• Tidak ada hasil yang ditemukan

Dalam bab ini Penulis akan memaparkan kesimpulan dari

Objek yang telah diteliti serta saran-saran yang membangun bagi perusahaan.

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM

II.1 Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara.

Berdirinya Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara sejak tahun 1999 adalah dalam rangka upaya pembinaan dan pengembangan Pemuda dan Olahraga yang merupakan faktor potensial di dalam usaha pembangunan Sumatera Utara secara menyeluruh dan merata, maka dibentuklah Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara (Disporasu) berdasar pasal 49 ayat 1 Undang-Undang No. 5 tahun 1974 dengan Peraturan Daerah No. 14 tahun 1997.

Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara dalam hal melaksanakan tugas dan fungsi selain bertanggung jawab langsung kepada Gubernur Sumatera Utara, juga berkoordinasi dengan Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.

Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara telah mengalami pergantian Kepala Dinas sebanyak 3 ( tiga ) kali yaitu tahun 1999-2002, tahun 2002-2004 dan tahun 2004 sampai dengan sekarang.

Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2005 telah sukses menyelenggarakan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) VIII yang diikuti oleh 30 Provinsi Se- Indonesia dengan jumlah peserta sebanyak ± 5.000 orang, Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Utara mendapatkan penghargaan dari Kementrian Negara Pemuda dan Olahraga

sebagai Tuan Rumah Penyelenggara terbaik pada penghargaan HAORNAS (Hari Olahraga Nasional) XXIII tanggal 9 September 2005.

II.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas

Adapun struktur organisasi di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara yaitu :

Gambar 4

Struktur Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara

WAKIL KEPALA DINAS

KELOMPOK FUNGSIONAL KASSUBAG UMUM/ KEPEGAWAIAN KASUBBAG KEUANGAN KASUBBAG ORGANISASI HUKUM

SUBDIS BINA PROGRAM

KABAG TATA USAHA

SUBDIS BINA KEPEMUDAAN

KASI PENYUSUNAN PROGRAM & INFORMASI

KASI MONITORING & EVALUASI

KASI PEMBERDAYAAN ANAK & REMAJA

KASI PEMBERDAYAAN ORGANISASI, PRODUKTIVITAS & KEWIRAUSAHAAN PEMUDA SUBDIS BINA KEOLAHRAGAAN KASI PEMBERDAYAAN OLAHRAGA PRESTASI KASI PEMBERDAYAAN OLAHRAGA MASYARAKAT & ORGANISASI KEOLAHRAGAAN

SUBDIS PRASARANA & SARANA

KASI PRASARANA & SARANA KEPEMUDAAN

KASI PEMBERDAYAAN & PENGEMBANGAN

SARANA DAN PRASARANA DAN INDUSTRI OLEHRAGA KEPALA DINAS

Sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 2 Tahun 2005 tentang tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara tanggal 16 Maret 2005, yaitu :

a. Kepala Dinas

Mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan tugas otonomi, tugas pembantuan serta tugas dekonsentrasi di bidang Pemuda dan Olahraga.

b. Wakil Kepala Dinas

Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas otonomi, tugas pembantuan serta tugas dekonsentrasi di bidang Pemuda dan Olahraga dengan konsentrasi tugas pengembangan, peningkatan dan kemajuan di bidang olahraga.

c. Kepala Bagian Tata Usaha

Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas di bidang umum dan kepegawaian, keuangan, organisasi dan hukum, di dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh :

1) Kasubbag Umum dan Kepegawaian.

Mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tata usaha, administrasi umum dan barang/ perlengkapan perjalananan dinas dan pengelolaan kepegawaian.

2) Kasubbag Keuangan.

Mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data untuk penyusunan bahan penyempurnaan Standar Akuntanbilitas pengelolaan keuangan.

3) Kasubbag Organisasi dan Hukum.

