• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini berisi kesimpulan dan saran penulis sehubungan dengan uraian-uraian pada bab-bab sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK LOKASI PRAKTIK KERJA LAPANGAN (PKL)

2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai didirikan pada tanggal 1 April 1994, berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 94/KMK-01/1994 tanggal 29 Maret 1994, dengan wilayah kerja sebagai berikut:

1) Kotamadya Binjai 2) Kabupaten Langkat 3) Kabupaten Deli Serdang

a. Kec. Labuhan Deli b. Kec. Sunggal c. Kec. Pancur Batu d. Kec. Hamparan Perak e. Kec. Sibolangit f. Kec. Kutalimbaru 4) Kabupaten Tanah Karo

Pada tanggal 27 Mei 2008, KPP Binjai berubah nama menjadi KPP Pratama Binjai yang artinya KPP Pratama Binjai telah menjadi KPP Modern dimana pelayanan perpajakan telah menjadi pelayanan satu atap. KPP Pratama Binjai memiliki wilayah kerja yang meliputi 26 kecamatan, antara lain sebagai berikut:

1) Kota Binjai

a. Kec. Binjai Timur b. Kec. Binjai Kota c. Kec. Binjai Utara d. Kec. Binjai Barat e. Kec. Binjai Selatan 2) Kabupaten Langkat

a. Kec. Pangkalan susu b. Kec. Gebang

c. Kec. Hinai d. Kec. Secanggang e. Kec. Sawit Sebrang f. Kec. Babalan g. Kec. Sei Lepan h. Kec. Stabat i. Kec. Sirapit j. Kec. Tanjung Pura k. Kec. Wampu

l. Kec. Pematang Jaya m. Kec. Brandan barat n. Kec. Kuala

o. Kec. Selese p. Kec. Bahorok q. Kec. Kutambaru r. Kec. Padang Tualang s. Kec. Sei Bingai t. Kec. Batang serangan u. Kec. Salapian

Seiring perubahan organisasi Instansi Vertikal Direktorat Jenderal Pajak, pelayanan Perpajakan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) di kota Binjai telah diserahkan Pemerintah Daerah terhitung mulai tanggal 1 Januari 2013.

2.2 Lokasi Geografi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai terletak di jalan Jambi Nomor 1 Rambung Barat, Binjai Selatan. Kantor Pemerintah ini mempunyai kewajiban untuk memudahkan pengawasan dan memberikan pelayanan terhadap masyarakat dalam membayar pajak.

Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai dikepalai oleh seorang Kepala Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang terdiri atas Kepala Kantor, Sub Bagian Umum, dan beberapa seksi yang di pimpin oleh masing-masing seorang

kepala seksi agar dapat lebih jelas dan transparan tentang keadaan dari Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai.

2.3 Struktur Organisasi Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Struktur organisasi adalah wadah bagi sekelompok orang yang bekerjasama dalam usaha untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan. Struktur organisasi sangat penting untuk terlaksanakan fungsi pengorganisasi dengan baik sebab dengan adanya struktur organisasi akan terlihat jelas tugas dan wewenang dari setiap bagian yang terdapat dalam hierarki organisasi dan akan memudahkan setiap karyawan untuk menjalankan tugas dan fungsinya.

Struktur organisasi pada Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai adalah sebagai berikut:

1. Kepala Kantor

Tugasnya adalah mengkoordinasikan pelaksanaan penyuluhan, pelayanan, dan pengawasan Wajib Pajak di bidang Pajak Penghasilan, Pajak tidak langsung lainnya dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) serta Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) berdasarkan Undang-Undang yang berlaku.

2. Subbagian Umum

Subbagian Umum memiliki tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, tata usaha, dan rumah tangga.

3. Seksi Pengolahan Data dan Informasi

Seksi Pengolahan Data dan Informasi mempunyai tugas melakukan pengumpulan, pencarian, dan pengolahan data, penyajian informasi

perpajakan, perekaman dokumen perpajakan, urusan tata usaha penerimaan perpajakan, pengalokasian Pajak Bumi, pelayanan dukungan teknis komputer, pemantauan aplikasi e-SPT dan e-Filling, pelaksanaan i-SISMIOP dan SIG, serta penyiapan laporan kinerja.

