• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab ini berisi tentang kesimpulan dari pembahasan dan implementasi yang telah dilakukan serta saran yang dianggap untuk pengembangan.

BAB II LANDASAN TEOR

2.1 Konsep Dasar Sistem 2.1.1 Definisi Sistem

Sistem adalah kumpulan objek seperti orang, sumber daya, konsep, dan prosedur yang dimaksudkan untuk melakukan suatu fungsi yang dapat diidentifikasikan atau untuk melayani suatu tujuan.

2.1.2 Definisi Sistem Informasi

Sistem Informasi adalah mengumpulkan, memproses, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi untuk suatu tujuan khusus. Sistem Informasi menerima input dan memproses data untuk memeberikan informasi bagi pengambil keputusan dan membantu mereka mengomunikasikan hasil yang didapatkan.

2.3 Sistem Pengambilan Keputusan

2.3.1 Definisi Sistem Pengambilan Keputusan

Sistem Pendukung Keputusan didefinisikan sebagai suatu sistem yang berbasis komputer yang ditujukan untuk membantu pengambilan keputusan dan memanfaatkan data dan model tertentu untuk memecahkan berbagai persoalan yang tidak terstruktur (Turban, 1995).

Sistem Pendukung Keputusan merupakan sistem informasi

interaktif yang menyediakan informasi, pemodelan, dan pemanipulasian data. Sistem tersebut digunakan untuk membantu pengambilan keputusan dalam situasi yang semi terstruktur dan situasi yang tidak terstruktur, dimana tidak ada seseorang yang tahu secara pasti bagaimana keputusan seharusnya dibuat (Alter, 2002).

2.3.2 Proses Pengambilan Keputusan

Menurut Simon (1997), proses dalam pengambilan keputusan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :

1. Fase Kelayakan (Intelligence)

Pada langkah ini, sasaran ditentukan dan dilakukan pencarian prosedur, pengumpulan data, identifikasi masalah identifikasi kepemilikan masalah, klasifikasi masalah, hingga akhirnya terbentuk sebuah pernyataan masalah. Kepemilikan masalah berkaitan dengan bagian apa yang akan dibangun oleh sistem dan apa tugas dari bagian tersebut sehingga model tersebut bisa relevan dengan kebutuhan pemilik masalah.

2. Fase Perancangan (Design)

Pada tahapan ini akan diformulasikan model yang akan digunakan dan kriteria-kriteria yang ditentukan. Setelah itu, dicari alternatif model yang bisa menyelesaikan permasalahan tersebut. Langkah selanjutnya adalah

memprediksi keluaran yang mungkin. Kemudian ditentukan variabel-variabel model.

3. Fase Pemilihan (Choice)

Setelah pada tahap design ditentukan berbagai alternatif model beserta variabel-variabelnya, pada tahapan ini akan dilakukan pemilihan modelnya, termasuk solusi dari model tersebut. Selanjutnya dilakukan analisis sensitivitas, yakni dengan mengganti beberapa variabel.

4. Membuat Sistem Pendukung Keputusan (Implementation) Setelah menentukan model, berikutnya adalah mengimplementasikannya ke dalam aplikasi Sistem Pendukung Keputusan.

2.4 Gambaran Pengembangan Sistem Pendukung Keputusan

2.4.1 Karekteristik Sistem Pendukung Keputusan

Karakteristik dalam Sistem Pendukung Keputusan (Turban, 2005) :

1. Dukungan kepada pengambil keputusan, terutama pada situasi semi terstruktur dan tidak terstuktur, dengan menyertakan penilaian manusia dan informasi terkomputerisasi. Masalah-masalah tersebut tidak bisa dipecahkan oleh sistem komputer lain atau oleh metode atau alat kuantitatif standar.

2. Dukungan untuk individu dan kelompok. Masalah yang kurang ter-struktur sering memerlukan keterlibatan individu dari departemen dan tingkat organisasional yang berbeda atau bahkan dari organisasi lain.

3. Dukungan untuk keputusan independen dan sekuensial. Keputusan bisa dibuat satu kali, beberapa kali, atau berulang (dalam interval yang sama).

