• Tidak ada hasil yang ditemukan

5. 1. Kesimpulan

Dari hasil analisa dan pemetaan menunjukan luas wilayah yang berpotensi untuk pengembangan tanaman apel berdasarkan kesesuaian agroklimat di Propinsi Jawa Timur adalah 1.478.821,88 ha atau sebesar 30,6 % dari luas propinsi. Lahan yang kurang berpotensi ada sekitar 60,8 % dari luas propinsi dan yang tidak berpotensi sekitar 8,6 %.

Dapat dilihat bahwa selain kabupaten Malang ternyata di propinsi Jawa Timur masih terdapat beberapa daerah yang juga berpotensi untuk pengembangan tanaman apel diantaranya adalah: kabupaten Bondowoso, kabupaten Ponorogo, kabupaten Banyuwangi, kabupaten Kediri, kabupaten Situbondo dan juga kabupaten Magetan. Semua kabupaten itu wilayahnya sesuai berdasarkan unsur agroklimatnya.

Perlu diperhatikan bahwa luasan wilayah yang didapat dari penelitian ini masih berupa luasan potensial bukan aktual, itu berarti luasan wilayah sebenarnya dilapangan yang sesuai untuk pengembangan tanaman apel bisa jadi lebih sedikit karna wilayah tersebut sudah digunakan untuk sektor lain seperti hutan, pemukiman, industri, sawah dan lain sebagainya, sehingga lahan tersebut sangat sulit untuk dikonversi penggunaannya menjadi lahan atau areal penanaman apel. Selain itu juga, tidak semua wilayah yang sesuai dapat diarahkan menjadi area perkebunan apel, karena harus memperhitungkan juga biaya produksi serta pendapatan yang didapat para petani. 5. 2. Saran

Penelitian ini hanya mengkaji dan didasarkan pada sifat fisik saja, perlu juga diperhatikan faktor-faktor lainnya seperti ekonomi, sosial, budaya, dan politik, serta kebijakan pemerintah untuk lebih mengembangkan tanaman apel di propinsi Jawa Timur selain di kabupaten Malang.

Faktor pembobot yang digunakan dalam metode penelitian ini diasumsikan sama dan hanya berlaku untuk wilayah kajian yaitu propinsi Jawa Timur, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut dengan metode yang berbeda untuk mendapatkan luasan lahan aktual yang benar-benar cocok

POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN APEL ( Malus sylvestris Mill )

BERDASARKAN ASPEK AGROKLIMAT DI JAWA TIMUR

Oleh

DENI IRAWAN

G24102027

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN APEL ( Malus sylvestris Mill )

BERDASARKAN ASPEK AGROKLIMAT DI JAWA TIMUR

Oleh

DENI IRAWAN

G24102027

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

RINGKASAN

Deni Irawan : Potensi Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) Berdasarkan Aspek Agroklimat di Jawa Timur, di bawah bimbingan Ir. Heny Suharsono, MS.

Latar belakang penelitian ini adalah masih tingginya jumlah import buah-buahan Indonesia. Besarnya impor produk hortikultura khususnya buah segar menunjukan bahwa produksi dalam negeri belum mampu memberi kontribusi dalam pemenuhan kebutuhannya. Buah apel merupakan salah satu buah-buahan yang memiliki ketergantungan pada impor

Pada penelitian ini penentuan kesesuaian agroklimat untuk tanaman apel dilakukan dengan menggunakan ModelBuilder yang merupakan ekstensi dari ArcView 3. 3. Tahap pertama adalah merubah seluruh data menjadi format grid kemudian data tersebut direklasifikasi. Selanjutnya adalah membuat flowchart kesesuaian iklim dan tanah untuk tanaman apel. Kemudian dilakukan proses overlay dengan pemberian pembobotan (Weighted Overlay Process) pada masing-masing parameter. Pada penelitian ini nilai pembobotnya diasumsikan sama artinya masing-masing parameter mempunyai pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman apel.

