• Tidak ada hasil yang ditemukan

Memaparkan kesimpulan mengenai objek yang diteliti serta saran-saran yang bermanfaat untuk pelaksanaan perpajakan perusahaan yang lebih baik pada masa yang akan datang.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II

GAMBARAN UMUM LOKASI PKLM

A. Sejarah Umum Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912

Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 merupakan perusahaan asuransi jiwa nasional yang pertama dan tertua di Indonesia. Perusahaan asuransi ini didirikan di Magelang pada 12 Februari 1912 dengan nama Onderlinge Levensverzekering Maatschapitj PGHB (bahasa Belanda) disingkat dengan O.L Mij. PGHB atau lebih dikenal dengan bahasa Inggrisnya Mutual Life Insurance (Asuransi Jiwa Bersama). O.L Mij PGHB didirikan berdasarkan keputusan dalam sidang pada Kongres Perserikatan Guru-Guru Hindia Belanda (PGHB) yang pertama di Magelang, saat itu pesertanya hanya terbatas pada kalangan guru-guru saja. Para peserta kongres pun menyambut positif. Jumlah peserta yang terdaftar sebagai anggota O.L Mij. PGHB pada saat itu baru 5 orang.

Karena perusahaan ini dibentuk oleh para guru, maka pengurusnya untuk pertama kali hanya terdiri dari tiga orang pengurus PGHB yang terdiri dari :

1. Dwidjosewojo sebagai Presiden Komisaris. 2. Karto Hadi Soebroto sebagai Direktur. 3. Adimidjojo sebagai Bendahara.

Pada mulanya perusahaan hanya melayani para guru sekolah Hindia Belanda, kemudian perusahaan memperluas jaringan pelayanannya ke masyarakat

umum. Dengan bertambahnya anggota, maka para pengurus sepakat untuk mengubah nama perusahaannya. Berdasarkan Rapat Anggota Pemegang Polis di Semarang, November 1914, nama O.L Mij. PGHB diubah menjadi O.L Mij. Boemi Poetra.

Pada tahun 1942 ketika Jepang berada di Indonesia, nama O.L Mij Boemi Poetra yang menggunakan bahasa asing segera diganti. Maka pada tahun 1943 O.L Mij Boemi Poetra kembali diubah namanya menjadi Perseroan Pertanggungan Djiwa (PTD) Boemi Poetra, yang merupakan satu-satunya perusahaan asuransi jiwa nasional yang tetap bertahan. Tahun 1921 perusahaan pindah ke Yogyakarta. Lalu pada tahun 1934 perusahaan memperluas jaringan dengan membuka cabang-cabang di Bandung, Jakarta, Surabaya, Palembang, Medan, Pontianak, Banjarmasin, dan Ujung Pandang. Karena dirasa kurang memiliki rasa kebersamaan, maka pada tahun 1953 PTD Boemi Poetra dihapuskan. Hingga saat ini dikenal dengan nama Asuransi Jiwa Bersama (AJB) di depan nama Bumiputera 1912 yang merupakan bentuk badan hukum.

Dengan semakin berkembangnya perusahaan, maka pada tahun 1958 secara bertahap kantor pusat dipindahkan ke Jakarta dan pada tahun 1959 secara resmi kantor pusat AJB Bumiputera berdomisili di Jakarta.

Selama lebih dari seratus tahun, Bumiputera tidak lepas dari pasang surut. Sejarah Bumiputera sekaligus mencatat perjalanan bangsa Indonesia, termasuk peristiwa senering mata uang rupiah tahun 1965 yang memangkas aset perusahaan

ini dan bencana paling hangat multikrisis yang dimulai pada pertengahan tahun 1997. Bumiputera juga menyaksikan tumbuh, berkembang, dan tumbangnya perusahaan sejenis yang tidak sanggup menghadapi ujian zaman karena persaingan atau badai krisis.

