• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran Penulis sehubungan dengan uraian- uraian pada Bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI

F. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Binjai

Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP), kantor ini bernama Kantor Inspeksi Pajak (KIP). Pada bulan Juni 1976, Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan Pajak yang saat itu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu KPP Medan Utara dan KPP Medan Selatan.

Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan pada tanggal 1 April 1994 berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 03 Agustus 1993. Dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi para wajib pajak wilayah Kotamadya Medan, Binjai dan sekitarnya maka Wilayah Kantor Pelayanan Pajak dibagi atas 3 (tiga) bagian, yaitu :

1. KPP Medan Utara. 2. KPP Medan Timur. 3. KPP Medan Barat.

Kemudian dengan SK Nomor 94//KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 terhitung mulai 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dipecah menjadi 4 (empat) Kantor Pelayanan Pajak, yaitu :

1. KPP Medan Utara. 2. KPP Medan Timur. 3. KPP Medan Barat. 4. KPP Medan Binjai.

Dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001 tanggal 23 Juli 2001 perihal Kantor Pelayanan Pajak, jajaran kantor wilayah I Direktorat Jenderal Pajak

Sumatera Utara Bagian Utara (KANWIL I DJP SUMBAGUT) terhitung 1 Januari 2002 Kantor Pelayanan Pajak Medan diubah menjadi 6 (enam) Kantor Pelayanan Pajak, meliputi:

1. KPP Medan Timur, berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30A Medan. 2. KPP Medan Kota, berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30A Medan. 3. KPP Medan Barat, berdomisili di Jl. Sukamulia No. 17A Medan. 4. KPP Medan Polonia, berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30A Medan. 5. KPP Medan Belawan, berdomisili di Jl. Asrama No. 7A Medan. 6. KPP Binjai, berdomisili di Jl.Jambi No.1 Rambung Barat Binjai.

Dengan adanya Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 535/KMK.01/2001 tentang “Kordinator Pelaksana Direktorat Jenderal Pajak”, telah diadakan reorganisasi Direktorat Jendral Pajak, yang didalam keputusan tersebut telah berubahnya sebagian garis instruksi, dan juga terbentuknya Kantor-Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan.

Kantor Pelayanan Pajak Binjai yang didirikan berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 94/KMK-01/1994 tanggal 29 Maret 1994 memiliki wilayah kerja sebagai berikut :

a. Kotamadya Binjai b. Kabupaten Langkat c. Kabupaten Deli Serdang

1) Kec. Labuhan Deli 2) Kec. Sunggal 3) Kec. Pancur Batu 4) Kec. Hamparan Perak 5) Kec. Sibolangit 6) Kec. Kutalimbaru

d. Kabupaten Tanah Karo.

Pada tanggal 19 Mei 2008 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor KEP-95/PJ./2008 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja dan Saat Mulai Beroperasinya Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Nanggroe Aceh Darussalam dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara II serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan/atau Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lungkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Riau dan Kepulauan Riau, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur, dan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan Barat dan Tenggara, maka Kantor Pelayanan Pajak Binjai berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai yang artinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai telah menjadi Kantor Pelayanan Pajak Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki wilayah kerja sebagai berikut:

a. Kotamadya Binjai b. Kabupaten Langkat

Seiring perubahan organisasi Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, pelayanan Perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di kota Binjai telah diserahkan Pemerintah Daerah terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013.

G. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi

1. Kedudukan

KPP Pratama Binjai adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I dan dipimpin oleh seorang Kepala Kantor. KPP Pratama Binjai terletak pada jalan Jambi No. 1, Binjai.

2. Tugas

Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tanggal Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPn BM, PBB dan Pajak Tidak langsung lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

3. Fungsi

Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki fungsi: a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian

informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak Bumi dan Bangunan;

b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;

c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;

d. Penyuluhan perpajakan;

e. Pelaksanaan registrasi wajib pajak;

g. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;

h. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; i. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;

j. Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi; k. Pembetulan ketetapan pajak;

l. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan;

m. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.

