• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

3. Pengkajian Status Gizi

Supariasa, Bakri dan Ibnu (2001) menyatakan bahwa penilaian atau pengkajian status gizi dikategorikan menjadi dua yaitu penilaian status gizi secara langsung dan penilaian status gizi secara tidak langsung.

Penilaian status gizi secara langsung dibagi menjadi empat penilaian, yaitu: a. Antropometri

Secara umum antropometri memiliki arti ukuran tubuh manusia yang digunakan untuk melihat ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Gangguan ini biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot dan jumlah air dalam tubuh. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran dimensi dan komposisi tubuh yang dilihat dari tingkat umur dan tingkat gizi. Berbagai jenis antropometri antara lain: berat badan, tinggi badan, lingkar lengan atas dan tebal lemak di bawah kulit.

b. Klinis

Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat dan biasanya penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi secara cepat tanda – tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau lebih zat gizi dan untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) serta riwayat medis (medical history).

c. Biokimia

Penilaian status gizi dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara laboratoris dilakukan pada berbagai macam jaringan tubuh, antara lain: darah, urine, tinja, dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot. Pemeriksaan biokimia dalam penilaian status gizi memberikan hasil yang lebih tepat dan objektif daripada menilai konsumsi pangan dan pemeriksaaan lain.

d. Biofisik

Penentuan status gizi secara biofisik adalah metode penentuan status gizi dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan. Penilaian biofisik dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu uji radiologi, tes fungsi fisik, dan sitologi.

Penilaian status gizi secara tidak langsung dibagi menjadi tiga penilaian, yaitu: a. Survei Konsumsi Makanan

Survei Konsumsi Makanan adalah metode penentuan status gizi perorangan atau kelompok dengan melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi.

b. Statistik Vital

Pengukuran status gizi dengan statistik vital adalah dengan menganalisis data beberapa statistik kesehatan seperti angka kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan data lain yang berhubungan dengan gizi.

c. Faktor Ekologi

Malnutrisi merupakan masalah ekologi sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya (Jelliffe, 1966 dalam Supariasa, 2001). Jadi, jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti iklim, tanah, irigasi, penyimpanan, transportasi, dan tingkat ekonomi dari penduduk. Faktor ekologi yang berhubungan dengan penyebab malnutrisi dibagi menjadi enam kelompok, yaitu keadaan infeksi, konsumsi makanan, pengaruh budaya, sosial ekonomi, produksi pangan, kesehatan dan pendidikan.

Bobak, Lowdermik, dan Jensen (2005) menyatakan bahwa pengkajian dan evaluasi status nutrisi biasanya dilakukan pada awal perawatan prenatal, diikuti tindak lanjut yang kontinu selama masa hamil. Pengkajian ini terdiri dari wawancara, termasuk riwayat diet dan evaluasi, kebiasaan makan dan situasi hidup sehari-hari, kemudian pemeriksaan fisik, termasuk pemeriksaan payudara untuk mengidentifikasi masalah-masalah potensial dalam menyusui, dan uji laboratorium.

a. Wawancara

Status nutrisi ibu hamil dipengaruhi banyak faktor selain makanan. Oleh karena itu, kebiasaan diet dan kebiasaan makan tidak bisa dipandang secara terpisah dari seluruh situasi hidup wanita tersebut. Cara yang baik untuk memulai pengkajian nutrisi adalah dengan meminta ibu hamil memberi respons terhadap kuesioner, yang meliputi informasi kebiasaan makan, termasuk riwayat diet dengan mengingat asupan makanan selama 24 jam terakhir dan

makanan yang sering dikonsumsi, analisis asupan makanan dengan memakai pedoman piramida makanan, penggunaan alkohol, obat-obat terlarang, rokok (termasuk pajanan pada asap rokok), kopi, sikap terhadap peningkatan berat badan, status emosi dalam menghadapi kehamilan, dan rencana pemberian makan ibu untuk bayinya.

