• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 5 HASIL DAN PEMBAHASAN

2. Pembahasan

2.1. Karakteristik Sosiodemografi

Hasil karakteristik demografi menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Kelurahan Belawan II berusia 20-35 tahun (84%). Manuaba (2001) mengatakan bahwa usia ideal untuk mengandung adalah usia 20-35 tahun karena ibu yang berusia 20-35 tahun secara fisik dan psikologis sudah siap menghadapi kehamilan. Umur di usia ini, pertumbuhan organ reproduksinya sudah maksimal dan dari segi psikologis mental ibu sudah cukup dewasa sehingga memiliki perhatian yang cukup terhadap pemenuhan kebutuhan zat – zat gizi selama kehamilannya.

Mayoritas ibu hamil di Kelurahan Belawan II adalah bersuku Jawa dan beragama Islam. Penduduk asli yang sudah lama menetap di Kecamatan Medan – Belawan adalah etnis Melayu (Iskandar, 2003). Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Erniyati dan koleganya (2014) bahwa mayoritas penduduk asli Kecamatan Medan Belawan adalah Melayu Deli. Dapat disimpulkan bahwa etnis Jawa sudah tersebar di daerah tersebut. Agama yang dianut responden juga menunjukkan karakteristik agama yang sesuai dengan etnis asli mayoritas penduduk, yaitu Islam.

Sebagian besar ibu hamil di Kelurahan Belawan II berlatar pendidikan sekolah menengah pertama dan sekolah menengah atas dengan persentase yang sama yaitu 38%. Penelitian yang dilakukan Yuli (2004) tentang Hubungan Pendidikan dan Pengetahuan Gizi Ibu dengan Berat Bayi Lahir di RSUD DR. Moewardi Surakarta dalam Kartikasari dan koleganya (2011), mengatakan bahwa

pendidikan ibu mempengaruhi status gizi ibu hamil karena tingginya tingkat pendidikan akan ikut menentukan atau mempengaruhi mudah tidaknya seseorang menerima suatu pengetahuan, semakin tinggi pendidikan maka seseorang akan lebih mudah menerima informasi tentang gizi. Dengan pendidikan gizi tersebut diharapkan tercipta pola kebiasaan makan yang baik dan sehat, sehingga dapat mengetahui kandungan gizi, sanitasi, dan pengetahuan yang terkait dengan pola makan lainnya.

Dalam penelitian ini, hampir seluruhnya ibu hamil di Kelurahan Belawan II pekerjaannya adalah sebagai ibu rumah tangga dengan penghasilan keluarga yang dibawah standar upah minimum kota Medan (<Rp. 1.850.000,00) dan status kepemilikan tempat tinggal yang ditempati adalah milik keluarga. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Erniyati dan koleganya (2014) bahwa sebagian besar ibu hamil di kecamatan Medan – Belawan berpendidikan sekolah menengah atas dengan status pekerjaan ibu rumah tangga dan berpenghasilan di bawah standar upah minimum serta tempat tinggal yang masih menumpang dengan keluarga. Hasil penelitian yang pernah dilakukan Asriningtyas (2010) dalam Susanti dan koleganya (2013), mengemukakan bahwa status sosial ekonomi berpengaruh dengan status gizi pada ibu hamil. Ekonomi seseorang mempengaruhi dalam pemilihan makanan yang akan dikonsumsi sehari-hari. Maka seseorang dengan ekonomi yang tinggi maka kemungkinan besar gizi yang dibutuhkan akan tercukupi serta adanya pemeriksaan kehamilan membuat gizi ibu semakin terpantau.

2.2. Pemeriksaan Fisik

2.2.1. Peningkatan BB berdasarkan IMT

IMT merupakan alat sederhana untuk memantau status gizi orang dewasa yang berusia diatas 18 tahun, khususnya yang berkaitan dengan kekurangan dan kelebihan berat badan (Supariasa, et al., 2001). Hasil penelitian menunjukkan bahwa IMT ibu hamil di kelurahan Belawan II adalah normal (19,8 – 26,0) sebanyak 44 % diikuti dengan IMT rendah (<19,8) sebanyak 40 %. IMT merupakan nilai antropometri yang diperlukan untuk menentukan peningkatan berat badan selama kehamilan yang direkomendasikan oleh IOM (Institute of Medicine) (Bobak, et.al., 2005).

Peningkatan berat badan selama masa hamil merupakan hal penting dalam memberi kontribusi terhadap kesuksesan suatu kehamilan. Akan tetapi, peningkatan berat badan saja tidak dapat dipakai untuk menentukan kecukupan asupan nutrisi. Kualitas asupan makanan merupakan faktor yang lebih penting dalam perkembangan janin secara keseluruhan. Peningkatan berat badan progresif secara bertahap pada dua trimester terakhir umumnya merupakan peningkatan jaringan lemak dan jaringan tidak berlemak. Selama trimester kedua peningkatan terutama terjadi pada ibu sedangkan pada trimester ketiga kebanyakan untuk pertumbuhan janin (Bobak, et.al., 2005).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar (74%) ibu hamil di kelurahan Belawan II mengalami peningkatan berat badan yang kurang selama masa kehamilannya. Hasil penelitian Sanampe (2014) menunjukkan bahwa sebanyak 80,4 % ibu hamil di kota Manado memiliki pertambahan berat badan

