TUGAS AKHIR
PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI
PROSES PEMBERIAN TEGURAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN
KEPATUHAN PERPAJAKAN PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK
PRATAMA BINJAI
O
L
E
H
NAMA : FRET RIKI DALIMUNTHE
NIM : 102600035
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menamatkan Studi Pada Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
HALAMAN PERSETUJUAN
LAPORAN PKLM INI DISETUJUI UNTUK DIPRESENTASIKAN OLEH :
Nama : Fret Riki Dalimunthe Nim : 102600035
Program Studi : Diploma III Administrasi Perpajakan Judul : Proses Pemberian Teguran Dalam Upaya
Meningkatkan Kepatuhan Perpajakan Pada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai
Ketua Program studi Diploma III Dosen Pembimbing Supervisor Lapangan Administrasi Perpajakan
Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si Drs.M.Husni Tamrin Nst,M.Si Tengku Amiliza
NIP. 195608311986011001 NIP.196401081991021001 NIP.198302092003122001
Dekan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahi rabbil ‘alamin
Segala puji penulis tujukan kepada Allah Rabbul’alamin, Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, atas anugerah kesehatan dan ilham yang terus mengalir hingga hari ini. Salam penulis kepada hamba Allah yang paling mulia baginda Rasullah SAW.
Selama penyusunan Tugas Akhir ini penulis banyak menerima bantuan moril maupun materil yang tak ternilai harganya. Karenanya penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Drs.M.Husni Tamrin Nst,M.Si selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan laporan Tugas Akhir ini.
2. Bapak Drs. Alwi Hasyim Batubara, M.Si selaku Ketua Program Studi D III Administrasi Perpajakan FISIP Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan FISIP Universitas Sumatera Utara 4. Seluruh Dosen Pengajar di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.
5. Seluruh staf dan Pegawai kantor Pelayanan Pajak Prama Binjai.
6. Teristimewa untuk Ibunda tercinta yang telah memberi dukungan dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7. Teman-teman dekat saya yang telah membantu dan memberi motivasi untuk menyelesaikan Tugas Akhir ini.
Akhirnya penulis menyadari bahwa sebagaimana hasil karya manusia, Tugas Akhir yang penulis susun ini masih sangat jauh dari sempurna, baik dalam penulisan, tata bahasa maupun nilai ilmiahnya. Karena itu penulis dengan hati terbuka menerima segala kritik dan saran yang bertujuan untuk menyempurnakan penyusunan Tugas Akhir ini. Semoga Allah SWT memberikan rahmat-Nya kepda kita semua. Amin.
Medan, Juni 2011
Penulis
Fret Riki Dalimunthe
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Persetujuan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iii
Daftar Isi ... iv
Daftar Tabel ... v
Bab I Pendahuluan ... 1
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM ) ... 1
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 4
1. Tujuan Penelitian ... 4
2. Manfaat PKLM ... 5
C. Uraian Teori ... 6
D. Ruang lingkup Prakti Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 7
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ... 8
F. Metode Pengumpulan Data ... 9
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 10
Bab II Gambaran Umum Objek Lokasi ... 12
A. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Binjai ... 12
B. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi ... 15
1. Kedudukan ... 15
2. Tugas ... 15
3. Fungsi ... 15
4. Struktur Organisasi ... 16
C. Mandat Yang Dibebankan ... 18
D. Sumber Daya Manusia ... 18
1. Visi dan Misi DJP ... 19
2. Sasaran ... 21
3. Kebijakan ... 23
Bab III Gambaran Data PKLM ... 24
A. Ketentuan Umum ... 24
B. Subjek Objek Pajak ... 26
C. Pejabat dan Jurusita Pajak ... 29
D. Pengajuan Gugatan dan Permohonan Pembetulan ... 30
E. Ketentuan Pidana ... 31
F. Proses Pemberian Teguran ... 33
G. Faktor Penyebab Jumlah Surat Teguran yang Diterbitkan dengan Tunggakan Pajak ... 34
H. Peranan Surat Teguran dalam Mencairkan Tunggakan Pajak ... 37
Bab IV Analisis dan Evaluasi Data ... 40
Bab V Kesimpulan dan Saran ... 43
A. Kesimpulan ... 43
B. Saran ... 44
Daftar Pustaka
DAFTAR TABEL
TABEL-1 Berdasarkan Jenis Kelamin ... 18
TABEL-2 Berdasarkan Jabatan ... 18
TABEL-3 Berdasarkan Seksi ... 19
TABEL-4 Berdasarkan Pangkat dan Golongan ... 19
TABEL-5 Perbandingan antara jumlah surat teguran yang diterbitkan dengan jumlah wajib pajak yang masih mempunyai tunggakan pajak ... 34
TABEL-6 Penerbitan Surat Teguran 2011/2012 ... 37
TABEL-7 Perbandingan antara surat teguran dengan pencairan tunggakan pajak akibat penerbitan surat teguran ... 38
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ( PKLM )
Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus- menerus dan
berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik materiil
maupun spritual. untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut perlu memperhatikan
pembiayaan pembangunan.Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa
atau negara dalam pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari
dalam negeri berupa pajak.pajak digunakan untuk pembiayaan pembangunan yang berguna
bagi kepentingan bersama (Waluyo,2010:2).
Prof.Dr.Rochmat Soemitro,S.H. dalam bukunya Dasar-dasar hukum pajak dan pajak
pendapatan (1990:5) menyatakan pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum
(Waluyo,2010:3).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak yang dikelola atau
pemungutannya dilakukan oleh negara melalui pemerintah pusat atau daerah untuk mengisi
kas negara yang administrasinya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan
kantor-kantor operasional di daerah seperti Kantor Pelayanan Pajak (KPP).
Wajib pajak harus menyadari untuk mehenuhi kewajiban perpajakan harus mematuhi
ketentuan-ketentuan pajak yang harus di penuhinya. Dengan semakin sadarnya wajib pajak
peraturan pajak yang berlaku,maka penerimaan negara dari wajib pajak diharapkan terus
meningkat.
Pajak dapat dikelompokkan ke dalam tiga kelompok, adalah sebagai berikut:
1. Menurut golongan, dibagi menjadi dua adalah sebagai berikut:
a. Pajak langsung, adalah pajak yang menjadi beban langsung Wajib Pajak yang
bersangkutan,tidak dapat dibebankan kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada
pihak lain.
2. Menurut sifatnya, adalah sebagai berikut:
a. pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya dan
memperhatikan keadaan Wajib Pajak.
b. Pajak objektif, adalah pajak yang berdasarkan pada objeknya dan tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
3. Menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut:
a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.
b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah (Waluyo,2010:12).
Pajak juga mempunyai fungsi-fungsi yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pajak yaitu terdiri dari :
1. Fungsi Budgeter yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi mengatur yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
Berdasarkan fungsi tersebut,diharapkan kepada seluruh pihak-pihak yang terkait dan
terlibatyang meliputi pihak fiskus dan wajib pajak agar dapat melaksanakan kewajiban
perpajakannya dengan baik,sehingga pelaksanaan kegiatan untuk meningkatkan pajak negara
dapat pula meningkatkan kepatuhan perpajakannya dengan baik dan benar.
Dalam kegiatan perpajakan dikenal juga surat pemberitahuan (SPT). Menurut pasal 1
angka 11 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang ketentuan umum dan tata cara
perpajakan menyatakan surat pemberitahuan adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan
untuk melaporkan perhitungan dan/atau pembayaran pajak,objek pajak dan/atau bukan objek
pajak dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan (waluyo,2010:31).
Dalam realitas pelaksanaan penyampaian surat pemberitahuan masih banyak terdapat
Wajib Pajak yang salah dalam penulisan dan memiliki perbedaan selisih perhitungan jumlah
pajak baik kekurangan atau kelebihan pembayaran dengan pajak yang masih harus dibayar.
Ini disebabkan masih rendahnya kepatuhan dan kesadaran untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya hal inilah yang membuat tindakan penagihan menjadi penting untuk
dilaksanakan.Pelaksanaan tindakan penagihan diatur dalam Undang-Undang No.19 tahun
2000. Tindakan penagihan ini dapat dimulai dengan cara pemberian teguran kepada Wajib
Pajak melaui penerbitan surat teguran.
Moelyo Hadi mempunyai pandangan bahwa “teguran dikenal sebagai tindakan
penagihan aktif persuasif yaitu dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada Wajib Pajak
yang beritikad baik untuk menyampaikan alasan atau sebab-sebab tidak dapat
disampaikannya surat pemberitahuan karena suatu hal di luar kemampuannya (force majeur).
