• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran dari perencanaan distribusi yang telah dilakukan sehingga dapat memberikan suatu masukan bagi pihak perusahaan.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II

TINJ AUAN PUSTAKA

2.1

Pengertian Distribusi

Distribusi adalah suatu penyampaian barang atau jasa dari produsen ke konsumen dan pemakai, sewaktu dan dimana barang atau jasa tersebut diperlukan ( Indrajit, 2006 Manajemen Operasi ). Sistem distribusi itu sendiri, secara bebas dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu sistem tarik ( Pull system ) dan sistem dorong ( Push System ). ( Richardus, 2007 Manajemen Operasi ).

Kegiatan distribusi semakin penting artinya bagi supply chain dewasa ini dengan semakin banyaknya perusahaan yang harus melakukan pengiriman langsung ke pelanggan. Tumbuhnya industri dot com yang menyediakan pelayanan pembelian on-line dengan pengiriman langsung ke pintu pelanggan membuat kegiatan distribusi menjadi semakin besar pada supply chain. Pelangan yang membeli buku di toko akan menanggung biaya distribusi yang lebih rendah dibandingkan dengan mereka yang membeli buku secara on-line dan dihantar langsung ke alamat pelanggan. Distribusi juga bagian yang bertanggung terhadap perencanaa, palaksananaan, dan pengendalian aliran material dari produsen ke konsumen dengan suatu keuntungan. Jenis – jenis distribusi persediaan terdiri dari distribusi fisik, sistem distribusi push and pull dan Distirbution Requirement Planning.

Tetapi salah satu hal penting yang perlu dipertimbangkan dalam mengelola kegiatan pengiriman adalah tradeoff antara biaya dengan kecepatan respon dari suatu mode distribusi. Biaya pengiriman akan tinggi kalau perusahaan

sangat mementingkan kecepatan respon. Misalnya, apabila semua order dikirim dalam jangka waktu satu hari sejak ada permintaan order, maka seringkali pengiriman dilakukan dengan volume kecil dan tidak mencapai skala ekonomi yang memadai. Perusahaan sering melakukan penggabungan pesanan dalam beberapa periode yang berbeda sehingga pengiriman tidak dilakukan setiap hari misalnya, tetapi tiap dua atau tiga hari. Praktek melakukan penggabungan waktu dalam proses pengiriman ini biasanya dinamakan dengan istilah temporal aggregation.

2.2 Fungsi Distribusi

Manajemen distribusi harus mampu mengatur dan mengendalikan arus penerimaan dan pengiriman produk , serta kemampuan analisa transportasi yang kuat dalam pendistribusian produk perusahaan.

Tiga pengertian penting dalam mendukung pelaksanaan manajemen distribusi yaitu :

1. Fungsi distribusi sebagai salah satu fungsi transportasi perusahaan yang merupakan fungsi bisnis.

2. Sistem distribusi tidak dapat terlepas dari sistem secara keseluruhan dalam perusahaan , dimana terkait dengan bidang-bidang fungsi lain diluar produksi dan operasi.

3. Unsur penting dalam distribusi adalah pengambilan keputusan dan analisa transportasi maka penekanan utama dalam pembahasan distribusi adalah suatu proses pengambilan keputusan dan kemampuan analisa.

Pada prinsipnya fungsi distribusi ini bertujuan untuk menciptakan pelayanan yang tinggi ke pelanggan yang bisa dilihat dari tingkat service level

yang dicapai, kecepatan pengiriman, kesempurnaan barang sampai ke tangan pelanggan, serta pelayanan purna jual yang memuaskan.

Dalam upayanya untuk memenuhi tujuan-tujuan di atas, siapapun yang melaksanakan (internal perusahaan atau mitra pihak ketiga), manajemen distribusi pada umumnya melakukan sejumlah fungsi dasar yang terdiri dari :

1. Melakukan segmentasi dan menentukan target service level segmentasi pelanggan perlu dilakukan karena kontribusi mereka pada revenue perusahaan bisa sangat bervariasi dan karakteristik tiap pelanggan bisa sangat berbeda antara satu dengan lainya.