4. Dukungan di semua fase proses pengambilan keputusan : intelegensi, desain, pilihan, dan implementasi.

5. Dukungan di berbagai proses dan gaya pengambilan keputusan.

6. Adaptasi sepanjang waktu. Pengambilan keputusan seharusnya reaktif, bisa menghadapi perubahan kondisi secara cepat, dan mengadaptasi Sistem Pendukung Keputusan untuk memenuhi perubahan tersebut. Sistem Pendukung Keputusan bersifat fleksibel. Oleh karena itu, pengguna bisa menambahkan, menghapus, menggabungkan, mengubah, atau menyusun kembali elemen-elemen dasar. Sistem Pendukung Keputusan juga fleksibel dalam hal bisa dimodifikasi untuk memecahkan masalah lain yang sejenis.

7. Pengguna merasa seperti di rumah. Ramah-pengguna, kapabilitas grais yang sangat kuat, dan antarmuka

manusia-mesin yang interaktif dengan satu bahasa alami bisa sangat meningkatkan efektivitas Sistem Pendukung Keputusan.

8. Peningkatan efektivitas pengambilan keputusan (akurasi, timelines, kualitas) lebih baik dibandingkan efisiensinya (biaya pengambilan keputusan). Ketika Sistem Pendukung Keputusan disebarkan, pengambilan keputusan sering membutukan waktu lebih lama, tetapi hasilnya lebih baik.

9. Kontrol penuh oleh pengambil keputusan terhadap semua langkah proses pengambilan keputusan dalam memecahkan suatu masalah. Sistem Pendukung Keputusan secara khusus menekankan untuk mendukung pengambilan keputusan, bukan menggantikan.

10. Pengguna akhir bisa mengembangkan dan memodofikasi sistem sederhana. Sistem yang lebih besar bisa dibangun dengan bantuan ahli sistem informasi.

11. Biasanya model-model digunakan untuk menganalisis situasi pengambilan keputusan. Kapabilitas pemodelan memungkinkan eksperimen dengan berbagai strategi yang berbeda di bawah konfigurasi yang berbeda.

12. Akses disediakan untuk berbagai sumber data, format, dan tipe, mulai dari sistem informasi geografis (GIS) sampai sistem berorientasi objek.

13. Dapat digunakan sebagai alat standalone oleh seorang pengambil keputusan pada satu lokasi atau di distribusikan di suatu organisasi secara keseluruhan dan di beberapa organisasi sepanjang rantai persediaan. Dapat d2ntegrasikan dengan Sistem Pendukung Keputusan lain atau aplikasi lain, serta bisa didistribusikan secara internal dan eksternal menggunakan networking dan teknologi web.

2.4.2 Tujuan Sistem Pendukung Keputusan

Tujuan dari Sistem Pendukung Keputusan adalah (Turban, 2005) :

1. Membantu manajer dalam pengambilan keputusan atau masalah semi terstruktur.

2. Memberikan dukungan atas pertimbangan manajer dan bukan dimaksudkan untuk menggantikan posisi manajer.

3. Meningkatkan efektivitas keputusan yang diambil manajer lebih daripada perbaikan efisiensinya.

4. Kecepatan komputasi. Komputer memungkinkan para pengambil keputusan untuk melakukan banyak komputasi secara cepat dengan biaya yang rendah. 5. Peningkatan produktivitas. Membangun satu kelompok

pengambil keputusan, terutama para pakar, bisa sangat mahal. Pendukung terkomputerisasi bisa mengurangi ukuran kelompok dan memungkinkan para anggotanya untuk berada di berbagai lokasi yang berbeda-beda (menghemat biaya perjalanan). Selain itu, produktivitas staf pendukung (misalnya analis keuangan dan hukum) bisa ditingkatkan. Produktivitas juga bisa ditingkatkan menggunakan peralatan optimalisasi yang menentukan cara terbaik untuk menjalankan sebuah bisnis.

