• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini merupakan bab penutup yang mencakup kesimpulan yang diambil setelah pengolahan dan analisa perhitungan serta saran-saran yang berupa masukan-masukan.

BAB 2

TINJAUAN TEORITIS

2.1.Pengertian-pengertian

Kependudukan sangat erat kaitannya dengan demografi. Demografi sendiri berasal dari kata Yunani yaitu “Demos” yang berarti rakyat atau penduduk dan “Grafein” yang berarti menulis. Jadi demografi adalah tulisan-tulisan mengenai rakyat atau penduduk.

Berdasarkan : Multilingual Demographic Dictionary (IUSSP, 1982) defenisi demografi adalah :

Demografi is the scientific study of human populations in primarily with the respect to their size, their structure (compotition) and their development (change).

Dalam Bahasa Indonesia terjemahan kurang lebih adalah sebagai berikut :

Demografi mempelajari penduduk (suatu wilayah) terutama mengenai jumlah, struktur (komposisi) penduduk dan perkembangannya (perubahannya).

Philip M. Hauser dan Dudley Ducan (1959) mengusulkan definisi demografi sebagai berikut :

Demografi mempelajari jumlah, persebaran teritorial dan komposisi penduduk serta perubahannya dan sebab-sebab perubahan itu, yang biasanya timbul karena fertilitas, mortalitas, gerak teritorial (migrasi) dan mobilitas sosial (perubahanb status).

Dari kedua defenisi tersebut dapat disimpulkan bahwa demografi mempelajari struktur dan proses penduduk disuatu wilayah. Struktur penduduk ini selalu berubah-ubah, dan perubahan tersebut disebabkan karena proses demografi yaitu kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas) dan migrasi penduduk.

Struktur penduduk merupakan aspek yang statis, yang menggambarkan penduduk dari hasil sensus penduduk pada hari sensus tersebut. Data yang dapat pada hari dilakukan sensus dijadikan sebagai basis perhitungan penduduk. Setelah hari sensus penduduk tersebut dilakukan maka struktur penduduk akan berubah dari basis penduduk tadi. Unsur-unsur yang dinamis yang terdiri dari kelahiran, kematian dan migrasi. Proses perubahan tersebut disebut pula dengan proses yang dinamis.

Masalah kependudukan sangat mempengaruhi kesejahteraan dan perkembangan suatu daerah dan Negara. Pada tahun 1973 di Paris selama kongres masalah kependudukan dilangsungkan, Aldophe Laundry telah membuktikan matematik adanya hubungan antar unsur-unsur demografi secara kelahiran, kematian, jenis kelamin, umur dan sebagainya. Ia menyarankan penggunaan istilah “PURE DEMOGRAPHY” untuk cabang ilmu demografi yang bersifat analitik matematik dan lain dari ilmu demografi yang bersifat deskriptif.

Pure Demography (demografi umum) atau juga disebut demografi formal menghasilkan tekhnik-tekhnik untuk menghitung data kependudukan. Dengan tekhnik tersebut dapat diperoleh perkiraan keadaan penduduk dimasa depan atau masa lampau.

Studi kependudukan (Population Study) mempunyai kajian yang lebih luas dari kajian demografi murni, karena dalam memahami struktur dan proses kependudukan disuatu daerah, faktor-faktor non demografis ikut dilibatkan.

Kammeyer (1971) memperjelas perbedaan antara demografi formal dengan studi kependudukan lewat perbedaan antara variabel pengaruh dan variabel terpengaruh. Jika variabel pengaruh dan variabel terpengaruh kedua-duanya terdiri dari variabel demografi maka tipe studi adalah demografi murni. Apabila salah satu variabelnya adalah variabel non demografi, maka kajian tersebut adalah studi kependudukan.

2.2. Kegunaan Proyeksi Penduduk

Penduduk ialah orang atau individual yang tinggal atau menetap pada suatu daerah tertentu dalam jangka waktu yang lama. Sedangkan Proyeksi ialah perhitungan dengan meramalkan atau menduga kejadian-kejadian atau hal-hal yang mungkin terjadi baik itu mengenai kependudukan, ketenagakerjaan maupun pembangunan dengan menggunakan beberapa asumsi-asumsi yang didasarkan atas data pada tahun dasar.