Mengingat sebagian besar Wajib Pajak masih belum memahami pajak serta
aturan-aturan perpajakan maka peranan pemberian teguran sangat penting, dengan adanya teguran
kewajiban perpajakann dengan baik dan benar sehingga dapat meningkatkan kepatuhan
perpajakan Wajib Pajak tersebut.
Adapun yang menjadi latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) ini
mengingat bahwa lulusan Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara (USU) adalah merupakan tenaga
kerja yang terampil,siap kerja dan tenaga yang ahli di bidang perpajakan. Maka dari itulah
untuk melahirkan tenaga yang terampil,dan ahli dibidang perpajakan dipandang perlu adanya
PKLM di Direktorat Jenderal Pajak oleh mahasiswa Program Studi Diploma III Administrasi
Perpajakan USU. Dalam kegiatan PKLM ini diharapkan mahasiswa dapat menganalisa
masalah serta mencari tahu alternatif pemecahan yang dihadapinya di kantor pelayanan pajak.
Berdasarkan masalah diatas, maka penulis tertarik untuk membahas tentang
“PROSES PEMBERIAN TEGURAN KEPADA WAJIB PAJAK DALAM UPAYA
MENINGKATKAN KEPATUHAN PERPAJAKAN PADA KANTOR PELAYANAN
PAJAK PRATAMA BINJAI”.
B. Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Pada kegiatan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM), yang dilaksanakan oleh
mahasiswa Program Diploma III Administrasi Perpajakan diharapkan dapat dilaksanakan
sesuai dengan tujuan PKLM, antara lain :
1. Tujuan Penelitian
a. Memenuhi syarat akademik untuk menyelesaikan program Diploma III Administrasi
Perpajakan.
b. Untuk mengetahui bagaimana proses pemberian teguran di KPP pratama Binjai.
c. Untuk mendapatkan data-data, lampiran-lampiran, dan dokumentasi lainnya yang
d. Untuk mengetahui masalah maupun kendala yang dihadapi oleh Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Binjai dalam proses pemberian teguran.
2. Manfaat PKLM
Adapun manfaat penelitian ini dilakukan antara lain :
a. Bagi Mahasiswa
1) Sebagai sarana bagi mahasiswa dalam menerapkan ilmu secara langsung pada
bidang yang ditekuni sehingga dapat membandingkan antara teori yang telah
diperoleh di bangku perkuliahan dengan praktik di lapangan.
2) Menambah wawasan dan pengalaman serta mengembangkan keterampilan dan
kreativitas dalam menghadapi berbagai macam masalah di bidang perpajakan
yang akan dijadikan modal penting untuk bekerja di perusahaan.
3) Melatih mahasiswa untuk berdisiplin dan bertanggung jawab terhadap pekerjaan
yang diberikan serta mengembangkan dan mengubah sikap, kemampuan,
keterampilan dalam berkomunikasi di lingkungan instansi pemerintahan.
4) Meningkatkan motivasi belajar mahasiswa dalam bidang perpajakan seiring
dengan adanya undang-undang perpajakan yang sewaktu-waktu dapat berubah
dan memperoleh prestasi terbaik.
5) Menyiapkan mahasiswa untuk mendapatkan pekerjaan setelah menamatkan
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan dan memperoleh karir
melalui penilaian yang terbaik.
b. Bagi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai
1) Membina hubungan kerja sama yang baik antara pihak Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan dengan instansi pemerintah khususnya Kantor Pelayanan
2) Dapat menjadi sumbang saran dan masukan bagi Kantor Pelayanan Pajak
khususnya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.
3) Memperoleh ide-ide baru dalam upaya pemberian teguran perpajakan.
4) Menyediakan mutu program kerja jangka pendek di Kantor Pelayanan Pajak
(KPP) Pratama Binjai.
5) Membangun citra instansi pemerintahan yang baik khususnya citra Direktorat
Jenderal Pajak.
c. Bagi Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara (FISIP USU)
1) Menjalin hubungan baik antara fakultas dengan instansi pemerintahan khususnya
KPP Pratama Binjai.
2) Mempromosikan sumber-sumber potensi dari Program Studi Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU
3) Upaya melakukan revisi kurikulum guna meningkatkan pendidikan.
4) Sebagai bahan masukan guna melakukan evaluasi sejauh mana kualitas teori yang
diberikan bila dibandingkan dengan perkembangan ilmu yang berada dalam
praktik di lapangan.
5) Mendorong kemajuan alumni di masa akan datang.
C. Uraian Teori
Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam
pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri
berupa pajak. Pajak digunakan untuk pembiayaan pembangunan yang berguna bagi
Prof.Dr.Rochmat Soemitro,S.H. dalam bukunya Dasar-dasar hukum pajak dan pajak
pendapatan (1990:5) menyatakan pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum
(Waluyo,2010:3).
Dalam realitas pelaksanaan penyampaian surat pemberitahuan masih banyak terdapat
Wajib Pajak yang salah dalam penulisan dan memiliki perbedaan selisih perhitungan jumlah
pajak baik kekurangan atau kelebihan pembayaran dengan pajak yang masih harus dibayar.
Ini disebabkan masih rendahnya kepatuhan dan kesadaran untuk memenuhi kewajiban
perpajakannya hal inilah yang membuat tindakan penagihan menjadi penting untuk
dilaksanakan.Pelaksanaan tindakan penagihan diatur dalam Undang-Undang No.19 tahun
2000. Tindakan penagihan ini dapat dimulai dengan cara pemberian teguran kepada Wajib
Pajak melaui penerbitan surat teguran.
Moelyo Hadi mempunyai pandangan bahwa “teguran dikenal sebagai tindakan
penagihan aktif persuasif yaitu dimaksudkan untuk memberi kesempatan kepada Wajib
Pajak yang beritikad baik untuk menyampaikan alasan atau sebab-sebab tidak dapat
disampaikannya surat pemberitahuan karena suatu hal di luar kemampuannya (force majeur).
D. Ruang lingkup Prakti Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Di dalam PKLM penulis membatasi ruang lingkup kegiatan yang akan dilakukan
dalam upaya meningkatkan kepatuhan wajib pajak antara lain :
1. Untuk mengetahui mekanisme proses pemberian teguran di Kantor Pelayanan Pajak
Binjai.
2. Untuk mengetahui data tentang proses pemberian teguran di Kantor Pelayanan Pajak
3. Untuk mengetahui kendala dalam proses pemberian teguran di Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Binjai.
E. Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM)
Untuk mendapatkan dan mengumpulkan data serta perolehan informasi sesuai dengan
metode yang digunakan, maka tahapannya adalah sebagai berikut :
1. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini Penulis melakukan persiapan yang dibutuhkan mulai dari pengajuan
judul, penetapan judul oleh Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan,
pembuatan proposal, seminar proposal, dan berkonsultasi dengan dosen pembimbing
yang ditunjuk oleh Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan.
2. Studi Literatur
Yaitu penulis mencari data dan informasi dengan membaca landasan teori, menelaah
buku-buku literatur, peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, dan
catatan-catatan yang ada hubungannya dengan laporan penelitian.
3. Observasi Lapangan
Yaitu penulisan melakukan kegiatan pengamatan secara langsung terhadap
Penyuluhan Perpajakan di lapangan.
4. Pengumpulan Data
Yaitu dengan mengumpulkan data-data yang dibutuhkan dalam menyusun Praktik
Kerja Lapangan Mandiri yang terdiri dari:
a. Data Primer yaitu data-data yang diperoleh dari pihak-pihak yang mengetahui dan
memahami tentang tata cara proes pemberian teguran di Kantor pelayanan Pajak
b. Data Sekunder yaitu data-data yang diperoleh dari referensi ilmiah yang
mendukung laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
5. Analisis dan Evaluasi Data
Yaitu informasi data-data yang dikumpul, dianalisis, dan dievaluasi secara terperinci
agar mencapai tujuan yang diinginkan.
F. METODE PENGUMPULAN DATA
adapun jenis-jenis yang dikumpulkan berupa data tertulis dalam bentuk dokumen,
tabel, dan bagan. Dimana metodenya terdiri dari:
1. Daftar Pertanyaan (Interview Guide)
Penulis melakukan tanya jawab dengan para petugas yang mengetahui dan memahami
permasalahan yang dihadapi dalam penulisan laporan ini sehingga penulis dapat
memperoleh informasi yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan oleh
penulis.
