• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian premature loss gigi molar desidui pada pasien Ortodonsia di RSGMP FKG USU Tahun 2010-2014, dapat disimpulkan bahwa :

1. Prevalensi premature loss gigi molar desidui pada pasien Ortodonsia di RSGMP FKG USU tahun 2010-2014 yaitu 32,5 %.

2. Prevalensi premature loss gigi molar desidui pada rahang bawah yaitu sebesar 78,2 %.

3. Prevalensi premature loss gigi molar desidui pada rahang atas yaitu 21,8 % 4. Prevalensi premature loss gigi molar desidui pada kuadran 8 yaitu 43,6 %, pada kuadran 7 yaitu 34,6 %, pada kuadran 5 yaitu 11,7 % dan pada kuadran 6 yaitu 10,1 %.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan sampel yang lebih besar untuk mendapatkan validitas yang tinggi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut menggunakan populasi masyarakat kota Medan agar dapat diketahui prevalensi premature loss gigi molar desidui di kota Medan.

3. Dokter gigi perlu memberikan edukasi pada orang tua dan anak mengenai pemeliharaan gigi dan mulut sejak usia dini.

5

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Perkembangan Gigi-Geligi dan Oklusi

Perkembangan oklusi mengalami perubahan signifikan sejak kelahiran sampai dewasa. Perubahan dari gigi-geligi desidui menjadi gigi-geligi permanen merupakan suatu fenomena kompleks yang mengandung adaptasi fisiologis oklusi yang bervariasi. Perubahan berkesinambungan pada hubungan gigi ini melalui beberapa fase gigi-geligi yang bervariasi dan dapat dibagi menjadi beberapa periode perkembangan yaitu :6,7,13,15,17

1. Periode pre-dental

2. Periode gigi-geligi desidui 3. Periode gigi-geligi bercampur 4. Periode gigi-geligi permanen

2.1.1. Periode Pre-Dental (Usia 0 - 6 Bulan)

Periode pre-dental merupakan periode setelah kelahiran selama bayi masih belum memiliki gigi. Periode ini biasanya berlangsung selama 6 bulan setelah kelahiran. Gigi sangat jarang ditemukan bererupsi pada saat kelahiran. Gigi yang ada pada saat kelahiran disebut natal teeth. Kadang-kadang gigi erupsi pada usia sangat dini. Gigi yang erupsi pada umur satu bulan disebut neonatal teeth. Natal teeth dan neonatal teeth sering berada pada regio insisivus mandibula dan menunjukkan faktor keturunan.6,14,15,17

2.1.2. Periode Gigi-Geligi Desidui (Usia 6 Bulan - 6 Tahun)

Gigi geligi desidui mulai erupsi sekitar umur 6 bulan. Erupsi seluruh gigi desidui selesai pada umur 2 ½ - 3 ½ tahun yaitu ketika gigi molar dua desidui berada di dalam oklusi.6,7,15 Kronologi pertumbuhan gigi-geligi desidui tertera pada tabel 1.

6

Tabel 1. Kronologi erupsi gigi-geligi desidui menurut Kronfeld R.1,13,15

Gigi Pembentu-kan jaringan keras Jumlah enamel terbentuk saat lahir Pembentu-kan enamel lengkap Erupsi Pembentu-kan akar Rahang atas Insisivus sentralis

4 miu 5/6 1½ bulan 7½ bulan 1 ½ tahun

Insisivus lateralis

4 ½ miu 2/3 2½ bulan 9 bulan 2 tahun

Kaninus 5 miu 1/3 9 bulan 18 bulan 3 ¼ tahun

Molar satu

5 miu Penyatuan cusp

6 bulan 14 bulan 2 ½ tahun

Molar dua

6 miu Ujung cusp masih tertutup

11 bulan 24 bulan 3 tahun

Rahang bawah Insisivus

sentralis

4 ½ miu 3/5 2½ bulan 6 bulan 1 ½ tahun

Insisivus lateralis

4 ½ miu 3/5 3 bulan 7 bulan 1 ½ tahun

Kaninus 5 miu 1/3 9 bulan 16 bulan 3 ¼ tahun

Molar satu

5 miu Penyatuan cusp

5½ bulan 12 bulan 2 ¼ tahun

Molar dua

6 miu Ujung cusp masih tertutup

10 bulan 20 bulan 3 tahun

Keterangan : miu = month intra uterine

7

Tabel 2. Kronologi erupsi gigi-geligi permanen menurut Kronfeld R.1,13,15 Pembentukan jaringan keras Pembentukan enamel lengkap Erupsi Pembentukan akar lengkap Rahang atas Insisivus sentralis

