• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kesimpulan memuat jawaban permasalahan berdasarkan analisa dan interpretasi data. Dipaparkan pula saran-saran praktis serta metodologis untuk penelitian lanjutan.

BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini diuraikan tinjauan teoritis yang menjadi acuan pembahasan masalah. Penjelasan diawali dengan memberikan gambaran teoritis mengenai mahasiswa dilanjutkan dengan penjelasan mengenai bagaimana kebiasaan mendengarkan musik rap dapat mempengaruhi tingkat pemrosesan informasi.

A. Mahasiswa

Mahasiswa adalah orang yang belajar di perguruan tinggi, baik di universitas, institut atau akademi. Mereka yang terdaftar sebagai murid di perguruan tinggi dapat disebut sebagai mahasiswa (Takwin, 2008). Winkel (1997) dan Syamsu (2004) merumuskan masa mahasiswa meliputi rentang usia 18/19 sampai dengan 24/25 tahun. Hurlock (1999) mengemukakan ini termasuk masa dewasa dini. Lebih lanjut Winkel (1997) menjelaskan bahwa rentang usia mahasiswa ini masih dapat dibagi atas rentang usia 18/19 tahun sampai 20/21 tahun dan rentang usia 21/22 tahun sampai 24/25 tahun.

Rentang pertama umum ditemui pada mahasiswa semester I hingga semester IV. Ciri pada rentang usia ini antara lain stabilitas kepribadian yang mulai meningkat, pandangan yang lebih realistis tentang diri dan lingkungan hidup, mampu menghadapi permasalahan secara lebih matang, dan gejolak perasaan mulai berkurang. Ciri khas masa remaja masih sering muncul tergantung laju perkembangan masing-masing individu. Rentang kedua umum dijumpai pada

mahasiswa semester V dan semester VI dengan ciri-ciri yang tampak berupa usaha memantapkan diri dalam hubungan keahlian yang telah dipilih dan memutarbalikkan pikiran untuk mengatasi aneka ragam masalah. Pada masa ini terdapat kebutuhan-kebutuhan yang harus diperhatikan terutama yang bersifat psikologis seperti penghargaan dari teman, dosen, dan anggota keluarga lainnya; mempunyai pandangan spiritual tentang makna hidup manusia; memiliki harga diri dengan mendapatkan tanggapan dari lawan jenis dan menikmati rasa puas karena sukses dalam studi akademik.

Musik dapat dikatakan cukup berperan dalam kehidupan mahasiswa. Ketika berkumpul dengan teman-teman, sedang jatuh cinta, patah hati, bahagia, sedih, senang, bahkan di tengah kesibukan mengejar tuntutan hidup, mendengarkan musik dapat mengurangi ketegangan dan menghasilkan suasana yang rileks.

B. Musik

1. Defenisi Musik

Juslin dan Zentner (2002) mengidentifikasi musik sebagai salah satu bentuk seni yang berkenaan dengan kombinasi bunyi-bunyian dengan wujud keindahan dan ekspresi emosi.

Defenisi lain mengenai musik berdasarkan Webster’s Collegiate Dictionary adalah ilmu seni menata nada atau suara dalam kombinasi yang indah dan dalam hubungan yang singkat-singkat menghasilkan komposisi yang menyatu dan berkelanjutan, sedangkan dalam The New Encyclopedia of Music and

Musicians (Pratt, 1960) musik didefinisikan sebagai keindahan nada atau bentuk nada yang menimbulkan kepuasan estetis melalui indera pendengaran. Oleh karena itu seni merupakan ekspresi nada atau ilmu produksi dan konstruksi nada, dimana elemen penting yaitu melodi, harmoni dan ritme digunakan dengan tujuan dan hasil tertentu.