Yang membedakan AJB Bumiputera 1912 dengan perusahaan asuransi lainnya sekaligus menjadi kekuatan asuransi ini adalah bahwa pemegang polis yang menjadi para pemegang saham. Jadi perusahaan tidak berbentuk Perseroan Terbatas, sehingga resiko dalam usaha dipikul bersama oleh para peserta sendiri sebagai pemilik perusahaan. Bentuk Badan Mutual ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1992 Pasl 7 ayat 1.

Kondisi ini membuat struktur organisasi Bumiputera berbeda dengan kebanyakan perusahaan sejenis karena level tertingginya tidak hanya mencakup direksi dan komisaris tetapi juga Badan Perwakilan Anggota (BPA). Hal ini karena premi yang diberikan kepada perusahaan sekaligus dianggap sebagai modal. Badan perwakilan para pemegang polis ikut serta menentukan garis-garis besar haluan perusahaan, memilih dan mengangkat direksi, dan ikut serta mengawasi jalannya perusahaan.

Sejak berdiri, AJB Bumiputera 1912 selalu berhasil membayar klaim nasabahnya. Dengan dukungan lebih dari 26.000 tenaga pemasaran yang tersebar lebih di 450 kantor cabang yang tersebar di seluruh Indonesia, Bumiputera menyediakan perlindungan untuk lebih dari empat juta pemegang polis.

Dalam perkembangannya sampai saat ini, AJB Bumiputera 1912 sudah mempunyai anak perusahaan/yayasan yaitu :

1. Bumida Bumiputera (Asuransi Kerugian) 2. PT Wisma Bumiputera (Properti)\

3. PT Mardi Mulyo (Penerbitan dan Percetakan) 4. PT Eurasia Wisata (Tour dan Travel)

5. PT Informatics OASE ( Teknologi Informasi)

6. PT Bumi Wisata (Perhotelan : Bumi Wiyata Hotel-Depok, Hyatt Regency-Surabaya)

7. PT Bumiputera Mitrasarana (Jasa Konstruksi)

8. Yayasan Bumiputera Sejahtera (Pengelola Kesejahteraan Karyawan) 9. Dana Pensiun Bumiputera (Pengelola Dana Pensiun Karyawan) 10.Bumiputera Capital Indonesia

B. Sejarah AJB Bumiputera 1912 Cabang Muara Bungo

AJB Bumiputera 1912 telah beroperasi di Muara Bungo sejak tahun 1975. Pada saat itu AJB Bumiputera 1912 belum berbentuk kantor cabang, namun masih berbentuk Unit Pembantu Pos Pemasaran dari Kantor Pemasaran di Muara Bulian, seiring bertambahnya portofolio nasabah yang ikut asuransi di Muara Bungo, pada tahun 1978 statusnya meningkat menjadi Kantor Rayon. Barulah pada bulan Februari tahun 1992 statusnya meningkat lagi menjadi Kantor Cabang.

C. Struktur Organisasi AJB Bumiputera 1912 cabang Muara Bungo

Organisasi merupakan wadah bagi sekelompok orang yang bekerja sama sebagai usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Dalam sebuah organisasi, orang-orang di dalamnya memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sesuai dengan jabatannya. Gambaran sistematis mengenai kedudukan dan hubungan kerja dituangkan dalam sebuah struktur organisasi.

Struktur organisasi diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab serta hubungan antarbagian berdasarkan susunan tingkat hirarki. Dengan adanya struktur organisasi diharapkan dapat tercapainya komunikasi, koordinasi dan integrasi secara efisien dan efektif dari segenap kegiatan organisasi baik vertikal maupun horizontal.

