Pengkajian Status Gizi Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II
Kecamatan Medan
–
Belawan
SKRIPSI
Oleh
Loravina Sari Ginting 111101077
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Title of the Thesis : The Analysis on the Nutrition Status of Pregnant Mothers at Belawan II Village
Name of Student : Loravina Sari Ginting Std. ID Number : 11101077
Faculty : Nursing Academic Year : 2014-2015
ABSTRACT
Nutrition status of pregnant mothers is an indicator of the success in fulfilling nutrition for pregnant mothers so that if nutrition intake in pregnant mothers is not balanced with what is needed by body, nutrition deficiency will occur. The analysis on the nutrition status of pregnant mothers consists of physical examiniation cover height and weight measurement for calculating IMT, the increase in weight based IMT, LILA measurement, and Hb content examiniation. The objective of the research was to analyze nutrition status of pregnant mothers at Belawan II village, using descriptive research design. The data were gathered from March to May, 2015. The population was 497 pregnant mothers at Belawan II village, and 50 of them were used as the samples, taken by using convenience sampling technique. The result of research, viewed from socio-demographical viewpoint, showed that 84% of the respondents were 20-35 years old, 92% of them were Moslems, 28% of them were Javanese, 38% of them were Junior and Senior High School graduates, 98% of them were housewives with the average income per month of <Rp. 1,850,000 (74%), and 60% of them had their own houses. The result of nutrition status showed that the average of pregnant mothers’ IMT was in normal range (44%) and low range (40%), and underwent the increase in weight , based on IMT less that IOM recommendation (74%), However, the result of LILA measurement showed that 82% of the respondents did not have the risk for KEK. The result of Hb content examination showed that 82% of the respondents were not affected by anemia. It is recommended that the
government pay attention to people’s social economic condition by increasing the
empowerment to improve family income. It is recommended that the next researches find the other factors which influence LILA and Hb of normal pregnant mothers although the socio-economic condition is low.
Judul : Pengkajian Status Gizi Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan – Belawan Nama : Loravina Sari Ginting
Nim : 111101077
Fakultas : Keperawatan Tahun Akademik : 2014/2015
Abstrak
Status Gizi ibu hamil merupakan indikator keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil sehingga jika masukan gizi ibu hamil tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi. Pengkajian status gizi terdiri dari pemeriksaan fisik meliputi pengkajian tinggi badan dan berat badan untuk menghitung IMT, peningkatan BB berdasarkan IMT, pengukuran LILA, dan pengukuran kadar Hb.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status gizi ibu hamil di Kelurahan Belawan II dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Waktu pengumpulan data dilakukan dari Maret – Mei 2015. Jumlah ibu hamil di Kelurahan Belawan II adalah sebanyak 497 dan diambil sampel sebanyak 53 dengan pengambilan sampel secara convenience sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil berusia 20-35 tahun (84%), beragama Islam (92%), bersuku Jawa (28%), berlatar pendidikan SMP dan SMA (38%), hampir seluruh responden bekerja sebagai ibu rumah tangga (98%) dengan penghasilan rata – rata/bulan di bawah UMK atau <Rp.1.850.000,00 (74%), dan status kepemilikan rumah yang ditempati adalah milik keluarga (60%). Hasil pengkajian status gizi yang dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas IMT ibu hamil berada dalam rentang normal (44%) diikuti IMT rendah (40%), peningkatan berat badan berdasarkan IMT termasuk kategori kurang dari rekomendasi IOM (74%), namun hasil pengukuran LILA menunjukkan bahwa ibu hamil tidak berisiko KEK (82%). Dari hasil pemeriksaan kadar Hb juga menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil tidak mengalami anemia (82%). Disarankan pemerintah lebih memperhatikan keadaan sosial ekonomi masyarakat dengan meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat guna meningkatkan penghasilan keluarga. Direkomendasikan penelitian selanjutnya untuk memastikan faktor – faktor yang mempengaruhi LILA dan Hb ibu hamil normal walaupun sosial ekonominya rendah.
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kasih karunia-Nya, sehingga
penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini dengan judul “Pengkajian
Status Gizi Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan –Belawan”
Penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada dr. Dedi Ardinata,
M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara, demikian
juga kepada Ibu Erniyati, S.Kp., MNS selaku Wakil Dekan I Fakultas
Keperawatan Universitas Sumatera Utara sekaligus selaku pembimbing yang telah
meluangkan banyak waktu dan perhatiannya dengan kasih dan penuh kesabaran
dalam memberikan pengetahuan, bimbingan, arahan dan masukan, serta dukungan
dalam proses penyusunan skripsi ini.
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada Bapak Mula Tarigan,
S.Kp., M.Kes dan kepada Ibu Dr. Siti Saidah Nasution, S.Kp., M.Kep., Sp. Mat.,
selaku dosen penguji yang juga banyak memberi saran dan masukan yang
membangun dalam penulisan skripsi ini.
Penulis tak lupa menyampaikan ucapan terimakasih teristimewa kepada
kedua orang tua, Bapak Maju Ginting, Spd dan Ibu Lianna Tarigan yang telah
memberikan dukungan yang tiada henti baik secara material dan moral serta doa
demi kemudahan dalam menyelesaikan pendidikan, juga kepada abang penulis
Armanta Ginting dan kakak penulis, Hartalina Ginting yang telah memberikan
Penulis juga menyampaikan terimakasih kepada sahabat – sahabat terbaik
yang sudah banyak mendukung proses penyelesaian skripsi ini terkhusus buat
Wanda, Zevelyn, Tabita, Desi, Friska, Dedek dan teman – teman satu bimbingan
penulis, Anisa, Sarwan, dan Ugi yang saling mengingatkan dan mendukung satu
sama lain.
Akhirnya penulis juga ingin menyampaikan terimakasih kepada orang –
orang terkasih, Abang Hezron Damanik, Kak Wulandari Sianipar, Kak Natalisda
Halawa, Kak Ririn, Ceria Minarti, Anisa, Debora, Risma, Vera, Ucha, KTB
Narwastu, dan teman pelayananan Sion Ministry yang selalu memberi dukungan
dan doa dalam proses penyelesaian skripsi ini.
Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat kepada pembacanya, dan
penulis juga menerima saran yang membangun dari semua pihak untuk hasil yang
lebih baik. Akhir kata penulis sampaikan terimakasih.
Medan, Juli 2015
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... iii
ABSTRACT ... iv
ABSTRAK ... v
PRAKATA ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... x
DAFTAR SKEMA ... xi
DAFTAR TABEL ... xii
BAB 1 PENDAHULUAN ... 1
1. Latar belakang ... 1
2. Rumusan Masalah ... 4
3. Tujuan Penelitian ... 5
4. Manfaat Penelitian ... 5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 6
1. Definisi Status Gizi ... 6
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi status gizi ... 18
3. Pengkajian Status Gizi ...22
BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL ... 28
1. Kerangka Penelitian ... 28
2. Definisi operasional ... 29
2. Populasi dan sampel ... 31
3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
4. Pertimbangan Etik ... 32
5. Instrumen Penelitian... 34
6. Pengumpulan Data ... 35
7. Analisa Data ... 36
BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37
1. Hasil penelitian... 37
2. Pembahasan ... 41
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ... 48
1. Kesimpulan ... 48
2 . Saran ... 48
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Rekomendasi Peningkatan Berat Badan berdasarkan IMT
Lampiran 2 Penjelasan Tentang Penelitian
Lampiran 3 Lembar Persetujuan Responden
Lampiran 4 Instrumen Penelitian
Lampiran 5 Master Tabel
Lampiran 6 Hasil Penelitian
Lampiran 7 Jadwal Tentatif Penelitian
Lampiran 8 Taksasi Dana
Lampiran 9 Surat Permohonan Survei Awal
Lampiran 10 Surat Izin Survei Awal
Lampiran 11 Surat Etik Penelitian
Lampiran 12 Surat Pengambilan Data
Lampiran 13 Surat Rekomendasi Penelitian
Lampiran 14 Surat Selesai Penelitian
Lampiran 15 Surat Keaslian Terjemahan
DAFTAR SKEMA
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Rekomendasi Rentang Peningkatan Berat Badan berdasarkan
IMT ...26
Tabel 3.1 Defenisi operasional variabel penelitian ... 29
Tabel 5.1 Distribusi frekuensi dan persentase karakteristik sosiodemografi ... 38
Tabel 5.2 Distribusi Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II .... 39
Tabel 5.3 Distribusi Pemeriksaan Kadar Hb Ibu Hamil di Keluarahan
Title of the Thesis : The Analysis on the Nutrition Status of Pregnant Mothers at Belawan II Village
Name of Student : Loravina Sari Ginting Std. ID Number : 11101077
Faculty : Nursing Academic Year : 2014-2015
ABSTRACT
Nutrition status of pregnant mothers is an indicator of the success in fulfilling nutrition for pregnant mothers so that if nutrition intake in pregnant mothers is not balanced with what is needed by body, nutrition deficiency will occur. The analysis on the nutrition status of pregnant mothers consists of physical examiniation cover height and weight measurement for calculating IMT, the increase in weight based IMT, LILA measurement, and Hb content examiniation. The objective of the research was to analyze nutrition status of pregnant mothers at Belawan II village, using descriptive research design. The data were gathered from March to May, 2015. The population was 497 pregnant mothers at Belawan II village, and 50 of them were used as the samples, taken by using convenience sampling technique. The result of research, viewed from socio-demographical viewpoint, showed that 84% of the respondents were 20-35 years old, 92% of them were Moslems, 28% of them were Javanese, 38% of them were Junior and Senior High School graduates, 98% of them were housewives with the average income per month of <Rp. 1,850,000 (74%), and 60% of them had their own houses. The result of nutrition status showed that the average of pregnant mothers’ IMT was in normal range (44%) and low range (40%), and underwent the increase in weight , based on IMT less that IOM recommendation (74%), However, the result of LILA measurement showed that 82% of the respondents did not have the risk for KEK. The result of Hb content examination showed that 82% of the respondents were not affected by anemia. It is recommended that the
government pay attention to people’s social economic condition by increasing the
empowerment to improve family income. It is recommended that the next researches find the other factors which influence LILA and Hb of normal pregnant mothers although the socio-economic condition is low.
