LAPORAN PRAKTIK KERJA LAPANGAN MANDIRI (PKLM) TENTANG
TATA CARA PERHITUNGAN PPH PASAL 21 ORANG PRIBADI BAGI KEPALA SUB BAGIAN KEUANGAN PADA DINAS PEMUDA
DAN OLAHRAGA PROVINSI SUMATERA UTARA O
L E H
NAMA : SILVESTER GOLDBERG MANIK NIM : 062600105
Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Menyelesaikan Studi Pada Program Studi Diploma – III Administrasi Perpajakan
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK ADMINISTRASI PERPAJAKAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
KATA PENGANTAR
Dengan segenap kerendahan hati, penulis memanjatkan Puji dan syukur
kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat serta kuasanya
kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan Laporan Praktek Kerja Lapangan
Mandiri dengan judul “Tata cara perhitungan PPh pasal 21 Orang Pribadi bagi
Kepala Sub Bagian Keuangan pada Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi
Sumatera Utara” dimana penulisan laporan ini dimaksudkan untuk memenuhi
salah satu syarat dalam menyelesaikan studi pada Program Diploma III
Administrasi Perpajakan FISIP USU.
Dalam penulisan laporan ini penulis menyadari dengan sepenuhnya
bahwa laporan ini masih kurang dari kesempurnaan, disebabkan oleh keterbatasan
kemampuan serta kurangnya penulis. Sehingga dengan besar hati penulis sangat
mengharapkan segala kritikan dan saran yang bersifat membangun dan dapat
memacu dan memotivasi kepada penulisan Laporan ini yang lebih baik lagi
dimasa yang akan datang.
Laporan yang dibuat oleh Penulis berdasarkan Praktek Kerja Lapangan
Mandiri pada kantor Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara ini
tentunya tidak terlepas dari adanya bantuan berbagai pihak lain selain juga usaha
dan kemampuan penulis sendiri, sehingga pada akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Proposal Praktek Kerja Lapangan Mandiri ini.
Pada kesempatan ini penulis juga mengakui dan sangat memahami
bahwa tanpa bantuan dari pihak-pihak yang terkait penulis tidak dapat
Terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu
dan yang telah memberikan banyak motivasi kepada penulis dalam hal
menyelesaikan laporan ini, terutama sekali kepada :
1. Bapak Dr. M Arif Nasution , MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Husni Thamrin Nasution, Msi Selaku Ketua Jurusan PRODIP III
Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Parlautan Sibarani, SH selaku Kepala Dinas Pemuda dan Olahraga
Provinsi Sumatera Utara yang telah membantu Penulis dalam menyelesaikan
Tugas Akhir ini.
4. Darwin Nasution, S.Sos selaku Kassubag Keuangan di Dinas Pemuda dan
Olahraga Provinsi Sumatera Utara yang telah banyak membantu dan
meluangkan waktunya kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
5. Terima Kasih buat para Dosen D-III Administrasi Perpajakan yang telah
mendidik dan memberikan Ilmu pengetahuan selama penulis Kuliah..
6. Teristimewa dan yang paling utama buat Bapak dan Ibu (Alm) tercinta yang
telah mengasuh,membesarkan,mendidik dan membimbing Penulis dari kecil
hingga dewasa dan yang mempunyai andil penting dalam memberikan
dukungan moral dan materil serta doa restunya kepada penulis dalam
menyelesaikan Tugas Akhir ini.
7. Buat Adik penulis yang paling penulis sayangi yang selalu mendoakan,
mendukung, membantu dan mengingatkan penulis dan juga untuk semua
8. Buat teman-teman Stambuk ‘06 yang ada di PRODIP III khususnya buat
teman yang paling penulis sayangi (Meo, Roy, Benny, Marcus, Datox, Yanta,
Rolas, Armada, O’ o) yang telah membantu dan juga telah memberikan
semangat serta dukungan penuh kepada penulis dalam menyelesaikan tugas
akhir ini.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak
yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Harapan
Penulis semoga Laporan Tugas Akhir ini bisa bermanfaat bagi semua pihak dan
dapat menambah pengetahuan dan wawasan kita semua.
Akhirnya kepada Tuhan Yang Maha Esa jugalah Penulis kembali beserah
diri, muda h-mudahan yang penulis dapat saat ini mendapat berkat dari Tuhan
Yang Maha Esa karena tiada kata satupun yang dapat terwujud jika atas kehendak
dan karunianya.
Medan, Agustus 2009 Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... iv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 3
1.3 Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5
1.4 Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 5
1.5 Sistematika Penulisan Laporan Praktik Kerja Lapangan Mandiri ... 7
BAB II GAMBARAN UMUM DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI SUMATERA UTARA ... 9
2.1 Sejarah Singkat Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara ... 9
2.2 Stuktur Organisasi Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara ... 10
BAB III GAMBARAN OBJEK PAJAK ... 18
3.1 Ketentuan Umum ... 18
3.1.1 Pengertian Pajak ... 18
3.1.2 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Penghasilan ... 18
3.2 Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 20
3.2.1 Pengertian PPh Pasal 21 ... 20
3.2.2 Pemotong Pajak PPh Pasal 21 ... 20
3.2.4 Hak dan Kewajiban Pemotong Pajak Serta
Penerima Penghasilan yang Dipotong Pajak ... 23
3.2.5 Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal 21 ... 24
3.2.6 Pengurangan yang Diperbolehkan ... 26
3.2.7 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) ... 28
3.2.8 Tarif PPh Pasal 21 dan Penerapannya... 29
3.2.9 Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21 ... 30
BAB IV ANALISA DAN EVALUASI ... 33
4.1 Objek dan Subjek PPh Pasal 21 di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara ... 33
4.1.1 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 ... 33
4.1.2 Subjek PPh Pasal 21 di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara ... 33
4.2 Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 atas Pegawai Tetap di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara ... 34
4.3 Prosedur penyetoran PPh Pasal 21 Pegawai Tetap yang Dipotong Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara ... 37
4.4 Prosedur Pelaporan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara... 38
4.5 Pendaftaran dan Penilaian ... 40
4.5.1 Pendaftaran ... 40
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 42
5.1 Kesimpulan ... 42
5.2 Saran ... 43
BAB I PENDAHULUAN
I.1 Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Pajak merupakan salah satu pemasukan negara yang terbesar, hal ini dapat
dilihat dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) bahwa penerimaan
negara dari sektor pajak merupakan yang menjadi primadona sejak penerimaaan
negara dari sektor migas yang nilainya merosot di pasar internasional. Pajak
merupakan alternatif bagi pemerintah untuk meningkatkan penerimaannya
sebagaimana telah direncanakan dalam Rencana Anggaran Pendapatan Negara
(APBN). Diantaranya usaha pemerintah untuk meningkatkan penerimaan pajak,
pemerintah melakukan upaya-upaya yaitu melalui Ekstensifikasi pajak (usaha
mengoptimalkan penerimaan pajak dengan meningkatkan faktor-faktor penunjang
dari luar) dan Intensifikasi pajak (usaha mengoptimalkan penerimaan pajak
dengan meningkatkan faktor-faktor dari dalam) dan perlunya keadilan dalam
pengenaan pajak secara adil dan merata serta disesuaikan dengan kepastian
hukum yang pasti dalam pemungutan pajak bagi pembayar pajak.
