• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan bagian penutup dalam skripsi ini yang berisikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran dari penulis.

PERJANJIAN PERLINDUNGAN KESEHATAN TERHADAP STAF, KARYAWAN DAN PENSIUNAN

(STUDI PADA PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MEDAN)

Muhammad Roihan

Dr. Hasim Purba, S.H., M.Hum.**

Aflah, S.H., M.Hum.*** ABSTRAK

Dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan produksi terhadap kelapa sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan didukung oleh para staf dan karyawan yang sehat dan mempunyai kualitas kerja. Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja dari para karyawan ini, maka perlu diberikan perlindungan kesehatan agar karyawan ini dapat bekerja dengan tenang dan mendapatkan hak-haknya sebagaimana yang ditetapkan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan. Perlindungan dan jaminan kesehatan yang diberikan tidak hanya kepada karyawan tetapi juga kepada karyawan yang sudah pensiun dan keluarga batih (keluarga intinya) dari karyawan dan pensiunan tersebut, yaitu isteri atau suami dan anak-anak yang belum menikah.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif, yang didukung dengan data-data yang diperoleh dari sumber kepustakaan dan data dari lapangan yaitu kantor PPKS Medan, baik berupa wawancara maupun dokumen-dokumen tentang perjanjian perlindungan kesehatan terhadap staf, karyawan dan pensiunan dalam lingkungan perusahaan PPKS Medan dalam bentuk tertulis.

Pengaturan tentang pemberian perlindungan kesehatan terhadap staf, karyawan dan pensiunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan terdapat di dalam buku Perjanjian Kerja Bersama (PKB) antara Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan dengan Serikat Pekerja Perkebunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (SPBUN PPKS) tahun 2010-2013. Pelaksanaan perjanjian perlindungan kesehatan terhadap staf, karyawan dan pensiunan PPKS Medan, dituangkan dalam perjanjian kerjasama yang berlangsung antara PPKS Medan dengan Rumah Sakit Umum (RSU) Permata Bunda Medan dan juga antara PPKS Medan dengan Rumah Sakit (RS) Martha Friska Medan. Pengajuan klaim pembayaran pelayanan kesehatan dilakukan dengan terlebih dahulu, Pihak RSU Permata Bunda dan RS Martha Friska akan memperhitungkan segala biaya yang timbul atas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada staf, karyawan, pensiunan beserta tanggungan yang syah (batihnya) dari pihak perusahaan PPKS Medan.

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Semua sisi kehidupan manusia mengalami perubahan dan perkembangan, termasuk halnya dalam hubungan antara manusia dengan manusia lainnya maupun manusia dengan lembaga-lembaga yang diciptakan oleh manusia itu sendiri. Semua sisi kehidupan yang berkembang tersebut mau tidak mau tidak luput dari ketentuan undangan karena dengan adanya perundang-undangan maka segala sesuatunya dapat dipertanggungjawabkan dan itu berarti masuk ke dalam masalah hukum.

Di satu sisi kehidupan manusia adalah kesehatan. Kesehatan sangat penting bagi manusia dalam menjalankan aktivitasnya dalam kehidupan sehari-hari. Tanpa adanya tubuh yang sehat maka manusia tidak dapat mengerjakan aktivitasnya atau pekerjaannya. Oleh karena itu kesehatan sangat penting dan tidak dapat dinilai dalam bentuk materi.

Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemajuan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Kesehatan Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarga dan masyarakat dengan menanamkan kebiasaan hidup sehat. Untuk mewujudkan hal ini, maka

diselenggarakan berbagai upaya kesehatan yang didukung oleh sumber daya tenaga kesehatan.

Dalam Pasal 1 ayat (11) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dinyatakan upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat. Selanjutnya dalam Pasal 1 ayat (12) dinyatakan, Pelayanan kesehatan promotif adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan.

