• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERANAN SUPENI DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1945-1970.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PERANAN SUPENI DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1945-1970."

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PERANAN SUPENI DALAM BIDANG POLITIK TAHUN 1945-1970

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana

Pendidikan Jurusan Pendidikan Sejarah

Oleh :

KHUSNA

0807003

JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH

FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PERANAN SUPENI DALAM BIDANG

POLITIK TAHUN 1945-1970

Oleh

KHUSNA

Sebuah Skripsi Yang Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pada Fakultas Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

© Khusna 2013

Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,

(3)
(4)

ABSTRAK

(5)

ABSTRACT

(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ………. i

KATA PENGANTAR ………. ii

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii

DAFTAR ISI ……… iv

DAFTAR GAMBAR……….………... vi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian ………...….……...…1

1.2 Rumusan Masalah Penelitian ..……….. 6

1.3 Tujuan Penelitian…..……… 7

1.4 Manfaat Penelitian.……… 7

1.5 Metode dan Teknik Penelitian………...……… 8

1.5.1 Metode Penelitian………...………... 8

1.5.2 Teknik Penelitian……….…..………. 10 1.6 Sistematika Penulisan ………. 11

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Peran Wanita dalam Panggung Sejarah Indonesia ………..… 15

2.2 Pergerakan Perempuan Pada Masa Revolusi Kemerdekaan ……... 21

2.3 Historiografi Tentang Wanita di Indonesia……….. 26

BAB III METODOLOGI DAN TEKNIK PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian……..………...………... 31

3.2 Teknik Penelitian………..………..…………. 33

3.3 Persiapan Penelitian ……… 35

3.3.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian……… 35

3.3.2 Penyusunan Rancangan Penelitian………. 36

3.3.3 Mengurus Perizinan ………... 37

3.3.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian ……… 37

(7)

3.4 Pelaksanaan Penelitian………..………... 38

3.4.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)………... 38

3.4.2 Kritik Sumber……….…..40

3.4.3 Interpretasi (Penafsiran Sumber ………. 43

3.4.4 Historiografi ...………...………. 44

BAB IV SUPENI DALAM PERJALANAN SEJARAH NASIONAL TAHUN 1945-1970 4.1 Latar Belakang Keterlibatan Supeni dalam Organisasi Politik di Indonesia ………. 47

4.2 Keterlibatan Supeni dalam Organisasi Politik …………... 51

4.2.1 Peran Supeni dalam Organisasi Perempuan ... 51

4.2.2 Peran Supeni dalam Partai Politik ... 59

4.2.3 Peran Supeni dalam Politik Luar Negeri ... 66

4.3 Dampak Keterlibatan Supeni dalam Politik Terhadap Perkembangan Politik di Indonesia ………... 77

4.3.1 Perkembangan Politik Tahun 1945-1965 ... 77

4.3.2 Perkembangan Politik Tahun 1966-1970 ... 82

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ………..………….. 87

DAFTAR PUSTAKA ……….. 90

(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1 Supeni dan Perwari dalam Sebuah Demontrasi Menentang UU No. 19 Tentang Pensiun Untuk Para Janda ……… 55 Gambar 4.2 Supeni Berkampanye Bersama PNI Untuk Pemilu Tahun 1955... 63 Gambar 4.3 Supeni dalam Sidang Majelis Umum PBB di New York Perihal

Irian Barat ………. 70

(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH PENELITIAN

Sejarah panjang Indonesia tentunya tidak dapat dipisahkan dari keberadaan

perempuan dan laki-laki, mereka bersama-sama berjuang untuk membangun

Indonesia menuju titik kemajuan. Namun, ketika peran kaum perempuan

dituliskan dalam sejarah hal itu ternyata berbeda, baik dari segi kuantitas maupun

perhatian sejarawan untuk membahas mengenai sejarah perempuan. Hal inilah

yang membuat penulisan sejarah perempuan di Indonesia masih tertinggal dari

ilmu-ilmu sosial – terutama kajian tentang women studies (Kuntowijoyo, 2003:

113). Perbedaan tersebut bisa jadi dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik itu dari

sejarawan maupun paradigma yang berkembang mengenai perempuan dan

laki-laki.

Lebih jauh Siti Fatimah mengungkapkan beberapa alasan mengapa

penulisan sejarah perempuan di Indonesia tergolong lambat apabila dibandingkan

dengan ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi. Pertama, adanya paradigma yang

keliru tentang sejarah perempuan, banyak pendapat yang menganggap masalah

perempuan itu ranah domestik. Sementara urusan keilmuan merupakan ranah

publik yang identik dengan dunia pria. Kedua, dari segi metodologi yaitu adanya

perspektif yang keliru tentang dunia perempuan berpengaruh kepada faktor

lainnya yakni persoalan metodologi dan sumber. Oleh karena urusan perempuan

dianggap prifat, sedangkan sebagian besar dokumen berurusan dengan ranah

publik, maka tidak tertutup kemungkinan, perempuan luput dan terabaikan dari

catatan sejarah (Fatimah, 2008: 385-386).

Posisi sejarah yang mengkaji perempuan khususnya di Indonesia, belum

mendapatkan keberimbangan secara kuantitas maupun kualitas dibandingkan

dengan penulisan sejarah Indonesia yang lebih fokus kepada laki-laki. Minimnya

perhatian untuk memunculkan peran tokoh perempuan dalam sejarah Indonesia

bukan karena keterbatasan, kemampuan atau perhatian, tetapi karena memang ada

(10)

404). Hal tersebut terlihat dari masih minimnya tulisan sejarah yang mengangkat

tokoh-tokoh perempuan serta masih sedikitnya tulisan yang menggambarkan

peran politik dari seorang tokoh perempuan.

Selain adanya upaya-upaya untuk mengesampingkan kaum perempuan,

perlu diperhatikan juga dari berbagai judul karangan, judul seminar dan makalah,

ketika membahas mengenai perempuan selalu memakai kata “peranan” sebagai

tema pokoknya, seakan-akan perempuan hanya penyumbang terhadap jalannya

sektor-sektor sosial dan ekonomi (Kuntowijoyo, 2003: 114). Padahal, tidak hanya

dalam urusan dapur (domestik) saja perempuan mempunyai peran, perempuan

pun mengambil bagian untuk berperang dan mempertahankan kemerdekaan

Indonesia serta mengisi ruang-ruang publik yang didominasi laki-laki. Keadaan

tersebut dapat terjadi karena dari masing-masing individu perempuan maupun

laki-laki.

Problematika perempuan untuk dihadirkan dalam tulisan sejarah tidak

sepenuhnya luput dari perhatian para sejarawan. Karena sebenarnya sudah banyak

tulisan sejarah dari perempuan yang dihadirkan, seperti tulisan tentang tokoh Ken

Dedes, Tribhuwanatunggadewi, Sultanah Seri Ratu Alam Safiatun, R.A. Kartini,

Dewi Sartika, Maria Walanda, Cut Nyak Din, Cut Mutia, Matha Christina

Tiahahu, S.K. Trimurti, B.M. Diah, dan tokoh perempuan lainnya (Kuntowijoyo,

2003: 121; Winarti, 2007: 257). Walaupun begitu, terkadang masyarakat masih

terpaku pada tokoh-tokoh yang sering diperbincangkan, diluar itu kita mengalami

kesulitan untuk mengakses sumber-sumbernya.

Apa yang dialami kaum perempuan dalam tulisan sejarah di Indonesia

ternyata sulit untuk dihindari dan harus disikapi secara kritis dengan analisis yang

tajam, meskipun terkadang perempuan ditampilkan dalam sejarah namun tidak

lebih sebagai “pelengkap” yang “dikonstruksikan” dalam budaya patriakhis yang

selalu memihak laki-laki dan untuk kepentingan laki-laki. Kalau kita telaah

perjalanan perempuan ketika Indonesia mengalami perang kemerdekaan,

menempatkan sosok perempuan terlibat perannya hanya di dalam dapur umum

saja (Fatimah, 2008: 384). Rupanya diskusi antara laki-laki dan perempuan, baik

(11)

sebelumnya, seperti yang diungkapkan Ir. Sukarno dalam buku “Di Bawah

Bendera Revolusi” bahwa :

“Kaum perempuan tidak tjukup dengan mengedjar dan mendapat persamaan hak dengan laki-laki sahadja. Kaum laki-laki boleh djadi pegawai paberik, berpolitik, mendjadi advocaat, mendjadi guru, mendjadi anggauta parlemen, kenapa kaum perempuan tidak” (1965: 246).

Keadaan yang dialami kaum perempuan dalam literatur sejarah rupanya

juga terjadi dalam sosok Supeni. Hal ini terlihat dari masih sedikitnya tulisan

sejarah untuk menampilkan peran Supeni dalam bidang politik, sedikitnya tulisan

yang mengangkat peran Supeni dalam bidang politik bukan tanpa dasar dan

alasan. “Sejak tahun 1997, lebih dari 1.700 buku sejarah Indonesia diterbitkan,

dari sekian banyak itu hanya 2 persen saja yang membahas dan menyinggung masalah perempuan” (Fatimah, 2008: 387). Itu artinya, hanya sekitar 34 judul buku sejarah yang secara spesifik membahas perempuan, dan tidak lebih dari lima

judul buku yang mengulas peran-peran Supeni, itupun dengan kadar pembahasan

yang bervariasi.