Pada dasarnya struktur organisasi tergantung besar dan jenis organisasi serta tingginya tingkat kerumitan dalam operasional organisasi. Berikut struktur organisasi AJB Bumiputera 1912 cabang Muara Bungo :

S tr u k tu r O r gan is as i A JB Bu mi p u te r a 1912 C ab an g M u ar a Bu n go S um be r : A JB B um iput er a 1912 C aba ng M ua ra B u ngo

D. Uraian Tugas Pokok 1. Kepala Cabang

Pimpinan tertinggi di kantor AJB Bumiputera 1912 cabang Muara Bungo dipegang oleh Kepala Cabang yang memimpin dan mengelola kegiatan Kantor Cabang asuransi jiwa perorangan AJB Bumiputera 1912. Berikut beberapa tugas dari Kepala Cabang :

a. Memimpin organisasi yang ada di kantor cabang.

b. Bertanggung jawab penuh atas segala aktivitas yang dilakukan baik oleh dinas dalam yaitu bagian administrasi dan keuangan, Petugas Dinas Luar Asuransi, maupun bagian pemasaran produk ke masyarakat.

2. Kepala Unit Administrasi Keuangan

a. Mengawasi seluruh aktivitas yang ada di kantor cabang baik yang bersifat administrasi maupun keuangan.

b. Mengesahkan dan mengoreksi seluruh transaksi.

3. Kasir

a. Menerima uang masuk dan uang keluar b. Menerima setoran premi

c. Menyusun seluruh berkas untuk dilaporkan kepada pengawas intern perusahaan.

4. Layanan I

Bagian Layanan I atau biasa disebut bagian produksi bertugas untuk : a. Memeriksa kelengkapan Surat Permintaan bagi nasabah baru

b. Mengentri Surat Permintaan c. Menghitung kebenaran provisi

d. Mengarsip seluruh dokumen yang menyangkut dengan Surat Permintaan sampai dengan tercetaknya polis.

e. Menyampaikan polis yang sudah keluar kepada pemegang polis tersebut atau kepada Mitra Kerja.

5. Layanan II

Bagian Layanan II disebut juga dengan Bagian Pinjaman Polis (PJ Pol) dan Klaim. Tugasnya adalah melayani pengajuan klaim dan pinjaman dari nasabah. Adapun jenis-jenis klaim yang dikeluarkan seperti :

a. Klaim Habis Kontrak b. Klaim Meninggal Dunia c. Klaim Harga Tunai d. Klaim Kesehatan e. Klaim Kecelakaan f. Klaim Dana Bertahap

6. Agen Koordinator/Supervisor

Agen Koordinator adalah agen yang mempunyai kewajiban pokok melakukan pengawasan, pengendalian dan pembinaan terhadap Agen Ordinary dan Agen Produksi yang berada di bawah koordinasinya. Agen Koordinator minimal membawahi 10 orang agen, dengan jumlah Agen Ordinary minimal 1 orang dan Agen Produksi sebanyak-banyaknya.

7. Agen Ordinary (Pengutip)

Agen Ordinary bertugas mengelola portofolio polis dengan kewajiban pokok melakukan kegiatan pengutipan premi dan pelayanan terhadap pemegang polis dibawah pengawasan dan koordinasi Agen Koordinasi.

8. Agen Produksi

Agen Produksi adalah agen yang mempunyai kewajiban pokok melakukan kegiatan penutupan produksi baru asuransi jiwa sesuai dengan segmen pasarnya. Agen ini bertanggung jawab kepada Agen Koordinator.

E. Visi dan Misi AJB Bumiputera 1912 1. Visi dan Misi Korporat

Visi

Menjadikan AJB Bumiputera 1912 sebagai perusahaan asuransi jiwa terkemuka di Indonesia.

Misi

a. AJB Bumiputera 1912 turut berperan serta dalam pembangunan bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat melalui jasa asuransi jiwa. b. AJB Bumiputera 1912 senantiasa menyediakan produk yang inovatif,

berkualitas tinggi dan nilai tambah yang optimal kepada pemegang polis. c. AJB Bumiputera 1912 senantiasa mengadakan pelatihan dan pendidikan

serta peningkatan profesionalisme bagi karyawan dan karyawati dengan kompensasi yang sebanding dengan prestasi sekaligus memperbaiki kesejahteraannya.