Masalah pajak merupakan masalah yang dihadapi pihak pemerintah
sebagai pihak yang memungut pajak dengan rakyat sebagai pihak yang
berkewajiban membayar pajak. Masing-masing pihak memiliki kepentingan yang
saling ketergantungan. Tentang besarnya beban pajak, masyarakat wajib pajak
mengharapkan adanya pemungutan pajak yang adil, artinya besarnya pajak yang
terutang sesuai kemampuan wajib pajak, sedangkan harapan pemerintah sebagai
pemungut pajak mengharapkan adanya pelunasan pajak yang tepat waktu dan
Penerimaan pajak oleh negara salah satunya diperoleh dari pajak
penghasilan. Pajak penghasilan adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan
yang diterima/diperoleh seseorang atau badan dalam tahun pajak atau bahagian
tahun pajak. Sedangkan ketentuan Pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan
No. 36 Tahun 2008 mengatur tentang pembayaran pajak dalam tahun berjalan
melalui pemotongan pajak atas penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh
wajib Pajak Orang Pribadi dalam negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan
kegiatan lainnya.
Salah satu Perundang-undangan yang mengatur Pajak Penghasilan adalah
UU No. 7 Tahun 1983, setelah mengalami beberapa kali perubahan terakir diubah
menjadi UU No. 36 Tahun 2008 yang tertuang di dalamnya PPh Pasal 21
sebagaimana telah diuraikan diatas sangat menentukan peningkatan penerimaan
pajak, karena dianggap memiliki peranan dan dapat memberikan sumber
penerimaan yang bersipat elastis khususnya pada karyawan/pegawai tetap di
instansi atau perusahaan. Para pegawai tetap tidak dapat mengelak untuk tidak
membayar pajak karena data berupa penghasilan lengkap ada pada Badan selaku
pemberi kerja.
Ketentuan Pasal 21 Undang-undang Pajak Penghasilan mengatur tentang
pembayaran pajak dalam tahun berjalan melalui pemotongan pajak atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh oleh Wajib Pajak Orang Pribadi dalam
negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan.
Pajak Penghasilan dapat dilihat dari 2 (dua) subjek yang berbeda yakni
Orang Pribadi dan Badan. Pajak Penghasilan Badan umumnya lebih mudah
teridentifikasi serta pemungutan pajak atas Badan jauh lebih optimal dari pada
Namun dalam kenyataan kendala-kendala masih terutama akibat informasi
yang diberikan dalam bentuk buku panduan perpajakan dan pembaca tidak
selamanya mengerti, dimana perusahaan atau badan usaha lainnya disebut sebagai
Pemotongan PPh Pasal 21 masih salah dalam melakukan perhitungan sehingga
tidak jarang para pegawainya merasa dirugikan.
I.2 Tujuan dan Manfaat Praktik Kerja Lapangan Mandiri
Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) merupakan salah satu syarat
yang wajib dilaksanakan oleh Mahasiswa untuk menyelesaikan Pendidikan
Program Studi Diploma III Administrasi Perpajakan pada Fakultas Ilmu Sosial
dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
1. Secara spesifik tujuan yang ingin dicapai dalam melaksanakan Praktek Kerja
Lapangan Mandiri ini adalah :
a. Untuk memperoleh dan melihat secara langsung mengenai Prosedur
Perhitungan PPh Pasal 21 Orang Pribadi Bagi Kepala Sub Bagian Keuangan Pada Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara.
b. Untuk memperkenalkan secara langsung kepada Mahasiswa situasi dunia
kerja yang sebenarnya sehingga diharapkan nantinya tabu dan dapat
membedakan dunia kerja dengan dunia pendidikan.
2. Sedangkan manfaat yang dicapai dalam Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan
Mandiri adalah :
a. Bagi Mahasiswa
1) Guna mendorong mahasiswa untuk belajar mengetahui bagaimana
2) Guna Memotivasi mahasiswa untuk beraktivitas dalam melakukan
pekerjaan secara efisien dan efektif melalui Praktek Kerja Lapangan
Mandiri.
3) Menguji dan mengukur kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa
dalam menghadapai situasi dunia kerja yang sebenarnya.
b. Bagi Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara
Sebagaimana sarana untuk mempererat hubungan yang positif antara
Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara dengan lembaga
Pendidikan khususnya Universitas Sumatera Utara.
1) Guna memenuhi kebutuhan akan tenaga-tenaga terampil yang sesuai
dengan keahliannya dan nantinya merupakan tenaga ahli yang siap
pakai sesuai dengan bidang ilmu yang diketahui.
2) Dengan dilaksanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri bagi
mahasiswa dituntut sumbangsih terhadap Instansi/Perusahaan baik
berupa saran maupun kritikan yang bersifat membangun yang menjadi
sumber masukan untuk meningkatkan kinerja di lingkungan
Instansi/Perusahaan tersebut.
c. Bagi Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik (Administrasi Perpajakan)
Universitas Sumatera Utara
1) Guna meningkatkan profesionalisme dan memperluas wawasan serta
memantapkan pengetahuan dan keterampilan Mahasiswa dalam
menerapkan Ilmu khususnya di bidang Perpajakan.
2) Membuka interaksi antara Dosen dengan Instansi/ Perusahaan yang
bersangkutan dalam memberika uji nyata mengenai ilmu pengetahuan
3) Mempertinggi Image (pandangan) masyarakat terhadap Sumber Daya
Manusia yang dihasilkan dari Lembaga pendidikan Nasional
khususnya Universitas Sumatera Utara dengan persepsi umum.
I.3 Ruang Lingkup Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
Dalam hal ini penulis melakukan PKLM di Dinas Pemuda Dan Olahraga
Provinsi Sumatera Utara. PKLM ini dilaksanakan Pada bulan Mei 2009. Dalam
PKLM ini penulis ingin mendapatkan Data Tahun 2009 tentang "Tata Cara
Perhitungan PPh Pasal 21 Orang Pribadi Bagi Kepala Sub Bagian Keuangan Pada Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara".
I.4 Metode Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM).
Dalam melakukan penelitian Penulis Melakukan metode-metode yang
diperlukan. Adapun yang menjadi metode praktik kerja lapangan mandiri (PKLM)
antara lain :
1. Tahap Persiapan
Hal ini berkaitan dengan persiapan yang dilakukan oleh Mahasiswa dalam
melaksanakan PKLM nya, misalnya pembuatan proposal, pengajuan tempat
PKLM, pemberian Dosen Pembimbing, Permohonan surat jalan/Permohonan
dari Fakultas dan sebagainya.
2. Studi Literatur
Persiapan studi literatur yang akan dilakukan adalah persiapan dalam mencari
data dan informasi untuk mempersiapkan segala sesuatu yang berhubungan
dan bisa dijadikan sumber oleh penulis dalam rangka melakukan praktik kerja
3. Studi Observasi Lapangan
Penulis melakukan pengamatan langsung pada objek Praktik Kerja Lapangan
Mandiri untuk mengetahui bagaimana Tata Cara Perhitungan PPh Pasal 21
Orang Pribadi Bagi Kepala Sub Bagian Keuangan pada Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara ditempat peserta melakukan
Praktik Kerja Lapangan Mandiri.
4. Metode Pengumpulan Data
Dalam melasanakan Praktik Kerja Lapangan Mandiri Penulis juga akan
mengumpulkan data yang diperlukan dalam menyusun akhir dari kegiatan
Praktek Kerja Lapangan Mandiri.
Untuk mengumpulkan data yang informasinya diperlukan Praktik Kerja
Lapangan Mandiri ini, maka penulis menggunakan metode pengumpulan data
sebagai berikut :
a. Metode Observasi (Observasi Guide)
Pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung ataupun tidak
langsung turun ke lapangan untuk melakukan peninjauan dengan
mengamati, mendengar dan bila perlu membantu mengerjakan tugas yang
diberikan pihak instansi dengan diberikan petunjuk atau arahan terlebih
dahulu dengan berpedoman pada ketentuan yang berlaku pada instansi dan
tidak boleh melakukan pekerjaan yang menjadi rahasia dan memiliki
resiko tinggi.
b. Metode Wawancara
Yaitu kegiatan mengumpulkan dan mencari data dengan melakukan
berkompeten dan menambah objektif yang berkaitan dengan kebutuhan
untuk melengkapi.
c. Metode Dokumentasi (Optimal)
Pengumpulan data dengan melakukan studi dokumentasi, misalnya dengan
mengumpulkan daftar dokumentsi yang diperlukan seperti peraturan
pemerintah yang berlaku, Undang-undang Perpajakan, Lampiran-lampiran
formulir, data mengenai pembayaran pajak, data mengenai kepegawaian
dan data-data lain yang berhubungan dengan Praktek Kerja Lapangan
Mandiri yang penulis lakukan.