Pembangunan kesehatan didasari oleh cita-cita bangsa Indonesia yang tercantum dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 ditegaskan bahwa “Pemerintahan Negara Indonesia melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam rangka mencapai cita-cita bangsa tersebut diselenggarakan pembangunan nasional di semua bidang kehidupan yang berkesinambungan yang merupakan suatu kegiatan pembangunan yang menyeluruh, terpadu, dan terarah.

Untuk mencapai cita-cita bangsa tersebut, kesehatan merupakan modal utama dan merupakan salah satu unsur kesejahteraan umum yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa tersebut kesejahteraan umum meliputi pelayanan kesehatan seluruh rakyat Indonesia, maka ketentuan dalam Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 tersebut diatur lebih lanjut dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1960 yang telah dirubah dan ditambah dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang kesehatan dan kemudian diubah dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (selanjutnya disingkat Undang-Undang Kesehatan).

Undang-Undang Kesehatan juga memuat tentang tugas pemerintah di bidang pemeliharaan kesehatan, antara lain menyebutkan pemerintahan berusaha agar kesempatan untuk pengobatan dan perawatan bagi rakyat diberikan secara merata di wilayah Indonesia, dengan biaya seringan-ringannya sampai kepada cuma-cuma untuk usaha itu diadakan rumah sakit, poliklinik dan lembaga-lembaga lain yang bergerak di bidang kesehatan. Dalam peraturan perburuhan, peraturan kepegawaian, peraturan pensiunan, juga diperlukan kesehatan pegawai, baik yang bersifat preventif maupun kuratif diatur dengan seksama, juga diperhatikan agar pegawai tersebut dilindungi terhadap hal-hal yang mengganggu

atau membahayakan kesehatan1

Hal ini berarti sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk melakukan pemerataan pelayanan kesehatan bagi seluruh lapisan masyarakat. Karena itu,

.

1

C.S.T. Kansil, Pengantar Hukum Kesehatan Indonesia, Jakarta, Rineka Cipta, 2001, hal. 8.

diperlukan pengaturan untuk melindungi pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan.

Perlindungan hukum kesehatan yang diatur dalam Undang-Undang Kesehatan hanyalah menyangkut perlindungan hukum terhadap pemberi jasa pelayanan kesehatan saja. Hal ini dapat dilihat di dalam Pasal 53 Undang-Undang Kesehatan dinyatakan: “Tenaga Kesehatan berhak memperoleh perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas sesuai dengan profesinya”. Sedangkan perlindungan hukum terhadap penerima jasa pelayanan kesehatan tidak diatur secara jelas di dalam Undang-Undang Kesehatan ini.

Perihal perlindungan tenaga kerja di dalam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan pada Pasal 86 dinyatakan:

1. Setiap pekerja/buruh mempunyai hak untuk memperoleh perlindungan atas:

a. Keselamatan dan kesehatan kerja

b. Moral dan kesusilaan; dan

c. Perlakuan yang sesuai dengan harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai agama.

2. Untuk melindungi keselamatan pekerja/buruh guna mewujudkan produktivitas

kerja yang optimal di selenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. 3. Perlindungan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) dilkasanakan

Pemerintah melakukan pembinaan terhadap tenaga kerja, sebagaimana diatur dalam pasal 173 ayat (1) dinyatakan “pemerintah melakukan pembinaan terhadap unsur-unsur dan kegiatan yang berhubungan dengan ketenagakerjaan”.

Dalam melaksanakan kegiatan penelitian dan produksi terhadap kelapa sawit, Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan didukung oleh 580 (lima ratus delapan puluh) karyawan, yang meliputi tenaga peneliti, teknisi, dan karyawan penunjang. Sebanyak 105 (seratus lima) orang menjabat sebagai karyawan pimpinan yang terdiri dari 56 (lima puluh enam) orang peneliti, 15 (lima belas) orang pada bagian pelayanan, 34 (tiga puluh empat) orang pada bagian penunjang dan sisanya 475 orang adalah karyawan pelaksana yang tersebar di seluruh unit Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS).2

Untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas kerja dari para karyawan ini, maka perlu diberikan perlindungan kesehatan agar karyawan ini dapat bekerja dengan tenang dan mendapatkan hak-haknya sebagaimana yang ditetapkan dalam Undang-Undang Ketenagakerjaan. Perlindungan dan jaminan kesehatan yang diberikan tidak hanya kepada karyawan tetapi juga kepada karyawan yang sudah pensiun dan keluarga batih (keluarga intinya) dari karyawan dan pensiunan tersebut, yaitu isteri atau suami dan anak-anak yang belum menikah.