6. Dukungan kualitas. Komputer bisa meningkatkan kualitas keputusan yang dibuat. Sebagai contoh, semakin banyak data yang diakses, makin banyak pula alternatif yang bisa dievaluasi. Analisis resiko bisa dilakukan dengan cepat dan pandangan dari para pakar (beberapa dari mereka berada di lokasi yang jauh) bisa dikumpulkan dengan cepat dan dengan biaya yang lebih rendah. Keahlian bahkan bisa diambil langsung dari sebuah sistem komputer melalui metode kecerdasan tiruan. Dengan komputer, para pengambil

keputusan bisa melakukan simulasi yang kompleks, memeriksa banyak skenario yang memungkinkan, dan menilai berbagai pengaruh secara cepat dan ekonomis. Semua kapabilitas tersebut mengarah kepada keputusan yang lebih baik.

7. Berdaya saing. Tekanan persaingan menyebabkan tugas pengambilan keputusan menjadi sulit. Persaingan didasarkan tidak hanya pada harga, tetapi juga pada kualitas, kecepatan, kustomasi produk, dan dukungan pelanggan. Organisasi juga harus mampu secara sering dan cepat mengubah metode operasi, merekayasa ulang proses dan struktur, memberdayakan karyawan, serta berinovasi. Teknologi pengambilan keputusan bisa menciptakan pemberdayaan yang signifikan dengan cara mempebolehkan seseorang untuk membuat keputusan yang baik secara cepat, bahkan jika mereka memiliki pengetahuan yan kurang.

8. Mengatasi keterbatasan kognitif dalam pemrosesan dan penyimpanan. Menurut Simon (1977), otak manusia memiliki kemampuan yang terbatas untuk memproses dan menyimpan informasi. Orang-orang kadang sulit mengingat dan menggunakan sebuah informasi dengan cara yang bebas dari kesalahan.

2.4.3 Komponen Sistem Pendukung Keputusan

Aplikasi sistem pendukung keputusan bisa terdiri dari beberapa subsistem, yaitu :

1. Subsistem Manajemen Data

Subsistem manajemen data memasukkan satu database yang berisi data yang relevan untuk suatu situasi dan dikelola oleh perangkat lunak yang disebut sistem manajemen database (DBMS/ Data Base Management

System). Subsistem manajemen data bisa d2nterkoneksikan

dengan data warehouse perusahaan, suatu repositori untuk data perusahaan yang relevan dengan pengambilan keputusan. Subsistem dari manajemen data terdiri dari elemen-elemen berikut :

a. Database Sistem Pendukung Keputusan

Database adalah kumpulan data yang saling terkait yang diorganisasi untuk memenuhi kebutuhan dan struktur sebuah organisasi serta bisa digunakan oleh lebih dari satu orang dan lebih dari satu aplikasi. Terdiri dari data internal merupakan data yang sudah ada dalam organisasi, data eksternal merupakan data yang tidak bisa dikendalikan oleh suatu organisasi, dan yang terakhir data privat/ personal merupakan data mengenai kepakaran dari user terhadap masalah yang akan diselesaikan.

b. Sistem Manajemen Database

Database dibuat, diakses, dan diperbarui melalui sistem manajemen database/ database management system

(DBMS). Dalam pemilihan database management system

(DBMS), dapat memperhatikan masalah seperti arsitektur

sistemnya apakah berbasis stand alone, client server, berbasis desktop, atau berbasis web. Kemudian platform sistem operasi yang digunakan, besarnya data yang akan disimpan, dan pentingnya dukungan keamanan.

c. Fasilitas Query

Fasilitas query merupakan fasilitas untuk menyelesaikan akses data ke database serta manipulasi data dalam database. Fasilitas tersebut menjawab bagaimana kebutuhan informasi dari user bisa dipenuhi oleh database. d. Direktori Data

Direktori data merupakan sebuah katalog dari semua data yang ada dalam database. Isinya berupa definisi data dan fungsi utamanya adalah menjawab pertanyaan mengenai ketersediaan item-item data, sumber, dan makna eksak dari data.

