LAPORAN TUGAS AKHIR
PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI TENTANG
PROSEDUR PELAKSANAAN PERMOHONAN PENGURANGAN WAJIB PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA MEDAN TIMUR
DISUSUN OLEH :
NAMA : ONDO ANDREAS MARPAUNG NIM : 082600111
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat TuhanYang Maha Esa
atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas
akhir yang berjudul “ Prosedur Pelaksanaan Permohonan Pengurangan Wajib
Pajak Bumi dan Bangunan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur”.
Dalam penyusunan tugas akhir, banyak dorongan dan bantuan yang
diberikan kepada penulis. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan rasa
terima kasih yang terhormat:
Drs. Cyrus Sihaloho
Selaku dosen pembimbing, yang telah meluangkan waktu untuk
memberikan ilmu, masukan, pemikiran dan kesabaran dalam memberikan
bimbingan dan saran selama penyusunan penelitian.
Penyusun juga tidak lupa mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof.DR.Badarudin,M.Si sebagai Dekan Fakultas ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs.Alwi Hasyim Batubara.M.Si sebagai ketua Program Studi
Diploma III Administrasi Perpajakan FISIP USU.
3. Seluruh staf dosen Jurusan Administrasi Perpajakan FISIP USU yang telah
memberikan bantuan moril dan atas sebagian ilmu yang telah diberikan
4. Bapak Morland Lumban Tobing,SE Selaku Kepala Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur dan Bapak Ariel Satriya selaku AR di
Waskon II yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan data-data
yang penulis butuhkan.
5. Ayahanda, Ibunda, kakak serta keluarga yang selalu memberikan
dorongan semangat, kasih sayang, dan do’a.
6. Seluruh rekan-rekan Program Khusus Diploma III Administrasi
Perpajakan FISIP USU angkatan 2008 yang selalu memberikan dorongan
dan semangat.
7. semua pihak yang telah membantu penulis, yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Penulis menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih harus
disempurnakan. Oleh karena itu, kritik dan saran dari semua pihak penulis terima
guna penyempurnaan di masa mendatang.Akhir kata dengan segala pengharapan
dan do’a semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis, maupun
pembaca pada umumnya.
Medan, Juni 2011
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
BAB I: PENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan dan Manfaat PKLM ... 2
1.3. Uraian Teoritis ... 4
1.4. Ruang Lingkup PKLM. ... 10
1.5. Metode PKLM ... 10
1.6. Metode Pengumpulan Data ... 11
1.7. Sistematika Penulisan Laporan PKLM... 12
BAB II: GAMBARAN UMUM OBJEK PKLM ... 14
2.1. Sejarah Singkat KPP Pratama Medan Timur ... 14
2.2. Struktur Organisasi KPP Pratama Medan Timur ... 15
2.3. Uraian Tugas dan Fungsi ... 16
2.4. Gambaran Pegawai KPP Pratama Medan Timur ... 20
BAB III: GAMBARAN DATA PRAKTIK ... 22
3.1.Pengertian ... 22
3.2.Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan ... 23
3.3.Tarif Pajak Bumi dan Bangunan ... 26
3.4.Dasar Pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan ... 27
3.6.Nilai Jual Objek Pajak Tidak Kena Pajak... 28
3.7.Dasar Penghitungan PBB Terhutang ... 29
3.8.Tahun Pajak ... 30
3.9.Pembayaran Pajak ... 30
3.10.Pengurangan ... 31
3.11.Dasar Penagihan PBB ... 31
BAB IV: ANALISIS dan EVALUASI ... 33
4.1. Pengurangan PBB... 33
4.2. Prosedur dan Tata Kerja Aparatur Pajak ... 39
4.3. Tempat Pembayaran PBB ... 42
4.4. Pajak Terhutang... 42
BAB V: KESIMPULAN dan SARAN ... 43
5.1. Kesimpulan ... 43
6.2. Saran ... 43
BAB I PENDAHULUAN
1.1.LATAR BELAKANG PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI
Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) selama ini diidentikkan dengan Pajak Lempung karena objek pajak utamanya berupa tanah (bumi) dengan wajib pajak
yang meliputi seluruh golongan masyarakat dari golongan rakyat jelata sampai
pejabat tinggi Negara, sementara kontribusi finansial untuk penerimaan Negara
masih relatif kecil dibandingkan dengan jenis pajak lainnya.Kecilnya kontribusi
pemasukan tersebut tercipta karena struktur tarif pengenaan Pajak Bumi dan
Bangunan mencakup kebutuhan hidup dasar masyarakat dan aspek-aspek yang
sangat rentan terhadap gejolak masyarakat (Supriyanto, 1994 : 3).
Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1985 Tentang
Pajak Bumi dan Bangunan yang mulai berlaku efektif sejak 1 Januari
1986,diharapkan kesadaran perpajakan dari masyarakat akan meningkat secara
continue,sehingga penerimaan pajak akan meningkat pula.Karena dengan sistim
perpajakan ini lebih sederhana dan memberikan kepercayaan kepada wajib pajak
dalam melaksanakan kewajibannya serta memenuhi haknya di bidang perpajakan.
Dalam hal pengenaan pajak terhadap objek Pajak Bumi dan Bangunan
salah satu caranya adalah memberikan kepercayaan kepada wajib pajak untuk
mendaftarkan sendiri Objek Pajak yang di kuasai/dimilikinya (self Assessment di
bidang pelaporan) ke Direktorat Jenderal Pajak atau tempat-tempat lain yang
Mengingat besarnya jumlah Objek Pajak dan beragamnya tingkat
pengetahuan dan pendidikan dari Wajib Pajak, maka belum seluruhnya Wajib
Pajak dapat melaksanakan kewajiban untuk mendaftarkan Objek Pajak yang
dikuasai/dimilikinya dan belum seluruhnya Wajib Pajak dapat mengerti
prosedur-prosedur yang terdapat di dalam hal Perpajakan ini,baik dalam hal prosedur-prosedur
penetapan Pajak,dan prosedur permohonan pengurangan Pajak yang telah
ditetapkan terhadap Wajib Pajak yang terjadi,sehingga mengakibatkan kekeliruan
antara Wajib Pajak dengan pihak Fiskus.Salah satu permasalahan yang di angkat
dalam penelitian adalah mengenai hal prosedur permohonan pengurangan yang di
ajukan oleh Wajib Pajak terhadap Fiskus.
Dalam hal pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) yang diajukan
oleh Wajib Pajak (WP) sebagaimana telah di maksud dalam Peraturan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor110/PMK.03/2009 Pasal 2 (dua) ayat 1
(satu) yaitu tentang Pemberian Pengurangan Pajak Bumi Dan Bangunan.
1.2. TUJUAN DAN MANFAAT PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI 1.2.1. Tujuan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
1. Untuk mengetahui prosedur permohonan pengurangan
sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pelaksanaannya.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambatan yang terdapat dalam
pelaksanaan penyelesaian pengurangan atas PBB.