2. Elemen Musik

Seashore (1967) menyatakan bahwa unsur pembentuk musik adalah bunyi. Bunyi dibentuk oleh elemen tinggi rendah suara (Pitch), keras lembut suara (loudness), lamanya berlangsung (durasi), dan bentuk gelombang suara (timbre)

3. Jenis-jenis Musik

Penelitian yang dilakukan Rentfrow dan Gosling (2007) menemukan bahwa terdapat 14 jenis musik, yaitu alternatif, blues, klasik, country, elektronik/dansa, folk, heavy metal, rap/hip-hop, jazz, pop, religius, rock, soul/funk, dan soundtrack. Penelitian ini akan memfokuskan pada jenis musik rap.

a. Musik Rap

Rap berakar dari tradisi Afrika berupa suara yang diucapkan dengan ritme tertentu, ketukan berirama dan pola respon dalam memaparkan sesuatu. Richardson dan Scott (2002) mendefinisikan musik rap sebagai salah satu bentuk uraian politis terhadap kondisi kelas ekonomi bawah Afrika-Amerika. Rap bersifat nyata, bukan hanya mendengarkan suara secara pasif, tetapi keterlibatan aktif antara performer dan penikmat yang menghasilkan makna tersendiri. Rap

telah menjadi wadah pertemuan aktivis politik, komunitas seperti ini yang pertama kali mempopulerkan musik rap ke seluruh penjuru dunia.

Musik Rap masuk ke New York pada pertengahan 1970 dan menjadi sorotan utama di Amerika hingga pertengahan 1980. Musik rap memiliki variasi seperti old school, late 1980s, dan new school. Terdapat tiga belas jenis aliran musik rap yaitu booty rap, crossover rap, don rap, dirty south rap, east coast gangsta rap, gfunk, jazz rap, new jack swing, parody rap, pimp rap, race rap,rock rap, dan west coast gangsta rap.

Lena (2006) membagi kandungan musik rap dalam kategori mutually exclusive, exhaustive, dan independent category yang merefleksikan alasan perbedaan antara penghasil dan penikmat musik. Lagu rap diidentifikasi melalui chart designation (penandaan chart), rap interludes (selingan rap dalam lagu), shelving designation (posisi papan rak), dan expert opinion (pendapatan ahli).

Dimensi musik rap terdiri dari permainan kata secara verbal (flow), pola musikal, pola ritme, dan kandungan semantik. Permainan kata secara verbal dapat berupa pengulangan ritme dengan akses ketukan atau jeda yang tetap (sung flow) dan dapat berupa pengulangan suka kata tertentu dari kalimat yang diucapkan (speech saturated flow). Pola musikal dibedakan berdasarkan penggunaan instrumen. Instrumen dapat menjadi suara utama (pola musikal rhythmic), dapat digunakan sebagai latar (pola musikal memory), dapat juga dimunculkan hanya pada jeda waktu antara suara (pola musikal interlocutor). Musik rap dapat menggunakan satu pola ritme dominan (unitary rhythm style) atau beberapa pola ritme secara beraturan (multiple rhythms style). Sedangkan kandungan semantik

dalam rap dapat berupa seks, cinta, kekerasan, peran gender, politik, ras, pesta dan uang, komedi/parodi, kesombongan, atau perpaduan beberapa di antaranya.

Rap sering diistilahkan dengan hip hop dan mengarah pada pergeseran budaya remaja Afrika-Amerika yang diekspresikan dalam bahasa tertentu (slang vocabulary), cara berpakaian, serta gaya hidup. Elemen-elemen budaya hip hop mencakup rapping, break dance, seni graffiti, dan DJing (Sullivan, 2003). Hubungan yang tercipta dalam Rap lebih dari sekedar musisi dan audiens, tetapi mencakup juga nilai-nilai budaya, isu-isu gender, dan penggunaan bahasa.

Dalam perkembangannya beberapa musisi mengkolaborasikan musik rap dengan jenis musik lain. Di Indonesia sendiri mulai bermunculan beberapa pionir musik rap atau hiphop lokal.