Untuk mengetahui tentang bentuk perlindungan dan jaminan kesehatan yang diberikan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan kepada Staf, Karyawan dan pensiunan ini, telah menjadi latar belakang dan mendorong penulis untuk

2

Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Profil Pusat Penelitian Kelapa Sawit, Medan, 2013, hal. 14.

menulis dan menguraikannya dalam skripsi dengan judul “Perjanjian Perlindungan Kesehatan Terhadap Staf, Karyawan dan Pensiunan (Studi

Pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan)”.

B. Perumusan Masalah

Adapun yang merupakan permasalahan dalam penulisan skripsi ini, antara lain, sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaturan tentang pemberian perlindungan kesehatan

terhadap staf, karyawan dan pensiunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) Medan?

2. Bagaimana pelaksanaan perjanjian perlindungan kesehatan Staf, Karyawan

dan Pensiunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan?

3. Bagaimana penyelesaian klaim kepada Rumah Sakit terhadap Staf,

Karyawan dan Pensiunan Balai Riset Kelapa Sawit Medan yang dirawat di Rumah Sakit?

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini, antara lain, sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengaturan tentang pemberian perlindungan

kesehatan terhadap staf, karyawan dan pensiunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

2. Untuk mengetahui pelaksanaan perjanjian perlindungan kesehatan Staf, Karyawan dan Pensiunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

3. Untuk mengetahui penyelesaian klaim kepada Rumah Sakit terhadap

Staf, Karyawan dan Pensiunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan yang dirawat di Rumah Sakit.

D. Manfaat Penulisan

Manfaat penulisan skripsi ini antara lain, sebagai berikut : 1. Secara Teoritis

Kiranya penulisan skripsi ini dapat mengembangkan khasanah ilmu pengetahuan hukum perdata sekaligus dapat menambah literatur khususnya mengenai perlindungan kesehatan terhadap Staf, Karyawan dan Pensiunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

2. Secara Praktis

Secara praktis penulisan skripsi ini dapat menambah pengetahuan masyarakat tentang proses perlindungan kesehatan yang diberikan oleh Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan terhadap Staf, Karyawan dan Pensiunan sehingga masyarakat mengetahui tentang arti pentingnya perlindungan kesehatan bagi para tenaga kerja khususnya.

E. Keaslian Penulisan

Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh penulis pada Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, bahwa penulisan skripsi yang

berjudul “Perjanjian Perlindungan Kesehatan Terhadap Staf, Karyawan dan Pensiunan (Studi Pada Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan)”, pada prinsipnya merupakan buah pikiran penulis sendiri, dibuat dengan melihat beberapa referensi sumber bacaan seperti buku-buku dari perpustakaan, media cetak, ataupun media elektronik yang memiliki hubungan dengan judul skripsi ini, sekaligus bersumber dari riset lapangan di Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan sebagai sumber langsung dari penyusunan skripsi ini.

Berdasarkan hasil pemeriksaan yang dilakukan oleh Penulis pada Perpustakaan Fakultas Hukum USU, bahwa judul skripsi ini, tidak memiliki kesamaan dengan judul skripsi yang telah ada sebelumnya, karena terdapat perbedaan dalam rumusan permasalahannya. Adapun judul-judul skripsi yang telah ada tersebut, antara lain :

1. Tinjauan Yuridis Perlindungan Konsumen Terhadap Kosmetik Impor Yang Berbahaya Bagi Kesehatan dan Tidak Memiliki Izin Edar.

