• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan

1. Lahan rawa lebak yang sangat luas di Kab. HSU sebagian besar berpotensi untuk pengembangan padi karena lahannya menunjang untuk budidaya padi berdasarkan hasil analisis kesesuaian lahan.

2. Sentra produksi padi berdasarkan keunggulan komparatif berada di sepanjang dan diantara dua sungai (Sungai Tabalong dan Sungai Balangan) yang melintas di Kab. HSU yang tersebar di Kec. Amuntai Selatan, Amuntai Utara, Babirik, Danau Panggang, Haur Gading, Sungai Pandan dan Sungai Tabukan.

3. Pengembangan wilayah sentra produksi padi dilakukan terhadap lahan yang sesuai untuk budidaya padi dan merupakan wilayah basis, yaitu di Kec. Amuntai Selatan, Amuntai Utara, Babirik, Danau Panggang, Haur Gading, Sungai Pandan dan Sungai Tabukan, dengan areal terluas di Kec. Danau Panggang. Pengembangan selanjutnya dapat dilakukan di wilayah non basis yaitu di Kec. Amuntai Tengah, Banjang dan Paminggir, dengan areal terluas di Kec. Paminggir.

4. Kawasan lindung gambut ditetapkan dibagian utara, kawasan lindung sempadan danau di Kec. Danau Panggang dan kawasan lindung sempadan sungai di luar pemukinan dan di dalam pemukiman.

5. Berdasarkan analisis SWOT prioritas kebijakan dalam pengembangan padi di Kabupaten Hulu Sungai Utara adalah memanfaatkan potensi wilayah yang lahannya sesuai secara fisik di daerah sektor basis dengan kebijakan pemerintah untuk pengembangan padi.

Saran

Untuk kepentingan pengembangan wilayah, perlu penelitian lebih lanjut terhadap wilayah-wilayah yang tidak sesuai untuk padi dan tidak merupakan wilayah lindung untuk pengembangan budidaya komoditas lain yang potensial dan memberikan keuntungan secara ekonomi.

Alihamsyah T. 2005. Pengembangan Lahan Rawa Lebak untuk Usaha Pertanian. Banjarbaru: Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.

Adimihardja A, Subagyono K, Al-Jabri M. 2006. Konservasi dan Rehabilitasi Lahan Rawa. Di dalam: Irsal Las, pengarah. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Hlm 229-269.

Anwar A dan Rustiadi E. 2000. Perspektif Pembangunan Tata Ruang (Spatial) Wilayah Pedesaan dalam Rangka Pembangunan Regional. Program Studi Ilmu Perencanaan Wilayah dan Perdesaan. Program Sarjana IPB. Bogor. Hal 25-31.

Azisa AN. 2008. Analisis Prioritas Pengembangan Wilayah Berdasarkan Potensi Pertanian Padi (Studi Kasus Kabupaten Bone Propinsi Sulawesi Selatan) [Tesis]. Bogor: Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

[Balittra] Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa. 2001. 40 Tahun Balittra 1961-2001. Perkembangan dan Program Penelitian ke Depan Balai Penelitian Tanaman Pangan Lahan Rawa. Banjarbaru: Balittra.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. 2002. Laporan Final Pelaksanaan Pekerjaan Studi Pengembangan Lahan Rawa Lebak di Kabupaten Hulu Sungai Utara Kalimantan Selatan. Amuntai: Bappeda Kabupaten Hulu Sungai Utara.

[Bappeda] Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kabupaten Hulu Sungai Utara. 2009. Data Pokok dan album Peta untuk Informasi dan Bahan Perencanaan Pembangunan Daerah Tahun 2009. Amuntai: Bappeda Kabupaten Hulu Sungai Utara.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Utara. 2009. Kabupaten Hulu Sungai Utara Dalam Angka. Amuntai: BPS.