2. Daftar Observasi (Observation Guide)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan langsung maupun tidak
langsung terjun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan mengamatai,
mendengar, dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang diberikan oleh pihak
instansi dengan memberikan petunjuk atau arahan terlebih dahulu dengan berpedoman
pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan tidak boleh melakukan pekerjaan yang
menjadi rahasia dan memiliki resiko tinggi.
3. Daftar Dokumentasi (Optional Guide)
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan membuat daftar dokumentasi
yang telah diperoleh dari instansi. Penulis juga melakukan pengamatan yang
dilakukan berdasarkan bahan bacaan di perpustakaan, Undang-Undang Perpajakan,
Pajak, Surat Edaran, dan sumber lainnya yang berhubungan dengan masalah yang
dihadapi Penulis untuk memperoleh data dan keterangan yang dibutuhkan dalam
tugas akhir.
G. Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Dalam pembahasan penulisan laporan ini penulis menyajikan pembahasan laporan ini
kedalam 5 bab. Adapun yanag menjadi sistematika dalam penyusunan laporan praktik kerja
lapangan mandiri (PKLM) adalah sebagai berikut :
BAB I : Pendahuluan
Merupakan bab pendahuluan yang antara lain menguraikan tentang latar
belakang PKLM, tujuan dan manfaat PKLM, uraian teoritis, ruang lingkup
PKLM, metode PKLM, metode pengumpulan data, dan sistematika penulisan
laporan PKLM.
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Pada bab ini Penulis menerangkan tentang sejarah singkat, struktur organisasi,
tugas pokok dan fungsi, metode pengumpulan data serta gambaran mengenai
pegawai Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai.
BAB III : GAMBARAN DATA TENTANG PEMBERIAN TEGURAN
Dalam bab ini penulis menjelaskan data yang berkaitan teori yang ada dengan
data yang diperoleh di lapangan, yaitu mengenai proses pemberian teguran
yang ada di kantor pelayanan pajak pratama binjai
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Pada bab ini Penulis menganalisa dan mengupas masalah kebenaran
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran Penulis sehubungan dengan uraian-
uraian pada Bab-bab sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI
F. Sejarah Singkat Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Sebelum disebut Kantor Pelayanan Pajak (KPP), kantor ini bernama Kantor Inspeksi
Pajak (KIP). Pada bulan Juni 1976, Kantor Inspeksi Pajak diubah menjadi Kantor Pelayanan
Pajak yang saat itu dibagi menjadi 2 (dua) yaitu KPP Medan Utara dan KPP Medan Selatan.
Kantor Pelayanan Pajak Medan Utara didirikan pada tanggal 1 April 1994
berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 758/KMK.01/1993 tanggal 03 Agustus
1993. Dalam rangka meningkatkan pelayanan bagi para wajib pajak wilayah Kotamadya
Medan, Binjai dan sekitarnya maka Wilayah Kantor Pelayanan Pajak dibagi atas 3 (tiga)
bagian, yaitu :
1. KPP Medan Utara.
2. KPP Medan Timur.
3. KPP Medan Barat.
Kemudian dengan SK Nomor 94//KMK.01/1994 tanggal 29 Maret 1994 terhitung
mulai 1 April Kantor Pelayanan Pajak di Medan dipecah menjadi 4 (empat) Kantor
Pelayanan Pajak, yaitu :
1. KPP Medan Utara.
2. KPP Medan Timur.
3. KPP Medan Barat.
4. KPP Medan Binjai.
Dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Nomor 443/KMK.01/2001 tanggal 23
Sumatera Utara Bagian Utara (KANWIL I DJP SUMBAGUT) terhitung 1 Januari 2002
Kantor Pelayanan Pajak Medan diubah menjadi 6 (enam) Kantor Pelayanan Pajak, meliputi:
1. KPP Medan Timur, berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30A Medan.
2. KPP Medan Kota, berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30A Medan.
3. KPP Medan Barat, berdomisili di Jl. Sukamulia No. 17A Medan.
4. KPP Medan Polonia, berdomisili di Jl. Diponegoro No. 30A Medan.
5. KPP Medan Belawan, berdomisili di Jl. Asrama No. 7A Medan.
6. KPP Binjai, berdomisili di Jl.Jambi No.1 Rambung Barat Binjai.
Dengan adanya Keputusan Menteri Republik Indonesia Nomor 535/KMK.01/2001
tentang “Kordinator Pelaksana Direktorat Jenderal Pajak”, telah diadakan reorganisasi
Direktorat Jendral Pajak, yang didalam keputusan tersebut telah berubahnya sebagian garis
instruksi, dan juga terbentuknya Kantor-Kantor Pelayanan Pajak dan Kantor Pelayanan Pajak
Bumi dan Bangunan.
Kantor Pelayanan Pajak Binjai yang didirikan berdasarkan Keputusan Menteri
Keuangan Republik Indonesia Nomor: 94/KMK-01/1994 tanggal 29 Maret 1994 memiliki
wilayah kerja sebagai berikut :
a. Kotamadya Binjai
b. Kabupaten Langkat
c. Kabupaten Deli Serdang
1) Kec. Labuhan Deli
2) Kec. Sunggal
3) Kec. Pancur Batu
4) Kec. Hamparan Perak
5) Kec. Sibolangit
d. Kabupaten Tanah Karo.
Pada tanggal 19 Mei 2008 berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomor
KEP-95/PJ./2008 tentang Penerapan Organisasi, Tata Kerja dan Saat Mulai Beroperasinya
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Nanggroe Aceh Darussalam dan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara II serta Kantor Pelayanan Pajak Pratama dan/atau
Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan di Lungkungan Kantor Wilayah
Direktorat Jenderal Pajak Sumatera Utara I, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Riau
dan Kepulauan Riau, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Kalimantan Timur, dan
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak Sulawesi Selatan Barat dan Tenggara, maka
Kantor Pelayanan Pajak Binjai berubah nama menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Binjai yang artinya Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai telah menjadi Kantor Pelayanan
Pajak Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki wilayah kerja sebagai berikut:
a. Kotamadya Binjai
b. Kabupaten Langkat
Seiring perubahan organisasi Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, pelayanan
Perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di kota Binjai telah diserahkan Pemerintah
G. Kedudukan, Tugas, Fungsi, dan Struktur Organisasi
1. Kedudukan
KPP Pratama Binjai adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak yang berada di
bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Kepala Kantor Wilayah Direktorat Jenderal
Pajak Sumatera Utara I dan dipimpin oleh seorang Kepala Kantor. KPP Pratama Binjai
terletak pada jalan Jambi No. 1, Binjai.
2. Tugas
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 62/PMK.01/2009 tanggal Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Binjai mempunyai tugas melaksanakan penyuluhan, pelayanan, dan
pengawasan Wajib Pajak di bidang PPh, PPN, PPn BM, PBB dan Pajak Tidak langsung
lainnya dalam wilayah wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
3. Fungsi
Dalam melaksanakan tugas, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai memiliki fungsi:
a. Pengumpulan, pencarian dan pengolahan data, pengamatan potensi perpajakan, penyajian
informasi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, serta penilaian objek Pajak
Bumi dan Bangunan;
b. Penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan;
c. Pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat
Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya;
d. Penyuluhan perpajakan;
e. Pelaksanaan registrasi wajib pajak;
g. Pelaksanaan pemeriksaan pajak;
h. Pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak;
i. Pelaksanaan konsultasi perpajakan;
j. Pelaksanaan intensifikasi dan ekstensifikasi;
k. Pembetulan ketetapan pajak;
l. Pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan;
m. Pelaksanaan administrasi Kantor Pelayanan Pajak.
4. Struktur Organisasi
Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah:
a. Subbagian Umum
Subbagian Umum memiliki tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha,
dan rumah tangga.
b. Seksi Pengolahan Data dan Informasi
Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan,
pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi perpajakan, perekaman dokumen
perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi,
pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling,
pelaksanaan i-SISMIOPdan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.
c. Seksi Pelayanan
Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum
perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan
pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan,
d. Seksi Penagihan
Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak,
penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang
pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.
e. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal
Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan penyusunan
rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan
penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan
lainnya, pemantauan pengendalian intern, pengelolaan risiko, kepatuhan terhadap kode
etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomendasi
perbaikan proses bisnis.
f. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan
Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi
perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data
nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.
g. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II, eksi
Pengawasan dan Konsultasi III
Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan
kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan
konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak,
rekonsiliasi data wajib pajakdalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan
ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, serta melakukan
evaluasi hasil banding.
Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan
jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
H. Mandat yang Dibebankan
Dalam melaksanakan tugas sebagai pengemban penerimaan APBN, Kantor Pelayanan
Pajak Pratama Binjai sebagai instansi vertikal di bawah Direktorat Jenderal Pajak, secara
langsung mendapat mandat mengumpulkan dana bagi pembiayaan Negara (APBN).
Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, besarnya beban
yang diberikan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai pada tahun anggaran 2012
sebesar Rp 295.610.000.000,00
I. Sumber Daya Manusia
Aspek kepegawaian yang mendukung operasional Kantor Pelayanan Pajak Pratama
Binjai dapat digambarkan sebagai berikut:
TABEL-1 Berdasarkan Jenis Kelamin
Jenis Kelamin Jumlah Laki- laki
Perempuan
49 20
TABEL-2 Berdasarkan Jabatan
TABEL-3 Berdasarkan Seksi
TABEL-4 Berdasarkan Pangkat dan Golongan
A. Rencana Strategis
1. Visi dan Misi DJP
Visi adalah gambaran keadaan organisasi yang ingin dicapai di masa datang yang
merupakan arahan yang bersifat menyeluruh bagi organisasi.
Visi tersebut merefleksikan cita-cita Direktorat Jenderal Pajak untuk menjadi institusi
yang menyelenggarakan sistem administrasi modern yang efektif dan efisien. Sehingga
mendapat pengakuan dari masyarakat bahwa segala eksistensi dan kinerjanya memang
benar-benar berkualitas tinggi dan mampu memenuhi harapan masyarakat serta dalam menjalankan
tugas dan pekerjaan selalu memegang teguh kode etik dan prinsip-prinsip moral yang
kompetensi di bidang profesi dan menjalankan tugas dan pekerjaan sesuai dengan
kompetensi, kewenangan serta norma-norma profesi, etika dan sosial.
Sedangkan misi adalah pernyataan fundamental tentang alasan atau tujuan keberadaan
organisasi, menerangkan mengapa organisasi itu ada, cara yang digunakan atau aktivitas
utama yang dijalankan organisasi untuk melakukan fungsinya.
Misi tersebut merupakan suatu pernyataan tujuan keberadaan, tugas, fungsi, peranan
dan tanggung jawab Direktorat Jenderal Pajak sebagai penghimpun penerimaan negara di
bidang perpajakan.
1. Tujuan
Tujuan adalah pernyataan tentang hasil yang ingin dicapai organisasi dalam jangka
panjang atau menengah dan merupakan penjabaran dari visi dan harus konsisten dengan misi
organisasi. Adapun tujuan dari Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai adalah:
a. Peningkatan pelayanan perpajakan.
b. Peningkatan kepatuhan Wajib Pajak melalui pengawasan dan penegakan hukum.
c. Peningkatan efektifitas dan efisiensi organisasi melalui reformasi dan
modernisasi.
d. Peningkatan profesionalisme dan integritas Sumber Daya Manusia.
Keempat tujuan tersebut mengarah pada pencapaian tujuan eksternal dan internal.
Tujuan eksternal mengarahkan segenap perhatian kepada wajib pajak meliputi peningkatan
pelayanan perpajakan dan peningkatan kepatuhan wajib pajak melalui pengawasan dan
penegakan hukum. Sedangkan tujuan internal mengarahkan kepada pengembangan sumber
daya internal DJP meliputi peningkatan profesionalisme dan integritas sumber daya manusia.
Pengembangan sumber daya internal meliputi pengembangan organisasi, proses bisnis,
2. Sasaran
Sasaran adalah penjabaran dari tujuan dan merupakan pernyataan tentang hasil yang
ingin dicapai organisasi dalam jangka waktu relatif pendek dan merupakan tujuan yang
bersifat operasional. Sasaran merupakan bagian integrasi dalam proses perencanaan strategis.
Sasaran harus bersifat spesifik, dapat dinilai, diukur dan menantang namun dapat dicapai,
berorientasi pada hasil dalam periode 1 (satu) tahun.
Dalam rangka mencapai tujuan DJP yang telah ditetapkan, diperlukan penentuan
sasaran yang mencerminkan hal yang ingin dicapai dalam jangka waktu tertentu. Sasaran
merupakan tujuan yang bersifat operasional yang memenuhi kriteria sebagai berikut (SMART)
: specific (spesifik), measurable (terukur), achievable (dapat dicapai), relevant (berkaitan),
dan time phase (berdasarkan jangka waktu).
Berdasarkan hal tersebut diatas sasaran strategis beserta inisiatif srategis Direktorat
Jenderal Pajak adalah sebagai berikut :
a. Sasaran Strategis 1 Penataan Struktur Organisasi yang Efektif
1) Inisiatif Strategis 1
2) Pembentukan Direktorat SDM, Kepatuhan Internal (KI), dan Teknologi Informasi dan
komunikasi (TIK)
3) Inisiatif Strategis 2
4) Penyesuaian fungsi Direktorat Peraturan Perpajakan I (PP I) dan Direktorat Peraturan
Perpajakan II (PP II) seiring dengan peralihan peran penyusunan regulasi ke Badan
Kebijakan Fiskal (BKF)
5) Inisiatif Strategis 3
6) Perubahan fungsi Direktorat Transformasi Proses Bisnis (TPB) menjadi Direktorat
Pengembangan Proses Bisnis dan Organisasi
8) Penyesuaian struktur organisasi unit vertikal sebagai akibat dari pemekaran wilayah
pajak
9) Inisiatif Strategis 5
10)Perluasan tugas Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan (PKP)
11)Inisiatif Strategis 6
12)Penyesuaian fungsi Direktorat Pemeriksaan dan Penagihan
13)Inisiatif Strategis 7
14)Penyesuaian fungsi Sekretariat Direktorat Jenderal
b. Sasaran Strategis 2 Sistem Manajemen yang Handal
1) Inisiatif Strategis 8
2) Pembangunan Sistem Manajemen Data dengan tingkat keamanan yang sangat tinggi
dengan dukungan sistem teknologi informasi (IT) yang terintegrasi
3) Inisiatif Strategis 9
4) Pengembangan Sistem Perencanaan dan Manajemen Sumber Daya Manusia
5) Inisiatif Strategis 10
6) Pembentukan Sistem Pengendalian atas perilaku Pemeriksa Pajak
7) Inisiatif Strategis 11
8) Pembangunan Sistem Monitoring Pekerjaan yang terintegrasi untuk Penelaah
Keberatan, Petugas Sidang dan Evaluator yang akan menghasilkan Database Bidang
c. Sasaran Strategis 3 Peningkatan Kapasitas Lembaga
1) Inisiatif Strategis 12
2) Pembangunan infrastruktur logistik untuk menyimpan dokumen wajib pajak secara
efektif
3) Inisiatif Startegis 13
4) Peningkatan kuantitas dan kualitas Sumber Daya Manusia
3. Kebijakan
Kebijakan merupakan ketentuan yang telah ditetapkan untuk dijadikan pedoman dan
petunjuk dalam pelaksanaan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan
dalam perwujudan sasaran, tujuan, visi, dan misi.
Demi tercapainya tujuan dan sasaran berdasarkan visi dan misi yang telah ditetapkan,
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai telah mengambil langkah-langkah sebagaimana
tertuang dalam kebijakan yang dijadikan pedoman, petunjuk dan pegangan bagi setiap
kegiatan yang dilaksanakan yaitu :
a. Meningkatkan kualitas pelayanan
b. Mengamankan pencapaian rencana penerimaan pajak
BAB III
GAMBARAN DATA PKLM
A. Ketentuan Umum
1. Defenisi Pajak
Sebelum membahas proses pemberian teguran sebaiknya penulis menjabarkan
terlebih dahulu pengertian-pengertian pajak serta fungsi pajak yang akan mendukung judul
yang diangkat oleh penulis.
Prof.Dr.Rochmat Soemitro,S.H. dalam bukunya Dasar-dasar hukum pajak dan pajak
pendapatan (1990:5) menyatakan pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan
undang-undang (yang dapat dipaksakan) dengan tidak mendapat jasa timbal (kontraprestasi), yang
langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum
(Waluyo,2010:3).
Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pajak yang dikelola atau
pemungutannya dilakukan oleh negara melalui pemerintah pusat atau daerah untuk mengisi
kas negara yang administrasinya dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Pajak (DJP) dengan
kantor-kantor operasional di daerah seperti Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang digunakan
untuk membiayai pengeluaran umum.
