• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam Bab ini penulis menguraikan beberapa kesimpulan dan saran-saran dari penulisan tugas akhir ini.Dimana penulis berharap tulisan ini dapat berguna bagi masyarakat.

BAB II

GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK MEDAN TIMUR

2.1.SEJARAH SINGKAT KPP MEDAN TIMUR

Dengan adanya peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia No.123/PMK.01/2006 jo No.67/PMK.01/2008, tentang organisasi dan tata kerja instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak, yang didalam keputusan tersebut telah berubahnya sebagian besar instruksi dan terbentuknya Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Adapun sebelumnya nama sebutan dari Kantor Pelayanan Pajak adalah Kantor Inspeksi Pajak (KIP).

Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur didirikan pada tanggal 27 Mei 2008. Berdasarkan keputusan Direktorat Jendral Pajak No.Kep.95/PJ.01/2008 tanggal 19 Mei 2008. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

merupakan penggabungan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)dan Kantor Pemeriksaan Pajak. Pada 27 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan terbagi menjadi 6 (enam) KPP yaitu :

1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur. 2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota. 3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia. 4. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Barat.

5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan. 6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.

Adapun ruang lingkup wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur meliputi :

1. Kecamatan Medan Tembung. 2. Kecamatan Medan Timur. 3. Kecamatan Medan Perjuangan.

2.2. STRUKTUR ORGANISASI KPP MEDAN TIMUR

Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara

sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung jawab pegawai masing-masing telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya adalah untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan baik, teratur dan efisien.

Adapun struktur yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah struktur organisasi linier dan Staf. Adapun organisasi yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, antara lain :

1. Sub Bagian Umum.

2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI). 3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I.

4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II. 5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III. 6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV. 7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan.

8. Seksi Penagihan. 9. Seksi Pemeriksaan. 10.Seksi Pelayanan

2.3.URAIAN TUGAS DAN FUNGSI KPP MEDAN TIMUR

Tugas dan fungsi masing-masing akan di uraikan dalam setiap seksi,

untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Pembagian tugas dan wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur adalah :

2.3.1.Sub Bagian Umum, terdiri dari :

1. Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas membantu menangani Tata Usaha dan Kepegawaian.

2. Pelaksanaan Keuangan yang bertugas menangani urusan Keuangan.

3. Pelaksanaan Rumah Tangga yang bertugas menangani urusan perlengkapan Rumah Tangga.

2.3.2.Seksi Pengolahan Data dan Informasi, terdiri dari :

1. Pelaksanaan Tata cara Pemprosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi PDI.

2. Pelaksanaan Tata cara penatausahaan Alat Keterangan.

3. Pelaksanaan Tata cara Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak berdasarkan potensi Pajak, perkembangan Ekonomi dan Keuangan.

5. Pelaksanaan Tata cara Pemanfaatan Bank Data.

6. Pelaksanaan Tata cara Penatausahaan Penerimaan PBB Non Elektronik.

7. Pelaksanaan Tata cara Pembuatan laporan penerimaan PBB/BPHTB

8. Pelaksanaan Tata cara Penyelesaian Hasil Penerimaan PBB.

2.3.3.Seksi Pengawasan dan Konsultasi, terdiri dari :

1. Pelaksanaan Pemprosesan dan penata usahaan Dokumen masuk di Seksi Pengawasan dan Konsultasi.

2. Pelaksanaan penerbitan surat perintah membayar kelebihan pajak dan surat perintah membayar imbalan bunga.

3. Pelaksanaan penyelesaian permohonan pengguna nilai buku dalam rangka penggabungan usaha, pengambilan usaha atau pemekaran usaha.

4. Pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan, pembetulan, pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah di KPP.

5. Pelaksanaan permohonan penyelesaian permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi Administrasi PBB di KPP.

6. Pelaksanaan pemberian bimbingan kepada Wajib Pajak.

1. Pelaksanaan Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen masuk di Seksi Penagihan.

2. Pelaksanaan penagihan, yang bertugas membantu penyiapan surat tagihan, surat paksa, surat perintah, melaksanakan penyitaan, usulan lelang, dan penagihan lainnya.

3. Pelaksanaan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat Tagihan Pajak beserta bukti pembayarannya.

4. Pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan/ Keberatan/Putusan Banding/ Pengurangan atau Pembatalan ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan.