Peta yang dihasilkan terdiri dari peta kesesuaian tanah, kesesuaian iklim, serta peta kesesuaian iklim dan tanah (agroklimat). Berdasarkan kesesuaian iklim, luas wilayah sangat sesuai (S1) 47.608,61 ha, sesuai (S2) 843.164,87 ha, dan sesuai marjinal (S3) 3.822.150,42 ha dan yang tidak cocok (N) 38.743,56 ha. Untuk kesesuaian tanah, luas wilayah sangat sesuai (S1) 1.183.952,19 ha, sesuai (S2) 3.036.728,79 ha, dan sesuai marjinal (S3) 518.326,29 ha. Untuk kesesuaian iklim dan tanah, luas wilayah sangat sesuai (S1) 72.890,42 ha, sesuai (S2) 1.405.931,46 ha, dan sesuai marjinal (S3) 294.0570,33 ha. dan yang tidak cocok (N) 417.314,08 ha.

Selain kabupaten Malang ternyata di propinsi Jawa Timur masih terdapat beberapa daerah yang juga berpotensi untuk pengembangan tanaman apel diantaranya adalah: kabupaten Bondowoso, kabupaten Ponorogo, kabupaten Banyuwangi, kabupaten Kediri, kabupaten Situbondo dan juga kabupaten Magetan. Semua kabupaten itu wilayahnya sesuai berdasarkan unsur agroklimatnya, akan tetapi tidak semua wilayah yang sesuai dapat diarahkan menjadi area perkebunan apel, karena harus memperhitungkan untung–rugi yang didapat para petani.

Penelitian ini hanya mengkaji dan didasarkan pada sifat fisik saja, perlu juga diperhatikan faktor-faktor lainnya seperti ekonomi, sosial, budaya, dan politik, serta kebijakan pemerintah untuk lebih mengembangkan tanaman apel di propinsi Jawa Timur selain di kabupaten Malang.

POTENSI PENGEMBANGAN TANAMAN APEL ( Malus sylvestris Mill )

BERDASARKAN ASPEK AGROKLIMAT DI JAWA TIMUR

Oleh

DENI IRAWAN

G24102027

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Pada Program Studi Meteorologi

DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Sumedang 03 Maret 1984 dari pasangan orang tua bernama Casan Arifin dan Juju Hendrasmayati. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Penulis lulus dari SMU 2 Cimalaka, Kabupaten Sumedang pada tahun 2002 kemudian pada tahun yang sama pula diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI pada Departemen Geofisika dan Meteorologi, program studi Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

Selama menjadi mahasiswa penulis juga pernah melaksanakan praktek lapang di PT. Indomilk Indonesia serta terlibat aktif di Himpunan atau organisasi kemahasiswaan (HIMAGRETO) sebagai anggota.

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada ALLAH SWT atas segala karunia-NYA sehingga penulisan skripsi ini berhasil diselesaikan. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Departemen Geofisika dan Meteorologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor.

Terima kasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu serta mendukung dalam kegiatan dan penulisan skripsi ini, diantaranya adalah:

1. Bapak Ir. Heny Suharsono, MS selaku dosen pembimbing atas bimbingannya dari awal penelitian hingga akhir penyusunan skripsi ini.

2. Ibu Ir. Rini Hidayati, MS selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberi saran dan membantu penulis selama menjalani study di Departemen Geofisika dan Meteorologi ini.

3. Bapak Idung Risdianto, S. Si, M.Sc. I.T dan bapak I Putu Santikayasa, S. Si, M.Sc. atas kesediannya untuk menjadi dosen penguji.

4. Seluruh staf TU Departemen Geofisika dan Meteorologi; Pak Toro, Pak Jun, Bu Indah, Azis atas segala bantuannya serta Pak Pono atas kerjasama dan kebaikannya di perpustakaan.

5. Pak Dadang sekeluarga atas keramahan dan kesabarannya. 6. Para sahabat sejatiku : Beno, Ade, dan Heri,,,keep fighting!!!

7. Sahabat senasib dan sepenanggungan ( Golo, Eko, Inul, aconge, samba,Bastruk, Menyan, Dwok, and Sapta ), thanks komputernya dan semua kepercayaan yang telah kalian pinjamkan pada ku hingga kini!?! SEMANGAT!!!!!!

