• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV SUPENI DALAM PERJALANAN SEJARAH NASIONAL TAHUN 1945-1970

KESIMPULAN DAN SARAN

Sejarah panjang Indonesia diwarnai dengan berbagai catatan peristiwa penting yang dibuat oleh perempuan maupun laki-laki. Mereka bersama-sama berjuang baik untuk kalangannya sendiri maupun untuk negara. Perjuangan yang dilakukan kaum perempuan meliputi berbagai bidang dan semua itu bermuara pada sebuah proses emansipasi. Dilihat dari sudut pandang historiografi perempuan di Indonesia, Supeni merupakan salah satu tokoh yang sedikit sekali mendapatkan perhatian untuk dihadirkan dalam berbagai literatur sejarah. Keadaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor :

Pertama, kuatnya dominasi laki-laki, sehingga perempuan mengalami

“peminggiran” dalam berbagai tulisan sejarah, terlihat dari banyaknya tulisan sejarah yang mengangkat perjalanan dan peran tokoh laki-laki. Sedangkan secara kuantitas dan kualitas tulisan sejarah perempuan masih tertinggal. Hal ini terlihat dari sedikitnya tulisan sejarah yang mengangkat peran politik Supeni dalam perjalanan sejarah nasional.

Kedua, terbatasnya sumber yang berkaitan dengan Supeni maupun tokoh perempuan lainnya, terjadi karena paradigma yang berkembang dalam masyarakat dan menempatkan kaum perempuan dalam wilayah prifat, sedangkan kaum laki-laki ditempatkan dalam ranah publik, sehingga sedikit sekali catatan mengenai kaum wanita. Sumber-sumber yang berkaitan langsung dengan Supeni pun terbilang sangatlah sedikit, entah karena paradigma yang ada atau memang masih sedikit orang yang berminat mengulas peran dan kehidupan politik Supeni.

Ketiga, terjadi perebutan hegemoni kekuasaan, kaum perempuan dianggap individu lemah dan masuk dalam ruang sebagai makhluk yang harus dilindungi, sedangkan kaum laki-laki digambarkan sebagai pribadi yang mempunyai banyak power. Hadirnya Supeni sebagai tokoh yang mengalami “pengaleniasian” dalam

historiografi perempuan di Indonesia bukanlah sebagai serangan bagi dominasi tulisan sejarah kaum laki-laki. Akan tetapi, kajian mengenai Supeni mengingatkan kembali bahwasannya tulisan sejarah di Indonesia itu harus berimbang bagi kaum

perempuan dan laki-laki. Untuk itu dibutuhkan tulisan sejarah androgynous

tulisan yang tidak memihak kepada dominasi maskulin dan tidak juga condong ke feminim. Sebuah tulisan sejarah yang dapat mengakomodir ruang dari kedua makhluk tersebut, sehingga tidak muncul anggapan adanya kelompok yang diabaikan dalam tulisan sejarah di Indonesia. Penggunaan pendekatan gender juga dimungkinkan untuk mengungkap secara nyata siapa melakukan apa, kapan, untuk berapa lama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan negara.

Keempat, minimnya minat baik sejarawan akademik maupun non akademik untuk menuliskan tokoh seperti Supeni maupun tokoh perempuan lainnya. Dimana terdapat juga perdebatan antara kaum perempuan dan laki-laki mengenai siapa yang pantas menulis sejarah perempuan. Walaupun pada hakikatnya siapapun orangnya berhak untuk menuliskan sejarah perempuan, asalkan dengan dengan sudut pandang yang sewajarnya.

Kelima, minimnya minat dari perempuan itu sendiri untuk mengungkap sejarah kaumnya. Terlihat dari berbagai tulisan sejarah perempuan yang ada lebih banyak ditulis oleh kaum laki-laki dan dengan sudut pandang kaum laki-laki, sedangkan kaum perempuan sendiri belum menunjukkan progres yang signifikan.