4. Seksi Pelayanan

Seksi Pelayanan mempunyai tugas melakukan penetapan dan penerbitan produk hukum perpajakan, pengadministrasian dokumen dan berkas perpajakan, penerimaan dan pengolahan Surat Pemberitahuan, serta penerimaan surat lainnya, penyuluhan perpajakan, pelaksanaan registrasi wajib pajak, serta melakukan kerjasama perpajakan.

5. Seksi Penagihan

Seksi Penagihan mempunyai tugas melakukan urusan penatausahaan piutang pajak, penundaan dan angsuran tunggakan pajak, penagihan aktif, usulan penghapusan piutang pajak, serta penyimpanan dokumen-dokumen penagihan.

6. Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal

Seksi Pemeriksaan dan Kepatuhan Internal mempunyai tugas melakukan penyusunan rencana pemeriksaan, pengawasan pelaksanaan aturan pemeriksaan, penerbitan dan penyaluran Surat Perintah Pemeriksaan Pajak serta administrasi pemeriksaan perpajakan lainnya, pemantauan pengendalian intern, pengelolaan risiko, kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin, dan tindak lanjut hasil pengawasan, serta penyusunan rekomendasi perbaikan proses bisnis.

7. Seksi Ekstensifikasi Perpajakan

Seksi Ekstensifikasi Perpajakan mempunyai tugas melakukan pengamatan potensi perpajakan, pendataan objek dan subjek pajak, pembentukan dan pemutakhiran basis data nilai objek pajak dalam menunjang ekstensifikasi.

8. Seksi Pengawasan dan Konsultasi I, Seksi Pengawasan dan Konsultasi II,

eksi Pengawasan dan Konsultasi III

Seksi Pengawasan dan Konsultasi mempunyai tugas melakukan pengawasan kepatuhan kewajiban perpajakan wajib pajak, bimbingan/himbauan kepada wajib pajak dan konsultasi teknis perpajakan, penyusunan profil wajib pajak, analisis kinerja wajib pajak, rekonsiliasi data wajib pajakdalam rangka melakukan intensifikasi, usulan pembetulan ketetapan pajak, usulan pengurangan Pajak Bumi dan Bangunan, serta melakukan evaluasi hasil banding.

9. Kelompok Jabatan Fungsional

Kelompok Jabatan Fungsional mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

2.4 Mandat yang Dibebankan

Dalam melaksanakan tugas sebagai pengemban penerimaan APBN, Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai sebagai instansi vertikal di bawah Direktorat Jenderal Pajak, secara langsung mendapat mandat mengumpulkan dana bagi pembiayaan Negara (APBN). Sebagaimana telah ditetapkan oleh Kantor

Pusats Direktorat Jenderal Pajak, besarnya beban yang diberikan kepada Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai pada tahun anggaran 2012 sebesar Rp 295.610.000.000,00

2.5 Sumber Daya Manusia

Aspek kepegawaian yang mendukung operasional Kantor Pelayanan Pajak Pratama Binjai dapat digambarkan sebagai berikut:

Tabel 2.2

Berdasarkan Jenis Kelamin di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Jenis Kelamin Jumlah %

Laki- laki 49 71,01

Perempuan 20 28,99

Jumlah 69 100

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Dari tabel 2.1 diatas, dapat dilihat bahwa jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan jumlah perempuan, dimana jumlah perempuan hanya 28,99 % dari 71,01 % jumlah laki-laki.

Tabel 2.2

Berdasarkan Jabatan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Dari tabel 2.2 diatas, dapat dilihat bahwa jabatan Pelaksana paling banyak diantara jabatan yang ada di KPP Pratama Binjai yang kemudian di ikuti dengan Account Representative, Kasi, Fungsi, dan Kepala Kantor.