Proyeksi penduduk ialah perkiraan yang menunjukkan keadaan mortalitas, fertilitas dan migrasi pada masa-masa yang akan datang. Pada dekade akhir-akhir ini, pemerintah memerlukan proyeksi penduduk sehubungan dengan tanggung jawabnya untuk memperbaiki kondisi sosial ekonomi dari rakyatnya melalui pengembangan yang terencana.

Mengingat semua rencana-rencana pembangunan baik ekonomi maupun sosial, menyangkut pertimbangan tentang jumlah serta karakteristik dari apda penduduk dimasa mendatang, proyeksi mengenai jumlah serta struktur penduduk dianggap sebagai pernyataan minimum untuk proses perencanaan pembangunan.

2.3.Teori Kependudukan

Teori kependudukan dikembangkan oleh faktor yang sangat dominan. Pertama ialah meningkatkan pertumbuhan penduduk terutama di Negara-negara yang sedang berkembang. Hal ini menyebabkan para ahli memahami faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertumbuhan penduduk. Faktor kedua adalah adanya masalah-masalah yang sifatnya universal, yang menyebabkan para ahli harus lebih banyak mengembangkan dan menguasai kerangka teori untuk mengkaji lebih lanjut sejauh mana terjalin suatu hubungan antara penduduk dengan perkembangan penduduk ekonomi sosial.

2.4.Metode yang Digunakan

Pada dasarnya ukuran-ukuran yang dipergunakan dalam demografi sama dengan ukuran-ukuran yang dipergunakan pada ilmu-ilmu yang lain yaitu ukuran absolute dan ukuran relative.Ukuran relative yang sering digunakan dalam demografi adalah perbandingan rasio, proporsi, persentase dan tingkat (rate).

2.4.1. Angka Pertumbuhan Penduduk

Angka pertumbuhan penduduk menunjukkan angka rata-rata pertambahan penduduk pertahun pada periode atau waktu tertentu, dan biasanya dinyatakan dengan persen (%). Dalam menghitung proyeksi pertumbuhan penduduk digunakan beberapa asumsi-asumsi, yaitu :

1. Pertumbuhan Aritmatika

Pertumbuhan penduduk secara aritmatika ialah pertumbuhan penduduk dengan jumlah adalah sama setiap tahun. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Pn = P0 (1 + rn) Dimana :

Pn = Jumlah penduduk pada n

P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal r = Tingkat pertumbuhan penduduk n = Periode waktu dalam tahun

2. Pertumbuhan Geometri

Pertumbuhan Geometri adalah pertumbuhan penduduk berskala atau bertahap dalam selang waktu tertentu. Dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Pn = P0 (i + r)n Dimana :

P0 = Jumlah penduduk pada tahun awal r = Tingkat pertumbuhan penduduk n = Periode waktu dalam tahun

3. Pertumbuhan Eksponensial

Pertumbuhan eksponensial merupakan pertumbuhan penduduk yang berlangsung secara terus menerus dalam suatu daerah atau wilayah tertentu dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

Pn = P0 . em dengan :

e = jumlah konstanta yang besarnya 2.718282

2.4.2. Rasio Jenis Kelamin

Rasio adalah perbandingan dua perangkat, yang dinyatakan dalam suatu satuan tertentu dan biasanya dinyatakan dalam banyaknya penduduk laki-laki per 100 perempuan. Secara umum rumus rasio dapat dituliskan :

100 x Perempuan Penduduk Jumlah laki Laki Penduduk Jumlah SR  

Rasio jenis kelamin (SR) menurut kelompok umur dapat dituliskan dengan rumus sebagai berikut :

k x Fi Mi SRi

Dengan :

SRi = Rasio jenis kelamin pada golongan umur i tahun Mi = Jumlah penduduk laki-laki pada golongan umur i tahun Fi = Jumlah penduduk perempuan pada golongan umur i tahun K = Konstanta, biasanya 100.

Besar kecilnya rasio disuatu daerah dipengaruhi oleh : 1. Sex Rasio at Birth

Dibeberapa negara umumnya berkisar antara 103-105 bayi laki-laki per 100 perempuan.

2. Pola mortalitas antara penduduk laki-laki dan perempuan

Jika kematian laki-laki lebih besar daripada jumlah kematian perempuan maka rasio jenis kelamin semakin kecil.

3. Pola migrasi penduduk laki-laki dan perempuan

Jika disuatu daerah SR > 100 berarti daerah tersebut lebih banyak penduduk laki-lakinya dan sebaliknya jika SR < 100 di daerah tersebut lebih banyak perempuan daripada laki-laki.