Apa yang terjadi dengan Supeni memberikan gambaran yang sudah seharusnya didapatkan oleh kaum perempuan untuk memiliki derajat yang sama baik dalam bidang politik, sosial dan ekonomi. Kaum perempuan sudah tidak lagi harus merasa menjadi second sex yang harus mundur ketika terjadi proses pemilihan, hak mereka kini sama seperti hak yang diperoleh kaum laki-laki. Kesemuanya merupakan upaya kaum perempuan dalam proses emansipasi, dan untuk menghilangkan pandangan negatif bahwa perempuan hanya kelas sosial setelah kaum laki-laki, lebih dari itu perempuan mempunyai hak yang sama seperti laki-laki dalam tulisan sejarah di Indonesia.

Kajian Supeni dalam historiografi perempuan di Indonesia semoga dapat bermanfaat bagi pengembangan materi di Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia, dan sebagai masukan bagi sejarawan akademik, non akademik maupun orang-orang yang hendak menulis sejarah Indonesia sudah selayaknya menghadirkan tulisan sejarah Indonesia yang berimbang bagi

perempuan dan laki-laki. Selain itu, diharapkan tulisan ini menjadi masukan bagi para pendidik sejarah di tingkat sekolah khususnya, untuk terus mengembangkan materi pembelajaran sejarah di sekolah. Materi mengenai tokoh-tokoh perempuan dapat digali lebih dalam dan mengangkat tokoh-tokoh lain diluar tokoh-tokoh perempuan yang sudah sering disampaikan.

Bagi mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan Indonesia, yang hendak melakukan penelitian tentang sejarah perempuan sebaiknya memperhatikan betul sudut pandang yang digunakan, sehingga diharapkan dapat meminimalisir mengungkap sudut pandang perempuan melalui bahasa kaum laki-laki.

DAFTAR PUSTAKA

Adam, Asvi Warman. (2010). Menguak Misteri Sejarah. Jakarta: Kompas.

Arivia, Gadis. (2000). Soekarno dan Gerakan Perempuan: Kepentingan Bangsa Versus Kepentingan Perempuan. Artikel. Jakarta: Kompas.

Darmayana, H. (28 Februari 2012). Supeni, Figur Wanita Marhaenis. [Online]. Tersedia di : http://www.berdikarionline.com. [Diakses di Bandung, 25 Juni 2012].

Epsten, B. (2004). “Gerakan Perempuan dan Kesadarannya”. Dalam Jurnal

Perempuan.

Esje, G. (1997). Ketidakadilan Gender Dalam Diskursus Kekuasaan. Jurnal Wacana No. 7/ Maret-April 1997.

Fatimah, S. (2004). Negara dan Perempuan: Fujinkai (1943-1945) dan Dharma Wanita (1974-1999). Disertasi Dokter FIB UI.

Fatimah, S. (2008). “Perspektif Gender dalam Historiografi Indonesia: Pentingnya

Penulisan Sejarah Androginous”. Makalah dalam Titik Balik Historiografi

di Indonesia. Penyunting : Djoko Marihandono. Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan Departemen Sejarah FIB UI.

Gamble, Sarah (ed.). (2010). Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme. Yogyakarta: Jalasutra.

Gandadiputra, M. (1985). “Peran Wanita dari Abad ke Abad”. Makalah dalam

Emansipasi dan Peran Ganda Wanita Indonesia Suatu Tinjauan Psikologis. Editor : S.C. Utami Munandar. Jakarta: UI PRESS.

Goffar, dkk. (1999). Potret Perempuan (Tinjauan Politik, Ekonomi, Hukum di Zaman Orde Baru). Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Gottschalk, L. (1969). Mengerti Sejarah. Penerjemah: Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI-Press.

___________. (1986). Mengerti Sejarah. Penerjemah: Nugroho Notosusanto. Jakarta: UI-Press.

Hadiz, Liza. (2004). Perempuan dalam Wacana Politik Orde Baru. Jakarta: Awan Dewangga.