4. Struktur Organisasi

Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah:

a. Subbagian Umum

Subbagian Umum memiliki tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.

b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SISMIOPdan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

c. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

d. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

e. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, pemantauan pengendalian intern, pengelolaan risiko, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.

f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, eksi Pengawasan dan Konsultasi III

Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajakdalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, serta melakukan evaluasi hasil banding.

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

H. Mandat yang Dibebankan

Dalam melaksanakan tugas sebagai pengemban penerimaan APBN, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai sebagai instansi vertikal di bawah Direktorat Jenderal Pajak, secara langsung mendapat mandat mengumpulkan dana bagi pembiayaan Negara (APBN). Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, besarnya beban yang diberikan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai pada tahun anggaran 2012 sebesar Rp 295.610.000.000,00

I. Sumber Daya Manusia

Aspek kepegawaian yang mendukung operasional Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dapat digambarkan sebagai berikut:

TABEL-1 Berdasarkan Jenis Kelamin Jenis Kelamin Jumlah

Laki- laki Perempuan

49 20

TABEL-2 Berdasarkan Jabatan Jabatan Jumlah Kepala Kantor Kasi/Kasubbag Fungsional Account Representative Pelaksana 1 9 8 17 34

TABEL-3 Berdasarkan Seksi Seksi Jumlah Subbag Umum Seksi Pelayanan Seksi PDI Seksi Waskon I Seksi Waskon II Seksi Waskon III Seksi Penagihan Seksi Ekstensifikasi Seksi Pemeriksaan Fungsional 7 9 9 6 8 7 5 5 4 8

TABEL-4 Berdasarkan Pangkat dan Golongan

A. Rencana Strategis

1. Visi dan Misi DJP

Visi adalah gambaran keadaan organisasi yang ingin dicapai di masa datang yang merupakan arahan yang bersifat menyeluruh bagi organisasi.

Visi tersebut merefleksikan cita-cita Direktorat Jenderal Pajak untuk menjadi institusi yang menyelenggarakan sistem administrasi modern yang efektif dan efisien. Sehingga mendapat pengakuan dari masyarakat bahwa segala eksistensi dan kinerjanya memang benar-benar berkualitas tinggi dan mampu memenuhi harapan masyarakat serta dalam menjalankan tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral yang diterjemahkan dengan bertindak jujur, konsisten dan menepati janji. Selain itu memiliki

Golongan Jumlah IV III II I 1 33 35 0

kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan kompetensi, kewenangan serta norma-norma profesi, etika dan sosial.

Sedangkan misi adalah pernyataan fundamental tentang alasan atau tujuan keberadaan organisasi, menerangkan mengapa organisasi itu ada, cara yang digunakan atau aktivitas utama yang dijalankan organisasi untuk melakukan fungsinya.

Misi tersebut merupakan suatu pernyataan tujuan keberadaan, tugas, fungsi, peranan dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak sebagai penghimpun penerimaan negara di bidang perpajakan.

1. Tujuan

Tujuan adalah pernyataan tentang hasil yang ingin dicapai organisasi dalam jangka panjang atau menengah dan merupakan penjabaran dari visi dan harus konsisten dengan misi organisasi. Adapun tujuan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah:

a. Peningkatan pelayanan perpajakan.

b. Peningkatan kepatuhan Wajib Pajak melalui pengawasan dan penegakan hukum. c. Peningkatan efektifitas dan efisiensi organisasi melalui reformasi dan

modernisasi.

d. Peningkatan profesionalisme dan integritas Sumber Daya Manusia.