3. Untuk mengetahui penyebab terjadinya perselisihan antara
1.2.2. Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri Bagi Mahasiswa
1. Dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam mengulas
kasus yang sama pada penulisan dimasa datang.
2. Dapat digunakan sebagai bahan untuk mengetahui pelaksanaan
permohonan pengurangan Pajak bumi dan Bangunan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
3. Sebagai bahan latihan dalam mengembangkan pengetahuan dan
wawasan yang dimiliki penulis di bidang perpajakan,khususnya
Pajak Bumi dan Bangunan.
Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fisip USU
1. Mempererat hubungan Universitas Sumatera Utara dengan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Memberikan gambaran secara nyata mengenai Pajak Bumi dan
Bangunan.
Bagi KPP Pratama Medan Timur
1. Kerjasama yang baik dengan Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan.
2. Agar bermanfaat bagi masyarakat khususnya wajib pajak Pajak
Bumi dan Bangunan.
1.3.1 Pengertian Pajak
Menurut P.J.A Andriani Pajak adalah iuran wajib kepada Negara (yang
dapat di paksaan) yang terhutang dan wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (undang-undang),dengan tidak mendapatkan prestasi kembali
yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah.
(Zain,2007: 10).
Menurut Rochmat Soemitro Pajak adalah iuran rakyat kepada Kas Negara
berdasarkan Undang-Undang (yang dipaksakan) dengan tiada mendapati jasa
timbal (kontra prestasi) yang langsung ditunjukan dan yang digunakan untuk
membayar pengeluaran umum. (Zain,2007:11 ) .
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 Tentang
Pajak daerah dan Retribusi Daerah “Pajak Daerah yang selanjutnya disebut Pajak
ialah kontribusi wajib kepada Daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau
badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak
mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah
bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat ditarik kesimpulan:
1. Pajak merupakan kontribusi wajib dari rakyat kepada Negara
2. Dapat dipaksakan karena berdasarkan Undang-Undang.
3. Digunakan untuk membiayai pengeluaran umum
Negara,pengeluaran rutin, pembiayaan pembangunan dalam hal
1.3.2. Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) adalah suatu sarana dalam
administrasi perpajakan yang digunakan sebagai tanda pengenal diri atau identitas
Wajib Pajak.(Sihaloho,2001:21)
1.3.2. Fungsi Pajak
Fungsi pajak ada dua yaitu:
1. Fungsi Budgeter
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan Pemerintah
untuk membiayai pengeluaran baik rutin maupun
pembangunan.(Resmi,2008:3).
2. Fungsi Regulerend
Pajak mempunyai fungsi pengatur,artinya pajak sebagai alat
untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan Pemerintah
dalam bidang sosial dan ekonomi,serta mencapai
tujuan-tujuan tertentu diluar bidang keuangan.(Resmi,2008:3).
1.3.3. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pungutan yang dikenakan
terhadap Bumi dan/atau bangunan yang dimiliki, dikuasai, dan/atau dimanfaatkan
oleh orang pribadi atau badan yang dikelola oleh pemerintah pusat untuk
pembiayaan pembangunan daerah.
1.3.4. Wajib Pajak Bumi dan Bangunan
Orang pribadi yang dikenakan kewajiban untuk membayar Pajak Bumi
1.3.5. Subjek dan Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Subjek Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) seperti tercantum dalam pasal 4
ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang perubahan atas Undang
Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB yang berbunyi Yang menjadi Subjek
Pajak adalah Orang atau Badan Hukum yang secara nyata mempunyai suatu hak
atas bumi, dan/atau memperoleh manfaat atas bangunan.
Sedangkan mengenai Objek Pajak Bumi dan Bangunan diatur dalam pasal
2 ayat (1) Undang Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang perubahan Undang
Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan yaitu “ Yang
menjadi Objek Pajak adalah bumi dan/atau bangunan.
1.3.6. Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan
Penetapan Pajak Bumi dan Bangunan berdasarkan nilai tanah (bumi) dan
bangunan. Dasar penetapannya sesuai dengan klasifikasi bumi dan bangunan
dalam pasal 6 ayat (1) Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1994 tentang perubahan
Undang Undang Nomor 12 Tahun 1985 tentang PBB menentukan bahwa Dasar
pengenaan pajak adalah Nilai Jual Objek Pajak (NJOP). (Tarigan,1995 :28).
Selanjutnya NJOP setiap tiga tahun ditetapkan oleh Menteri Keungan,kecuali
untuk daerah tertentu ditetapkan setiap tahun.
1.3.7. Pengertian dan Dasar Peraturan Pengurangan atas PBB
Manusia hidup bermasyarakat dan bernegara, perlu mengetahui hak dan
kewajiban individu terhadap Negara. Membayar pajak adalah salah satu
kewajiban warga Negara untuk turut serta mempertahankan kelangsungan hidup
Wajib Pajak mempunyai beberapa hak yang dapat diajukan kepada Dirjen Pajak
apabila didalam penetapan pajak tersebut tidak sesuai dengan keadaan Wajib
Pajak. Beberapa hak kewajiban Wajib Pajak tersebut diantaranya adalah: Wajib
Pajak berhak mengajukan permohonan pengurangan atas PBB secara
tertulis,berdasarkan pasal 19 Undang-Undang Pajak bumi dan Bangunan. Dan
yang dimaksud dengan pengurangan atas PBB untuk memberikan keringanan
pembayaran pajak yang terhutang adalah:
1. Objek Pajak, karena kondisi tertentu yang ada hubunganya dengan
WP dan/atau sebab-sebab tertentu lainnya.
2. Objek Pajak terkena bencana alam seperti gempa
bumi,banjir,gunung meletus dan tanah longsor.
3. Objek Pajak terkena sebab-sebab lain yang luar biasa seperti :
kebakaran,kekeringan,wabah penyakit dan hama tanaman.
Dasar peraturan pelaksanaan pemberian pengurangan antara lain:
1. Pasal 19 Undang Undang Nomor 12 tahun 1994 tentang
perubahan atas perubahan Undang Undang Nomor 12 Tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan
2. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 158/KMK.04/1991 tanggal
13 Februari 1991
3. Surat keputusan Menteri Keuangan Nomor 470/KMK.04/1991
tanggal 22 Juli 1991 tentang petunjuk pelaksanaan pengurangan
Pajak Bumi dan Bangunan.
Permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan diajukan secara
tertulis dalam bahasa Indonesia kepada Kantor Pelayanan Pajak yang menerbitkan
Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) atau Surat Ketetapan Pajak (SKP).
Permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan karena kondisi
tertentu Objek Pajak yang ada hubungannya dengan Subjek Pajak dan atau karena
sebab-sebab tertentu lainnya diajukan selambat-lambatnya 60 (Enam Puluh) hari
sejak diterimannya Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang atau Surat Ketetapan
Pajak oleh Wajib Pajak.