3-4 bulan 4-5 tahun 7-8 tahun 10 tahun

Insisivus lateralis

10-12 bulan 4-5 tahun 8-9 tahun 11 tahun

Kaninus 4-5 bulan 6-7 tahun 11-12 tahun 13-15 tahun Premolar

satu

1 ½ - 1 ¾ tahun 5-6 tahun 10-11 tahun 12-13 tahun

Premolar dua

2-2 ¼ tahun 6-7 tahun 10-12 tahun 12-14 tahun

Molar satu

Saat lahir 2 ½ - 3 tahun 6-7 tahun 9-10 tahun

Molar dua 2 ½ - 3 tahun 7-8 tahun 12-13 tahun 14-16 tahun Rahang bawah

Insisivus sentralis

3-4 bulan 4-5 tahun 6-7 tahun 9 tahun

Insisivus lateralis

3-4 bulan 4-5 tahun 7-8 tahun 10 tahun

Kaninus 4-5 bulan 6-7 tahun 9-10 tahun 12-14 tahun Premolar

satu

1 ¾ -2 tahun 5-6 tahun 10-12 tahun 12-13 tahun

Premolar dua

2 ¼ - 2 ½ tahun 6-7 tahun 11-12 tahun 13-14 tahun

Molar satu

Saat lahir 2 ½ - 3 tahun 6-7 tahun 9-10 tahun

8

Insisivus sentralis mandibula adalah gigi pertama yang erupsi dalam rongga mulut pada umur 6-7 bulan. Waktu erupsi gigi sangat bervariasi. Variasi 3 bulan dari umur rata-rata terhitung normal. Pada umur 3-6 tahun, lengkung gigi relatif stabil dan sangat sedikit perubahan yang terjadi.6,15,17

2.1.3 Periode Gigi-Geligi Bercampur (Usia 6 - 12 Tahun)

Periode gigi-geligi bercampur adalah transisi ketika gigi desidui tanggal secara berurutan dan diikuti dengan erupsi gigi penggantinya. Fase gigi bercampur terjadi pada umur 6-12 tahun, dimulai dengan erupsinya gigi permanen pertama, biasanya gigi insisivus sentralis atau molar satu mandibula. Perubahan signifikan pada oklusi terlihat pada periode ini dengan tanggalnya 20 gigi desidui dan erupsinya gigi permanen pengganti. Kebanyakan maloklusi terjadi pada fase gigi bercampur.6 Kronologi pertumbuhan gigi-geligi permanen tertera pada tabel 2.

Periode gigi-geligi bercampur dapat digolongkan menjadi tiga fase yaitu :6,15 1. Periode transisional pertama (usia 6-8 tahun)

Karakteristik periode transisi pertama yaitu munculnya gigi molar satu permanen dan pergantian gigi insisivus desidui dengan gigi insisivus permanen.

a. Munculnya gigi molar satu permanen

Gigi molar satu mandibula merupakan gigi permanen pertama yang erupsi pada umur sekitar 6 tahun. Lokasi dan hubungan gigi molar satu permanen sangat tergantung pada hubungan permukaan distal gigi molar dua desidui rahang atas dan rahang bawah. Gigi molar satu permanen dituntun menuju lengkung gigi oleh permukaan distal gigi molar dua desidui.6,15 Letak dan hubungan gigi molar satu permanen tergantung hubungan permukaan distal antara molar dua desidui maksila dan mandibula yang ditunjukkan pada gambar 1.