2. Menentukan mode distribusi yang akan digunakan. Tiap mode distribusi memiliki karakteritik yang berbeda dan mempunyai keunggulan serta kelemahan yang berbeda juga. Kombinasi dua atau lebih mode transportasi tentu bisa atau bahkan harus dilakukan tergantung pada situasi yang dihadapi. 3. Melakukan konsolidasi informasi dan pengiriman. Konsolidasi merupakan

kata kunci yang sangat penting dewasa ini. Tekanan untuk melakukan pengiriman cepat namun murah menjadi pendorong utama perlunya melakukan konsolidasi informasi maupun pengiriman. Salah satu contoh konsolidasi informasi adalah konsolidasi data permintaan dari berbagai regional distribution center oleh central warehouse untuk keperluan pembuatan jadwal pengiriman.

4. Melakukan penjadwalan dan penentuan rute pengiriman. Salah satu kegiatan operasional yang dilakukan oleg gudang atau distributor adalah menentukan kapan sebuah truk harus berangkat dan rute mana yang harus dilalui untuk memenuhi permintaan dari sejumlah pelanggan. Apabila jumlah pelanggan

sedikit, keputusan ini bisa diambil dengan relative gampang. Penjadwalan dan penentuan rute pengiriman adalah pekerjaan yang sangat sulit dan kekurngtepatan dalam mengambil dua keputusan tersebut bisa berimplikasi pada biaya pengiriman dan penyimpanan yang tinggi.

5. Memberikan pelayanan nilai tambah. Disamping mengirimkan produk ke pelanggan, jaringan distribusi semakin banyak dipercaya untuk melakukan proses nilai tambah tersebut tadinya dilakukan oleh pabrik. Beberapa proses nilai tambah yang bisa dikerjakan oleh distributor adalah pengepakan, pelabelan harga, pemberian barcode, dan sebagainya.

6. Menyimpan persediaan. Jaringan distribusi selalu melibatkan proses penyimpanan produk baik di suatu gudang pusat atau gudang regional, maupun di toko atau Apotik di mana produk tersebut dipajang untuk dijual. Oleh karena itu manajamen distribusi tidak bisa dilepaskan dari manajemen pergudangan.

7. Menagani pengembalian (return). Manajemen distribusi juga punya tanggung jawab untuk melaksanakan kegiatan pengembalian produk dari hilir ke hulu dalam supply chain. Pengembalian ini bisa karena produk rusak atau tidak terjual sampi batas waktu penjualanya habis. Proses pengembalian produk lumrah dengan sebutan reverse logistics.

Apabila manajemen perusahaan akan memisahkan jenis proses distribusi dari segi bentuk proses maka ini berarti bahwa jenis proses distribusi dalam perusahaan yang bersangkutan semata – semata mendasarkan diri pada perbedaan yang pada umumnya akan dikaitkan pada masalah–masalah umum pada bidang distribusi masing–masing perusahaan tersebut. Atas dasar bentuk dari proses

distribusi tersebut dilaksanakan oleh masing–masing perusahaan yang ada maka proses pemasaran dapat dibgi menjadi beberapa jenis yaitu : (Baroto, 2002 Perencanaan dan Pengendalian Produksi)

1. Proses Distribusi Langsung

Merupakan suatu proses distribusi yang menitikberatkan pada proses distribusi secara langsung yang ditujukan kepada perusahaan Contoh : pengiriman produk perusahaan manufaktur.

2. Proses Distribusi Tidak Langsung

Merupakan proses distribusi dimana pelaksanaan proses tersebut dititikberatkan pada distribusi dengan menggunakan media jasa pengiriman swasta maupun media pengiriman BUMN. Contoh : perusahaan mendistribusikan produknya dengan menggunakan jasa pengiriman barang.

2.3 Sistem Persediaan Demand Independent : Model Deterministik

Dalam sistem persediaan demand independent model deterministik terdiri dari sistem economic order quantity (EOQ) single item dan economic order quantity (EOQ) multi item.