2.3.5.Seksi Ekstensifikasi, terdiri dari :

1. Pelaksanan Pemprosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk di Seksi Ektensifikasi Perpajakan.

2. Pelaksanaan pendaftaran Objek Pajak baru dengan Penelitian kantor dan lapangan.

3. Pelaksanaan penilaian individual Objek PBB.

4. Pelaksanaan pembuatan daftar biaya komponen bangunan. 5. Pelaksanaan mutasi seluruhnya dan sebagian Objek dan

Subjek Pajak.

6. Pelaksanaan penyelesaian permohonan Surat Keterangan Nilai Jual Objek Pajak.

1. Pelaksanaan Tata cara Pemprosesan dan Penatausahaan dokumen masuk di seksi penerimaan.

2. Pelaksanaan Tata cara Penyelesaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahun Pajak.

3. Pelaksanaan penyelesaian usulan Pemeriksaan.

4. Pelaksanaan Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak dan Nota Penghitungan.

5. Pelaksanaan Penyelesaian permohonan pengembalian kelebihan pembayaran Pajak Penjualan Barang Mewah.

2.3.7.Seksi Pelayanan, terdiri dari :

1. Pelaksanaan penatausahaan surat, Dokumentasi, dan Laporan Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu.

2. Pelaksanaan pendaftaran dan penghapusan NPWP.

3. Pelaksanaan penerimaan, Perpanjangan, Penerbitan surat teguran SPT.

4. Pelaksanaan pemenuhan permintaan Konfirmasi dan Klarifikasi.

5. Pelaksanaan penyelesaian permohonan pencetakan dan pembetulan STP, SKP.

6. Pelaksanaan penyelesaian permohonan pembukuan dalam bahasa inggris dan Mata Uang Dollar Amerika Serikat dan penerbitan surat perintah Membayar Kelebihan Pajak untuk

Perwakilan Negara Asing dan badan internasional serta Pejabat/tenaga ahlinya.

7. Pelaksanaan penerbitan SKP.

8. Pelaksanaan penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.

2.4. GAMBARAN PEGAWAI KPP MEDAN TIMUR

Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur

adalah Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan Medan Perjuangan. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur ini dikepalai oleh seorang Kepala Kantor yang membawahi 10 seksi dan 1 kelompok jabatan

Fungsional. Dan berdasarkan data hingga Juni 2011, jumlah pegawai KPP Medan Timur adalah sebanyak 82 orang, dengan perincian sebagai berikut :

1. Berdasarkan Pendidikan

1. Master (S2) 5 orang

2. Sarjana 28 orang

3. D IV 1 orang

4. D III/Sarjana Muda 18 orang

5. D I 19 orang

6. SLTA 9 orang

7. SLTP 2 orang

2. Berdasarkan Pangkat

1. Golongan IV 2 orang

2. Golongan III 45 oramg

3. Berdasarkan Eselon

1. Eselon III 1 orang

2. Eselon IV 9 orang

3. Fungsional 12 orang

4. Account representative (AR) 20 orang

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTIK 3.1.PENGERTIAN

3.1.1.Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan

Menurut P.J.A Andriani Pajak adalah iuran wajib kepada Negara (yang

dapat di paksaan) yang terhutang dan wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum (undang-undang),dengan tidak mendapatkan prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah (Zain,2007: 10).

Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap

Bumi dan atau Bangunan berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1994 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986 berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1985.

Pajak Bumi dan bangunan adalah Pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terhutang ditentukan oleh keadaan Objek Pajak yaitu bumi/bangunan.

Sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah atau perairan.

Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah: 1. Jalan Tol.

2. Kolam renang. 3. Pagar mewah. 4. Tempat olah raga.

5. Galangan Kapal, dermaga. 6. Taman mewah.

7. Tempat penampungan /kilang minyak, air, gas, pipa minyak 8. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.

Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan adalah pasal 33 ayat (3)

Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi ”Bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung didalamnya di kuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran Rakyat.”

Sedang dasar pemungutannya adalah pasal 23 ayat (2) yang berbunyi ”Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan undang-undang”.

3.2.SUBJEK DAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN 3.2.1.Subjek Pajak Bumi dan Bangunan

Yang dimaksud Subjek Pajak adalah orang atau badan yang secara nyata mempunyai suatu hak atas bumi dan memperoleh manadan yang secara nyata mempunyai suatu hak bumi dan memperoleh manfaat atas bumi dan/atau memiliki, menguasai,dan/atau memperoleh manfaat bangunan (Psl 4/1)

Subjek Pajak sebagaimana dimaksud dalam nomor 1 diatas, yang dikenakan kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak.

Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata : a. Mempunyai suatu hak atas bumi

b. Memperoleh manfaat atas bumi c. Memiliki bangunan

d. Menguasai bangunan

e. Memperoleh manfaat atas bangunan.

3.2.2.Objek Pajak Bumi dan Bangunan

Yang menjadi Objek Pajak Bumi dan Bangunan antara lain:

3.2.2.1. Objek Pajak

1. Yang menjadi Objek Pajak adalah bumi dan/atau Bangunan.

2. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan digunakan sebagai pedoman,serta untuk memudahkan penghitungan pajak yang terhutang.

Dalam menetukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor-faktor sebagai berikut:

1. Letak 2. Peruntukan 3. Pemanfaatan

Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan factor-faktor sebagai berikut:

1. Bahan yang digunakan. 2. Rekayasa.

3. Letak.

4. Kondisi lingkungan dan lain-lain.

3.2.3.Pengecualian Objek Pajak

Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Objek Pajak yang:

1. Digunakan semata-mata untuk melayanai kepentingan umum dan tidak untuk mencari keuntungan,antara lain:

1. Dibidang ibadah, contoh : masjid, greja dan wihara. 2. Dibidang kesehatan, contoh : rumah sakit.

3. Dibidang pendidikan, contoh : madrasah, pesantren. 4. Dibidang sosial, contoh : panti asuhan.

5. Dibidang kebudayaan dan nasional, contoh : museum, candi. 2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau sejenis

dengan itu.

3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah Negara yang belum dibebani suatu hak.

4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat, berdasarkan azas perlakuan timbal balik.

5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.

3.3.TARIF PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Tarif Pajak Bumi dan Bangunan untuk perdesaan dan perkotaasn

diturunkan dari 0,5 persen terhadap Nilai Jual Objek Pajak setinggi-tingginya 0,3 persen dari NJOP langkah ini diharapkan dapat memperluas basis pemungutan PBB. Kewenangan penetapan tarif PBB akan dialihkan dari pemerintah pusat kepada pemerintah pusat kepada pemerintah pusat kepada pemerintah

kabupaten/kota setelah 31 Desember 2013.

Bagi sektor-sektor PBB lainnya masih menggunakan tarif 0,5 persen.tarif yang menggunakan 0,3 persen hanya pada sektor perdesaan dan perkotaan saja. “Saat ini, basis data PBB mencapai 92 juta objek pajak.itu akan kami

didistribusikan secara bertahap kepada daerah. Namun daerah harus memiliki perangkat teknologi informasi yang kuat karena mengelola data yang sangat besar itu bukan perkara mudah. Jika teknologinya tidak kuat, bisa ada kesalahan

penetapan NJOP “. Ungkapan Direktur Ekstensifikasi Pajak Direktorat Jenderal Pajak.

Perubahan tarif PBB Perdesaan dan Perkotaan itu ditetapkan dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (PDRD) yang selesai diamandemen pada 15 September 2009.

Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). NJOP ditetapkan perwilayah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan dengan menpertimbangan Gubernur serta memperhatikan :

1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar

2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya 3. Nilai perolehan baru

4. Penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti

Berdasarkan NJOP tersebut digunakan sebagai dasar pengenaan PBB yang ditetapkan setiap tiga tahun sekali, ditetapkan Menteri Keuangan kecuali untuk daerah tertentu setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya.

Adapun faktor-faktor yang diperlukan dalam menentukan NJOP untuk Bumi adalah letak / lokasi tanah, peruntukan, pemanfaatan kondisi lingkungan dan faktor-faktor lainnya ( Salamun A T, 1993:164).

Pengertian NJOP dalam Pasal I angka 3 Undang-Undang No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana diubah dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1994 adalah yang diperoleh dari transaksi jual beli. Dasar hukum berlakunya di Indonesia adalah berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun Undang-undang No.12 Tahun 1994 dan mulai berlaku 1 Januari 1995.

Besarnya NJOP tersebut digunakan sebagai dasar pengenaan PBB yang ditetapkan setiap 3 tahun sekali, ditetapkan oleh Menteri Keuangan kecuali untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya ( Boediono, 2000: 497 ).

3.5.NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP)

Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak dapat ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis atau nilai perolehan baru, dan Nilai Jual Objek Pajak Pengganti (Pasal 1).