9

Gambar 1. Pengaruh terminal plane pada hubungan molar gigi permanen6 b. Pergantian gigi insisivus

Selama periode transisional pertama, gigi insisivus desidui digantikan oleh gigi insisivus permanen. Insisivus sentralis mandibula biasanya adalah yang pertama erupsi. Gigi insisivus permanen ukurannya lebih besar daripada gigi desidui yang digantikannya. Perbedaan antara jumlah ruang yang dibutuhkan untuk mengakomodasi gigi insisivus dan jumlah ruang yang tersedia disebut incisal liability. Ukuran incisal liability sekitar 7 mm pada rahang atas dan 5 mm pada rahang bawah.6,7,15,18

2. Periode inter-transisional

Setelah gigi molar satu dan gigi insisivus permanen berada dalam oklusi, terdapat periode sementara sekitar 1-2 tahun sebelum permulaan periode transisi kedua. Periode ini disebut periode inter-transisional dimana lengkung rahang maksila dan mandibula terdiri dari gigi desidui dan gigi permanen. Di antara gigi insisivus permanen dan gigi molar satu permanen terdapat gigi molar desidui dan gigi kaninus desidui. Periode inter-transisional relatif stabil dan tidak ada perubahan yang terjadi.6,15,17

10

3. Periode transisional kedua (usia 10-13 tahun)

Tanggalnya kaninus mandibula pada umur sekitar 10 tahun biasanya memulai periode transisional kedua.Karakteristik periode ini yaitu pergantian gigi molar dan kaninus desidui oleh gigi premolar dan gigi kaninus permanen.6,7,15

a. Erupsinya gigi kaninus permanen

Kaninus mandibula bererupsi mengikuti gigi insisivus pada umur sekitar 10 tahun, sedangkan gigi kaninus maksila biasanya bererupsi setelah erupsi salah satu premolar yaitu sekitar umur 11-12 tahun.6,17

b. Ugly duckling stage

Maloklusi sementara dengan adanya diastema pada midline dan ukuran gigi insisivus permanen rahang atas yang lebih lebar dari gigi insisivus desidui biasanya terjadi pada regio anterior maksila pada umur 8 sampai 12 tahun. Keadaan tersebut dikenali sebagai perbaikan alami maloklusi dan Broadbent menyebutnya dengan istilah ugly duckling stage karena gigi anak terlihat jelek. Kondisi diastema akan membaik dengan sendirinya ketika gigi kaninus yang sedang bererupsi menggeser tekanan pada akar gigi insisivus lateral menuju mahkotanya. Seiring berjalannya waktu, kaninus bererupsi dengan sempurna sehingga diastema pada midline akan tertutup dan insisivus lateral disesuaikan dengan lengkung rahang.6,7,17

c. Erupsinya gigi-gigi premolar

Fase yang penting pada lengkung gigi dalam perkembangan oklusi adalah segmen premolar. Hal ini dikarenakan ukuran mesiodistal gigi premolar yang sedang bererupsi jauh lebih kecil daripada gigi molar desidui yang digantikannya.6

d. Leeway Space of Nance

Lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar permanen biasanya lebih kecil daripada lebar mesiodistal gigi kaninus dan molar desidui. Ruang yang berlebih yang dihasilkan perbedaan pada segmen posterior disebut dengan leeway space of Nance dan terdapat pada kedua rahang. Ukuran leeway space lebih besar pada lengkung mandibula daripada maksila. Pada maksila yaitu sekitar 1,8 mm (0,9 mm pada masing-masing sisi rahang) dan pada mandibula sekitar 3,4 mm (1,7 mm pada masing-masing sisi rahang). Kelebihan ruang yang terjadi setelah pergantian gigi

11

molar dan kaninus desidui digunakan untuk pergeseran mesial gigi-gigi molar mandibula untuk mendapatkan hubungan molar klas I.1,6,7,15,17

e. Erupsi gigi molar dua permanen

Munculnya gigi molar dua permanen idealnya mengikuti erupsinya gigi premolar. Jika gigi molar dua bererupsi sebelum gigi premolar bererupsi sempurna, pengurangan lengkung rahang yang signifikan dan maloklusi juga lebih cenderung terjadi.6,7,17

2.1.4 Periode Gigi-Geligi Permanen

Fase gigi-geligi permanen terbentuk pada umur 13 tahun dengan erupsinya seluruh gigi-gigi permanen kecuali gigi molar tiga.6,17 Gigi-geligi permanen terbentuk pada rahang segera setelah kelahiran, kecuali cusp-cusp gigi molar satu permanen yang terbentuk sebelum lahir. Insisivus permanen berkembang pada sisi lingual atau palatal gigi insisivus desidui dan bergerak ke arah labial pada saat erupsi. Gigi premolar berkembang di bawah akar-akar gigi molar desidui.15,17 Kronologi pertumbuhan gigi permanen terlampir pada tabel 2.