Jabatan Jumlah % Kepala Kantor 1 1,45 Kasi/Kasubbag 9 13,14 Fungsional 8 11,56 Account Representative 17 24,64 Pelaksana 34 49,28 Jumlah 69 100

.Tabel 2.3

Berdasarkan Seksi di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Seksi Jumlah % Subbag Umum 7 10,14 Seksi Pelayanan 9 13,04 Seksi PDI 9 13,04 Seksi Waskon I 6 8,69 Seksi Waskon II 8 11,59

Seksi Waskon III 7 10,14

Seksi Penagihan 5 7,25

Seksi Ekstensifikasi 5 7,25

Seksi Pemeriksaan 4 5,7

Fungsional 8 11,59

Jumlah 69 100

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Dari tabel 2.3 diatas, dapat dilihat seksi pelayanan dan seksi PDI menempati urutan pertama dari jumlah seksi yang ada di KPP Pratama Binjai karena di seksi pelayanan memmbutuhkan lebih banyak pegawai untuk melayani wajib pajak secara langsung.

Tabel 2.4

Berdasarkan Pangkat dan Golongan di Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Golongan Jumlah % IV 1 1,45 III 33 47,83 II 35 50,72 I 0 0 Jumlah 69 100

Sumber: Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai

Dari tabel 2.4 diatas, dapat dilihat bahwa golongan II adalah golongan terbanyak yang kemudian di ikuti oleh golongan III dan golongan I ditempati oleh kepala kantor.

BAB III

GAMBARAN DATA PRAKTEK KERJA LAPANGAN MANDIRI

3.1 Pengertian Pajak

Pada hakekatnya pengertian pajak berbeda-beda tergantung dari sudut pandang mana kita memandang masalah pajak ini, namun substansi dan tujuan dari pajak itu sama.

Pajak menurut Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Defenisi pajak menurut Prof. Dr. Rochmat. Soemitro, S.H. dalam bukunya Dasar-dasar Hukum Pajak dan Pajak Pendapatan (1990: 5) menyatakan “pajak adalah iuran kepada kas negara berdasarkan undang-undang (yang dapat dipaksakan) denga tidak mendapat jasa timbal balik (kontraprestasi), yang langsung dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membayar pengeluaran umum.”

Defenisi pajak menurut Prof. Dr. P. J. A. Adriani dalam buku Pengantar Ilmu Hukum Pajak (1991: 2) “pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan, dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk, dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum berhubung dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.”

Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak, adalah sebagai berikut:

a. Pajak dipungut berdasarkan undang-undang serta aturan pelaksanaannya yang sifatnya dapat dipaksakan.

b. Dalam pembayaran pajak tidak dapat ditunjukkan kontraprestasi individual oleh pemerintah.

c. Pajak dipungut oleh negara baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. d. Pajak diperuntukkan bagi pengeluaran-pengeluaran pemerintah, yang bila dari

pemasukannya terdapat surplus, dipergunakan untuk membiayai public investment.

3.2 Fungsi Pajak

Sebagaimana telah diketahui ciri-ciri yang melekat pada pengertian pajak dari berbagai defenisi, terlihat adanya dua fungsi pajak yaitu sebagai berikut: a. Fungsi Penerimaan (Budgeter)

Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang diperuntukkan bagi pembiayaan pengeluaran-pengeluaran pemerintah.

Contoh: dimasukkannya pajak dalam APBN sebagai penerimaan dalam negeri. b. Fungsi Mengatur (Reguler)

Pajak berfungsi sebagai alat untuk mengatur atau melaksanakan kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.

Contoh:

1. Dikenakan pajak terhadap minuman keras untuk mengurangi konsumsi minuman keras.

2. Pajak yang tinggi dikenakan terhadap barang-barang mewah untuk mengurangi gaya hidup konsumtif.

3. Tarif pajak untuk ekspor adalah sebesar 0 % untuk mendorong produk Indonesia di pasaran dunia.

3.3 Perpajakan di Indonesia

Sejak diberlakukannya Undang-Undang Nomor 16 tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan, Direktorat Jenderal Pajak (DJP) mewajibkan seluruh wajib pajak di Indonesia yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif untuk mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak untuk dicatat sebagai wajib pajak dan sekaligus untuk mendapatkan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan berdasarkan self-assessment system.

Self assessment system adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang, kepercayaan, tanggung jawab kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar, dan melaporkan sendiri besarnya pajak yang harus dibayar.

Dalam hal ini wajib pajak yang telah menghitung, memperhitungkan, membayar dimasukkan ke dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Pajak Penghasilan

Tahunan wajib pajak tersebut dan melaporkannya ke Direktorat Jenderal Pajak. Wajib pajak diharapkan mampu memberikan kepatuhannya dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan.