2.3.1 Sistem Economic Order Quantity (EOQ) Single Item

Ukuran dari sebuah order yang meminimumkan total biaya persediaan dikenai sebagai Economic Order Quantity (EOQ). Model persediaan klasik dari EOQ dapat dilihat pada Gambar 2.1., dimana Q adalah ukuran order.

Gambar 2.1 Model Persediaan Klasik (Richard J. Tersine, 1994, 4 th, hal 93). Dimana :

Q = Ukuran lot

Q/2 = Rata - rata persediaan B = Titik order kembali ac = ce = Interval antar order ab = cd = ef = lead time

Model persedian yang paling sederhana ini memakai asumsi-asumsi sebagai berikut:

1. Hanya satu item produk yang diperhitungkan. 2. Kebutuhan (permintaan) setiap periode diketahui. 3. Produk yang dipesan diasumsikan dapat segera tersedia. 4. Lead Time bersifat konstan.

5. Setiap pesanan diterima dalam sekali pengiriman dan langsung dapat digunakan.

6. Tidak ada pesanan ulang (back order) karena kehabisan persediaan (strorage).

Dengan tidak mengijinkan stock out, total biaya persediaan digambarkan pada Gambar 2.2. dan formulasinya adalah:

n Penyimpana B Pemesahan B Pembelian B Annual Biaya Total = + +

( )

2 HQ Q CR RP Q TC = + + Dimana:

R = Permintaaan tahunan dalam unit P = Biaya pembelian dari sebuah item C = Biaya pemesanan tiap kali pesan H - PF = Biaya penyimpanan per unit per tahun Q = Ukuran lot atau besarnya order dalam unit F = Fraksi biaya penyimpanan

Untuk mendapatkan ukuran lot dengan biaya minimum (EOQ), diturunkan total biaya annual terhadap ukuran lot (Q) dan semakin mendekati hasil nol.

0 Q CR 2 H dQ dTC 2 = − =

Sehingga didapat formulasi EOQ

PF 2CR H

2CR

Q*= =

Setelah EOQ diketahui, dapat ditentukan ekspektasi jumlah order m :

2C HR * Q R m= =

Rata-rata tenggang waktu antar order T, formulasinya :

HR 2C m * Q m 1 T= = =

Titik pemesanan kembali (reorder point) didapatkan dengan menentukan demand yang akan terjadi selama priode Lead Time. Jika Lead Time L dinyatakan dalam bulan, formulasi titik order :

12 RL B=

Jika Lead Time dinyatakan dalam minggu, formulasinya :

52 RL B=

Total biaya minimum didapatkan dengan mensubsitusikan nilai Qo pada Q dalam pemesanan total biaya mannual :

( )

Q* PR HQ*

TC = +

Gambar 2.2 Kurva Total Cost Minimum Richard J. Tersine, 1994, 4 th, Prentice hal 94.

2.3.2 Economic Order Quantity (EOQ) Multi Item

Model ini merupakan model EOQ untuk pembelian bersama (Joint Purchase) beberapa jenis item, dimana asumsi-asumsi yang dapat dipakai adalah :

a. Tingkat permintaan untuk setiap jenis item bersifat konstan dan diketahui dengan pasti, lead time juga diketahui dengan pasti. Oleh karena itu, tidak ada stock out maupun biaya stock out.

b. Lead timenya sama untuk semua item, dimana semua item yang dipesan akan datang pada satu titik waktu yang sama untuk setiap siklus.

c. Holding cost, harga per-unit (unit cost) dan ordering untuk setiap item diketahui.