Wajib pajak harus menyadari untuk mehenuhi kewajiban perpajakan harus mematuhi
ketentuan-ketentuan pajak yang harus di penuhinya. Dengan semakin sadarnya wajib pajak
dalam memahami perpajakannnya serta mampu mematuhi kewajiban tersebut sesuai dengan
peraturan pajak yang berlaku,maka penerimaan negara dari wajib pajak diharapkan terus
Pajak dapat dikelompokkan ke dalam beberapa golongan, adalah sebagai berikut:
1. Menurut golongan, dibagi menjadi dua adalah sebagai berikut:
a. Pajak langsung, adalah pajak yang menjadi beban langsung Wajib Pajak yang
bersangkutan,tidak dapat dibebankan kepada orang lain.
b. Pajak tidak langsung, adalah pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada
pihak lain.
2. Menurut sifatnya, adalah sebagai berikut:
a. pajak subjektif, adalah pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya dan
memperhatikan keadaan Wajib Pajak.
b. Pajak objektif, adalah pajak yang berdasarkan pada objeknya dan tanpa
memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak.
3. Menurut pemungut dan pengelolanya, adalah sebagai berikut:
a. Pajak pusat, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk
membiayai rumah tangga negara.
b. Pajak daerah, adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan
untuk membiayai rumah tangga daerah (Waluyo,2010:12).
Pajak juga mempunyai fungsi-fungsi yang sangat penting dalam penyelenggaraan
pajak yaitu terdiri dari :
1. Fungsi Budgeter yaitu pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai
pengeluaran-pengeluaran pemerintah.
2. Fungsi mengatur yaitu pajak sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan
B. Subjek dan Objek Pajak
Subjek pajak atau penanggung pajak adalah orang pribadi atau badan yang
berkewajiban untuk membayar pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan kewajiban
perpajakannya. Sedangkan yang menjadi objek pajak terkait judul penulis ialah kekurangan
dan kelebihan pembayaran utang pajak yang tidak dilunasi wajib pajak sehingga
menyebabkan tunggakan pajak yang jumlahnya jika tidak segera dilunasi akan semakin
membesar. Hal inilah yang kemudian membuat tindakan penagihan penting dilakukan.
Yang dimaksud dengan penagihan pajak adalah serangkaian tindakan yang agar
penang pajak melunasi utang pajak dan biaya penagihan pajak dengan menegur atau
memperingatkan, melaksanakan penagihan seketika dan sekaligus,memberitahukan surat
paksa, mengusulkan pencegahan, melaksanakan penyitaan,melaksanakan penyanderaan,
menjual barang yang telah disita(lelang).
Dari defenisi tersebut terdapat beberapa unsur penagihan yang meliputi :
1. Biaya penagihan pajak adalah biaya pelaksanaan surat paksa, surat perintah
melaksanakan penyitaan,pengumuman lelang, pembatalan lelang, jasa penilai dan biaya
lainnya sehubungan dengan penagihan pajak.
2. Penagihan seketika dan sekaligus adalah tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan
oleh jurusita pajak kepada penanggung pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak,masa pajak dan
tahun pajak. Surat perintah penagihan seketika dan sekaligus diterbitkan apabila :
a. Penanggung pajak akan meninggalkan indonesia untuk selama-lamanya atau berniat
untuk itu.
b. Penanggung pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau dikuasai dalam
rangka memperhatikan atau mengecilkan kegiatan perusahaan,atau pekerjaan yang
c. Terdapat tanda-tanda bahwa penanggung pajak akan membubarkan badan
usahanya,atau menggabungkan usahanya,atau memekarkan usahanya, atau
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau dikuasainya,atau melakukan
perubahan bentuk lainnya.
3. Memberitahukan Surat Paksa. Surat paksa adalah perintah membayar utang pajak dan
biaya penagihan. Surat paksa mempunyai kekuatan eksekutorial dan kedudukan hukum
yang sama dengan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum yang
tetap. Surat paksa diterbitkan apabila :
a. Penanggung pajak tidak melunasi utang pajak dan kepadanya diterbitkan surat
teguran atau surat peringatan atau surat lain yang sejenis;
b. Terhadap penanggung pajak telah dilakukan penagihan seketikadan sekaligus;atau
c. Penanggung pajak tidak memenuhi ketentuan sebagaimana tercantum dalam
keputusan persetujuan angsuran atau penundaan pembayaran pajak.
4. Mengusulkan Pencegahan. Pencegahan adalah larangan yang bersifat sementara terhadap
penanggung pajak tertentu untuk keluar dari wilayah republik indonesia berdasarkan
alasan tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pencegahan
hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempunyai jumlah utang pajak
sekurang-kurangnya sebesar Rp. 100.000.000 (Seratus Juta Rupiah) dan diragukan
itikad baik dalam melunasiutang pajak. Pencegahan dapat dilakukan berdasarkan
keputusan pencegahan yang diterbitkan menteri keuangan atas permintaan pejabat atau
atasan pejabat yang bersangkutan. Jangka waktu pencegahan paling lama 6 (enam) bulan
dan dapat diperpanjang selama-lamanya 6 (enam) bulan. Pencegahan terhadap
penanggung pajak tidak mengakibatkan hapusnya hutang pajak terhentinya pelaksanaan
5. Melaksanakan Penyitaan. Penyitaan adalah tindakan jurusita pajak (pelaksanaan
penagihan) untuk menguasai barang penanggung pajak guna dijadikan jaminan untuk
melunasi utang pajak menurut peraturan perundang-undangan. Apabila utang pajak tidak
dilunasi penanggung pajak dalam janhka waktu 2 (dua) kali 24 jam setelah surat paksa
diberitahukan, pejabat menerbitkan Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan. Penyitaan
dilakukan oleh jurusita pajak disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 orang yang telah
dewasa,penduduk indonesia,dikenal oleh jurusita pajak dan dapat dipercaya.
6. Melaksanakan Penyanderaan. Penyanderaan adalah pengekangan sementara waktu
kebebasan penanggung pajak dengan menempatkannya di tempat tertentu. penyanderaan
hanya dapat dilakukan terhadap penanggung pajak yang mempunyai jumlah utang pajak
sekurang-kurangnya Rp. 100.000.000,00 (seratus juta rupiah). Dan diragukan itikad
baiknya dalam melunasi utang pajak. Penyanderan hanya dapat dilakukan berdasarkan
Surat Perintah Penyanderaan yang diterbitkan oleh pejabat setelah mendapat izin tertulis
dari Menteri Keuangan atau Gubernur Kepala Daerah Tingkat I. Masa penyanderaan
paling lama 6 (enam) bulan dan dapat diperpanjang sedlama-lamanya 6 (enam)
bulan.penyanderaan tidak boleh dilaksanakan dalam hal penanggung pajak sedang
beribadah, atau sedang mengikuti sidang resmi,sedang mengikuti pemilihan umum.
7. Melaksanakan Pelelangan. Pelelangan adalah menjual setiap barang dimuka umum
dengan cara penawaran harga secara lisan atau tertulis melalui usaha pengumpulan
peminat atau calon pembeli. Apabila utang pajak dan atau biaya penagihan pajak tidak
dilunasi setelah dilaksanakan penyitaan, pejabat berwenang melaksanakan penjualan
secara lelang terhadap barang yang disita melalui Kantor Lelang. Penjualan secara lelang
terhadap barang yang disita dilaksanakan paling singkat 14 hari setelah penyitaan.
Pengumuman lelang untuk barang bergerak dilakukan 1 kali dan untuk barang yang tidak
banyak Rp. 20.000.000,00 (Dua Puluh Juta Rupiah). Tidak harus diumumkan melalui
media massa . hasil lelang kemudian dipergunakan terlebih dahulu untuk membayar
utang pajak.
Adapun menurut Moelyo Hadi (1995;7) Teguran dalam bidang administrasi dikenal
sebagai tindakan penagihan aktif persuasif yaitu menghimbau wajib pajak atau memberi
kesempatan bagi wajib pajak yang beritikad baik untuk melunasi tunggakan pajaknya yang
tercantum dalam Surat Tagihan Pajak (STP), Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB),
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding yamg menyebabkan jumlah pajak yang harus
dibayar bertambah,tidak atau kurang dibayar setelah jatuh tempo.
C. Pejabat dan Jurusita Pajak
Pejabat adalah yang berwenang mengangkat dan memberhentikan Jurusita Pajak,
menerbitkan Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus,Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan penyitaan, Surat Pecabutan Sita, Pengumuman Lelang, Surat Penentuan Harga
Limit, Pembatalan Lelang. Surat Perintah Penyanderaan, dan surat lain yang diperlukan untuk
penagihan pajak sehubungan dengan penanggung pajak tidak melunasi sebagian atau seluruh
utang pajak menurut undang-undang dan peraturan daerah.