2.4.3. Komposisi atau Struktur Penduduk Menurut Umur

Umur dan jenis kelamin merupakan karakteristik penduduk yang pokok dan berpengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi, dimana hampir semua pembahasan mengenai masalah kependudukan melibatkan variabel umur dan jenis kelamin penduduk. Misalnya, pemerintah ingin merencanakan pelaksanaan wajib belajar penduduk usia sekolah, maka perlu

diketahui jumlah penduduk di usia sekolah baik yang sekarang maupun masa yang akan datang.

Dalam demografi distribusi umur penduduk dapat digolongkan antara lain menurut “satu tahunan ataupun lima tahunan’ dan distribusi umur yang digunakan penulis untuk mengelompokkan umur penduduk adalah dengan distribusi umur lima tahunan, dengan tujuan untuk mendapatkan struktur penduduk kabupaten Tapanuli Selatan.

Contoh : Umur satu tahunan Umur lima tahunan

0 0 – 4

1 5 – 9

2…dst 10 – 14 …dst

Struktur umur penduduk dipengaruhi oleh tiga variabel demografi yaitu kelahiran, kematian, dan migrasi yang saling berpengaruh satu dengan yang lainnya, dengan kata lain bila satu variabel berubah maka variabel lainnya juga berubah. Faktor sosial ekonomi disuatu Negara atau daerah akan mempengaruhi struktur umur penduduk melalui ketiga variabel di atas.

Untuk mengetahui apakah suatu penduduk tergolong ‘penduduk muda’ atau ‘penduduk tua’ dapat dilakukan dengan cara :

Melihat komposisi umur penduduknya untuk kelompok usia dibawah 5 tahun dan diatas 65 tahun. Suatu negara atau daerah dikatakan mempunyai struktur umur muda, apabila kelompok penduduk yang berumur di bawah 15 tahun jumlahnya lebih besar dari 35%, sedangkan besarnya kelompok penduduk usia 65 tahun keatas kurang dari 3% dan dikatakan berstruktur umur tua apabila kelompok

penduduk yang berumur 15 tahun ke bawah jumlahnya kurang dari 35% dan persentase jumlah penduduk diatas 65 tahun sekitar 15%.

BAB 3

GAMBARAN UMUM KABUPATEN TAPANULI SELATAN

3.1.Sejarah Singkat Kabupaten Tapanuli Selatan

Pada zaman penjajahan Belanda, kabupaten Tapanuli Selatan disebut AFDEELING PADANGSIDIMPUAN yang dikepalai oleh seorang residen yang berkedudukan di Padangsidimpuan.

Afdeeling Padangsidimpuan dibagi atas 3 (tiga) onderafdeeling, masing-masing dikepalai oleh seorang contrelor dibantu oleh masing-masing-masing-masing Demang yaitu :

1. Onder Afdeeling Angkola dan Sipirok, berkedudukan di Padangsidimpuan. Onder ini dibagi 3 distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang yaitu :

a. Distrik Angkola berkedudukan di Padangsidimpuan b. Distrik Batang Toru berkedudukan di Batang Toru c. Distrik Sipirok berkedudukan di Sipirok

2. Onder Afdeeling Padang Lawas, berkedudukan di Sibuhuan

Onder ini dibagi atas 3 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang yaitu :

a. Distrik Padang Bolak berkedudukan di Gunung Tua b. Distrik Barumun dan Sosa berkedudukan di Sibuhuan c. Distrik Dolok berkedudukan di Sipiongot

3. Onder Afdeeling Madina, berkedudukan di Kota Nopan

Onder ini dibagi atas 5 onder distrik, masing-masing dikepalai oleh seorang Asisten Demang yaitu :

a. Distrik Panyabungan berkedudukan di Panyabungan b. Distrik Kota Nopan berkedudukan di Kota Nopan c. Distrik Muara Sipongi berkedudukan di Muara Sipongi d. Distrik Natal berkedudukan di Natal

e. Distrik Batang Natal berkedudukan di Muara Soma

Tiap-tiap onder distrik dibagi atas beberapa Luhat yang dikepalai oleh seorang kepala luhat (kepala kuria) dan tiap-tiap luhat dibagi atas beberapa kampung yang dikepalai oleh seorang kepala Hoofd dan dibantu oleh seorang kepala Ripo apabila kampung tersebut mempunyai penduduk yang besar jumlahnya.