4. Respon Terhadap Musik

Abeles dan Chung (dalam Hallam, 2006) mengatakan bahwa terdapat tiga tahap respon terhadap musik yang dapat diidentifikasi, yaitu respon emosional, respon berdasarkan selera musik, dan respon berdasarkan preferensi.

a. Respon emosional terhadap musik

Respon emosional adalah emosi yang dirasakan ketika mendengarkan musik. Respon emosional merupakan respon yang paling sedikit terjadi internalisasi terhadap musik yang didengar, namun dalam pola respon ini pendengar telah memberikan partisipasi aktif terhadap musik yang didengar.

b. Respon berdasarkan selera musik

Abeles dan Chung mengemukakan bahwa selera musik merupakan komitmen jangka panjang seseorang terhadap preferensi musiknya, yang ditandai dengan perilaku seperti adanya kebiasaan membeli rekaman-rekaman baik dalam bentuk kaset, compact disc, dan sebagainya.

c. Respon berdasarkan Preferensi Musik

Respon berdasarkan preferensi musik didefinisi sebagai tindakan memilih, menghargai, atau memberi prioritas terhadap jenis musik tertentu dibandingkan jenis musik lain. Perilaku preferensi musik menggambarkan lebih dari sekedar reaksi ingin mendengarkan musik, namun mengarah pada kebiasaan mendengarkan. Preferensi musik individu dipengaruhi oleh berbagai hal. Ada individu yang memiliki preferensi terhadap musik klasik, pop, jazz, dan rap. Kebiasaan mendengarkan musik yang menjadi preferensi akan menghadirkan suasana hati yang menyenangkan. Meski kalangan tertentu menilai rap adalah musik yang hingar-bingar, ternyata pada penggemar yang terbangkit ketika mendengarkan musik rap adalah rasa senang. Ketika individu memiliki suasana hati yang menyenangkan maka informasi apapun yang masuk akan lebih mudah diingat. Mengingat informasi adalah hal yang sangat penting bagi individu. Informasi akan lebih mudah diingat ketika diterima dalam kondisi emosi yang menyenangkan. Maka kondisi tertentu harus dimunculkan untuk memperoleh kondisi emosi yang menyenangkan. Preferensi musik menjadi salah satu alternatif yang dapat dilakukan untuk menciptakan kondisi emosi yang menyenangkan.

5. Kebiasaan Mendengarkan Musik Rap

Preferensi terhadap jenis musik mendorong individu membangun kebiasaan mendengarkan serta mampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman terkait jenis musik tertentu. Subjek yang memiliki preferensi terhadap musik rap akan secara rutin mendengarkan musik rap dalam porsi yang jauh lebih besar daripada musik lainnya. Karakteristik musik rap yang mengandung unsur pengucapan kata-kata yang cepat bila terus-menerus diperdengarkan akan secara otomatis menstimulasi cara kerja otak. Sistem pemrosesan informasi akan terlatih mengembangkan kemampuan mengolah informasi yang identik dengan kecepatan pengucapan kata-kata pada musik rap yang biasa didengarkan.

C. Memori

1. Definisi Memori

Nairne (2003) mendefinisikan memori sebagai kapasitas untuk mempertahankan dan menemukan kembali informasi. Konsep penting dari memori adalah model pengolahan informasi yang memaparkan bagaimana informasi disimpan dalam memori melalui tahapan-tahapan tertentu.