Perhatian untuk menuliskan peranan Supeni rupanya tidaklah mudah,

karena masih timbul perdebatan mengenai siapa yang berhak menuliskan sejarah

perempuan. Akan tetapi, siapapun orangnya mempunyai hak untuk menulis

sejarah perempuan dengan menitikberatkan akan keberadaan perempuan yang

selanjutnya ditempatkan pada porsi yang wajar dalam perjalanan umat manusia

(Winarti, 2007: 258). Maka dari itu, untuk mencapai keberimbangan dalam

penulisan sejarah serta memunculkan peran-peran Supeni, dibutuhkan perhatian

khusus baik oleh sejarawan laki-laki maupun sejarawan perempuan itu sendiri

serta diperlukan upaya nyata untuk memunculkan kembali tokoh perempuan baik

dari kalangan elite maupun dari kalangan biasa.

Sebagai catatan ketika Indonesia memasuki periode awal kemerdekaan

tahun 1945, sosok Supeni berperan aktif disetiap perjalanan pergerakan organisasi

perempuan Indonesia, dimana beliau menjadi Ketua Kongres Wanita Indonesia

ke-IV yang diselenggarakan di Solo dari 26-28 Agustus 1948. Hasil dari kongres

(12)

perkawinan, mengatasi masalah yang berhubungan dengan permintaan atas

perempuan pekerja, dan penelitian tentang kesehatan masyarakat. Selain itu,

peserta kongres menyetujui dasar aktivitas organisasi mereka pada lima prinsip

dasar Pancasila (Stuers, 2008: 177-178).

Perjuangan dan peran Supeni tidak berhenti sampai disitu, beliau

kemudian menyelenggarakan kongres berikutnya pada 26 Agustus sampai 2

September 1949 di Yogyakarta, padahal beberapa bulan sebelumnya Yogyakarta

mendapat serangan dari pasukan Belanda. Namun, Supeni dan organisasi

perempuan yang menaunginya mampu melewati masa sulit, berlangsungnya

konferensi tersebut terbilang sukses dengan dihadiri oleh berbagai delegasi

organisasi perempuan dari dua wilayah yang bebas atau wilayah yang masih

diduduki Belanda. Walaupun Supeni memberikan peran yang cukup besar dalam

organisasi Kowani, namun ada hal yang menjadi pertanyaan besar dimana

namanya tidak tercantum pada halaman “sejarah singkat” (brief history) dalam

situs web milik Kowani (www.kowani.or.id), situs web tersebut pun tidak merinci

kehidupan pergerakan kaum perempuan pada periode 1946-1950 (Tn. [online],

2004).

Selain perannya dalam Kowani, Supeni juga aktif dalam partai politik serta

terlibat dalam persiapan untuk menyelenggarakan pemilihan umum pertama

kalinya pada tanggal 29-30 September 1955. Supeni bersama Partai Nasional

Indonesia aktif menyusun Rancangan Undang-Undang Pemilihan Umum dan

setelah undang-undang disahkan, Supeni ditunjuk menjadi ketua Panitia

Pemilihan Daerah Jakarta Raya dan sebagai ketua Badan Pekerja Panitia Aksi

Pemilihan Umum PNI (Tista, 1989: 53). Pemilu pertama kali ini dianggap sebagai

pemilihan umum yang paling jujur dan adil dalam sejarah pemilihan umum di

Indonesia. Setelah pemilihan umum untuk DPR, disusul memilih anggota-anggota

konstituante, dalam pemilihan ini Supeni terpilih sebagai anggota DPR dan

Konstituante dari PNI (Richmanto [online], 2011). Tugas dari konstituante ialah

menyusun konstitusi untuk Negara Republik Indonesia, UUD 1945 dan UUD

(13)

Gani, Ki Mangunsarkoro, Subagio Reksodipuro dan Lukman Hakim (Tista, 1989:

55).

Antara tahun 1949 sampai tahun 1966, karir dan peran Supeni dalam

bidang politik mengalami masa puncaknya. Sebagai catatan tahun 1960 Supeni

diangkat menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia

untuk Pemerintahan Amerika Serikat walaupun pada akhirnya jabatan tersebut

dibatalkan. Selanjutnya di tahun 1961, Supeni menjadi Duta Besar Keliling

Republik Indonesia sekaligus Pembantu Menteri Luar Negeri Urusan PBB dan

organisasi-organisasi internasional, Supeni ditugaskan Presiden Sukarno untuk

menemui pimpinan negara-negara Non Blok guna mensukseskan jalannya

Konferensi Tingkat Tinggi Non Blok di Beograd (Museum KAA [Brosur], 2011).

Supeni juga memperjuangkan kembalinya Irian Barat ke pangkuan Indonesia

melalui Konferensi Asia-Afrika tahun 1955 dan Sidang Umum DK PBB, berkat

kegigihannya ia dijuluki “The Irian Lady” (Tn. [online], 2004; Tista, 1989: 138).

Memasuki tahun 1962, Presiden Sukarno menugaskan Menteri Luar

Negeri Subandrio untuk mempersiapkan Konferensi Asia-Afrika yang ke II.

Subandrio menyarankan Supeni yang mempersiapkannya karena pada saat itu

Supeni berposisi sebagai Pembantu Menteri Luar Negeri urusan PBB dan

organisasi-organisasi internasional. Akan tetapi, kenyataan lain harus ia terima,

Subandrio mengatakan bahwa untuk mempersiapkan konferensi tersebut bukan

tugas Supeni, melainkan wewenang Pembantu Menteri Luar Negeri urusan

politik, Suwito Kusumo Widagdo (Tista, 1989: 213). Dan karena ada sesuatu hal

pelaksanaan Konferensi Asia-Afrika ke-II yang sedianya dilaksanakan tahun 1965

di Aljazair mengalami penundaan.

Pada masa pemerintahan Presiden Sukarno pula banyak bermunculan

organisasi perempuan dengan corak gerakannya yang masih khas. Akan tetapi,

ketika memasuki penghujung pemerintahan Orde Lama, gerakan perempuan

mengalami penghancuran secara ideologi dan politiknya sejak pecahnya Peristiwa

30 September 1965 melalui propaganda militer terhadap Gerwani yang dituduh

(14)

Dalam hal ini Supeni juga mengalami perlakuan yang tidak menyenangkan

melalui berbagai teror, karena beliau dianggap terlibat dalam peristiwa tersebut.

Memasuki masa transisi dari pemerintahan Orde Lama ke Orde Baru,

gerakan perempuan mengalami titik lemah, begitu juga dengan Supeni. Perannya

dalam politik dalam negeri mulai terpinggirkan ketika penghabisan pemerintahan

Presiden Sukarno dan ketika memasuki awal tahun 1970, ditandai dengan konflik

yang terjadi dalam tubuh partai serta karena Supeni dianggap sebagai orang yang

dekat dengan pemerintahan sebelumnya. Walaupun begitu, karir politik Supeni

sebenarnya belumlah selesai, namun memang semenjak berkuasanya Orde Baru

dan perpecahan yang terjadi dalam tubuh Partai Nasional Indonesia membuatnya

tidak lagi diperhitungkan dalam percaturan politik Indonesia. Supeni dipinggirkan

oleh kekuatan mainstream PNI yang pro Orde Baru karena dianggap dekat dengan

PNI Ali-Surahman yang Sukarnois dan kiri (Darmayana [online], 28 Februari

2012). Dinamika perjuangan dan peran Supeni dalam sejarah Indonesia,

mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul “Peranan Supeni

Dalam Bidang Politik Tahun 1945-1970”.

1.2 RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Berdasarkan latar belakang masalah penelitian yang disampaikan di atas,

peneliti melihat ternyata masih sedikit tulisan sejarah yang menampilkan peran

Supeni dalam organisasi politik di dalam perjalanan sejarah nasional pada kurun

waktu tahun 1945-1970. Pembahasan dibagi ke dalam tiga rumusan pertanyaan

penelitian yang saling berkaitan, penyusunan pertanyaan penelitian dimaksudkan

untuk mengarahkan pembahasan dan proses penelitian yang dilakukan. Ketiga

pertanyaan penelitian tersebut ialah:

1. Apakah yang Melatarbelakangi Supeni Terlibat dalam Kegiatan Politik Di

Indonesia?

2. Bagaimana Keterlibatan Supeni dalam Kegiatan Organisasi Politik?

3. Bagaimana Dampak Keterlibatan Supeni dalam Politik Terhadap

(15)

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian merupakan gambaran hasil yang ingin dicapai peneliti

setelah semua proses penelitian dilakukan, rumusan tujuan penelitian didasarkan

atas pokok pikiran rumusan masalah yang dituangkan dalam bentuk pertanyaan

penelitian, semua itu digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan

penelitian yang sudah dirumuskan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai

oleh peneliti. Selain itu, ada beberapa tujuan umum dari penelitian yang telah

peneliti tetapkan, yaitu :

1. Menganalisis perjalanan hidup dan awal keterlibatan Supeni dalam

organisasi yang berbasis politik, baik itu organisasi perempuan maupun

partai politik di Indonesia.