Urutan erupsi gigi permanen lebih bervariasi dibandingkan gigi desidui. Ada beberapa perbedaan signifikan pada urutan erupsi gigi permanen di maksila dan mandibula.15 Pada mandibula, gigi kaninus erupsi sebelum gigi premolar sedangkan pada maksila gigi kaninus umumnya erupsi setelah gigi premolar.Urutan erupsi yang paling umum pada maksila yaitu gigi C-P2-M2-M3 atau P1-P2-C-M2-M3. Urutan erupsi yang paling umum pada mandibula yaitu gigi M1-I1-I2-C-P1-P2-M2-M3 atau M1-I1-I2-P1-C-P2-M2-M3.6,7,15

2.2 Oklusi

Kamus kedokteran Rickett Dorlands mendefinisikan oklusi adalah suatu tindakan penutupan atau proses ditutup. Dalam kedokteran gigi, oklusi adalah hubungan timbal balik dari permukaan yang berlawanan antara gigi maksila dan mandibula yang terjadi selama pergerakan mandibula dan kontak penuh yang

12

berulang-ulang pada lengkung gigi maksila dan mandibula.17,19 Angle menyatakan oklusi adalah hubungan normal bidang oklusal gigi ketika rahang ditutup. Oklusi adalah sebuah fenomena kompleks yang melibatkan gigi, ligamen periodontal, sendi temporomandibula, otot dan sistem syaraf.15,20,21

Istilah oklusi memiliki dua aspek yaitu aspek statis dan aspek dinamis. Aspek statis mengacu pada bentuk, susunan dan artikulasi gigi di antara lengkung gigi dan hubungan gigi dengan struktur pendukungnya. Aspek dinamis mengacu pada fungsi dari sistem stomatognasi secara keseluruhan yang terdiri dari gigi, struktur pendukung, sendi temporomandibula, sistem neuromuskular dan nutrisi.6,15

2.3 Maloklusi

2.3.1 Definisi Maloklusi

Maloklusi adalah susunan gigi geligi dan hubungannya satu sama lain dengan rahang yang tidak sesuai dengan konfigurasi morfologi kompleks maxillo-dentofacial yang diterima pada manusia.19 Definisi maloklusi adalah penyimpangan yang cukup besar dari oklusi ideal yang tidak memuaskan secara estetis maupun secara fungsional.18,22 Maloklusi adalah hubungan abnormal gigi-gigi pada rahang atas dengan rahang bawah pada saat oklusi sentrik.21

Fisk (1960) menyatakan maloklusi adalah suatu kondisi pada struktur gigi yang keharmonisannya tidak dapat diterima struktur fasial atau struktur lainnya dan/atau kranium, sehingga mengganggu atau menunjukkan potensi buruk pada perkembangan dan pemeliharaan jaringan normal, fungsi efektif atau masalah sikap psikologis.23

2.3.2 Klasifikasi Maloklusi

Sistem klasifikasi yang paling sering digunakan dalam ortodontik yaitu klasifikasi yang disampaikan oleh Edward Angle pada awal abad 20. Klasifikasi Angle didasarkan pada hubungan oklusal antara molar permanen maksila dan molar permanen mandibula. Ia menetapkan tiga klasifikasi umum yaitu :6,15,17,23-26

13

1. Klas I

Karakteristik maloklusi Klas I Angle yaitu adanya hubungan molar yang normal. Cusp mesiobukal molar satu permanen beroklusi pada groove bukal molar satu permanen mandibula.6,15,23-26 Hubungan skeletal dan fungsi otot normal. Pada maloklusi Klas I Angle dapat terjadi ketidakteraturan gigi seperti gigi berjejal, spacing, rotasi, gigi yang hilang dan lain lain.15,25

Maloklusi lainnya sering dikategorikan sebagai Klas I protrusi bimaksilari, dimana pada pasien terdapat hubungan molar Klas I tetapi gigi pada lengkung rahang atas dan bawah terletak di posisi lebih maju yang mempengaruhi profil wajah.15 Maloklusi Klas I tertera pada gambar 2.