Oleh : Yuke Dwi Hidayati (NIM : 070200105)

2. Perlindungan Hukum Pasien Pengguna Jamkesmas Dalam Pelayanan Kesehatan di RSUP H. Adam Malik Medan.

Oleh : Rizky Wirdatul Husna (NIM : 080200222)

3. Perjanjian Pelayanan Kesehatan Antara PT. Indosat Medan dengan Rumah Sakit Sri Ratu Medan Ditinjau dari Segi Hukum Perdata.

F. Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun teknologi. Hal ini disebabkan karena penelitian bertujuan untuk mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis, dan konsisten. Melalui proses penelitian tersebut diadakan analisa dan konstruksi terhadap data yang telah dikumpulkan dan diolah.3

1. Metode Penelitian

Oleh karena itu penelitian merupakan suatu sarana ilmiah bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka dalam suatu penelitian diperlukan adanya metodologi penelitian yang disesuaikan dengan ilmu pengetahuan tersebut.

Metode penelitian dalam skripsi ini adalah penelitian yuridis normatif, yaitu metode penelitian yang menekankan pada teori-teori hukum dan aturan-aturan hukum yang berkaitan dengan permasalahan yang diteliti.4

Aspek yuridis yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Perjanjian Kerja antara Staf, Karyawan dan Pensiunan dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan antara lain:

1) Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, buku III;

2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentag

Kesehatan.

3

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif (Suatu Tinjauan Singkat), Jakarta, Raja Grafindo Persada, 2004, hal. 1.

4

3) Perjanjian Perlindungan Kesehatan bagi Staf, Karyawan dan Pensiunan dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

Aspek normatif yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah Perjanjian Perlindungan Kesehatan yang dibuat antara Staf, Karyawan, dan Pensiunan dengan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

2. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi penelitian dalan penulisan skripsi ini termasuk penelitian deskripstif analisis, yaitu penelitian bersifat pemaparan yang bertujuan untuk memperoleh gambaran (deskriptif) lengkap tentang keadaan hukum yang berlaku di tempat tertentu dan pada saat tertentu, atau peristiwa hukum yang terjadi di dalam masyarakat5

Metode deskripstif analisis tersebut menggambarkan peraturan yang berlaku yang kemudian dikaitkan dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut perlindungan hukum bagi peserta askes dalam perjanjian kerjasama tentang perlindungan kesehatan bagi staf, karyawan dan pensiunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan.

.

3. Sumber dan Jenis Data

Secara umum jenis data yang diperlukan dalam suatu penelitian hukum terarah pada penelitian data sekunder dan data primer. Penelitian ini menggunakan jenis sumber data primer yang didukung dengan data sekunder, yaitu data yang mendukung keterangan atau menunjang kelengkapan data primer yang diperoleh

dari perpustakaan dan koleksi pustaka pribadi penulis yang dilakukan dengan cara studi pustaka atau literatur.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka dalan penelitian ini penulis menggunakan sumber dan jenis data sebagai berikut :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat dan

terdiri dari Undang-Undang Kesehatan.6

b. Bahan-bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menjelaskan

tentang bahan hukum primer, terdiri dari buku-buku atau literatur-literatur yang berkaitan dengan perjanjian.7

c. Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang dapat memberikan

petunjuk atau penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder seperti Kamus Hukum Indonesia dan Kamus Besar Bahasa Indonesia.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data difokuskan pada pokok-pokok permasalahan yang ada sehingga dalam penelitian ini tidak terjadi penyimpangan dan kekaburan dalam pembahasan. Data yang diperlukan dalam penulisan ini diperoleh melalui:

a. Studi Kepustakaan (library research)

Informasi data yaitu informasi yang berupa tulisan yang berbentuk skripsi, buku ilmiah, hasil penelitian, majalah yang kemudian disimpulkan. Dengan demikian data yang diteliti dalam suatu

6

Ibid, hal. 23. 7

penelitian dapat berwujud data yang diperoleh melalui bahan-bahan kepustakaan dan/atau secara langsung dari masyarakat.

b. Studi Lapangan (field research)

Wawancara adalah cara memperoleh data/informasi dengan bertanya langsung pada yang diwawancarai. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan sebagai pelengkap dari data sekunder yang ada.