Hellwig, Tineke. (2007). Citra Kaum Perempuan di Hindia Belanda. Penerjemah: Mien Joebhaar. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Humaeroh, Ima. (2011). Peranan KOWANI Pada Masa Orde Lama dan Orde Baru (Studi Pengembangan Pola Gerakan Perempuan di Indonesia). Skripsi Sarjana pada Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI Bandung: tidak diterbitkan.

Isbodroini, S. (1995). “Peranan Sosialisasi Politik Terhadap Partisipasi Politik

Perempuan”. Dalam Kajian Wanita dalam Pembangunan. Penyunting:

T.O. Ihromi. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Kamisa. (1997). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Dilengkapi: Ejaan yang disempurnakan dan kosakata baru. Surabaya: Kartika.

KOWANI. (1978). Sejarah Setengah Abad Pergerakan Wanita Indonesia. Cetakan Pertama. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Kuntowijoyo. (2003). Metodologi Sejarah. Edisi kedua. Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.

___________. (2005). Pengantar Ilmu Sejarah. Yogyakarta: PT. Bentang Pustaka.

Lapian, dkk. (1996). Terminologi Sejarah 1945-1950 dan 1950-1959. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan RI.

Moendjijah, S. (2007). “Derajat Perempuan”. Dalam Kongres Perempuan

Pertama Tinjauan Ulang. Oleh Susan Blackburn. Penyunting : Monique Soesman. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia dan KITLV-Jakarta.

Mulia, SM. dan Farida, A. (2005). Perempuan dan Politik. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Musem Konferensi Asia Afrika. (2011). Perjalanan 50 Tahun Gerakan Non Blok. [Brosur]. Bandung: Departemen Luar Negeri RI dan Museum Konferensi Asia Afrika.

Nordholt, HS., Purwanto, B., Saptari, R. (ed.). (2008). Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia KITLV-Jakarta dan Pustaka Larasan.

Onghokham. (1991). Kekuasaan dan Seksualitas: Lintasan Sejarah Pra dan Masa Kolonial. Jakarta: Prisma.

Pringgodigdo, A.K. (1960). Sedjarah Pergerakan Rakjat Indonesia. Cetakan Keempat. Jakarta: P.T. Pustaka Rakjat.

Priyono, dkk. (2003). Gerakan Pro Demokrasi di Indonesia Pasca Soeharto. Jakarta: DEMOS.

Reid, Anthony. (2011). Asia Tenggara Dalam Kurun Niaga 1450-1680 Tanah di Bawah Angin (Terj.). Jilid Pertama. Kata Pengantar : Onghokham. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Richmanto, A.D. (17 Agustus 2011). PNI dan Mengenal Kiprah Ibu Hj. Supeni. [Online].Tersedia di: http://www.nasionalisrakyatmerdeka.wordpress.com. [Diakses di Bandung, 25 Juni 2012].

Ricklefs, M.C. (2010). Sejarah Indonesia Modern 1200-2008. Jakarta: PT Serambi Ilmu Semesta.

Ritzer, G., Goodman, D.J. (2010). Teori Sosiologi Modern. Edisi keenam. Jakarta: Kencana.

Rumadi dan Fathurahman, W.K. (2010). Perempuan dalam Relasi Agama dan Negara. Jakarta: Komnas Perempuan.

Rosiyati. (2006). Sepintas Gerakan Wanita Indonesia Dalam Perkembangan Sejarah. [Online]. Tersedia di

http://www.opensubcriber.com/message/zamanku@yahoogroups.com/495 8856.html. [Di akses di Bandung, 22 Oktober 2012].

Sinaga, D. (25 Juni 2004). Tokoh KOWANI, Supeni Meninggal Dunia. TEMPO [Online]. Tersedia di http://www.tempo.co/read/news/2004/06/25/Tokoh-Kowani-Supeni-Meninggal-Dunia. [Diakses di Bandung, 25 Juni 2012]. Sjamsuddin, H. (1996). Metodologi Sejarah. Jakarta: Depdikbud Direktorat

Pendidikan Tinggi Proyek Tenaga Akademik.