2. Visi dan Misi Direktorat Pemasaran Visi

Menjadikan Direktorat Pemasaran sebagai pilar utama terwujudnya AJB Bumiputera 1912 perusahaan asuransi jiwa terkemuka di Indonesia.

Misi

Mewujudkan pertumbuhan market share dan profit melalui : a. Produk yang kompetitif

b. Sistem yang memadai

c. SDM Pemasaran yang berkualitas d. Implementasi budaya “Bumiputera”

3. Visi dan Misi Divisi Asuransi Perorangan (Asper) Visi

Menjadikan Divisi Asper sebagai organisasi pemasaran “SEHATI” (Sehat, Kuat dan Sinergi) untuk mendukung terwujudnya pertumbuhan market share

dan profit. Misi

Mewujudkan pertumbuhan bisnis yang sehat dan organisasi yang kuat dengan cara :

a. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia, bisnis dan pelayanan. b. Produktifitas.

F. Jenis-jenis Produk Asuransi

Berikut beberapa produk asuransi yang ditawarkan AJB Bumiputera 1912 : 1. Eka Waktu Ideal

Ciri-ciri :

a. Dijual dengan mata uang rupiah.

b. Kontrak maksimal 20 tahun dan minimal 5 tahun. c. Premi minimal Rp 150.000 per tahun.

d. Dapat ditambah dengan Rider Kecelakaan. e. Jika dibayar tahunan ada reduksi 2 % x Premi.

Manfaat :

a. Jika tertanggung hidup sampai kontrak asuransi berakhir maka akan dibayarkan sejumlah premi yang disetorkan ditambah Reversionary Bonus (RB).

b. Jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi akan dibayarkan Uang Pertanggungan (UP) dan asuransi berakhir.

2. Mitra Beasiswa Berencana Ciri-ciri :

a. Dijual dengan mata uang rupiah.

b. Lama kontrak tergantung umur anak saat masuk (maksimal 17 tahun). c. Uang Pertanggungan minimal Rp 2.000.000.

d. Dapat ditambah dengan Rider Kecelakaan. Manfaat

a. Jika tertanggung hidup sampai akhir kontrak asuransi, akan dibayarkan UP + RB dan Dana Tahapan :

Saat Masuk TK = 5 % x UP Saat Masuk SD = 10 % x UP Saat Masuk SMP = 20 % x UP Saat Masuk SMA = 30 % x UP Saat Masuk PT = 40 % x UP

b. Jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi, akan dibayarkan UP pada saat meninggal, Dana tahapan sesuai dengan ketentuan dan polis menjadi bebas premi.

3. Mitra Melati Ciri-ciri :

a. Dijual dengan mata uang rupiah.

b. Kontrak maksimal 10 tahun minimal 5 tahun c. Premi minimal Rp 1.000.000 per tahun d. Investasi digaransi 4,5 %

e. Karena berbentuk investasi maka tidak dapat ditambah dengan Rider Kecelakaan

Manfaat :

a. Jika tertanggung hidup sampai akhir kontrak asuransi maka akan dibayarkan akumulasi dana akhir.

b. Jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi maka akan dibayarkan UP + Akumulasi Dana pada saat itu.

4. Mitra Permata Ciri-ciri :

a. Dijual dengan mata uang rupiah yang berbentuk investasi. b. Kontrak maksimal 15 tahun dan minimal 5 tahun.

c. Premi minimal Rp 2.000.000 d. Investasi digaransi 4,5 %

e. Dapat ditambah dengan Rider Kecelakaan Resiko A.

f. Pada dasarnya adalah premi tunggal tapi bisa ditambah minimal Rp 500.000 dengan kelipatan Rp 100.000.

g. UP = 1 : 1,25 s/d 1 : 5 dari premi. h. Saldo minimal Rp 250.000

Manfaat :

a. Jika tertanggung hidup sampai akhir kontrak asuransi, maka akan dibayarkan Akumulasi Dana Akhir.

b. Jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi maka akan dibayarkan UP + Nilai Tunai pada saat itu.

c. Nilai Tunai dapat diambil maksimal 50% dari Harga Tunai pada tahun ke-3. Maksimal pengambilan 3x dalam setahun, dengan jarak 3 bulan.

