• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Setiap ekspresi kebudayaan di Indonesia memancarkan hal-hal yang positif setidaknya untuk masyarakat yang menjalankan kebudayaan tersebut. Ekspresi estetik Masyarakat Manggarai dalam menjalani kehidupan di dunia nampak dalam penghormatan mereka terhadap Wujud Tertinggi dan arwah para leluhur. Bentuk ekspresi itu membenda dalam arsitektrur Mbaru Gendang atau Rumah adat masyarakat Manggarai. Orang Manggarai menjadikan rumah dan Rumah adat mereka sebagi alam kecil dari pengalaman mereka akan alam yang lebih besar.

Bagi orang Manggarai rumah adat atau Mbaru Gendang adalah gambaran dari mikrokosmos, makrokosmos dan metakosmos sakaligus. Fenomena ini juga terdapat hampir di setiap suku yang ada di Nusantara. Membangun rumah bukan sekedar masalah mikrosmos atau manusia saja tetapi juga memperhitungkan makrokosmos atau alam yang lebih besar kedudukannya dari manusia. Manusaia membutuhkan alam untuk menghadirkan Metakosmos atau fenomena yang tidak kelihatan seperti Wujud Tertinggi dan arwah para leluhur. Pola Rumah dan Kampung Wae Rebo didominasi oleh lingkaran yang merupakan simbol dari persatuan dan kesatuan orang Wae Rebo. Rumah adat adalah rumah bersama masyarakat dalam kampung, di dalamnya ada aktivitas sakral dan profan, semua masalah bersama di selesaikan dalam Rumah adat, sehingga persatuan dan kesatuan serta keadilan selalu menjadi falsafah atau ideologi yang terus terjaga.

Orang Manggarai khususnya Wae Rebo melihat Rumah adat sebagai simbol dari seorang ibu, rumah adalah Rahim yang melahirkan manusia.

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sebagai masyarakat Peladang, pola tiga menjadi pola yang mendominasi, namun selain pola tiga di Manggarai juga terdapat pola dua dan pola lima, hal ini membuktikan bahwa di Manggarai terdapat percampuran budaya Nusantara.

Artefak adalah sebuah karya seni termaksud Mbaru Gendang atau Rumah adat. Artefak Rumah adat ini memiliki nilai-nilai positif bukan saja untuk masyarakat penciptanya tetapi juga bagi masyarakat umumnya. Penghargaan terhadap lingkungan alam dan tradisi alah contoh positif dari masyarakat Wae Rebo yang patut ditiru. Selain itu nilai persatuan dan kesatuan yang selalu menekankan rasa keadilan harus bisa menjadi bahan pembelajaran bagi setiap orang. Hal ini sekaligus menjadi cita-cita Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang heterogen yang disatukan dalam bingkai Pancasila sebagai dasar dan Ideologi Negara.

B. Saran

Masyarakat Manggarai hendaknya mencontohi teladan masyarakat Wae Rebo dalam upaya menjaga tradisi atau warisan leluhur, misalnya dalam pemugaran artefak Mbaru Gendang. Sebab Rumah adat di Manggarai semakin mengalami perubahan ke arah yang lebih modern, namun sering melupakan esensi dari falsafah dari mana dan mengapa Rumah adat itu terbentuk.

Pemerintah, khususnya Pemerintah Daerah harus berusaha untuk mensosialisasikan kepada masyarakat Manggarai pentingya menjaga kebudayaan Manggarai. Selain itu Pemerintah harus mengenal lebih dekat setiap daerah di Manggarai yang memiliki potensi pariwisata, karena itu selain sosialisasi Pemerintah harus turun tangan dan terlibat langsung dalam mengidentifikasi setiap artefak yang ada pada masyarakat.

Pembelajaran tentang Mbaru Gendang harus mejadi pertimbangan bagi para guru, khususnya bagi para guru di Nusa Tenggara Timur. Falsafah tentang persatuan, kesatuan dan rasa keadilan bisa menjadi bahan ajar pendidikan

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

karakter di sekolah dengan tujuan agar rasa persatuan dan keadilan menjadi falsafah hidup setiap siswa yang akan menjadi penerus Bangsa.

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Daftar Pustaka

Alwasilah, Chaedar A. (2008). Pokoknya Kualitatif. Jakarta; Dunia Pustaka Jaya.