Menteri Keuangan berweng menunjuk pejabat untuk penagihan pajak pusat Kepala
Daerah berwenang menunjuk Pejabat untuk penagihan pajak daerah.
Jurusita Pajak adalah pelaksana tindakan penagihan pajak yang meliputi penagihan
seketika dan sekaligus, pemberitahuan surat paksa,penyitaan dan penyanderaan
Tugas Jurusita Pajak :
1. Melaksanakn Surat Perintah Penagihan Seketika dan Sekaligus
2. Memberitahukan Surat Paksa
3. Melaksanakan penyitaan atas barang penanggung pajak berdasarkan surat perintah
melaksanakan penyitaan;dan
4. Melaksanakan penyanderaan berdasarkan Surat Perintah Penyanderaan.
Dalam melaksanakan penyitaan, Jurusita Pajak berwenang memasuki dan memeriksa
semua ruangan termasuk membuka lemari,laci,dan tempat lain untuk menemukan objek sita
di tempat usaha, ditempat kedudukan, atau di tempat tinggal Penanggung Pajak, atau di
tempat lain yang vdapat diduga sebagai tempat penyimpanan objek sita.
D. Pengajuan Gugatan dan Permohonan Pembetulan
a. Pengajuan Gugatan
Gugatan pembetulan pajak terhadap Pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah
Melaksanakan Penyitaan atau Pengumuman Lelanghanya dapat diajukan kepada badan
peradilan pajak. Dalam hal gugatan penanggung pajak dikabulkan, penanggung pajak dapat
memohon pemulihan nama baik dan ganti rugi kepada pejabat paling banyak Rp.
500.000.000,00(Lima Ratus Juta Rupiah). Perubahan besarnya ganti rugi ditetapkan oleh
Menteri Keuangan atau Keputusan Kepala Daerah. Gugatan diajukan dalam jangka waktu 14
hari sejak surat paksa,surat perintah melaksanakan penyitaan, atau pengumuman lelang
dilaksanakan .
b. Permohonan Pembetulan
Penanggung Pajak dapat mengajukan permohonan pembetulan atau penggantian
kepada pejabat terhadap Surat Teguran atau Surat Peringatan atau surat lain yang sejenis,
peyitaan, surat perintah penyanderaan, pengumuman lelang dan surat penentuan harga limit
yang dalam penerbitan terhadap kesalahan atau kekeliruan. Dalam jangka waktu 7 (tujuh)
hari sejak diterima permohonan tersebut,pejabat harus memberi keputusan atau permohonan
yang diajukan. Apabila dalam jangka waktu tersebut pejabat tidak memberikan keputusan
atas permohonan yang diajukan. Apabila dalam jangka waktu tersebut pejabat tidak
memberikan keputusan,permohanan Penanggung Pajak dianggap dikabulkan da n penagihan
ditunda untuk sementara waktu.tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilanjutkan setelah
kesalahan atau kekeliruan dibetulkan oleh pejabat. Dalam hal permohonan tersebut ditolak,
tindakan pelaksanaan penagihan pajak dilanjutkan sesuai jangka waktu semula.
E. Ketentuan Pidana
Adapun jadwal waktu penagihan menurut keputusan Jenderal Pajak No. KEP 20/PJ
1995 yaitu terdiri atas pasal 1 dan 2 berikut ;
Pasal 1
1. Pengeluaran surat teguran sebagai awal tindakan peagihan pajak dikeluarkan segera 7 hari
sejak saat jatuh tempo pembayaran dari jumlah pajak masih harus dibayar.
2. Dalam rangka 7 hari setelah tanggal surat teguran, wajib pajak atau penanggung pajak
harus melunasi pajaknya.
3. Surat teguran sebagaimana dimaksud ayat (1) dikeluarkan oleh Kepala Kantor Pelayanan
Pasal 2
1. Apabila jumlah pajak yang masih haus dibayar tidak dilunasi dalam jangka waktu
sebagaimana ditentukan dalam surat teguran, maka jumlah pajak yang masih harus dibayar
dapat ditagih dengan surat paksa.
2. Kantor Pelayanan Pajak penerbitan surat paksa segera lewat dua puluh satu hari sejak
tanggal surat teguran.
Berdasarkan pada jadwal waktu penagihan tersebutlah terdapat ketentuan pidana bahwa
penanggung pajak dilarang ;
a. Memindahkan hak, memindah tangankan, menyewakan meminjamkan,
menyembunyikan menghilangkan atau merusak barang yang telah disita.
b. Membebani barang tidak bergerak yang disita dengan hak tanggunag untuk pelunasan
utang tertentu.
c. Membebani barang bergerak yang telah disita dengan diagunkan untuk pelunasan utang
tertentu.
d. Merusak, mencabut, atau menghilangkan segel atau salinan Berita Acara Pelaksanaan
Sita yang telah ditempelkan barang sitaan.
Penanggung pajak yang melanggar ketentuan ini dipidana dengan pidana penjara
paling lama 4 (empat) tahun dan denda paling banyak Rp. 12.000.000,00.(dua belas juta
rupiah).
Setiap orang yang dengan sengaja tidak menuruti perintah atau permintaan yang
dilakukan menurut undang-undang, atau dengan sengaja mencegah, menghalang-halangi atau
menggagalkan tindakan dalm melaksanakan ketentuan undang-undang yang dilakukan oleh
jurusita pajak, dipidan dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) bulan 2 (dua) minggu
F. Proses Pemberian Teguran
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya pelaksanaan pemberian teguran
merupakan bagian dari tindakan penagihan aktif dan persuasif yang mana surat teguran ini
dikeluarkan setelah melampaui waktu 7 hari dari saat jatuh tempo yang tercantum pada surat
ketetapan dan merupakan peringatan kepada Wajib Pajak untuk segera melunasi utang
pajaknya sebelum dilakukan tindakan penagihan aktif lainnya seperti
penyitaan,penyanderaan, dan lain sebagainya.
Pelaksanaan surat teguran ini dikeluarkan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dimana
arsipsurat teguran disimpan didalam berkas. Untuk satu orang Wajib Pajak bisa saja
mendapat lebih dari satu surat teguran disebabkan karena hilang atau hal lainnya. Jika surat
teguran ini hilang maka diterbitkan kembali surat teguran pertama (salinan) sebagai arsip
dengan nomor dan tanggal yang sama dan dibuat sesuai denagan Buku Register Surat
Teguran dan jika nomor,tanggal,bulan,dan tahun surat teguran tidak dapat diketahui,maka
dibuatkan Surat Teguran Baru karena dianggap belum pernah dibuat surat teguran.
Selain itu penulis juga menyajikan prosedur pengeluaran Surat Teguran yang meliputi
hal-hal sebagai berikut:
a. Sebelum dikeluarkannya Surat Teguran haus dilakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Petugas melakukan penelitian terhadap surat teguran pajak (STP),
SKPKB,SKPKBT, yang sudah lewat 7 hari dari tanggal jatuh tempo pembayaran
tetapi belum dibayar lunas oleh wajib pajak.
2. Hasil penelitian tersebut kemudian dibuat dalam bentuk laporan mengenai jumlah
tunggakan pajak yang sampai pada batas waktu pembayaran belum dilunasi oleh
wajib pajak. Laporan ini kemudian disampaikan oleh penulisan kepada kepala
subseksi penagihan serta selanjutnya diinformasikan kepada pemegang Buku
b. Setelah dilakukan penelitian pemegang buku register pengawasan penagihan segera
memberi tanda pada Buku Register Pengawasan Penagihan dan mempersiapkan surat
teguran yang akan ditandatangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak.
c. Pemegang buku Register Pengawasan penagihan menerima kembali surat teguran yang
sudah ditanda tangani oleh Kepala Kantor Pelayanan Pajak yang selanjutnya :
1. Lembar I dikirimkan kepada wajib pajak
2. Lemabar II sebagai arsib sub seksi penagihan untuk dimaksukkan kedalam berkas
penagihan waib pajak yang bersangkutgan setelah terlebih dahulu dicatat gtanggal
serta nomornya pada buku register tindakan penagihan dan pada Surat Tagihan
Pajak,Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar,serta Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan.
G. Faktor Penyebab Jumlah Surat Teguran yang Diterbitkan dengan Tunggakan
Pajak.
Berdasarkan pada data yang diperoleh dari Kantor Pelayanan Pajak Binjai ,maka
penulis menampilkan tabel berikut untuk melihat perbandingan jumlah surat teguran yang
diterbitkan dengan jumlah tunggakan pajak
TABEL-5 :Perbandingan antara jumlah surat teguran yang diterbitkan dengan jumlah
wajib pajak yang masih mempunyai tunggakan pajak.