5. Mitra Sehat Ciri-ciri :

a. Dijual dengan mata uang rupiah yang berbentuk investasi. b. Kontrak maksimal 10 tahun dan minimal 5 tahun.

c. UP minimal Rp 50.000.000. d. Investasi digaransi 4,5%.

Manfaat :

a. Jika tertanggung hidup sampai akhir kontrak asuransi maka akan dibayarkan Akumulasi Dana Akhir.

b. Jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi maka akan dibayarkan UP + Akumulasi Dana pada saat klaim.

c. Jika tertanggung sakit dalam masa asuransi dan rawat inap di rumah sakit setelah polis berjalan minimal 6 bulan maka akan dibayarkan Dana Rawat Inap sebesar 3‰ x UP dihitung hari ke-3, yang dibayarkan maksimal 90 hari dalam setahun.

6. Mitra Cerdas Ciri-ciri :

a. Dijual dengan mata uang rupiah.

b. Kontrak tergantung umur anak saat masuk maksimal 17 tahun. c. UP minimal Rp 50.000.000

d. Investasi digaransi 4,5% per tahun. Manfaat :

a. Jika tertanggung hidup sampai akhir kontrak asuransi maka akan dibayarkan UP + Selisih Hasil Pengembangan Dana.

b. Dana Tahapan sesuai dengan ketentuan : Saat masuk SD, 6 tahun = 25% x UP Saat masuk SMP, 12 tahun = 25% x UP Saat masuk SMU, 15 tahun = 25% x UP Saat masuk PT, 18 tahun = 25% x UP

c. Jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi akan dibayarkan UP + Akumulasi Dana pada saat meninggal, Dana Tahapan Belajar sesuai dengan ketentuan dan polis menjadi bebas premi.

7. Mitra Guru Ciri-ciri :

b. Kontrak berakhir pada saat guru berumur 60 tahun. c. Lama kontrak = 60 tahun dikurangi umur saat masuk. d. Hanya dijual pada guru.

e. Premi minimal Rp 100.000/bulan f. Investasi digaransi 4,5% per tahun.

g. Uang Pertanggungan naik 20% setiap tahun. Manfaat :

a. Jika tertanggung hidup sampai akhir masa asuransi (pensiun) maka akan dibayarkan Akumulasi Dana Akhir.

b. Jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi maka akan dibayarkan UP yang sudak naik 20% setiap tahun + Akumulasi Dana pada saat klaim.

8. Mitra Dana Ciri-ciri :

a. Dijual dengan mata uang rupiah yang berbentuk investasi. b. Kontrak maksimal 15 tahun dan minimal 5 tahun.

c. Premi tunggal minimal 5 tahun. d. Investasi digaransi 4,5%. e. Diberikan reduksi :

Jika premi Rp 500.000.000 – Rp 750.000.000 = 7,5% Jika premi > Rp 750.000.000 = 10% Manfaat :

a. Jika tertanggung hidup sampai akhir kontrak asuransi maka akan dibayarkan Akumulasi Dana Akhir.

b. Jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi maka dibayarkan 100% UP + Akumulasi Dana pada saat meninggal.

9. Mitra Prima Ciri-ciri :

a. Dijual dengan kurs dolar.

b. Kontrak maksimal 15 tahun dan minimal 5 tahun. c. Premi minimal $100 disetahunkan.

d. Bisa ditambah dengan Rider Kecelakaan. Manfaat :

a. Jika tertanggung hidup sampai akhir masa kontrak asuransi maka akan dibayarkan UP + Reversionary Bonus (RB).

b. Jika tertanggung meninggal dunia dalam masa asuransi maka akan dibayarkan UP + RB sampai saat itu dan asuransi berakhir.