5. Analisis Data

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis kualitatif. Seluruh data yang diperoleh, yaitu data-data dari bahan hukum primer berupa peraturan-peraturan hukum yang mengikat seperti KUH Perdata dan UU Kesehatan, dan data dari lapangan sebagai data pendukung, yang berupa hasil wawancara yang dilakukan terhadap responden akan dianalisis secara keseluruhan.

Seluruh data primer maupun data sekunder yang terkumpul setelah dianalisis, selanjutnya ditulis dalam bentuk uraian atau laporan yang terperinci, kemudian disusun supaya lebih sistematis, dan selanjutnya ditarik kesimpulan. Hasil dari kesimpulan yang merupakan data yang tersaji dalam bentuk sitematis tersebut dijadikan dasar yang dituangkan dalam bentuk penulisan skripsi ini.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi yang berjudul Perjanjian Perlindungan Kesehatan Terhadap Staf, Karyawan dan Pensiunan (Studi pada : Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan), sistematika penulisannya adalah sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini akan membahas mengenai latar belakang, perumusan masalah, tujuan penulisan, manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan.

BAB II : RUANG LINGKUP TENTANG PERJANJIAN

Pada bab ini akan membahas tentang pengertian perjanjian, subjek dan objek perjanjian, syarat-syarat perjanjian, asas-asas perjanjian dan wanprestasi dalam perjanjian.

BAB III : PERJANJIAN PERLINDUNGAN KESEHATAN

Pada bagian ini akan membahas tentang pengertian perjanjian perlindungan kesehatan, dasar hukum perjanjian perlindungan kesehatan, hubungan hukum para pihak dalam perjanjian perlindungan kesehatan dan aspek-aspek hukum keperdataan dalam perjanjian perlindungan kesehatan.

BAB IV PERJANJIAN PERLINDUNGAN KESEHATAN TERHADAP

STAF, KARYAWAN DAN PENSIUNAN PUSAT PENELITIAN KELAPA SAWIT MEDAN

Pada bagian ini berisikan mengenai gambaran umum Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, pengaturan tentang pemberian perlindungan terhadap Staf, Karyawan dan Pensiunan Pusat

Penelitian Kelapa Sawit Medan, pelaksanaan perjanjian

perlindungan kesehatan terhadap Staf, Karyawan dan Pensiunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan, hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian perlindungan kesehatan, dan penyelesaian klaim kepada Rumah Sakit terhadap Staf, Karyawan dan Pensiunan Pusat Penelitian Kelapa Sawit Medan yang dirawat di Rumah Sakit.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian penutup dalam skripsi ini yang berisikan mengenai kesimpulan dari hasil penelitian dan saran-saran dari penulis.

BAB II

RUANG LINGKUP TENTANG PERJANJIAN

A. Pengertian Perjanjian

Perjanjian merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan. Perikatan yang berasal dari perjanjian dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat perjanjian, sedangkan perikatan yang lahir dari undang-undang dibuat atas dasar kehendak yang berhubungan dengan perbuatan manusia yang terdiri dari dua pihak8

Pasal 1313 KUH Perdata berbunyi: “suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana 1 (satu) orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap 1 (satu) orang lain atau lebih”.

.

Para sarjana hukum perdata pada umunya berpendapat bahwa definisi perjanjian yang terdapat di dalam ketentuan di atas adalah tidak lengkap dan pula terlalu luas9

Dikatakan tidak lengkap karena yang dirumuskan itu hanya mengenai perjanjian sepihak saja. Definisi itu juga dikatakan terlalu luas karena dapat mencakup perbuatan di lapangan hukum keluarga, seperti perjanjian perkawinan, yang merupakan perjanjian juga, tetapi sifatnya berbeda dengan perjanjian yang diatur di dalam Buku III KUH Perdata tentang perikatan.

