• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pada bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa dan

penelitian secara menyeluruh serta diberikan juga saran-saran, baik untuk pihak

BAB II

LANDASAN TEORI

3.1. Sistem Produksi

Agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik, maka

diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk Sistem Produksi. Sistem

Produksi merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling berinteraksi

dengan tujuan mentransformasikan input produksi menjadi output produksi. Input

produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi,

sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut sampingannya

seperti limbah, informasi,dan sebagainya.

Subsistem-subsistem dari Sistem Produksi tersebut antara lain adalah

Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Pengendalian Kualitas, Perawatan Fasilitas

Produksi, Penentuan Standar-standar Operasi, Penentuan Fasilitas Produksi dan

Penentuan Harga Pokok Produksi. Subsistem-subsistem dari Sistem Produksi

tersebut akan membentuk konfigurasi sistem produksi. Keandalan dari konfigurasi

sistem produksi ini tergantung dari produk yang dibuat serta bagaimana cara

proses produksi menurut cara menghasilkan output, operasi dari pembuatan produk,

dan variasi produk yang dihasilkan.

3.1.1. Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output

Proses produksi merupakan cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau

menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumber daya produksi

(tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana) yang ada. Sistem produksi menurut

proses menghasilkan output dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Proses Produksi Kontinyu (Continuous Process)

2. Proses Produksi Terputus (Intermittent Process/Discrete System)

Perbedaan pokok antara kedua proses terletak pada lamanya waktu set-up

peralatan produksi. Proses kontinyu tidak memerlukan waktu set-up yang lama

karena proses ini memproduksi secara terus menerus untuk jenis produk yang sama,

misalnya pada pabrik susu instant. Sedangkan proses terputus memerlukan total

waktu set-up yang lebih lama karena proses ini memproduksi berbagai jenis

spesifikasi barang sesuai pesanan, dimana dengan adanya pergantian jenis barang

yang diproduksi akan membutuhkan kegiatan set-up yang berbeda. Contoh dari

proses terputus antara lain adalah usaha perbengkelan.

Jenis proses produksi terputus ini akan mempengaruhi tata letak fasilitas dari

peralatan produksi. Ada dua macam tata letak dasar yang dapat kita diidentifikasikan,

yaitu tata letak berdasarkan produk (Product Layout) dan tata letak berdasarkan

proses (Process Layout). Tata letak berdasarkan produk digunakan bila kita

memproduksi satu jenis produk yang standar dan dibuat secara masal.

pengerjaan sehingga pusat-pusat kerja (kumpulan mesin) dan fasilitas produksi

lainnya akan diatur menurut urutan operasi yang dibutuhkan dalam satu lintasan

produkisi. Pada tata letak model ini, proses operasi pembuatan produk (urutan dan

waktu yang dibutuhkan) ditetapkan terlebih dahulu. Setelah itu kita baru menyusun

urutan mesin-mesinnya. Contoh dari tata letak berdasarkan produk adalah perakitan

mobil.

Tata letak berdasarkan proses sangat tepat digunakan untuk proses produksi

terputus dimana aliran kerja tidak bersifat standar untuk semua output yang

dihasilkan. Dalam tata letak berdasarkan proses ini, pusat-pusat pemrosesan

(kumpulan mesin) atau departemen-departemen dikelompokkan sesuai dengan

fungsinya. Tata letak berdasarkan proses biasanya terdapat pada pabrik yang bekerja

dengan sistem operasi berdasarkan pesanan dan sistem aliran operasi batch.

2.1.2. Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasinya

Dilihat dari tujuan perusahaan melakukan operasi dalam hubungannya dengan

pemenuhan kebutuhan konsumen, maka sistem produksi dibedakan menjadi

empat jenis, yaitu :

1. Engineering To Order (ETO), yaitu bila pemesanan meminta produsen untuk

membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya (rekayasa).

2. Assembly To Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar,

modul-modul opsional standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi

tertentu dari modul-modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen.

Modul-modul standar tersebut bisa di rakit untuk berbagai tipe produk. Contohnya

manual atau otomatis, AC, audio, opsi-opsi interior, dan opsi-opsi mesin

khusus sebagaimana juga model bodi dan warna bodi. Komponen-komponen

tersebut telah isiapkan terlebih dahulu dan akan mulai diproduksi begitu

pesanan dari agen datang.

