• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi premature loss gigi molar desidui pada pasien Ortodonsia di RSGMP FKG USU tahun 2010-2014 adalah sebesar 32,5 % (91 orang). Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian oleh Heilborn dkk. di Brazil yang menunjukkan persentase premature loss gigi desidui sebesar 28,9 %, penelitian oleh Cavalcanti dkk. di Brazil dengan prevalensi premature loss gigi molar desidui sebesar 24,9 %, dan penelitian oleh Petcu dkk. di Iasi (Romania) dengan prevalensi premature loss gigi molar desidui sebesar 25,33 %. Hasil penelitian berbeda jauh dengan penelitian oleh Ahamed dkk. di Chidambaram (India), dimana prevalensi premature loss gigi desidui yaitu 16,5 %. Prevalensi penelitian cukup tinggi bila dibandingkan dengan hasil penelitian sebelumnya tetapi masih dalam kisaran yang dilaporkan yaitu antara 4,3 % sampai dengan 42,6 %. Prevalensi yang cukup tinggi disebabkan adanya perbedaan dalam populasi dimana sampel pada penelitian ini merupakan pasien Ortodonsia yang memiliki tingkat kebutuhan perawatan gigi yang lebih tinggi dibandingkan masyarakat pada umumnya.16 Selain itu, banyak dokter gigi yang lebih memilih mengesktraksi daripada mempertahankan gigi desidui. Hal ini berhubungan dengan sikap kebanyakan orang tua yang tidak terlalu peduli dengan gigi desidui dan menganggap gigi desidui tidak cukup penting karena cepat atau lambat gigi desidui akan berganti, sehingga tindakan pencegahan dan perawatan pada gigi desidui dianggap tidak berarti.4,5

Pola makan atau diet juga berhubungan dengan terjadinya karies gigi yang merupakan etiologi utama premature loss gigi molar desidui. Karies sering terjadi pada anak karena umumnya anak-anak sering mengonsumsi makanan rendah serat dan cemilan yang lengket serta banyak mengandung gula.40,41 Kurangnya kesadaran dan motivasi untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut menyebabkan tidak optimalnya frekuensi dan teknik penyikatan gigi pada anak sehingga memudahkan

38

anak terkena risiko penyakit gigi dan mulut. Kurangnya motivasi dikarenakan anak tidak dibiasakan melakukan penyikatan gigi sejak dini oleh orang tua.42

Kesehatan gigi seringkali tidak menjadi prioritas karena berbagai faktor, di antaranya sosial ekonomi. Seseorang dengan status sosial ekonomi rendah cenderung memiliki status kesehatan mulut yang rendah pula, mengalami lebih banyak kehilangan gigi dan mengalami lebih banyak masalah pada rongga mulut. Meningkatnya biaya perawatan mengakibatkan masyarakat ekonomi rendah tidak bisa mendapatkan pelayanan kesehatan gigi secara layak sehingga masyarakat lebih memilih giginya dilakukan pencabutan daripada dilakukan perawatan.41,43 Data dari Riset Kesehatan Dasar di Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2013 menunjukkan bahwa pada kelompok umur 5-9 tahun, prevalensi penduduk yang memiliki masalah gigi dan mulut adalah sebesar 21,2 % dimana hanya 24,2 % dari mereka yang menerima perawatan. Pada kelompok umur 10-14 tahun prevalensi penduduk yang memiliki masalah gigi dan mulut adalah sebesar 18,5 % dimana hanya 23,8 % dari mereka yang menerima perawatan. Prevalensi penduduk yang memiliki masalah gigi dan mulut di Sumatera Utara cukup besar dan tidak sebanding dengan prevalensi penduduk yang menerima perawatan.44 Faktor-faktor tersebut memungkinkan meningkatnya kasus premature loss gigi molar desidui karena gigi desidui yang bermasalah dan tidak dirawat cenderung akan dilakukan pencabutan dini.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi premature loss gigi molar desidui berbeda jauh pada kedua rahang. Prevalensi premature loss gigi molar desidui yang lebih tinggi terjadi pada rahang bawah yaitu sebesar 78,2 % sedangkan pada rahang atas sebesar 21,8 %. Prevalensi premature loss gigi molar desidui lebih tinggi pada rahang bawah disebabkan adanya potensi pengendapan makanan dan akumulasi plak yang lebih banyak pada regio posterior mandibula. Hal ini mungkin disebabkan adanya kesulitan aksesibilitas ketika menyikat gigi rahang bawah terutama pada permukaan lingual karena keberadaan lidah.45,46 Menggenangnya saliva pada dasar mulut karena gravitasi juga menyebabkan impaksi makanan dan pembentukan plak yang lebih banyak pada rahang bawah. Morfologi gigi molar dengan fisur sepanjang mesiodistal gigi juga mempermudah terjadinya retensi makanan.46,47

39

Hasil penelitian sesuai dengan penelitian sebelumnya oleh Ahamed dkk. di Chidambaram (India) dimana prevalensi premature loss gigi desidui lebih tinggi pada rahang bawah daripada rahang atas. Penelitian sebelumnya juga menunjukkan prevalensi premature loss gigi molar desidui pada rahang bawah yang lebih tinggi, di antaranya yaitu pada penelitian oleh Cavalcanti dkk. di Brazil dimana prevalensi premature loss gigi molar desidui pada rahang bawah sebesar 74,3 % dan pada rahang atas sebesar 25,7 %, penelitian oleh Petcu dkk. di Iasi (Romania), dimana prevalensi premature loss gigi molar desidui rahang bawah sebesar 71,3 % dan pada rahang atas sebesar 28,7 % dan penelitian oleh Mehdi dkk. di Pakistan, dimana prevalensi premature loss gigi molar desidui rahang bawah sebesar 68,4 % dan pada rahang atas sebesar 31,6 %.9

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa prevalensi premature loss gigi molar desidui yang paling tinggi adalah pada sisi kanan bawah (kuadran 8) yaitu sebesar 43,6 % kemudian pada sisi kiri bawah (kuadran 7) yaitu sebesar 34,6 %, pada sisi kanan atas (kuadran 5) sebesar 11,7 %, dan pada sisi kiri atas (kuadran 6) sebesar 10,1 %. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian oleh Cavalcanti dkk. di Brazil dengan persentase premature loss gigi molar desidui yang tertinggi pada sisi kanan bawah (kuadran 8) yaitu sebesar 43,9 % dan penelitian oleh Petcu dkk. di Iasi (Romania) dengan persentase yang sama yaitu 43,9 %. Prevalensi premature loss gigi molar desidui paling tinggi terjadi pada sisi kanan bawah (kuadran 8) kemungkinan dikarenakan sisi kiri pada rahang bawah lebih diperhatikan dan lebih mudah disikat pada saat melakukan prosedur oral profilaksis. Pembentukan plak terjadi lebih tinggi pada sisi yang kurang dibersihkan terkait kurang optimalnya penyikatan gigi. Akumulasi plak ini selanjutnya akan berkembang menjadi karies yang bila diabaikan akan mengarah pada ekstraksi dini gigi desidui.5

40

Dokumen terkait