Sedangkan permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dalam
hal Objek Pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar biasa diajukan
selambat-lambatnya 60 (Enam Puluh) hari sejak terjadinya bencana alam atau
sebab lain yang luar biasa.
Apabila batas waktu pengajuan tersebut di atas tidak terpenuhi,maka
permohonan itu tidak diproses dan kepala Kantor Pelayanan Pajak
memberitahukan kepada pemohon secara tertulis dengan diberikan kejelasan
seperlunya.
Permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan untuk ketetapan
Pajak Bumi dan Bangunan sampai dengan Rp.25.000,- dapat diajukan secara
perseorangan ataupun kolektif (melalui Kepala Desa/Lurah yang bersangkutan)
dengan menggunakan formulir yang telah ditetapkan.
Permohonan pengurangan untuk ketetapan diatas Rp.25.000,- harus
diajukan oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dengan melampirkan fotokopi
Sedangkan untuk Wajib Pajak badan harus melampirkan:
1. Fotokopi SPPT/SKP dari tahun Pajak yang diajukan permohonan
pengurangannya
2. Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan (SPT Pph) tahun Pajak
yang terakhir beserta lampirannya.(Tata Cara Pemberian Pengurangan
PBB).
Permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan atas Objek Pajak yang
terkena bencana alam,hama tanaman dan sebab lain yang luar biasa dan
bersifat massal,diajukan secara tertulis oleh Kepala Desa/Lurah dan diketahui
Camat dengan mencantumkan nama-nama Wajib Pajak yang dimohonkan
pengurangannya,dengan mempergunakan formulir yang telah ditentukan
Kantor Pelayanan Pajak yang menerima surat permohonan pengurangan akan
memberikan tanda terimanya.
1.4.RUANG LINGKUP PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM).
Didalam penulisan ini penulis membatasi permasalahan agar tidak terlalu
meluas serta jelas arah yang akan di bahas dari penulisan karya ilmiah ini. Oleh
karena itu penulis merumuskannya dalam bentuk perumusan masalah yang
merupakan salah satu upaya untuk menyatakan secara tersurat
pertanyaan-pertanyaan apa yang ingin kita cari dari jaabannya itu:
1. Kendala dalam prosedur pengajuan pengurangan Pajak Bumi dan
2. Penyebab terjadinya perselisihan antara Wajib Pajak dengan aparat
Pajak
3. Kendala-kendala apa saja yang ditemukan dalam hal pengajuan
pengurangan.
1.5. METODE PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) 1.5.1. Metode Penelitian
Dalam penelitian ini,penulis menggunakan metode deskriptif yaitu
ingin menggambarkan problem yang terdapat dalam prosedur
pemberian pengurangan.
1.5.2. Lokasi Penelitian
Dalam penelitian ini,penulis mengambil lokasi penelitian di Kantor
Pelayan Pajak Pratama Medan Timur
1.5.3. Teknik analisa data
Penyusunan skripsi minor ini oleh penulis dengan dengan
menggunakan teknik analisa kwalitatif,yang berguna untuk
menemukan jawaban atas permasalahan yang terjadi sehingga
tercerminnya kwalitas penelitian yang telah dilakukan.Data-data,
keterangan dan penjelasan yan diperlukan sudah terkumpul yaitu
diperoleh dari hasil observasi dan wawancara,yang dilanjutkan
dengan mengelolah, menganalisis dan menguraikan data yang
diperoleh dengan berpedoman dengan landasan teori yang telah
ada sebagai bahan perbandingan dan pertimbangan terhadap
1.6. METODE PENGUMPULAN DATA 1.6.1.Observasi
Yaitu melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek
yang akan diteliti.
1.6.2.Wawancara
Yaitu tanya jawab secara langusng kepada pegawai Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur yang menjadi sampel
dalam penelitian ini.
1.7. SISTEMATIKA PENULISAN LAPORAN BAB I : PENDAHULUAN
Yang menguraikan Latar Belakang Masalah, Perumusan
Masalah,Tujuan dan Manfaat Penelitian,Uraian
Teoritis,Kerangka Konsep Penelitian,Metodologi penelitian dan
Sistematika Penulisan.
BAB II : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Yang menguraikan tentang Sejarah singkat berdirinya Kantor
Pelayanan Pajak PRATAMA Medan Timur.
BAB III : GAMBARAN DATA PRAKTIK
Yang menguraikan tentang ketentuan-ketentuan umum, Subjek
dan Objek, Cara perhitungan dan pendaftaran Objek Pajak
BAB IV : ANALISIS DAN EVALUASI
Yang menguraikan tentang pembahasan permasalahan di dalam
pelaksanaan permohonan pengurangan yang di ajukan oleh
Wajib Pajak.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam Bab ini penulis menguraikan beberapa kesimpulan dan
saran-saran dari penulisan tugas akhir ini.Dimana penulis
BAB II
GAMBARAN UMUM KANTOR PELAYANAN PAJAK MEDAN TIMUR
2.1.SEJARAH SINGKAT KPP MEDAN TIMUR
Dengan adanya peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia
No.123/PMK.01/2006 jo No.67/PMK.01/2008, tentang organisasi dan tata
kerja instansi Vertikal Direktorat Jendral Pajak, yang didalam keputusan
tersebut telah berubahnya sebagian besar instruksi dan terbentuknya Kantor
Pelayanan Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan. Adapun
sebelumnya nama sebutan dari Kantor Pelayanan Pajak adalah Kantor
Inspeksi Pajak (KIP).
Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur didirikan pada tanggal 27 Mei
2008. Berdasarkan keputusan Direktorat Jendral Pajak No.Kep.95/PJ.01/2008
tanggal 19 Mei 2008. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
merupakan penggabungan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan Kantor
Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)dan Kantor Pemeriksaan Pajak.
Pada 27 Mei 2008 Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan terbagi menjadi 6
(enam) KPP yaitu :
1. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur.
2. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota.
3. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Polonia.
5. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Belawan.
6. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Petisah.
Adapun ruang lingkup wilayah kerja dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Medan Timur meliputi :
1. Kecamatan Medan Tembung.
2. Kecamatan Medan Timur.
3. Kecamatan Medan Perjuangan.
2.2. STRUKTUR ORGANISASI KPP MEDAN TIMUR
Struktur Organisasi adalah suatu bagan yang menggambarkan secara
sistematis mengenai penetapan tugas-tugas, fungsi dan wewenang serta tanggung
jawab pegawai masing-masing telah ditentukan sebelumnya. Tujuannya adalah
untuk membina keharmonisan kerja agar pekerjaan dapat dilaksanakan dengan
baik, teratur dan efisien.
Adapun struktur yang digunakan Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur adalah struktur organisasi linier dan Staf. Adapun organisasi yang ada di
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur, antara lain :
1. Sub Bagian Umum.
2. Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI).
3. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I.