10. Mitra Pusaka Ciri-ciri :

a. Dijual dengan standar kurs dolar berbentuk investasi. b. Cara bayar tunggal.

c. Kontrak maksimal 15 tahun dan minimal 3 tahun.

d. Premi minimal $200 dan bisa ditambah sewaktu-waktu minimal $100 atau kelipatan $100.

e. Bisa ditambah dengan Rider Kecelakaan Resiko A. f. UP meninggal dibanding dengan premi 1 : 1 s/d 1 : 5 g. Saldo minimal $100.

Manfaat :

a. Jika tertanggung hidup sampai akhir kontrak asuransi maka akan dibayarkan Akumulasi Dana Akhir.

b. Harga Tunai dapat diambil setelah polis berjalan 1 tahun, maksimal 50% dari NT dengan pengambilan maksimal 3 kali dalam setahun.

c. Jika tertanggung meninggal dalam masa asuransi maka akan dibayarkan UP + Akumulasi Dana pada saat meninggal dan asuransi berakhir.

11. Mitra Utama Ciri-ciri :

b. Cara bayar tunggal.

c. Kontrak maksimal 15 tahun dan minimal 3 tahun. d. Pembayaran premi minimal $5000.

e. Penambahan premi minimal $1000 atau kelipatan $100. Manfaat :

a. Jika tertanggung hidup sampai akhir kontrak asuransi maka akan dibayarkan Akumulasi Dana Akhir.

b. Dapat biaya perawatan di rumah sakit 2‰ x UP per hari maksimal 90 hari dalam setahun yang dihitung hari ke-3.

c. Penarikan Harga Tunai 50% maksimal 3 kali dalam setahun dengan jarak pengambilan minimal 3 bulan.

d. Jika tertanggung meninggal dunia pada saat masa asuransi maka akan dibayarkan 100% x UP (jika tertanggung meninggal dunia di rumah sakit biasa) dan 200% x UP (sesuai kelipatan) + Nilai Tunai (jika tertanggung meninggal karena kecelakaan dan asuransi berakhir).

G. Tingkat Kesadaran Masyarakat Kabupaten Bungo Terhadap Asuransi Tingkat kesadaran masyarakat Kabupaten Bungo akan jaminan hidup di masa depan dengan cara ikut menjadi pemegang polis AJB Bumiputera 1912 cabang Muara Bungo dapat dilihat dari perbandingan antara jumlah penduduk dengan jumlah pemegang polis aktif yang terdaftar di AJB Bumiputera 1912

cabang Muara Bungo. Target pencapaian per bulan adalah sebesar 105 pemegang polis atau sebanyak 1260 per tahun.

Tabel 2.1

Persentase Perbandingan Jumlah Nasabah dengan Jumlah Penduduk Kabupaten Bungo

Tahun Jumlah Penduduk Jumlah Nasabah Pertambahan Persentase Masyarakat Kabupaten

Bungo yang aktif

Nasabah per

tahun yang Ikut Asuransi

akhir 2012 343.872 6.981 575 2,03%

akhir 2011 310.737 6.406 1.192 2,06%

akhir 2010 303.135 5.214 936 1,72%

akhir 2009 271.625 4.278 1,57%

Sumber :

Jumlah Penduduk Kabupaten Bungo : Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil

Jumlah Nasabah yang Aktif : AJB Bumiputera 1912 cabang Muara Bungo

Bila dilihat perbandingan antara jumlah penduduk Kabupaten Bungo dengan jumlah pemegang polis AJB Bumiputera 1912 Muara Bungo persentasenya masih kecil, hal ini disebabkan karena masih rendahnya kesadaran untuk mendaftar menjadi pemegang polis asuransi, selain itu beberapa faktor yang menentukan sedikit banyaknya masyarakat yang ikut menjadi pemegang polis asuransi adalah faktor ekonomi, selera konsumen, kewilayahan dan kompetitor.