Judul : Pengkajian Status Gizi Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II Kecamatan Medan – Belawan Nama : Loravina Sari Ginting
Nim : 111101077
Fakultas : Keperawatan Tahun Akademik : 2014/2015
Abstrak
Status Gizi ibu hamil merupakan indikator keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil sehingga jika masukan gizi ibu hamil tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh maka akan terjadi defisiensi zat gizi. Pengkajian status gizi terdiri dari pemeriksaan fisik meliputi pengkajian tinggi badan dan berat badan untuk menghitung IMT, peningkatan BB berdasarkan IMT, pengukuran LILA, dan pengukuran kadar Hb.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji status gizi ibu hamil di Kelurahan Belawan II dengan menggunakan desain penelitian deskriptif. Waktu pengumpulan data dilakukan dari Maret – Mei 2015. Jumlah ibu hamil di Kelurahan Belawan II adalah sebanyak 497 dan diambil sampel sebanyak 53 dengan pengambilan sampel secara convenience sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas ibu hamil berusia 20-35 tahun (84%), beragama Islam (92%), bersuku Jawa (28%), berlatar pendidikan SMP dan SMA (38%), hampir seluruh responden bekerja sebagai ibu rumah tangga (98%) dengan penghasilan rata – rata/bulan di bawah UMK atau <Rp.1.850.000,00 (74%), dan status kepemilikan rumah yang ditempati adalah milik keluarga (60%). Hasil pengkajian status gizi yang dilakukan menunjukkan bahwa mayoritas IMT ibu hamil berada dalam rentang normal (44%) diikuti IMT rendah (40%), peningkatan berat badan berdasarkan IMT termasuk kategori kurang dari rekomendasi IOM (74%), namun hasil pengukuran LILA menunjukkan bahwa ibu hamil tidak berisiko KEK (82%). Dari hasil pemeriksaan kadar Hb juga menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil tidak mengalami anemia (82%). Disarankan pemerintah lebih memperhatikan keadaan sosial ekonomi masyarakat dengan meningkatkan pemberdayaan ekonomi masyarakat guna meningkatkan penghasilan keluarga. Direkomendasikan penelitian selanjutnya untuk memastikan faktor – faktor yang mempengaruhi LILA dan Hb ibu hamil normal walaupun sosial ekonominya rendah.
BAB 1 PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pada hakekatnya dalam mewujudkan kesejahteraan rakyat adalah dengan
meningkatkan kualitas manusia. Gizi yang baik merupakan salah satu faktor yang
diperlukan untuk menghasilkan manusia yang berkualitas. Upaya meningkatkan
SDM seharusnya dimulai sedini mungkin sejak janin dalam kandungan. Bila
keadaan kesehatan dan status gizi ibu hamil baik, maka besar peluang janin yang
dikandungnya akan baik dan keselamatan ibu sewaktu melahirkan akan terjamin
(Mawaddah dan Hardinsyah, 2008). Sesuai dengan yang diungkapkan Kartikasari,
Mifbakhuddin, & Dian (2011), bahwa status gizi ibu sebelum dan selama hamil
dapat mempengaruhi pertumbuhan janin yang sedang dikandung. Bila status gizi
ibu normal pada masa sebelum dan selama hamil kemungkinan besar akan
melahirkan bayi yang sehat, cukup bulan dengan berat badan normal. Dengan kata
lain, kualitas bayi yang dilahirkan sangat bergantung pada keadaan gizi ibu
sebelum dan selama hamil.
Status gizi merupakan indikator dalam mengukur pemenuhan gizi
masyarakat dimana jika masukan gizi dari makanan tidak sesuai dengan
kebutuhan tubuh maka akan tejadi defisiensi zat gizi (Bobak, et al., 2005). Ibu
hamil dengan kurang gizi dapat melahirkan bayi mati, meninggal setelah beberapa
nutrisi yang dibutuhkan dalam jumlah yang banyak untuk pemenuhan gizi ibu
sendiri dan perkembangan janin yang dikandungnya (Bobak, et al., 2005).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator dalam
menentukan derajat kesehatan masyarakat. AKI Indonesia mencapai angka
tertinggi di Asia Tenggara, yaitu sebesar 228/100.000 kelahiran hidup (WHO,
2007). Hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 dalam
Kementerian Kesehatan RI (2013) menyebutkan bahwa AKI Indonesia adalah
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup tinggi apalagi
jika dibandingkan dengan negara–negara tetangga. Indonesia sebagai negara
berkembang merupakan salah satu negara yang masih belum dapat lepas dari
permasalahan tentang kematian ibu (WHO, 2007). Lima penyebab kematian ibu
terbesar adalah perdarahan, hipertensi dalam kehamilan (HDK), infeksi, partus
lama/macet dan abortus. Faktor yang lain yang meningkatkan Angka Kematian
Ibu (AKI) adalah buruknya gizi perempuan, yang dikenal dengan Kekurangan
Energi Kronik (KEK), dan anemia (Sadli, 2010:286 dalam Susanti 2013).
Masalah gizi di Indonesia dan negara berkembang pada umumnya masih
didominasi oleh masalah Kurang Energi Protein (KEP), masalah Anemia Besi,
masalah Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY), masalah Kurang
Vitamin A (KVA), dan masalah obesitas terutama di kota – kota besar (Supariasa,
et al., 2001). Komariah (2011) menyatakan bahwa masalah gizi yang banyak
dialami oleh ibu hamil di Indonesia diantaranya adalah kurang energi kronis
(KEK) dan anemia dengan prevalensi ibu hamil yang mengalami kurang energi
menderita anemia bahkan di beberapa daerah mencapai lebih dari 80%. Kontribusi
anemia terhadap AKI di Indonesia diperkirakan mencapai 50% - 70%. Tingginya
angka kurang gizi pada ibu hamil mempunyai kontribusi terhadap tingginya angka
berat bayi lahir rendah (BBLR) di Indonesia yang diperkirakan mencapai 350.000
bayi setiap tahunnya. Penelitian yang dilakukan di Jawa Tengah tahun 2010
menunjukkan dari sampel 357 ibu hamil, ada 69 ibu hamil (19,33%) yang
mengalami kekurangan gizi dalam kehamilan (Yulianti, et al., 2010). Menurut
data dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru jumlah ibu hamil yang mengalami
kurang gizi pada tahun 2011 ada sebanyak 2434 orang (Wati, et al., 2011).