Alwasilah, A. Chaedar, Suryadi Karim dan Karyono Tri. (2009). Etnopedagogi,

Landasan Praktek Pendidikan dan Pendidikan Guru. Bandung: Kiblat.

Bertens, K. (2013). Etika. Yogyakarta: Kanisius.

Daeng, Hans J. (2005). Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Dagur, Antony Bagul. (1996). Kebudayaan Manggarai Sebagai Salah Satu

KhasanahKebudayaan Nasional. Surabaya : Ubhara Press.

Danesi, Marcel. (2004). Pesan, Tanda dan Makna. Yogyakarta : Jalasutra.

Deki, Kanisius Teobaldus. (2011). Tradisi Lisan Orang Manggarai, Membidik

Persaudaraan dalam Bingkai Sastra. Jakarta : Parrhesia Institute Jakarta.

Djelantik, A.A.M. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Endrawarsa, Suwardi. (2013). Pendidikan Karakter Dalam folklore, Konsep, Bentuk,

dan Model. Yogyakarta: Pustaka Rumah Suluh.

Gollwitzer, Gerhard. (1995). Mari Berkarya Rupa. Bandung : Penerbit ITB.

Hardiman, F. Budi. (2009). Menuju Masyarakat Komunikatif. Yogyakarta : Kanisius.

Koentjaraninggrat. (1990). Sejarah Teori Antropologi II. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia.

Marshall Chaterine dan Rossman Grethen B. (2006). Designing Qualitative Research. California; Sage Publications, Inc.

Pamadhi, Hadjar, dkk. (2009). Pendidikan Seni di Sd. Jakarta: Universitas Terbuka. Universitas Pendidikan Indonesia. (2012). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah.

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Rapar, J. Hendrik. (1996). Pengantar Filsafat. Yogyakarta; Kanisius.

Rawls, John. (1995). A Theory Of Justice, Teori Keadilan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Rohidi, R. Tjetjep. (2012). Metode Penelitian Seni. Semarang; Cipta Prima Nusantara.

Sachari, Agus. (2005). Pengantar Metodologi Penelitian Budaya Rupa, Desain,

Arsitektur, Seni Rupa dan Kriya. Jakarta; Erlangga.

Seran, Sixtus Tey, dkk. (2005). Laporan Hasil Penelitian Arsitektur Rumah

Tradisional Todo Desa Todo, Kecamatan Satar Mese Kabupaten Manggarai.

Kupang : UPTDI Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT.

Sumardjo, Jakob. (2010). Estetika Paradoks. Bandung; Sunan Ambu Press.

Sumardjo, Jakob. (2000). Filsafat Seni. Bandung; Penerbit ITB.

Sumardjo, Jakob. (2011). Sunda Pola Rasional Budaya. Bandung : Kelir.

Toda S. Dami. (1999). Manggarai Mencari Pencerahan Histografi. Ende: Nusa Indah.

Verheijen, A.J. (1991). Manggarai Dan Wujud Tertinggi. Jakarta: LIPI-RUL.

Dokumen

Laksana, Deddy Award Widya. (2012). “ Desain Identitas Perusahaan”. Bahan ajar

Universitas Dian Nusantoro, Semarang.

Majalah

Antar, Yori. (2012). “Neka Hemong Wae Rebo”. Majalah Backpackin, Edisi agustus-

september 2012. Hal : 30-32 disadur dari Buku Pesan Dari Wae Rebo).

Internet

http://www.indonesia.travel/id/news/detail/819/unesco-top-award-of-excellence- 2012-for-wae- rebo-s-mbaru-niang-traditional-houses-on-flores), diakses pada tangal 15 Juni 2013)

Efraim Jehane Pranamantara, 2014

Sistem pengetahuan masyarakat Manggarai tentang makna arsitektur Mbaru Gendang Di Manggarai Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

http://pandukosutan2011.wordpress.com/2011/10/05/kieh-pasambahan-manjapuik- marapulai-penganten-pria-minangkabau/, diakses pada tanggal 13 Februari 2014). http://www.go-komodotours.com/flores-destination/mbaru-wunut.htm, diakses pada tanggal 14 Februari).

http://www.indonesia.travel/id/destination/701/ruteng/article/124/cancar-di- manggarai-sawah-jaring-laba-laba-raksasa, diakses pada tanggal 14 April 2014)

Dokumen terkait