Penentuan rumus EOQ untuk kasus joint purchase diperoleh dengan menderivasi biaya total persediaan yang, terdiri dari total ordering cost dan total holding cost selama periode tertentu, dimana :

( )

+

= Rpi Q D ki K Cost Ordering Total Dimana :

K = Biaya pemesanan yang tidak tergantung jumlah item

Ki = Biaya pemesanan tambahan karena adanya penambahan item-i kedalam pesanan

d1 = Biaya selama periode tertentu untuk item-i

D = Biaya yang diperlukan selama periode tertentu untuk semua itu

QRpi = EOQ untuk ukuran lot terpadu dalam "nilai" rupiah

Q*Rp = EOQ optimal untuk ukuran lot terpadu dalam "nilai" rupiah Total holding cost dapat diformulasikan :

= QRpi 2 h Cost Holding Total Sehingga :

( )

+

+ = Rpi RPi Q 2 h Q D ki K TC

Nilai EOQ optimal dapat dirumuskan :

( )

h ki K Rpi * Q +

=

EOQ untuk masing-masing item dalam unit dirumuskan:

i i C Rp * Q Q =

Frekuensi pemesanan yang terjadi setiap periode dirumuskan:

D Rp * Q f 1 * T = =

Sumber : (Nasution, A. H., 2006 Perencanaan dan Pengendalian Produksi)

Tabel 2.1 Formulasi Titik Reorder berdasarkan Distribusi Normal Standard Titik Reorder Tingkat Service Level

L DL D a 09 , 3 + 99,90 % L DL D a 58 , 2 + 99,50 % L DL D a 33 , 2 + 99 % L DL D a 96 , 1 + 97,50 % L DL D a 64 , 1 + 95 % L DL D a 28 , 1 + 90 % L DL D a 04 , 1 + 85 % L DL D a 85 , 0 + 80 % L DL D a 67 , 0 + 75 %

2.4 Distribution Requirement Planning (DRP)

DRP adalah suatu metode untuk menangani pengadaan persediaan dalam suatu jaringan distribusi multi eselon. Metode ini menggunakan demand independent, dimana dilakukan peramalan untuk memenuhi struktur pengadaanya. Berapapun banyaknya level yang langsung memenuhi consumer. ( Tersine, 2003 Principles of Inventory and Materials Management)

DRP lebih menenkankan pada aktifitas penjadwalan dari pada aktifitas pemesanan. DRP mengantisipasi kebutuhan mendatang dengan perencanaan pada setiap level pada jaringan distribusi. Metode ini dapat memprediksi masalah sebelum masalah-masalah tersebut benar-benar terjadi dan memberikan titik pandang terhadap jaringan distribusi. Empat langkah utama harus diterapkan satu pada periode pemesanan dan pada setiap item, langkah – langkah tersebut adalah ; 1. Netting

Netting adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan. Data yang dibutuhkan dalam proses kebutuhan bersih ini adalah :

- Kebutuhan lotor untuk setiap periode.

- Persediaan yang dimiliki pada awal perencanaan. - Rencana penerimaan untuk setiap periode perencanaan.

Lotting adalah proses untuk menentukan besarnya jumlah pesanan optimal untuk setiap item secara individual didasarkan pada kebutuhan bersih yang telah dilakukan.

3. Offsetting

Langkah ini bertujuan untuk menentukan saat yang tepat untuk melakukan rencana pemesanan dalam rangka memenuhi kebutuhan bersih.

4. Explosion

Proses explosion adalah proses perhitungan kebutuhan kotor untuk tingkat jaringan distribusi yang lebih rendah.

DRP sangat berperan baik untuk sistem distribusi manufaktur yang integrasi maupun sistem distribusi murni. Dengan kebutuhan persediaan time phasing pada tiap level dalam jaringan distribusi, DRP memiliki kemampuan untuk memprediksi suatu problem benar-benar terjadi. Sistem DRP bekerja berdasarkan penjadwalan yang telah dibuat untuk permintaan di masa yang akan datang sehingga mampu mengantisipasi perencanaan masa depan dengan perencanaan yang lebih dini pada setiap level distribusi. Untuk organisasi manufaktur, yang memproduksi untuk memenuhi persediaan serta untuk dijual melalui jaringan distribusinya sendiri. Performansi dapat ditingkatkan dengan mengintegrasikan dengan sistem MRP dan DRP sekaligus.