.

8

Suharnoko, Hukum Perjanjian, Jakarta, Prenada Media, Jakarta, 2004, hal. 117. 9

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, Bandung, Citra Aditya Bakti, 2001, hal. 65.

Perjanjian yang diatur dalam KUH Perdata Buku III kriterianya dapat dinilai secara materiil, dengan kata lain, dapat dinilai dengan uang.

Menurut M. Yahya Harahap perjanjian atau verbintennis mengandung

pengertian, sebagai berikut : “perjanjian adalah suatu hubungan hukum di bidang kekayaan atau harta benda antara dua orang atau lebih, yang memberi kekuatan hak pada satu pihak untuk memperoleh prestasi dan sekaligus mewajibkan pada pihak lain untuk menunaikan prestasinya.”10

Dari pengertian singkat di atas dijumpai di dalamnya beberapa unsur yang memberi wujud pengertian perjanjian, antara lain “hubungan hukum (rechtbetrekking) yang menyangkut Hukum Kekayaan antara dua orang (person) atau lebih, yang memberi hak pada satu pihak dan kewajiban pada pihak lain tentang suatu prestasi”.

Dengan demikian, perjanjian/verbintennis adalah merupakan hubungan hukum/rechtbetrekking yang oleh hukum itu sendiri diatur dan disahkan cara perhubungannya. Oleh karena itu perjanjian yang mengandung hubungan hukum antara perseorangan/person adalah hal-hal yang terletak dan berada dalam lingkungan hukum perdata.

Itulah sebabnya hubungan hukum dalam perjanjian, bukan suatu hubungan yag bisa timbul dengan sendirinya seperti yang dijumpai dalam hukum harta benda dan hukum kekeluargaan. Dalam hubungan hukum kekayaan keluarga, dengan sendirinya timbul hubungan hukum antara anak dengan kekayaan orang

tuanya seperti yang diatur dalam hukum waris. Lain halnya dalam perjanjian, hubungan hukum antara pihak yang satu dengan yang lain tidak bisa timbul dengan sendirinya. Hubungan itu tercipta oleh karena adanya tindakan hukum (rechtshandeling). Tindakan atau perbuatan hukum yang dilakukan oleh para pihak yang menimbulkan hubungan hukum perjanjian sehingga terhadap satu pihak diberi hak oleh pihak yang lain sedangkan pihak lainnya memperoleh prestasi, atau dengan perkataan lain, pihak yang lain itupun menyediakan diri dibebani dengan kewajiban untuk menunaikan prestasi.

Jadi satu pihak memperoleh hak (recht} dan pihak sebelah lagi memikul kewajiban (plicht) menyerahkan dan menunaikan prestasi. Prestasi ini adalah objek atau voorwerp dari verbitennis. Tanpa prestasi, hubungan hukum yang dilakukan berdasar tindakan hukum, sama sekali tidak mempunyai arti apa-apa bagi hukum perjanjian. Pihak yang berhak atas presatasi mempunyai kedudukan

sebagai schuldeiser atau kreditur. Pihak yang wajib menunaikan prestasi

berkedudukan sebagai schuldenaar atau kreditur.

Menurut R. Subekti yang dimaksud dengan perjanjian adalah sebagai berikut :

“Perjanjian adalah : Suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang lain atau dimana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal11.

11

Menurut Wirjono Projodikoro, perjanjian adalah :

“Sebagai suatu hubungan hukum mengenai harta benda antara dua pihak, dalam mana satu pihak berjanji atau dianggap berjanji untuk melakukan sesuatu hal atau tidak melakukan sesuatu hal, sedangkan pihak lain berhak menuntut pelaksaan janji itu.”12

Menurut Tirtodiningrat menyatakan bahwa :

“Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum berdasarkan kata sepakat

Dokumen terkait