8. Sahabat Penaku di Semarang: Aya, Heri, Indah dan semuanya.

9. Teman-teman yang selalu sayang dan peduli denganku, dan Feyy thank for everthink!?. 10. GFMers: An-an, Ana, Ani, Anton, Aprian, Basar, Dwi, DwiNita, Eko, Fanida, Fio, Gian,

Hesti, Yuni, Joko, Kiki, La-Ode, Lina, Linda, Lupi, Mian, Misna, Nana, Ridwan, Rudi, Sasat, Samba, Sapta, Vivi, Wahyu, Yohana, Zainul, dan seluruh civitas GFM yang lain yang tak mungkin disebutkan satu persatu.

11. Akang-akang alumni (a Enjie, Adhip, Erwin, andrie, supri, and Beni) thank atas bantuanya terutama data-datanya.

12. Para Generasi Tangguh Ku: GFM 40, GFM 41, dan GFM 42 “Impossible Is Nothing?!!” 13. Hani, Endah, Mem el, Angga, Dewie, and Aqsa … thanks for the inspirations………”You’re

Beautiful, goodbye My Lover, googbye My Freind……but You not Have Been the One……….For me”(J. Blunt)☺

14. Ungkapan terima kasih yang paling dalam disampaikan kepada Ayah, Ibu, Ema Ati, Aki Aji (almarhum), dan seluruh keluarga besarku (Aki Igud, Aki Sukarsa, Hari, Ua, dan semua saudara-saudaraku ) atas doa dan kasih sayangnya.

Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberi manfaat bagi semua pihak yang membutuhkannya.

Bogor, Januari 2007

DAFTAR ISI

Halaman

PRAKATA... i

DAFTAR TABEL………...… iii

DAFTAR GAMBAR………... iii

DAFTAR LAMPIRAN………...……… iii

I. PENDAHULUAN………...… 1

1. 1. Latar Belakang………... 1

1. 2. Tujuan………... 2

1. 3. Asumsi... 2

II.TINJAUAN PUSTAKA...………... 3

2. 1.Agronomi Tanaman Apel...………... 3

2. 2. Teknik Budidaya Tanaman Apel...………... 3

2. 3. Produksi Apel Indonesia………... 4

2. 4. Beberapa Aspek Penting untuk Kesesuaian Agroklimat Tanaman Apel 4 2. 4. 1. Suhu Udara... 4

2. 4. 2. Curah Hujan... 5

2. 4. 3. Tanah... 5

2.5. Pewilayahan Tanaman dan Evaluasi Lahan………... 5

2. 6. sistem Informasi Geografis... 6

III. METODOLOGI...………... 7

3. 1. Alat dan Bahan...………... 7

3. 2. Waktu dan Tempat Penelitian...………... 7

3. 3. Metode Penelitian... 7

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN……… ... 9

4 .1. Keadaan Daerah Propinsi Jawa Timur………... 9

4. 2. Kesesuaian Iklim untuk Tanaman Apel di Propinsi Jawa Timur... 9

4. 3.Kesesuaian.Tanah untuk Tanaman Apel di Propinsi Jawa Timur... 10

4. 4. Kesesuaian.Agroklimat untuk Tanaman Apel di Propinsi Jawa Timur... 11

4. 5. Rekomendasi Wilayah Pengembangan Tanaman Apel di Propinsi Jawa Timur... 11

V. KESIMPULAN DAN SARAN………... 13

5. 1. Kesimpulan... 13

5. 2. Saran... 13

DAFTAR PUSTAKA………... 14

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Impor produk hortikultura tahun 1998 – 2003………... 1 2. Jenis Hama yang menyerang tanaman apel ...………... 4 3. Luas Potensi Pengembangan Tanaman Apel Berdasarkan Kesesuaian Iklim di

Jawa Timur... 10 4. Luas Potensi Pengembangan Tanaman Apel Berdasarkan Kesesuaian Tanah di

Jawa Timur... 11 5. Luas Potensi Pengembangan Tanaman Apel Berdasarkan Kesesuaian Agroklimat di Jawa Timur... 11 6. Luas Wilayah Kabupaten Yang direkomendasikan untuk Pengembangan Tanaman Apel di Jawa timur... 12

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Perbandingan Volume impor apel dibanding buah segar lain Indonesia

tahun 2000 – 2003 (Ton).………...………... 1 2. Apel ( Malus sylvestris Mill)………... 3 3. Flowchart Kesesuaian Agroklimat Tanaman Apel... 8 4. Peta Propinsi Jawa Timur …...……… 9 5. Peta Kesesuaian Iklim untuk Tanaman Apel di Jawa Timur... 9 6. Peta Kesesuaian Tanah untuk Tanaman Apel di Jawa Timur... 10 7. Peta Kesesuaian Agroklimat untuk Tanaman Apel di Jawa Timur... 11