2.5 Per samaan dan Perbedaan MRP dan DRP

Tabel 2.2 Persamaan dan Perbedaan DRP dengan MPR

Kondisi MRP DRP

Pemesanan

1. Menggunakan cara perhitungan matematis yang sama.

2. Mempunyai matriks komponen perhitungan yang sama.

3. Membedakan Independent demand dan dependent demand.

4. Metode berlaku untuk dependent demand.

5. Keduannya menggunakan cara pemesanan berdasarkan rentang waktu 1. Sama 2. Sama 3. Sama 4. Sama 5. Sama Perbedaan 1. Untuk kegiatan manufakturing.Menghitung kebutuhan tiap komponen. Cocok untuk pabrik jenis rakitan.

2. Biasanya untuk bahan baku/ penolong.

MRP adalah proses dari atas, yaitu dari Master Production Schedule ke kebutuhan tiap komponen.

3. Semua kebutuhan komponen bersifat dependent

1. Untuk kegiatan distribusi.Menghitung kebutuhan barang untuk tiap pusat distribusi.Cocok untuk sistem distribusi bertingkat.

2. Biasanya untuk barang jadi/ komoditas.

DRP adalah proses dari bawah, yaitu dari kebutuhan Retail ke Distritibution Center dan Warehouse Center.

3. Kebutuhan Retail bersifat Independent, sedangkan kebutuhan DC dan WC bersifat dependent

Distribution Requirement Planning (DRP) juga merupakan aplikasi dari logika Material Requirement Planning (MRP) pada persediaan. Bill of Material (BOM) pada MRP diganti dengan Bill of Distribution (BOD) pada Distribution

Requirement Planning. DRP menggunakan logika Time Phased Order Point (TPOP) untuk menentukan pengadaan kebutuhan pada jaringan.

Keuntungan yang didapat dari penerapan metode DRP adalah :

1. Dapat dikenali saling ketergantungan persediaan distribusi dan manufaktur. 2. Sebuah jaringan distribusi yang lengkap dapat disusun, yang memberikan

gambaran yang jelas dari atas maupun dari bawah jaringan.

3. DRP menyusun kerangka kerja untuk pengendalian logistik total dari distribusi ke manufaktur untuk pembelian.

4. DRP menyediakan masukkan untuk perencanaan penjadwalan distribusi dari sumber penawaran ke titik distribusi.

Menurut Vollman (2006, A Critical Introduction), untuk menyelesaikan DRP langkah langkah yang diperlukan adalah :

1. Menentukan kebutuhan bersuh adalah selisih kebutuhan kotor dengan persediaan yang ada di tangan.

2. Menentukan jumlah pesanan (ukuran lot)

3. Penentuan jumlah pesanan pada setiap jaringan distribusi, didasarkan pada kebutuhan bersih. Sistem penentuan jumlah pesanan yang dapat dugunakan antara lain LFL, EOQ, dan FOQ.

4. Menentukan Bill of Distribution (BOD) dan kebutuhan kotor di setiap jaringan distribusi, sedangakn kebutuhan kotor untuk setiap jaringan distribusi ditentukan berdasarkan Planned Order Release jaringan distribusi.

5. Menentukan tanggal pemesanan adalah dengan menentukan saat yang tepat untuk melakukan pemesanan.

Distribution Requirement Planning tiap distributor dan item ditabulasikan sebagai berikut :

Tabel 2.3 Hasil Analisa Perhitungan DRP untuk Tiap Distributor

X Distribution Center

On Hand Balance : Lead Time : Safety Stock : Order Quantity :

Past Due Period 1 2 3 4 5 6 7 8 Gross Requirement Schedule Receipts Projected On Hand Net Requirements

Planned Order Receipts

Planned Order Release

.

Langkah - langkah dasar DRP adalah sebagai berikut 1. Gross Requirement merupakan permintaan tiap bulan.

2. Scheduled Reciepts, dikenal juga dengan jadwal penerimaan adalah 3. Di hitung Projected On Hand pada periode tersebut:

Projected On Hand = (Projected On Hand Periode sebelumnya + Schedule Receipt + Planned Order Receipt) - (Gross Requirement).