2. Model Pengolahan Informasi

Atkinson dan Shiffrin (1968) menemukan model pengolahan informasi yang dinamakan ”stage theory”. Teori ini menjelaskan bahwa informasi disimpan dan diolah dalam tiga tahapan yaitu sensori memori, ingatan jangka pendek, dan

ingatan jangka panjang. Huitt (2003) memaparkan lebih lanjut ketiga tahapan tersebut, yaitu :

a. Sensori Memori

Sensori memori merupakan tahap pertama penyimpanan memori, dirancang untuk menyimpan gambaran nyata dari setiap pengalaman sensori sehingga informasi dapat diproses secara utuh. Sensori memori terkait dengan transduksi energi. Lingkungan dipenuhi berbagai jenis sumber informasi, seperti cahaya, suara, aroma, panas dan dingin, sementara otak hanya mampu memahami energi elektris. Organisme memiliki sel penerima sensori khusus yang mampu mentransduksi energi eksternal menjadi sesuatu yang dapat dipahami otak. Proses transduksi menghasilkan memori singkat yaitu kurang dari ½ detik untuk penglihatan dan 3 detik untuk pendengaran.

Informasi pada tahap penting ini harus diperhatikan agar dapat ditransfer ke tahap selanjutnya. Terdapat dua konsep utama untuk memasukkan informasi ke dalam memori jangka pendek. Individu akan lebih memperhatikan jika stimulus memiliki fitur yang menarik (interesting feature) dan jika stimulus memiliki sesuatu yang konsisten dengan pengetahuan sebelumnya (known pattern).

b. Ingatan Jangka Pendek

Ingatan jangka pendek adalah tahap kedua penyimpanan memori berkaitan dengan apa yang dipikirkan individu pada momen waktu tertentu. Psikoanalis mengistilahkan tahap ini sebagai conscious memory.

Informasi dapat berasal dari pemahaman stimulus eksternal, pemahaman internal, atau penggabungan keduanya. Informasi mampu bertahan lebih dari 15-20 detik jika dilakukan pengulangan. Kuantitas informasi yang dapat diproses dalam satu waktu pada tahap ini terbatas. Miller (1956) mengemukakan bahwa rentang informasi yang dapat diproses pada ingatan jangka pendek berkisar 7 ± 2 bits, tetapi hasil riset dewasa ini menyatakan jumlahnya berkisar antara 5 ± 2 bits.

Pengorganisasian dan pengulangan merupakan komponen utama pemeliharaan informasi pada ingatan jangka pendek. Terkait fungsi pengorganisasian, terdapat empat variasi jenis untuk desain intruksional yaitu klasifikasi berdasarkan kategori atau konsep (component), berdasarkan kronologis (sequential), menyatukan ide utama atau kriteria (relevance), serta frase atau kata yang berhubungan sebagai indikasi perubahan kualitatif sepanjang waktu (transitional/connective).

Pengelompokan kepingan-kepingan data menjadi sebuah unit (chunking) merupakan tehnik utama memperoleh dan memelihara informasi pada memori jangka pendek, yang juga termasuk jenis elaborasi untuk memasukkan informasi pada memori jangka panjang. Tehnik yang juga dapat digunakan untuk mempelajari konsep baru adalah repetition atau rote rehearsal. Informasi yang diperoleh harus sering diulang agar tetap bertahan, namun para ahli menyarankan sebaiknya pengulangan tidak dilakukan langsung setelah mempelajari informasi baru tetapi berikan jeda beberapa menit sebelum dilakukan pengulangan.

c. Ingatan Jangka Panjang

Ingatan jangka panjang merupakan tahap ketiga penyimpanan memori yang melibatkan penyimpanan informasi dalam periode waktu yang lama. Psikoanalis mengistilahkan tahap ini sebagai preconscious memory dan unconscious memory. Preconscious bermakna bahwa informasi dapat dimunculkan dengan mudah, meski terkadang membutuhkan beberapa menit bahkan jam, sedangkan unconscious menjelaskan bahwa data tidak tersedia dalam kondisi kesadaran normal. Preconscious memory menjadi perhatian utama psikologi kognitif terkait relevansi konsep memori jangka panjang. Teori mengenai tingkat pemrosesan informasi membuktikan bahwa informasi yang dimiliki individu dapat lebih mudah dihadirkan.