[BPS] Badan Pusat Statistik Kabupaten Hulu Sungai Utara. 2010. Kabupaten Hulu Sungai Utara Dalam Angka. Amuntai: BPS.

Barus B dan Wiradisastra US. 2000. Sistem Informasi Geografi Sarana Manajemen Sumberdaya. Bogor: Laboratorium Penginderaan Jauh dan Kartografi Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

[Diperta] Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Hulu Sungai Utara. 2010. Laporan Tahunan Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Hulu Sungai Utara Tahun 2009. Amuntai: Diperta TPH Kab. HSU.

Djakapermana, RD. 2010. Pengembangan Wilayah Melalui Pendekatan Kesisteman. Bogor: Penerbit IPB Press.

73

Djaenudin D, Hendrisman M, Subagyo H, Hidayat A. 2003. Petunjuk Teknis Evaluasi Lahan untuk Komoditi Pertanian. Bogor: Balai Penelitian Tanah Puslitbangtanak Balitbangtan Departemen Pertanian RI.

Hardjowigeno dan Widiatmaka. 2007. Evaluasi Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Tata Guna Lahan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Hendayana, R. 2003. Aplikasi Metode Location Question (LQ) dalam Penentuan Komoditas Unggulan Nasional. Jurnal Informatika Pertanian Volume 12. [Desember 2003]. Bogor: Balai Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian.

Hurni H. 2000. Assessing Sustainable Land Management (SLM). Agriculture, Ecosystems and Environment 81 (2000) 83–92. Elsevier.

Iskandarini. 2002. Analisis Pemecahan Masalah dan Pengambilan Keputusan. Medan: Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

Jansen LJM, Gregorio AD. 2002. Parametric Land Cover and Land-Use Classifications as Tools for Environmental Change Detection. Agriculture, Ecosystems and Environment 91 (2002) 89–100. Elsevier.

[JAXA] Japan Aerospace Exploration Agency Earth Observation Research and Application Center. 2008. ALOS Data Users Handbook Revision C. Tokyo: JAXA.

[KNLH] Kementerian Negara Lingkungan Hidup. 2010. Verifikasi Kesatuan Hidrologis Gambut dan Kubah Gambut Lintas Provinsi Kalteng dan Kalsel. Jakarta: KNLH.

Lillesand TM dan Kiefer RW. 1990. Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Messing I, Fagerstro MHH, Chen L, Fu B. 2003. Criteria for Land Suitability Evaluation in a Small Catchment on The Loess Plateau in China. Catena 54 (2003) 215–234. Elsevier.

Noor, M. 2007. Rawa Lebak Ekologi, Pemanfaatan, dan Pengembangannya. Jakarta: Rajawali Pers.

Nugroho, K., Alkasuma, Paidi, W. Wahdini, A. Adi, H. Suwardjo, dan IPG. Widjaya Adhi. 1992. Peta Areal Potensial untuk Pengembangan Pertanian Lahan Pasang Surut, dan Pantai. Bogor: Puslitanak.

Pribadi DO, Panuju DR, Rustiadi E, Pravitasari AE. 2009. Permodelan Perencanaan Pengembangan Wilayah, Konsep, Metode, Aplikasi dan Teknik Komputasi. Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Bogor. Rangkuti, F. 2008. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.

Ritung S dan Hidayat A. 2007. Prospek Perluasan Lahan untuk Padi Sawah dan Padi Gogo di Indonesia. Jurnal Sumberdaya Lahan Volume 1 No. 4 [Desember 2007] : 25-38. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian.

Ritung S, Wahyunto, Agus A, Hidayat H. 2007. Panduan Evaluasi Kesesuaian Lahan. Bogor: Badan Penelitian Tanah dan Word Agroforestry Centre. Rustiadi E, Saefulhakim S, dan Panudju DR. 2009. Perencanaan dan

Pengembangan Wilayah. Jakarta: Crestpent Press dan Yayasan Obor Indonesia.