3.4 Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) adalah surat yang oleh wajib pajak digunakan oleh melaporkan penghitungan dan/ atau pembayaran pajak, objek pajak dan/ atau bukan objek pajak dan/ atau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Dilihat dari saat pelaporannya, Surat Pemberitahuan (SPT) dapat dibedakan menjadi Surat Pemberitahuan (SPT) Masa dan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan.

3.5 Jenis-jenis Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan adalah Surat Pemberitahuan (SPT) untuk suatu Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

a. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi 1770 adalah untuk wajib pajak orang pribadi yang melakukan pekerjaan bebas atau kegiatan usaha.

b. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahuanan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi 1770 S adalah wajib pajak orang pribadi (karyawan) yang tidak melakukan pekerjaan bebas atau kegiatan usaha, wajib pajak orang pribadi yang menerima penghasilan dari satu pemberi kerja, dan wajib pajak orang pribadi yang

menerima penghasilan dalam negeri lainnya dan penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan bersifat Final.

c. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) Orang Pribadi 1770 SS adalah untuk wajib pajak orang pribadi (karyawan) yang tidak melakukan pekerjaan bebas atau kegiatan usaha, dan wajib pajak orang pribadi yang mempunyai penghasilan bruto tidak melebihi Rp 60.000.000 per tahun. d. Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan (PPh) 1771 adalah

Surat Pemberitahuan (SPT) yang digunakan oleh badan.

3.6 Fungsi Surat Pemberitahuan (SPT)

Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan bagi wajib pajak adalah sebagai sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan penghitungan jumlah pajak yang terutang dan melaporkan tentang pembayaran atau pelunasan pajak, penghasilan yang merupakan objek pajak dan/ atau bukan objek pajak, harta dan kewajiban dalam 1 (satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak.

3.7 Pengambilan Surat Pemberitahuan (SPT)

Wajib Pajak harus mengambil sendiri SPT ditempat yang ditetapkan oleh Direktorat Jenderal Pajak. Tempat pengambilan SPT adalah sebagai berikut: a. Kantor Pelayanan Pajak

b. Kantor Penyuluhan Pajak

c. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Banguan d. Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak

e. Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak

f. SPT berbentuk e-SPT dapat diambil langsung dengan cara mengunduh atau download format SPT atau aplikasi SPT dari situs Dirjen Pajak

g. Mencetak/ menggandakan/ fotocopy sendiri dengan bentuk dan isi yang sama dengan aslinya. (Suandy : 2008)

3.8 Pengisian Surat Pemberitahuan (SPT)

a. Wajib Pajak mengisi dan menyampaikan SPT dengan benar, lengkap, jelas dan menandatanganinya.

b. Dalam hal Wajib Pajak adalah badan, SPT harus ditandatangani oleh pengurus atau direksi.

c. Dalam hal SPT diisi dan ditandatangani oleh orang lain bukan Wajib Pajak, harus dilampiri surat kuasa khusus.

d. Pengisian SPT Tahunan PPh oleh Wajib Pajak yang wajib melakukan pembukuan harus dilengkapi dengan laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan-keterangan lain yang diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. (Suandy : 2008)

3.9 Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Penyampaian SPT dapat dilakukan dengan cara :

a. Menyampaikan secara langsung ke Kantor Pelayanan Pajak b. Melalui Kantor Pos

c. Dengan cara lain yaitu:

1. melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir yang ditunjuk oleh Direktur Jenderal Pajak.

2. e-filing melalui ASP. (Suandy: 2008)

3.10 Batas Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT)

a. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan wajib pajak orang pribadi, paling lambat 3 (tiga) bulan setelah akhir tahun pajak.

b. Untuk Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan wajib pajak badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir tahun pajak.

3.11 Perpanjangan Waktu Penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Wajib pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan paling lama 2 (dua) bulan sejak batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan. Pengajuan perpanjangan waktu penyampaian SPT Tahunan ini dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali, sepanjang batas paling lama2 (dua) bulan sejak batas waktu penyampaian SPT Tahunan belum terlampui.