Informasi yang tersimpan dalam tahap ini diorganisasikan ke dalam struktur declarative, procedural, dan imagery. Declarative memory terbagi atas semantic memory dan episodic memory. Semantic memory mangandung fakta dan informasi umum seputar konsep, prinsip, aturan, strategi mengatasi masalah, serta strategi belajar. Semantic memory mencakup juga struktur data atau prosedur untuk menggabungkan bagian dari pengalaman yang spesifik menjadi sebuah sistem yang bermakna (schemata / schema); keterkaitan aturan antara konsep dan hubungan (preposition); struktur pengetahuan menganai rutinitas atau peristiwa tertentu (script); pengaturan konsep dan visualisasi dalam menilai stimulus dan aksi (frame of reference); pengaturan prinsip dan konsep untuk

mendefinisikan sebuah perspektif dan menghadirkan pola tindakan tertentu (scheme); kumpulan aturan mengenai apa yang harus dilakukan dalam situasi tertentu (program); cara mendasar untuk mempersepsi, berpikir, menilai, dan bertindak yang dikaitkan dengan realitas tertentu (paradigm); serta kumpulan persamaan yang menjelaskan beberapa aspek dari pengalaman individu (model). Episodic memory mencakup pengalaman personal berupa informasi dalam cerita dan analogi. Procedural memory mencakup informasi mengenai tata cara suatu hal, sementara imagery berisi gambaran-gambaran mental.

3. Proses Penyimpanan Memori

Terdapat tiga proses yang harus dilalui untuk merekam atau memasukkan informasi ke dalam memori jangka pendek maupun memori jangka panjang. Proses tersebut adalah :

a. Encode

Encode merupakan proses otak menyandikan atau menandai informasi yang ditangkap oleh indra penglihatan, indra pendengaran, dan pengertian tentang suatu hal. Dalam encoding terdapat beberapa proses yang berperan, salah satunya atensi. Untuk mengingat suatu informasi, kita harus memperhatikan informasi tersebut. Proses atensi diperlukan untuk mentransfer informasi dari sensori memori menuju memori jangka pendek (Nairne, 2003). Atensi memiliki peran utama dalam mengatur seberapa banyak aitem yang dapat diproses pada memori jangka pendek.

b. Storage

Storage merupakan proses otak menyimpan informasi yang telah ditandai sebelumnya. Bila atensi yang diberikan terhadap informasi besar maka informasi yang sudah ditandai akan disimpan dalam ingatan jangka panjang, dan bila atensi yang diberikan rendah maka informasi tersebut disimpan dalam ingatan jangka pendek.

c. Retrieval

Retrieval merupakan proses pemanggilan kembali informasi yang disimpan dalam memori. Semakin sering informasi diulang atau digunakan maka semakin mudah individu mampu mengakses kembali ingatan tentang informasi tersebut.

4. Tingkat pemrosesan informasi

Kemampuan memori dalam memproses informasi, yang diistilahkan dengan tingkat pemrosesan informasi, sangat penting dalam mengolah informasi yang diterima. Proses ini terjadi pada memori jangka panjang terkait dengan konsep semantic memory, yaitu ingatan yang berkaitan dengan pengorganisasian informasi. Individu menggunakan tingkatan elaborasi yang berbeda dalam mengolah informasi. Tingkatan tersebut bergerak dalam sebuah kontinum dari perception, melewati attention, mengarah pada labelling, dan diakhiri oleh meaning. Meaning adalah tingkatan pemrosesan informasi tertinggi dan menghasilkan daya ingat yang lebih baik dibandingkan semua tingkatan. Semua stimulus yang mengaktifkan sel-sel penerima sensori akan disimpan secara

permanen dalam memori, namun tingkatan proses pengolahan informasi yang digunakan akan berkontribusi terhadap kemampuan untuk mengakses atau menghadirkan kembali informasi. Bransford (1979) memperluas pendekatan ini dengan menyatakan bahwa yang perlu diperhatikan bukan saja bagaimana informasi diproses tetapi juga bagaimana informasi diakses.