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1. Tabel Persyaratan penggunaan lahan untuk Apel ( Malus sylvestris Mill )... 17 2. Data Iklim yang didapat dari Beberapa Stasiun di Propinsi Jawa timur... 18 3. Luasan Lahan Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) berdasarkan Kesesuaian Iklim di Propinsi Jawa Timur... 23 4. Luasan Lahan Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) berdasarkan

Kesesuaian Tanah di Propinsi Jawa Timur... 24 5. Luasan Lahan Pengembangan Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) berdasarkan

Kesesuaian Agroklimat di Propinsi Jawa Timur... 25 6 Luas Penggunaan Lahan Di Jawa Timur Tahun 2001 S/D 2003... 26 7. Beberapa Jenis apel yang ditanam di Propinsi Jawa timur... 27 8. Peta Lokasi Stasiun Curah Hujan di Propinsi Jawa Timur... 28 9. Peta administrasi Propinsi jawa timur... 29 10. Peta Topografi Propinsi Jawa Timur... 30 11. Peta Penutupan Lahan Propinsi Jawa Timur Tahun 2002 (LAPAN)... 31 12. Peta Jenis Tanah Propinsi Jawa Timur... 32 13. Peta Isohyet Propinsi Jawa Timur... 33 14. Peta Kesesuaian Iklim Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) Propinsi Jawa Timur.. 34 15. Peta Kesesuaian Tanah Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) Propinsi Jawa Timur.. 35 16. Peta Kesesuaian Agroklimat Tanaman Apel (Malus sylvestris Mill) Propinsi Jawa Timur... 36 17. Tanaman Apel di Areal Perkebunan Apel di Malang... 37

0 20000 40000 60000 80000 100000 Volume import (Ton) ApelJeruk Mandarin PearAnggurJeruk Orange DurianBuah segar lain Jenis Buah

Perbandingan volume import buah apel dengan buah segar lainya 2000 2001 2002 2003 I. PENDAHULUAN I. 1. Latar Belakang

Komoditas hortikultura sudah dipandang sebagai salah satu sumber pertumbuhan baru dalam sektor pertanian, karena memiliki potensi pasar yang tinggi. Seiring dengan pertambahan jumlah penduduk, maka permintaan masyarakat terhadap produk hortikultura di dalam negeri diperkirakan akan meningkat. Buah-buahan merupakan komoditas hortikultura selain sayuran, tanaman hias dan tanaman obat yang mempunyai peranan penting dalam hal pemenuhan gizi masyarakat dan potensi ekonomi.

Permintaan buah-buahan

berdasarkan proyeksi Bina Produksi Tanaman Pangan dan Hortikultura menunjukan kenaikan sebesar 6,5 % untuk periode tahun 2000 – 2005 dan diperkirakan akan meningkat menjadi 6,8 % untuk periode 2005 – 2010 dan 6,9 % untuk periode 2010 – 2015 (Ardiansyah, 1997). Sayangnya pemenuhan kebutuhan buah-buahan ini tidak hanya mengandalkan produksi lokal tetapi juga produk impor. Berikut ini adalah nilai impor produk hortikultura selama kurun waktu 1998 – 2003.

Tabel 1. 1. Impor produk hortikultura tahun 1998 – 2003 Tahun Volume (juta ton) Nilai (juta USD) 1998 0.3 121.6 1999 0.4 140.6 2000 0.6 252.9 2001 0.6 254.7 2002 0.6 334.5 2003 0.6 333.2 Sumber: BPS (2004)

Besarnya impor produk hortikultura khususnya buah segar menunjukan bahwa produksi dalam negeri belum mampu memberi kontribusi dalam pemenuhan kebutuhannya, jika Indonesia terpaksa harus terus mengimpor, alangkah sia-sianya potensi sumber daya alam Indonesia yang sangat banyak ini. Untuk mendorong peningkatan produksi dan mutu buah dalam negeri, selama beberapa tahun terakhir Direktorat Jendral Bina Produksi Hortikultura meluncurkan program pembentukan kawasan sentra produksi

dimana secara keseluruhan program ini mendorong peningkatan produksi dan mutu buah yang mencakup salah satunya adalah perluasan areal tanam di wilayah sentra, karena hanya dengan memproduksi buah yang bermutu tinggi dalam jumlah yang cukup, maka Indonesia dapat membendung masuknya buah impor.