Secara umum penyebab kekurangan gizi pada ibu hamil karena konsumsi
makanan yang tidak memenuhi syarat pemenuhan gizi. Tingkat pengetahuan yang
rendah menyebabkan ibu tidak mengerti cara pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan
ibu hamil selama kehamilannya (Depkes RI, 2002). Makanan yang dikonsumsi
ibu hamil sebaiknya tidak hanya mengikuti selera makan saja, karena selera
makan belum tentu sesuai kebutuhan. Kebutuhan makanan dilihat bukan hanya
dalam porsi yang dimakan tetapi harus ditentukan pada mutu zat-zat gizi yang
terkandung dalam makanan yang dikonsumsi. Kekurangan gizi bisa terjadi akibat
ketidaktahuan seseorang dalam mengakses pangannya, atau memilih makanan
yang kurang atau tidak bergizi karena ketidaktahuannya (Mawaddah dan
Hardinsyah, 2008).
Status gizi dipengeruhi oleh beberapa faktor antara lain, pendapatan,
kesehatan, pendidikan, motivasi dan keluarga. Faktor-faktor seperti kemiskinan,
kondisi kesehatan yang buruk akan membuat status gizi ibu hamil berisiko yang
berpengaruh pada pertumbuhan serta perkembangan janin (Bobak, et al., 2005).
Berdasarkan hasil survei awal di Kecamatan Medan – Belawan, kelurahan
Belawan II merupakan salah satu kelurahan yang padat penduduk, pemukiman
kumuh dan kondisi bangunan yang terlalu rapat. Hal ini sesuai dengan studi kasus
yang telah dilakukan sebelumnya oleh Hutapea (2012) yang menyimpulkan
bahwa Kelurahan Medan Belawan I dan II tergolong pemukiman yang kumuh,
yang jika dilihat dari status kepemilikan rumah, sebagian besar adalah rumah
sewa dengan kondisi bangunan yang terlalu rapat dan berhimpit, penghasilan per
bulan rata-rata Rp.200.000,00 – Rp.500.000,00/bulan, dan tingkat pendidikan
masyarakat yang sebagian besar hanya sampai SD (Sekolah Dasar), serta
komunitasnya adalah kebanyakan wiraswasta tidak bekerja yang tinggal di area
yang tidak layak huni seperti minimnya saluran drainase, sanitasi dan
persampahan yang berpotensi menimbulkan beragam bibit penyakit.
Berdasarkan hal tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian tentang Pengkajian Status Gizi Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II.
2. Rumusan Masalah
Pada penelitian ini masalah yang dapat dirumuskan adalah bagaimana status
gizi ibu hamil berdasarkan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan Hb di kelurahan
Belawan II
3. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi pertanyaan peneliti
3.1.Bagaimana status gizi ibu hamil di kelurahan Belawan II diukur dari
pemeriksaan fisik?
3.2.Bagaimana status gizi ibu hamil di kelurahan Belawan II diukur dari
pemeriksaan Hb?
4. Tujuan Penelitian
4.1.Mengkaji status gizi ibu hamil di kelurahan Belawan II berdasarkan
pemeriksaan fisik
4.2. Mengkaji status gizi ibu hamil di kelurahan Belawan II berdasarkan
pengukuran Hb
5. Manfaat Penelitian
5.1.Bagi Pendidikan keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi bagi institusi pendidikan untuk
mendukung proses pembelajaran dalam mengkaji status gizi ibu hamil
5.2.Bagi Pelayanan Keperawatan
Sebagai bahan masukan dan informasi dalam melakukan pengkajian
yang tepat saat memberikan asuhan keperawatan terkait status gizi ibu
saat hamil
5.3.Bagi Penelitian Keperawatan
Sebagai bahan masukan bagi peneliti lain yang ingin melakukan
penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan pengkajian status gizi ibu
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA 1. Status Gizi
1.1. Definisi Status Gizi
Status Gizi adalah ukuran keadaan tubuh yang dapat dilihat dari
makanan yang dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh.
Dibedakan menjadi status gizi buruk, gizi kurang, gizi baik dan gizi lebih
(Almatsier, 2005).
Bobak, Lowdermik, dan Jensen (2005) mendefinisikan status gizi
sebagai indikator keberhasilan dalam pemenuhan nutrisi untuk ibu hamil.
Maka, jika masukan gizi ibu hamil tidak seimbang dengan kebutuhan tubuh
maka akan terjadi defisiensi zat gizi. Hal ini sesuai dengan pendapat
Supariasa, Bakri, dan Ibnu (2001) yang menyatakan bahwa status gizi
merupakan hasil akhir dari keseimbangan antara makanan yang masuk ke
dalam tubuh (nutrient input) dengan kebutuhan tubuh (nutient ouput) akan zat
gizi tersebut.
1.2. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Kehamilan menyebabkan meningkatnya metabolisme energi yang
mengakibatkan kebutuhan energi dan zat gizi meningkat. Peningkatan energi
dan zat gizi ini diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan janin,
pertambahan besarnya organ kandungan, perubahan komposisi dan
Pada dasarnya, ibu hamil memerlukan tambahan untuk semua zat gizi,
namun yang sering kali kekurangan adalah energi protein dan beberapa
mineral seperti zat besi dan kalsium. Kebutuhan energi untuk kehamilan yang
normal perlu tambahan kira-kira 80.000 kalori selama masa kurang dari 280
hari. Hal ini berarti perlu tambahan ekstra sebanyak kurang lebih 300 kalori
setiap hari selama hamil (Nasution,1988 dalam Sukarni dan Wahyu, 2013).
WHO (World Health Organization) menganjurkan jumlah tambahan sebesar
150 Kkal sehari pada trimester I, dan 350 Kkal sehari pada trimester II dan III
(Waryana, 2010).
Sukarni dan Wahyu (2013) mengungkapkan bahwa ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan selama kehamilan, yaitu kebutuhan hamil setiap
individu berbeda-beda dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi
sebelumnya, kekurangan asupan pada salah satu zat yang mengakibatkan
kebutuhan terhadap suatu nutrien terganggu, dan kebutuhan nutrisi yang tidak
konstan selama kehamilan.
1.2.1. Karbohidrat
Janin memerlukan 40 gram glukosa/hari yang akan digunakan
sebagai sumber energi. Karbohidrat merupakan sumber kalori utama yang
dibutuhkan selama kehamilan yang digunakan untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin selama dalam kandungan. Beberapa ahli gizi
menyepakati bahwa 60% dari seluruh kalori yang dibutuhkan tubuh adalah
karbohidrat. Kebutuhan karbohidrat ibu hamil adalah sekitar 1500 kalori.
kentang, umbi, dan jagung. Ibu hamil harus bisa memilih sumber
karbohidrat yang tepat karena tidak semua sumber karbohidrat baik,
misalnya sumber karbohidrat yang perlu dibatasi adalah gula dan makanan
yang mengandung banyak gula, seperti cake dan permen. Sedangkan
sumber karbohidrat yang baik untuk dikonsumsi adalah karbohidrat
kompleks tang terdapat pada roti gandum, kentang, serelia, nasi dan pasta.
Karbohidrat kompleks mengandung vitamin dan mineral serta asupan serat
yang dianjurkan selama kehamilan untuk mencegah terjadinya konstipasi
atau sulit buang air besar dan wasir (hemoroid).
1.2.2. Protein
Protein adalah zat utama untuk membangun jaringan tubuh yang
digunakan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan janin. Selama
kehamilan terjadi peningkatan protein yang signifikan yaitu 68%. Peran
protein selama proses kehamilan selain untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin adalah untuk pembentukan plasenta dan cairan
amnion pertumbuhan jaringan maternal seperti pertumbuhan mammae ibu
dan jaringan uterus, dan penambahan volume darah. Bobak dan koleganya
(2005) mengatakan bahwa rata-rata 925 gr protein tersimpan dalam janin
sehingga asupan yang direkomendasikan adalah 60 gr protein setiap hari.
Protein tambahan harus merupakan protein yang memiliki nilai biologis
yang tinggi atau protein yang mengandung asam amino esensial, seperti
daging, ikan, ayam, telur, keju, dan susu. Rekomendasi masukan protein
tahun adalah 1,3 gr protein per kilogram berat badan saat hamil, anak
remaja yang berusia 15 sampai 18 tahun adalah 1,5 gr protein per kilogram
berat badan saat hamil dan anak yang lebih muda yaitu yang berusia
kurang dari 15 tahun adalah 1,7 gr protein per kilogram berat badan saat
hamil.