Misalnya Wajib Pajak mengajukan pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunan selama 1 (satu) bulan, tenyata setelah lewat 1 (satu) bulan, ternyata Wajin Pajak masih belum siap untuk menyampaikan SPT Tahunannya, maka Wajib Pajak dapat mengajukan lagi pemberitahuan perpanjangan SPT Tahunannya dengan syarat total jangka waktu perpanjangan waktu sejak batas

waktu penyampaian SPT Tahunan hingga tanggal pengajuan kembali untuk memperpanjang jangka waktu penyampaian SPT Tahunan tidak melebihi 2 (dua) bulan.

3.12 Sanksi Administrasi Tidak Menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan

Keterlambatan penyampaian SPT Tahunan ini akan menimbulkan sanksi administrasi berupa denda sebagaimana diatur dalam Pasal 7 Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Besarnya sanksi denda ini adalah Rp 100.000,- (seratus ribu rupiah) bagi Wajib Pajak Orang Pribadi dan Rp 1.000.000,- (satu juta rupiah) bagi Wajib Pajak Badan.

3.13 Pajak Penghasilan

Pajak Penghasilan (PPh) di Indonesia diatur pertama kali dengan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1984, selanjutnya berturut-turut peraturan ini diamandemen oleh Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1991, Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1994, dan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2000, dan yang terakhir Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.

Pajak Penghasilan adalah pajak yang dikenakan terhadap subjek pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam tahun pajak atau bagian tahun pajak.

Subjek pajak penghasilan meliputi : a. Orang pribadi.

b. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan yang berhak.

c. Badan adalah sekumpulan orang dan/ atau modal yang merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas, perseroan komanditer, perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara atau daerah dalam nama dan bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan, perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik, atau organisasi lainnya, lembaga, dan bentuk badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

d. Bentuk Usaha Tetap (BUT) adalah bentuk usaha yang dipergunakan oleh orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia, orang pribadi yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 (seratus delapan puluh tiga) hari dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan, dan badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di Indonesia untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di Indonesia.

3.14 Kepatuhan Wajib Pajak

Kepatuhan perpajakan diartikan sebagai suatu keadaan dimana wajib pajak patuh dan mempunyai kesadaran dalam memenuhi kewajiban perpajakan.

Menurut Norman D.Nowak, kepatuhan wajib pajak adalah suatu iklim kepatuhan dan kesadaran pemenuhan kewajiban perpajakan, tercermin dalam situasi dimana :

1. Wajib pajak paham atau berusaha untuk memahami semua ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Mengisi formulir pajak dengan lengkap dan jelas. 3. Menghitung jumlah pajak yang terutang dengan benar. 4. Membayar pajak yang terutang tepat pada waktunya.

Menurut Keputusan Menteri Keuangan Nomor 192/PMK.03/2007 tentang Tatacara Penetapan Wajib Pajak Dengan Kriteria Tertentu pada pasal 1 bahwa wajib pajak dengan kriteria tertentu dikatakan sebagai wajib pajak yang patuh yang patuh apabila wajib pajak melakukan persyaratan sebagai berikut :

1. Tepat waktu dalam penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan dalam 3 (tiga) tahun terakhir sesuai dengan waktu yang telah ditentukan peraturan perundang-undangan perpajakan.

2. Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak pada tanggal 31 Desember tahun sebelum penetapan wajib pajak patuh dan tidak termasuk utang pajak yang belum melewati batas akhir pelunasan, kecuali tunggakan

pajak yang telah memperoleh izin mengangsur atau menunda pembayaran pajak.

3. Laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan keuangan pemerintah harus disusun dalam bentuk panjang (long form report) dan menyajikan rekonsiliasi laba rugi komersial dan fiskal bagi wajib pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan selama 3 (tiga) tahun berturut-turut.