Buah apel sebagai salah satu buah-buahan yang memilik ketergantungan pada impor merupakan komoditas yang paling banyak dibutuhkan masyarakat, hal ini bisa dilihat dari tingginya nilai impor buah apel dibandingkan dengan buah impor lainnya seperti jeruk mandarin, pir, anggur, jeruk orange, durian dan buah segar lainnya.

Gambar 1. 1. Perbandingan Volume impor apel dibanding buah segar lain Indonesia tahun 2000 – 2003 (Ton).

Sumber: BPS (2004)

Pengembangan apel di Indonesia belum begitu pesat sebagaimana yang diharapkan, bahkan pada beberapa tempat justru mengalami penurunan yang serius. Beberapa faktor penyebabnya selain minimnya produksi dan mutu, tingginya organisme pengganggu tanaman dan keterbatasan kemampuan serta sumberdaya manusia adalah keterbatasan wilayah agroklimat yang sesuai (Dirjen BPH, 2004).

Berdasarkan karakteristik dan syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk pengembangan apel di Indonesia, Jawa Timur merupakan salah satu sentra produksi apel yang utama. Dalam rangka peningkatan produksi tanaman apel khususnya di wilayah Jawa Timur, salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan memperluas areal penanaman (Ekstensifikasi), mengingat populasi tanaman apel di Jawa Timur saat ini masih terkonsentrasi di kabupaten Malang yang mencapai 80 % dari jumlah seluruh tanaman apel yang ada di Jawa Timur. Namun sesungguhnya,

pengembangan apel masih dapat ditingkatkan mengingat wilayah Jawa Timur khususnya dan Indonesia pada umumnya yang masih luas dengan sumberdaya alam yang mendukung.

Melakukan perluasan lahan pertanian sendiri tidak dapat diterapkan di sembarang daerah, karena setiap daerah memiliki karakteristik lahan yang berbeda sehingga tidak semua tanaman dapat tumbuh di daerah tersebut. Diperlukan sumberdaya alam seperti iklim dan tanah yang harus diperhatikan untuk melakukan ekstensifikasi. Salah satu cara untuk menentukan lokasi yang sesuai bagi pengembangan tanaman apel adalah dengan memperhatikan aspek agroklimatnya yaitu faktor iklim yang meliputi curah hujan , suhu, dan radiasi. Ketiga faktor tersebut sangat menentukan pertumbuhan, perkembangan, dan produksi tanaman. Faktor tanah yang perlu diperhatikan adalah sifat fisik, kimia dan topografi daerah.

I. 2. Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan daerah lain di Jawa Timur selain kabupaten Malang yang berpotensi bagi pengembangan tanaman apel berdasarkan kesesuaian agroklimatnya.

1. 3. Asumsi

Pada penelitian ini nilai pembobotnya diasumsikan sama artinya masing-masing parameter mempunyai pengaruh yang sama terhadap pertumbuhan dan perkembangan tanaman apel.

II. TINJAUAN PUSTAKA

2. 1. Agronomi Tanaman Apel

Apel dalam ilmu botani disebut Malus sylvestris Mill. Apel merupakan tanaman buah tahunan yang berasal dari daerah Asia Barat dengan iklim sub tropis. Di Indonesia apel telah ditanam sejak tahun 1934 hingga saat ini. Tanaman apel mulai berkembang setelah tahun 1960, terutama jenis Rome Beauty.

Menurut sistematika, tanaman apel termasuk dalam: 1) Divisio : Spermatophyta 2) Subdivisio : Angiospermae 3) Klas : Dicotyledonae 4) Ordo : Rosales 5) Famili : Rosaceae 6) Genus : Malus

7) Spesies : Malus sylvestris Mill Dari spesies Malus sylvestris Mill ini, terdapat bermacam-macam varietas yang memiliki ciri-ciri atau kekhasan tersendiri. Beberapa varietas apel unggulan antara lain: Rome Beauty, Manalagi, Anna, Princess Noble dan Wangli/Lali jiwo.