a. Definisi tingkat pemrosesan informasi

Tingkat pemrosesan informasi terbagi atas kategori dalam dan dangkal. Tingkat pemrosesan informasi berasal dari teori level of processing yang menyatakan bahwa pemrosesan informasi tingkat mendalam menghasilkan daya ingat yang lebih permanen dibandingkan pada tingkat dangkal (Craik dan Lockhart, 1972). Teori ini memprediksi individu dapat mengingat lebih banyak kata jika menggunakan pemrosesan informasi tingkat mendalam dan daya ingat akan menurun bila individu menggunakan pemrosesan informasi tingkat dangkal. Tingkat pemrosesan informasi tidak tergantung pada kapasitas penyimpanan informasi yang dimiliki individu.

b. Tingkat pemrosesan informasi mendalam

Pemrosesan informasi tingkat mendalam merupakan cara memproses informasi yang melibatkan pemahaman mengenai makna kata yang diucapkan. Informasi yang diproses pada tingkat ini disimpan dalam ingatan jangka panjang. Craik dan Tulving (1975) menjelaskan tingkat ini dengan dimensi sentence yang aitem-aitemnya terdiri dari pertanyaan melengkapi kalimat berdasarkan makna.

c. Tingkat pemrosesan informasi dangkal

Pemrosesan informasi tingkat dangkal adalah cara memproses informasi yang didasarkan pada tampilan fisik seperti bentuk huruf, dan pengucapan kata. Informasi yang diproses pada tingkat dangkal disimpan dalam ingatan jangka pendek. Craik dan Tulving (1975) menjelaskan tingkat ini dengan dimensi case yang aitemnya terdiri dari pertanyaan mengenai bentuk fisik huruf, dan dimensi rhyme yang aitem-aitemnya berupa pertanyaan mengenai cara pengucapan kata.

d. Faktor yang mempengaruhi tingkat pemrosesan informasi

Faktor yang dapat mempengaruhi proses mengingat pada pemrosesan informasi tingkat mendalam antara lain :

1) Distinctiveness

Distinctiveness diartikan sebagai stimulus yang ada berbeda dengan stimulus lain yang telah tersimpan dalam memori.

2) Elaborasi

Elaborasi merupakan proses yang membutuhkan kemampuan memahami makna dan menghubungkan konsep yang ada. Beberapa contoh konsep elaborasi dalam proses belajar mengajar adalah pembentukan gambaran mental (imaging), menghubungkan ide atau hal dengan objek dalam lokasi yang familiar (method of loci), menghubungkan dengan kata tertentu (pegword method), menyusun ke dalam ritme tertentu (rhyming), serta membentuk sebuah kalimat dengan menggabungkan huruf awal setiap kata dalam daftar (initial letter).

e. Metode Penerapan Tingkat pemrosesan informasi

Proses pengolahan informasi dapat bekerja dalam dua cara, yaitu serial processing dan parallel processing. Merujuk pada APA (2007), Serial processing merupakan metode memproses informasi dari sebuah sumber dalam satu waktu. Model yang menerapkan prinsip serial processing adalah single-chanel model.

Konsep lain yaitu paralallel processing, yang dikenal juga sebagai simultaneous processing, adalah kemampuan untuk menjalankan lebih dari satu fungsi kognitif yang berbeda secara bersamaan dalam satu waktu. Model yang menggunakan prinsip parallel processing diistilahkan dengan parallel distributed processing. Model ini menyatakan bahwa informasi diproses secara simultan oleh beberapa bagian yang berbeda dari sistem memori.