4. Seksi Pengawasan dan Konsultasi II.
5. Seksi Pengawasan dan Konsultasi III.
6. Seksi Pengawasan dan Konsultasi IV.
8. Seksi Penagihan.
9. Seksi Pemeriksaan.
10.Seksi Pelayanan
2.3.URAIAN TUGAS DAN FUNGSI KPP MEDAN TIMUR
Tugas dan fungsi masing-masing akan di uraikan dalam setiap seksi,
untuk dapat melaksanakan tugas pokok dan fungsinya. Pembagian tugas dan
wewenang masing-masing seksi dalam struktur organisasi Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Medan Timur adalah :
2.3.1.Sub Bagian Umum, terdiri dari :
1. Pelaksanaan Tata Usaha dan Kepegawaian yang bertugas
membantu menangani Tata Usaha dan Kepegawaian.
2. Pelaksanaan Keuangan yang bertugas menangani urusan
Keuangan.
3. Pelaksanaan Rumah Tangga yang bertugas menangani urusan
perlengkapan Rumah Tangga.
2.3.2.Seksi Pengolahan Data dan Informasi, terdiri dari :
1. Pelaksanaan Tata cara Pemprosesan dan Penatausahaan
Dokumen Masuk di Seksi PDI.
2. Pelaksanaan Tata cara penatausahaan Alat Keterangan.
3. Pelaksanaan Tata cara Penyusunan Rencana Penerimaan Pajak
berdasarkan potensi Pajak, perkembangan Ekonomi dan
Keuangan.
5. Pelaksanaan Tata cara Pemanfaatan Bank Data.
6. Pelaksanaan Tata cara Penatausahaan Penerimaan PBB Non
Elektronik.
7. Pelaksanaan Tata cara Pembuatan laporan penerimaan
PBB/BPHTB
8. Pelaksanaan Tata cara Penyelesaian Hasil Penerimaan PBB.
2.3.3.Seksi Pengawasan dan Konsultasi, terdiri dari :
1. Pelaksanaan Pemprosesan dan penata usahaan Dokumen
masuk di Seksi Pengawasan dan Konsultasi.
2. Pelaksanaan penerbitan surat perintah membayar kelebihan
pajak dan surat perintah membayar imbalan bunga.
3. Pelaksanaan penyelesaian permohonan pengguna nilai buku
dalam rangka penggabungan usaha, pengambilan usaha atau
pemekaran usaha.
4. Pelaksanaan penyelesaian permohonan keberatan, pembetulan,
pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi Pajak
Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah di KPP.
5. Pelaksanaan permohonan penyelesaian permohonan
pengurangan atau penghapusan sanksi Administrasi PBB di
KPP.
6. Pelaksanaan pemberian bimbingan kepada Wajib Pajak.
1. Pelaksanaan Pemrosesan dan Penatausahaan Dokumen masuk
di Seksi Penagihan.
2. Pelaksanaan penagihan, yang bertugas membantu penyiapan
surat tagihan, surat paksa, surat perintah, melaksanakan
penyitaan, usulan lelang, dan penagihan lainnya.
3. Pelaksanaan penatausahaan Surat Ketetapan Pajak dan Surat
Tagihan Pajak beserta bukti pembayarannya.
4. Pelaksanaan penatausahaan Surat Keputusan Pembetulan/
Keberatan/Putusan Banding/ Pengurangan atau Pembatalan
ketetapan Pajak dan Surat Keputusan Pengurangan atau
Penghapusan Sanksi Administrasi pada Seksi Penagihan.
2.3.5.Seksi Ekstensifikasi, terdiri dari :
1. Pelaksanan Pemprosesan dan Penatausahaan Dokumen Masuk
di Seksi Ektensifikasi Perpajakan.
2. Pelaksanaan pendaftaran Objek Pajak baru dengan Penelitian
kantor dan lapangan.
3. Pelaksanaan penilaian individual Objek PBB.
4. Pelaksanaan pembuatan daftar biaya komponen bangunan.
5. Pelaksanaan mutasi seluruhnya dan sebagian Objek dan
Subjek Pajak.
6. Pelaksanaan penyelesaian permohonan Surat Keterangan Nilai
Jual Objek Pajak.
1. Pelaksanaan Tata cara Pemprosesan dan Penatausahaan
dokumen masuk di seksi penerimaan.
2. Pelaksanaan Tata cara Penyelesaian Surat Pemberitahuan
(SPT) Tahun Pajak.
3. Pelaksanaan penyelesaian usulan Pemeriksaan.
4. Pelaksanaan Penatausahaan Laporan Pemeriksaan Pajak dan
Nota Penghitungan.
5. Pelaksanaan Penyelesaian permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran Pajak Penjualan Barang Mewah.
2.3.7.Seksi Pelayanan, terdiri dari :
1. Pelaksanaan penatausahaan surat, Dokumentasi, dan Laporan
Wajib Pajak pada Tempat Pelayanan Terpadu.
2. Pelaksanaan pendaftaran dan penghapusan NPWP.
3. Pelaksanaan penerimaan, Perpanjangan, Penerbitan surat
teguran SPT.
4. Pelaksanaan pemenuhan permintaan Konfirmasi dan
Klarifikasi.
5. Pelaksanaan penyelesaian permohonan pencetakan dan
pembetulan STP, SKP.
6. Pelaksanaan penyelesaian permohonan pembukuan dalam
bahasa inggris dan Mata Uang Dollar Amerika Serikat dan
Perwakilan Negara Asing dan badan internasional serta
Pejabat/tenaga ahlinya.
7. Pelaksanaan penerbitan SKP.
8. Pelaksanaan penatausahaan Dokumen Wajib Pajak.
2.4. GAMBARAN PEGAWAI KPP MEDAN TIMUR
Adapun wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
adalah Kecamatan Medan Timur, Kecamatan Medan Tembung dan Kecamatan
Medan Perjuangan. Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur ini dikepalai oleh
seorang Kepala Kantor yang membawahi 10 seksi dan 1 kelompok jabatan
Fungsional. Dan berdasarkan data hingga Juni 2011, jumlah pegawai KPP Medan
Timur adalah sebanyak 82 orang, dengan perincian sebagai berikut :
1. Berdasarkan Pendidikan
1. Master (S2) 5 orang
2. Sarjana 28 orang
3. D IV 1 orang
4. D III/Sarjana Muda 18 orang
5. D I 19 orang
6. SLTA 9 orang
7. SLTP 2 orang
2. Berdasarkan Pangkat
1. Golongan IV 2 orang
2. Golongan III 45 oramg
3. Berdasarkan Eselon
1. Eselon III 1 orang
2. Eselon IV 9 orang
3. Fungsional 12 orang
4. Account representative (AR) 20 orang
BAB III
GAMBARAN DATA PRAKTIK 3.1.PENGERTIAN
3.1.1.Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan
Menurut P.J.A Andriani Pajak adalah iuran wajib kepada Negara (yang
dapat di paksaan) yang terhutang dan wajib membayarnya menurut
peraturan-peraturan umum (undang-undang),dengan tidak mendapatkan prestasi kembali
yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran umum berhubung tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintah
(Zain,2007: 10).
Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap
Bumi dan atau Bangunan berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang No.12 Tahun 1994 dan mulai berlaku pada tanggal 1 Januari 1986
berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1985.
Pajak Bumi dan bangunan adalah Pajak yang bersifat kebendaan dalam
arti besarnya pajak terhutang ditentukan oleh keadaan Objek Pajak yaitu
bumi/bangunan.
Sedangkan bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau
Yang termasuk dalam pengertian bangunan adalah:
1. Jalan Tol.
2. Kolam renang.
3. Pagar mewah.
4. Tempat olah raga.
5. Galangan Kapal, dermaga.
6. Taman mewah.
7. Tempat penampungan /kilang minyak, air, gas, pipa minyak
8. Fasilitas lain yang memberikan manfaat.
Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan adalah pasal 33 ayat (3)
Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi ”Bumi dan air dan kekayaan alam
yang terkandung didalamnya di kuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk
sebesar-besar kemakmuran Rakyat.”
Sedang dasar pemungutannya adalah pasal 23 ayat (2) yang berbunyi
”Segala pajak untuk keperluan Negara berdasarkan undang-undang”.
3.2.SUBJEK DAN OBJEK PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
3.2.1.Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
Yang dimaksud Subjek Pajak adalah orang atau badan yang secara nyata
mempunyai suatu hak atas bumi dan memperoleh manadan yang secara nyata
mempunyai suatu hak bumi dan memperoleh manfaat atas bumi dan/atau
Subjek Pajak sebagaimana dimaksud dalam nomor 1 diatas, yang dikenakan
kewajiban membayar pajak menjadi wajib pajak.
Subjek Pajak adalah orang pribadi atau badan yang secara nyata :
a. Mempunyai suatu hak atas bumi
b. Memperoleh manfaat atas bumi
c. Memiliki bangunan
d. Menguasai bangunan
e. Memperoleh manfaat atas bangunan.
3.2.2.Objek Pajak Bumi dan Bangunan
Yang menjadi Objek Pajak Bumi dan Bangunan antara lain:
3.2.2.1. Objek Pajak
1. Yang menjadi Objek Pajak adalah bumi dan/atau Bangunan.
2. Yang dimaksud dengan klasifikasi bumi dan bangunan adalah
pengelompokan bumi dan bangunan menurut nilai jualnya dan
digunakan sebagai pedoman,serta untuk memudahkan
penghitungan pajak yang terhutang.
Dalam menetukan klasifikasi bumi/tanah diperhatikan faktor-faktor
sebagai berikut:
1. Letak
2. Peruntukan
Dalam menentukan klasifikasi bangunan diperhatikan factor-faktor
sebagai berikut:
1. Bahan yang digunakan.
2. Rekayasa.
3. Letak.
4. Kondisi lingkungan dan lain-lain.
3.2.3.Pengecualian Objek Pajak
Objek Pajak yang tidak dikenakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah
Objek Pajak yang:
1. Digunakan semata-mata untuk melayanai kepentingan umum dan
tidak untuk mencari keuntungan,antara lain:
1. Dibidang ibadah, contoh : masjid, greja dan wihara.
2. Dibidang kesehatan, contoh : rumah sakit.
3. Dibidang pendidikan, contoh : madrasah, pesantren.
4. Dibidang sosial, contoh : panti asuhan.
5. Dibidang kebudayaan dan nasional, contoh : museum, candi.
2. Digunakan untuk kuburan, peninggalan purbakala, atau sejenis
dengan itu.
3. Merupakan hutan lindung, hutan suaka alam, hutan wisata, taman
nasional, tanah pengembalaan yang dikuasai oleh desa, dan tanah
Negara yang belum dibebani suatu hak.
4. Digunakan oleh perwakilan diplomatik, konsulat, berdasarkan
5. Digunakan oleh badan atau perwakilan organisasi internasional
yang ditentukan oleh Menteri Keuangan.
3.3.TARIF PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Tarif Pajak Bumi dan Bangunan untuk perdesaan dan perkotaasn
diturunkan dari 0,5 persen terhadap Nilai Jual Objek Pajak setinggi-tingginya 0,3
persen dari NJOP langkah ini diharapkan dapat memperluas basis pemungutan
PBB. Kewenangan penetapan tarif PBB akan dialihkan dari pemerintah pusat
kepada pemerintah pusat kepada pemerintah pusat kepada pemerintah
kabupaten/kota setelah 31 Desember 2013.
Bagi sektor-sektor PBB lainnya masih menggunakan tarif 0,5 persen.tarif
yang menggunakan 0,3 persen hanya pada sektor perdesaan dan perkotaan saja.
“Saat ini, basis data PBB mencapai 92 juta objek pajak.itu akan kami
didistribusikan secara bertahap kepada daerah. Namun daerah harus memiliki
perangkat teknologi informasi yang kuat karena mengelola data yang sangat besar
itu bukan perkara mudah. Jika teknologinya tidak kuat, bisa ada kesalahan
penetapan NJOP “. Ungkapan Direktur Ekstensifikasi Pajak Direktorat Jenderal
Pajak.
Perubahan tarif PBB Perdesaan dan Perkotaan itu ditetapkan dalam
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Daerah (PDRD) yang selesai diamandemen pada 15 September 2009.
Dasar pengenaan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Nilai Jual Objek Pajak
(NJOP). NJOP ditetapkan perwilayah berdasarkan keputusan Menteri Keuangan
dengan menpertimbangan Gubernur serta memperhatikan :
1. Harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual beli yang terjadi
secara wajar
2. Perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis yang letaknya
berdekatan dan fungsinya sama dan telah diketahui harga jualnya
3. Nilai perolehan baru
4. Penentuan Nilai Jual Objek Pajak pengganti
Berdasarkan NJOP tersebut digunakan sebagai dasar pengenaan PBB yang
ditetapkan setiap tiga tahun sekali, ditetapkan Menteri Keuangan kecuali untuk
daerah tertentu setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya.
Adapun faktor-faktor yang diperlukan dalam menentukan NJOP untuk Bumi
adalah letak / lokasi tanah, peruntukan, pemanfaatan kondisi lingkungan dan
faktor-faktor lainnya ( Salamun A T, 1993:164).
Pengertian NJOP dalam Pasal I angka 3 Undang-Undang No.12 Tahun
1985 tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana diubah dengan
Undang-Undang No.12 Tahun 1994 adalah yang diperoleh dari transaksi jual beli. Dasar
hukum berlakunya di Indonesia adalah berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun
Besarnya NJOP tersebut digunakan sebagai dasar pengenaan PBB yang
ditetapkan setiap 3 tahun sekali, ditetapkan oleh Menteri Keuangan kecuali untuk
daerah tertentu ditetapkan setiap tahun sesuai dengan perkembangan daerahnya
( Boediono, 2000: 497 ).