Shi-yin C, Yao-lin L, Cui-fang C. 2007. Evaluation of Land-Use Efficiency Based on Regional Scale - A Case Study in Zhanjiang, Guangdong Province. J China Univ Mining & Technol 2007, 17(2): 0215-0219.

Sitorus S. 2004a. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Bogor: Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor.

Sitorus S. 2004b. Evaluasi Sumberdaya Lahan. Bandung: Penerbit Tarsito

Soetrisno N. 1998. Ketahanan Pangan. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VI : 189-221. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Subagyo, H. 2006. Lahan Rawa Lebak. Di dalam: Irsal Las, pengarah. Karakteristik dan Pengelolaan Lahan Rawa. Bogor: Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian. Hlm 99-115.

Wiganda S. 2004. Dinamika Konsep Ketahanan Pangan. Di dalam: Suryana A, editor. Kemandirian Pangan Menuju Ketahanan Pangan Berkelanjutan. Jakarta: Lembaga Informasi dan Studi Pembangunan Indonesia (LISPI). Wosten JHM, Clymans E, Page SE, Rieley JO, Limin SH. 2008. Peat–water

interrelationships in a tropical peatland ecosystem in Southeast Asia. Catena 73 (2008) : 212-224. Elsevier.

Peraturan dan Perundang-Undangan

Keputusan Presiden Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung.

Lampiran 1. Kesesuaian lahan padi lebak

No Syarat S1 S2 S3 N

1 Tekstur Halus, agak halus, sedang Halus, agak halus, sedang agak kasar kasar 2 Drainase terhambat, sangat terhambat agak terhambat, agak cepat sedang, baik cepat

Buruk, sangat buruk Agak buruk, agak baik Baik

3 KTK (cmol) > 16 ≤ 16 ≤ 16 ≤ 16

4 Kejenuhan basa (%) > 35 20 - 35 < 20 < 20

5 pH 5.5 - 8.2 5.0 - 5.5 < 5.0 < 5.0

6 Kedalaman pirit (cm) > 100 75 - 100 40 - 75 < 40

7 Kedalaman gambut (cm) < 60 60 - 140 140 - 200 > 200

8 Kematangan gambut Saprik+ Saprik, Hemik+ Hemik, Fibrik+ Fibrik

9 Genangan F31, F32 F41, F42, F43, F33 F21, F22, F23,

F24, F34, F44

F11, F12, F13, F14, F15, F25, F35, F45

Sumber : Balai Penelitian Tanah Puslitbangtanak Balitbangtan Departemen Pertanian RI, 2003

Catatan :

- Kematangan gambut : tanda + berarti ada pengkayaan bahan mineral

- Genangan : Fxy

x = kedalaman air genangan 1 : < 25 cm y = lamanya banjir 1 : < 1 bulan

2 : 25 - 50 cm 2 : 1-3 bulan

3 : 50 - 150 cm 3 : 3-6 bulan

No. Kecamatan Jumlah

Padi sawah Jagung Kedelai Kacang Tanah Kacang Hijau Ubi kayu Ubi jalar

1 Danau Panggang 3.105 10 - - - - 5 3.120 2 Paminggir 21 3 - - - 24 3 Babirik 6.005 58 - - - 7 10 6.080 4 Sungai Pandan 3.839 52 - - 3 17 22 3.933 5 Sungai Tabukan 2.609 28 - - 5 6 36 2.684 6 Amuntai Selatan 3.750 10 - - - 4 3.764 7 Amuntai Tengah 3.790 160 - 770 - 10 25 4.755 8 Banjang 3.592 212 50 42 10 7 8 3.921 9 Amuntai Utara 2.206 67 - - - 4 3 2.280 10 Haur Gading 1.760 71 - - - 4 - 1.835 Jumlah 30.677 671 50 812 18 55 113 32.396

77

Lampiran 3.

Dokumen terkait