1.2.3. Lemak
Pertumbuhan dan perkembangan janin selama dalam kandungan
membutuhkan lemak sebagai sumber kalori utama. Lemak dibutuhkan
tubuh terutama untuk membentuk energi dan untuk perkembangan sistem
syaraf janin. Oleh karena itu, ibu hamil tidak boleh sampai kurang
mengkonsumsi lemak tubuh dan sebaliknya jika asupannya berlebih
dikhawatirkan berat badan ibu hamil akan meningkat tajam. Keadaan ini
akan menyulitkan ibu hamil dalam menjalani kehamilan pasca persalinan,
maka dari itu, ibu hamil dianjurkan mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak tidak lebih dari 25% dari seluruh kalori yang
dikonsumsi sehari dan pilihan jenis lemak yang dikonsumsi yaitu lemak
yang mengandung asam lemak esensial (ALE). Lemak ini tidak dapat
dibuat tubuh melainkan diperoleh dari makanan. Asam lemak esensial
adalah asam lemak linoleat, yaitu asam lemak tidak jenuh, omega3.
Turunan asam lemak omega 3 adalah DHA yang memiliki peran penting
dalam tumbuh kembang jaringan syaraf dan retina. Sumber asam lemak
omega 3 antara lain kacang-kacangan dan hasil olahannya, serta jenis ikan
1.2.4. Vitamin
Vitamin merupakan substansi organik dalam jumlah kecil pada
makanan yang esensial untuk metabolisme normal (Potter dan Perry,
2005), meliputi :
1.2.4.1. Vitamin yang larut dalam lemak
a. Vitamin A
Vitamin A dari ibu yang dibutuhkan oleh janin yaitu kurang dari
25 mg/hari, sedangkan vitamin A yang dibutuhkan pada trimester tiga
yaitu berkisar 200 mg/hari. Vitamin A berfungsi untuk membantu
proses pertumbuhan sel dan jaringan tulang, mata, rambut, kulit dan
organ dalam, dan fungsi rahim. Jumlah vitamin A yang disarankan
untuk wanita hamil adalah 800 µg/hari, sama dengan wanita tidak
hamil. Sumber vitamin A adalah kuning telur, ikan, dan hati dan untuk
sumber provitamin A atau karoten dapat diperoleh dari wortel, labu
kuning, bayam, kangkung, dan buah-buahan berwarna
kemerah-merahan (Sukarni dan Wahyu, 2013).
b. Vitamin D
Vitamin D diperlukan untuk absorpsi kalsium dan fosfor dari
saluran pencernaan dan mineralisasi pada tulang gigi ibu dan janin
(Bobak, et al., 2005). Kebutuhan vitamin D untuk wanita tidak hamil
diperkirakan sebanyak 5 µg/hari dan untuk wanita hamil belum
diketahui secara pasti tetapi diperkirakan 10 µg/hari, namun menurut
µg/hari harus dipertimbangkan untuk para vegetarian yang tidak
memasukkan susu dan telur dalam diet mereka. Vitamin ini secara
alami terkandung dalam minyak ikan, telur, mentega, dan hati.
Kelebihan masukan vitamin D pada ibu dapat menyebabkan
hiperkalsemia pada bayinya sehingga bayi dapat mengalami kejang
(Bobak, et al., 2005).
c. Vitamin E
Vitamin E merupakan antioksidan yang penting pada manusia yang
dibutuhkan untuk memelihara integritas dinding sel dan memelihara sel
darah merah. Defisiensi vitamin E berhubungan dengan anemia,
abnormalitas neuromuskular, dan kegagalan reproduksi (Food and
Nutrition Board, 1990 dalam Walsh, 2007). Rekomendasi RDA untuk
wanita dewasa yang tidak hamil adalah 8 mg/hari dan untuk wanita
hamil adalah sebanyak 10 mg/hari (Bobak, et al., 2005). Pendapat lain
dari Sukarni dan Wahyu (2013) bahwa untuk tetap menjaga
pertumbuhan dan perkembangan fetus yang baik diperlukan RDA
vitamin E yaitu sebanyak 2 mg/hari. Pada waktu hamil terjadi
peningkatan 25% sehingga kebutuhan vitamin E ibu hamil adalah
sekitar 15mg/hari.
d. Vitamin K
Vitamin K dibutuhkan dalam sintesis protrombin dan fsktor-faktor
pembekuan serta dibutuhkan untuk sintesis protein di dalam tulang dan
kehamilan pada aktivitas vitamin K belum dipahami dan transpor
vitamin dari plasenta ke janin juga tidak begitu jelas. Rekomendasi
RDA untuk wanita dewasa tidak hamil adalah 65 µg, sedangkan untuk
wanita hamil tidak ada rekomendasi spesifik yang dibuat RDA karena
kurangnya penelitian (Walsh, 2007).
1.2.4.2. Vitamin yang larut dalam air
a. Vitamin C
Vitamin C berfungsi sebagai antioksidan dan penting dalam
metabolisme tirosin, folat, histamin dan juga dibutuhkan untuk fungsi
leukosit, respons imun, penyembuhan luka dan reaksi alergi (Food and
Nutrition Board, 1990 dalam Walsh, 2007). The National Research Council memperkirakan bahwa penambahan 10 mg/hari diperlukan
dalam kehamilan untuk memenuhi kebutuhan sistem janin dan ibu.
Rekomenadasi RDA untuk vitamin C adalah 70 mg/hari selama masa
kehamilan yang dapat diperoleh dari sumber makanan meliputi buah
jeruk, stroberi, melon, brokoli, tomat, merica, kentang, dan sayuran
hijau mentah (Walsh, 2007). Vitamin C dibutuhkan untuk memperkuat
pembuluh darah dan mencegah penndarahan, mengurangi rasa sakit
sebanyak 50% saat bekerja, mengurangi risiko infeksi setelah
melahirkan, mencegah anemia, berperan dalam pembentukan kolagen
intraseluler dan proses penyembuhan luka. Selain itu juga diperlukan
terhadap infeksi dan stres, serta membantu penyerapan zat besi (Sukarni
dan Wahyu, 2013).
b. Thiamin
Thiamin digunakan dalam metabolisme energi. RDA untuk wanita
tidak hamil adalah 1,1 mg/hari dan untuk wanita hamil adalah sebanyak
1,5 mg/hari (Bobak, et al., 2005). Hal ini sesuai dengan yang
diungkapkan Sukarni dan Wahyu (2013) bahwa kadar thiamin dalam
tubuh ibu hamil meningkat sebanyak 25% sehingga diperlukan thiamin
tambahan sebanyak 0,4 mg/hari selama masa kehamilan.
c. Niasin dan Riboflavin
Niasin yang diperlukan selama kehamilan yaitu 2 mg/hari dan
riboflavin yang diperlukan selama kehamilan yaitu 0,3 mg/ hari
(Sukarni dan Wahyu, 2013). Riboflavin digunakan dalam metabolisme
protein dan energi. RDA untuk wanita tidak hamil adalah 1,3 mg/hari
dan wanita hamil adalah 1,6 mg/hari yang dapat diperoleh dari sumber
makanan seperti susu, hati, padi-padian dan sayur-sayuran kuning dan
hijau tua (Bobak, et al., 2005).
d. Vitamin B6
Vitamin B6 penting untuk metabolisme asam amino dan glikogen
serta untuk mengatasi mual dan muntah. Pada masa kehamilan
diperlukan intake protein yang lebih tinggi karena adanya proses
pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga diperlukan juga
peningkatan 100%. Bobak dan koleganya (2005) juga berpendapat
bahwa vitamin B6 (piridoksin) digunakan dalam metabolisme protein
dimana RDA untuk wanita dewasa yang tidak hamil adalah sebanyak
1,6 mg/hari dan wanita hamil adalah 2,2 mg/hari. Sumber makanan
vitamin B6 meliputi daging, daging unggas, daging jeroan, telur,
sayuran warna kuning pekat, tepung beras dan sereal (Walsh, 2007).
e. Asam folat
Asam folat memiliki peranan penting dalam mencegah terjadinya
defek tubaneural seperti spina bifida dan anensefali yang sangat
berbahaya bagi perkembangan selanjutnya sama halnya dengan yang
dinyatakan Fauziah dan Sutejo (2012) bahwa kekurangan folat dalam
makanan dapat menyebabkan terjadinya risiko defek tabung syaraf pada
janin/neural tube defects (NTDs). Siti Fauziah dan Sutejo (2012) juga
menyatakan bahwa folat sangat berperan dalam sintesis DNA dan
diperlukan untuk meningkatkan eritroppoiesis/produksi sel darah merah
sehingga folat sangat dibutuhkan oleh sel yang sedang mengalami
pertumbuhan cepat, seperti sel pada jaringan janin dan plasenta. Hasil
survey menyatakan bahwa kebanyakan wanita hamil mengonsumsi
folat lebih sedikit dari kebutuhan yaitu 0,2 mg/hari sedangkan ibu hamil
harus meningkatkan asupan folat hingga 0,4-0,5 mg/hari. RDA
(Recommended Daily Allowance atau Asupan Harian yang Disarankan)
folat untuk wanita tidak hamil adalah 180 mg/hari dan untuk wanita
kehamilan dapat mencegah dari 10 kasus cacat tabung syaraf. Sumber
makanan utama yang mengandung folat adalah sayuran berdaun hijau
tua, jeruk, pisang, gandum utuh, dan kentang.