Nilai Jual Objek Pajak meliputi nilai jual permukaan bumi (tanah, perairan pedalaman serta wilayah Indonesia) beserta kekayaan alam yang berada di atas maupun di bawahnya dan/atau bangunan yang melekat padanya (KMK 523/98).

3.6.NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK (NJOPTKP)

NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak kena pajak.Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota setinggi-tingginya Rp.12.0000.0000,- dengan ketentuan sebagai berikut:

1. Setiap wajib pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu kali dalam satu Tahun Pajak.

2. Apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang nilainya terbesar dan tidak biasa digabungkan dengan Objek Pajak lainnya

Selain mengubah besarnya tarifnya, Undang-undang ini juga menetapkan aturan baru tentang Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) dan Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).

Sebelumnya, NJKP ditetapkan 20-100 persen dari NJOP yang sudah dikurangi NJOPTKP, kini aturan tersebut tidak dipergunakan lagi.

3.7.DASAR PENGHITUNGAN PBB TERHUTANG

Cara menghitung pajak adalah dengan mengalikan tarif pajak dengan Nilai

Jual Kena Pajak (NJKP). Namun demikian khusus untuk NJOP yang besarnya 12.000.000,- (dua belas juta rupiah) tidak kena pajak yang disebut dengan Nilai Jual Objek Pajak Tidak kena pajak (NJOPTKP).

Rumus Penghitungan PBB = Tarif x NJKP

Jika NJKP = 20% x ( NJOP-NJOPTKP ) Maka besarnya PBB

= 0,5% x 20% x ( NJOP-NJOPTKP ) = 0,1% x ( NJOP-NJOPTKP )

Jika NJKP = 40% x ( NJOP- NJOPTKP ) Maka besarnya PBB = 0,5% x 40% ( NJOP-NJOTKP ) = 0,2% x ( NJOP-NJOPTKP ) Atau ; Bumi = Rp xxx Bangunan = Rp xxx + NJOP Total = Rp xxx NJOPTKP = Rp xxx + NJKP = Rp xxx

Assesment Value = 20% atau 40% x

= Rp xxx

Tarif = 0,5% x

PBB Terhutang = Rp xxx

3.8 TAHUN PAJAK

Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim. Jangka waktu satu tahun takwim adalah dari 1 januari sampai dengan 31 Desember. Saat yang

menentukan pajak terhutang adalah keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari. Perubahan objek pajak setelah tanggal 1 januari, baik penambahan atau

pengurangan tidak akan mempengaruhi besarnya pajak yang terhutang untuk tahun yang bersangkutan.

3.9. PEMBAYARAN PAJAK

Pajak yang terhutang menurut SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang) harus dilunasi selambat-lambatnya 6 bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh wajib pajak. Sedangkan pajak yang terhutang berdasarkan SKP harus dilunasi selambat-lambatnya 1 bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak. Jumlah pajak yang terhutang berdasarkan STP harus dilunasi selambat-lambatnya 1 bulan sejak tanggal diterimanya STP oleh wajib pajak.Pembayaran pajak yang terhutang dapat dilakukan di:

a. Seluruh cabang Bank Pemerintah kecuali Bank Pembangunan Indonesia (BAPINDO) dan Bank Tabungan Negara (BTN)

b. Kantor Pos dan Giro

c. Dan tempat-tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.

3.10. PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pemberian keringanan pajak yang terutang atas Objek Pajak.

Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap Bumi dan atau Bangunan berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No.12 Tahun 1994 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986

berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1985. Disamping itu Pajak Bumi dan Bangunan bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan Objek Pajak yaitu Bumi / Bangunan.

Bumi adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah dan atau perairan (Soemitro, 2001: 51).

3.11. DASAR PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN

Adapun dasar penagihan Pajak Bumi dan Bangunan Yaitu : 1. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT)

2. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) diterbitkan untuk memberitahukan besarnya pajak yang terhutang kepada Wajib Pajak 3. Surat Ketetapan Pajak (SKP)

Surat Ketetapan Pajak diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota untuk

memberitahukan besarnya pajak yang terhutang, termasuk denda administrasi kepada wajib pajak dalam hal :

a. Wajib Pajak tidak mengembalikan SPOP yang disampaikan kepadanya walaupun telah ditegur

b. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak yang terhutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak.

d. Surat Tagihan Pajak digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) pembayaran tidak atau kurang dibayar beserta denda administrasi sebesar 2 % per bulan.