Gambar 2. Maloklusi Klas I6 2. Klas II

Karakteristik maloklusi Klas II Angle adalah hubungan molar dimana cusp distobukal gigi molar satu permanen atas beroklusi pada groove bukal gigi molar satu permanen rahang bawah.6,15,23,24 Groove mesiobukal gigi molar satu permanen rahang bawah berada lebih posterior atau lebih ke distal dari cusp mesiobukal gigi molar satu rahang atas.13,24,25 Dikarenakan adanya beberapa tipe kemungkinan pergeseran skeletal dan dental pada hubungan Klas II, maloklusi ini dibagi menjadi divisi 1, divisi 2 dan klas II subdivisi.6,15,23,24

14

a. Klas II divisi 1

Karakteristik pada maloklusi Klas II divisi 1 yaitu gigi-gigi insisivus rahang atas proklinasi yang menyebabkan meningkatnya overjet. Overbite insisivus yang dalam dapat terjadi pada regio anterior.6,15,23 Cusp distobukal molar satu rahang atas beroklusi dengan groove bukal molar satu rahang bawah.25 Karakteristik lain maloklusi Klas II divisi 1 adalah adanya aktivitas otot yang abnormal. Bibir atas biasanya hipotonik, pendek dan inkompeten. Bibir bawah berkontak dengan sisi palatal gigi rahang atas, keadaan ini disebut dengan lip trap.6,15 Maloklusi Klas II divisi 1 tertera pada gambar 3.

Gambar 3. Maloklusi Klas II divisi 16 b. Klas II divisi 2

Gambaran klasik maloklusi Klas II divisi 2 adalah adanya inklinasi ke arah lingual pada insisivus sentralis rahang atas dan gigi insisivus lateral rahang atas yang tipping ke arah labial dan overlap dengan gigi-gigi insisivus sentralis.6,15,23,24 Overbite biasanya lebih dalam daripada normal karena adanya inklinasi gigi insisivus

atas.25 Pada maloklusi Klas II divisi 2 pasien menunjukkan aktivitas otot mulut yang normal.15 Maloklusi Klas II divisi 2 tertera pada gambar 4.

15

Gambar 4. Maloklusi Klas II divisi 26 c. Klas II subdivisi

Ketika hubungan molar Klas II terjadi pada salah satu sisi rahang dan hubungan molar Klas I terjadi pada sisi lainnya, maka hal itu disebut sebagai Klas II subdivisi.15,23,24 Jika hubungan molar Klas II berada pada salah satu sisi rahang dan pada rahang lainnya terdapat hubungan molar Klas I dan terdapat proklinasi gigi anterior maksila, disebut dengan maloklusi Angle Klas II divisi 1 subdivisi. Jika hubungan molar Klas II berada pada salah satu sisi rahang dan pada rahang lainnya terdapat hubungan molar Klas I serta terdapat retroklinasi gigi anterior maksila, disebut dengan maloklusi Angle Klas II divisi 2 subdivisi.6,15,25

3. Klas III

Pada hubungan molar maloklusi Klas III cusp mesiobukal gigi molar satu permanen maksila beroklusi pada ruang interdental di antara molar satu dan molar dua mandibula.6,15,17,23-25 Pada maloklusi Klas III, biasanya gigi-gigi insisivus mandibula terletak lebih ke depan daripada gigi-gigi insisivus maksila dan menyebabkan crossbite anterior atau reverse overjet.24 Maloklusi Klas III tertera pada gambar 5.