Mempunyai tugas mengumpulkan, mengelola dan menyajikan data untuk penyusunan bahan penyempurnaan standar ketatalaksanaan dan kelembagaan serta pengelolaan produk-produk hukum di lingkungan dinas.

d. Kasubdis Bina Program

Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam menyusun program Dinas pengelolaan informasi serta monitoring dan evaluasi dan dalam melaksanakan tugas Kasubdis Bina Program dibantu oleh :

1) Kasi Penyusunan Program dan Informasi.

mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data untuk penyusunan program Dinas serta pengelolaan informasi Kepemudaan dan Keolahragaan.

2) Kasi Monitoring dan Evaluasi.

Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data untuk penyusunan laporan pelaksanaan program Dinas, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

e. Kasubdis Bina Kepemudaan

Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan pemberdayaan anak dan remaja, pemeberdayaan organisasi, produktifitas dan kewirausahaan Pemuda dan dalam melaksanakan tugas Kasubdis Bina Kepemudaan dibantu oleh :

1) Kasi Pemberdayaan Anak dan Remaja.

Mempunyai tugas Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan/ data untuk penyusunan rencana jangka menengah dan tahunan dalam pengembangan dan peningkatan usaha pemberdayaan anak dan remaja, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.

2) Kasi Pemberdayaan Organisasi, Produktivitas dan Kewirausahaa Kepemudaan.

Mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data untuk penyusunan rencana jangka menengah dan tahunan dalam pengembangan dan peningkatan usaha pemberdayaan organisasi, produktifitas dan kewirauswastaan Kepemudaan.

f. Kasubdis Bina Keolahragaan

Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan Pemberdayaan Olahraga Prestasi, Olahraga Kemasyarakatan dan Organisasi Keolahragaan dan dalam melaksanakan tugas Kasubdis Bina Keolahragaan dibantu oleh :

1) Kasi Pemberdayaan Olahraga Prestasi

Mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data untuk penyempurnaan dan penyusunan standar pelaksanaan kewenangan daerah kabupaten / kota serta standar pelaksanaan tugas-tugas Dinas dalam pemberdayaan olahraga prestasi, serta koordinasi dan kerjasama dengan berbagai pihak.

2) Kasi Pemberdayaan Olahraga Kemasyarakatan dan Organisasi Keolahragaan.

Mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data untuk penyempurnaan dan penyusunan standar pelaksanaan kewenangan daerah kabupaten/ kota dan standar pelaksanaan tugas-tugas Dinas dalam olahraga kemasyarakatan dan organisasi keolahragaan serta koordinasi dan kerja sama pelaksanaan dengan berbagai pihak terkait.

g. Kasubdis Pemberdayaan Prasarana dan Sarana

Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam pengembangan dan kerja sama pengolahan Prasarana dan Sarana Kepemudaan, pemberdayaan dan pengembangan sarana, prasarana dan industri olahraga.

Dalam melaksanakan tugas Kasubdis Sarana dan Prasarana dibantu oleh: 1) Kasi Prasarana dan Sarana Kepemudaan

Mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data untuk penyempurnaan dan penyusunan standar pelaksanaan kewenangan daerah kabupaten / kota dan standar pelaksanaan tugas-tugas Dinas dalam pelaksanaan inventarisasi, fasilitas pengelolaan dan kerja sama pengelolaan serta pengembangan Prasarana dan Sarana Kepemudaan.

2) Kasi Pemberdayaan dan Pengembangan Sarana, Prasarana dan Industri Olahraga.

Mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data untuk penyusunan rencana jangka menengah dan tahunan dalam pengembangan dan peningkatan usaha pemberdayaan Prasarana dan Sarana Industri olahraga.

Selanjutnya, di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara setiap Subdis mempunyai jenis kegiatan yang berbeda sehingga alokasi anggaran yang ditempatkan berbeda sesuai dengan program dan kegiatan masing-masing, yaitu :

1. Bagian Tata Usaha

Penyusunan anggaran di bagian Tata Usaha meliputi Belanja Tidak Langsung, Belanja Langsung dan Belanja Modal. Pengganggaran hanya terpusat pada kegiatan rutin kantor, seperti gaji pegawai dan biaya operasional kantor sehingga setiap tahunnya kegiatan yang dianggarkan sama kecuali belanja modal.