Daerah Angkola Sipirok dibentuk menjadi suatu kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati yang berkedudukan di Padangsidimpuan.

Daerah padang Lawas dijadikan suatu kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati yang berkedudukan di Gunung Tua. Bupati pertamanya adalah Junjungan Lubis dan kemudian Sutan Katimbung.

Daerah Mandailing dan Natal dijadikan suatu kabupaten yang dikepalai oleh seorang Bupati yang berkedudukan di Penyabungan. Bupati pertamanya adalah Junjungan Lubis dan kemudian Fachruddin Nasution.

Sesudah tentara Belanda memasuki kota Padangsidimpuan dan Gunung Tua, daerah administrasi pemerintahan masih tetap sebagaimana biasa, hanya

kantor Bupati dipindahkan secara gerilya ke daerah yang aman yang belum dimasuki oleh Belanda.

Setelah Republik Indonesia menerima kedaulatan pada akhir tahun 1949, maka pembagian Daerah Administrasi Pemerintahan mengalami perubahan pula.

Semenjak awal tahun 1950 terbentuklah Daerah Tapanuli Selatan dan seluruh pegawai yang ada pada kantor Bupati Angkola Sipirok, Padang Lawas dan Mandailing Natal, ditentukan menjadi pegawai kantor Bupati Kabupaten Tapanuli Selatan yang berkedudukan di Padangsidimpuan.

Pada periode Bupati KDH Tapanuli Selatan dipegang oleh Raja Junjungan Lubis, terjadi penambahan 6 kecamatan sehingga menjadi 17 kecamatan. Penambahan kecamatan tersebut antara lain :

1. Kecamatan Batang Angkola berasal dari sebagian kecamatan Padangsidimpuan dengan Ibu Negerinya Pindu Padang.

2. Kecamatan Siabu berasal dari sebagian kecamatan Panyabungan dengan Ibu Negerinya Siabu.

3. Kecamatan SD Hole berasal dari sebagian kecamatan Sipirok dengan Ibu Negerinya Sipagimbar.

4. Kecamatan Sosa berasal dari sebagian kecamatan Barumun dengan Ibu Negerinya Pasar Ujung Batu.

5. Kecamatan Sosopan berasal dari sebagian kecamatan Barumun dan Sosa dengan Ibu Negerinya Sosopan.

6. Kecamatan Barumun Tengah berasal dari sebagian kecamatan Padang Bolak dengan Ibu Negerinya Binanga.

Sejak tanggal 30 November 1982, wilayah Padangsidimpuan dimekarkan menjadi kecamatan Padangsidimpuan Timur, Padangsidimpuan Barat, Padangsidimpuan Utara, dan Padangsidimpuan Selatan dimana kecamatan Padangsidimpuan Utara dan Selatan dibentuk menjadi kota Administratif Padangsidimpuan (PP Nomor 32 Tahun 1982).

Pada tahun 1992 kecamatan Natal dimekarkan menjadi 3 kecamatan yaitu: 1. Kecamatan Natal dengan Ibukotanya Natal

2. Kecamatan Muara Batang Gadis dengan Ibukotanya Singkuang 3. Kecamatan Batahan dengan Ibukotanya Batahan

Pada tahun 1992 dibentuk kecamatan Siais dengan ibukotanya Simarpinggan yang berasal dari sebagian kecamatan Padang Bolak.

Kemudian pada tahun 1996 sesuai dengan PP. RI No. 1 Tahun 1996 tanggal 3 Januari dibentuk kecamatan Halongonan dengan ibukotanya Huta Imbaru, yang merupakan pemekaran dari kecamatan Padang Bolak.

Dengan keluarnya Undang-undang Republik Indonesia nomor 12 tahun 1998 dan disyahkan pada tanggal 23 November 1998 tentang pembentukan kabupaten Mandailing Natal maka kabupaten Tapanuli Selatan dimekarkan menjadi 2 kabupaten yaitu kabupaten Mandailing Natal (ibukotanya Panyabungan) dengan jumlah daerah Administrasi 8 kecamatan dan kabupaten Tapanuli Selatan (ibukotanya Padangsidimpuan) dengan jumlah daerah administrasi 16 kecamatan.

Selanjutnya tahun 1999 sesuai dengan PP.RI No. 43 Tahun 1999 tanggal 26 Mei 1999 terjadi pemekaran kecamatan di kabupaten Tapanuli Selatan antara lain :

1. Kecamatan Sosopan dimekarkan menjadi 2 kecamatan yaitu kecamatan Sosopan dengan ibukotanya Sosopan dan kecamatan Batang Onang dengan kecamatan Pasar Matanggor.