2. Menggambarkan peran-peran Supeni dalam organisasi perempuan baik

Kowani maupun Perwari, digambarkan juga dinamika kehidupan

organisasi perempuan yang terjadi pada saat itu.

3. Mendeskripsikan peran Supeni dalam tubuh partai politik, terutama pada

Partai Nasional Indonesia serta peran lainnya seperti dalam politik

internasional.

4. Mendeskripsikan dampak atau pengaruh politik bagi Indonesia yang

terjadi akibat keterlibatan Supeni dalam bidang politik, terutama pada

kurun waktu 1945-1965 dan tahun 1966-1970.

1.4 MANFAAT PENELITIAN

Penelitian mengenai tulisan sejarah yang mengangkat peran-peran Supeni

dalam organisasi perempuan maupun partai politik yang tidak dapat dipisahkan

dari perjalanan sejarah nasional terutama dalam kurun tahun 1945-1970,

diharapkan bermanfaat dan dapat dikembangkan, antara lain:

1. Bagi peneliti, dapat menghasilkan karya ilmiah yang dapat

dipertanggungjawabkan sebagai bentuk aplikasi pengalaman dan teori

yang telah didapatkan selama mengikuti proses pendidikan di Jurusan

(16)

2. Memberikan edukasi kepada masyarakat baik yang peduli dengan sejarah

maupun masyarakat yang berminat pada ilmu dan peristiwa sejarah, bahwa

masih banyak tokoh perempuan yang perlu digali dan dikembangkan

kembali sehingga memiliki posisi yang sama dalam penulisan sejarah di

Indonesia.

3. Menanamkan nilai-nilai sejarah kepada peserta didik dalam konteks

membangun kesadaran sejarah yaitu dengan memunculkan kembali

tokoh-tokoh perempuan di Indonesia yang masih atau belum diungkapkan secara

utuh.

4. Memperluas kajian mengenai tokoh perempuan dalam sejarah di

Indonesia, sehingga diharapkan diskusi mengenai perempuan di Indonesia

semakin beragam.

5. Sebagai bahan pengembangan materi dan diskusi khususnya mengenai

sejarah perempuan di Indonesia pada lingkungan Jurusan Pendidikan

Sejarah FPIPS UPI.

1.5 METODE DAN TEKNIK PENELITIAN 1.5.1 Metode Penelitian

Untuk menuju penelitian dan penulisan yang dapat

dipertanggungjawabkan diperlukan suatu metode penelitian yang telah disepakati

dan disesuaikan dengan jalur yang dipilih oleh peneliti, dalam hal ini metode

penelitian yang digunakan peneliti ialah metode sejarah melalui pendekatan

interdisipliner, hal ini dilakukan agar permasalahan terlihat secara menyeluruh

dan utuh. Menurut Edson (Supardan, 2007: 306) metode historis ialah metode

penelitian yang digunakan untuk “…menggambarkan permasalahan atau

pertanyaan untuk diselidiki; mencari sumber tentang fakta historis; meringkas

dan mengevaluasi sumber-sumber historis; dan menyajikan fakta-fakta yang bersangkutan dalam kerangka interpretatif”.

Lebih jauh Louis Gottschalk (1969: 32) mengungkapkan bahwa metode

(17)

peninggalan masa lampau dan menuliskan hasilnya berdasarkan fakta yang telah

diperoleh yang terdapat dalam historiografi.

Di sisi lain pendekatan interdisipliner merupakan pendekatan yang

menggunakan disiplin ilmu sosial secara berimbang, tanpa ada yang dominan.

Oleh karena itu, penelitian ini memerlukan alat bantu atau auxiliary sciences atau

sister disciplines (Sjamsuddin, 2007: 240), yaitu sosiologi dan ilmu politik.

Peranan ilmu bantu dalam penelitian ini, yaitu :

a. Sosiologi, konsep sosiologi digunakan untuk menjelaskan mengenai

dinamika sosial. Penelitian ini menyoroti bagaimana pandangan kelompok

gender terhadap kondisi Supeni yang teraleniasikan dalam penulisan

sejarah di Indonesia dan organisasi perempuan yang dipimpinnya

menghadapi masa perang kemerdekaan.

b. Politik, bahasan utama penelitian ini adalah mengenai perjuangan Supeni

dalam kehidupan politik di Indonesia. Maka pendekatan politik harus

digunakan untuk melihat kedudukan Supeni dalam politik di Indonesia,

bagaimana peran Supeni terhadap perubahan politik Indonesia. Selain itu,

partisipasi wanita dalam bidang politik merupakan konsep yang harus

dianalisis sebagai pengembangan melihat kehidupan Supeni dalam bidang

politik.

Sejarawan Kuntowijoyo (2005: 90) memperjelas mengenai penelitian

sejarah yang mempunyai lima tahap, yaitu: pemilihan topik, pengumpulan

sumber, verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan sumber), interpretasi: analisis dan

sintesis, dan yang terakhir ialah historiografi. Adapun langkah-langkah penelitian

ini mengacu pada proses metodologi penelitian sejarah, yang mengandung empat

langkah penting.

a. Heuristik, merupakan sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk

mendapatkan data-data, atau mencari materi sejarah atau evidensi sejarah

(Sjamsuddin, 2007: 86). Dalam proses mencari sumber-sumber ini,

peneliti mengunjungi beberapa perpustakaan, seperti Perpustakaan

Universitas Pendidikan Indonesia Jln. Dr. Setiabudhi No. 229,

(18)

Bandung-Sumedang Km. 21. Selain itu, peneliti juga mencari di toko buku,

browsing internet serta berusaha mencari tulisan-tulisan yang sejaman

dalam surat kabar dan berkaitan dengan inti bahasan penelitian.

b. Kritik, sumber-sumber sejarah yang ditemukan diteliti lebih lanjut baik itu

konten tulisan maupun bentuknya yaitu dilakukannya kritik internal dan

eksternal. Kritik internal dilakukan peneliti untuk melihat kelayakan

konten dari sumber-sumber yang telah didapatkan untuk selanjutnya

dijadikan bahan untuk penelitian dan penulisan skripsi.

c. Interpretasi, peneliti memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber

yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Dalam tahap ini,

peneliti membuat deskripsi, analisis kritis serta pemilihan fakta-fakta.

Kegiatan penafsiran dilakukan dengan jalan menafsirkan fakta dan data

dengan konsep dan teori yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Peneliti juga memberikan makna terhadap fakta dan data kemudian

disusun, ditafsirkan dan dikorelasikan satu dengan lainnya.

Fakta dan data yang telah diseleksi dan ditafsirkan menjadi ide pokok

sebagai kerangka dasar penelitian, dalam kegiatan ini peneliti memberikan

penekanan penafsiran terhadap fakta dan data yang diperoleh dari

sumber-sumber primer dan sekunder yang berkaitan dengan penulisan sejarah

wanita tentang tokoh Supeni setelah kemerdekaan hingga pada awal Orde

Baru.

d. Historiografi, merupakan langkah terakhir dalam penelitian. Dalam

kegiatan ini peneliti menyajikan hasil temuan pada tahapan heuristik,

kritik, dan interpretasi yang dilakukan sebelumnya dengan cara

menyusunnya menjadi sebuah tulisan yang jelas dalam bahasa yang mudah

dimengerti dan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah serta kaidah penulisan

yang baik dan benar dalam bentuk skripsi.

1.5.2 Teknik Penelitian

Teknik penelitian yang digunakan penulis selama proses penelitian yaitu

(19)

dalam upaya mengumpulkan informasi berkaitan dengan masalah penelitian yang

dikaji, teknik tersebut ialah :

a. Studi literatur, teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan

sumber-sumber berupa buku yang relevan dengan permasalahan. Berkaitan dengan

ini penulis melakukan kunjungan pada berbagai perpustakaan. Termasuk

mengumpulkan buku-buku sosiologi dan politik berkaitan dengan tema

yang dikaji.

b. Studi dokumentasi, teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan artikel

dan arsip-arsip. Peneliti berkunjung pula pada instansi-instansi pemerintah

yang memiliki arsip dengan masalah penelitian yang dikaji, seperti Arsip

Nasional, Sekretariat PNI Marhaenisme, dan Sekretariat KOWANI.

c. Wawancara, penggunaan wawancara dilakukan untuk mengumpulkan

berbagai informasi perihal perjalanan kehidupan seorang Supeni dan

peranannya dalam dunia politik di Indonesia, sedikitnya tulisan sejarah

tentang peranan Supeni serta informasi mengenai kehidupan organisasi

wanita yang dipimpin oleh Supeni.