5. Analisis Data dan Evaluasi
Setelah Penulis memperoleh data yang diperlukan Penulis akan menganalisis
dan mengevaluasi data secara kumulatif yang kemudian akan diinterpretasikan
secara objektif, jelas, dan sistematis.
I.6 Sistematika Penulisan Laporan PKLM (Praktek Kerja Lapangan Mandiri)
BAB I : PENDAHULUAN
Pada bab ini Penulis akan mengemukakan Latar Belakang
Praktek Kerja Lapangan Mandiri, Tujuan dan manfaat
Praktek Kerja Lapangan Mandiri, Metode Pengumpulan
Data dan Sistematika penulisan Laporan Kerja Lapangan
BAB II : GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
Pada bab ini Penulis akan menguraikan sejarah singkat
Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara,
struktur organisasi pada bagian Instansi/Perusahaan,
uraian tugas pokok dan fungsi, serta gambaran
Pegawai/Karyawan/ Anggota personil.
BAB III : GAMBARAN OBJEK PAJAK
Pada bab ini Penulis akan menguraikan
ketentuan-ketentuan yang mengenai PPh Pasal 21, Objek dan
Subjek Pasal 21 UU No. 17 tahun 2000,
perubahan-perubahan pada perundang-undangannya, Cara
perhitungan, Cara pelaporan, Pendaftaran dan Penilaian
dan lain-lain.
BAB IV : ANALISA DAN EVALUASI
Dalam bab ini Penulis akan Menguraikan mengenai dasar
hukum, Prosedur dalam perhitungan PPh Pasal 21
Orang Pribadi Bagi Kepala Sub Bagian Keuangan Pada Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara serta pendaftaran dan penilaiannya.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Dalam bab ini Penulis akan memaparkan kesimpulan dari
Objek yang telah diteliti serta saran-saran yang
BAB II
GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PKLM
II.1 Sejarah Singkat Berdirinya Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara.
Berdirinya Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara sejak
tahun 1999 adalah dalam rangka upaya pembinaan dan pengembangan
Pemuda dan Olahraga yang merupakan faktor potensial di dalam usaha
pembangunan Sumatera Utara secara menyeluruh dan merata, maka
dibentuklah Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara
(Disporasu) berdasar pasal 49 ayat 1 Undang-Undang No. 5 tahun 1974
dengan Peraturan Daerah No. 14 tahun 1997.
Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara dalam hal
melaksanakan tugas dan fungsi selain bertanggung jawab langsung kepada
Gubernur Sumatera Utara, juga berkoordinasi dengan Kementrian Negara
Pemuda dan Olahraga Republik Indonesia.
Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara telah mengalami
pergantian Kepala Dinas sebanyak 3 ( tiga ) kali yaitu tahun 1999-2002,
tahun 2002-2004 dan tahun 2004 sampai dengan sekarang.
Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara pada tahun 2005
telah sukses menyelenggarakan Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS)
VIII yang diikuti oleh 30 Provinsi Se- Indonesia dengan jumlah peserta
sebanyak ± 5.000 orang, Dinas Pemuda dan Olahraga Sumatera Utara
sebagai Tuan Rumah Penyelenggara terbaik pada penghargaan HAORNAS
(Hari Olahraga Nasional) XXIII tanggal 9 September 2005.
II.2 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas
Adapun struktur organisasi di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi
Gambar 4
Struktur Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara
WAKIL KEPALA DINAS
KELOMPOK FUNGSIONAL KASSUBAG UMUM/ KEPEGAWAIAN KASUBBAG KEUANGAN KASUBBAG ORGANISASI HUKUM
SUBDIS BINA PROGRAM
KABAG TATA USAHA
SUBDIS BINA KEPEMUDAAN
KASI PENYUSUNAN PROGRAM & INFORMASI
KASI MONITORING & EVALUASI
KASI PEMBERDAYAAN ANAK & REMAJA
KASI PEMBERDAYAAN ORGANISASI, PRODUKTIVITAS & KEWIRAUSAHAAN PEMUDA SUBDIS BINA KEOLAHRAGAAN KASI PEMBERDAYAAN OLAHRAGA PRESTASI KASI PEMBERDAYAAN OLAHRAGA MASYARAKAT & ORGANISASI KEOLAHRAGAAN
SUBDIS PRASARANA & SARANA
KASI PRASARANA & SARANA KEPEMUDAAN
KASI PEMBERDAYAAN & PENGEMBANGAN
Sesuai dengan Peraturan Gubernur Sumatera Utara No. 2 Tahun 2005 tentang
tugas, fungsi dan tata kerja Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara
tanggal 16 Maret 2005, yaitu :
a. Kepala Dinas
Mempunyai tugas membantu Gubernur melaksanakan tugas otonomi, tugas
pembantuan serta tugas dekonsentrasi di bidang Pemuda dan Olahraga.
b. Wakil Kepala Dinas
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan tugas otonomi,
tugas pembantuan serta tugas dekonsentrasi di bidang Pemuda dan Olahraga
dengan konsentrasi tugas pengembangan, peningkatan dan kemajuan di bidang
olahraga.
c. Kepala Bagian Tata Usaha
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas di bidang umum dan kepegawaian,
keuangan, organisasi dan hukum, di dalam melaksanakan tugasnya dibantu oleh :
1) Kasubbag Umum dan Kepegawaian.
Mempunyai tugas menyelenggarakan urusan tata usaha, administrasi
umum dan barang/ perlengkapan perjalananan dinas dan pengelolaan
kepegawaian.
2) Kasubbag Keuangan.
Mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan data untuk
penyusunan bahan penyempurnaan Standar Akuntanbilitas pengelolaan
3) Kasubbag Organisasi dan Hukum.
Mempunyai tugas mengumpulkan, mengelola dan menyajikan data untuk
penyusunan bahan penyempurnaan standar ketatalaksanaan dan
kelembagaan serta pengelolaan produk-produk hukum di lingkungan
dinas.
d. Kasubdis Bina Program
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam menyusun program Dinas
pengelolaan informasi serta monitoring dan evaluasi dan dalam melaksanakan
tugas Kasubdis Bina Program dibantu oleh :
1) Kasi Penyusunan Program dan Informasi.
mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data
untuk penyusunan program Dinas serta pengelolaan informasi
Kepemudaan dan Keolahragaan.
2) Kasi Monitoring dan Evaluasi.
Melaksanakan pengumpulan, pengolahan dan evaluasi data untuk
penyusunan laporan pelaksanaan program Dinas, sesuai ketentuan dan
standar yang ditetapkan.
e. Kasubdis Bina Kepemudaan
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan pemberdayaan
anak dan remaja, pemeberdayaan organisasi, produktifitas dan kewirausahaan
Pemuda dan dalam melaksanakan tugas Kasubdis Bina Kepemudaan dibantu
1) Kasi Pemberdayaan Anak dan Remaja.
Mempunyai tugas Mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan/ data
untuk penyusunan rencana jangka menengah dan tahunan dalam
pengembangan dan peningkatan usaha pemberdayaan anak dan remaja,
sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan.
2) Kasi Pemberdayaan Organisasi, Produktivitas dan Kewirausahaa
Kepemudaan.
Mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data
untuk penyusunan rencana jangka menengah dan tahunan dalam
pengembangan dan peningkatan usaha pemberdayaan organisasi,
produktifitas dan kewirauswastaan Kepemudaan.
f. Kasubdis Bina Keolahragaan
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam melaksanakan Pemberdayaan
Olahraga Prestasi, Olahraga Kemasyarakatan dan Organisasi Keolahragaan dan
dalam melaksanakan tugas Kasubdis Bina Keolahragaan dibantu oleh :
1) Kasi Pemberdayaan Olahraga Prestasi
Mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data
untuk penyempurnaan dan penyusunan standar pelaksanaan kewenangan
daerah kabupaten / kota serta standar pelaksanaan tugas-tugas Dinas
dalam pemberdayaan olahraga prestasi, serta koordinasi dan kerjasama
2) Kasi Pemberdayaan Olahraga Kemasyarakatan dan Organisasi
Keolahragaan.
Mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data
untuk penyempurnaan dan penyusunan standar pelaksanaan kewenangan
daerah kabupaten/ kota dan standar pelaksanaan tugas-tugas Dinas dalam
olahraga kemasyarakatan dan organisasi keolahragaan serta koordinasi
dan kerja sama pelaksanaan dengan berbagai pihak terkait.
g. Kasubdis Pemberdayaan Prasarana dan Sarana
Mempunyai tugas membantu Kepala Dinas dalam pengembangan dan kerja sama
pengolahan Prasarana dan Sarana Kepemudaan, pemberdayaan dan pengembangan
sarana, prasarana dan industri olahraga.
Dalam melaksanakan tugas Kasubdis Sarana dan Prasarana dibantu oleh:
1) Kasi Prasarana dan Sarana Kepemudaan
Mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data
untuk penyempurnaan dan penyusunan standar pelaksanaan kewenangan
daerah kabupaten / kota dan standar pelaksanaan tugas-tugas Dinas dalam
pelaksanaan inventarisasi, fasilitas pengelolaan dan kerja sama
2) Kasi Pemberdayaan dan Pengembangan Sarana, Prasarana dan Industri
Olahraga.
Mempunyai tugas mengumpulkan, mengolah dan menyajikan bahan / data
untuk penyusunan rencana jangka menengah dan tahunan dalam
pengembangan dan peningkatan usaha pemberdayaan Prasarana dan
Sarana Industri olahraga.
Selanjutnya, di Dinas Pemuda dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara setiap
Subdis mempunyai jenis kegiatan yang berbeda sehingga alokasi anggaran yang
ditempatkan berbeda sesuai dengan program dan kegiatan masing-masing, yaitu :
1. Bagian Tata Usaha
Penyusunan anggaran di bagian Tata Usaha meliputi Belanja Tidak
Langsung, Belanja Langsung dan Belanja Modal. Pengganggaran hanya terpusat
pada kegiatan rutin kantor, seperti gaji pegawai dan biaya operasional kantor
sehingga setiap tahunnya kegiatan yang dianggarkan sama kecuali belanja
modal.
2. Subdis Bina Keolahragaan
Penyusunan anggaran di subdis bina keolahragaan hanya meliputi belanja
langsung karena kegiatan yang dilaksanakan hanya bersifat pelayanan publik
yang bergerak di bidang olahraga.
3. Subdis Bina Kepemudaan
Penyusunan anggaran di subdis bina kepemudaan sama dengan subdis bina
4. Subdis Sarana/ Prasarana
Penyusunan anggaran di subdis sarana/ prasarana meliputi belanja langsung
dan belanja modal karena alokasi anggaran hampir semua adalah pembangunan
sarana dan prasarana olahraga dan kepemudaan.Selanjutnya anggaran setiap
subdis dikumpulkan dan digabung menjadi satu, kemudian Kasubbag Keuangan
bersama tim pembuat anggaran Disporasu akan memeriksa dan memverifikasi
setiap anggaran dengan memperhatikan kode rekening, jumlah anggaran dan
penempatan anggaran sehingga tidak melebihi dari pagu anggaran
BAB III
GAMBARAN OBJEK PAJAK
3.1 Ketentuan Umum 3.1.1 Pengertian Pajak
Menurut Undang – Undang Nomor 28 Tahun 2007, Pajak adalah kontribusi wajib
kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa
berdasarkan Undang – Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan
digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar – besarnya kemakmuran rakyat. Sedangkan
menurut Prof. Dr. Rochmat Soemitro defenisi pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan Undang – Undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal
balik yang langsung dapat ditunjuk dan yang digunakan untuk membiayai pengeluaran
umum.
3.1.2 Dasar Hukum Pemungutan Pajak Penghasilan
a. Undang – Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Pengahasilan sebagaimana
telah beberapa kali diubah dengan Undang – Undang Nomor 36 Tahun 2008.
b. Undang –Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagimana telah beberapa kali diubah dengan Undang – Undang Nomor
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252/PMK/PMK.03/2008 Tentang Petunjuk
Pelaksanaan Pemotongan Pajak Penghasilan sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa dan
Kegiatan Orang Pribadi.
Adapun Dasar hukum dalam Pemotongan dan Penyetoran PPh pasal 21 atas Pegawai
Tetap di Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara adalah:
a. Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagimana telah beberapa kali diubah dengan Undang – Undang Nomor
28 Tahun 2007.
b. Undang-Undang No. 17 Tahun 2000 Tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah
diubah dengan Undang-undang No. 36 Tahun 2008.
c. Keputusan Menteri keungan RI Nomor 250/PMK.03/2008 tentang besarnya biaya
jabatan atau biaya pensiun yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto Pegawai
tetap atau pensiunan.
d. Keputusan Menteri Keungan Nomor 250/PMK.03/2008 tentang petunjuk
pelaksanaan pemotongan pajak atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa,
dan kegiatan orang pribadi.
e. Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor KEP-545/PJ./2000 tentang Petunjuk
pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan
3.2 Pajak Penghasilan Pasal 21 3.2.1 Pengertian PPh Pasal 21
Menurut Pasal 4 ayat 1 Undang – Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008:
“Penghasilan adalah setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Wajib Pajak,baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang
dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang
bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun”.
Sedangkan Pajak Penghasilan Pasal 21 adalah Pajak atas penghasilan berupa gaji, upah,
honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun
sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh orang
pribadi Subjek Pajak dalam negeri sebagaimana dimaksud dalam Pasal 21 Undang – Undang
Pajak Penghasilan (Pasal 4 ayat 1 Undang – Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008).
3.2.2 Pemotong PPh Pasal 21
Pemotong PPh Pasal 21 adalah setiap orang pribadi atau badan yang di wajibkan oleh
UU No. 7 Tahun 1983 tentang PPh sebagaimana telah diubah dengan
UU No. 17 Tahun 2000 dan diubah dengan UU No. 36 Tahun 2008 untuk memotong PPh
Pasal 21. Termasuk Pemotong PPh Pasal 21 adalah:
a. Pemberi kerja yang terdiri atas orang pribadi atau badan termasuk Bentuk
Usaha Tetap (BUT), baik merupakan pusat maupun cabang, perwakilan atau
dengan nama apapun sebagai imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa
yang dilakukan oleh pegawai atau bukan pegawai.
b. Bendaharawan pemerintah yang membayar gaji, upah, honorarium, tunjangan,
dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan, jasa atau kegiatan.
c. Dana pensiun badan penyelenggara Jaminan Sosial Tenaga Kerja dan badan –
badan lain yang membayar uang pensiun, Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari
Tua.
d. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap (BUT) yang membayar honorarium
atau pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan, jasa,
termasuk jasa tenaga ahli dengan status Wajib Pajak dalam
negeri yang melakukan pekerjaan bebas dan bertindak untuk dan atas namanya
sendiri bukan untuk dan atas nama persekutuannya.