2. Kecamatan Padang Bolak dimekarkan menjadi 2 kecamatan yaitu kecamatan Padang Bolak dengan ibukotanya Gunung Tua dan kecamatan Padang Bolak Julu dengan kecamatan Batu Gana.

3. Kecamatan Sipirok dimekarkan menjadi 2 kecamatan yaitu kecamatan Sipirok dengan ibukotanya Sipirok dan kecamatan Arse dengan kecamatan Arse.

4. Kecamatan Dolok Sigampulon dimekarkan menjadi 2 kecamatan yaitu kecamatan Dolok dengan ibukotanya Sipiongot dan kecamatan Dolok Sigampulon dengan kecamatan Pasar Simundol.

Pada tahun 2002 sesuai dengan peraturan daerah kabupaten Tapanuli Selatan nomor 4 tahun 2002 tentang pembentukan kecamatan Sayur Matinggi, Marancar, Aek Bilah, Ulu Barumun, Portibi, Huta Raja Tinggi, Batang Lubu Sutan, Simangambat, dan kecamatan Huristak.

Kecamatan-kecamatan yang dibentuk sebagaimana tersebut di atas berasal dari :

1. Kecamatan Sayur Matinggi dengan ibukotanya Sayur Matinggi berasal dari sebagian Kecamatan Batang Angkola.

2. Kecamatan Marancar dengan ibukotanya Marancar berasal dari sebagian Kecamatan Batang Toru.

3. Kecamatan Aek Bilah dengan ibukotanya Biru berasal dari sebagian Kecamatan Saipar Dolok Hole.

4. Kecamatan Ulu Barumun dengan ibukotanya Pasar Paringganan berasal dari sebagian Kecamatan Barumun.

5. Kecamatan Lubuk Barumun dengan ibukotanya Pasar Latong berasal dari sebagian Kecamatan Barumun.

6. Kecamatan Portibi dengan ibukotanya Portibi berasal dari sebagian Kecamatan Padang Bolak.

7. Kecamatan Huta Raja Tinggi dengan ibukotanya Huta Raja tinggi berasal dari sebagian Kecamatan Sosa.

8. Kecamatan Batang Lubu Sutan dengan ibukotanya Pinarik berasal dari sebagian Kecamatan Sosa.

9. Kecamatan Simangambat dengan ibukotanya Langkinat berasal dari sebagian Kecamatan Barumun Tengah.

10. Kecamatan Huristak dengan ibukotanya Huristak berasal dari sebagian Kecamatan Barumun Tengah.

3.2.Bupati dan Wakil Tapanuli Selatan Periode ke Periode 3.2.1. Bupati Tapanuli Selatan Periode ke Periode

No Nama Bupati Periode

1 Muda Siregar Gelar Sutan Doli 1950 – 1951

2 Raja Jungjungan Lubis 1951 – 1954

3 Abdul Azis Lubis 1954

4 Wahid R 1954

5 Abdul Azis Lubis 1954

6 Muhammad Nasib Nasution 1954 – 1955

7 Abdul Azis Lubis 1955 – 1956

8 M. Nurdin Nasution 1956 – 1961

9 M. Nurdin Nasution 1961 – 1969

10 Ahmad Negara Nasution 1969 – 1970

11 M. Nurdin Nasution 1970 – 1974

12 Bgd Syarif Hasibuan 1974 – 1979

13 Hazuzah Lubis 1979 – 1984

14 H.A. Rasyid Nasution, SH 1984 – 1989

15 Drs. Toharuddin Siregar 1989 – 1994

16 Drs. H. Soaloon Siregar 1994 – 1999

17 Ir. Suangkupon Siregar, MSc 1999 – 2000

18 Drs. H.M. Saleh Harahap 2000 – 2005

19 Ir. A. Rahim Siregar (Pejabat/Interim) 2005

3.2.2. Wakil Bupati Tapanuli Selatan Perperiode

No Nama Wakil Bupati Periode

1 Drs. H. Syahruddin Nasution 1996 – 2000

2 Harry L. Siregar, SE, MBA 2000 – 2005

3 H. Aldinz Rapolo Siregar 2005 – sekarang

3.3.Letak dan Geografis Kabupaten Tapanuli Selatan

Kabupaten Tapanuli Selatan :