1.6 SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan merupakan sebuah gambaran secara menyeluruh

mengenai penelitian yang dilakukan dari tahap awal sampai pada proses

penulisannya. Data atau hasil yang didapatkan melalui proses observasi, telaah

pustaka, studi dokumentasi, dan wawancara selanjutnya dikumpulkan kemudian

diolah menjadi sebuah laporan dengan sistematika sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bagian awal penulisan mengenai Supeni, didalamnya diuraikan

latar belakang masalah penelitian yang diangkat oleh peneliti dilihat dari

kesenjangan yang nampak dari sebuah realita yang ada dengan kondisi yang ideal

dari masalah tersebut sehingga dengan begitu terlihat alasan mengapa persoalan

penting untuk diangkat. Selain dari latar belakang masalah penelitian, pada bagian

ini juga terdapat rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian yang

(20)

dengan dilakukannya penelitian ini, metode penelitian dan teknik pengumpulan

data serta sistematika dari penulisan juga dimuat pada bab pendahuluan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Kajian Pustaka berisi mengenai penggunaan konsep atau teori serta

referensi yang digunakan peneliti untuk menjelaskan berbagai permasalahan yang

diangkat. Pertama mengenai peran-peran wanita dalam panggung sejarah

Indonesia sebagai gambaran bahwa wanita sejak dahulu sudah ikut berperan aktif

dalam berbagai bidang. Kedua mengenai pergerakan perempuan pada masa

revolusi kemerdekaan Indonesia, pembahasan ini sebagai gambaran kegiatan

perempuan pada masa-masa sulit pasca kemerdekaan terutama kurun waktu

1945-1950. Ketiga berisi kajian wanita dalam historiografi Indonesia, kajian ini melihat

bagaimana posisi wanita dalam literatur sejarah yang diterbitkan serta bagaimana

perempuan ditampilkan dalam sejarah.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan metode penelitian yang digunakan peneliti dalam

menelusuri berbagai data, mengumpulkan data atau heuristik yang kemudian

verifikasi dimana dilakukan sebuah kritik baik kritik internal maupun kritik

eksternal sesuai dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan berbagai

pertimbangan. Selanjutnya dilakukan sebuah analisis kritik atau diinterpretasikan

yang kemudian diolah menjadi sebuah laporan penelitian atau penulisan sejarah

yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah

yang berlaku.

BAB IV SUPENI DALAM PERJALANAN SEJARAH NASIONAL TAHUN 1945-1970

Diuraikan mengenai hasil temuan peneliti tentang permasalahan yang

diangkat, data-data yang ditemukan tersebut harus melewati proses berpikir yang

cermat dengan dilakukannya proses kritik internal, kemudian temuan tersebut

dianalisis oleh peneliti. Penjelasan yang disampaikan pada bab ini merupakan

(21)

BAB V KESIMPULAN

Bab terakhir ini berisikan intisari pemikiran yang diberikan peneliti

terhadap keseluruhan deskripsi isi tulisan, saran-saran peneliti yang ditemukan

selama proses penelitian maupun proses historiografi. Memuat juga saran dan

rekomendasi dari peneliti kepada berbagai pihak yang terkait dan memiliki

(22)

BAB III

METODE DAN TEKNIK PENELITIAN

3.1 METODE PENELITIAN

Pada bab ini diuraikan mengenai metode serta teknik penelitian yang

digunakan peneliti untuk mengkaji permasalahan yang berhubungan dengan

skripsi berjudul Peranan Supeni Dalam Bidang Politik Tahun 1945-1970. Metode

yang digunakan untuk mengkaji penelitian yaitu dengan menggunakan metode

historis dibantu dengan studi dokumentasi, studi literatur dan wawancara sebagai

teknik penelitiannya. Metode sejarah digunakan untuk menguji dan menganalisis

secara kritis rekaman dan peninggalan masa lampau (Gottschlak, 1986: 32).

Pendapat lainnya mengenai metode sejarah ialah dari Sjamsuddin (1996: 63)

bahwa metode sejarah ialah proses pengkajian, penjelasan, penganalisaan secara

kritis terhadap rekaman serta peninggalan masa lampau.

Lebih lanjut mengenai penggunaan metode historis dalam suatu penelitian

dikemukakan oleh Edson (Supardan, 2007: 306), bahwa :

“Metode historis menggambarkan permasalahan atau pertanyaan untuk diselidiki; mencari sumber tentang fakta historis; meringkas dan mengevaluasi sumber-sumber historis; dan menyajikan fakta-fakta yang bersangkutan dalam suatu kerangka interpretatif”.

Metode historis merupakan cara untuk mengkaji suatu peristiwa, tokoh

atau permasalahan yang dianggap layak dan penting yang terjadi pada masa

lampau secara deskriptif, kritis dan analitis. Penulisan sejarah tidak hanya

mengungkapkan peristiwa secara kronologis, lebih dari itu perlu adanya kajian

dan analisis tajam yang didukung dengan teori yang relevan. Menurut

Kuntowijoyo (2005: 90) penelitian sejarah mempunyai lima tahap, yaitu:

pemilihan topik, pengumpulan sumber, verifikasi (kritik sejarah dan keabsahan

sumber), interpretasi: analisis dan sintesis, dan yang terakhir ialah historiografi.

Adapun langkah-langkah penelitian ini mengacu pada proses metodologi

(23)

a. Heuristik, merupakan sebuah kegiatan mencari sumber-sumber untuk

mendapatkan data-data, atau mencari materi sejarah atau evidensi sejarah

(Sjamsuddin, 2007: 86). Tentunya sumber sejarah yang relevan dengan

permasalahan penelitian, dimana nantinya sumber yang ditemukan dapat

menceritakan kepada kita baik secara langsung maupun tidak langsung

terkait aktivitas manusia pada periode yang telah lalu. Dalam proses

mencari sumber-sumber ini, peneliti mengunjungi berbagai perpustakaan,

berbagai toko buku, browsing internet serta berusaha mencari

tulisan-tulisan yang sejaman dalam surat kabar dan berkaitan dengan inti bahasan

penelitian.

b. Kritik, sumber-sumber sejarah yang ditemukan diteliti lebih lanjut baik itu

konten tulisan maupun bentuknya yaitu dilakukannya kritik internal dan

eksternal. Kritik internal dilakukan peneliti untuk melihat kelayakan

konten dari sumber-sumber yang telah didapatkan untuk selanjutnya

dijadikan bahan untuk penelitian dan penulisan skripsi. Sedangkan kritik

eksternal digunakan untuk melihat sumber-sumber yang ditemukan bukan

dari kontennya. Akan tetapi, apakah sumber tersebut merupakan sumber

yang sejaman atau sumber primer, dilihat dari tahun pembuatannya.

c. Interpretasi, peneliti memberikan penafsiran terhadap sumber-sumber

yang telah dikumpulkan selama penelitian berlangsung. Dalam tahap ini,

peneliti membuat deskripsi, analisis kritis serta pemilihan fakta-fakta.

Kegiatan penafsiran dilakukan dengan jalan menafsirkan fakta dan data

dengan konsep dan teori yang telah dilakukan oleh peneliti sebelumnya.

Peneliti juga memberikan makna terhadap fakta dan data kemudian

disusun, ditafsirkan, dan dikorelasikan satu dengan lainnya.

Fakta dan data yang telah diseleksi dan ditafsirkan menjadi ide pokok

sebagai kerangka dasar penelitian, dalam kegiatan ini peneliti memberikan

penekanan penafsiran terhadap fakta dan data yang diperoleh dari

sumber-sumber primer dan sekunder yang berkaitan dengan penulisan sejarah

(24)

d. Historiografi, merupakan langkah terakhir dalam penelitian. Dalam

kegiatan ini peneliti menyajikan hasil temuan pada tahapan heuristik,

kritik, dan interpretasi yang dilakukan sebelumnya dengan cara

menyusunnya menjadi sebuah tulisan yang jelas dalam bahasa yang mudah

dimengerti dan menggunakan kaidah-kaidah ilmiah serta kaidah penulisan

yang baik dan benar.

Penggunaan metode historis dalam penelitian didukung juga dengan

penggunaan pendekatan interdisipliner, hal ini sebagai alat bantu dalam

menganalisis suatu permasalahan. Pendekatan interdisipliner adalah pendekatan

yang menggunakan disiplin ilmu sosial secara berimbang, tanpa ada yang

dominan. Oleh karena itu, penelitian ini memerlukan alat bantu atau auxiliary

sciences atau sister disciplines (Sjamsuddin, 2007: 240), yaitu sosiologi dan ilmu

politik. Peranan ilmu bantu dalam penelitian ini, yaitu :

a. Sosiologi, konsep sosiologi digunakan untuk menjelaskan mengenai

dinamika sosial. Penelitian ini menyoroti bagaimana pandangan gender

terhadap kondisi Supeni yang teraleniasikan dalam penulisan sejarah di

Indonesia dan organisasi perempuan yang dipimpinnya menghadapi masa

perang kemerdekaan.

b. Politik, bahasan utama penelitian ini adalah mengenai perjuangan Supeni

dalam kehidupan politik di Indonesia. Maka kacamata politik harus

digunakan untuk melihat kedudukan Supeni dalam politik di Indonesia,

bagaimana peran Supeni terhadap perubahan politik Indonesia. Selain itu,

partisipasi wanita dalam bidang politik merupakan konsep yang harus

dianalisis sebagai pengembangan melihat kehidupan Supeni dalam bidang

politik.