No.
Tahun anggaran
tunggakan pajak penerbitan surat teguran Ketetapan
Sumber : KPP Binjai
Denga persentase (%) :
Dalam hal jumlah lembar surat teguran yang diterbitkan dengan jumlah lembar
tunggakan pajak kerap kali mengalami perbedaan. Adapun yang menjadi penyebab
perbedaan tersebut :
a. Jumlah ketetapn lembar yang ditunjukkan dalam tunggakan pajak merupakan jumlah
lembar dari ketetapan pajak yang diterbitkan oleh Kantor Pelayanan Pajak melalui
STP,SKPKB,SKPKBT) sementara jumlah lembar surat teguran yang diterbitkan
merupakan jumlah yang terutang oleh satu orang wajib pajak memiliki bebrapa
tunggakan sesuai dengan jenis ketetapan pajak yang diterbitkan terhadapnya. Sebagai
contoh wajib pajak mempunyai beberapa tunggakan pajak atau jenis ketetapan pajak yang
berbeda tetapi memiliki jatuh tempo dan tanggal penerbitan yang sama,maka atas wajib
pajak x diterbitkan suatu surat teguran yang terdiri dari beberapa jenis tunggakan pajak.
Dengan demikian penerbitan surat teguran dapat meliputi beberapa tunggakan pajak yang
berbeda-beda jenis ketetapannya.
b. Diantara tunggakan pajak yang tercantum dalam STP,SKPKB,SKPKBT,terdapat tanggal
pajak yang terhutang atas ketetapan pajak yang telah daluarsa penagihannya sehingga
ketentuan penerbitan surat teguran oleh undang-undang dan atas tunggakan tersebut
diusulkan untuk dihapus
c. Berdasarkan atas jumlah lembar tunggakan pajak yang telah tercantum meliputi
tunggakan pajak yang telah diusulkan dan harus sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan penagihan yang berlaku, akan tetapi tunggakan yang telah
seharusnya dibayar tersebut dihilangkan dari total tunggakan pajak yang masih tetap ada
sehingga menyebabkan proses pelaksanaan penghapusan tunggakan pajak harus
d. Berdasarkan kegiatan lapangan yang dilakukan oleh jurusita pajak diperoleh kenyataan
bahwa keadaan dan identitas wajib pajak tidak akurat lagi. Dan beberapa penyebab antara
lain adalah :
1. Wajib Pajak sudah meninggal dunia tetapi masih terdaftar pada master file lokal.
2. Wajib pajak badan dinyatakan pailit/bubar tanpa melakukan pemberitahuan
kepada Kantor Pelayanan Pajak
3. Wajib Pajak badan atau orang pribadi sudah tidak memiliki kegiatan usaha dan
dimungkinkan adanya tanda-tanda kembali aktifnya usaha
4. Wajib Pajak memindahkan tempat kedudukan, kegiatan usaha ke alamat yang
baru tanpa melaporkan perubahan identitasnya.
5. Wajib Pajak memberi alamat yang bukan sebenarnya.
Dari kenyataan diatas, maka penerbitan surat teguran atas nama Wajib Pajak yang
tidak akurat lagi sering kembali ke Kantor Pelayanan Pajak sehingga untuk masa selanjutnya
tidak dilaksanakan lagi penerbitan surat teguran atas Wajib Pajak tersebut.
e. Kurangnya Sumber Daya Manusia
Dalam hal adanya tunggakan pajak ini terdapat juga faktor kurangnya sumber daya
manusia dari segi kualitas dan kuantitas pada seksi penagihan. Hal ini terlihat dari keadaan
jumlah pegawai yang ada pada seksi penagihan. Hal ini terlihat dari keadaan jumlah pegawai
yang ada pada seksi penagihan sangat sedikit sehingga tidak akan sebanding dengan keadaan
Wajib Pajak baik orang pribadi maupun badan yang cukup banyak menunggak setiap
H. Peranan Surat Teguran dalam Mencairkan Tunggakan Pajak
Pada dasarnya surat teguran memang sangat berperan sekali dalam proses pencairan
tunggakan pajak karena tanpa adanya surat teguran ini maka pihak fiskus tidak dapat
melakukannya tindakakn penagihan baik penyitaan maupundilanjutkan dengan kegiatan
pelelangan. Selain itu masih ada lagi peranan surat teguran ini antara lain:
1. Membantu pada seksi penagihan untuk menghimbau wajib pajak agar beritikad baik
dengan segera melunasi tunggakan-tunggakan pajaknya.
2. Untuk menilai dan mengetahui seberapa besar tingkat kepatuhan wajib pajak dalam
melakukan penbayaran pajak dalam melakukan pembayaran pajak terutangnya yang
tercantum dalam STP,SKPKB,SKPKBT.
3. Untuk mengetahui berapa besr jumlah tunggakan pajak yang dapat dengan segera ditagih
pada tahun anggaran tertentu.
4. Untuk mengetahui penerimaan negara tiap tahunnya akan mengalami peningkatan atau
penurunan.
Selanjutnya untuk melihat peranan surat teguran berdasarkan data tunggakan pajak
maka dibawah ini diasajikan data penerbitan surat teguran untuk tahun anggaran 2011 dan
2012
TABEL – 6 : Penerbitan Surat Teguran 2011/2012
Mei
Sumber : Kantor Pelayanan Pajak Binjai
Dari tabel tersebut terlihat adanya perbedaan jumlah surat teguran yang dikeluarkan
tiap bulannya untuk wajib pajak yang antara lain dikarenakan,
1. Hilangnya berkas yang telah disampaikan atau
2. Terjadinya kesalahan penulisan, nama, alamat,ataupun nomor surat.
Kemudian berdasarkan pada tabel tersebut disajikan pula tabel pencairan tunggakan
pajak akibat penerbitan surat teguran.
TABEL – 7 : Perbandingan antara surat teguran dengan pencairan tunggakan pajak
akibat penerbitan surat teguran
Tahun
Pajak Penerbitan Teguran Pencairan Tunggakan Pajak
Ketetapan Rupiah Ketetapan Rupiah
2011
Sumber : KPP Binjai
1. 2011 : 50% 2. 2012 : 43,1 %
Data diatas merupakan perbandingan surat teguran yang dikeluarkan dengan
pencairan tunggakan pajak oleh Wajib Pajak akibat surat teguran tersebut.
Sehingga dari data-data yang ditunjukkan pada tabel sebelumnya maka dapat
diketahui jumlah sisa tunggakan pajak yang dapat ditagih untuk tahun anggaran 2011-2012.
TABEL-8: Data perbandingan tunggakan pajak,penerbitan surat teguran,pencairan
tunggakan antara tahun 2011 sampai dengan 2012.
No Uraian
Tahun Anggaran
2011 2012
Ketetapan Rupiah Ketetapan Rupiah
1 Tunggakan Pajak 59,625 42,346,978,903 55,950 40,425,286,185 2 Penerbitan Teguran 5,854 2,441,190,886 3,411 6,309,682,971
3
Pencairan
Tunggakan 105 129,733,718 86 93,276,097 4 Sisa Tunggakan 59,520 42,217,245,185 55,864 40,332,010,088
Sumber : KPP Binjai
Dengan persentase (%):
1. Tunggakan pajak : 16,9%
2. Penerbitan teguran : -(53,6%)
3. Pencairan teguran : -(11,1%)
4. Sisa tunggakan : 31,6%
Berdasarkan pada peranan-peranan diatas maka dapatlah terlihat bahwa pemberian
surat teguran memang mempunyai peran sangat penting untuk peningkatan kepatuhan
perpajakan wajib pajak dalam proses pemasukan penerimaan negara dimana tanpa adanya
pemberian teguran pihak fiskus tidak dapat melakukan tindakan penagihan aktif yang
BAB IV
ANALISIS DAN EVALUASI DATA
Berdasarkan pada pengamatan dan penelitian yang telah dilakukan pada Kantor Pelayanan
Pajak Binjai, maka penulis dapat menganalisa dan evaluasi terhadap data-data yang telah
diperoleh.
Pada dasarnya pelaksanaan pemberian dan penerbitan teguran merupakan cara atau
usaha yang dilakukan oleh puhak pihak fiskus dalam hal proses peningkatan penerimaan
pajak negara yang tidak lain berfungsi untuk mengisi kas negara sehigga pemerintah dapat
melakukan pembayaran atas pengeluaran-pengeluaran negara dan juga menjadi
tunggakan-tunggakan pajak yang telah ada menjadi lebih kecil jumlahnya.