2. Subsistem Manajemen Model

Manajemen model merupakan paket perangkat lunak yang memasukkan model keuangan, statistik, ilmu manajemen,

atau model kuantitatif lain yang memberikan kapabilitas analitik dan manajemen perangkat lunak yang tepat. Perangkat lunak itu sering disebut sistem manajemen basis model (MBMS). Komponen tersebut bisa dikoneksikan ke penyimpanan korporat atau eksternal yang ada pada model. Model adalah abstraksi dunia nyata menjadi bentuk simbolik dengan tujuan menyederhanakan, meminimalkan biaya, dan meminimalkan resiko agar lebih efekstif.

Beberapa bentuk model diantaranya : a. Model Ikonik

Model ikonik adalah perwakilan fisik dari beberapa hal, baik dalam bentuk ideal maupun dalam skala yang berbeda. Model ikonik memiliki karakteristik yang sama dengan hal yang diwaili, terutama untuk menerangkan kejadian pada waktu yang spesifik.

b. Model Analog

Model analog bisa digunakan untuk mewakili situasi dinamik, yaitu keadaan yang berubah menurut waktu. Model analog sesuai digunakan dalam penjabaran hubungan kuantitatif antara sifat dan kelas-kelas yang berbeda.

c. Model Matematika

Model matematika pada hakikatnya memusatkan perhatian kepada model simbolik sebagai perwakilan dari realitas yang sedang dikaji. Format model simbolik bisa berupa bentuk angka, simbol, dan rumus.

Model matematika ini secara umum dapat dibagi ke beberapa proses, yaitu :

Trial and error (coba-salah)

Dampak perubahan pada sembarang variabel atau pada beberapa variabel dapat ditentukan dengan menggunakan pendekatan trial and error ini. Pendekatan ini dilakukan dengan mengadakan sejumlah uji coba dengan mengubah faktor yang berpengaruh terhadap sistem dalam kondisi yang nyata. Keberhasilan pendekatan ini dipengaruhi oleh kondisi seperti dalam kondisi yang nyata tidak terdapat banyak alternatif coba (trial) yang harus dicoba, biaya yang tinggi apabila terjadi kegagalan, dan faktor lingkungan yang tidak cepat berubah. • Simulasi

Pada model simulasi ini dilakukan penyederhanaan terhadap realitas. Model simulasi menggambarkan atau memprediksi karakteristik suatu sistem di bawah

kondisi yang berbeda. Dengan memasukkan nilai-nilai karakteristik untuk dikomputasi, maka akan diperoleh alternatif terbaik. Proses simulasi biasanya mengulangi sebuah eksperimen, dilakukan berkali-kali, untuk mendapatkan kombinasi terbaik yang bisa memecahkan solusi dari masalah yang dihadapi. • Heuristik

Proses heuristik merupakan pengembangan berbagai aturan untuk membantu memecahkan masalah-masalah rumit. Heuristik terutama dilakukan untuk memecahkan masalah yang tidak terstruktur. Heuristik juga dapat digunakan untuk memberikan solusi yang memuaskan untuk masalah tertentu yang komplek namun terstruktur, dan jauh lebih cepat dan murah dibandingkan algoritma optimalisasi. Heuristik tepat digunakan dalam situasi sebagai berikut :

- Data input tidak pasti atau terbatas.

- Realitas terlalu kompleks sehingga model optimalisasi tidak dapat digunakan.

- Algoritma eksak yang reliabel tidak tersedia.

- Masalah-masalah kompleks tidak ekonomis untuk optimalisasi atau simulasi dan yang membutuhkan waktu komputasi yang berlebihan.

- Pemrosesan simbolik lebih diperlukan daripada pemrosesan numerik.

3. Subsistem Antarmuka Pengguna (Dialog)

Pengguna berkomunikasi dengan memerintahkan sistem pendukung keputusan melalui subsistem tersebut. Pengguna adalah bagian yang dipertimbangkan dari sistem. Para peneliti menegaskan bahwa beberapa kontribusi unik dari sistem pendukung keputusan berasal dari interaksi yang intensif antara komputer dan pembuat keputusan. Terdapat beberapa jenis gaya dialog di dalam susistem ini, yaitu :

a. Dialog tanya jawab

Dalam dialog ini, sistem bertanya kepada pengguna melalui GUI, dan penguna menjawab, kemudian hasil dari dialog ini sistem akan menawarkan alternatif keputusan yang dianggap memenuhi keinginan user. b. Dialog perintah