3.2 TEKNIK PENELITIAN

Dalam Kamus Lengkap Bahasa Indonesia definisi teknik penelitian yaitu

“cara untuk melakukan suatu pemeriksaan yang teliti, penyelidikan, kegiatan pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data yang dilakukan secara

(25)

untuk mengembangkan prinsip-prinsip umum” (Kamisa, 1997: 532 dan 536).

Sedangkan teknik penelitian yang digunakan peneliti selama proses penelitian

yaitu studi literatur, studi dokumentasi dan wawancara. Teknik tersebut digunakan

dalam upaya mengumpulkan informasi berkaitan dengan masalah penelitian yang

dikaji, teknik tersebut ialah :

a. Studi literatur, teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan

sumber-sumber berupa buku yang relevan dengan permasalahan. Berkaitan dengan

ini penulis melakukan kunjungan pada berbagai perpustakaan. Termasuk

mengumpulkan buku-buku sejarah (sejarah wanita, historiografi, tokoh

Supeni), sosiologi (gender), politik (partisipasi wanita dalam bidang

politik), jurnal serta berbagai artikel baik pada media cetak maupun online.

Semuanya itu harus berkaitan dengan tema yang dikaji.

b. Studi dokumentasi, teknik ini dilakukan dengan mengumpulkan artikel

dan arsip-arsip. Peneliti berkunjung pula pada instansi-instansi pemerintah

yang memiliki arsip dengan masalah penelitian yang dikaji, seperti

Sekretariat Partai Nasional Indonesia-Supeni, Sekretariat Kowani, dan

Arsip Nasional.

c. Wawancara, penggunaan wawancara dilakukan untuk mengumpulkan

berbagai informasi perihal perjalanan kehidupan seorang Supeni dan

peranannya dalam bidang politik di Indonesia, penulisan sejarah

perempuan yang masih tertinggal seperti yang dialami Supeni serta

informasi mengenai kehidupan organisasi wanita yang dipimpin oleh

Supeni.

Untuk melakukan sebuah proses penelitian yang nantinya dapat

dipertanggungjawabkan, peneliti menggunakan beberapa langkah penting yang

harus ditempuh dalam penelitian sejarah, yaitu :

a. Memilih sebuah topik yang sesuai;

b. Mengusut semua evidensi yang relevan dengan topik penelitian yang

diangkat;

c. Membuat catatan tentang apa saja yang dianggap penting dan relevan

(26)

d. Mengevaluasi secara kritis semua evidensi yang telah dikumpulkan dalam

hal ini dilakukan sebuah kritik terhadap sumber;

e. Menyusun hasil-hasil penelitian menjadi sebuah pola yang benar sejalan

dengan sistematika yang berlaku dan telah dipersiapkan sebelumnya;

f. Menyajikan hasil penelitian menjadi sebuah gambaran yang dapat menarik

dan mengkomunikasikannya kepada para pembaca sehingga dapat

dimengerti sejelas mungkin (Sjamsuddin, 1996: 69).

Dalam penelitian skripsi ini, peneliti berusaha menjabarkan

langkah-langkah penelitian dengan menggunakan metode historis tersebut menjadi tiga

bagian, yaitu persiapan penelitian, pelaksanaan penelitian, dan penulisan laporan

penelitian.

3.3 PERSIAPAN PENELITIAN

Pada tahap ini ada beberapa hal yang dilakukan dalam penyusunan

penulisan penelitian. Pertama ialah setelah peneliti membaca berbagai literatur,

peneliti memilih dan menentukan topik penelitian yang akan dikaji. Peneliti

mencari berbagai sumber tertulis yang relevan dan mempunyai korelasi dengan

permasalahan yang dikaji, baik dari buku, artikel, makalah, jurnal dan hasil karya

ilmiah lainnya. Selanjutnya topik tersebut diajukan kepada Tim Pertimbangan

Penulisan Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah (TPPS). Adapun berbagai persiapan

penelitian terdiri dari beberapa langkah-langkah yang harus dilakukan, yaitu :

3.3.1 Penentuan dan Pengajuan Tema Penelitian

Tahap pertama yang dilakukan peneliti dalam menentukan dan memilih

tema penelitian yaitu dengan membaca beberapa buku yang terdapat pada

perpustakaan serta brosur tentang ulang tahun Museum Konperensi Asia Afrika

yang didalamnya sedikit memuat catatan mengenai Duta Besar Keliling Supeni,

lalu disusunlah menjadi sebuah judul penelitian yaitu Supeni Dari Pemerintahan

Sukarno hingga Era Pemerintahan Soeharto Tahun 1945-1970. Selanjutnya pada

bulan Juni 2012 topik penelitian yang telah dipilih kemudian diajukan kepada Tim

Pertimbangan Penulisan Skripsi (TPPS) Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI

(27)

suatu rancangan penelitian berupa proposal skripsi untuk selanjutnya di

seminarkan.

3.3.2 Penyusunan Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian merupakan kerangka dasar yang dijadikan acuan

dalam penyusunan laporan penelitian, terlebih dahulu peneliti membaca beberapa

buku yang berkaitan dengan permasalahan yang hendak dikaji. Setelah sumber

buku telah diperoleh untuk selanjutnya digunakan dalam membuat rancangan

penelitian berupa proposal skripsi, proposal skripsi yang disusun mengikuti

kaidah-kaidah yang telah ditetapkan oleh bagian akademik Jurusan Pendidikan

Sejarah maupun Universitas Pendidikan Indonesia, terdiri dari :

a. Judul penelitian,

b. Latar belakang masalah penelitian (kesenjangan antara idealita dan realita

dalam bentuk deskriptif),

c. Rumusan masalah penelitian serta batasan masalah,

d. Tujuan penelitian,

e. Manfaat penelitian,

f. Kajian pustaka, merupakan penggunaan teori serta kajian terhadap buku

yang digunakan dalam penelitian,

g. Metode dan teknik penelitian,

h. Sistematika penulisan,

i. Daftar pustaka.

Proposal penelitian yang telah disusun kemudian diajukan kepada Tim

Pertimbangan Penulisan Skripsi Jurusan Pendidikan Sejarah. Setelah

dikonsultasikan dan ada beberapa perbaikan baik judul maupun isinya, judul awal

yang diajukan ialah Supeni dari Pemerintahan Sukarno hingga Era Pemerintahan

Soeharto Tahun 1945-1970. Selanjutnya judul tersebut diseminarkan pada tanggal

22 Juni 2012 yang dihadiri oleh TPPS dan calon pembimbing skripsi untuk

didiskusikan apakah rancangan tersebut dapat dilanjutkan atau tidak dan apakah

calon pembimbing yang diajukan bersedia atau tidak untuk menjadi pembimbing.

Ketika judul tersebut diseminarkan, peneliti mendapatkan banyak masukan

(28)

yaitu dalam judul, latar belakang masalah, serta rumusan masalah harus dikaji

ulang dan harus dilakukan revisi proposal. Setelah judul proposal penelitian

disetujui, pada tanggal 29 Juni 2012 dikeluarkanlah Surat Keputusan untuk judul

Supeni: Dari Awal Kemerdekaan Hingga Awal Orde Baru dengan nomor

032/TPPS/JPS/PEM/2012 yang diketahui oleh Ketua Jurusan Pendidikan Sejarah

FPIPS Bandung yang sekaligus menunjuk Dosen Pembimbing I dan Dosen

Pembimbing II.

3.3.3 Mengurus Perizinan

Untuk kelancaran penelitian seperti pencarian sumber-sumber sejarah yang

relevan dengan topik penelitian, peneliti membutuhkan kelengkapan administrasi

berupa surat pengantar keterangan penelitian. Surat tersebut ditujukan kepada

pihak-pihak yang bersangkutan dengan penelitian, surat keterangan tersebut

ditandatangani oleh Pembantu Dekan I FPIPS UPI.

3.3.4 Menyiapkan Perlengkapan Penelitian

Perlengkapan penelitian merupakan salah satu aspek yang penting untuk

kelancaran proses penelitian. Agar mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan,

perlengkapan penelitian ini harus dipersiapkan dengan baik. Adapun perlengkapan

yang dibutuhkan selama penelitian, diantaranya :

1. Surat perijinan,

2. Instrumen wawancara,

3. Alat perekam,

4. dan kamera,

3.3.5 Proses Bimbingan

Dalam penelitian skripsi memuat berbagai aturan, salah satunya yaitu

mengatur mengenai langkah-langkah ketika melakukan proses penelitian. Adapun

terkait teknik dan waktu bimbingan antara peneliti dengan Dosen Pembimbing I

Drs. Andi Suwirta, M.Hum. dan Dosen Pembimbing II Farida Sarimaya,

S.Pd.,M.Si. diatur berdasarkan kesepakatan kedua belah pihak yaitu antara

peneliti dan dosen pembimbing.