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik meliputri antropometri, yang memberi indikasi kadar nutrisi jangka panjang dan jangka pendek dengan melakukan pengkajian terhadap tinggi dan berat badan serta menghitung Indeks Massa Tubuh (IMT) dimana IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang berusia diatas 18 tahun, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan. IMT tidak diterapkan pada bayi, anak remaja, ibu hamil dan olahragawan. Disamping itu, IMT tidak dapat diterapkan dalam keadaan khusus (penyakit) lainnya seperti edema, asites, dan hepatomegali (Supariasa, 2001). Adapun rumus perhitungan IMT adalah sebagai berikut (Supariasa et al., 2001):

IMT = Berat Badan (kg)

Tinggi Badan mx Tinggi Badan (m)

Peningkatan berat badan yang direkomendasikan Institute of Medicine (IOM) adalah berdasarkan IMT sebelum hamil. Jika IMT sebelum hamil ringan atau <19,8 kg/m2, direkomendasikan mencapai pertambahan berat badan sebesar 12,5-18,0 kg; jika IMT sebelum hamil normal yaitu antara 19,8-26,0 kg/m2, maka pertambahan berat badan adalah sebesar 11,5-16 kg; jika IMT sebelum

hamil tinggi atau >26,0-29,0 kg/m2, pertambahan berat badan yang direkomendasikan sebesar 7,0-11,5 kg dan jika IMT sebelum hamil gemuk atau >29,0 kg/m2, maka pertambahan berat badan yang direkomendasikan adalah ≥7,0 kg (Bobak, et al., 2005). Hal tersebut didukung oleh Arisman (2007) yang mengemukakan bahwa kisaran penambahan berat badan berdasarkan nilai IMT ibu hamil adalah seperti terlihat pada tabel di bawah ini.

IMT Total Penambahan BB (kg) Penambahan BB TM 1 (kg) TM 2 (kg) TM 3 (kg) Rendah (<19,8) 12,5 – 18,0 2,3/bln 0,49/mggu 0,40/mggu Normal (19,8-26,0) 11,5 – 16,0 1,6/bln 0,44/mggu 0,50/mggu Tinggi (26,0 – 29,0) 7,0 – 11,5 0,9/bln 0,3/mggu 0,35/mggu Obesitas 6

Tabel 2.1. Rekomendasi Rentang Peningkatan Berat Badan berdasarkan IMT Sukarni dan Wahyu juga mengatakan bahwa pemeriksaan fisik yang digunakan untuk mengukur status gizi ibu hamil adalah dengan memantau pertambahan berat badan selama hamil dan mengukur Lingkar Lengan Atas (LILA). Pertambahan berat badan selama hamil adalah sekitar 10-12 kg, dimana pada trimester pertama pertambahan kurang dari 1 kg, trimester kedua sekitar 3 kg, dan trimester ketiga sekitar 6 kg. Pertambahan berat badan ini juga sekaligus memantau pertumbuhan janin. Pengukuran LILA berguna untuk mengetahui apakah seseorang menderita Kurang Energi Kronis (KEK). Untuk mencegah risiko KEK pada ibu hamil sebelum kehamilan, wanita usia subur sudah harus mempunyai gizi yang baik, misalnya dengan LILA tidak kurang dari 23,5cm.

c. Uji Laboratorium

Data Laboratorium memberi informasi dasar yang vital untuk mengkaji nutrisi pada awal kehamilan dan berguna untuk memantau status nutrisi sepanjang masa kehamilan. Hemoglobin dan hematokrit merupakan tes praktis yang dilakukan dalam perawatan prenatal rutin. Nilai yang dihasilkan biasanya lebih rendah pada wanita hamil daripada wanita tidak hamil. Nilai terendah adalah trimester kedua kehamilan saat terjadi anemia fisiologis. Kadar Hb pada wanita tidak hamil adalah 12g/dl, sedangkan kadar Hb untuk wanita hamil pada trimester pertama adalah 11g/dl, trimester kedua 10,5g/dl, dan trimester ketiga 11g/dl. Kadar hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan status anemia. Hemoglobin adalah molekul protein pada sel darah merah yang berfungsi sebagi media transport oksigen dari paru–paru ke seluruh tubuh dan membawa karbondioksida dari jaringan tubuh ke paru–paru. Hemoglobin mengandung protein globin yang berikatan dengan hem atau senyawa besi protein. Kandungan zat besi yang terdapat dalam hemoglobin yang membuat darah bewarna merah. Kegagalan pembentukan hemoglobin dapat disebabkan karena kekurangan protein dalam makanan (Manuaba, 2008). Kadar hematokrit wanita tidak hamil adalah 36%, sedangkan wanita hamil pada trimester pertama adalah 33%, trimester kedua 32%, dan trimester ketiga

Dokumen terkait