1.2.5. Mineral
Mineral merupakan elemen esensial nonorganik pada tubuh sebagai
katalis dalam reaksi biokimia (Potter dan Perry, 2005), meliputi :
a. Kalsium
Konsentrasi kalsium serum pada janin lebih besar daripada ibu.
Pada usia kehamilan 20 minggu, laju penyaluran kalsium dari ibu ke
fetus mencapai 50 mg/hari dan mencapai puncaknya apabila
mendekati kelahiran kira-kira pada minggu ke-35 kehamilan yaitu 330
mg/hari. Fauziah dan Sutejo (2012) mengungkapkan bahwa janin
mengonsumsi kalsium kira-kira 250-300 mg/hari dari suplai darah ibu,
terutama selama trimester ketiga. Saat lahir, bayi menyimpan kira-kira
25 gram kalsium yang dipakai untuk pertumbuhan tulang sedangkan
simpanan kalsium dalam tulang ibu yang meningkat pada awal
kehamilan digunakan untuk memenuhi kebutuhan kalsium pada
trimester ketiga dan masa laktasi. Kalsium pada fetus digunakan untuk
pembentukan tulang dan bakal gigi janin yang dimulai sejak usia
kehamilan 8 minggu. Asupan kalsium yang direkomendasikan untuk
ibu tidak hamil adalah 800 mg/hari dan untuk ibu hamil yaitu 1200
mg/hari atau 1600 mg pada ibu hamil usia remaja. Sumber kalsium
yoghurt, teri, udang kecil, dan kacang-kacangan. Menurut Fauziah dan
Sutejo (2012), kebutuhan kalsium dapat dipenuhi dengan
mengonsumsi susu 240 cc yang mengandung 300 mg kalsium setiap
hari, yang juga sudah termasuk memenuhi kebutuhan tambahan
protein dan beberapa nutrient lainnya.
b. Magnesium
Konsentrasi magnesium meningkat selama kehamilan dan RDA
magnesium untuk wanita tidak hamil adalah 280 µg/hari dan untuk
wanita hamil adalah 320 µg/hari. Magnesium dibutuhkan untuk
mendukung pertumbuhan jaringan lunak, kerja otot dan metabolisme
energi dan protein (Bobak, et al., 2005).
c. Phospor
RDA untuk phospor sama dengan wanita yang tidak hamil yaitu
1250 mg/hari untuk wanita hamil dibawah 19 tahun dan 700 mg/hari
untuk wanita hamil yang lebih dari 19 tahun. Fauziah dan Sutejo
(2012) mengatakan bahwa efek pemberian suplemen phospor pada
masa prenatal adalah untuk mencegah karies gigi pada bayi.
d. Seng
Seng adalah unsur berbagai enzim yang berperan dalam alur
metabolisme dan penting untuk mencegah malformasi kongenital.
RDA untuk seng bagi ibu tidak hamil adalah 12 mg/hari dan bagi ibu
hamil adalah 15 mg/hari. Kebutuhan seng meningkat 50% selama
diperlukan untuk mengembangkan jaringan tisu, terutama otak dan
jenis kelamin. Kadar seng pada ibu hamil yang terlalu tinggi pada
pertengahan kehamilan berhubungan dengan penurunan pertumbuhan
janin serta transfer seng yang tidak adekuat ke fetus dan sumber seng
bisa didapatkan dari daging, kerang, roti gandum utuh atau sereal
(Bobak, et al., 2005).
1. Sodium
Sodium selama kehamilan mengalami peningkatan 5000-10000
Meq/hari sehubungan dengan peningkatan volume darah maternal.
1.2.6. Elemen Sisa
RDA untuk iodine pada wanita hamil adalah 175 mg/hari, dapat
dikatakan bahwa terjadi peningkatan iodine sebanyak 25 mg selama
kehamilan. Suplemen 30 mg zat besi dianjurkan untuk semua wanita hamil
selama trimester kedua dan ketiga. Kebutuhan zat besi ibu hamil
meningkat dua kali lipat dibandingkan sebelum hamil, yaitu dari 18 mg
menjadi 30-60 mg/hari. Zat besi dibutuhkan untuk membentuk sel darah
merah, sangat penting untuk pertumbuhan dan metabolisme energi, dan
mencegah terjadinya anemia dan pendarahan saat melahirkan, serta
mencegah cacat janin. Kebutuhan zat besi ibu hamil yang disarankan
adalah 800 mg, yang dipakai untuk janin dan plasenta sebanyak 300 mg
dan 500 mg lagi digunakan untuk meningkatkan massa hemoglobin
maternal. Kekurangan zat besi sejak sebelum hamil dan tidak diatasi akan
kekurangan tersebut, ibu hamil harus memenuhi kebutuhan zat besinya
yaitu sekitar 45-50 mg/hari. Kebutuhan zat besi dapat diperoleh dari
makanan yang kaya sumber zat besi seperti daging merah, hati, ikan,
kuning telur, sayuran hijau, kacang-kacangan, tempe, roti, dan sereal.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Ibu Hamil
Status gizi dipengeruhi oleh beberapa faktor antara lain, pendapatan,
kesehatan, pendidikan, motivasi dan keluarga. Faktor-faktor seperti kemiskinan,
kurang pendidikan, lingkungan yang buruk, kebiasaan makan yang salah, dan
kondisi kesehatan yang buruk akan membuat status gizi ibu hamil berisiko yang
berpengaruh pada pertumbuhan serta perkembangan janin (Bobak, et al., 2005).
Menurut Sukarni dan Wahyu (2013), faktor yang mempengaruhi kebutuhan
gizi ibu hamil :
a. Kebiasaan dan pandangan wanita terhadap makanan
Wanita yang sedang hamil dan telah berkeluarga biasanya lebih
memperhatikan gizi dari anggota keluarga yang lain padahal sebenarnya
dirinyalah yang memerlukan perhatian yang serius mengenai penambahan
gizi. Ibu harus teratur dalam mengkonsumsi makanan yang bergizi demi
pertumbuhan dan perkembangan janin.
b. Status Ekonomi
Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang
akan dikonsumsi sehari-harinya. Seseorang dengan ekonomi yang tinggi
pemeriksaan membuat gizi ibu semakin terpenuhi. Sedangkan, seseorang
dengan keterbatasan ekonomi kemungkinan besar tidak mampu membeli
bahan makanan yang berkualitas baik sehingga pemenuhan gizi ibu dan
bayinya akan terganggu (Budiyanto, 2003 dalam Retnaningsih, 2010).
c. Pendidikan dan Pengetahuan
Pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki seorang ibu akan
mempengaruhi dalam pengambilan keputusan dan juga pada perilakunya.