1. Terletak antara : 00 10’ – 10 50’ Lintang Utara 980 50’ – 1000 10’ Bujur Timur 2. Luas wilayah : 12.261,55 km

3. Ketinggian berkisar antara : 0 - 1,915 m di atas permukaan laut 4. Kemiringan tanah terdiri dari :

a. Datar : 317.410 Ha (25,89%) b. Landai : 154.435 Ha (12,59%) c. Berbukit-bukit : 245.215 Ha (19,99%) d. Bergunung-gunung : 509.095 Ha (41,53%) 5. Batas-batas :

Utara : Kabupaten Tapanuli Utara dan Tapanuli Tengah Timur : Propinsi Riau dan Kabupaten Labuhan Batu Selatan : Propinsi Sumbar dan Kabupaten Mandailing Natal Barat : Samudera Indonesia dan Kabupaten Mandailing Natal

BAB 4

ANALISA DAN EVALUASI

4.1. Arti dan Kegunaan Analisis Data

Analisis data pada dasarnya dapat diartikan sebagai berikut :

1. Membandingkan dua hal atau lebih variabel untuk mengetahui selisih atau rasionya kemudian diambil kesimpulannya.

2. Menguraikan atau memecahkan suatu keseluruhan menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen yang lebih kecil agar dapat :

a. Mengetahui komponen yang menonjol

b. Membandngkan antara komponen yang satu dengan yang lainnya

c. Membandingkan salah satu atau beberapa komponen dengan keseluruhannya.

3. Memperkirakan atau memperhitungkan besarnya pengaruh secara kuantitatif dari suatu kejadian lainnya serta memperkirakan/meramalkan kejadian lainnya yang dapat dinyatakan dengan perubahan nilai suatu variabelnya.

4.2. Proyeksi Jumlah Penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 2010

Laju pertumbuhan penduduk adalah perubahan penduduk yang terjadi jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya dan dinyatakan dalam persentase. Hampir semua Negara maju telah menyusun perkiraan jumlah seluruh penduduk setiap tahun. Dalam hal ini prosedur untuk menghitung angka pertumbuhan penduduk boleh dikatakan cukup sederhana karena perhitungannya dilakukan dengan

membagi pertambahan jumlah penduduk selama tahun yang bersangkutan dengan jumlah penduduk pada tahun awal. Pada kenyataannya banyak Negara tidak mempunyai angka yang tepat mengenai kelahiran, kematian dan perpindahan penduduk dan akhirnya jumlah penduduk yang paling tepat banyak diketahui dari hasil sensus.

Dalam penelitian ini pengolahan data dapat dilakukan dengan menggunakan model matematis yang sesuai. Model yang digunakan adalah “Model eksponensial” dengan rumus sebagai berikut :

Pt = P0 . ert

r = (log Pt – log Po) / t log e atau r = e t Po Pt log log

Tabel 4.2. Jumlah Penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 1997 – 2006

Jenis Kelamin Tahun

Laki-laki Perempuan Jumlah

1997 509739 537999 1047738 1998 350843 371072 721915 1999 356779 375677 732456 2000 356537 372262 728799 2001 367478 376254 743732 2002 322553 329321 651874 2003 328694 334731 663425 2004 333115 339200 672315 2005 311829 315247 627076 2006 315509 323064 638573

0 200000 400000 600000 800000 1000000 1200000 J um lah Penduduk 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 Tahun

Gambar 4.1. Jumlah Penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 1997 - 2006

Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah Laki-laki dan Perempuan

Tabel 4.3. Jumlah Perubahan Penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Jenis Kelamin Tahun 1997 – 2006

Jumlah Penduduk Jumlah Perubahan / Tahun Tahun

Laki-laki Perempuan Laki-laki Perempuan

1997 509739 537999 5813 7575 1998 350843 371072 -158896 -166927 1999 356779 375677 5936 4605 2000 356537 372262 -242 -3415 2001 367478 376254 10941 3992 2002 322553 329321 -44925 -46933 2003 328694 334731 6141 5410 2004 333115 339200 4421 4469 2005 311829 315247 -21286 -23953 2006 315509 323064 3680 7817

Dengan :

Jumlah Penduduk Laki-laki tahun 1996 adalah 503.926 Jumlah Penduduk Perempuan tahun 1996 adalah 530.424 Tanda (-) : Berkurangnya Jumlah Penduduk.