Keempat tujuan tersebut mengarah pada pencapaian tujuan eksternal dan internal. Tujuan eksternal mengarahkan segenap perhatian kepada wajib pajak meliputi peningkatan pelayanan perpajakan dan peningkatan kepatuhan wajib pajak melalui pengawasan dan penegakan hukum. Sedangkan tujuan internal mengarahkan kepada pengembangan sumber daya internal DJP meliputi peningkatan profesionalisme dan integritas sumber daya manusia. Pengembangan sumber daya internal meliputi pengembangan organisasi, proses bisnis, teknologi informasi, anggaran, dan sumber daya manusia.

2. Sasaran

Sasaran adalah penjabaran dari tujuan dan merupakan pernyataan tentang hasil yang ingin dicapai organisasi dalam jangka waktu relatif pendek dan merupakan tujuan yang bersifat operasional. Sasaran merupakan bagian integrasi dalam proses perencanaan strategis. Sasaran harus bersifat spesifik, dapat dinilai, diukur dan menantang namun dapat dicapai, berorientasi pada hasil dalam periode 1 (satu) tahun.

Dalam rangka mencapai tujuan DJP yang telah ditetapkan, diperlukan penentuan sasaran yang mencerminkan hal yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Sasaran merupakan tujuan yang bersifat operasional yang memenuhi kriteria sebagai berikut (SMART) : specific (spesifik), measurable (terukur), achievable (dapat dicapai), relevant (berkaitan), dan time phase (berdasarkan jangka waktu).

Berdasarkan hal tersebut diatas sasaran strategis beserta inisiatif srategis Direktorat Jenderal Pajak adalah sebagai berikut :

a. Sasaran Strategis 1 Penataan Struktur Organisasi yang Efektif 1) Inisiatif Strategis 1

2) Pembentukan Direktorat SDM, Kepatuhan Internal (KI), dan Teknologi Informasi dan komunikasi (TIK)

3) Inisiatif Strategis 2

4) Penyesuaian fungsi Direktorat Peraturan Perpajakan I (PP I) dan Direktorat Peraturan Perpajakan II (PP II) seiring dengan peralihan peran penyusunan regulasi ke Badan Kebijakan Fiskal (BKF)

5) Inisiatif Strategis 3

6) Perubahan fungsi Direktorat Transformasi Proses Bisnis (TPB) menjadi Direktorat Pengembangan Proses Bisnis dan Organisasi

8) Penyesuaian struktur organisasi unit vertikal sebagai akibat dari pemekaran wilayah pajak

9) Inisiatif Strategis 5

10)Perluasan tugas Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan (PKP) 11)Inisiatif Strategis 6

12)Penyesuaian fungsi Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan 13)Inisiatif Strategis 7

14)Penyesuaian fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal

b. Sasaran Strategis 2 Sistem Manajemen yang Handal 1) Inisiatif Strategis 8

2) Pembangunan Sistem Manajemen Data dengan tingkat keamanan yang sangat tinggi dengan dukungan sistem teknologi informasi (IT) yang terintegrasi

3) Inisiatif Strategis 9

4) Pengembangan Sistem Perencanaan dan Manajemen Sumber Daya Manusia 5) Inisiatif Strategis 10

6) Pembentukan Sistem Pengendalian atas perilaku Pemeriksa Pajak 7) Inisiatif Strategis 11

8) Pembangunan Sistem Monitoring Pekerjaan yang terintegrasi untuk Penelaah Keberatan, Petugas Sidang dan Evaluator yang akan menghasilkan Database Bidang Keberatan dan banding

c. Sasaran Strategis 3 Peningkatan Kapasitas Lembaga

1) Inisiatif Strategis 12

2) Pembangunan infrastruktur logistik untuk menyimpan dokumen wajib pajak secara efektif

3) Inisiatif Startegis 13

4) Peningkatan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia

3. Kebijakan

Kebijakan merupakan ketentuan yang telah ditetapkan untuk dijadikan pedoman dan petunjuk dalam pelaksanaan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan, visi, dan misi.