Faktor ketidaktahuan dapat disebabkan karena pendidikan yang rendah. Ibu
dengan pegetahuan yang baik akan memberikan gizi yang cukup bagi
bayinya, apalagi ketika seorang ibu memasuki masa ngidam, dimana perut
rasanya tidak mau diisi, mual dan rasa tidak nyaman maka ia akan berupaya
untuk memenuhi kebutuhan gizinya dan bayinya.
d. Status kesehatan
Status kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap nafsu
makannya. Seorang ibu dalam keadaan sakit akan berbeda nafsu makannya
dengan ibu dalam keadaan sehat. Ibu hamil harus tetap mengingat bahwa gizi
yang dia dapat akan dipakai untuk dua kehidupan yaitu bayi dan dirinya
sendiri.
e. Pekerjaan
Pekerjaan dan aktifitas ibu hamil akan berpengaruh terhadap
kehamilan dan persalinannya. Seseorang dengan gerak yang aktif
Setiap aktifitas memerlukan energi, maka apabila semakin banyak aktifitas
yang dilakukan, energi yang dibutuhkan juga semakin banyak.
f. Suhu lingkungan
Pada dasarnya suhu tubuh dipertahankan pada suhu 36,5-370C untuk
metabolisme yang optimum. Adanya perbedaan suhu antara tubuh dengan
lingkungan maka tubuh harus menyesuaikan diri demi kelangsungan
hidupnya yaitu tubuh harus melepaskan sebagian panasnya yang diganti
dengan hasil metabolisme tubuh. Semakin besar perbedaan suhu tubuh
dengan lingkungan maka akan semakin besar pula panas yang dilepaskan.
g. Berat badan
Berat badan seorang ibu hamil akan menentukan jumlah kebutuhan
nutrisi. Kenaikan berat badan yang kurang lebih berisiko terhadap
pertumbuhan janin.
h. Usia
Usia ideal untuk kehamilan yang berisiko rendah adalah pada
kelompok usia 20-35 tahun. Usia seorang ibu hamil akan berpengaruh
terhadap kebutuhan gizi yang diperlukan. Usia muda perlu tambahan gizi
yang banyak karena selain digunakan untuk pertumbuhan dan perkembangan
dirinya sendiri juga harus berbagi dengan janin yang sedang dikandung
demikian juga usia yang tua perlu energi yang besar karena fungsi organ yang
makin melemah dan diharuskan untuk bekerja maksimal maka memerlukan
tambahan energi yang cukup guna mendukung kehamilan yang sedang
Pendapat lain dari Walsh (2007) bahwa faktor yang terkait dengan risiko
nutrisi pada kehamilan, yaitu :
a. Faktor Fisik
Faktor fisik yang berisko tinggi pada kehamilan ibu hamil adalah usia
di bawah 15 tahun atau kurang dari 2 tahun sejak menarke, kegemukan, berat
badan sebelum hamil rendah, insufisiensi penambahan berat badan
kehamilan, dan kehamilan ganda.
b. Faktor Riwayat Medis atau Obstetrik
Faktor riwayat medis yang berisiko tinggi pada kehamilan yaitu
riwayat hasil obstetrik yang buruk, meliputi aborsi habitual, kelahiran
preterm, dan melahirkan bayi berat badan rendah sebelumnya, kehamilan
berjarak dekat, riwayat preeklampsia atau sebelumnya ada hipertensi,
penyakit ginjal, diabetes, anemia, penyakit jantung, penyakit hati, merokok,
adiksi terhadap obat atau alkohol, penyakit gastrointestinal, hipertiroidisme,
hiperlipidema, dan kesalahan dalam metabolisme (fenilketonuria, sistinuria).
c. Faktor Sosial atau Kultural
Faktor sosial atau kultural meliputi pendapatan rendah dengan
keterbatasan anggaran untuk makanan, pola makan tidak biasa (vegetarian,
pendekatan “makanan sehat” yang ketat terhadap nutrisi), keyakinan religius
yang mencakup larangan makanan khusus, ketidakadekuatan pengetahuan
atau kemampuan untuk menyediakan makanan yang diperlukan, kurang akses
ke program distribusi makanan bila diperlukan, dan dukungan sosial yang
3. Pengkajian Status Gizi
Supariasa, Bakri dan Ibnu (2001) menyatakan bahwa penilaian atau
pengkajian status gizi dikategorikan menjadi dua yaitu penilaian status gizi secara
langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.
Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian, yaitu:
a. Antropometri
Secara umum antropometri memiliki arti ukuran tubuh manusia yang
digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi.
Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi
jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Ditinjau
dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan
berbagai macam pengukuran dimensi dan komposisi tubuh yang dilihat
dari tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis antropometri antara lain:
berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah
kulit.
b. Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai
status gizi masyarakat dan biasanya penggunaan metode ini umumnya
untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini
dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda – tanda klinis umum dari
kekurangan salah satu atau lebih zat gizi dan untuk mengetahui tingkat
status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda
c. Biokimia
Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan
spesimen yang diuji secara laboratoris dilakukan pada berbagai macam
jaringan tubuh, antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan
tubuh seperti hati dan otot. Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status
gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif daripada menilai
konsumsi pangan dan pemeriksaaan lain.
d. Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status
gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan
struktur jaringan. Penilaian biofisik dapat dilakukan dengan tiga cara,
yaitu uji radiologi, tes fungsi fisik, dan sitologi.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga penilaian, yaitu:
a. Survei Konsumsi Makanan
Survei Konsumsi Makanan adalah metode penentuan status gizi
perorangan atau kelompok dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi
yang dikonsumsi.
b. Statistik Vital
Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan
menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian
berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu
c. Faktor Ekologi
Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi
beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya (Jelliffe, 1966
dalam Supariasa, 2001). Jadi, jumlah makanan yang tersedia sangat
tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, penyimpanan,
transportasi, dan tingkat ekonomi dari penduduk. Faktor ekologi yang
berhubungan dengan penyebab malnutrisi dibagi menjadi enam kelompok,
yaitu keadaan infeksi, konsumsi makanan, pengaruh budaya, sosial
ekonomi, produksi pangan, kesehatan dan pendidikan.
Bobak, Lowdermik, dan Jensen (2005) menyatakan bahwa pengkajian dan
evaluasi status nutrisi biasanya dilakukan pada awal perawatan prenatal, diikuti
tindak lanjut yang kontinu selama masa hamil. Pengkajian ini terdiri dari
wawancara, termasuk riwayat diet dan evaluasi, kebiasaan makan dan situasi
hidup sehari-hari, kemudian pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan payudara
untuk mengidentifikasi masalah-masalah potensial dalam menyusui, dan uji
laboratorium.
a. Wawancara
Status nutrisi ibu hamil dipengaruhi banyak faktor selain makanan.
Oleh karena itu, kebiasaan diet dan kebiasaan makan tidak bisa dipandang
secara terpisah dari seluruh situasi hidup wanita tersebut. Cara yang baik untuk
memulai pengkajian nutrisi adalah dengan meminta ibu hamil memberi respons
terhadap kuesioner, yang meliputi informasi kebiasaan makan, termasuk
makanan yang sering dikonsumsi, analisis asupan makanan dengan memakai
pedoman piramida makanan, penggunaan alkohol, obat-obat terlarang, rokok
(termasuk pajanan pada asap rokok), kopi, sikap terhadap peningkatan berat
badan, status emosi dalam menghadapi kehamilan, dan rencana pemberian
makan ibu untuk bayinya.
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik meliputri antropometri, yang memberi indikasi kadar
nutrisi jangka panjang dan jangka pendek dengan melakukan pengkajian
terhadap tinggi dan berat badan serta menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT)
dimana IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang
dewasa yang berusia diatas 18 tahun, khususnya yang berkaitan dengan
kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak diterapkan pada bayi, anak
remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak dapat
diterapkan dalam keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, asites, dan
hepatomegali (Supariasa, 2001). Adapun rumus perhitungan IMT adalah
sebagai berikut (Supariasa et al., 2001):
IMT = Berat Badan (kg)
Tinggi Badan mx Tinggi Badan (m)
Peningkatan berat badan yang direkomendasikan Institute of Medicine
(IOM) adalah berdasarkan IMT sebelum hamil. Jika IMT sebelum hamil ringan
atau <19,8 kg/m2, direkomendasikan mencapai pertambahan berat badan sebesar
12,5-18,0 kg; jika IMT sebelum hamil normal yaitu antara 19,8-26,0 kg/m2,
hamil tinggi atau >26,0-29,0 kg/m2, pertambahan berat badan yang
direkomendasikan sebesar 7,0-11,5 kg dan jika IMT sebelum hamil gemuk atau
>29,0 kg/m2, maka pertambahan berat badan yang direkomendasikan adalah
≥7,0 kg (Bobak, et al., 2005). Hal tersebut didukung oleh Arisman (2007) yang
mengemukakan bahwa kisaran penambahan berat badan berdasarkan nilai IMT
ibu hamil adalah seperti terlihat pada tabel di bawah ini.