2. Subdis Bina Keolahragaan

Penyusunan anggaran di subdis bina keolahragaan hanya meliputi belanja langsung karena kegiatan yang dilaksanakan hanya bersifat pelayanan publik yang bergerak di bidang olahraga.

3. Subdis Bina Kepemudaan

Penyusunan anggaran di subdis bina kepemudaan sama dengan subdis bina keolahragaan yaitu belanja langsung dan bergerak di bidang kepemudaan.

4. Subdis Sarana/ Prasarana

Penyusunan anggaran di subdis sarana/ prasarana meliputi belanja langsung dan belanja modal karena alokasi anggaran hampir semua adalah pembangunan sarana dan prasarana olahraga dan kepemudaan.Selanjutnya anggaran setiap subdis dikumpulkan dan digabung menjadi satu, kemudian Kasubbag Keuangan bersama tim pembuat anggaran Disporasu akan memeriksa dan memverifikasi setiap anggaran dengan memperhatikan kode rekening, jumlah anggaran dan penempatan anggaran sehingga tidak melebihi dari pagu anggaran masing-masing kegiatan.

BAB III

GAMBARAN OBJEK PAJAK

3.1 Ketentuan Umum 3.1.1 Pengertian Pajak

Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro defenisi pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang – Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal balik yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran umum.

3.1.2 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Penghasilan

a. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Pengahasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah dengan Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008.

b. Undang –Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagimana telah beberapa kali diubah dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007.

c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK/PMK.03/2008 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan Pajak Penghasilan sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi.

Adapun Dasar hukum dalam Pemotongan dan Penyetoran PPh pasal 21 atas Pegawai Tetap di Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara adalah:

a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagimana telah beberapa kali diubah dengan Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007.

b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008.

c. Keputusan Menteri keungan RI Nomor 250/PMK.03/2008 tentang besarnya biaya jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto Pegawai tetap atau pensiunan.

d. Keputusan Menteri Keungan Nomor 250/PMK.03/2008 tentang petunjuk pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan orang pribadi.

e. Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-545/PJ./2000 tentang Petunjuk pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan Orang Pribadi.

3.2 Pajak Penghasilan Pasal 21 3.2.1 Pengertian PPh Pasal 21

Menurut Pasal 4 ayat 1 Undang – Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008:

“Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak,baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”.

Sedangkan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi Subjek Pajak dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang – Undang Pajak Penghasilan (Pasal 4 ayat 1 Undang – Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008).

3.2.2 Pemotong PPh Pasal 21

Pemotong PPh Pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang di wajibkan oleh UU No. 7 Tahun 1983 tentang PPh sebagaimana telah diubah dengan

UU No. 17 Tahun 2000 dan diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008 untuk memotong PPh Pasal 21. Termasuk Pemotong PPh Pasal 21 adalah:

a. Pemberi kerja yang terdiri atas orang pribadi atau badan termasuk Bentuk Usaha Tetap (BUT), baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau unit, yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain

dengan nama apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.

b. Bendaharawan pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.

c. Dana pensiun badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan badan – badan lain yang membayar uang pensiun, Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua.

d. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap (BUT) yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan, jasa, termasuk jasa tenaga ahli dengan status Wajib Pajak dalam

negeri yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya sendiri bukan untuk dan atas nama persekutuannya.

e. Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap yang membayar honorarium atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang dilakukan oleh orang pribadi dengan status Wajib Pajak Luar Negeri.

f. Yayasan (termasuk yayasan dibidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan kesenian, olahraga, kebudayaan) lembaga kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan, dan organisasi masa, organisasi sosial politik dan organisasi lainnya dalam bentuk apapun dalam segala bidang kegiatan sebagai pembayar gaji upah.

g. Honorarium atau imbalan dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi.

h. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap yang membayarkan honorarium atau imbalan lain kepada peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan.

i. Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang menyelenggarakan kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah atau penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.