Demi tercapainya tujuan dan sasaran berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai telah mengambil langkah-langkah sebagaimana tertuang dalam kebijakan yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi setiap kegiatan yang dilaksanakan yaitu :

a. Meningkatkan kualitas pelayanan

b. Mengamankan pencapaian rencana penerimaan pajak c. Terciptanya masyarakat sadar dan peduli pajak

BAB III

GAMBARAN DATA PKLM

A. Ketentuan Umum

1. Defenisi Pajak

Sebelum membahas proses pemberian teguran sebaiknya penulis menjabarkan terlebih dahulu pengertian-pengertian pajak serta fungsi pajak yang akan mendukung judul yang diangkat oleh penulis.

Prof.Dr.Rochmat Soemitro,S.H. dalam bukunya Dasar-dasar hukum pajak dan pajak pendapatan (1990:5) menyatakan pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum (Waluyo,2010:3).

Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak yang dikelola atau pemungutannya dilakukan oleh negara melalui pemerintah pusat atau daerah untuk mengisi kas negara yang administrasinya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan kantor-kantor operasional di daerah seperti Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

Wajib pajak harus menyadari untuk mehenuhi kewajiban perpajakan harus mematuhi ketentuan-ketentuan pajak yang harus di penuhinya. Dengan semakin sadarnya wajib pajak dalam memahami perpajakannnya serta mampu mematuhi kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan pajak yang berlaku,maka penerimaan negara dari wajib pajak diharapkan terus meningkat.

Pajak dapat dikelompokkan ke dalam beberapa golongan, adalah sebagai berikut: 1. Menurut golongan, dibagi menjadi dua adalah sebagai berikut:

a. Pajak langsung, adalah pajak yang menjadi beban langsung Wajib Pajak yang bersangkutan,tidak dapat dibebankan kepada orang lain.

b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak lain.

2. Menurut sifatnya, adalah sebagai berikut:

a. pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya dan memperhatikan keadaan Wajib Pajak.

b. Pajak objektif, adalah pajak yang berdasarkan pada objeknya dan tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.

3. Menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut:

a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara.

b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah (Waluyo,2010:12).

Pajak juga mempunyai fungsi-fungsi yang sangat penting dalam penyelenggaraan pajak yaitu terdiri dari :

1. Fungsi Budgeter yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

2. Fungsi mengatur yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial ekonomi (mardiasmo,2002:2).

B. Subjek dan Objek Pajak

Subjek pajak atau penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang berkewajiban untuk membayar pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya. Sedangkan yang menjadi objek pajak terkait judul penulis ialah kekurangan dan kelebihan pembayaran utang pajak yang tidak dilunasi wajib pajak sehingga menyebabkan tunggakan pajak yang jumlahnya jika tidak segera dilunasi akan semakin membesar. Hal inilah yang kemudian membuat tindakan penagihan penting dilakukan.

Yang dimaksud dengan penagihan pajak adalah serangkaian tindakan yang agar penang pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,memberitahukan surat paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,melaksanakan penyanderaan, menjual barang yang telah disita(lelang).

Dari defenisi tersebut terdapat beberapa unsur penagihan yang meliputi :

1. Biaya penagihan pajak adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah melaksanakan penyitaan,pengumuman lelang, pembatalan lelang, jasa penilai dan biaya lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.

2. Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh jurusita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak,masa pajak dan tahun pajak. Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus diterbitkan apabila :

a. Penanggung pajak akan meninggalkan indonesia untuk selama-lamanya atau berniat untuk itu.

b. Penanggung pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau dikuasai dalam rangka memperhatikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan,atau pekerjaan yang dilakukan di indonesia.

c. Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan usahanya,atau menggabungkan usahanya,atau memekarkan usahanya, atau memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya,atau melakukan perubahan bentuk lainnya.

3. Memberitahukan Surat Paksa. Surat paksa adalah perintah membayar utang pajak dan biaya penagihan. Surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang tetap. Surat paksa diterbitkan apabila :

a. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya diterbitkan surat teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis;

b. Terhadap penanggung pajak telah dilakukan penagihan seketikadan sekaligus;atau c. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam

keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.