Untuk proses bimbingan dalam penelitian ini dimulai pada awal bulan Juli

(29)

latar belakang, rumusan masalah serta bagian lainnya. Sedangkan dengan

pembimbing II merupakan revisi dari proposal penelitian yang telah diseminarkan

sebelumnya. Setiap hasil penelitian dan penulisan diajukan kepada dosen

pembimbing untuk diberikan masukan terkait hasil temuan-temuan dalam

penelitian, dalam setiap bimbingan semuanya tercatat dalam lembar frekuensi

bimbingan skripsi. Fungsi lain dari adanya bimbingan ialah untuk memberikan

pengarahan dalam proses penyusunan skripsi, saran dan kritik kepada peneliti.

Seperti pada tanggal 1 Oktober 2012 terjadi sedikit perubahan judul menjadi

Supeni Dari Awal Kemerdekaan Hingga Awal Orde Baru Tahun 1945-1970.

Proses bimbingan dilakukan secara bertahap, berkelanjutan serta sesuai

dengan aturan yang telah ditetapkan, pada setiap pertemuan bimbingan membahas

satu atau dua bab yang diajukan. Bimbingan dilakukan berkelanjutan mulai dari

BAB I, BAB II, BAB, III, BAB IV dan BAB V, dengan demikian akan terlihat

kesinambungan dalam penulisan skripsi yang baik berdasarkan komunikasi dan

diskusi antara peneliti dengan dosen pembimbing berkaitan dengan penelitian

serta penulisan skripsi, tentunya setelah dilakukan berbagai perbaikan setelah

diadakannya bimbingan.

3.4 PELAKSANAAN PENELITIAN

Pelaksanaan penelitian merupakan salah satu tahapan penting dari sebuah

proses penelitian. Dalam tahapan ini, terdapat serangkaian langkah-langkah yang

harus dilakukan berdasarkan metode historis, yaitu heuristik, kritik (internal dan

eksternal) dan interpretasi. Adapun uraian dari ketiga tahap tersebut ialah sebagai

berikut :

3.4.1 Pengumpulan Sumber (Heuristik)

Pengumpulan sumber atau heuristik merupakan langkah awal yang

dilakukan peneliti, dalam upaya mencari, menemukan dan mengumpulkan

bahan-bahan dari berbagai sumber informasi yang diperlukan dari sumber-sumber

sejarah. Kegiatan peneliti untuk mencari, menemukan, dan mengumpulkan

sumber-sumber sejarah dalam penelitian ini dengan menggunakan literatur

(30)

tertulis berupa surat kabar, majalah, artikel, makalah, jurnal, dokumen serta

buku-buku yang berkaitan dengan penelitian skripsi yang berjudul Supeni: Dari Awal

Kemerdekaan Hingga Awal Orde Baru Tahun 1945-1970.

Peneliti menggunakan teknik studi kepustakaan, studi dokumentasi dan

wawancara. Studi kepustakaan merupakan kegiatan untuk meneliti dan

mempelajari buku-buku serta berbagai tulisan penelitian yang berhubungan dan

relevan dengan permasalahan penelitian. Studi dokumentasi merupakan kegiatan

untuk mempelajari dokumen-dokumen atau sumber tertulis lainnya yang

berhubungan dengan topik yang dikaji. Sedangkan, wawancara merupakan sebuah

kegiatan penelitian untuk mencari informasi dari berbagai tokoh yang terkait

dengan topik melalui instrumen wawancara yang sudah dipersiapkan.

Dalam teknik studi kepustakaan peneliti menggunakan buku-buku yang

berhubungan dan relevan dengan permasalahan penelitian, seperti Mansour Fakih

(1996), Sarah Gamble (2010), Sri S. Sasongko (2009), Esplen dan Jolly (2006),

George Ritzer dan Douglas J. Goodman (2010), Dadang Supardan (2007), Helius

Sjamsuddin (1996; 2007), Kuntowijoyo (2005), Djoko Marihandono (2008), Paul

Tista (1989), Tineke Hellwig (2007), Henk S. Nordholt, Bambang Purwanto dan

Ratna Saptari (2008), A.K. Pringgodigdo (1960), Anthony Reid (2011), Cora

Vreede-De Stuers (2008), Maria Ulfa Subadio dan T.O. Ihromi (1983), Agus

Mulyana dan Restu Gunawan (2007).

Proses pencarian sumber-sumber tersebut dilakukan dengan cara

mengunjungi beberapa perpustakaan yang terdapat di Bandung dan Jakarta,

seperti Perpustakaan Universitas Pendidikan Indonesia Jln. Dr. Setiabudhi No.

229 sejak bulan Juni 2012, Perpustakaan Jurusan Pendidikan Sejarah FPIPS UPI,

Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Padjajaran Jln. Raya

Bandung-Sumedang Km. 21 pada bulan Juli 2012, Perpustakaan Batu Api di Bandung-Sumedang

pada bulan Juli dan Desember 2012, Perpustakaan Museum Konperensi

Asia-Afrika pada bulan Juli-Agustus 2012, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

Jln. Salemba Raya No. 28 A, Arsip Nasional, Sekretariat KOWANI dan

Sekretariat DPP PNI Marhaenisme. Peneliti juga mencari dan membeli beberapa

(31)

buku Toga Mas, toko buku Gramedia, toko buku Palasari. Selain dari pencarian

buku, peneliti juga berusaha untuk mencari dan mempelajari surat kabar yang

sejaman dengan inti permasalahan penelitian, artikel yang terdapat dalam berbagai

situs internet serta berbagai terbitan jurnal.

Teknik wawancara merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menggali

berbagai informasi yang lengkap, akurat dan adil. Wawancara adalah kegiatan

tanya jawab dengan seseorang untuk mendapatkan keterangan atau pendapatnya

tentang suatu masalah. Adapun langkah-langkah dalam melakukan kegiatan

wawancara, diantaranya ialah :

a. Menentukan narasumber atau tokoh yang hendak diwawancara,

b. Mempersiapkan daftar pertanyaan yang hendak ditanyakan kepada

narasumber,

c. Memperhitungkan aksesbilitas atau kemudahan untuk dapat

mewawancara orang,

d. Orang yang hendak diwawancara harus benar-benar mengetahui

permasalahan yang sedang dikaji,

e. Mengatur waktu dan tempat wawancara,

f. Pelaksanaan wawancara.

3.4.2 Kritik Sumber

Setelah berbagai sumber berhasil dikumpulkan, peneliti tidak langsung

menerima dengan begitu mudahnya apa yang tercantum dan tertulis pada

sumber-sumber tersebut. Tahapan ini lebih dikenal sebagai proses kritik sumber-sumber, yang

merupakan proses analisis terhadap sumber-sumber yang telah diperoleh apakah

relevan dengan masalah, baik sumber tulisan maupun lisan. Tujuan dilakukannya

kritik sumber lebih kepada upaya memilah sumber-sumber yang diperoleh

sehingga didapatkan evidensi yang sesuai dengan masalah. Proses kegiatan kritik

sumber yang dilakukan penelitik sesuai dalam proses penelitian sejarah yaitu

kritik internal dan kritik eksternal, yaitu :

Kritik internal merupakan kegiatan untuk meneliti aspek konten dengan

mengadakan evaluasi terhadap kesaksian atau isi tulisan dan membuat keputusan

(32)

sumber literatur, yaitu penulis membaca isi sumber kemudian membandingkan

dengan sumber lain yang mempunyai tema sama, dari kegiatan ini peneliti

menemukan fakta terkait minimnya tulisan sejarah perempuan di Indonesia,

sedikitnya kuantitas tulisan yang mengangkat peran politik Supeni dan pandangan

kelompok gender terhadap penulisan sejarah perempuan.

1. Kritik terhadap sumber literatur

Maka dari keseluruhan sumber yang dipakai dilihat dari ruang

lingkup dan pokok bahasan, oleh karenanya peneliti membedakannya

dalam empat bagian, yaitu :

a. Tulisan yang membahas mengenai teori gender seperti buku yang

ditulis oleh Sue Thornham (2010), Esplen dan Jolly (2006), Mansour

Fakih (1996), Sarah Gamble (2010), Sri S. Sasongko (2009), George

Ritzer dan Douglas J. Goodman (2010).

b. Tulisan yang mengkaji peran perempuan dalam panggung sejarah

Indonesia seperti buku karya Tineke Hellwig (2007), A.K.

Pringgodigdo (1960), Anthony Reid (2011), Cora Vreede-De Stuers

(2008), Maria Ulfa Subadio dan T.O. Ihromi (1983).

c. Tulisan yang membahas historiografi tentang wanita di Indonesia, oleh

Djoko Marihandono (2008), Kuntowijoyo (2005), Siti Fatimah (2008),

Susanto Zuhdi (2008), Henk S. Nordholt, Bambang Purwanto dan

Ratna Saptari (2008).

d. Tulisan lainnya yang relevan dengan permasalahan penelitian seperti

buku yang ditulis oleh Dadang Supardan (2007), Asvi Warman Adam

(2010), Helius Sjamsuddin (1996; 2007).