tidak baik. Herawati (2011 dalam Sanampe, 2014) mengatakan bahwa wanita yang hamil pada usia muda menginginkan tubuh yang ideal sehingga mendorong diet yang ketat tanpa memperhatikan keseimbangan gizi, sedangkan pada ibu yang berusia diatas 35 tahun rentan terhadap penurunan daya tahan tubuh yang mengakibatkan ibu hamil mudah terkena infeksi dan terserang penyakit sehingga akan mengalami penurunan berat badan. Sama halnya dengan pernyataan Bobak dan koleganya (2005) yang mengatakan bahwa peningkatan berat badan bagi wanita yang ramping dan sangat memperhatikan bentuk tubuh (IMT < 19,8) merupakan masalah yang besar. Plasenta ibu, yang tidak mendapat makanan yang adekuat seringkali berisi lebih sedikit sel yang ukurannya lebih kecil dan kurang mampu mensintesis nutrien yang dibutuhkan janin. Semua wanita perlu mengalami peningkatan berat badan selama hamil yang sekurang-kurangnya harus sama dengan produk konsepsi (janin, plasenta, cairan amnion). Penjelasan tentang cara menurunkan berat badan pada masa pascapartum akan membantu menurunkan rasa cemas ibu. Simkin dan koleganya (2007) juga mengatakan bahwa kehamilan bukan saatnya untuk menguruskan badan atau menggemukkan badan namun saat itulah waktunya untuk memusatkan diri pada diet berkualitas tinggi. Kualitas peningkatan berat badan penting selama kehamilan dan nutrisi yang harus ditekankan pada wanita hamil adalah makanan yang kaya nutrien dan menghindari makanan yang tidak berkalori (Bobak, et.al., 2005).

2.2.2. Pengukuran LILA

LILA merupakan salah satu pengukuran antropometri yang lebih baik untuk menilai status gizi ibu hamil karena pada wanita hamil dengan malnutrisi

kadang-kadang menunjukkan udem tetapi jarang mengenai lengan atas. Pengukuran LILA merupakan salah satu cara untuk mengetahui risiko KEK pada wanita usia subur (Satriono 2002 dalam Ferial, 2011). KEK merupakan keadaan seseorang menderita ketidakseimbangan asupan gizi energi dan protein yang berlangsung menahun. Status KEK sebelum kehamilan dalam jangka panjang dan selama kehamilan akan menyebabkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah (Supariasa, 2001).

Hasil pengukuran LILA menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Kelurahan Belawan II tidak mengalami risiko KEK namun masih ada ibu yang memiliki status gizi kurang pada saat hamil yang dilihat dari ukuran LILA. Hasil penelitian Ferial (2011) menunjukkan bahwa sebagian besar ibu yang melakukan antenatal care dan melahirkan di RSUD Daya Kota Makassar memiliki status gizi yang cukup dilihat dari ukuran LILA ≥ 23,5cm sebanyak 77,1%. Penelitian yang dilakukan oleh Herawati dan Astuti (2010) juga menunjukkan bahwa dari 81 responden ibu hamil di UPTD Puskesmas Jalaksana Kuningan, sebagian besar ibu hamil (77,8%) memiliki ukuran LILA ≥ 23,5 cm yang berarti tidak mengalami risiko KEK. Angka KEK ini lebih besar dari target yang ditetapkan Depkes yaitu sebesar 20% (Depkes RI, 2000). Herawati dan Astuti (2010) menjelaskan dalam penelitiannya bahwa KEK erat kaitannya dengan kekurangan asupan protein yang bersifat kronis atau terjadi dalam jangka waktu yang lama. 2.3. Pemeriksaan Kadar Hb

Kadar hemoglobin adalah parameter yang digunakan secara luas untuk menetapkan status anemia. Menurut Bobak (2005) bahwa kadar Hb pada wanita

tidak hamil adalah 12g/dl, sedangkan kadar Hb untuk wanita hamil pada trimester pertama adalah 11g/dl, trimester kedua 10,5g/dl, dan trimester ketiga 11g/dl. Jika kondisi kadar Hb ibu hamil pada trimester pertama dan ketiga <11 g/dl atau pada trimester kedua <10,5g/dl, maka dapat dikatakan ibu hamil menderita anemia. Selama hamil, plasma darah bertambah sehingga darah mengalami pengenceran, akibatnya konsentrasi sel darah merah dan hemoglobin menurun. Anemia gizi adalah kekurangan kadar hemoglobin dalam darah yang disebabkan karena defisiensi zat gizi yang diperlukan untuk pembentukkan hemoglobin tersebut. Anemia juga merupakan keadaan menurunnya kadar hemoglobin, hematokrit, dan jumlah sel darah merah di bawah nilai normal (Arisman, 2007). Anemia berdampak buruk pada peningkatan angka kematian ibu dan bayi, selain itu, anemia pada ibu hamil juga dapat menyebabkan perdarahan sebelum dan saat melahirkan, keguguran, kelahiran premature, dan berat bayi lahir rendah (Kusumah, 2009).

Hasil penelitian terhadap 50 responden menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di kelurahan Belawan II tidak mengalami anemia. Hasil penelitian ini sama dengan penelitian yang dilakukan oleh Sriningsih dan Faridah (2013) bahwa dari 50 responden ibu hamil trimester tiga di wilayah puskesmas Jambon kabupaten Ponorogo, sebanyak 41 ibu hamil (82%) memiliki kadar Hb normal yang berarti ibu hamil tidak menderita anemia. Berbeda dengan penelitian yang dilakukan Kusumah (2009) yang mendapatkan hasil bahwa dari 62 ibu hamil trimester 2 dan 3 yang datang ke Poli Ibu Hamil RSUP Haji Adam Malik Medan, sebanyak 61,3 % mengalami anemia. Kejadian wanita hamil mengalami anemia

disebabkan karena kebutuhan gizi yang meningkat selama hamil tetapi tidak diimbangi dengan pemenuhan makanan yang bergizi tinggi. Sebaiknya ibu hamil mengkonsumsi makanan yang baik secara kualitas maupun kuantitasnya agar ibu dan janin dalam keadaan sehat.

Dokumen terkait