IMT Total Penambahan BB (kg)
Penambahan BB
TM 1 (kg) TM 2 (kg) TM 3 (kg) Rendah
(<19,8) 12,5 – 18,0 2,3/bln 0,49/mggu 0,40/mggu Normal
(19,8-26,0) 11,5 – 16,0 1,6/bln 0,44/mggu 0,50/mggu Tinggi
(26,0 – 29,0) 7,0 – 11,5 0,9/bln 0,3/mggu 0,35/mggu
Obesitas 6
Tabel 2.1. Rekomendasi Rentang Peningkatan Berat Badan berdasarkan IMT
Sukarni dan Wahyu juga mengatakan bahwa pemeriksaan fisik yang
digunakan untuk mengukur status gizi ibu hamil adalah dengan memantau
pertambahan berat badan selama hamil dan mengukur Lingkar Lengan Atas
(LILA). Pertambahan berat badan selama hamil adalah sekitar 10-12 kg,
dimana pada trimester pertama pertambahan kurang dari 1 kg, trimester kedua
sekitar 3 kg, dan trimester ketiga sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini
juga sekaligus memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA berguna untuk
mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK). Untuk
mencegah risiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan, wanita usia subur
sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang
c. Uji Laboratorium
Data Laboratorium memberi informasi dasar yang vital untuk mengkaji
nutrisi pada awal kehamilan dan berguna untuk memantau status nutrisi
sepanjang masa kehamilan. Hemoglobin dan hematokrit merupakan tes praktis
yang dilakukan dalam perawatan prenatal rutin. Nilai yang dihasilkan biasanya
lebih rendah pada wanita hamil daripada wanita tidak hamil. Nilai terendah
adalah trimester kedua kehamilan saat terjadi anemia fisiologis. Kadar Hb pada
wanita tidak hamil adalah 12g/dl, sedangkan kadar Hb untuk wanita hamil pada
trimester pertama adalah 11g/dl, trimester kedua 10,5g/dl, dan trimester ketiga
11g/dl. Kadar hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk
menetapkan status anemia. Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah
merah yang berfungsi sebagi media transport oksigen dari paru–paru ke seluruh
tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru–paru.
Hemoglobin mengandung protein globin yang berikatan dengan hem atau
senyawa besi protein. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin
yang membuat darah bewarna merah. Kegagalan pembentukan hemoglobin
dapat disebabkan karena kekurangan protein dalam makanan (Manuaba, 2008).
Kadar hematokrit wanita tidak hamil adalah 36%, sedangkan wanita hamil
pada trimester pertama adalah 33%, trimester kedua 32%, dan trimester ketiga
BAB 3
KERANGKA KONSEPTUAL 1. Kerangka Konseptual
Kerangka konseptual merupakan landasan berpikir untuk melakukan
penelitian. Berdasarkan penjelasan teori dari tinjauan pustaka maka peneliti ingin
mengkaji status nutrisi ibu hamil meliputi wawancara untuk mengetahui faktor
sosiodemografi, pengkajian status gizi dengan pemeriksaan fisik meliputi
pengkajian tinggi badan dan berat badan untuk menghitung IMT, peningkatan BB
berdasarkan IMT, pengukuran LILA, dan uji laboratorium (Bobak, et al., 2005)
yang dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor fisik, faktor riwayat medis atau
obstetrik, dan faktor sosial atau kultural (Walsh, 2007).
Dengan demikian kerangka konseptual untuk mengkaji status gizi ibu hamil,
yakni :
Keterangan :
= variabel yang diteliti
= variabel yang tidak diteliti Pemeriksaan
status gizi ibu hamil :
1. Faktor Fisik
2. Faktor Riwayat Medis atau Obstetrik
BAB 4
METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian
Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, yang bertujuan
untuk mengkaji status gizi ibu hamil di kelurahan Belawan II. Pendekatan yang
digunakan adalah cross sectional yakni penelitian yang hanya dilakukan satu kali
pada suatu saat dalam mengukur atau mengobservasi data variabel.
2. Populasi dan Sampel
2.1.Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil di Kelurahan
Belawan II. Data yang diperoleh dari Puskesmas Kecamatan Medan Belawan
yang dicatat dari bulan Januari sampai September 2014, jumlah ibu hamil di
wilayah kelurahan Belawan II adalah sebanyak 497 orang.
2.2.Sampel dan teknik sampling
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti. Jika subjek
kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua agar penelitiannya merupakan
penelitian populasi, tetapi jika subjeknya besar, dapat diambil diantara 10%,
15% atau 20-25%. Dalam menentukan banyaknya sampel, peneliti perlu
mempertimbangkan hal-hal seperti kemampuan peneliti dilihat dari waktu,
tenaga, dan dana, sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek,
karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data, dan besar kecilnya risiko
yang ditanggung oleh peneliti (Arikunto, 2010).
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling yaitu convenience sampling. Convenience sampling adalah teknik
pengambilan sampel berdasarkan faktor spontanitas, artinya siapa saja yang
bertemu dengan peneliti dan sesuai dengan karakteristiknya maka orang tersebut
dapat dijadikan sampel (Sugiyono, 2007). Kriteria pengambilan sampel dalam
penelitian ini adalah ibu hamil yang mengetahui berat badannya sebelum hamil.
3. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Belawan II. Waktu pengambilan data
dilakukan selama 3 bulan, dari 10 Maret 2015 – 20 Mei 2015.
4. Pertimbangan Etik
Dalam melakukan penelitian, sangat penting memperhatikan masalah etika
penelitian keperawatan karena penelitian keperawatan berhubungan langsung
dengan manusia. Masalah etika yang harus diperhatikan yaitu:
(1) Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan
responden. Informed consent akan diberikan sebelum penelitian dilakukan dengan
memberikan lembar persetujuan menjadi responden. Tujuannya adalah agar
responden mendapatkan informasi dan penjelasan lengkap tentang penelitian yang
akan dilakukan.
(2) Anonimity merupakan jaminan yang diberikan kepada responden dengan cara
tidak mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur melainkan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data maupun pada hasil penelitian
(3) Confidentiality merupakan pemberian jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi atau masalah lainnya. Semua informasi yang didapat dijamin
kerahasiaannya oleh peneliti (Hidayat, 2007).
Pengumpulan data penelitian dilaksanakan setelah proposal penelitian
disetujui kemudian proposal diperiksa oleh Komisi Etik Penelitian Keperawatan
untuk mendapatkan ethical clearance. Setelah mendapatkan ethical clearance dari
Komisi Etik Penelitian Keperawatan, maka selanjutnya peneliti mengajukan surat
rekomendasi penelitian di Kelurahan Belawan II kepada pihak Fakultas
Keperawatan USU. Kemudian peneliti mengantar surat rekomendasi penelitian ke
Balitbang dan selanjutnya setelah mendapat surat rekomendasi penelitian dari
Balitbang, peneliti mengantar surat tersebut ke Kecamatan Medan Belawan untuk
mendapat izin penelitian, kemudian setelah mendapat izin dari Kecamatan Medan
Belawan maka peneliti mengajukan surat permohonan izin kepada Kepala
Kelurahan Belawan II untuk melakukan penelitian di kelurahan Belawan II.
Setelah mendapatkan ijin dari Kelurahan Belawan II, peneliti menemui kader
untuk membantu peneliti berjumpa dengan ibu – ibu hamil di kelurahan tersebut.
Setelah berjumpa dengan responden, peneliti menyatakan maksud dan tujuan
penelitian serta menjelaskan hal-hal penting yang terkait dengan penelitian.
Peneliti juga memberikan kesempatan bagi responden untuk bertanya mengenai
hal-hal yang kurang dipahami terkait penelitian. Jika responden menyetujui, maka
peneliti memberikan informed consent atau lembar persetujuan kepada responden
yang berisi pernyataan persetujuan dan kesediaan untuk menjadi responden dalam
maka peneliti tetap menghargai hak-hak responden untuk tidak terlibat dalam
penelitian dan peneliti tidak akan memaksakan. Peneliti memberikan jaminan atas
kerahasiaan data dan catatan responden dengan tidak mencantumkan identitas
responden dan mempergunakan data yang diperoleh hanya untuk penelitian.
5. Instrumen Penelitian
Pada penelitian ini instrumen yang digunakan adalah kuesioner berisi
karakteristik sosiodemografi dan pengukuran.