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI 4.1.PENGURANGAN PAJAK BUMI Dan BANGUNAN

Untuk pelaksanaan azas-azas yang terdapat dalam pemungutan pajak, salah satunya adalah azas keadilan. Keadilan disini artinya menerapkan kewajiban dan hak-hak yang sama terhadap Wajib Pajak. Salah satu hak Wajib Pajak adalah Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan pengurangan PBB.

Permohonan pengurangan PBB tersebut diajukan oleh Wajib Pajak kepada Kantor Pelayanan Pajak dan Selanjutnya akan diproses. Namun terlebih dahulu diadakan penelitian kebenaran persyaratan yang akan ditunjukan dalam surat permohonan pengurangan PBB. Penelitian atas kebenaran

bukti-bukti/persyaratan permohonan pengurangan yang dipenuhi oleh Wajib Pajak itu akan menentukan dapat atau tidaknya surat permohonan pengurangan tersebut untuk diproses.

BerdasarkanPeraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 110/PMK.03/2009 Pasal 2 (dua) ayat 1 (satu) yaitu tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan.

Pengurangan dapat diberikan kepada Wajib Pajak :

4.1.1. Wajib Pajak Orang Pribadi:

a. Karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan subjek pajak dan/atau karena sebab-sebab tertentu lainnya.

b. Dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa.

c. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi veteran pejuangkemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda jasa bintang gerilya, atau janda/dudanya.

d. Objek pajak berupa lahan pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan yang hasilnya sangat terbatas yang Wajib Pajaknya Orang Pribadi yang berpenghasilan rendah.

e. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang penghasilannya semata-mata berasal dari pensiunan, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi.

f. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi.

g. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan rendah yang Nilai Jual Objek Pajak per meter perseginya meningkat akibat perubahan lingkungan dan dampak positif pembangunan.

4.1.2. Wajib Pajak Badan :

a. Objek Pajak yang Wajib Pajak-nya adalah Wajib Pajak badan yang mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pada Tahun Pajak sebelumnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin.

b. Bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.

c. Sebab lain yang luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b meliputi kebakaran, wabah penyakit tanaman, dan/atau wabah hama tanaman.

Pengurangan yang terutang dapat diberikan kepada semua Objek Pajak (tanpa membedakan Objek Pajak Perkotaan, pedesaan dan sebagainya). Pengajuan permohonan pengurangan dapat diajukan secara kolektif, dan perorangan. Untuk pengajuan permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Wajib Pajak yang terkena bencana alam diajukan oleh Lurah/Kepala Desa dengan diketahui oleh Camat, dan pengajuan secara kolektif.

Kepala Kantor Pelayanan Pajak Medan dalam jangka waktu 60 (enam puluh) hari sejak diterimanya permohonan pengurangan pajak harus sudah memberikan keputusan atas permohonan tersebut. Apabila lebihdari 60 (enam puluh)hari dan keputusan belum diputuskan, maka permohonan pengurangan dianggap diterima dan kemudian diterbitkan keputusan sesuai dengan

Hasil keputusan Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan hasil penelitian administrasi dan/atau verifikasi lapangan dengan pertimbangan yang wajar dan objektif dengan pedoman sebagi berikut:

1. Permohonan dikabulkan sepenuhnya apabila verifikasi lapangan menunjukan hal-hal yang sesuai dengan alasan-alasan permohonan. 2. Permohonan dipenuhi sebagian dari hasil penelitian administrasi,

verifikasi lapangan didapatkan data yang sebagian sesuai dengan alasan-alasan permohonan pengurangan.

3. Permohonan ditolak seluruhnya apabila dari hasil penelitian administrasi dan lapangan didapatkan data-data yang tidak benar/bertentangan dengan alasan-alasan yang diajukan untuk permohonan pengurangan.

Untuk permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang diajukan oleh Wajib Pajak perseorangan atau badan atas ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan sampai dengan Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah) diterbitkan Surat Keputusan Pemberian Pengurangan berdasarkan verifikasi lapangan.

Tabel

Data Pengurangan PBB tahun 2011 Januari s/d Juni 2011

Dikantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Bulan Waskon I Waskon II Waskon III Waskon IV Total

Berdasarkan tabel diatas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur,melalui seksi yang ada telah melaksanakan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan kepada Wajib Pajak dari Januari 2011 sampai dengan Juni 2011 banyak terjadi

Dokumen terkait