4. Net Requirement mengidentifikasikan kapan level persediaan (Scheduled Receipt - Projected On Hand Periode sebelumnya) dipenuhi oleh Gross Requirement. Untuk sebuah periode :

Net Requirement = (Gross Requirement + Safety Stock) – (Schedule Receipt + Projected On Hand Periode sebelumnya).

5. Planned Order Receipt ukuran rencana penerimaan dalam suatu periode pada saat dibutuhkan. Diisikan pada periode yang sama dengan Net Requiremen tetapi ukurannya disesuaikan dengan ukuran lot.

6. Ditentukan hari dimana harus melakukan pemesanan tersebut (Planned Order Release) dengan mengurangkan hari terjadwalnya Planned Order Receipt dengan Lead Time. Ariyani ( 2008, Manajemen Operasi Jasa ).

Selain metode DRP, terdapat juga metode lain yang digunakan untuk merencanakan dan menjadwalakn aktivitas distribusi untuk memperoleh total biaya yang minimum yaitu metode saving matrix.

Perbedaannya metode Savings Matrix adalah metode yang digunakan untuk meminimumkan jarak atau waktu atau ongkos dengan mempertimbangkan kendala-kendala yang ada sehingga mendapatkan total biaya yang minimum. (Pujawan, 2005; Manajemen Supplay Chain ) sedangakan metode DRP digunakan untuk menjadwalkan dan merencanakan aktivitas distribusi yang lebih menekankan pada persediaan dan permintaan yang akan datang sehingga mendapatkan total biaya yang minimum,

2.6 Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan di masa akan datang yang meliputi kebutuhan dalam ukuran kuantitas, kualitas, waktu, dan lokasi yang dibutuhkan dalam rangka memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih bersifat kompleks dan dinamis karena permintaan tersebut tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik, aspek teknologi, produk pesaing, dan produk subtitusi. (Nasution, 2006 Perencanaan dan Pengendalian Produksi).

Peramalan biasanya diklasifikasikan berdasarkan horison waktu masa depan yang dicakupnya. Horizon waktu terbagi atas beberapa kategori :

1. Peramalan jangka pendek.

Permalan ini mencakup jangka waktu hingga 1 tahun tetapi, umumnya kurang dari 3 bulan. Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, penjadwalan kerja, jumlah tenaga kerja, penugsan kerja, dan tingkat produksi. 2. Peramalan jangka menengah.

Peramalan jangka menengah atau Intermediate,

Umumnya mencakup hitungan bulanan hingga 3 tahun. Peramalan ini berguna untuk merencanakan penjualan, perencanaan dan anggaran produksi, anggaran kas, dan menganalisis bermacam-macam rencana operasi.

3. Peramalan jangka panjang.

Umumnya untuk perencanaan masa 3 tahun atau lebih. Peramalan jangka panjang digunakan untuk merencanakan produk baru, pembelanjaan modal, lokasi atau pengembangan fasilitas, serta penelitian dan pengembangan (Litbang).

Apabila dilihat dari sifat penyusunan maka peramalan dapat dibedakan atas 2 macam yaitu :

1. Peramalan subjektif

Merupakan peramalan yang lebih menekankan pada keputusan – keputusan hasil diskusi, pendapat pribadi dan intuisi seseorang yang melakukannya. 2. Peramalan objektif

Merupakan peramalan yang didasrkan atas data yang relevan dengan masalah , dengan mengunakan teknik dan penganalisaan data tersebut.

Untuk lebih memastikan bahwa peramalan yang dilakukan dapat mencapai taraf ketepatan yang optimal, maka beberapa prosedur yang yang perlu diperhatikan adalah sebagai berikut :

1. Menganalisa data masa lalu, yang dilakukan dengan cara mmbuat tabulasi dari data masa lalu. Dari tabulasi data, maka dapat diketahui pola dari data

tersebut.

2. Menentukan metode yang digunakan. Metode peramalan yang baik adalah metode yang menghasilkan penyimpangan antara hasil peramalan dengan nilai kenyataan yang sekecil mungkin.