1) Kuesioner Sosiodemografi Responden
Kuesioner ini berisi inisial nama responden, usia, agama, pendidikan
terakhir, pekerjaan, penghasilan, kepemilikan atas tempat tinggal yang
didiami, usia kehamilan, dan berat badan sebelum hamil. Data ini hanya
untuk menggambarkan karakteristik sosiodemografi responden.
2) Pengukuran
Pengukuran atau measurement merupakan suatu prosedur yang
sistematis untuk memperoleh informasi data kuantitatif baik data yang
dinyatakan dalam bentuk angka maupun uraian yang akurat, relevan, dan
dapat dipercaya terhadap atribut yang diukur dengan alat ukur yang baik
dan prosedur pengukuran yang jelas dan benar. Pengukuran dapat
dilakukan dengan menggunakan alat-alat yang standar dan alat-alat yang
tidak standar (Riyanto, 2013). Pada penelitian ini, pengukuran dilakukan
dengan alat-alat standar yaitu menggunakan timbangan bathroom scale dengan merk TANITA dalam satuan kilogram (kg) untuk mengukur berat
pita lila dalam satuan centimeter (cm) untuk mengukur lingkar lengan atas,
dan alat Hb digital Quik–Check Hb Hemoglobin Testing System yang diproduksi oleh ACON Biotech (Hangzhou) dalam satuan gram per desiliter (g/dl) untuk mengukur kadar hemoglobin.
6. Pengumpulan Data
Pada tahap awal peneliti akan mengajukan permohonan izin pelaksanaan
penelitian kepada institusi pendidikan Fakultas Keperawatan USU dan Komisi
Etik Penelitian Keperawatan, kemudian permohonan izin penelitian akan
dikirimkan ke Balitbang kemudian ke Kecamatan Medan Belawan dan
selanjutnya ke Kelurahan Belawan II. Setelah mendapatkan izin, peneliti
menjumpai calon responden dan menjelaskan maksud dan tujuan dari penelitian.
Apabila calon responden tidak bersedia, maka peneliti tidak akan memaksa dan
menghargai haknya. Apabila calon responden bersedia untuk diteliti maka
peneliti memberikan informed consent untuk dibaca dan ditandatangani.
Kemudian responden yang sudah menandatangani informed consent akan dilakukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan kadar Hb. Setelah memperoleh
seluruh data responden, maka data di proses dengan menggunakan cara:
1) Editing
Editing dilakukan untuk memeriksa ketepatan, kelengkapan data dan
melakukan koreksi apabila terdapat kesalahan pada data yang diperoleh pada saat
mengedit. Dapat dilakukan pada tahap pengumpulan data atau setelah data
2) Coding
Peneliti memberikan kode secara manual, biasanya dalam bentuk numerik
sebelum diolah dengan komputer.
3) Entri
Data yang sudah diedit dan diberi kode kemudian dimasukkan ke dalam
program komputer.
4) Cleaning data
Pemeriksaan yang dilakukan terhadap semua data yang telah dimasukkan
dalam komputer yang berguna untuk menghindari terjadi kesalahan saat
memasukkan data (Hidayat, 2007).
7. Analisis Data
Pengolahan data dilakukan menggunakan sistem komputerisasi dengan
menggunakan analisis univariat (analisis deskriptif). Analisis deskriptif digunakan
untuk mendeskrispsikan variabel yang diteliti. Dalam hal ini adalah untuk
menggambarkan status gizi ibu hamil di kelurahan Medan-Belawan II. Deskripsi
data dalam analisis ini disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan presentase
BAB 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian
1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Belawan II, Kecamatan Medan –
Belawan. Kecamatan Medan Belawan adalah sebuah kecamatan di Kota Medan
yang merupakan daerah dataran rendah yakni berada 3 meter di atas permukaan
laut dengan luas wilayah sekitar 21,28 km2 serta terletak diantara 3o– 48o Lintang
Utara dan 98o – 42o Bujur Timur. Kecamatan Medan Belawan berbatasan
langsung dengan Selat Malaka di Sebelah Utara, Kecamatan Medan Labuhan di
Sebelah Selatan, kabupaten Deli Serdang di Sebelah Barat dan di Sebelah Timur.
Kecamatan Medan Belawan memiliki 6 kelurahan yang terbagi atas 143
Lingkungan, 171 RW, 432 RT, dan 243 blok sensus (Hutapea, 2012).
Kelurahan Belawan II merupakan salah satu kelurahan dari Kecamatan
Medan – Belawan dengan luas wilayah 1,75 km2 dengan jumlah penduduk
terbanyak di Kecamatan Medan Belawan yaitu sebanyak 23.751 orang. Kelurahan
Belawan II memiliki 44 lingkungan, 40 RW, 121 RT dan, 57 blok sensus.
Kelurahan Belawan II memiliki posyandu ibu hamil yang diadakan tanggal 16
setiap bulannya (Hutapea, 2012).
1.2 Karakteristik Sosiodemografi Responden
Responden yang dilibatkan dalam penelitian ini adalah ibu – ibu hamil yang
tinggal di wilayah Kelurahan Belawan II. Jumlah responden dalam penelitian ini
kriteria. Karakteristik responden dalam penelitian ini menunjukkan bahwa
mayoritas ibu hamil di wilayah kelurahan Belawan II berusia 20 – 35 tahun
(84%). Usia kehamilan responden terbanyak dalam penelitian ini adalah trimester
3 (42%). Mayoritas responden beragama Islam (92%) dengan suku terbanyak
adalah suku Jawa (28%). Dilihat dari latar belakang pendidikan, rata – rata
responden memiliki latar belakang pendidikan SMP dan SMA (38%). Hampir
seluruh responden bekerja sebagai ibu rumah tangga (98%) dengan
penghasilan/bulan dibawah UMK atau < Rp. 1.850.000,00 (74%) dan status
kepemilikan tempat tinggal yang ditempati adalah milik keluarga (60%).
Tabel 5.1 Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karakteristik Sosiodemografi Responden (n=50)
No Karakteristik
No Karakteristik
Sosiodemografi Frekuensi % 6.
1.3 Pengkajian Status Gizi Ibu Hamil berdasarkan Pemeriksaan Fisik
Hasil pengkajian status gizi ibu hamil di Kelurahan Belawan II berdasarkan
pemeriksaan fisik yang dilihat dari peningkatan berat badan berdasarkan IMT
sebelum hamil dan pengukuran LILA dapat dilihat pada tabel 5.2.
Tabel 5.2 Distribusi Pemeriksaan Fisik Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II (n=50)
rentang rendah (< 19,8) sebanyak 40 % dimana selisih ibu hamil yang memiliki
IMT normal dan rendah hanya sebesar dua responden (4%). Peningkatan berat
badan yang seharusnya terjadi berdasarkan IMT sebelum hamil, sebagian besar
ibu hamil di Kelurahan Belawan II mengalami peningkatan berat badan yang
kurang yaitu sebanyak 74%. Jika dilihat dari pengukuran LILA, sebagian besar
ibu hamil di Kelurahan Belawan II tidak berisiko KEK yaitu sebanyak 82%.
Dapat disimpulkan bahwa walaupun peningkatan berat badan ibu hamil
berdasarkan IMT di kelurahan Belawan II kurang, namun tidak berisiko KEK.
1.4 Pengkajian Status Gizi Ibu Hamil berdasarkan Pemeriksaan Kadar Hb Hasil analisa pengkajian status gizi ibu hamil di Kelurahan Belawan II yang
dilakukan dengan pemeriksaan kadar Hb dapat dilihat pada tabel 5.3.
Tabel 5.3 Distribusi Pemeriksaan Kadar Hb Ibu Hamil di Kelurahan Belawan II (n=50)
No Pemeriksaan Kadar Hb Frekuensi % 1. Kadar Hb
Anemia Tidak Anemia
9 41
18 82
Hasil penelitian menunjukkan ibu hamil yang dijadikan sampel pada
penelitian ini, rata – rata memiliki kadar Hb sebesar 12,1 g/dl. Untuk kadar Hb ibu
hamil terendah yaitu 8,4 g/dl, sedangkan kadar Hb ibu hamil tertinggi yaitu
16,3g/dl.
Tabel 5.3 menunjukkan bahwa dari pemeriksaan kadar Hb yang dilakukan,
sebagian besar ibu hamil di kelurahan Belawan II tidak mengalami anemia