• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian pada tiga orang subjek yang berperilaku agresif, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Perilaku Agresif Anak Asuh di Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta

a. Bentuk Perilaku Agresif

Perilaku agresif keempat subjek bentuk verbal dan non verbal mempunyai frekuensi rata-rata sering, intensitas rata-rata berat, dan durasi rata-rata kurang lebih satu menit. Perilaku yang paling menonjol dari masing-masing subjek adalah subjek EJ sering menyombongkan kemampuan diri, subjek RA menceritakan kisah pribadi ke banyak orang, subjek AP merendahkan kemampuan orang lain, dan subjek SN sering mengirim pesan singkat kepada orang lain. Bentuk perilaku agresif antara subjek laki-laki dengan subjek perempuan terdapat perbedaan. Secara garis besar, subjek laki-laki (EJ, RA, AP) lebih banyak melakukan perilaku agresif bentuk verbal sedangkan subjek perempuan (SN) lebih banyak melakukan perilaku agresif non verbal.

b. Dampak Perilaku Agresif

Dampak perilaku agresif mengarah pada diri sendiri dan lingkungan. Dampak-dampak bagi diri subjek sendiri adalah perasaan puas/senang setelah tujuan dilakukannya perilaku agresif tercapai yakni korban tersakiti, subjek

157

mengulang-ulang perilaku yang sejenis ketika perilaku agresif yang dilakukan sebelumnya mendapat respon dari orang lain, perasaan bersalah kepada keluarga atas perilaku agresif yang dilakukan, menurunnya minat belajar, dan mendapatkan hukuman atau sanksi dari pengasuh kepada subjek dengan tujuan agar subjek tidak mengulangi perbuatannya kembali. Secara lebih khusus, dampak yang paling dirasakan oleh subjek EJ dari perilaku agresifnya adalah perasaan bersalah kepada ibunya dan di-skors dari panti asuhan, subjek RA di-skors dari panti asuhan, subjek AP merasa bersalah kepada kedua orang tuanya karena sanksi atas perbuatannya, dan subjek SN yang menjadi bahan pembicaraan orang lain.

Dampak perilaku agresif subjek kepada lingkungan adalah terjalinnya hubungan sosial yang kurang sehat yakni antara subjek dengan anak asuh/siswa lain seperti dijauhi oleh anak asuh/siswa lain dan antara subjek dengan pengasuh seperti diperlakukan berbeda dengan anak asuh yang lain, menimbulkan kemarahan dari korban perilaku agresif subjek, dan menjadi model perilaku bagi anak asuh/siswa lain.

2. Faktor Penyebab Perilaku Agresif Anak Asuh di Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta

a. Faktor Internal

Faktor penyebab internal subjek berperilaku agresif adalah kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang-orang terdekat subjek pada masa lampau dan saat ini serta kepribadian subjek, yakni subjek EJ yang selalu ingin dianggap super, subjek RA dan SN yang suka mencari perhatian, dan subjek AP yang

158

sering merendahkan orang lain. Kurangnya keterampilan sosial subjek dan belum berkembanganya potensi yang ada pada diri subjek juga menyebabkan subjek melakukan perilaku agresif.

b. Faktor Eksternal

Faktor penyebab eksternal perilaku agresif subjek adalah latar belakang keluarga yakni sikap anggota keluarga kepada subjek yang kurang memberikan perhatian dan kasih sayang, subjek yang tidak mau kalah dengan orang lain sehingga selalu melakukan pembelaan diri ketika merasa dirinya benar, kehidupan di panti asuhan yang otoriter dan hubungan yang kurang dinamis, kegagalan akademik subjek termasuk kegagalan subjek mengendalikan nafsu melanggar peraturan sekolah dan ketakutan subjek dalam menghadapi lingkungan sekolah, serta faktor cuaca yang panas sehingga memicu timbulnya perilaku agresif subjek. Faktor penyebab yang paling dominan dari subjek EJ adalah tidak mendapatkan perhatian dan contoh yang baik dari seorang ayah; subjek RA tidak mendapatkan kasih sayang dari ibunya, tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari seorang ayah sejak lahir, dan mendapatkan kasih sayang berlebih dari neneknya; subjek AP selalu ingin melakukan pembelaan diri ketika merasa dirinya benar; dan subjek SN tidak mendapatkan kasih sayang dan perhatian dari seorang ayah sejak kecil.