e. Perusahaan, badan, dan bentuk usaha tetap yang membayar honorarium atau
pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan kegiatan dan jasa yang
dilakukan oleh orang pribadi dengan status Wajib Pajak Luar Negeri.
f. Yayasan (termasuk yayasan dibidang kesejahteraan, rumah sakit, pendidikan
kesenian, olahraga, kebudayaan) lembaga kepanitiaan, asosiasi, perkumpulan,
dan organisasi masa, organisasi sosial politik dan organisasi lainnya dalam
bentuk apapun dalam segala bidang kegiatan sebagai pembayar gaji upah.
g. Honorarium atau imbalan dengan nama apapun sehubungan dengan pekerjaan,
jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi.
h. Perusahaan, badan dan bentuk usaha tetap yang membayarkan honorarium atau
i. Penyelenggara kegiatan (termasuk badan pemerintah, organisasi termasuk
organisasi internasional, perkumpulan, orang pribadi, serta lembaga lainnya yang
menyelenggarakan kegiatan) yang membayar honorarium, hadiah atau
penghargaan dalam bentuk apapun kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam
negeri berkenaan dengan suatu kegiatan.
3.2.3 Penerima Penghasilan ( Wajib Pajak PPh Pasal 21)
a. Pegawai, yaitu setiap orang pribadi, yang melakukan pekerjaan berdasarkan suatu
perjanjian atau kesepakatan kerja baik tertulis maupun tidak tertulis, termasuk yang
melakukan pekerjaan dalam jabatan negeri atau Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
dan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).
b. Penerima Pensiun, yaitu orang pribadi atau ahli warisnya yang menerima atau
memperoleh imbalan atau pekerjaan yang dilakukan di masa lalu, termasuk orang
pribadi atau ahli warisnya yang menerima uang pensiun, Tabungan Hari Tua atau
Tunjangan Hari Tua.
c. Penerima honorarium, yaitu orang pribadi yang menerima atau memperoleh imbalan
sehubungan dengan jasa, jabatan, atau kegiatan yang dilakukannya.
d. Penerima upah, yaitu orang pribadi yang menerima upah harian, upah mingguan, upah
borongan, atau upah satuan.
e. Orang pribadi lainnya yang menerima atau memperoleh penghasilan sehubungan
3.2.4 Hak Dan Kewajiban Pemotong Pajak Serta Penerima Penghasilan Yang Dipotong Pajak
a. Pemotong PPh Pasal 21 dan Penerima Penghasilan yang Dipotong PPh Pasal
21 wajib mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai dengan Ketentuan
yang berlaku.
b. Pegawai, Penerima Pensiun berkala, serta bukan pegawai sebagaimana dimaksud
dalam pasal 9 ayat (1) huruf a angka 4 wajib membuat surat pernyataan yang berisi
jumlah tanggungan keluarga pada awal tahun kalender atau pada saat mulai menjadi
Subjek Pajak dalam negeri sebagai dasar penentuan PTKP dan wajib menyerahkan
nya kepada pemotong pajak pada saat mulai bekerja atau mulai pensiun.
c. Dalam hal terjadi perubahan tanggungan keluarga pegawai, penerima pensiun berkala
dan bukan pegawai wajib membuat surat pernyataan baru dan menyerahkan kepada
Pemotong PPh Pasal 21 paling lama sebelum mulai tahun kalender berikutnya.
d. Pemotong PPh Pasal 21 wajib menghitung, memotong, menyetorkan dan melaporkan
PPh Pasal 21 yang terhutang untuk setiap bulan kalender.
e. Pemotong PPh Pasal 21 wajib membuat catatan atau kertas kerja perhitungan PPh
Pasal 21 untuk masing – masing penerima penghasilan, yang menjadi dasar
pelaporan PPh Pasal 21 yang terhutang untuk setiap masa pajak dan wajib
menyimpan catatan atau kertas kerja perhitungan tersebut sesuai dengan ketentuan
f. Ketentuan mengenai kewajiban untuk melaporkan pemotongan PPh Pasal 21 untuk
setiap bulan kalender sebagaiman dimaksud pada ayat (4) tetap berlaku, dalam hal
jumlah pajak yang dipotong pada bulan yang bersangkutan nihil.
g. Dalam suatu bulan terjadi kelebihan penyetoran pajak atas PPh Pasal 21 yang
terhutang, kelebihan penyetoran tersebut dapat diperhitungkan dengan PPh Pasal 21
yang terhutang pada bulan berikutnya melalui Surat Pemberitahuan Masa PPh Pasal
21.
h. Pemotong PPh Pasal 21 wajib membuat bukti pemotongan PPh Pasal 21 dan
memberikan bukti pemotongan tersebut kepada penerima penghasilan yang dipotong
pajak
i. Bentuk formulir pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud pada ayat (7)
ditetapkan dengan Peraturan Direktorat Jendral Pajak.
3.2.5 Penghasilan Yang Dipotong PPh Pasal 21
Penghasilan yang dipotong PPh Pasal 21 adalah
a. Penghasilan yang diterima atau diperoleh pegawai atau penerima pensiun secara
teratur berupa gaji, uang pensiun bulanan, upah, honorarium (termasuk
honorarium anggota dewan komisaris atau anggota dewan pengawas), premi
bulanan, uang lembur, uang sokongan, uang tunggu, uang ganti rugi, tunjangan
istri, tunjangan anak, tunjangan jabatan, tunjangan khusus, tunjangan transport,
hadiah, premi asuransi yang dibayar oleh pemberi kerja, dan penghasilan lainnya
dengan nama apapun.
b. Penghasilan yang diterima atau diperoleh secara tidak teratur berupa jasa produksi,
gratifikasi, tunjangan cuti, tunjangan hari raya, tunjangan tahun baru, bonus, premi
tahunan, dan pengahasilan sejenis lainnya yang sifatnya tidak tetap.
c. Upah harian, upah mingguan, upah satuan, dan upah borongan yang diterima atau
diperoleh pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, serta uang saku harian atau
mingguan yang diterima peserta pendidikan, pelatihan , pemagangan yang
merupakan calon pegawai.
d. Uang tebusan pensiun, Uang Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua, Uang
Pesangon, dan pembayaran lain yang sejenis.
e. Honorarium, uang saku, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, komisi, beasiswa, dan pembayaran lain sebagai imbalan sehubungan dengan
pekerjaan, jasa dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Dalam Negeri, terdiri
dari:
1. Tenaga ahli, yaitu pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan, notaris,
penilai dan aktuaris.
2. Penasehat, pengajar, pelatih, penceramah, dan moderator
3. Pemberi jasa dalam bidang tehnik, komputer dan sistem aplikasinya,
telekomunikasi, elektronika, fotografi, ekonomi dan sosial.
5. Pengawas, pengelola proyek, anggota dan pemberi jasa kepada suatu
kepanitiaan, peserta sidang dan rapat, dan tenaga lepas lainnya dalam segala
bidang kegiatan.
6. Peserta pendidikan, pelatihan, dan pemagangan
7. Petugas dinas luar asuransi.
f. Gaji, tunjangan – tunjangan lain terkait gaji yang diterima oleh pejabat negara, PNS,
serta uang pensiun dan tunjangan – tunjangn lain yang sifatnya terkait dengan uang
pensiun yang diterima oleh pensiunan.
g. Penerima dalam bentuk natura dan kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam
bentuk yang diberikan oleh bukan Wajib Pajak atau Wajib Pajak yang dikenakan PPh
yang bersifat final dan yang dikenakan PPh berdasarkan norma penghitungan khusus.