3. Make To Order (MTO), yaitu bila produsen menyelesaikan item akhirnya jika

dan hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut. Bila

item tersebut bersifat unik dan mempunyai desain yang dibuat menurut

pesanan, maka konsumen mungkin bersedia menunggu hingga produsen

dapat menyelesaikannya.

4. Make To Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item-item yang

diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen

diterima. Item akhir tersebut baru akan dikirim dari sistem persediaan setelah

pesanan konsumen diterima.

2.1.3. Maksud dan Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Setiap manajer produksi mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan

rencana dan tujuan perusahaan. Adapun tujuan umum perusahaan manufaktur adalah

memproduksi secara sukses, ekonomis, tepat waktu sesuai dengan janji yang

diberikan, dan memperoleh keuntungan. Salah satu fungsi yang terpenting dalam

mendukung usaha untuk mencapai tujuan perusahaan manufaktur seperti yang telah

dijelaskan di atas adalah Perencanaan dan Pengendalian Produksi.

Apabila tujuan atau rencana yang telah disebutkan di atas dapat dicapai, maka

perusahaan mencapai kondisi ideal dalam bentuk minimasinya biaya produksi, harga

Dari uraian di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa peranan perencanaan

pengendalian produksi adalah semat-mata dimaksudkan untuk mengkoordinasikan

kegiatan dari bagian-bagian yang langsung atau tidak langsung dalam berproduksi,

merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan kegiatan produksi dari mulai

tahapan bahan baku, proses, sampai output yang dihasilkan sehingga perusahaan

betul-betul dapat menghasilkan barang atau jasa dengan efektif dan efisien.

2.1.4. Fungsi Pengendalian Produksi Fungsi Pengendalian Produksi :

1. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dengan jumlah sebagai

suatu fungsi dari waktu.

2. Memantau permintaan nyata, dan membandingkannya dengan ramalan

permintaan.

3. Membuat jumlah ekonomis untuk pembelian dan penjualan produk yang

dihasilkan.

4. Membuat sistem pengendalian yang ekonomis.

5. Membuat keperluan produksi dan tingkat pengendalian serta memperbaiki

rencana produksi.

6. Memantau tingkat pengendalian dan membandingkannya dengan tingkat

pengendalian.

7. Membuat rincian dari jadwal produksi dan beban mesin.

Dengan menambah penggunaan dan kepercayaan pada teknik kuantitatif yang

lebih tinggi dari pengendalian produksi dalam industri modern, akan mengarah pada

pendekatan riset operasional (OR).

2.1.5. Fungsi Produksi

Aktivitas produksi sebagai suatu bagian dari fungsi organisasi perusahaan

bertanggungjawab terhadap pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang dapat

dijual. Untuk melaksanakan fungsi produksi tersebut, diperlukan rangkaian kegiatan

yang akan membentuk suatu sistem produksi.

Ada tiga fungsi utama dari kegiatan-kegiatan produksi yang dapat

diidentifikasikan :

 Proses produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk.

 Perencanaan produksi, merupakan tindakan antisipati dimasa yang akan datang sesuai dengan periode waktu yang direncanakan.

 Pengendalian produksi, tindakan yang menjamin bahwa semua kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan telah dilakukan sesuai

dengan target yang telah ditetapkan.

2.2. Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan yang akan

yang dibutuhkan dalam memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Peramalan

mungkin tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena

perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat dibutuhkan bila

kondisi keadaan pasar bersifat kompleks dan dinamis.

Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih bersifat kompleks dan

dinamis karena permintaan tersebut tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik,

aspek teknologi, produk pesaing, dan produk substitusi. Oleh karena itu peramalan

yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan

keputusan manajemen. Peramalan pada dasarnya merupakan suatu taksiran. Namun

demikian dengan menggunakan teknik-teknik tertentu maka peramalan akan menjadi

bukan hanya sekedar taksiran. Peramalan akan semakin baik jika mengandung

sesedikit mungkin kesalahan; walaupun kesalahan peramalan tetap merupakan suatu

hal yang sangat manusiawi. Untuk membuat suatu peramalan banyak mempunyai

arti, maka peramalan tersebut perlu direncanakan dan dijadwalkan sehingga akan

diperlukan suatu periode waktu paling sedikit dalam periode waktu yang dibutuhkan

untuk membuat suatu kebijaksanaan dan menetapkan beberapa hal yang

mempengaruhi kebijaksanaan tersebut.