Dengan menggunakan rumus di atas dapat dicari persentase perubahan jumlah penduduk di Kabupaten Tapanuli Selatan dengan langkah sebagai berikut :

4.2.1. Keadaan Jumlah Penduduk

Adapun perhitungan jumlah penduduk sebagai berikut :

r = e t Po Pt log log

1. Persentase Perubahan Penduduk Laki-laki :

r1997 = log (509739 / 503926) / 0,434295 = 0,011469384 = 1,15% r1998 = log (350843 / 509739) / 0,434295 = -0,373559554 = -37,36% r1999 = log (356779 / 350843) / 0,434295 = 0,016777692 = 1,68% r2000 = log (356537 / 356779) / 0,434295 = -0,00067852 = -0,07% r2001 = log (367478 / 356537) / 0,434295 = 0,030225395 = 3,02% r2002 = log (322553 / 367478) / 0,434295 = -0,130395833 = -3,04% r2003 = log (328694 / 322553) / 0,434295 = 0,001885974 = 1,89% r2004 = log (333115 / 328694) / 0,434295 = 0,013360532 = 1,17% r2005 = log (311829 / 333115) / 0,434295 = -0,066032736 = -6,60% r2006 = log (315509 / 3118295) / 0,434295 = 0,011732233 = 1,17%

2. Persentase Perubahan Penduduk Perempuan : r1997 = log (537999 / 530424) / 0,434295 = 0,014179997 = 1,42% r1998 = log (371072 / 537999) / 0,434295 = 0,371460144 = -37,15% r1999 = log (375677 / 371072) / 0,434295 = 0,012333603 = 1,23% r2000 = log (372262 / 375677) / 0,434295 = -0,009131813 = -0,91% r2001 = log (376254 / 372262) / 0,434295 = 0,010666527 = 1,06% r2002 = log (329321 / 376254) / 0,434295 = -0,133231329 = -13,32% r2003 = log (334731 / 329321) / 0,434295 = 0,016294245 = 1,63% r2004 = log (339200 / 334731) / 0,434295 = 0,013262663 = 1,33% r2005 = log (315247 / 339200) / 0,434295 = -0,073233358 = -7,32% r2006 = log (323064 / 315247) / 0,434295 = 0,024493958 = 2,45% 3. Persentase Perubahan Penduduk Laki-laki dan Perempuan :

r1997 = log (1047738 / 1034350) / 0,434295 = 0,012860329 = 1,29% r1998 = log (721915 / 1047738) / 0,434295 = -0,372480985 = -37,25% r1999 = log (732456 / 721915) / 0,434295 = 0,01449585 = 1,45% r2000 = log (728799 / 732456) / 0,434295 = -0,005005291 = -0,5% r2001 = log (743732 / 728799) / 0,434295 = 0,020282756 = 2,03% r2002 = log (651874 / 743732) / 0,434295 = -0,131829305 = -13,18% r2003 = log (663425 / 651874) / 0,434295 = 0,017564497 = 1,76% r2004 = log (672315 / 663425) / 0,434295 = 0,013311154 = 1,33% r2005 = log (627076 / 672315) / 0,434295 = -0,069659152 = -6,97% r2006 = log (638573 / 627076) / 0,434295 = 0,018168232 = 1,82%

Tabel 4.4 Persentase Perubahan Jumlah Penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Jenis KelaminTahun 1997 – 2006

Tahun Persentase Perubahan Laki-laki (%) Persentase Perubahan Perempuan (%) Jumlah Persentase Perubahan Laki-laki dan Perempuan (%) 1997 1,15 1,42 1,29 1998 -37,36 -37,15 -37,25 1999 1,68 1,23 1,45 2000 -0,07 -0,19 -0,5 2001 3,02 1,06 2,03 2002 -3,04 -13,32 -13,18 2003 1,89 1,63 1,76 2004 1,33 1,33 1,33 2005 -6,60 -7,32 -6,97 2006 1,17 2,45 1,82 Jumlah -36,83 -49,58 -48,22

Sumber : Hasil Pengolahan data tabel 4.2

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa persentase perubahan jumlah penduduk Laki-laki dan Perempuan secara keseluruhan menurun dan dari hasil survey penurunan ini terjadi karena kesadaran masyarakat untuk melaksanakan program KB (Keluarga Berencana) yang disarankan pemerintah dalam mewujudkan kesejahteraan keluarga serta banyaknya daerah-daerah di Tapanuli Selatan yang berdiri sendiri menjadi sebuah Kotamadya seperti Padang Sidimpuan, dan banyaknya pemuda-pemudi setempat yang kualih diluar Tapanuli Selatan dan akhirnya menetap didaerah tempat mereka berkuliah.