16

Gambar 5. Maloklusi Klas III6 Maloklusi Klas III dapat diklasifikasikan menjadi : a. Pseudo Class III

Karakteristik maloklusi pseudo class III yaitu umumnya terjadi karena kebiasaan. Tipe maloklusi ini disebabkan oleh pergerakan mandibula ke depan pada saat penutupan rahang.6,15,17,23

Berikut adalah beberapa penyebab maloklusi pseudo Class III :15

- Adanya kontak prematur oklusal yang mengarahkan mandibula ke depan - Pada kasus premature loss gigi desidui posterior, anak akan lebih cenderung menggerakan mandibula ke depan untuk mendapatkan kontak dengan regio anterior

- Anak dengan kelenjar adenoid yang membesar cenderung menggerakkan mandibulanya ke depan untuk mencegah lidah berkontak dengan adenoid

b. True Class III

True Class III merupakan maloklusi Klas III yang berasal dari genetik yang dapat disebabkan oleh :6,15

- Ukuran mandibula yang berlebih - Letak mandibula yang lebih maju - Maksila lebih kecil dari ukuran normal - Maksila yang retroposisi

- Kombinasi penyebab di atas

Gigi insisivus rahang bawah cenderung memiliki inklinasi lingual. Pada pasien bisa terdapat overjet yang normal, hubungan insisivus edge-to-edge atau crossbite

17

anterior. Ruang yang tersedia untuk lidah biasanya lebih besar. Sehingga lidah menempati posisi lebih rendah yang menyebabkan lengkung rahang atas lebih sempit.

c. Klas III subdivisi

Pada maloklusi Klas III juga terdapat Klas III subdivisi. Karakteristik dari kondisi subdivisi adalah hubungan molar Klas III pada salah satu sisi rahang dan hubungan molar Klas I pada sisi lainnya.6,15,17,23,25

2.3.3 Etiologi Maloklusi

Faktor yang menyebabkan maloklusi secara luas dapat diklasifikasikan pada dua kategori umum yaitu faktor etiologi umum dan faktor etiologi lokal. Penafsiran etiologi maloklusi merupakan suatu aspek penting sebagai awal kelainan dalam ortodonti yang menjadi kunci dalam merencanakan perawatan. Graber membagi faktor etiologi menjadi faktor umum dan faktor lokal dan menyajikan klasifikasi yang sangat komprehensif yaitu :6,17

1. Faktor Umum a. Herediter b. Kongenital c. Lingkungan :

- Prenatal (trauma, diet ibu hamil, campak, metabolisme selama kehamilan, dll) - Postnatal (cedera kelahiran, cerebral palsy, cedera sendi temporomandibular) d. Penyakit metabolisme :

- Ketidakseimbangan endokrin - Gangguan metabolik

- Penyakit infeksi (poliomyelitis) e. Masalah diet (defisiensi nutrisi)

f. Kebiasaan dan penyimpangan fungsional yang abnormal - Kebiasaan menghisap yang abnormal

- Kebiasaan menghisap jari dan ibu jari

- Kebiasaan mendorong-dorong dan menghisap lidah - Kebiasaan menggigit bibir dan jari

18

- Kebiasaan menelan yang abnormal (penelanan yang tidak tepat) - Kelainan bicara

- Pernafasan abnormal (pernafasan dari mulut) - Adanya amandel dan adenoid

- Psychogenetic dan bruksism g. Postur

h. Trauma dan kecelakaan 2. Faktor lokal :

a. Anomali jumlah gigi : - Gigi supernumerari

- Gigi yang hilang (hilang kongenital atau hilang karena kecelakaan, karies) b. Anomali ukuran gigi

c. Anomali bentuk gigi

d. Frenulum labial yang abnormal e. Premature loss

f. Resistensi gigi desidui yang berkepanjangan g. Erupsi gigi permanen yang terlambat h. Jalur erupsi gigi yang abnormal i. Ankilosis

j. Karies gigi

k. Restorasi gigi yang kurang baik

2.4 Premature loss

2.4.1 Definisi Premature Loss

Premature loss didefinisikan sebagai hilangnya gigi desidui sebelum waktu tanggal alaminya.8 Premature loss gigi desidui adalah hilangnya sebuah gigi dari lengkung gigi sebelum gigi permanen penggantinya cukup berkembang untuk erupsi dan menempati ruang yang kosong dan sebelum gangguan oklusal dimulai.19

Premature loss gigi desidui adalah kondisi ketika gigi desidui hilang, tanpa

19

memperhatikan alasan hilangnya gigi tersebut. Premature loss didasarkan pada tabel kronologi erupsi gigi permanen oleh Kronfeld yang tertera pada tabel 2 dan dikurangi 12 bulan sebagaimana dinyatakan Cardoso dkk.4,27 Urutan tanggalnya gigi desidui secara alami berdasarkan umur tertera pada tabel 3.