2.2.1. Konsep Dasar Sistem Peramalan Dalam Manajemen Permintaan

Pada dasarnya terdapat sembilan langkah yang harus diperhatikan untuk

menjamin efektifitas dan efisiensi dari sistem peramalan dalam manajemen

peramalan, yaitu :

Tujuan dari peramalan adalah untuk meramalkan permintaan dari item-item

independent demand di masa yang akan datang. Perencanaan produksi dan inventory

seharusnya mengacu kepada data total permintaan produk masa datang. Dengan

demikian jelas bahwa tujuan peramalan adalah untuk mencapai efektifitas dan

efisiensi dari manajemen produksi dan inventory. Analisis peramalan membicarakan

dengan para pembuat keputusan untuk mengetahui apa kebutuhan mereka dan

selanjutnya menentukan :

 Variabel apa yang akan diramalkan

 Siapa yang akan menggunakan hasil peramalan  Untuk tujuan hasil peramalan digunakan

 Peramalan jangka panjang atau jangka pendek yang dibutuhkan  Derajat ketepatan peramalan yang diinginkan

 Kapan peramalan diperlukan

 Bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk kelompok pembeli, kelompok produk atau daerah geografis.

2. Memilih item independent demand yang akan diramalkan.

Memperhatikan bahwa item-item independent demand adalah item yang bebas

dengan bill of materials.

3. Menentukan horizon waktu dari peramalan (jangka pendek, menengah atau

panjang).

Semakin panjang horizon waktu peramalan, hasil-hasil ramalan akan semakin kurang

pendek, sedangkan interval waktu bulanan untuk peramalan jangka menengah, dan

interval waktu triwulan untuk peramalan jangka panjang.

4. Memilih model-model peramalan.

Jika ditinjau dari waktu, maka model peramalan dapat dibagi menjadi :

 Peramalan jangka panjang berkaitan dengan perencanaan bisnis, analisis fasilitas, proyek-proyek jangka panjang, produk-produk atau pasar-pasar

baru, investasi modal dan lain-lain. Karakteristik dari peramalan jangka

panjang adalah dilakukan analisis satu kali, lebih banyak berdasarkan

pertimbangan manajemen puncak (top management), dan dilakukan

terhadap beberapa produk atau familinya

 Peramalan jangka menengah berkaitan dengan perencanaan anggaran, produksi, pembelian (purchase order) dan lain-lain. Karakteristik dari

peramalan jangka menengah adalah bersifat periodical (data bulanan atau

triwulan), menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif, dilakukan oleh

manajemen menengah dan dilakukan terhadap kelompok produk atau

familinya.

 Peramalan jangka pendek berkaitan dengan perencanaan distribusi inventory, perencanaan material dan lain-lain. Karakteristik dari peramalan

ini adalah dilakukan secara teratur dan berulang, menggunakan teknik

kuantitatif dan dilakukan secara terperinci untuk banyak item atau stock

keeping units.

5. Memperoleh data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan.

 Pengaruh musiman (seasonality)  Kecendrungan (trend)

 Keteracakan (randomness) 6. Validasi model peramalan.

7. Membuat peramalan.

8. Implementasi hasil-hasil

9. Memantau keandalan hasil peramalan.

2.2.2. Sifat Hasil Peramalan

Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan, maka

ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu :

1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa

mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat

menghilangkan ketidakpastian tersebut.

2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang beberapa ukuran

kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka

adalah penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar

kesalahan yang mungkin terjadi.

3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka

panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek,

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan

semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan

2.2.3. Jenis-Jenis Peramalan

Pada umumnya keguanan yang berbeda, telah menimbulkan suatu

pengklasifikasian metode peramalan dengan menyesuaikan kepada kegunaan. Jenis

peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi, tergantung dari cara melihatnya.

1. Peramalan Berdasarkan Penyusunannya  Peramalan Subyektif

Peramalan berdasarkan perasaan atau intuisi dari orang-orang yang

menyusunnya, dalam hal ini pandangan judgment orang yang menyusun sangat

menentukan baik atau tidaknya hasil peramalan.

