE Jasuindo Tiga Perkasa Tbk 26 Juli 2011 1:5

14. PTRO Petrosea Tbk 06 Maret 2012 1:10

15. ASII Astra International Tbk 05 Juni 2012 1:10

16. IMAS Indomobil Sukses

Internasional Tbk

07 Juni 2012 1:2

17. IDKM Indosiar Karya Media Tbk 03 Oktober 2012 1:5 18. KLBF Kalbe Farma Tbk 08 Oktober 2012 1:5 19. SCMA Surya Citra Media Tbk 29 Oktober 2012 1:5 20. ACES Ace Hardware Indonesia

Tbk

01 November 2012

1:10

21. BRNA Berlina Tbk 06 November

2012

1:5

22. JPFA JAPFA Comfeed Indonesia Tbk

19 April 2013 1:5

23. TLKM Telekomunikasi Indonesia Tbk

28 Agustus 2013 1:5

24. MDLN Modernland Realty Tbk 13 November 1:2 No. Kode

Saham

Nama Perusahaan Tanggal

Pengumuman Stock Split

Rasio Stock Split

2013 25. ROTI Nippon Indosari Corpindo

Tbk

29 November 2013

1:5

(51)

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu

data yang diterbitkan atau digunakan oleh organisasi yang bukan pengolahnya

(Suliyanto, 2006: 132). Sumber data penelitian ini antara lain diperoleh dari

Indonesian Capital Market Directory (ICMD) 2009-2013, IDX Statisticstahun

2009-2013, dan mengakses websit

3.7Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka

dan studi dokumentasi, yaitu mencatat dan menelaah aspek-aspek atau

dokumen-dokumen yang berhubungan dengan objek penelitian.Metode pengumpulan data

melalui studi pustaka, yaitu mengumpulkan data dari literatur, jurnal dan

buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Metode pengumpulan data

melalui studi dokumentasi, yaitu mengumpulkan data-data yang dipublikasikan

disitus resmi Bursa Efek Indonesia (BEI)yaitIndonesian Capital

Market Directory (ICMD) 2009-2013dan data historis lainnya dengan mengakses

websit

3.8 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apakah

terdapat perbedaan abnormal return dan trading volume activity pada periode

sebelum dan sesudah pengumuman pemecahan saham. Peneliti menggunakan

bantuan program software SPSS (Statistical Product and Service Solutions) 16.0

(52)

Jendela peristiwa (event window) yang digunakan dalam penelitian ini

adalah tujuh hari sebelum stock split (t-7 sampai dengan t-1) dan tujuh hari

sesudahstock split (t+1 sampai dengan t+7), sedangkan tanggal stock split

merupakan hari ke-0 (t0). Penentuan event window tersebut untuk menghindari

pengaruh informasi lain yang dapat mempengaruhi perubahan volume

perdagangan dan harga saham yang bersangkutan.Jika periode

pengamatandiambil terlalu lama dikhawatirkan akan terjadi confounding effect,

yaitu dampak tercampurnya suatu peristiwa dengan peristiwa lain yang dapat

memengaruhi hasil.

Event Date

-7 0 +7

Event Window

Gambar 3.1

Jendela Peristiwa (Event Window) dan Tanggal Pengumuman (EventDate) Stock Split

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut:

3.8.1 Analisis Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang

dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum,

sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi) (Ghozali, 2006: 19).

(53)

Dalam mendeteksi normalitas data, peneliti menggunakan uji

statistikKolmogorov-Smirnov. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah

data dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak, dengan membandingkan

Asymptotic Significance dengan tingkat keyakinan (α).Dalam pengujian ini tingkat

keyakinan (α ) yang digunakan adalah 0,05.

Adapun kriteria pengujian adalah sebagai berikut (Santoso, 2012: 45):

a. JikaAsymp. Sig> 0,05, maka databerdistribusi normal.

b. Jika Asymp. Sig<0,05, maka data tidak berdistribusi normal.

Uji normalitas ini akan dapat menentukan alat uji selanjutnya yang

digunakan dalam penelitian. Jika hasil uji menunjukkan data berdistribusi normal,

maka uji beda yang digunakan adalah uji parametrik (paired sample t-test). Tetapi

jika data tidak berditribusi normal, maka uji beda yang digunakan adalah uji

non-parametrik (wilcoxon signed rank test).

3.8.3 Uji Hipotesis

Apabila data berditribusi normal, maka pengujian terhadap hipotesis

menggunakananalisis statistik parametrik (paired sample t-test).Sementaraapabila

data tidak berditribusi normal, maka pengujian terhadap hipotesis menggunakan

analisis statistik non-parametrik (wilcoxon signed rank test).

1. Paired Sample t-Test

Paired sample t-test atau uji sampel berpasangan merupakan uji parametrik

yang digunakan untuk menguji sampel yang dipasangkan dari dua periode

pengamatan yang berbeda, yaitu sebelum dan sesudah diberi perlakuan

(54)

a. Merumuskan hipotesis

Pengujian ini menggunakan hipotesis:

1. H01 : AARsebelum=AARsesudah

H

, artinya tidak terdapat perbedaan

averageabnormal return saham sebelum dan sesudah stock split

a1 : AARsebelum≠ AARsesudah

2. H

, artinya terdapat perbedaan abnormal return

saham sebelum dan sesudah stock split

o2 : XTVAsebelum =XTVAsesudah

H

, artinya tidak terdapat perbedaan trading

volume activity saham sebelum dan sesudah stock split

a2 : XTVAsebelum≠ XTVAsesudah

b. Menentukan level of significance, yaitu sebesar 5% atau α = 0,05

, artinya terdapat perbedaan trading volume

activity saham sebelum dansesudah stock split

c. Melakukan pengujian dengan alat uji paired sample t-test

d. Kriteria pengujian:

Berdasarkan perbandingan thitung dengan ttabel:

H0 diterima jika thitung ≤ ttabel atau thitung ≥ -ttabel

Haditerima jika thitung > ttabel atau thitung < -ttabel

Berdasarkan nilai probabilitas:

H0 diterima jika Pval

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual
Tabel 3.1 Ringkasan Definisi Operasional Variabel
Tabel 3.2 Daftar Sampel Penelitian
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hipotesis yang dikemukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah reverse stock split dan terdapat perbedaan trading volume

Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memberikan bukti empiris mengenai perbedaan bid-ask spread, trading volume activity dan abnormal return sebelum dan sesudah

Hasil penelitian volume perdagangan saham membuktikan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara volume perdagangan saham sebelum dan sesudah stock split

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan abnormal return dan volume perdagangan saham yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah terjadinya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis perbedaan abnormal return dan volume perdagangan saham yang signifikan pada saat sebelum dan sesudah terjadinya

Akhmad, Arifin dan Rika Ramadiyansari, 2013, “Analisis Perbandingan Abnormal Return, Volume Perdagangan Saham dan Likuiditas Sebelum dan Sesudah Stock Split Pada

Hipotesis yang dikemukan dalam penelitian ini adalah terdapat perbedaan abnormal return sebelum dan sesudah reverse stock split dan terdapat perbedaan trading

Saran kepada investor yakni melihat tidak adanya perbedaan yang signifikan abnormal return saham antara sebelum dan sesudah dilakukan reverse stock split maka saran