4. Tidak pernah dipidana karena melakukan tindakan pidana dibidang perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

3.15 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak Salah satu ciri negara maju adalah jika kepatuhan masyarakat membayar pajak tinggi, mendekati 100 persen. Seandainya dari 50 juta yang belum bayar pajak, sudah membayar kewajibannya tentu Indonesia akan lebih maju dari sekarang. Berbagai pendekatan dapat dilakukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan. Indikasi tingginya tingkat kepatuhan antara lain:

1. Realisasi penerimaan pajak terpenuhi sesuai dengan target yang telah ditetapkan.

2. Tingginya tingkat kepatuhan penyampaian SPT Tahunan dan SPT Masa. 3. Tingginya Tax Ratio

4. Semakin Bertambahnya jumlah Wajib Pajak baru. 5. Rendahnya jumlah tunggakan / tagihan wajib pajak.

6. Tertib, patuh dan disiplin membayar pajak atau minimnya jumlah pelanggaran pemenuhan kewajiban perpajakan.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan dalam membayar pajak antara lain :

1. Faktor yang cukup menonjol adalah kepemimpinan, kualitas pelayanan, dan motivasi. Pemimpin harus mampu menciptakan kemudahan untuk merangsang kesadaran yang dipimpin. Pelayanan masyarakat merupakan salah satu tugas Lurah Desa, memberi pelayanan yang berkualitas telah menjadi obsesi yang selalu ingin dicapai. Motivasi adalah dorongan agar orang mau melakukan sesuatu dengan ikhlas dengan sebaik-baiknya. Dan kepemimpinan yang baik, pelayanan yang berkualitas dan motivasi yang baik akan dapat mempengaruhi kesadaran masyarakat untuk membayar pajak.

2. Faktor ekonomi/tingkat pendapatan.

Faktor ekonomi merupakan hal yang sangat fundamental dalam hal melaksanakan kewajiban. Masyarakat yang miskin akan menemukan kesulitan untuk membayar pajak. Kebanyakan mereka akan memenuhi kebutuhan hidup terlebih dahulu sebelum membayar pajak. Karenanya tingkat pendapatan seseorang dapat mempengaruhi bagaimana seseorang tersebut memiliki kesadaran dan kepatuhan akan ketentuan hukum dan kewajibannya.

Faktor yang dapat menurunkan tingkat kepatuhan wajib pajak. Antara lain: 1. Prasangka negatif kepada aparat perpajakan harus digantikan dengan prasangka positif. Sebab, prasangka negatif ini akan menyebabkan para wajib pajak bersikap defensif dan tertutup. Mereka akan cenderung menahan informasi dan

tidak cooperatif. Mereka akan berusaha memperkecil nilai pajak yang dikenakan pada mereka dengan memberikan informasi sesedikit mungkin. Perlu usaha keras dari lembaga perpajakan dan media massa untuk membantu menghilangkan prasangka negatif tersebut.

2. Hambatan atau kurangnya intensitas kerjasama dengan Instansi lain (pihak ketiga) guna mendapatkan data mengenai potensi Wajib Pajak baru, terutama dengan instansi daerah atau bukan instansi vertikal.

3. Bagi Calon Wajib Pajak, sistem Self Assessment dianggap menguntungkan, sehingga sebagian besar mereka enggan untuk mendaftarkan dirinya bahkan menghindar dari kewajiban ber-NPWP. Data-data tentang dirinya selalu diupayakan untuk ditutupi sehingga tidak tersentuh oleh DJP.

4. Masih sedikitnya informasi yang semestinya disebarkan dan dapat diterima masyarakat mengenai peranan pajak sebagai sumber penerimaan negara dan segi-segi positif lainnya.

5. Adanya anggapan masyarakat bahwa timbal balik (kontra prestasi) pajak tidak bisa dinikmati secara langsung, bahkan wujud pembangunan sarana prasana belum merata, meluas, apalagi menyentuh pelosok tanah air.

6. Adanya anggapan masyarakat bahwa tidak ada keterbukaan pemerintah terhadap penggunaan uang pajak

BAB IV

ANALISIS DAN EVALUASI

4.1 Upaya-Upaya Yang Dilakukan Oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai Untuk Mencapai Target Rasio Kepatuhan

Pemerintah masih terus berupaya untuk meningkatkan kepatuhan wajib pajak dalam memenuhi kewajiban perpajakan baik dari penyampaian SPT, ketepatan pembayaran pajak, dan perhitungan/ pelaporan yang seharusnya, agar penerimaan negara dari sektor pajak meningkat.

Beberapa upaya yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Binjai untuk mencapai target rasio kepatuhan Wajib Pajak, antara lain :

Dokumen terkait