 Peramalan Obyektif

Peramalan berdasarkan data yang relevan pada masa lalu, dengan

menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam penganalisaan data

tersebut.

2. Peramalan Berdasarkan Jangka Waktu

a) Peramalan Jangka Panjang (Long-Term Forecast)

Peramalan dibutuhkan untuk merencanakan hal-hal umum mengenai

suatu organisasi untuk waktu jangka panjang. Peramalan dilakukan untuk

penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu 2 sampai 10 tahun. Hal

ini merupakan faktor utama bagi manajemen puncak untuk mengambil

keputusan mengenai perencanan kapasitas, penelitian dan pengembangan

perusahaan bisnis. Peramalan ini digunakan untuk perencanaan produk

dan perencanaan sumber daya.

Metode-metode yang digunakan untuk peramalan jangka panjang :

o Metode Deret Waktu (Time Series)

o Metode Regresi

b) Peramalan Jangka Menengah (Middle-Term Forecast)

Peramalan ini digunakan untuk merencanakan strategi oleh manajemen

menengah dan manajemen tingkat pertama untuk memenuhi kebutuhan

di masa mendatang dan membuat keputusan untuk perencanaan produksi,

anggaran produksi serta menganalisa berbagai macam rencana operasi.

Peramalan dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dengan jangka

waktu 1 sampai 24 bulan.

c) Peramalan Jangka Pendek (Short-Term Forecast)

Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, menentukan

persediaan dan penjadwalan produksi. Peramalan dilakukan untuk

penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu 1 sampai 5 minggu.

Metode-metode yang digunakan pada peramalan jangka pendek :

o Metode Perataan (Average)

o Metode Pemulusan (Smoothing)

3. Peramalan Berdasarkan Sifat Peramalan

a) Peramalan Teknik Kualitatif

Peramalan teknik kualitatif digunakan terutama jika data masa lalu tidak

mendatang seperti ketika perusahaan akan memperkenalkan atau

melempar produk baru ke pasar dan peramalan tidak memerlukan data

yang serupa seperti pada peramalan teknik kuantitatif. Peramalan ini

terutama digunakan untuk peramalan jangka panjang dan dilakukan

dengan menggunakan judgement, pengetahuan, pendapat pribadi, pendapat ahli, penelitian pasar dan pengalaman dari orang yang

melakukannya.

b) Peramalan Teknik Kuantitatif

Peramalan teknik kuantitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data

kuantitatif masa lalu. Hasil peramalan ini tergantung pada metode yang

digunakan dalam peramalannya, karena dengan metode yang berbeda

akan menghasilkan hasil yang berbeda. Peramalan teknik kuantitatif

dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut :

o Tersedia informasi masa lalu dan mengenai kondisi yang lain,

o Informasi tersebut dapat di kuantitatifkan dalam data neumerik,

o Data diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan

terus berlanjut di masa mendatang atau dengan pola masa

mendatang merupakan kelanjutan pola masa lalu.

2.2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan produk pada suatu perusahaan merupakan hasil dari berbagai

merupakan kekuatan yang berada di luar kendali perusahaan. Berbagai faktor

tersebut antara lain :

 Siklus Bisnis

Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan produk tersebut,

dan permintaan akan suatu produk akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi

yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase inflasi, resesi, depresi, dan

masa pemulihan.

 Siklus Hidup Produk

Siklus hidup suatu produk biasanya mengikuti pola yang biasa disebut kurva

S. Kurva S menggambarkan besarnya permintaan terhadap waktu, dimana

siklus hidup suatu produk akan dibagi menjadi fase pengenalan, fase

pertumbuhan, fase kematangan, dan akhirnya fase penurunan. Untuk

menjaga kelangsungan usaha, maka perlu dilakukan inovasi produk pada saat

yang tepat.

 Faktor-faktor lain

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah reaksi balik dari

pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usaha-usaha yang dilakukan

sendiri oleh perusahaan seperti peningkatan kualitas, pelayanan, anggaran

periklanan, dan kebijaksanaan pembayaran kredit.