3. Memproyeksikan data masa lalu dengan menggunakan metode yang dipergunakan, mempertimbangkan beberapa faktor. faktor – faktor perubahan tersebut antara lain terdiri dari perubahan kebijakan – kebijakan yang mungkin terjadi, termasuk perubahan kebijakan pemerintah, perkembangan teknologi dan penemuan – penemuan baru dan perbedaan dengan hasil ramalan yang ada dengan kenyataanya. (Nasution, 2006 Perencanaan dan Pengendalian Produksi).

Untuk membuat peramalan permintaan, harus menggunakan suatu metode tertentu. Pada dasarnya, semua metode peramalan memiliki ide sama, yaitu menggunakan data massa lalu untuk memperkirakan atau memproyeksikan data di massa yang akan dating, Berdasarkan tekniknya, metode permalan dapat dikategorikan kedalam metode kualitatif dan metode kuantitatif. Berdasarkan tingkatan awal peramalan, meode peralaman dapat dibagi menjadi metode top-down,metode bottom-up dan metode interprestasi permintaan. (Baroto, 2002 Perencanaan dan Pengendalian Produksi).

2.7 Metode Peramalan

Di dalam perencanaan produksi untuk suatu perusahaan perlu diketahui adanya unsur utama, yaitu peramalan produksi dan perkiraan produksi.

Penyusunan perencanaan produksi tanpa dilengkapi dengan peramalan dan perkiraan produksi akan menjadi suatu perencanaan produksi yang kurang lengkap ( Rosnani, 2007 Sistem Produksi ). Metode peramalan merupakan suatu metode atau teori pendekatan kemungkinan akan terjadinya suatu kejadian di masa yang akan datang dengan menganalisa keadaan di waktu-waktu yang lalu. Penyusunan peramalan yang berdasarkan pada data historis yang ada seringkali menggunakan trend untuk melaksanakan perhitungan peramalan penjualan.

2.8 Model Peramalan Kualitatif.

Peramalan kualitatif umumnya bersifat subyektif, dipengaruhi oleh intuisi, emosi, pendidikan dan pengalaman seseorang. Oleh karena itu, hasil peramalan dari satu orang dengan orang yang lain dapat berbeda. Meskipun demikian,

peramalan dengan model kualitatif tidak berarti hanya menggunakan intuisi, tetapi seringkali mengikutsertakan model-model statistik sebagai bahan masukan dalam judgement (pendapat, keputusan) dan dapat dilakukan secara perseorangan maupun kelompok.

Dalam peramalan secara kualitatif ada 4 metode yang umum dipakai : 1. Juri Opini Eksekutif

2. Metode Delphi

3. Gabungan Tenaga Penjualan 4. Survey Pasar.

2.9 Model Peramalan Kuantitatif.

Peramalan Kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut: 1. Tersedia informasi tentang masa lalu.

2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numerik. 3. Dapat diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan terus

berlanjut di masa mendatang.

Model kuantitatif dapat dipergunakan dalam prakiraan, pada dasarnya dapat dikelompokkan dalam dua jenis, yaitu metode deret berkala (time series) dan metode regresi atau kausal.

1. Metode Time Series

Merupakan metode dimana pendugaan masa depan dilakukan berdasarkan nilai masa lalu dari suatu variabel atau kesalahan masa lalu. Tujuan metode peramalan deret berkala seperti itu adalah dengan menemukan pola dalam deret historis dan mengekstrapolasikan pola tersebut ke masa depan. Langkah penting dalam memilih suatu metode time series yang tepat adalah dengan mempertimbangkan jenis pola data, sehingga metode yang paling tepat dengan pola tersebut dapat diuji.

2. Metode Kausal

Dengan mengasumsikan bahwa factor yang diperkirakan/ diramalkan menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat dengan satu atau lebih variabel bebas.

2.10 Metode Double Moving Average (Moving Average With Trend)

dipakai pada berkecenderungan, maka dikembangkan metode rata-rata bergerak linier (linier moving averages). Dasar metode ini adalah menghitung rata-rata

Dokumen terkait