3.5.NILAI JUAL OBJEK PAJAK (NJOP)
Nilai Jual Objek Pajak adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi
jual beli yang terjadi secara wajar dan bilamana tidak terdapat transaksi jual beli,
Nilai Jual Objek Pajak dapat ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek
lain yang sejenis atau nilai perolehan baru, dan Nilai Jual Objek Pajak Pengganti
(Pasal 1).
Nilai Jual Objek Pajak meliputi nilai jual permukaan bumi (tanah, perairan
pedalaman serta wilayah Indonesia) beserta kekayaan alam yang berada di atas
maupun di bawahnya dan/atau bangunan yang melekat padanya (KMK 523/98).
3.6.NILAI JUAL OBJEK PAJAK TIDAK KENA PAJAK (NJOPTKP)
NJOPTKP adalah batas NJOP atas bumi dan/atau bangunan yang tidak
kena pajak.Besarnya NJOPTKP untuk setiap daerah Kabupaten/Kota
setinggi-tingginya Rp.12.0000.0000,- dengan ketentuan sebagai berikut:
1. Setiap wajib pajak memperoleh pengurangan NJOPTKP sebanyak satu
kali dalam satu Tahun Pajak.
2. Apabila Wajib Pajak mempunyai beberapa Objek Pajak, maka yang
mendapatkan pengurangan NJOPTKP hanya satu Objek Pajak yang
Selain mengubah besarnya tarifnya, Undang-undang ini juga menetapkan
aturan baru tentang Nilai Jual Kena Pajak (NJKP) dan Nilai Jual Objek Pajak
Tidak Kena Pajak (NJOPTKP).
Sebelumnya, NJKP ditetapkan 20-100 persen dari NJOP yang sudah dikurangi
NJOPTKP, kini aturan tersebut tidak dipergunakan lagi.
3.7.DASAR PENGHITUNGAN PBB TERHUTANG
Cara menghitung pajak adalah dengan mengalikan tarif pajak dengan Nilai
Jual Kena Pajak (NJKP). Namun demikian khusus untuk NJOP yang besarnya
12.000.000,- (dua belas juta rupiah) tidak kena pajak yang disebut dengan Nilai
Jual Objek Pajak Tidak kena pajak (NJOPTKP).
Rumus Penghitungan PBB = Tarif x NJKP
Jika NJKP = 20% x ( NJOP-NJOPTKP ) Maka besarnya PBB
= 0,5% x 20% x ( NJOP-NJOPTKP ) = 0,1% x ( NJOP-NJOPTKP )
Jika NJKP = 40% x ( NJOP- NJOPTKP ) Maka besarnya PBB
= 0,5% x 40% ( NJOP-NJOTKP ) = 0,2% x ( NJOP-NJOPTKP ) Atau ;
Bumi = Rp xxx
Bangunan = Rp xxx +
NJOP Total = Rp xxx
NJOPTKP = Rp xxx +
NJKP = Rp xxx
Assesment Value = 20% atau 40% x
= Rp xxx
Tarif = 0,5% x
PBB Terhutang = Rp xxx
3.8 TAHUN PAJAK
Tahun Pajak adalah jangka waktu satu tahun takwim. Jangka waktu satu
menentukan pajak terhutang adalah keadaan objek pajak pada tanggal 1 Januari.
Perubahan objek pajak setelah tanggal 1 januari, baik penambahan atau
pengurangan tidak akan mempengaruhi besarnya pajak yang terhutang untuk
tahun yang bersangkutan.
3.9. PEMBAYARAN PAJAK
Pajak yang terhutang menurut SPPT (Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang)
harus dilunasi selambat-lambatnya 6 bulan sejak tanggal diterimanya SPPT oleh
wajib pajak. Sedangkan pajak yang terhutang berdasarkan SKP harus dilunasi
selambat-lambatnya 1 bulan sejak tanggal diterimanya SKP oleh wajib pajak.
Jumlah pajak yang terhutang berdasarkan STP harus dilunasi selambat-lambatnya
1 bulan sejak tanggal diterimanya STP oleh wajib pajak.Pembayaran pajak yang
terhutang dapat dilakukan di:
a. Seluruh cabang Bank Pemerintah kecuali Bank Pembangunan Indonesia
(BAPINDO) dan Bank Tabungan Negara (BTN)
b. Kantor Pos dan Giro
c. Dan tempat-tempat lain yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
3.10. PENGURANGAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) adalah pemberian
keringanan pajak yang terutang atas Objek Pajak.
Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak Negara yang dikenakan terhadap
Bumi dan atau Bangunan berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1985
tentang Pajak Bumi dan Bangunan sebagaimana telah diubah dengan
berdasarkan Undang-Undang No.12 Tahun 1985. Disamping itu Pajak Bumi dan
Bangunan bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh
keadaan Objek Pajak yaitu Bumi / Bangunan.
Bumi adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap
pada tanah dan atau perairan (Soemitro, 2001: 51).
3.11. DASAR PENAGIHAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN
Adapun dasar penagihan Pajak Bumi dan Bangunan Yaitu :
1. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT)
2. Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) diterbitkan untuk
memberitahukan besarnya pajak yang terhutang kepada Wajib Pajak
3. Surat Ketetapan Pajak (SKP)
Surat Ketetapan Pajak diterbitkan oleh Direktur Jenderal Pajak yang
digunakan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Medan Kota untuk
memberitahukan besarnya pajak yang terhutang, termasuk denda administrasi
kepada wajib pajak dalam hal :
a. Wajib Pajak tidak mengembalikan SPOP yang disampaikan kepadanya
walaupun telah ditegur
b. Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain ternyata jumlah pajak
yang terhutang lebih besar dari jumlah pajak yang dihitung berdasarkan
SPOP yang disampaikan oleh wajib pajak.
d. Surat Tagihan Pajak digunakan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
pembayaran tidak atau kurang dibayar beserta denda administrasi sebesar 2
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI 4.1.PENGURANGAN PAJAK BUMI Dan BANGUNAN
Untuk pelaksanaan azas-azas yang terdapat dalam pemungutan pajak,
salah satunya adalah azas keadilan. Keadilan disini artinya menerapkan kewajiban
dan hak-hak yang sama terhadap Wajib Pajak. Salah satu hak Wajib Pajak adalah
Wajib Pajak berhak untuk mengajukan permohonan pengurangan PBB.
Permohonan pengurangan PBB tersebut diajukan oleh Wajib Pajak
kepada Kantor Pelayanan Pajak dan Selanjutnya akan diproses. Namun terlebih
dahulu diadakan penelitian kebenaran persyaratan yang akan ditunjukan dalam
surat permohonan pengurangan PBB. Penelitian atas kebenaran
bukti-bukti/persyaratan permohonan pengurangan yang dipenuhi oleh Wajib Pajak itu
akan menentukan dapat atau tidaknya surat permohonan pengurangan tersebut
untuk diproses.
BerdasarkanPeraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor
110/PMK.03/2009 Pasal 2 (dua) ayat 1 (satu) yaitu tentang Pemberian
Pengurangan dapat diberikan kepada Wajib Pajak :
4.1.1. Wajib Pajak Orang Pribadi:
a. Karena kondisi tertentu objek pajak yang ada hubungannya dengan
subjek pajak dan/atau karena sebab-sebab tertentu lainnya.
b. Dalam hal objek pajak terkena bencana alam atau sebab lain yang luar
biasa.
c. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi veteran
pejuangkemerdekaan, veteran pembela kemerdekaan, penerima tanda
jasa bintang gerilya, atau janda/dudanya.
d. Objek pajak berupa lahan pertanian/perkebunan/perikanan/peternakan
yang hasilnya sangat terbatas yang Wajib Pajaknya Orang Pribadi yang
berpenghasilan rendah.
e. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang penghasilannya
semata-mata berasal dari pensiunan, sehingga kewajiban PBB-nya sulit
dipenuhi.
f. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan
rendah, sehingga kewajiban PBB-nya sulit dipenuhi.
g. Objek pajak yang Wajib Pajak-nya orang pribadi yang berpenghasilan
rendah yang Nilai Jual Objek Pajak per meter perseginya meningkat
4.1.2. Wajib Pajak Badan :
a. Objek Pajak yang Wajib Pajak-nya adalah Wajib Pajak badan yang
mengalami kerugian dan kesulitan likuiditas pada Tahun Pajak
sebelumnya sehingga tidak dapat memenuhi kewajiban rutin.
b. Bencana alam sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b adalah
bencana yang diakibatkan oleh peristiwa atau serangkaian peristiwa
yang disebabkan oleh alam antara lain gempa bumi, tsunami, gunung
meletus, banjir, kekeringan, angin topan dan tanah longsor.
c. Sebab lain yang luar biasa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b meliputi kebakaran, wabah penyakit tanaman, dan/atau wabah hama
tanaman.
Pengurangan yang terutang dapat diberikan kepada semua Objek Pajak (tanpa
membedakan Objek Pajak Perkotaan, pedesaan dan sebagainya). Pengajuan
permohonan pengurangan dapat diajukan secara kolektif, dan perorangan. Untuk
pengajuan permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan terhadap Wajib
Pajak yang terkena bencana alam diajukan oleh Lurah/Kepala Desa dengan
diketahui oleh Camat, dan pengajuan secara kolektif.
Kepala Kantor Pelayanan Pajak Medan dalam jangka waktu 60 (enam
puluh) hari sejak diterimanya permohonan pengurangan pajak harus sudah
memberikan keputusan atas permohonan tersebut. Apabila lebihdari 60 (enam
puluh)hari dan keputusan belum diputuskan, maka permohonan pengurangan
dianggap diterima dan kemudian diterbitkan keputusan sesuai dengan
Hasil keputusan Kantor Pelayanan Pajak berdasarkan hasil penelitian
administrasi dan/atau verifikasi lapangan dengan pertimbangan yang wajar dan
objektif dengan pedoman sebagi berikut:
1. Permohonan dikabulkan sepenuhnya apabila verifikasi lapangan
menunjukan hal-hal yang sesuai dengan alasan-alasan permohonan.
2. Permohonan dipenuhi sebagian dari hasil penelitian administrasi,
verifikasi lapangan didapatkan data yang sebagian sesuai dengan
alasan-alasan permohonan pengurangan.
3. Permohonan ditolak seluruhnya apabila dari hasil penelitian
administrasi dan lapangan didapatkan data-data yang tidak
benar/bertentangan dengan alasan-alasan yang diajukan untuk
permohonan pengurangan.
Untuk permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan yang diajukan oleh
Wajib Pajak perseorangan atau badan atas ketetapan Pajak Bumi dan Bangunan
sampai dengan Rp. 100.000 (seratus ribu rupiah) diterbitkan Surat Keputusan
Pemberian Pengurangan berdasarkan verifikasi lapangan.
Tabel
Data Pengurangan PBB tahun 2011 Januari s/d Juni 2011
Dikantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Bulan Waskon
I
Waskon II
Waskon III
Waskon IV
[image:40.595.108.522.706.750.2]Berdasarkan tabel diatas Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur,melalui
seksi yang ada telah melaksanakan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
kepada Wajib Pajak dari Januari 2011 sampai dengan Juni 2011 banyak terjadi
peningkatan permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur di akibatkan berbagai sebab-sebab yang
terjadi, sehingga terjadi pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan dengan
keputusan yang diberikan oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan
Timur.
Dengan demikian Wajib Pajak yang mengajukan Pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Dari Bulan
Januari sampai dengan Juni 2011 terdapat Peningkatan 30,1 % atau sekitar 60
Wajib Pajak.
Adapun alsan dari para Wajib Pajak melakukan pengurangan dikarenakan hasil
dari pendapatan mereka mengalami kerugian secara material baik itu akibat
pensiun yang kecil.dan Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur
memberikan pengurangan sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Contoh dari Pengurangan PBB yang sesuai dengan undang-undang :
4.1.3.Hambatan Bagi Aparat Pajak dalam Pelaksanaan Penyelesaian Permohonan.
Dari table diatas dapat dilihat dari keseluruhan Surat Permohonan
Pengurangan yang masuk tidak seluruhnya dapat diselesaikan atau diproses. Hal
ini disebabkan karena adanya hambatan atau kendala yang di hadapi aparat Pajak
dalam proses penyelesaian surat permohonan pengurangan. Fakto-faktor
penghambat penyelesaian permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan
sehingga permohonan tidak dapat diproses oleh petugas adalah karena :
1. Ketidaklengkapan dokumen-dokumen/surat-surat/bukti-bukti yang harus
dilampirkan oleh Wajib Pajak dalam permohonan pengurangan Pajak
Bumi dan Bangunan. Dokumen-dokumen yang harus dilampirkan untuk
permohonan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan antara lain :
a. Surat keterangan penghasilan dari lurah
b. Fotocopy Surat Pemberitahuan Pajak Terhutang (SPPT) tahunan
yang dimohon pengurangan.
c. Fotocopy KTP.
d. Fotocopy SK Pensiunan (bagi pensiunan).
e. Fotocopy pembayaran Pensiunan.
f. Fotocopy neraca rugi/laba yang diaudit oleh akuntan publik (bagi
4.1.4.Faktor penyebab perselisihan Wajib Pajak dengan Fiskus.
Biasanya perselisihan antara pihak Fiskus dengan Wajib Pajak ada
beberapa faktor, yaitu :
1. Sebab-sebab yang sudah nyata atau sering terjadi dan tidak lagi
disangsikan oleh pihak lain, seperti :
1. Kekhilapan dalam peristiwa.
2. Kesalahan tulis atau hitung, baik yang menguntungkan maupun
yang merugikan bagi Wajib Pajak.