3.2.6 Pengurangan Yang Diperbolehkan
Untuk Pegawai Tetap pengurangan yang diperbolehkan dari penghasilan bruto untuk
menentukan besarnya penghasilan neto adalah :
a. Biaya jabatan, yaitu biaya untuk mendapatkan, menagih, dan memelihara
penghasilan, yang besarnya adalah 5% (lima persen) dari penghasilan bruto,
dengan jumlah maksimum yang diperkenankan sebesar Rp. 6.000.000
setahun atau Rp. 500.000 sebulan.
b. Iuran yang terkait dengan gaji yang dibayar oleh pegawai kepada dana
Badan Penyelenggara Tabungan Hari Tua atau Jaminan Hari Tua yang
dipersamakan dengan dana pensiun yang pendirinya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan.
Untuk menentukan Penghasilan Kena Pajak, Penghasilan netonya dikurangi dengan
Penghasilan Tidak Kena Pajak ( PTKP ) yang sebenarnya.
a) Dalam hal karyawati kawin, PTKP yang dikurangkan adalah hanya untuk dirinya
sendiri, dan dalam hal tidak kawin pengurangan PTKP selain untuk dirinya sendiri
ditambah dengan PTKP untuk keluarga yang mejadi tanggungan sepenuhnya.
b) Bagi Karyawati yang menunjukan keterangan tertulis dari pemerintah daerah
setempat (serendah – rendahnya kecamatan) bahwa suaminya tidak menerima atau
memperoleh penghasilan, diberikan tambahan penghasilan, diberikan tambahan
PTKP sebesar RP. 15.840.000 setahun atau Rp. 1.320.000 sebulan dan ditambah
PTKP untuk keluarga yang menjadi tanggungan sepenuhnya paling banyak tiga
orang, masing – masing sebesar Rp. 1.320.000 setahun atau Rp. 110.000 sebulan.
c) Besarnya PTKP ditentukan berdasarkan keadaan pada awal tahun kalender. Adapun
pegawai yang baru datang, dan menetap di Indonesia dalam bagian tahun kalender,
besarnya PTKP tersebut berdasarka keadaan pada awal bulan dari bagian tahun
3.2.7 Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP)
Untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak dari Wajib Pajak Dalam
Negeri, Penghasilan nettonya dikurangi dengan jumlah PTKP.
Besarnya PTKP yang berlaku sesuai dengan Pasal 7 UU PPh No.17 tahun 2000
sebagaimana telah diubah dengan UU PPh No. 36 Tahun 2008 adalah sebagai
berikut:
Keterangan PTKP 2009
Setahun (Baru)
PTKP 2006 Setahun (lama)
Untuk diri Wajib Pajak Rp. 15.840.000 Rp. 13.200.000
Tambahan untuk Wajib
Pajak yang kawin
Rp. 1.320.000 Rp. 1.200.000
Tambahan untuk seorang
istri yang
penghasilannya di
gabung dengan
penghasilan suami
Rp. 15.840.000 Rp. 13.200.000
Tambahan untuk setiap
anggota keluarga
sedarah dan semenda
dalam garis keturunan
lurus serta anak angkat
yang menjadi
tanggungan sepenuhnya
paling banyak 3 (tiga)
orang
3.2.8 Tarif PPh Pasal 21 dan Penerapannya
Tarif Pasal 17 UU No. 17 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah dengan UU No. 36
Tahun 2008, dengan ketentuan sebagai berikut:
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp. 50.000.000 5%
Diatas Rp. 50.000.000 s/d Rp. 250.000.000 15%
Diatas Rp. 250.000.000 s/d Rp. 500.000.000 25%
Diatas RP. 500.000.000 30%
Penerapan Tarif
Tarif pasal 17 x Penghasilan Kena Pajak
Penghitungan PKP:
Penghasilan bruto dikurangi biaya jabatan, iuran pensiun termasuk Iuran Tabungan Hari Tua
3.2.9 Contoh Penghitungan Pemotongan PPh Pasal 21
Contoh Perhitungan PPh Pasal 21 Terhadap Penghasilan Pegawai Tetap
Tuan Daniel status menikah dan mempunyai satu orang anak, tuan daniel bekerja pada
PT.X dengan memperoleh gaji sebulan Rp 2.500.000 PT.X masuk program jamsostek, Premi
asuransi kecelakaan kerja dan Premi asuransi kematian ditanggung oleh pemberi kerja setiap
bulan masing-masing Rp 25.000 dan Rp 5.000 sedangkan yang ditanggung oleh Tuan Daniel
setiap bulan masing-masing Rp15.000 dan Rp5.000. disamping itu.pemberi kerja juga
menanggung iuran pensiun yang dibayarkan ke yayasan dana pensiun yang pendiriannya
telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan iuran THT masing-masing Rp25.000 dan
Rp10.000 sedangkan yang ditanggung Tuan Danieli masing-masing sebesar Rp20.000 dan
Rp10.000.
Perhitungan PPh Pasal 21 Tuan Daniel berdasarkan PTKP 2006
Adalah sebagai berikut:
Gaji sebulan Rp 2.500.000
Premi Asuransi kecelakaan kerja Rp 25.000
Premi Asuransi kematian Rp 5.000
1. Biaya jabatan
+
Penghasilan Bruto Rp 2.530.000
Pengurangan
5% x Rp 2.530.000 Rp 126.000
Maksimum yang diperkenankan Rp 108.000
2. Iuran pensiun Rp 20.000
Rp 138.000 –
Penghasilan Neto sebulan Rp 2.392.000
Penghasilan Neto setahun 12 x Rp 2.392.000 Rp28.704.000
PTKP setahun
- Untuk WP sendiri Rp 13.200.000
- Untuk WP Kawin Rp 1.200.000
- Tambahan Anak Rp 1.200.000 +
Rp15.600.000 –
Penghasilan Kena Pajak(PKP) Rp13.104.000
PPh Pasal 21 Terutang setahun :
5% x Rp 13.104.000 Rp 655.200
PPh Pasal 21 Terutang Sebulan
Rp 655.200 : 12 Rp 54.000
Perhitungan PPh pasal 21 Tuan Daniel berdasarkan PTKP 2009
Adalah sebagai berikut:
Gaji sebulan Rp 2.500.000
Premi Asuransi kecelakaan kerja Rp 25.000
Premi Asuransi kematian Rp 5.000
1. Biaya jabatan
+
Penghasilan Bruto Rp 2.530.000
Pengurangan
5% x Rp 2.530.000 Rp 126.000
2. Iuran pensiun Rp 20.000
3. Iuran THT Rp 10.000 +
Rp 156.000 –
Penghasilan Neto sebulan Rp 2.236.000
Penghasilan Neto setahun 12 x Rp 2.236.000 Rp26.832.000
PTKP setahun
- Untuk WP sendiri Rp15.840.000
- Untuk WP Kawin Rp 1.320.000
- Untuk anak Rp 1.320.000 +
Rp18.480.000 –
Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 8.352.000
PPh Pasal 21 Terutang setahun :
5% x Rp 8.352.000 Rp 417.000
PPh Pasal 21 Terutang Sebulan
BAB IV
ANALISA DAN EVALUASI
4.1 Objek dan Subjek PPh Pasal 21 di Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara.
4.1.1 Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 di Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara.
Objek Pajak Penghasilan Pasal 21 pada Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi
Sumatera Utara adalah penghasilan yang diterima atau diproleh baik penghasilan secara
teratur maupun penghasilan yang diperoleh atau diterima secara tidak teratur misalnya bonus
dan THR.
4.1.2 Subjek Pajak Penghasilan Pasal 21 di Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara.
Subjek PPh Pasal 21 di Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara adalah
seluruh Pegawai tetap di Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara yang
melakukan pekerjaan berdasarkan surat ketetapan, termasuk yang melakukan pekerjaan dan
menerima atau memperoleh gaji dalam jumlah tertentu secara berkala pada Dinas Pemuda
4.2 Prosedur Perhitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 atas Pegawai Tetap di Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara.
Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara yang menurut Undang-undang
perpajakan diwajibkan memenuhi kewajiban perpajakannya dan dalam memenuhi kewajiban
perpajakan tersebut Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara melaksanakan
administrasi perpajakannya khususnya di bagian keuangan menunjuk untuk menghitung,
menyetor dan melaporkan PPh nya.
Dalam hal ini Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara selaku pemotong
melakukan pemotongan terhadap gaji ataupun penghasilan yang diterima oleh pegawai
tetapnya setiap bulan.
Dalam menghitung pajak penghasilan Pasal 21 pegawai tetap Dinas Pemuda Dan
Olahraga Provinsi Sumatera Utara masih menggunakan sistem manual dengan perhitungan
dilakukan oleh bagian keuangan, dengan penyelesaian komputerisasi oleh pegawainya untuk
kelengkapan administrasinya.
Selama PKLM ini penulis juga melakukan beberapa wawancara (interview) dengan
salah satu pegawai bagian keuangan untuk memperoleh keterangan bagaimana prosedur
yang dilakukan dalam pemotongan gaji pegawai tetapnya. Dari interview tersebut dapat
penulis menyimpulkan “ pegawai yang dipungut PPh Pasal 21 adalah pegawai tetap yang
menerima penghasilan berupa gaji, Tunjangan umum, Tunjangan Jabatan, Tunjangan Beras,
Tunjangan Anak/Istri, dan Tunjangan Khusus Pajak.
Cara pemungutan PPh Pasal 21 Pegawai melalui gaji pokok ditambah dengan
tunjangan-tunjangan tersebut maka dapat diperoleh penghasilan bruto sebulan sebagai
mendapatkan penghasilan neto, dapat dicari dengan cara memperhitungkan Gaji Pokok,
Tunjangan anak/istri,Tunjangan jabatan, serta tunjangan beras. Kemudian dipotong dengan
biaya jabatan yang diperbolehkan, Iuran pensiun, dan Iuran Taspen kemudian didapat kan
penghasilan neto sebulannya.
Untuk mengetahui berapa jumlah penghasilan neto pegawai tetap setahun, penghasilan
neto sebulan dikalikan dengan 12 bulan. Kemudian penghasilan neto pegawai tetap setahun
dikurangi dengan PTKP (penghasilan tidak kena pajak) yang sesuai dengan status dan
tanggungan pribadi pegawai tetap tersebut maka diketahuilah Penghasilan Kena Pajak (PKP)
yang merupakan dasar perhitungan PPh Pasal 21 Pegawai Tetap Dinas Pemuda Dan
Olahraga Provinsi Sumatera Utara dan seterusnya dikalikan dengan tarif Pasal 17 UU No 36
Tahun 2008 yang telah mengalami beberapa kali perubahan, pada tahun 2008 sehingga
diketahuilah seberapa besar jumlah PPh Pasal 21 Setahun ataupun perbulannya dengan
membagi dengan 12 bulan.
Dari pengamatan yang penulis lakukan selama menjalani PKLM di kantor tersebut,
penulis dapat menyimpulkan bahwa pemungutan telah dilaksanakan sesuai dengan dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dimana kantor sebagai pemungut
melakukan setiap bulannya terhadap gaji pegawai tetapnya. Berikut penulis dapat
menggambarkan beberapa contoh dalam prosedur dan perhitungan yang dilakukan pada
PERHITUNGAN PAJAK PENGHASILAN (PPh) PASAL 21
PEGAWAI NEGERI SIPIL DINAS PEMUDA DAN OLAHRAGA PROVINSI
SUMATERA UTARA
BULAN : AGUSTUS 2009
Nama : Darwin S.Sos
NIP : 400 033 439
Jabatan : Kepala Bagian Keuangan ( Kabag )
Golongan : III b
Gaji Pokok : Rp 2.045.200
Tunjangan Pajak :
- Tunjangan Struktural/Fungsional : Rp 540.000
- Tunjangan Khusus Pajak : Rp 40.904
- Tunjangan Beras : Rp 42.300 +
: Rp 623.204+
Penghasilan Bruto : Rp 2.668.404
Potongan Pajak
- Biaya Jabatan 5% x Peng. Bruto :
5% x Rp 2.668.404 : Rp 133.420
- Iuran Askes : Rp 40.904+
: Rp 174324–
Penghasilan Neto sebulan : Rp 2.494.080
Penghasilan Tidak kena Pajak (PTKP) 2009 :
- PTKP Sendiri : Rp 15.840.000
- PTKP Status Kawin : Rp 1.320.000 +
: Rp 17.160.000
* Perhitungan PPh Pasal 21
- Penghasilan Neto Setahun : Rp 29.928.960
- Penghasilan Tidak Kena Pajak :
a. Setelah seluruh PPh Pasal 21 dihitung dan dipungut setiap bulannya, selanjutnya
menyetorkan PPh Pasal 21 yang telah dipungut tersebut ke Bank SUMUT jl. Setia Budi
yang telah ditunjuk oleh pemerintah sebagai tempat pembayaran atau penyetoran pajak. Rp17.160.000 -
Penghasilan Kena Pajak (PKP) : Rp 12.768.960
PPh Pasal 21 Terutang Setahun :
5% x Rp 12.768.960 : Rp 638.448
PPh Pasal 21 Terutang Sebulan :
Rp 638.448 : 12 : Rp 53.204
4.3 Prosedur penyetoran PPh Pasal 21 pegawai tetap yang dipotong Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara.
Adapun prosedur yang dilakukan Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera
Utara dalam menyetorkan PPh Pasal 21 Yang telah dipungut atas penghasilan pegawai
b. Batas waktu pembayaran atau penyetoran PPh Pasal 21 yang telah dipungut :
Untuk pembayaran Masa PPh Pasal 21 paling lambat tanggal 10 bulan takwim
berikutnya setelah masa pajak berakhir..
c. Sarana yang digunakan dalam pembayaran dalam penyetoran PPh Pasal 21 yang terutang
adalah dengan menggunakan SSP (Surat Setoran Pajak). Dimana SSP harus diisi dengan
jumlah seluruh PPh Pasal 21 terutang atau yang akan disetor.
d. SSP yang digunakan terdiri dari 5 rangkap yang antara lain :
1. Lembar 1 untuk Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara.
2. Lembar 2 untuk Kantor Pelayanan Pajak (KPP)
3. Lembar 3 untuk Dilaporkan Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara
4. Lembar 4 untuk Bank BNI sebagai tempat penyetoran PPh Pasal 21
5. Lembar 5 untuk arsip wajib pungut atau pihak lain.
4.4 Prosedur Pelaporan PPh Pasal 21 pegawai Tetap Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara.
Setelah PPh Pasal 21 dihitung dan disetor oleh Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi
Sumatera Utara maka selanjutnya Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara
melaporkan perhitungan dan pembayaran PPh Pasal 21 yang terhutang tersebut menurut
Adapun Prosedur yang harus dilakukan oleh Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi
Sumatera Utara dalam melaporakn perhitungan dan pembayaran PPh Pasal 21 adalah
sebagai berikut :
a. Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara dalam melakukan pelaporan
pajaknya adalah dengan mengguanakan SPT (Surat Pemberitahuan) yang harus
diambil sendiri pada kantor pelayanan Pajak setempat dimana Dinas Pemuda Dan
Olahraga Provinsi Sumatera Utara terdaftar pada kantor Pelayanan Pajak Madya
Medan.
b. Menggunakan 2 jenis SPT dalam melaporkan PPh Pasal 21 yakni :
1. SPT Masa PPh Pasal 21, adalah Surat yang diperoleh Dinas Pemuda Dan
Olahraga Provinsi Sumatera Utara digunakan untuk melaporkan perhitungan dan
atau pembayaran pajak yang terhutang dalam suatu masa pajak atau pada suatu
saat.