_____________. (2007). Metodologi Sejarah. Yogyakarta: Ombak.

Stuers, Cora Vreede-De. (2008). Sejarah Perempuan Indonesia. Gerakan dan Pencapaian. Pengantar : Ruth Indiah Rahayu. Diterjemahkan oleh : Elvira Rosa, dkk. Jakarta: Komunitas Bambu.

Subadio, M. Ulfa dan Ihromi, T.O. (1983). Peranan dan Kedudukan Wanita Indonesia. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Sukarno, Ir. (1965). Dibawah Bendera Revolusi. Jilid pertama, Cetakan keempat. Jakarta: Panitia Penerbit Dibawah Bendera Revolusi.

Sukarnoputri, R. (1985). “Peranan Wanita Dalam Kehidupan Politik di Indonesia”. Makalah dalam Perempuan Indonesia Pemimpin Masa Depan. Penyunting : Mely G. Tan. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Supardan, D. (2007). Pengantar Ilmu Sosial Sebuah Kajian Pendekatan Struktural. Kata pengantar : Prof. Dr. H. S. Hamid Hasan, M.A. Jakarta: Bumi Aksara.

Suryochondro, S. (1984). Potret Pergerakan Wanita di Indonesia. Cetakan pertama. Jakarta: CV. Rajawali.

Syarqy, Ahmad. (2004). “Peranan Wanita dalam Politik”. Kompas. (1 November

2004).

Tholkhah, I. (2004). Anatomi Konflik Politik di Indonesia: Belajar dari Ketegangan Politik Varian di Madukuro. Edisi Pertama, Cetakan Ketiga. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Thornham, Sue. (2010). “Gerakan Feminisme Gelombang Kedua”, dalam Pengantar Memahami Feminisme dan Postfeminisme. Editor: Sarah Gamble. Yogyakarta: Jalasutra.

Tista, P. (1989). Supeni Wanita Utusan Negara. Jakarta: PT Pembimbing Masa. Tn. (26 Juni 2004). Hj. Supeni (1917-2004) Potret Perempuan Pejuang. [Online].

Tersedia di : http://ensiklopeditokohindonesia.com. [Diakses di Bandung, 25 Juni 2012].

Universitas Pendidikan Indonesia. (2008). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Vickers, A. (2008). “Mengapa tahun 1950-an penting bagi kajian Indonesia”.

Dalam Perspektif Baru Penulisan Sejarah Indonesia. Editor: Henk Schulte Nodholt, Bambang Purwanto, Ratna Saptari. Edisi Pertama. Jakarta: Pustaka Larasan dan Yayasan Obor Indonesia – KITLV.

Wieringa, Saskia E. (1999). Penghancuran Gerakan Perempuan di Indonesia. Jakarta: Garba Budaya.

Winarti, M. (2007). “Sejarah Wanita di Tingkat Lokal”, dalam Sejarah Lokal :

Penulisan dan Pembelajaran. Editor: Agus Mulyana dan Restu Gunawan. Bandung: Salamina Press.

Zuhdi, Susanto. (2008). “Metodologi Strukturistik Dalam Historiografi Indonesia:

Sebuah Alternatif”. Makalah dalam Titik Balik Historiografi di Indonesia.

Penyunting Djoko Marihandono. Jakarta : Penerbit Wedatama Widya Sastra bekerja sama dengan Departemen Sejarah FIB UI.

Wawancara :

Wawancara dengan Agus Supartono. S.Ak., anak keempat Ibu Supeni (57 tahun), tanggal 09 Januari 2013 di Jalan Sriwijaya Nomor 19 Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.

Wawanacara dengan Ir. Endang W. Rama Boedi, M.Sc., Sekretaris Jenderal KOWANI (55 tahun), tanggal 10 Januari 2013 di Gedung KOWANI, Jalan Imam Bonjol Jakarta Pusat.

Wawancara dengan Nyonya. Kartini Sujendro, SH., salah satu penyusun buku “Supeni Wanita Utusan Negara” (65 tahun), tanggal 9 Januari 2013 di Jalan Cibulan Raya Nomor 17 Kebayoran Baru Jakarta Selatan.

Dokumen terkait