Sedangkan kalau ditinjau dari pihak yang menerbitkan dan

asal-usul penulis, maka peneliti membagi menjadi beberapa bagian, yaitu :

a. Penulis yang berasal dari kalangan sejarawan ataupun ahli politik,

antara lain A.K. Pringgodigdo, Asvi Warman Adam, Kuntowijoyo,

Helius Sjamsuddin, Anthony Reid, Siti Fatimah, Henk S. Nordholt,

Bambang Purwanto, Ratna Saptari, Cora Vreede-De Stuers, Susanto

(33)

b. Penulis yang berasal dari kalangan sosiolog Sue Thornham, E. Esplen,

S. Jolly, Fakih Mansour, Sarah Gamble, George Ritzer, Douglas J.

Goodman,

c. Para penulis umum seperti Sri S. Sasongko, Maria Ulfa Subadio, T.O.

Ihromi serta Dadang Supardan.

Pengklasifikasian tersebut dilakukan agar diperoleh sumber-sumber

literatur yang dapat diandalkan dan dipertanggungjawabkan. Dengan demikian,

sumber yang diperoleh akan memiliki tingkat kredibilitas yang tinggi untuk

digunakan dalam penelitian.

2. Kritik terhadap sumber lisan (oral history)

Kritik internal terhadap sumber lisan, peneliti lakukan kegiatan

komparasi antara hasil wawancara narasumber pertama, narasumber

kedua, dan narasumber ketiga. Tindakan ini bertujuan untuk memperoleh

kesamaan atau kecocokan dari fakta yang ada untuk meminimalisir

subjektivitas dari orang yang dijadikan narasumber, dilakukan juga proses

perbandingan antara sumber lisan dengan sumber literatur guna memilah

data dan fakta yang berasal dari sumber sekunder.

Menurut Lucey (Sjamsuddin, 2007: 133) sebelum sumber-sumber

sejarah dari proses wawancara dapat digunakan dengan aman, paling tidak

ada lima bentuk pertanyaan dasar yang harus dijawab secara memuaskan,

yaitu :

a. Siapa yang mengatakan itu?

b. Apakah dengan satu atau cara lain kesaksian itu telah diubah?

c. Apa sebenarnya yang dimaksud oleh orang itu dengan kesaksiannya

itu?

d. Apakah yang memberikan kesaksiannya itu seorang saksi mata

(witness) yang kompeten, apakah ia mengetahui fakta itu?

e. Apakah saksi itu mengatakan yang sebenarnya (truth) dan memberikan

kepada kita fakta-fakta yang diketahui itu?

Berbeda dengan penggunaan kritik internal, untuk kritik eksternal peneliti

(34)

penerbitan sumber tertulis, bentuk fisik sumber tertulis, usia narasumber, latar dan

belakang narasumber. Dalam melakukan kritik eksternal terhadap sumber tertulis,

peneliti tidak melakukan kritik secara ketat dengan pertimbangan banyak sumber

tertulis merupakan sumber sekunder, dan hanya melihat dari aspek nama penulis,

tahun penerbitan, dimana sumber tersebut diterbitkan, dan siapa penerbitnya.

Dengan criteria tersebut dapat dianggap sebagai salah satu bentuk

pertanggungjawaban atas penggunaan sumber tertulis.

3.4.3 Interpretasi (Penafsiran Sumber)

Setelah dilakukannya kegiatan kritik terhadap sumber yang dikumpulkan,

peneliti menempuh langkah selanjutnya yaitu interpretasi atau penafsiran sumber.

Tahap ini merupakan tahap pemberian makna terhadap data-data yang telah

melalui tahap kritik menjadi fakta-fakta, yang diperoleh dalam penelitian. Upaya

penyusunan fakta-fakta disesuaikan dengan pokok permasalahan yang dibahas

dalam penelitian. Setelah fakta-fakta tersebut dirumuskan dan disimpulkan

berdasarkan data yang berhasil diperoleh, maka kemudian fakta tersebut

kemudian disusun dan ditafsirkan. Suatu fakta dihubungkan dengan fakta lainnya,

sehingga menjadi sebuah rekonstruksi yang memuat penjelasan dari berbagai

pokok-pokok permasalahan.

Menurut Helius Sjamsuddin ada dua macam penafsiran yang berkaitan

dengan faktor-faktor pendorong sejarah. Pertama, determinisme (determinisme

rasial, penafsiran geografis, interpretasi ekonomi, penafsiran orang besar,

penafsiran spiritual atau idealistik, penafsiran ilmu dan teknologi, penafsiran

sosiologis, dan penafsiran sintesis). Kedua, kemauan bebas manusia serta

kebebasan manusia mengambil keputusan (Sjamsuddin, 2007: 164-171).

Untuk mengkaji dan memahami berbagai peristiwa yang terjadi di masa

lampau, penggunaan pendekatan merupakan suatu hal yang penting dalam

kegiatan penelitian. Pendekatan yang digunakan peneliti dalam penelitian ini ialah

menggunakan pendekatan interdisipliner, yaitu : dengan menggunakan disiplin

ilmu-ilmu sosial sebagai alat analisisnya. Hal ini bertujuan agar dapat

mengungkap peristiwa atau tokoh sejarah secara utuh dan menyeluruh, dengan

(35)

permasalahan akan dilihat dari berbagai sudut pandang tentang permasalahan

tersebut baik keluasan maupun kedalamannya akan terlihat.

3.4.4 Historiografi

Tahapan penulisan dan interpretasi sejarah merupakan dua kegiatan yang

tidak terpisah melainkan bersamaan. Pada bagian ini peneliti menyajikan hasil

temuan dari berbagai sumber yang telah dikumpulkan, diseleksi, dianalisis serta

melalui proses imajinasi berdasarkan fakta-fakta yang telah ditemukan. Hasil

rekonstruksi tersebut peneliti tuangkan menjadi sebuah penulisan sejarah atau

historiografi. Historiografi merupakan puncak dalam prosedur penelitian sejarah

dan merupakan bagian terakhir dari metode sejarah.

Kegiatan terakhir dalam penelitian skripsi ialah melaporkan seluruh hasil

penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Dalam tahap ini seluruh kemampuan

peneliti dikerahkan, bukan hanya kemampuan teknis penggunaan kutipan-kutipan

dan catatan-catatan, tetapi yang terutama ialah penggunaan pikiran-pikiran kritis

dan analisis sehingga menghasilkan sintesis dari seluruh hasil penelitian atau

dalam suatu penemuan utuh yang disebut historiografi.

Sistematika penulisan dibagi ke dalam lima bagian yang memuat

pendahuluan, tinjauan pustaka, metodologi penelitian, pembahasan, dan terakhir

adalah kesimpulan. Adapun sistematika penulisan skripsi sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Merupakan bagian awal penulisan mengenai Supeni, didalamnya diuraikan

latar belakang masalah penelitian yang diangkat oleh peneliti dilihat dari

kesenjangan yang nampak dari sebuah realita yang ada dengan suatu kondisi yang

ideal dari permasalahan tersebut sehingga dengan begitu terlihat alasan mengapa

persoalan penting untuk diangkat. Selain dari latar belakang masalah penelitian,

pada bagian ini juga terdapat rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan

penelitian yang hendak dicapai oleh peneliti, manfaat penelitian yang diharapkan

oleh peneliti dengan dilakukannya penelitian ini, metode penelitian dan teknik

pengumpulan data serta sistematika dari penulisan juga dimuat pada bab

(36)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Merupakan hasil tinjauan kepustakaan serta telaah dari berbagai sumber

literatur yang berhubungan dengan teori gender, peran perempuan dalam

panggung sejarah dan historiografi perempuan di Indonesia pada periode yang

telah ditentukan. Tinjauan pustaka dilakukan dengan cara mengkaji dan

menganalisis sumber-sumber yang relevan dengan tema yang dibahas. Pada bab

ini juga peneliti melakukan kritik terhadap sumber tersebut.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini dipaparkan metode penelitian yang digunakan peneliti dalam

menelusuri setiap data yang berkaitan dengan tokoh Supeni, pengumpulan data

yang kemudian verifikasi sesuai dengan kebutuhan dan disesuaikan dengan

berbagai pertimbangan, selanjutnya data-data yang telah dikumpulkan dan

diverifikasi setelah diberikan kritik untuk selanjutnya diolah sehingga terlihat alur

penelitian sejarah yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan.

BAB IV SUPENI DALAM PERJALANAN SEJARAH NASIONAL TAHUN 1945-1970

Diuraikan mengenai hasil temuan peneliti tentang permasalahan yang

diangkat, data-data yang ditemukan tersebut harus melewati proses berpikir yang

cermat, dan diberikan kritik (internal dan eksternal) kemudian temuan tersebut

dianalisis oleh peneliti. Penjelasan yang disampaikan pada bab ini merupakan

jawaban dari permasalahan penelitian yang diangkat. Dalam bab ini terdiri dari

tiga sub bab yang dipaparkan dan dianalisis serta melalui proses sintesa mengenai

aspek-aspek yang berkaitan dengan masalah penelitian berdasarkan

sumber-sumber yang ditemukan.