Dalam dialog ini pengguna memberikan perintah-perintah yang tersedia pada sistem untuk menjalankan fungsi tertentu dalam sistem pendukung keputusan. c. Dialog menu

Dalam dialog ini pengguna dihadapkan pada berbagai alternatif menu yang telah disediakan sistem. Menu ini ditampilkan pada monitor komputer, dan dalam

menentukkan pilihannya pengguna cukup menekan button-button tertentu dan pilihan akan menghasilkan respon tertentu.

d. Dialog Masukan/ Keluaran

Dalam dialog ini menyediakan form input atau masukan. Melalui form ini, pengguna dapat memasukkan perintah atau data. Selain form input, juga menyediakan form output yang merupakan respon dari sistem.

4. Subsistem Manajemen Berbasis Pengetahuan

Subsistem tersebut mendukung semua subsistem lain atau bertindak langsung sebagai suatu komponen independen dan bersifat opsional.

2.4.4 Skema Sistem Pendukung Keputusan

Gambar 2.1 Gambar Skematik Sistem Pendukung Keputusan (Turban, 2005)

2.5 Definisi Diet Hipertensi 2.5.1 Diet

Diet adalah pengaturan jumlah dan jenis makanan yang dimakan setiap hari agar seseorang tetap dalam kondisi sehat (Hartono, 2006).

2.5.2 Hipertensi

Hipetensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah. Hipertensi diartikan tekanan darah lebih tinggi dari keadaan

normal. Sedangkan tekanan darah sendiri dibedakan menjadi dua, yaitu tekanan darah sistolik dan diastolik. Tekanan darah sistolik terjadi pada saat jantung menguncup, sementara tekanan darah diastolik terjadi pada saat jantung mengembang/ mengendor kembali. Oleh karena itu, tekanan darah sistolik pasti lebih tinggi dibandingkan dengan tekanan darah diastolik. Penyakit yang oleh awam ini disebut dengan istilah hipertensi merupakan penyakit yang menyebabkan faktor resiko terjadinya stroke dan gangguan jantung.

Lembaga-lembaga Kesehatan Nasional (The National

Institute of Health) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan

sistolik yang sama atau di atas 140 mmHg dan tekanan diastolik yang sama atau di atas 90 mmHg (Sitepoe, 1993).

2.5.3 Diet Hipertensi

Diet Hipertensi adalah suatu proses penentuan menu diet bagi penderita hipertensi untuk mengatur pola makan yang sesuai dengan kebutuhan penderita. Diet hipertensi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat membantu dalam mengatur pola makan yang sesuai untuk penderita yaitu dengan melakukan diet rendah garam, rendah kolestrol, dan rendah energi.

2.5.3.1 Diet Rendah Garam

Diet rendah garam yang dimaksud disini ialah garam

soda kue (NaHCO3), baking powder, natrium benzoate, dan vetsin (mono sodium glutamate). Natrium adalah kation utama dalam cairan ekstrakulikuler tubuh yang mempunyai fungsi menjaga keseimbangan cairan dan asam basa tubuh, serta beperan dalam transmisi saraf dan kontraksi otot. Dalam keadaan normal, jumlah natrium yang dikeluarkan tubuh melaui urin sama dengan jumlah yang dikonsumsi, sehingga terdapat keseimbangan.

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa tawar dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk menghindari penggunaan garam yang berlebih.

Makanan sehari-hari biasanya cukup mengandung natrium yang dibutuhkan, sehingga tidak ada penetapan kebutuhan natrium sehari. WHO (1990) menganjurkan pembatasan konsumsi garam dapur hingga 6 gram sehari (eivalen dengan 2400 mg natrium).

Asupan natrium yang berlebihan, terutama dalam bentuk

cairan tubuh, sehingga menyebabkan edema atau asites dan hipertensi (Almatsier, 2005).

