• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Dengan sudah makin banyaknya digunakan perjanjian-perjanian baku dalam transaksi-transaksi bisnis di Indonesia termasuk lembaga perbankan, seyogianya mendorong untuk memberikan perhatian yang lebih besar kepada aturan-aturan dasar yang harus dipatuhi oleh semua pihak dalam menggunakan perjanjian baku. Yang menjadi tolak ukur guna menentukan apakah substansi suatu klausul dalam perjanjian baku merupakan suatu klausul yang dilarang karena sangat memberatkan bagi pihak lain adalah larangan yang tercatum dalam Pasal 1337 KUHPerdata yaitu “kausa adalah terlarang, apabila kausa itu dilarang Undang-undang atau bertentangan dengan moral atau dengan ketertiban umum dan yang tercantum dalam Pasal 1339 KUHPerdata yaitu “persetujuan-persetujuan tidak hanya mengikat untuk hal-hal yang dengan tegas dinyatakan di dalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut sifat dari persetujuan itu diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan atau Undang-undang”.

2. Notaris mempunyai kedudukan mandiri dan tidak memihak didalam menjalankan jabatannya. Sebagai pejabat pembuat akta perjanjian kredit bank, maka notaris hanya dapat mengambil alih saja klausul-klausul yang telah dibakukan oleh satu pihak, karena notaris dianggap mitra atau rekanan dalam pelaksanaan suatu

perjanjian kredit/pengakuan hutang pada suatu bank, dan bank akan meminta notaris untuk berpedoman kepada model perjanjian kredit yang telah ditetapkan bank. Peranan notaris dalam mewujudkan kesetaraan terkait pada cara bagaimana perjanjian terbentuk (syarat-syarat dalam membuat perjanjian kredit yang disesuaikan dengan offering letter dari bank) dan tidak pada hasil akhir dari prestasi yang ditawarkan secara timbal balik.

Kedudukan Kreditor dan debitor tidak dapat tercapai kesetaraan yang absolut, kesetaraan dalam perjanjian kredit perbankan, hanya terjadi apabila debitor tersebut dalam posisi yang kuat, yaitu debitor yang mempunyai pinjaman yang besar pada suatu bank, dimana posisi debitor dapat berobah menjadi pihak yang mempunyai kekuatan untuk mengutarakan kehendaknya dalam membuat perjanjian dan menentukan isi perjanjian (contohnya dalam hal jangka waktu kredit dan bunga pinjaman bank) bahkan untuk tidak bersedia melakukan perjanjian kredit dan/atau segera mengakhiri suatu perjanjian kredit dan take over ke bank lainnya.

3. Melihat begitu besarnya risiko yang dapat terjadi apabila kepercayaan masyarakat terhadap lembaga perbankan merosot, tidak berlebihan apabila usaha perlindungan konsumen jasa perbankan mendapat perhatian yang khusus. Dalam rangka usaha melindungi debitor/ konsumen secara umum, dan dengan adanya Undang-Undang nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen; Undang-undang tersebut dimaksudkan dapat menjadi landasan hukum yang kuat,

baik untuk pemerintah maupun masyarakat itu sendiri secara swadaya untuk melakukan upaya pemberdayaan konsumen. Dalam rangka pemberdayaan konsumen jasa perbankan, maka Bank Indonesia sebagai bank sentral yang bertanggung jawab sebagai pelaksana otoritas moneter sangat diharapkan mempunyai kepedulian. Dalam konteks inilah perlu pengamatan yang baik untuk menjaga suatu bentuk perlindungan debitor/konsumen terutama debitor yang lemah, tetapi tidak juga akan melemahkan kepentingan dan kedudukan kreditor/bank.

B. Saran

1. Agar dari pihak Bank dalam hal ini Account Officer untuk waktu selanjutnya dapat mengikut sertakan notaris sebagai pejabat umum yang membuat akta perjanjian kredit bank dalam perundingan dan/atau pembuatan serta perubahan klausul-klausul di dalam perjanjian kredit bank, sehingga dapat diharapkan legal opinion notaris dalam setiap akan mengadakan pelepasan kredit, agar notaris dalam hal ini dapat berperan sebagai salah satu unsur filterisasi daripada legal asset suatu pelepasan kredit. Peran notaris yang bersangkutan tidak hanya diminta oleh bank untuk berpedoman kepada model perjanjian kredit bank yang telah ditetapkan bank. Dengan demikian dapat tercapai kesetaraan antara kepentingan debitor dan kreditor terutama debitor yang kedudukannya lemah di dalam suatu perjanjian kredit bank.

2. Debitor merupakan konsumen dari pelayanan jasa perbankan, perlindungan terhadap debitor sudah merupakan suatu tuntutan yang tidak dapat diabaikan. Biasanya yang menyangkut kerugian debitor diakibatkan oleh lembaga perbankan adalah terutama terhadap bank yang dilikuidasi, menyangkut masalah agunan jaminan milik debitor dan pembayaran angsuran kredit yang belum selesai. Untuk masa mendatang dapat dibentuk lembaga penjamin agunan agar supaya agunan pinjaman bank tersebut terjamin keamanannya dan/atau debitor tidak sulit untuk penyelesaian hutangnya, dan segera dapat menerima kembali agunannya.