Prakteknya teguran telah dilakukan secara sistematis maksudnya adalah apabila wajib
pajak tidak melakukan pembayaran pajak terutangnya setelah lewat jatuh tempo atau
terjadinya tunggakan pajak maka secara sistematis pula teguran atas nama wajib pajak
tersebut dikeluarkan.
Namun dalam kenyataannya masih banyak sekali teguran yang tisak sampai ke tangan
wajib pajak yang bersangkutan atau hilang oleh wajib pajak sehingga hal ini menjadi
penyebab terhambatnya pencairan tunggakan pajak yang kemudianmenyebabkan
menurunnya angka penerimaan pada kas negara.
Berdasrkan pada tabel 5 yang ada pada bab sebelumnya maka diketahui persentase
tersebut merupakan persentase perbandingan antara penerbitan surat teguran dengan
tubggakan pajak, sehingga dari tabel tersebut diketahui persentasenya untuk tahun anggaran
nilai rupiahnya yang akan ditagih melaui surat teguran dari seluruh jumlah nilai rupiah
tunggakan pajaknya pada tahun anggaran yang sama.
Untuk tahun anggaran 2012 terlihat bahwa penerbitan surat teguran mengalami
penurunan sehingga jumlah tunggakan pajaknya menjadi lebih besar dari tahun sebelumnya
sehingga menghaqsilkan persentase sebesar 21,6% sari total ketetapan tunggakan pajak
begitu juga halnya dengan jumlah nilai rupiahnya yang akan ditagih.
Berdasarkan tabel tersebut terlihat terjadinya selisih sebesar 26,9% antara jumlah
ketetapan dalam surat teguran dengan jumlah ketetapan dalam tunggakan pajak sehingga hal
ini memperlihatkan pula bahwa apabila semakin banyaknya surat teguran yang dikeluarkan
maka jumlah tunggakan pajak semakin sedikit,begitu sebaliknya.
Sedangkan untuk tabel 6 yang ada pada bab sebelumnya dapat diketahui selisih
kepatuhan pembayaran pada tahun 2011 -2012 yaitu jumlah rupiah yang diterima tahun 2011
Rp 6,309,682,967 lebih tinggi dari tahun 2012 Rp 2,441,190,886 dan sedangkan jumlah surat
teguran yang dikeluarkan pada tahun 2011 lebih tinggi dibandingkan 2012 ini dikarenakan
masih banyaknya surat teguran yang tidak sampai sehingga penerimaan pajaknya juga
semakin kecil.
Berdasarkan pada tabel 6 tersebut dapat diambil asumsi bahwa penerbitan surat
teguran yang tepat sasaran sangatlah berperan dalam mencairkan tunggakan pajak dimana
jika tidak dilaksanakan maka pencairan tunggakan pajak pun akan menjadi terhambat. Dan
untuk melihat sejauh mana pencairan tunggakan pajak dilakukan maka telah disajikan pada
bab 7 yang ada pada bab sebelumnya mengenai perebandingan antara penerbitan surat
teguran dengan pencairan tunggakan pajak. Dari tabel tersebut dapat diketahui persentase
pencairan tunggakan pajak akibat penerbitan surat teguran yang cair dibayar adalah sebesar
50% untuk tahun anggaran 2011,akan tetapi untuk tahun anggaran 2012 persentase pencairan
hal ini yang akan kemudian mengakibatkan jumlah pajak menjadi lebih kecil sehingga
penerimaan kas negara pun akan menurun. Dan karena itu surat teguran haruslah lebih
banyak dikeluarkan bagi wajib pajak yang telah menunggak pajak terutangnya,maka dari
tabel telah menunjukkan bahwa pentingnya penerbitan surat teguran atau dengan kata lain
surat teguran sangat berperan aktif dalam mencairkan tunggakan pajak.
Selanjutnya untuk tabel 8 yang merupakan sisa tunggakan pajak berdasarkan data
tunggakan perbandingan pajak, penerbitan surat teguran dan pencairan tunggakan.
Dan dari tabel 8 tersebut juga diketahui :
1. Persentase tunggakan pajak antara tahun anggaran 2011 dengan tahun anggaran 2012
terjadi peningkatan jumlah tunggakan pajak sebesar 16,9%.
2. Untuk persentase penerbitan surat teguran antara tahun 2011 denagan tahun anggaran
2012 mengalami penurunan sebesar 53,6% dan ni akan mengakibatkan pencairan
tunggakan pajaknya pun menurun.
3. Persentase pencairan tunggakan antara tahun 2011 dengan tahun anggaran 2012 ternyata
mengalami penurunan yang sangat besar jumlahnya hingga 11,1 %ini merupakan
persentase jauh dibawah rata-rata.
4. Dan pada akhirnya persentase sisa tunggakan antara tahun 2011 dengan tahun anggarab
2012 yang dapat segera ditagih mengalami peningkatan sebesar 31,6%.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan dan dikemukakan dalam bab-bab
sebelumnya,maka penulis dapat menarik kesimpulan yaitu sebagai berikut :
1. Masih banyak terdapat hambatan-hambatan yang perlu dipertimbangkan dalam
pemberian surat teguran agar teguran yang diterbitkan benar-benar sampai pada wajib
pajak yang dituju diman tujuannya tidak lain adalah agar wajib pajak tersebut segera
melunasi dan membayarkan tunggakan pajak yang masih terutangnya.
2. Pelaksanaan surat teguran dalam rangka penagihan tunggakan pajak sangat besar
berperan, karena tindakan penagihan tidak dapat dilakukan terhadap wajib pajak yang
mempunyai tunggakan pajak tanpa terlebih dahulu kepadanya diterbitkan surat teguran
yang mana merupakan tindakan aktif yang gunanya untuk menghimbau wajib pajak yang
beritikat baik untuk melunasi tunggakan pajaknya yang tercantum dalam Surat Tagihan
Pajak. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, Surat Keputusan pembetulan, Putusan Banding yang telah jatuh tempo.
3. Masih ada wajib pajak yang tidak mengindahkan surat teguran yang sudah diterimanya
dengan berbagai alasan,hal ini dapat dilihat dari data-data yang ada bahwa masih banyak
terdapat sisa tunggakan pajak yang belum dapat surat teguran
4. Penerbitan surat teguran telah dilakukan secara sistematis oleh kantor pelayanan pajak
yang berarti jika wajib pajak tidak segera melakukan pembayaran pajaknya maka dengan
demikian surat teguran diterbitkan atas nama wajib pajak tersebut.
5. Tujuan akhir dari tindakan penagihan bukanlah untuk menyita dan melelang barang milik
tetapi dalam rangka untuk pelunasan hutang pajak sehingga diberlakukan
prosedur-prosedur penagihan pajak yang sedemikan rupa seperti harus terlebih dahulu diterbitkan
surat teguran kepada wajib pajak atau penanggung pajak yang masih mempunyai
tunggakan pajak sebelum dilakukan tindakan penagihan aktif lainnya seperti penerbitan
surat paksa,penyitaan dan lain sebagainya,yang mana pelunasan tunggakan pajak tersebut
diharapkan dapat menambah penerimaan dalam negeri sehingga dapat meningkatkan
pembanguana bangsa yang maju dan mandiri guna pembiayaan yang tepat sasaran
menuju masyarakat yang sejahter material dan spritual.
B. SARAN
Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut :
1. Menambah jumlah tenaga kerja yang mempunyai kualitas yang lebih baik pada seksi
penagihan agar tugas-tugas yang diberikan dapat dikerjakan dengan cepat dan baik.
2. Agar wajib pajak atau penanggung pajak bersama-sama berperan aktif guna membantu
pihak fiskus untuk segera melunasi hutang pajak nya sehingga penerimaan dalam negeri
dapat dengan mudah meningkat yang pada akhirnya pembangunan bangsa segera
terlaksana
3. Agar setiap wjib pajak yang masih mempunyai tunggakan pajak diterbitkan atau
diberikan teguran untuk meningkatkan kepatuhan perpajakannya tanpa ada kecualinya
dan jika tidak dilaksanakan atau diindahkan diteruskan dengan tindakan penagihan aktif
seperti penerbitan surat paksa, penyitaan dan lain sebagainya.
4. Sebaiknya anggota masyarakat atau wajib pajak menyadari kepercayaan yang diberikan
pemerintah yaitu mengenai sistem self assesment dimana wajib pajak dapat melaksanakan
kewajiban perpajakannya sebaik-baiknya. Hal ini tentunya lebih memudahkan Fiskus