Rumelhart dan McClelland (1986) mengembangkan connectionistic sebagai perluasan dari parallel distributed processing. Connectionistic merupakan bentuk dominan dari penelitian terbaru dalam psikologi kognitif dan konsisten dengan sejumlah hasil riset seputar otak (Scientific American, 2001). Model ini menekankan fakta bahwa informasi disimpan pada beberapa lokasi dalam otak yang membentuk jaringan koneksi. Model ini konsisten dengan pendekatan level of processing yang menyatakan bahwa semakin banyak koneksi terhadap konsep atau ide, maka akan semakin mudah konsep atau ide tersebut diingat.

D. Tingkat pemrosesan informasi pada Mahasiswa yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap

Memori adalah sesuatu yang sangat penting karena individu harus mengingat jika ingin memperoleh manfaat dari pengalaman. Irwanto (2002) mendefinisikan memori sebagai kemampuan untuk menyimpan informasi sehingga dapat digunakan lagi di masa yang akan datang. Kemampuan mendengarkan menjadi sangat penting karena menjadi salah satu akses informasi ke dalam memori. Reed (2004) memaparkan banyak praktisi psikologi tertarik mengulas bagaimana individu mengingat kembali informasi yang tersimpan dalam ingatan jangka panjang. Hal ini menarik karena individu tidak hanya dituntut untuk mampu mengingat unit informasi, tetapi juga harus mengingat konteks unit informasi tersebut dengan tepat.

Engel menambahkan bahwa fungsi-fungsi kognitif, seperti pemecahan masalah dan berpikir kreatif, dapat ditingkatkan melalui kesenian (dalam Pace, 2001), karena musik merupakan bagian dari seni diasumsikan musik juga mampu meningkatkan fungsi-fungsi kognitif. Sejalan dengan Engel, The Pollyana Principle yang dikemukakan Matlin (2005) menjelaskan bahwa stimulus yang menyenangkan akan diproses lebih efektif dan lebih akurat. Salah satu stimulus yang menyenangkan adalah musik.

Musik rap sebagai jenis musik yang menurut sebagian orang memiliki beat fluktuatif dan hingar bingar, ternyata bagi orang-orang yang menyukainya dinilai mampu menimbulkan kondisi emosi yang menyenangkan. Ketika individu yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap berada dalam kondisi emosi yang

menyenangkan, stimulus-stimulus yang masuk akan diproses dalam tingkat pemrosesan mendalam yang lebih tinggi daripada individu yang tidak memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap. Kondisi emosi yang menyenangkan ini menyebabkan informasi yang masuk menjadi lebih mudah diingat.

Pada individu yang memiliki kebiasaan mendengarkan musik rap, tingkat pemrosesan informasi secara mendalamnya menjadi lebih tinggi. Peristiwa tersebut akan berbeda kenyataannya pada individu yang tidak terbiasa mendengarkan musik rap. Uraian tersebut menjelaskan bahwa ada perbedaan tingkat pemrosesan informasi antara individu yang memiliki preferensi terhadap musik rap dan individu yang tidak memiliki preferensi terhadap musik rap.

E. Hipotesa

Menurut Kerlinger (2002) hipotesa adalah suatu pernyataan dugaan atau kesimpulan sementara mengenai hubungan antara dua fenomena ataupun variabel atau lebih. Berdasarkan uraian di atas maka peneliti mengajukan hipotesa kerja sebagai berikut :

1. Individu yang mempunyai kebiasaan mendengarkan musik rap memiliki tingkat pemrosesan informasi secara mendalam yang lebih tinggi daripada individu yang tidak mempunyai kebiasaan mendengarkan musik rap. 2. Individu yang mempunyai kebiasaan mendengarkan musik rap memiliki

tingkat pemrosesan informasi secara dangkal yang lebih rendah daripada individu yang tidak mempunyai kebiasaan mendengarkan musik rap.

BAB III

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode eksperimental-kuasi karena bertujuan untuk mengetahui pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain tanpa dilakukan manipulasi terhadap salah satu variabel. Sesuai dengan permasalahan yang dirumuskan dalam bab pendahuluan, yaitu ingin melihat apakah kebiasaan

Dokumen terkait