159 B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari peneliti ini dapat diberikan beberapa saran sebagai berikut:

1. Bagi Subjek

Subjek sebaiknya dilatih untuk mengelola emosi dengan baik bagaimana pun kondisi lingkungan sekitar. Cara yang dapat dilakukan adalah dengan berperilaku asertif, yakni dengan memiliki kepercayan diri yang baik, dapat mengungkapkan pendapat dan ekspresi yang sebenarnya tanpa rasa takut, serta berkomunikasi dengan orang lain secara lancar. Selain itu, subjek diharapkan menyadari besarnya pengorbanan yang sudah dilakukan dari keluarga masing-masing. Subjek juga sebaiknya mengenali potensi yang terdapat dalam dirinya untuk kemudian dikembangkan agar menjadi kegiatan yang positif dan dapat mengurangi perilaku agresif yang selama ini dilakukan.

2. Bagi Anak Asuh yang Lain

Selain diharapkan mampu mengelola emosi dengan baik, anak asuh di Panti Asuhan Islam Ibadah Bunda Yogyakarta juga diharapkan selalu memberikan dukungan emosi kepada subjek dalam proses minimalisasi atau bahkan menghilangkan perilaku agresif.

3. Bagi Pengasuh

Pola asuh yang diterapkan hendaknya demokratis. Pola asuh demokratis memungkinkan anak asuh mempunyai lebih banyak ruang untuk mengekspresikan bakat dan minatnya serta menjadikan kehidupan di panti asuhan lebih harmonis

160

yakni menyangkut hubungan antaranak asuh dan hubungan antara anak asuh dengan pengasuh. Terkait dengan bakat dan minat subjek, pengasuh hendaknya memonitor dan memfasilitasi pengembangan potensi diri subjek. Dengan berkembangnya potensi yang dimiliki, subjek akan melakukan kegiatan positif yang dapat mengurangi timbulnya perilaku agresif. Kontrol terhadap kegiatan subjek juga sangat diperlukan agar subjek tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif. Pengasuh tetap memperlakukan subjek dengan adil agar subjek tidak merasa diperlakukan berbeda dengan anak asuh yang lain.

4. Bagi Orang Tua dan Keluarga

Orang tua dan keluarga hendaknya lebih meningkatkan perhatian dan kasih sayang kepada subjek tetapi tidak berarti memanjakan subjek. Kontrol terhadap kegiatan subjek juga sangat diperlukan agar subjek tidak terjerumus pada hal-hal yang negatif meskipun antara pihak keluarga dan subjek tidak dapat bertatap muka setiap waktu.

5. Bagi Seluruh Lapisan Masyarakat

Masyarakat hendaknya tidak mendiskriminasi anak yang tinggal di panti asuhan dan turut melakukan kontrol terhadap perilaku agresif untuk mengurangi akibat buruk dari perilaku tersebut. Kontrol yang dapat dilakukan yakni dengan menjunjung nilai dan norma yang berlaku pada masyarakat setempat. Secara tidak langsung, hal tersebut akan memberikan contoh yang baik kepada kaum remaja

161

sehingga diharapkan remaja dapat menghindari perilaku yang mengarah ke arah negatif, khususnya perilaku agresif.

6. Bagi Mahasiswa Jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan

Pada jurusan Psikologi Pendidikan dan Bimbingan mahasiswa disiapkan untuk menjadi tenaga konselor, baik di lingkungan sekolah maupun di lingkungan masyarakat. Hasil penelitian ini hendaknya dijadikan bekal dan pengetahuan tentang perilaku agresif, khususnya yang berkaitan dengan bentuk, dampak, dan faktor penyebabnya. Peneliti selanjutnya dapat memanfaatkan hasil penelitian ini sebagai dasar perencanaan penelitian. Pengembangan dari penelitian ini dapat berupa penelitian tindakan untuk mengurangi atau menghilangkan perilaku agresif.

162