Sub bab pertama mengenai latar belakang kehidupan seperti pendidikan

hingga awal keterlibatannya dalam aktivitas politik di Indonesia, sub bab kedua

tentang keterlibatan Supeni dalam organisasi politik, didalamnya juga mengangkat

mengenai peran Supeni dalam organisasi perempuan, peran dalam partai politik

serta perannya ketika menjabat sebagai duta besar keliling, sub bab ketiga

membahas mengenai dampak dari keterlibatan Supeni dalam bidang politik

(37)

1945-1965 dan tahun 1966-1970, yang menggambarkan dinamika kehidupan

politik yang terjadi dan berimbas kepada karir politik Supeni.

BAB V KESIMPULAN

Dalam bab terakhir ini berisikan intisari pemikiran yang diberikan peneliti

terhadap keseluruhan deskripsi isi tulisan, saran-saran yang diberikan peneliti

yang ditemukan selama proses penelitian maupun proses historiografi bagi pihak

yang terkait dengan tulisan ini dan mempunyai kepentingan. Bab inipun memuat

rekomendasi dari peneliti kepada berbagai pihak yang terkait dan memiliki

kepentingan terhadap hasil penelitian ini

DAFTAR PUSTAKA

Merupakan kegiatan yang mencantumkan semua sumber yang digunakan

selama melakukan kegiatan penelitian, baik sumber buku, jurnal, artikel, surat

kabar, arsip dan sumber yang wawancara. Cara penulisan daftar pustaka

disesuaikan dengan aturan yang berlaku di universitas tempat peneliti menjalani

kegiatan akademik serta sesuai dengan kaidah ilmiah yang berlaku. Disusun

secara alfabetis tanpa nomor urut, sumber tertulis atau tercetak yang lebih dari

satu baris ditulis dengan jarak antar antar baris satu spasi, sedangkan jarak antara

sumber-sumber tertulis yang saling berurutan adalah satu setengah spasi.

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Berisi semua dokumen yang digunakan dalam penelitian dan penulisan,

hasil-hasilnya menjadi satu karya tulis ilmiah untuk memudahkan pembaca.

Setiap lampiran diberi nomor urut sesuai dengan urutan penggunaannya, dan

diberi judul. Riwayat hidup memuat informasi nama lengkap, tempat dan tanggal

lahir, jalur pendidikan yang ditempuh, serta berbagai prestasi yang pernah dicapai

(38)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Sejarah panjang Indonesia diwarnai dengan berbagai catatan peristiwa

penting yang dibuat oleh perempuan maupun laki-laki. Mereka bersama-sama

berjuang baik untuk kalangannya sendiri maupun untuk negara. Perjuangan yang

dilakukan kaum perempuan meliputi berbagai bidang dan semua itu bermuara

pada sebuah proses emansipasi. Dilihat dari sudut pandang historiografi

perempuan di Indonesia, Supeni merupakan salah satu tokoh yang sedikit sekali

mendapatkan perhatian untuk dihadirkan dalam berbagai literatur sejarah.

Keadaan tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor :

Pertama, kuatnya dominasi laki-laki, sehingga perempuan mengalami

“peminggiran” dalam berbagai tulisan sejarah, terlihat dari banyaknya tulisan sejarah yang mengangkat perjalanan dan peran tokoh laki-laki. Sedangkan secara

kuantitas dan kualitas tulisan sejarah perempuan masih tertinggal. Hal ini terlihat

dari sedikitnya tulisan sejarah yang mengangkat peran politik Supeni dalam

perjalanan sejarah nasional.

Kedua, terbatasnya sumber yang berkaitan dengan Supeni maupun tokoh

perempuan lainnya, terjadi karena paradigma yang berkembang dalam masyarakat

dan menempatkan kaum perempuan dalam wilayah prifat, sedangkan kaum

laki-laki ditempatkan dalam ranah publik, sehingga sedikit sekali catatan mengenai

kaum wanita. Sumber-sumber yang berkaitan langsung dengan Supeni pun

terbilang sangatlah sedikit, entah karena paradigma yang ada atau memang masih

sedikit orang yang berminat mengulas peran dan kehidupan politik Supeni.

Ketiga, terjadi perebutan hegemoni kekuasaan, kaum perempuan dianggap

individu lemah dan masuk dalam ruang sebagai makhluk yang harus dilindungi,

sedangkan kaum laki-laki digambarkan sebagai pribadi yang mempunyai banyak

power. Hadirnya Supeni sebagai tokoh yang mengalami “pengaleniasian” dalam historiografi perempuan di Indonesia bukanlah sebagai serangan bagi dominasi

tulisan sejarah kaum laki-laki. Akan tetapi, kajian mengenai Supeni mengingatkan

(39)

perempuan dan laki-laki. Untuk itu dibutuhkan tulisan sejarah androgynous – tulisan yang tidak memihak kepada dominasi maskulin dan tidak juga condong ke

feminim. Sebuah tulisan sejarah yang dapat mengakomodir ruang dari kedua

makhluk tersebut, sehingga tidak muncul anggapan adanya kelompok yang

diabaikan dalam tulisan sejarah di Indonesia. Penggunaan pendekatan gender juga

dimungkinkan untuk mengungkap secara nyata siapa melakukan apa, kapan,

untuk berapa lama baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat dan negara.

Keempat, minimnya minat baik sejarawan akademik maupun non

akademik untuk menuliskan tokoh seperti Supeni maupun tokoh perempuan

lainnya. Dimana terdapat juga perdebatan antara kaum perempuan dan laki-laki

mengenai siapa yang pantas menulis sejarah perempuan. Walaupun pada

hakikatnya siapapun orangnya berhak untuk menuliskan sejarah perempuan,

asalkan dengan dengan sudut pandang yang sewajarnya.

Kelima, minimnya minat dari perempuan itu sendiri untuk mengungkap

sejarah kaumnya. Terlihat dari berbagai tulisan sejarah perempuan yang ada lebih

banyak ditulis oleh kaum laki-laki dan dengan sudut pandang kaum laki-laki,

sedangkan kaum perempuan sendiri belum menunjukkan progres yang signifikan.

Apa yang terjadi dengan Supeni memberikan gambaran yang sudah

seharusnya didapatkan oleh kaum perempuan untuk memiliki derajat yang sama

baik dalam bidang politik, sosial dan ekonomi. Kaum perempuan sudah tidak lagi

harus merasa menjadi second sex yang harus mundur ketika terjadi proses

pemilihan, hak mereka kini sama seperti hak yang diperoleh kaum laki-laki.

Kesemuanya merupakan upaya kaum perempuan dalam proses emansipasi, dan

untuk menghilangkan pandangan negatif bahwa perempuan hanya kelas sosial

setelah kaum laki-laki, lebih dari itu perempuan mempunyai hak yang sama

seperti laki-laki dalam tulisan sejarah di Indonesia.

Kajian Supeni dalam historiografi perempuan di Indonesia semoga dapat

bermanfaat bagi pengembangan materi di Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas

Pendidikan Indonesia, dan sebagai masukan bagi sejarawan akademik, non

akademik maupun orang-orang yang hendak menulis sejarah Indonesia sudah

(40)

perempuan dan laki-laki. Selain itu, diharapkan tulisan ini menjadi masukan bagi

para pendidik sejarah di tingkat sekolah khususnya, untuk terus mengembangkan

materi pembelajaran sejarah di sekolah. Materi mengenai tokoh-tokoh perempuan

dapat digali lebih dalam dan mengangkat tokoh-tokoh lain diluar tokoh-tokoh

perempuan yang sudah sering disampaikan.

Bagi mahasiswa di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Pendidikan

Indonesia, yang hendak melakukan penelitian tentang sejarah perempuan

sebaiknya memperhatikan betul sudut pandang yang digunakan, sehingga

diharapkan dapat meminimalisir mengungkap sudut pandang perempuan melalui

Gambar

Gambar 4.1 Supeni dan Perwari dalam Sebuah Demontrasi Menentang UU No.

Referensi

Dokumen terkait

Sekarang ini, penelitian konversi secara enzimatik dengan satu tahap menggunakan CPC asilase berkembang dengan pesat untuk mendapatkan enzim yang mempunyai

Laporan Final Bab VI - 1 Pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya direncanakan untuk mencakup empat sektor yaitu Pengembangan Kawasan Permukiman, Bina Penataan

Saran yang diberikan untuk penelitian lebih lanjut atau penelitian berikutnya dalam membaca citra atau gambar geometri bangun datar dalam aplikasi searching

Menganalisis tindakan semi fowler dengan masalah keperawatan ketidakefektifan pola nafas pada pasien efusi pleura di Ruang IGD Prof. Menjelaskan hasil analisa

Dalam hal ini kegiatan penjaminan kualitas yang dilakukan adalah untuk memastikan bahwa program dan kegiatan Reformasi Birokrasi yang dilakukan

With test impact analysis, as you make code changes, you can view which tests are impacted by the code change — not just unit tests, but even manual tests that have been

Kanker leher rahim atau lebih dikenal dengan nama kanker serviks, menempati peringkat teratas di antara berbagai jenis kanker yang menyebabkan kematian pada perempuan di

The eggs of shrimp Artemia salina was purchased from Biological Laboratory of Islamic State University of Malang, and patchouli alcohol (65.25% purity) was purchased from