3. Jumlah hutang Pajak ditambah dengan denda-denda atau
tambahan-tambahan lain yang disebabkan adanya
kewajiban-kewajiban yang tidak dipenuhi oleh Wajib Pajak.
4.2. PROSEDUR Dan TATA KERJA APARATUR PAJAK
Prosedur dan tata kerja dalam penyelesaian pengurangan adalah sebagai
berikut:
1. Penerima Berkas.
2. Menerima, meneliti kelengkapan serta kebenaran berkas wajib pajak.
3. Mencocokkan data wajib pajak dengan data yang ada pada Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) Pratama.
4. Mengisi data umum persyaratan pada formulir Pelayanan.
5. Merekam tanggal dan nomor penerimaan berkas wajib pajak pada
computer dan/atau mencatatnya pada buku penjagaan.
7. Meneruskan berkas dan formulir Pelayanan kepada pemproses urusan
kepada Koordinator Tempat pelayanan untuk diproses lebih lanjut.
4.2.1. Pemproses Urusan
a. Menerima berkas dan formulir Pelayanan dari penerima berkas,
sertamenatausahakannya pada buku penjagaan.
b. Meneliti dan memproses berkas berdasarkan tugas dan wewenang yang
ditentukan Kepala Kantor Pelayanan Pratama, antara lain menyiapkan
konsep Surat Keputusan Pemberian Pengurangan Pajak Terhutang.
d. Meneruskan berkas yang telah selesai diproses beserta formulir
pelayanan kepada koordinator tempat pelayanan.
4.2.2 Koordinator tempat pelayanan
a. Menerima dan meneliti kebenaran hasil pekerjaan pemproses urusan.
Apabila dipandang perlu meneruskan ke seksi atau langsung
meneruskannya ke Seksi Pengolahan Data dan Informasi (PDI).
b. Menerima, meneliti dan memaraf hasil keluaran berupa Surat keputusan
pengurangan pajak terutang yang diterima dari Seksi pengolahan data dan
informasi serta meneruskannya kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak
Pratama Medan Kota untuk ditanda tangani.
4.2.3. Penyampaian hasil keluaran
a. Menerima hasil keluaran yang telah ditandatangani oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Medan Kota beserta keseluruhan berkas wajib
b. Mencatat tanggal penyelesain berkas pada buku penjagaan dan/atau
merekamnya pada Komputer
c. Menyampaikan surat keputusan pemberian pengurangan pajak terutang
kepada wajib pajak dengan menandatangani tanda terima pada formulir
pelayanan atau meneruskannya ke Sub Bagian Tata Usaha untuk dikirim
melalui pos atau kurir.
d. Meneruskan berkas kepada seksi penerimaan dan penagihan atau seksi
penerimaan, penagihan dan keberatan pengurangan untuk diarsipkan.
4.3.TEMPAT PEMBAYARAN PBB
Wajib Pajak yang telah menerima Surat Pemberitahuan Pajak Terutang
(SPPT), Surat Ketetapan Pajak (SKP) dan Surat Tagihan Pajak (STP) dari Kantor
Pelayanan PBB atau disampaikan lewat Pemerintah Daerah harus melunasinya
tepat waktu pada tempat pembayaran yang telah ditunjuk dalam SPPT yaitu Bank.
4.4 PAJAK TERHUTANG
Saat yang menentukan pajak terhutang atau belum dibayar keadaan Objek
Pajak pada tanggal 1 Januari .Dengan demikian segala mutasi atau perubahan atas
Objek Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pada tahun
berikutnya.
Contoh :
A menjual tanah kepada B pada tanggal 2 Januari 2000.Kewajiban PBB Tahun
2000 masih menjadi tanggungan A. Sejak tahun 2001 kewajiban PBB menjadi
Pajak yang terjadi setelah tanggal 1 Januari akan dikenakan pajak pada tahun
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN
Pada bab ini, dengan mengacu kepada penyajian dan analisa data pada bab
sebelumnya maka penulis menarik kesimpulan, yaitu:
1. Proses penyelesaian permohonan pengurangan yang diajukan oleh
Wajib Pajak di selesaikan oleh fiskus berdasarkan ketentuan yang
berlaku.
2. Banyak para Wajib Pajak yang mengajukan permohonan
pengurangan tetapi, para Wajib Pajak ini tidak mengetahui sampai
dimana dia boleh mengajukan pengurangan tersebut.
3. Permohonan pengurangan akan dikabulkan oleh fiskus apabila
Wajib Pajak melaksanakannya sesuai dengan
prosedur-prosedur/ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan.
4. Bagi sebagian kecil Wajib Pajak yang mengajukan keberatan
belum dapat diselesaikan oleh pihak fiskus, tetapi merupakan
kesalahan Wajib Pajak sendiri dimana Wajib Pajak tidak
melengkapi persyaratan yang telah ditetapkan.
B. SARAN
1. Dalam prosedur permohonan pengurangan Pajak Bumi dan
Bangunan sangat diperlukan syarat yang paling penting bagi Wajib
agar kelengkapan syarat-syarat yang telah ditetapkan oleh KPP
dilengkapi dengan sebaik-baiknya karena bagi yang kurang atau tidak
memenuhi kelengkapan yang ada, permohonan tersebut tidak akan
diproses.
2. Bagi pihak fiskus hendaknya mengekspos/mengumumkan prosedur
untuk mengajukan pengurangan secara umum, artinya prosedur
tersebut diinformasikan melalui media-media yang ada.
3. Meningkatkan pembinaan sumber daya manusia atau SDM di
lingkungan Perpajakan, khususnya di KPP Medan Timur. Pembinaan
sumber daya manusia tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara,
diantaranya dengan memberikan suatu pendidikan khusus,pelatihan
atau langkah-langkah yang dapat meningkatkan sumber daya manusia
DAFTAR PUSTAKA
Boediono, Perpajakan Indonesia, Diadit Media, 2001, Jakarta. Mardiasmo,Perpajakan, Edisi Revisi 2006, 2006, Yogyakarta.
Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia, Pemberian Pengurangan Pajak
Bumi dan Bangunan,Nomor 110/PMK.03/2009.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak, Tata Cara Pengajuan dan Penyelesaian
Permohonan Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan,Nomor
PER-46/PJ/49.
Resmi, Siti, 2008, Perpajakan Teori dan Kasus, Salemba Empat, Jakarta.
Rusdji, Muhammad, 2008, PBB, BPHTB, dan Bea Materai, Indeks, Jakarta. Sihaloho, Cyrus, 2001, Ketentuan Umum Perpajakan, RajaGrafindo Persada,
Jakarta
Supriyanto, Heru, 2004, Cara Menghitung PBB,dan Bea Materai, Indeks, Medan.
Tarigan, Mion, 1995, Buku Panduan Pajak Bumi dan Bangunan, Direktorat Jendral Pajak, Jakarta.