4. Mengusulkan Pencegahan. Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap penanggung pajak tertentu untuk keluar dari wilayah republik indonesia berdasarkan alasan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pencegahan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya sebesar Rp. 100.000.000 (Seratus Juta Rupiah) dan diragukan itikad baik dalam melunasiutang pajak. Pencegahan dapat dilakukan berdasarkan keputusan pencegahan yang diterbitkan menteri keuangan atas permintaan pejabat atau atasan pejabat yang bersangkutan. Jangka waktu pencegahan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang selama-lamanya 6 (enam) bulan. Pencegahan terhadap penanggung pajak tidak mengakibatkan hapusnya hutang pajak terhentinya pelaksanaan penagihan pajak.

5. Melaksanakan Penyitaan. Penyitaan adalah tindakan jurusita pajak (pelaksanaan penagihan) untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan. Apabila utang pajak tidak dilunasi penanggung pajak dalam janhka waktu 2 (dua) kali 24 jam setelah surat paksa diberitahukan, pejabat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Penyitaan dilakukan oleh jurusita pajak disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang yang telah dewasa,penduduk indonesia,dikenal oleh jurusita pajak dan dapat dipercaya.

6. Melaksanakan Penyanderaan. Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu kebebasan penanggung pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu. penyanderaan hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempunyai jumlah utang pajak sekurang-kurangnya Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Dan diragukan itikad baiknya dalam melunasi utang pajak. Penyanderan hanya dapat dilakukan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan yang diterbitkan oleh pejabat setelah mendapat izin tertulis dari Menteri Keuangan atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Masa penyanderaan paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang sedlama-lamanya 6 (enam) bulan.penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalam hal penanggung pajak sedang beribadah, atau sedang mengikuti sidang resmi,sedang mengikuti pemilihan umum. 7. Melaksanakan Pelelangan. Pelelangan adalah menjual setiap barang dimuka umum

dengan cara penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui usaha pengumpulan peminat atau calon pembeli. Apabila utang pajak dan atau biaya penagihan pajak tidak dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan secara lelang terhadap barang yang disita melalui Kantor Lelang. Penjualan secara lelang terhadap barang yang disita dilaksanakan paling singkat 14 hari setelah penyitaan. Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 kali dan untuk barang yang tidak bergerak dilakukan 2 kali. Pengumuman lelang terhadap barang dengan nilai paling

banyak Rp. 20.000.000,00 (Dua Puluh Juta Rupiah). Tidak harus diumumkan melalui media massa . hasil lelang kemudian dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar utang pajak.

Adapun menurut Moelyo Hadi (1995;7) Teguran dalam bidang administrasi dikenal sebagai tindakan penagihan aktif persuasif yaitu menghimbau wajib pajak atau memberi kesempatan bagi wajib pajak yang beritikad baik untuk melunasi tunggakan pajaknya yang tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yamg menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah,tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo.

C. Pejabat dan Jurusita Pajak

Pejabat adalah yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak, menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus,Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan penyitaan, Surat Pecabutan Sita, Pengumuman Lelang, Surat Penentuan Harga Limit, Pembatalan Lelang. Surat Perintah Penyanderaan, dan surat lain yang diperlukan untuk penagihan pajak sehubungan dengan penanggung pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh utang pajak menurut undang-undang dan peraturan daerah.

Menteri Keuangan berweng menunjuk pejabat untuk penagihan pajak pusat Kepala Daerah berwenang menunjuk Pejabat untuk penagihan pajak daerah.

Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa,penyitaan dan penyanderaan (Mardiasmo,2002,46).

Tugas Jurusita Pajak :

1. Melaksanakn Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus 2. Memberitahukan Surat Paksa

3. Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan surat perintah melaksanakan penyitaan;dan

4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.

Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa semua ruangan termasuk membuka lemari,laci,dan tempat lain untuk menemukan objek sita

Dokumen terkait