3.2.3 Penerima Penghasilan ( Wajib Pajak PPh Pasal 21)

a. Pegawai, yaitu setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan berdasarkan suatu perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk yang melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

b. Penerima Pensiun, yaitu orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau memperoleh imbalan atau pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima uang pensiun, Tabungan Hari Tua atau Tunjangan Hari Tua.

c. Penerima honorarium, yaitu orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya.

d. Penerima upah, yaitu orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upah borongan, atau upah satuan.

e. Orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, kegiatan dari pemotong pajak.

3.2.4 Hak Dan Kewajiban Pemotong Pajak Serta Penerima Penghasilan Yang Dipotong Pajak

a. Pemotong PPh Pasal 21 dan Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal

21 wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan Ketentuan yang berlaku.

b. Pegawai, Penerima Pensiun berkala, serta bukan pegawai sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) huruf a angka 4 wajib membuat surat pernyataan yang berisi jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau pada saat mulai menjadi Subjek Pajak dalam negeri sebagai dasar penentuan PTKP dan wajib menyerahkan nya kepada pemotong pajak pada saat mulai bekerja atau mulai pensiun.

c. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga pegawai, penerima pensiun berkala dan bukan pegawai wajib membuat surat pernyataan baru dan menyerahkan kepada Pemotong PPh Pasal 21 paling lama sebelum mulai tahun kalender berikutnya.

d. Pemotong PPh Pasal 21 wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan PPh Pasal 21 yang terhutang untuk setiap bulan kalender.

e. Pemotong PPh Pasal 21 wajib membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh Pasal 21 untuk masing – masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar pelaporan PPh Pasal 21 yang terhutang untuk setiap masa pajak dan wajib menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

f. Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 untuk setiap bulan kalender sebagaiman dimaksud pada ayat (4) tetap berlaku, dalam hal jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil.

g. Dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh Pasal 21 yang terhutang, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21 yang terhutang pada bulan berikutnya melalui Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal 21.

h. Pemotong PPh Pasal 21 wajib membuat bukti pemotongan PPh Pasal 21 dan memberikan bukti pemotongan tersebut kepada penerima penghasilan yang dipotong pajak

i. Bentuk formulir pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (7) ditetapkan dengan Peraturan Direktorat Jendral Pajak.

3.2.5 Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21

Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah

a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport, tunjangan pajak, tunjangan iuran pensiun, tunjangan pendidikan anak bea siswa,

hadiah, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja, dan penghasilan lainnya dengan nama apapun.

b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi, gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi tahunan, dan pengahasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.

c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima atau diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan , pemagangan yang merupakan calon pegawai.

d. Uang tebusan pensiun, Uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, Uang Pesangon, dan pembayaran lain yang sejenis.

e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Dalam Negeri, terdiri dari:

1. Tenaga ahli, yaitu pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris, penilai dan aktuaris.

2. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, dan moderator

3. Pemberi jasa dalam bidang tehnik, komputer dan sistem aplikasinya, telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial.

5. Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu kepanitiaan, peserta sidang dan rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala bidang kegiatan.

6. Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan 7. Petugas dinas luar asuransi.

f. Gaji, tunjangan – tunjangan lain terkait gaji yang diterima oleh pejabat negara, PNS, serta uang pensiun dan tunjangan – tunjangn lain yang sifatnya terkait dengan uang pensiun yang diterima oleh pensiunan.

g. Penerima dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak atau Wajib Pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final dan yang dikenakan PPh berdasarkan norma penghitungan khusus.

3.2.6 Pengurangan Yang Diperbolehkan

Untuk Pegawai Tetap pengurangan yang diperbolehkan dari penghasilan bruto untuk menentukan besarnya penghasilan neto adalah :

a. Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara penghasilan, yang besarnya adalah 5% (lima persen) dari penghasilan bruto, dengan jumlah maksimum yang diperkenankan sebesar Rp. 6.000.000 setahun atau Rp. 500.000 sebulan.

b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan atau

Badan Penyelenggara Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh Menteri Keuangan.

Untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak, Penghasilan netonya dikurangi dengan Penghasilan Tidak Kena Pajak ( PTKP ) yang sebenarnya.

a) Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya sendiri, dan dalam hal tidak kawin pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri ditambah dengan PTKP untuk keluarga yang mejadi tanggungan sepenuhnya.

b) Bagi Karyawati yang menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah daerah setempat (serendah – rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau memperoleh penghasilan, diberikan tambahan penghasilan, diberikan tambahan PTKP sebesar RP. 15.840.000 setahun atau Rp. 1.320.000 sebulan dan ditambah PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak tiga orang, masing – masing sebesar Rp. 1.320.000 setahun atau Rp. 110.000 sebulan. c) Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender. Adapun

pegawai yang baru datang, dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender, besarnya PTKP tersebut berdasarka keadaan pada awal bulan dari bagian tahun kalender yang bersangkutan.

3.2.7 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)

Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dari Wajib Pajak Dalam Negeri, Penghasilan nettonya dikurangi dengan jumlah PTKP.

Besarnya PTKP yang berlaku sesuai dengan Pasal 7 UU PPh No.17 tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan UU PPh No. 36 Tahun 2008 adalah sebagai berikut:

Keterangan PTKP 2009

Setahun (Baru)

PTKP 2006 Setahun (lama)

Untuk diri Wajib Pajak Rp. 15.840.000 Rp. 13.200.000 Tambahan untuk Wajib

Pajak yang kawin

Rp. 1.320.000 Rp. 1.200.000

Tambahan untuk seorang

istri yang penghasilannya di

gabung dengan penghasilan suami

Rp. 15.840.000 Rp. 13.200.000

Tambahan untuk setiap

anggota keluarga sedarah dan semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat

yang menjadi

tanggungan sepenuhnya paling banyak 3 (tiga) orang

3.2.8 Tarif PPh Pasal 21 dan Penerapannya

Tarif Pasal 17 UU No. 17 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008, dengan ketentuan sebagai berikut:

Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp. 50.000.000 5% Diatas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 250.000.000 15% Diatas Rp. 250.000.000 s/d Rp. 500.000.000 25%

Diatas RP. 500.000.000 30%

Penerapan Tarif

Tarif pasal 17 x Penghasilan Kena Pajak Penghitungan PKP:

Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan, iuran pensiun termasuk Iuran Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang dipersamakan dengan dana Pensiun, dan PTKP.

3.2.9 Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21

Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Tetap

Tuan Daniel status menikah dan mempunyai satu orang anak, tuan daniel bekerja pada PT.X dengan memperoleh gaji sebulan Rp 2.500.000 PT.X masuk program jamsostek, Premi asuransi kecelakaan kerja dan Premi asuransi kematian ditanggung oleh pemberi kerja setiap bulan masing-masing Rp 25.000 dan Rp 5.000 sedangkan yang ditanggung oleh Tuan Daniel setiap bulan masing-masing Rp15.000 dan Rp5.000. disamping itu.pemberi kerja juga menanggung iuran pensiun yang dibayarkan ke yayasan dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran THT masing-masing Rp25.000 dan Rp10.000 sedangkan yang ditanggung Tuan Danieli masing-masing sebesar Rp20.000 dan Rp10.000.

Perhitungan PPh Pasal 21 Tuan Daniel berdasarkan PTKP 2006

Adalah sebagai berikut:

Gaji sebulan Rp 2.500.000 Premi Asuransi kecelakaan kerja Rp 25.000 Premi Asuransi kematian Rp 5.000

1. Biaya jabatan

+

Penghasilan Bruto Rp 2.530.000

Pengurangan

5% x Rp 2.530.000 Rp 126.000 Maksimum yang diperkenankan Rp 108.000

Dokumen terkait