Gambar 2. 1. Apel (Malus sylvestris Mill) Sumber: warintek.ristek Seluruh kultivar apel yang ditanam di Indonesia pada kenyataannya adalah introduksi dari luar negeri. Jenis Rome Beauty merupakan kultivar yang paling banyak ditanam, hampir sekitar 70 % dari total populasi apel di Malang. Tanaman apel di Indonesia dapat dipanen 2 kali setahun, tetapi produksinya selain dipengaruhi oleh umur tanaman juga dipengaruhi oleh musim. Berdasarkan data yang didapat dari Balai Penelitian Hortikultura Malang, produksi apel jenis Rome Beauty pada musim penghujan lebih sedikit yaitu sekitar 2, 44 kg/pohon/musim, dibandingkan dengan musim kemarau yang bisa mencapai 12,25 kg/pohon/musim. Rendahnya produksi pada musim hujan disebabkan oleh air hujan yang menimpa bunga yang sedang mekar yang dapat menggagalkan penyerbukan (Suhardjo, 1985).

2. 2. Teknik Budidaya Tanaman Apel Budidaya tanaman apel dilakukan secara bertahap mulai dari pembibitan hingga pemanenan. Perbanyakan tanaman apel dilakukan secara vegetatif dan generatif. Perbanyakan yang baik dan umum dilakukan adalah perbanyakan vegetatif, sebab perbanyakan generatif memakan waktu lama dan sering menghasilkan bibit yang menyimpang dari induknya. Berikutnya adalah pengolahan media tanam, yang pertama dilakukan adalah persiapan pengolahan tanah dan pelaksanaan survei. Tujuannya untuk mengetahui jenis tanaman, kemiringan tanah, keadaan tanah, menentukan kebutuhan tenaga kerja, bahan paralatan dan biaya yang diperlukan.

Tanaman apel dapat ditanam secara monokultur maupun intercroping. Intercroping hanya dapat dilakukan apabila tanah belum tertutup tajuk-tajuk daun atau sebelum 2 tahun. Tapi pada saat ini, setelah melalui beberapa penelitian intercroping pada tanaman apel dapat dilakukan dengan tanaman yang berhabitat rendah, seperti cabai, bawang dan lain-lain. Tanaman apel tidak dapat ditanam pada jarak yang terlalu rapat karena akan menjadi sangat rimbun yang akan menyebabkan kelembaban tinggi, sirkulasi udara kurang, sinar matahari terhambat dan meningkatkan pertumbuhan penyakit. Jarak tanam yang ideal untuk tanaman apel tergantung varietas. Untuk varietas Manalagi dan Prices Noble adalah 3-3.5 x 3.5 m, sedangkan untuk varietas Rome Beauty dan Anna dapat lebih pendek yaitu 2-3 x 2.5-3 m.

Penanaman apel dilakukan baik pada musim penghujan atau kemarau (di sawah). Untuk lahan tegal dianjurkan pada musim hujan. Pemeliharaan Tanaman dilakukan beberapa tahap yaitu: penjarangan dan penyulaman, penyiangan, pembubunan dan perempalan/pemangkasan serta pemupukan. Untuk pemupukan biasanya pupuk yang diberikan pada pengolahan lahan adalah pupuk kandang sebanyak 20 kg per lubang tanam yang dicampur merata dengan tanah, setelah itu dibiarkan selama 2 minggu.

Untuk pertumbuhannya, tanaman apel memerlukan pengairan yang memadai sepanjang musim. Pada musim penghujan, masalah kekurangan air tidak ditemui, tetapi harus diperhatikan jangan sampai tanaman terendam air. Karena itu perlu drainase yang baik. Sedangkan pada musim kemarau masalah kekurangan air harus diatasi dengan

cara menyirami tanaman sekurang-kurangnya 2 minggu sekali dengan cara dikocor.

Pada umumnya buah apel dapat dipanen pada umur 4-5 bulan setelah bunga mekar, tergantung pada varietas dan iklim. Rome Beauty dapat dipetik pada umur sekitar 120-141 hari dari bunga mekar, Manalagi dapat dipanen pada umur 114 hari setelah bunga mekar dan Anna sekitar 100 hari. Tetapi, pada musim hujan dan tempat lebih tinggi, umur buah lebih panjang.