Dengan demikian perkembangan jumlah penduduk mengalamipenurunan setiap tahunnya. Maka pemerintah setempat diharapkan dapat mengatasi penurunan jumlah penduduk setiap tahunnya dan tahun-tahun mendatang.

4.2.2. Perkiraan Jumlah Penduduk

1. Rata-rata perubahan persentase jumlah Penduduk Laki-laki

03683 , 0 % 683 , 3 10 / 83 , 36 10 / 10     r r r

2. Rata-rata perubahan persentase jumlah Penduduk Perempuan

04958 , 0 % 958 , 4 10 / 58 , 49 10 / 10     r r r

3. Rata-rata perubahan persentase jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan

04822 , 0 % 822 , 4 10 / 22 , 48 10 / 10     r r r

Dari rata-rata perubahan persentase jumlah penduduk yang diharapkan adalah angka perubahan penduduk yaitu r.

Dengan diperolehnya rata-rata perubahan persentase jumlah penduduk, maka perkiraan jumlah penduduk dapat ditentukan dengan menggunakan harga rata-rata perubahan persentase jumlah penduduk (r) dengan rumus :

P

t

= P

0

e

rt

1. Perkiraan Jumlah Penduduk Laki-laki di Kabupaten Tapanuli Selatan

P2007

= 315509

e

-0,03683 (1)

P2008

= 315509

e

-0,03683 (2)

= 293103

P2009

= 315509

e

-0,03683 (3)

= 282505

P2010

= 315509

e

-0,03683 (4)

= 272289

2. Perkiraan Jumlah Penduduk Perempuan di Kabupaten Tapanuli Selatan

P2007

= 323064

e

-0,04958 (1)

= 307437

P2008

= 323064

e

-0,04958 (2)

= 292566

P2009

= 323064

e

-0,04958 (3)

= 278414

P2010

= 323064

e

-0,04958 (4)

= 264947

3. Perkiraan Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan di Kabupaten Tapanuli Selatan

P2007

= 638573

e

-0,04822 (1)

P2008

= 638573

e

-0,04822 (2)

= 579865

P2009

= 638573

e

-0,04822 (3)

= 552600

P2010

= 638573

e

-0,04822 (4)

= 526555

Hasil perkiraan jumlah penduduk disusun pada tabel berikut :

Tabel 4.5. Perkiraan Jumlah Penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan Menurut Jenis Kelamin tahun 1997 – 2006

Tahun Jumlah Penduduk Laki-laki Jumlah Penduduk Perempuan Jumlah Penduduk Laki-laki dan Perempuan 2007 304100 307437 608511 2008 293103 292566 579865 2009 282505 278414 552600 2010 282505 278414 526555 Jumlah 1151997 1143364 2267531

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 700000 J u m la h P e n d u d u k 2007 2008 2009 2010 Tahun

Gambar 4.2 Perkiraan Jumlah Penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2007-2010 Menurut Jenis Kelamin

Jumlah Laki-laki Jumlah Perempuan Jumlah Laki-laki dan Perempuan

Data hasil hasil proyeksi dapat diketahui bahwa setiap tahun jumlah penduduk semakin berkurang dengan kata lain tidak terjadi penaikan baik jumlah penduduk laki-laki maupun perempuan. Pada tahun 2006 jumlah penduduk sekitar 638.573 jiwa. Dan berdasarkan proyeksi jumlah penduduk Kabupaten Tapanuli Selatan pada tahun 2010 diperkirakan berjumlah 526.555 jiwa. Hal ini menunjukkan terjadinya penurunan jumlah penduduk sekitar 112.018 jiwa.

Setelah mengetahui banyaknya penduduk atau perkiraan penduduk kabupaten Tapanuli Selatan untuk tahun 2007 – 2010, maka penulis akan menjelaskan untuk mencari sex ratio digunakan rumus sebagai berikut :

SR = Jumlah Penduduk Laki-laki / Jumlah Penduduk Perempuan x 100 Apabila SR > 100 maka daerah tersebut lebih banyak penduduk laki-laki dari pada penduduk perempuan.

Apabila SR < 100 maka di daerah tersebut lebih banyak perempuan dari

Dokumen terkait