Tabel 3. Urutan tanggalnya gigi desidui secara alami28

Urutan Umur rata-rata (tahun, bulan) Mandibula Maksila Laki-laki Perempuan 1 6,0 5,7 Insisivus sentralis 2 6,10 6,7 Insisivus sentralis 3 7,2 6,10 Insisivus lateralis 4 7,10 7,5 Insisivus lateralis 5 10,5 9,7 Kaninus 6 10,8 10,2 Molar satu 7 10,11 10,6 Molar satu 8 11,3 10,7 Kaninus

9 11,9 11,5 Molar dua Molar dua

2.4.2 Etiologi Premature Loss

Etiologi premature loss gigi desidui umumnya dihubungkan dengan karies gigi. Penyebab lain kehilangan dini gigi desidui yaitu trauma, erupsi ektopik, kelainan kongenital, dan defisiensi panjang lengkung yang kemudian menyebabkan resorpsi gigi desidui.6,9,29

Penyebab hilangnya gigi desidui berbeda pada kedua regio. Pada regio anterior, kehilangan gigi terutama dikarenakan trauma dan penyebab lainnya yaitu karies gigi. Walaupun prevalensi karies gigi tampaknya menurun, namun sejumlah anak masih menderita karies botol dan karies rampan. Pola karies ini dapat menyebabkan kehilangan gigi di kedua regio yaitu anterior dan posterior. Pada regio posterior kebanyakan kehilangan gigi dikarenakan karies, jarang disebabkan oleh trauma.9,13

20

2.4.3 Faktor yang Mempengaruhi Efek Premature Loss

Premature loss gigi desidui dapat berpengaruh pada perkembangan oklusi, khususnya pada distribusi ruang dan kesimetrisan pada lengkung gigi yang terlibat. Derajat keparahan maloklusi dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:15,18,26

1. Umur

Semakin cepat gigi desidui hilang, maka gigi berjejal akan semakin berpotensi terjadi.

2. Gigi berjejal

Semakin berjejal gigi pada lengkung rahang, maka kehilangan ruang akan semakin berpotensi terjadi sebagai hasil premature loss gigi desidui.

3. Tipe gigi

Posisi gigi yang terlibat di lengkung gigi juga mempengaruhi distribusi ruang:11,13,17,25

‐Gigi insisivus desidui jarang mempengaruhi ruang pada gigi-geligi permanen kecuali jika gigi insisivus dilakukan pencabutan karena trauma atau resorpsi dini.

‐Gigi kaninus desidui jarang mengalami kehilangan dini, tetapi jika terjadi maka dapat menimbulkan pergeseran midline ke arah sisi yang terlibat pada kasus unilateral, terutama pada gigi-geligi yang berjejal.

‐Gigi molar satu desidui dapat menyebabkan pergeseran midline ketika hilang secara dini dan unilateral. Dalam keadaan gigi berjejal, kehilangan dini gigi ini juga dapat menyebabkan kehilangan ruang melalui pergerakan maju segmen bukal dan menyebabkan gigi premolar yang berjejal.

- Gigi molar dua desidui jarang mempengaruhi midline ketika terjadi premature loss, namun kehilangan dini gigi molar dua desidui mempengaruhi posisi gigi molar satu permanen. Kehilangan dini dapat menyebabkan pergerakan bodily ke depan dari gigi molar satu permanen jika tidak erupsi atau terjadi tipping dan rotasi jika erupsi.

2.4.4 Akibat Premature Loss Gigi Molar Desidui

Premature loss pada gigi molar desidui biasanya berakibat pada berkurangnya

21

panjang lengkung gigi, migrasinya gigi tetangga dan antagonis, berkurangnya ruang untuk erupsi gigi permanen yang kesemuanya mengarahkan pada rotasi gigi, crowding pada gigi permanen dan impaksi gigi. Premature loss gigi desidui juga

Dokumen terkait