2.5.3.1.1 Tujuan Diet Rendah Garam

Tujuan diet rendah garam adalah membantu menghilangkan resensi garam atau air dalam jaringan tubuh dan menurunkan tekanan darah pada pasien hipertensi.

2.5.3.1.2 Syarat Diet Rendah Garam

Syarat-syarat Diet Rendah Garam adalah : 1. Cukup protein, lemak, dan karbohidrat.

2. Jumlah natrium disesuaikan dengan tingkatan tekanan darah yang terjadi pada penderita hipertensi seperti yang terdapat di dalam tabel berikut :

Tabel 2.1 Tabel Tingkatan Tekanan Darah dan Diet Rendah Garam Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik Diet Rendah Garam Stadium 1 (Hipertensi Ringan) 140-159 mmHg 90-99 mmHg Diet 2I (1000-1200 mg Na) Stadium 2 (Hipertensi 160-179 mmHg 100-109 mmHg Diet 2 (600-800 mg Na)

Sedang) Stadium 3 (Hipertensi Berat) 180-209 mmHg 110-119 mmHg Diet I (200-400 mg Na)

2.5.3.2 Diet Rendah Kolestrol

Penurunan kadar kolestrol darah dimungkinkan dengan cara mengurangi konsumsi lemak hewani. Makanan yang mengandung lemak mempunyai nilai kalori yang tinggi. Penurunan konsumsi lemak akan mengakibatkan pengurangan masukan kalori sehingga terjadi penurunan berat badan. Apabila tidak terdapat keadaan obesitas di dalam tubuh, maka di dalam diet harus disertakan makanan ekstra yang mengandung hidrat arang kompleks (Almatsier, 2005).

2.5.3.2.1 Tujuan Diet Rendah Kolestrol

Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolestrol darah tidak terlalu tinggi. Kadar kolestrol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya endapan kolestrol dalam dinding pembuluh darah. Lama-kelamaan, jika endapan kolestrol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan mengganggu peredaran darah. Dengan demikian akan memperberat kerja jantung dan

secara tidak langsung dapat memperparah hipertensi.

2.5.3.2.2 Syarat Diet Rendah Kolestrol

Konsumsi kolestrol setiap hari dapat dikendalikan dengan cara :

1. Menghindari makanan yang dimasak atau dibuat dengan menggunakan kelapa, santan, dan margarine.

2. Menghindari makanan hewani yang belemak seperti susu berlemak, lemak sapi, lemak kambing, atau jenis lemak hewani lain.

3. Makanan yang merupakan sumber kolestrol hendaknya dibatasi seperti :

- Pemakaian daging sebaiknya antara 3-4 kali saja setiap minggu dan tidak lebih dari 100 gram setiap kali makan.

- Menghindari makanan yang dibuat dari otak sapi/ otak kambing, hati, ginjal, dan usus/ babat.

- Membatasi konsumsi telur, cukup 4-5 butir saja per minggu.

4. Banyak menggunakan tempe atau produk kacang kedelai lainnya, karena tempe

mengandung dua senyawa kimia yang dapat menurukan kolestrol yaitu niasin dan sitosterol. Untuk mempertahankan berat badan ideal dapat digunakan daftar yang digunakan untuk menentukan status gizi seseorang, yaitu :

Tabel 2.2 Daftar Tabel Status Gizi

Status Gizi Wanita Laki-laki Normal 17 – 23 18 – 25 Kegemukan 23 – 27 25 – 27 Obesitas > 27 > 27

Catatan : Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat badan normal.

Indeks Massa Tubuh (IMT) seseorang dapat diketahui dengan dengan rumus sebagai berikut (Kurniawan, 2002) :

BB (kg)

IMT = --- ... (2.1) TB x TB (m)

Sedangkan penentuan berat badan ideal yang dapat digunakan adalah dengan menggunakan rumus Brocca, yaitu :

BB Ideal = (TB-100) – (10% (TB – 100 )) ... (2.2) Keterangan :

BB : Berat Badan TB : Tinggi Badan (cm)