Pemanenan paling baik dilakukan pada saat tanaman mencapai tingkat masak fisiologis (ripening), yaitu tingkat dimana buah mempunyai kemampuan untuk menjadi masak normal setelah dipanen. Ciri masak fisiologis buah adalah: ukuran buah terlihat maksimal, aroma mulai terasa, warna buah tampak cerah segar.

Periode panen apel adalah enam bulan sekali berdasarkan siklus pemeliharaan yang telah dilakukan. Produksi buah apel sangat tergantung dengan varietas, secara umum produksi apel adalah 6-15 kg/pohon (Suhardjo, 1985).

Dalam Nugroho (2001) dinyatakan bahwa gangguan pada tanaman apel disebabkan oleh hama maupun penyakit. Beberapa hama dan penyakit yang menyerang tanaman apel seperti pada tabel 2. 1.

Tabel 2. 1. Jenis Hama yang menyerang tanaman apel

HAMA Kutu hijau (Aphis pomi Geer)

Tungau, Spinder mite, cambuk merah (Panonychus Ulmi)

Trips

Ulat daun (Spodoptera litura)

Serangga penghisap daun (Helopelthis Sp) Ulat daun hitam (Dasychira Inclusa Walker) Lalat buah (Rhagoletis Pomonella)

Selain hama tersebut, tanaman apel juga sering terkena penyakit embun tepung (Powdery Mildew), penyebabnya adalah Padosphaera leucotich Salm. Dengan stadia imperfeknya adalah oidium Sp. Mempunyai gejala: (1) pada daun atas tampak putih,

(2) pada buah berwarna coklat, berkutil coklat.

Penyakit bercak daun (Marssonina coronaria J.J. Davis). Gejala: pada daun umur 4-6 minggu setelah perompesan terlihat bercak putih tidak teratur, berwarna coklat, permukaan atas timbul titik hitam, dimulai dari daun tua, daun muda hingga seluruh bagian gugur.

Penyakit kanker (Botryosphaeria Sp.). Gejala: menyerang batang/cabang (busuk, warna coklat kehitaman, terkadang mengeluarkan cairan), dan buah (becak kecil warna cokelat muda, busuk, mengelembung, berair dan warna buah pucat.

Busuk buah (Gloeosporium Sp.). Gejala: bercak kecil cokelat dan bintik-bintik hitam berubah menjadi orange.Busuk akar (Armilliaria Melea). Gejala: menjerang tanaman apel pada daerah dingin basah, ditandai dengan layu daun, gugur, dan kulit akar membusuk.

2.3. Produksi Apel di Indonesia

Sentra utama apel di Indonesia adalah di Jawa Timur, areal penyebaran pengembangannya terletak di daerah Tumpang, Ponco kusumo, Nongko Jajar, dan Jonggo serta dibeberapa tempat lainnya dalam frekuensi kecil.

Populasi tanaman apel tropis di sentra utama propinsi Jawa Timur mencapai lebih dari 5 juta pohon. Angka produksi cenderung meningkat dalam waktu beberapa tahun terakhir, meskipun dihadapkan pada berbagai masalah seperti mahalnya pupuk dan pestisida, gangguan alam berupa abu gunung semeru dan lain sebagainya (Komarudin, 2005).

2. 4. Beberapa aspek penting untuk kesesuaian agroklimat tanaman apel 2. 4. 1. Suhu Udara

Tanaman apel di Indonesia merupakan introduksi dari daerah subtropik, agar dapat ditanam di daerah tropis seperti Indonesia maka akan lebih cocok ditanam di daerah pegunungan, dimana suhu udara menyamai suhu udara di daerah subtropik. Di daerah tropis secara umum berlaku bahwa suhu udara menurun 0.6oC tiap naik 100 mdpl.

Tanaman apel dapat tumbuh dan berbuah baik pada ketinggian 700-1200 m

apel adalah sebagai berikut: rata-rata temperature berkisar antara 10 sampai 35°C dan yang optimum sekitar 16 sampai 27°C (Suhardjo, 1985).

Tanaman apel membutuhkan cahaya matahari yang cukup antara 50-60%

Dokumen terkait