Faktor-faktor tersebut tentunya akan saling berkaitan dan berpengaruh satu sama lain. Faktor ekonomi seperti penghasilan masyarakat akan menentukan mereka untuk mau ikut menjadi nasabah atau tidak. Sebagai contoh petani karet di daerah Muara Bungo, jika harga karet meningkat yang menyebabkan penghasilan

mereka juga meningkat, maka ketika seorang agen mengajak untuk ikut menjadi pemegang polis tentunya akan lebih mudah dibandingkan dengan saat penghasilan mereka turun akibat harga karet murah. Pada saat harga karet murah, tentu selera masyarakat akan produk asuransi yang ditawarkan menurun. Selain itu faktor kewilayahan juga ikut menentukan, misalnya antara kota dengan desa, tentu yang lebih banyak menjadi pemegang polis asuransi adalah wilayah kota, hal ini disebabkan karena luas wilayah yang lebih besar, jumlah penduduk yang lebih banyak serta kesadaran masyarakat kota yang lebih tinggi akan jaminan hidup di masa depan. Faktor selanjutnya adalah kompetitor, semakin banyak muncul perusahaan asuransi yang sejenis maka semakin banyak pilihan masyarakat, ini tentunya menjadi tantangan bagi perusahaan AJB Bumiputer 1912 untuk lebih berinovasi agar tidak kehilangan nasabah.

Kinerja usaha terkini atau hasil yang telah dicapai oleh perusahaan selama beberapa tahun belakangan dapat dilihat dari tabel berikut ini :

Tabel 2.2

Perkembangan Pencapaian AJB Bumiputera 1912 cabang Muara Bungo

(dalam ribuan)

Keterangan 2009 2010 2011 2012

Pendapatan Premi 9.312.564 10.321.254 12.465.872 8.638.313 Pembayaran Klaim 7.132.568 7.316.458 8.236.541 6.172.577

Pemegang Polis 4.278 5.214 6.406 6.981

Kantor Pelayanan 2 unit 2 unit 2 unit 2 unit

BAB III GAMBARAN DATA

A. Dasar Hukum Pajak Penghasilan Pasal 21

Kewenangan pemungutan pajak berada pada pemerintah. Di negara-negara hukum segala sesuatu harus ditetapkan berdasarkan Undang-Undang. Seperti di Indonesia, pemungutan pajak diatur dalam Pasal 23A Amandemen Undang-Undang Dasar 1945 yang menyatakan bahwa pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan negara diatur dengan Undang-Undang. Yang menjadi dasar hukum PPh Pasal 21 adalah :

1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009.

2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor Tahun 36 Tahun 2008.

3. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 250/PMK.03/2008 tentang Besarnya Biaya Jabatan dan Biaya Pensiun yang Dapat Dikurangkan dari Penghasilan Bruto Pegawai Tetap dan Pensiun.

4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK.03/2008 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak atas Pajak Penghasilan Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

5. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

6. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang Perubahan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tatacara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

7. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 80/PMK.03/2010 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran dan Penyetoran Pajak, Tempat Pembayaran Pajak, Tatacara Pembayaran, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak serta Tatacara Pemberian Angsuran Pajak.

8. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 162/PMK.011/2012 tentang Penyesuaian Besarnya Penghasilan Tidak Kena Pajak.

9. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2012 tentang Perubahan Peraturan Direktorat Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tatacara Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak

Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 Sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.

10. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-14/PJ/2013 tentang Bentuk, Isi, Tatacara Pengisian dan Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26 serta Bentuk Bukti Pemotongan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan/atau Pasal 26.

B. Pengertian Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Penghasilan

Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, Pajak sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri, yang selanjutnya disebut PPh Pasal 21 yaitu pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan.

Adapun yang dimaksud dengan penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.

C. Wajib Pajak Pajak Penghasilan Pasal 21

Wajib Pajak (penerima penghasilan) yang dipotong Pajak Penghasilan Pasal 21 yaitu orang pribadi yang merupakan :

1. pegawai;

2. penerima uang pesangon, pensiun atau uang manfaat pensiun, Tunjangan Hari Tua, atau Jaminan Hari Tua, termasuk ahli warisnya;

3. bukan pegawai yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan

Dokumen terkait