2.5.3.3 Diet Rendah Energi

Diet Rendah Energi adalah diet yang kandungan energinya di bawah kebutuhan normal, cukup vitamin dan mineral, serta banyak mengandung serat yang bermanfaat dalam proses penurunan berat badan. Diet ini membatasi makanan padat energi (Almatsier, 2005). 2.5.3.3.1 Tujuan Diet Rendah Energi

Tujuan Diet Rendah Energi adalah untuk :

1. Mencapai dan mempertahankan status gizi sesuai dengan umur, gender, dan kebutuhan fisik.

2. Mencapai IMT normal sesuai dengan kebutuhan penderita.

3. Mengurangi asupan energi, sehingga tercapai penurunan berat badan sebanyak ½ - 1 kg/ minggu. 2.5.3.3.2 Syarat Diet Rendah Energi

Syarat-syarat Diet Rendah Energi adalah :

1. Diet Rendah Energi ditujukan untuk menurunkan berat badan. Pengurangan dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kebiasaan makan dari segi kualitas maupun kuantitas.

2. Protein sedikit lebih tinggi, yaitu 1 – 1,5 kg/ kg/ BB/ hari atau 20% dari kebutuhan energi total.

3. Lemak sedang yaitu 15% dari kebutuhan energi total. Usahakan sumber lemak berasal dari makanan yang mengandung lemak tidak jenuh ganda yang kadarnya tinggi.

4. Karbohidrat sedikit lebih rendah, yaitu 65% dari kebutuhan energi total. Gunakan lebih banyak sumber karbohidrat kompleks untuk memberi rasa kenyang dan mencegah konstipasi.

Prinsip untuk menentukan Angka Kecukupan Energi didasarkan pada pengeluaran energi dimana komponen Basal Metabolic Rate ( B M R ) merupakan komponen utama. Nilai BMR ditentukan oleh berat dan susunan tubuh serta usia dan jenis kelamin. Secara sederhana nilai BMR dapat ditaksir dengan menggunakan rumus regresi linier sebagai berikut :

Tabel 2.3 Tabel Basal Metabolic Rate/ BMR (FAO/ WHO/ UNU, 1985)

Kelompok Umur (tahun) BMR (Kkal/ hari) Laki-laki Wanita 0 – 3 60,9 BB + 54 61,0 BB + 51 3 – 10 22,7 BB + 495 22,5 BB + 499 10 – 18 17,5 BB + 651 12,2 BB + 746

18 – 30 15,3 BB + 679 14,7 BB + 496 30 – 60 11,6 BB + 879 8,7 BB + 829

> 60 13,5 BB + 487 10,5 BB + 596

Keterangan :

BB = Berat Badan (dapat digunakan actual weight atau BB ideal/ normal tergantung tujuan)

Angka Kecukupan Gizi (AKG) setiap individu akan berbeda sesuai dengan kondisi masing-masing. Untuk mengukur AKG bagi orang dewasa secara cepat, kebutuhan kalori/energi.

Tabel 2.4 Tabel Angka Kecukupan Gizi/ AKG (FAO/ WHO/ UNU, 1985)

2.6 Penatalaksanaan Diet Hipertensi Berdasarkan Model Kuantitatif Matematika (Kuantitatif)

Pelaksanaan dalam penentuan menu makanan bagi penderita hipertensi ini akan dilaksanan untuk membatasi makanan yang dapat meningkatkan kadar kolesterol darah serta meningkatkan tekanan darah. Dalam memperoleh hasilnya akan dihitung berdasarkan rumus

Jenis Kelamin

Angka Kecukupan Gizi (Kkal/ hari) Ringan Sedang Berat Laki-laki 1,56 x BMR 1,76 x BMR 2,10 x BMR

penghitungan sebagai berikut :

Contoh Kasus :

Pengaturan menu makanan pada seorang penderita hipertensi laki-laki dengan tekanan darah = 160/100 mHg, umur 55 tahun, tinggi badan = 175 cm, berat badan = 80 kg, dan dengan aktivitas ringan.

80

IMT = --- = 26,13 (kegemukan) 1,75 x 1,75

Menurut status gizi yang di dapat sesuai dengan jenis kelamin, tinggi badan, dan berat badan laki tersebut maka diperoleh hasil bahwa

Dokumen terkait