2. SPT tahunan PPh Pasal 21, adalah Surat yang oleh Dinas Pemuda Dan Olahraga
Provinsi Sumatera Utara digunakan untuk melaporkan perhitungan dan
pembayaran pajak yang terhutang dalam suatu Tahun Pajak yakni Formulir
1721.
c. SPT diisi sesuai dengan perhitungan dan pembayaran yang dilakukan dalam suatu masa
atau tahun pajak yang bersangkutan.
d. SPT diserahkan atau dilaporkan oleh Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera
Utara selambat-lambatnya untuk SPT Masa Pasal 21 Tanggal 20 bulan takwim
selambat-lambatnya 3 bulan setelah berakhir tahun pajak (biasanya tanggal 31 Maret
tahun berikutnya) ke KPP Medan Timur.
e. Bukti-bukti yang harus dilampirkan oleh Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera
Utara pada SPT PPh Pasal 21 adalah :
1. Daftar gaji pegawai tetap Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara .
2. Surat Setoran Pajak (SSP) lembar 3.
4.5 Pendaftaran dan Penilaian
4.5.1 Pendaftaran
a. Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara sebagai pemungut pajak
mendaftarkan diri ke Kantor Pelayanan Pajak Medan Timur yang beralamat di
JL. Diponogoro, atau Kantor Penyuluhan dan Pengamatan Potensi Perpajakan
(KP4) atau Kantor pelayan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP)
untuk diberikan NPWP.
b. Bendaharawan memberikan bukti pemungutan PPh Pasal 21, baik diminta atau
tidak pada saat dilakukan pemungutan pajak.
c. Bendaharawan mengisi, menandatangani dan menyampaikan SPT Tahunan PPh
Pasal 21 ke KPP tempat pemungutan terdaftar/KP4/KP2KP setempat paling
lambat tanggal 31 Maret Tahun Takwim berikutnya.
4.5.2 Penilaian
Penilaian di Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara terhadap
dilakukan dengan menghitung kembali jumlah Pajak PPh Pasal 21 terhutang diakhir tahun
pegawai tetap, menurut tarif sebagaimana dimaksud dalam pasal 17 Undang-undang nomor
17 tahun 2000 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-udang Nomor 36 tahun
2008 yang tarifnya juga mengalami perubahan, dan didasarkan kewajiban pajak subjektif
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
a. Prosedur perhitungan PPh Pasal 21 di Sumatera Utara dilakukan dengan cara
mengumpulkan semua penghasilan terdiri dari gaji pokok lalu Tunjangan anak/istri,
tunjangan jabatan, dan tunjangan beras kemudian jumlah dari seluruh penghasilan
tersebut dikurangkan dengan pengurangan yang diperkenankan menurut
undang-undang No. 36 tahun 2008 seperti biaya jabatan Iuaran pensiun, maka diketahuilah
penghasilan neto sebulan. Setelah penghasilan neto sebulan diketahui maka
selanjutnya penghasilan netto disetahunkan untuk pengurangan dengan PTKP
(Penghasilan Tidak Kena Pajak) yang selanjutnya diperoleh Penghasilan Kena Pajak
setahun. Untuk menghitung berapa PPh Pasal 21 dilakukan dengan mengalikan Tarif
Pajak Penghasilan Kena Pajak, untuk mengetahui PPh Pasal 21 perbulan, besarnya
PPh pasal 21 setahun dibagi dengan 12 bulan atau banyaknya bulan dalam tahun
pajak.
b. Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara hanya melakukan pelaporan
ke bendaharawan negara,dikarenakan Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi
Sumatera Utara merupakan wajib pungut sehingga diakhir pemungutannya setiap
Pegawai tidak dikenakan potongan pajak atau nihil.
c. Prosedur pelaporan PPh Pasal 21 oleh Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi
Sumatera Utara adalah setelah seluruh PPh Pasal 21 atas karyawan tetap dihitung,
Olahraga Provinsi Sumatera Utara terdaftar dengan menggunakan SPT (Surat
Pemberitahuan), dimana untuk perhitungan dan pembayaran masa pajak tertentu
dilaporkan dengan menggunakan SPT Masa PPh Pasal 21 dan dilaporkan
selambat-lambatnya tanggal 20 bulan Takwim berikutnya setelah masa pajaknya berakhir, dan
untuk SPT (Surat Pemberitahuan) Tahunan PPh Pasal 21 (Formulir 1721)
selambat-lambatnya 3 bulan setelah berakhirnya tahun pajak, biasanya tanggal 31 Maret tahun
berikutnya.
d. Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara telah melakukan
kewajibannya dalam menghitung, memungut, menyetor, dan melaporkan PPh Pasal
21 pada Tahun 2009 dan dalam melakukan perhitungan, penyetoran dan pelaporan
tidak melakukan kesalahan-kesalahan yang melanggar peraturan
perundang-undangan perpajakan berlaku.
e. Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi Sumatera Utara telah melakukan prosedur
perpajakannya dengan baik sehingga mampu menghindari dari upaya-upaya
pelanggaran hukum, dalam hal ini adalah perundang-udangan perpajakan.
5.2 Saran
a. Mengingat peraturan perundang-undangan Perpajakan yang berlaku di Indonesia
sering mengalami perubahan, diharapkan kepada pihak Dinas Pemuda Dan Olahraga
untuk terus mengikuti perkembangan tersebut sehingga dimasa yang akan datang
tetap akan dapat menghitung Pajak Penghasilan khususnya PPh Pasal 21 dengan
benar tanpa ada kesalahan-kesalahan yang melanggar peraturan perundang-undangan
b. Diharapkan pihak perusahaan agar tetap dapat dalam melakukan perhitungan,
pemotongan, penyetoran serta pelaporan PPh Pasal 21 dengan benar dan teliti serta
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku
sehingga nantinya tidak menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan seperti
dikenakan sanksi administrasi ataupun denda dan sebagainya.
c. Sebaiknya perusahaan harus memperhatikan kondisi atau keadaan karyawan dalam
menetapkan PTKP, apakah karyawan tersebut berstatus kawin atau tidak atau
mempunyai tanggungan atau tidak dan berapa orang tanggungannya sehingga
karyawan tidak dirugikan dalam pengenaan pajaknya.
d. Dalam era sekarang ini banyak Dinas yang berusaha untuk memperkecil jumlah
pajaknya ataupun menggelapkan pajaknya, maka diharapkan kepada dinas untuk
dapat terus mengikuti peraturan perpajakan yang ada dan dapat menghindari dari
upaya-upaya pelanggaran hukum yang nantinya akan berdampak buruk terhadap
perusahaan sendiri.
e. Diharapkan kepada Dinas Pemuda Dan Olahraga Provinsi untuk dapat meningkatkan
lagi faktor penunjang dalam melaksanakan prosedur pemotongan dengan teknologi
otomatis, seperti proses komputerisasi dalam pemotongan gaji karyawannya,
sehingga lebih meminimalisir kesalahan dibandingkan dikerjakan secara manual
DAFTAR PUSATAKA
Republika Indonesia, Undang-undang nomor 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum
dan Tata Cara Perpajakan. Jakarta
Rusdji, Muhammad, 2006, PPh Pajak Penghasilan, Think tax Information, Penerbit kelompok Gramedia, Jakarta.
Mardiasmo, 2000, Perpajakan Indonesia Revisi 2000, Penerbit Andi, Yogyakarta.
Sihaloho, Cyrus, 2001, Modul Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, Penerbit Raja Grafindo, Jakarta.