DAFTAR PUSTAKA

I Buku Dan Makalah

 

Adjie. Habib, 2004, Penggerogotan Wewenang Notaris Sebagai Pejabat Umum, Renvoi Nomor 04 Th.8, 3 September.

Arthesa, Ade dkk, 2006, Bank & Lembaga Keuangan Bukan Bank, Bandung: PT. Indeks Kelompok Gramedia.

Amiruddin dkk. Pengantar Metode Penelitian Hukum, 2004 Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Badrulzaman, Mariam Darus, 1983, Hukum Perikatan dengan Penjelasan. Bandung: Alumni.

________2000, Aneka Hukum Bisnis, Yogyakarta.

________1991, Perjanjian Kredit Bank, Bandung: Citra Aditya Bakti. ________1980, Pidato Pengukuhan Guru Besar, Medan.

Budiono. Herlien, 2007, Kumpulan Tulisan Hukum Perdata di Bidang Kenotariatan, Bandung.

________2006, Azas Keseimbangan Bagi Hukum Perjanjian Indonesia, Bandung,

Penerbit P.T Citra Aditya.

CH. Gatot Wardoyo, 1992, Sekitar Klausul-Klausul Perjanjian Kredit Bank, Bank dan Manajemen, Nopember-Desember.

Djumhana, Muhammad, 2006, Hukum Perbankan di Indonesia. Bandung: PT. Citra Aditya Bakti.

Fuady, Munir, 1999, Hukum Perbankan Modern, Bandung: Citra Aditya Bakti. Hartono Soerja Pratiknyo, 2000, Kredit Perbankan Di Indonesia, Yogyakarta. Harahap, M.Yahya, 1996, Segi-segi Hukum Perjanjian, Bandung : Penerbit Alumni.

Hermansyah, 2005, Hukum Perbankan Nasional Indonesia. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Hisman, 1996, Penelitian Ilmu Sosial, Jakarta: FE UI.

Kasmir, 2000, Dasar-dasar Perbankan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Kelsen, 2006, Hans. Teori Hukum Murni, Bandung: Nusamedia dan Nuansa.

Khairandy, 2004, Ridwan. Iktikad Baik Dalam Kebebasan Berkontrak, Jakarta: FH UI.

Koentjoroningrat, 1997, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Mahmoeddin, 1996, As. Bank dan Anda, Jakarta: Rafflesia.

Marpaung, 2003, Leiden. Tindak Pidana terhadap Perbankan, Jakarta: Djambatan. Miru, Ahmadi, 2001, Larangan Penggunaan Klausula Baku Tertentu dalam

Perjanjian antara Konsumen dan Pelaku Usaha, Jurnal Hukum nomor 17 Vol. 8. Juni 2001, UII, Yogyakarta

Miru, Ahmadi dkk, 2004, Hukum Perlindungan Konsumen, Jakarta : Penerbit PT.Rajagrafindo Persada.

Muhammad, Abdul Kadir, 1986, Hukum Perjanjian, Bandung: Alumni.

Pratiknyo, Hartono, 2000, Soerja Hutang Piutang, Jogjakarta : Mustika Wikasa. Satrio, J. Hukum Perjanjian, Perikatan Pada Umumnya, Alumni, Bandung, 1993. Sjahdeni, Sutan Remy, 1993, Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang

Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank, Jakarta.

Soerjadi, Sidharta P, 1987, segi-segi hukum perkreditan di Indonesia, dimuat dalam Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman.

Subekti, 1994, Hukum Perjanjian, Jakarta : Intermasa.

Suharnoko, 2007, Hukum Perjanjian, Teori dan Analisa Kasus, Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Soekamto. Soejono, 1981, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Press, Jakarta.

Sutantio. Retno Wulan, Upaya Hukum Dalam Penagihan Kredit Macet dan Eksekusi Jaminan, Pustaka Peradilan , Jilid 1, Proyek Pembinaan Teknis Yustisial, Mahkamah Agung RI, Jakarta.

Syawali. Husni dkk, 2000, Hukum Perlindungan Konsumen , Penerbit Mandar Maju, Bandung.

Untung. H. Budi, 2000, Kredit Perbankan Di Indonesia, Yogyakarta.

Usman, Rachmadi, 2001, Aspek-aspek Hukum Perbankan di Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Waluyo, Bambang, 1996, Metode Penelitian Hukum. Jakarta: Sinar Grafika.

Wardoyo, Gatot, 1992, Sekitar Klausul-Klausul Perjanjian Kredit Bank dan Manajemen.

Yudo, Sutarman, 2001, Hakikat Pasal 18 ayat (1) Huruf G UUPK dalam menuju Era Globalisasi, Makalah Program Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Makasar, Desember.

II. Peraturan Perundang-Undangan

 

Undang-Undang Republik Indonesia No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen

Undang-Undang Republik Indonesia No. 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia

Undang-Undang Republik Indonesia No. 30 dan 28 Tahun 2004 tentang Jabatan Notaris

III Internet

www.hukumonline.com.html www.bakumsu.com.aspx

Dokumen terkait