2.2.5. Karakteristik Peramalan Yang Baik

Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasaan dan konsistensi

peramalan tersebut. Hasil Peramalan dikatakan bias bila peramalan tersebut

terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang

sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya

kesalahan peramalan relatif kecil. Peramalan terlalu rendah, akan

mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak

dapat dipenuhi segera, akibatnya adalah perusahaan dimungkinkan

kehilangan pelanggan dan kehilangan keuntungan penjulan. Peramalan yang

terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan,

sehingga banyak modal yang terserap sia-sia. Keakuratan dari hasil

peramalan ini berperan penting adalam menyeimbangkan persediaan dan

memaksimasi tingkat pelayanan.

 Biaya

Biaya diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan bergantung kepada

jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode

peramalan yang dipakai. Ketiga factor pemicu biaya tersebut akan

mempengaruhi berapa banyak data yang dibuthkan, bagaimana pengolahan

datanya, yaitu secara manual atau komputerisasi, bagaimana penyimpanan

datanya, dan siapa tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode

peramalan harus disesuikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi

yang ingin didapat, misalnya item-item yang kurang penting bisa diramalkan

dengan metode yang sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi

dari Hukum Pareto (Analisis ABC).

Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah

diaplikasikan, akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah

percuma menggunakan metode yang canggih, tapi tidak dapat diaplikasikan

pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumberdaya manusia,

maupun peralatan teknologi.

2.2.6. Pola Data Peramalan

Pola data dalam peramalan digunakan untuk mendukung pemilihan metode

peramalan yang akan dipakai agar menghasilkan peramalan yang baik. Karena

diperoleh dari metode peramalan yang tepat dan sesuai dengan pola data tersebut.

Pola data dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Pola Horizontal (H), terjadi bila data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata

yang konstan (Deret sperti itu “stasioner” terhadap nilai rata-ratanya). Suatu

produk yang tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk

dalam jenis ini.

2. Pola Musiman (S), terjadi bila fluktuasi permintaan suatu produksi dapat naik

turun disekitar garis trend dan biasanya berulang setiap tahun. Pola ini

biasanya disebabkan oleh faktor cuaca, musim libur panjang, dan hari raya

keagamaan yang akan berulang secara periodik setiap tahunnya.

3. Pola Siklis (C), terjadi bila datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi

jangka panjang yang berhubungan dengan siklus bisnis.

4. Pola Trend (T), terjadi bila terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka

Pola Data Horizontal Pola Data Musiman

Pola Data Siklus Pola Data Trend

Gambar 2.1. Pola Data Peramalan

2.2.7. Ukuran Akurasi Peramalan

Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan peramalan

adalah ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan

permintaan yang sebenarnya terjadi. Ada 5 ukuran yang biasa digunakan, yaitu

1. Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD )

MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa

memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil

dibandingkan kenyataannya. Secara matematis, MAD dirumuskan sebagai

berikut :

n F A MAD t t

Dimana : A = Permintaan Aktual pada periode-t

Ft = Peramalan permintaan (Forecast) pada periode-t

n = Jumlah perioda peramalan yang terlibat

2. Rata-rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE)

MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada

setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara

matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :

 

n F A MSE t t 2

3. Rata-rata Kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error = MFE)

MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu hasil peramalan selama

periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila hasil peramalan tidak bias

maka nilai MFE akan mendekati nol. MFE dihitung dengan menjumlahkan

semua kesalahan peramalan selama periode peramalan dan membaginya dengan

 

n F A MFE t t

4. Standard Error of Estimate (SEE)

 

n f

d d SEE   

' 2

5. Rata-rata Persentase Kesalahan Absolute (Mean Absolute Percentage Error =

MAPE)

MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih berarti

dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil

peramalan terhadap permintaan aktual selama perioda tertentu yang akan

memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Secara matematis, MAPE dinyatakan sebagai berikut :

        t t t A F A n MAPE 100

Tapi dalam laporan ini Penulis hanya menggunakan 3 ukkuran akurasi

peramalan yaitu, SEE, MAD dan MAPE.

2.2.8. Verifikasi dan Pengendalian Peramalan

Langkah penting setelah peramalan adalah verifikasi peramalan sedemikian

rupa sehingga dapat mencerminkan data masa lalu dan sistem sebab-akibat yang

mendasari permintaan itu. Sepanjang representasi peramalan tersebut dapat dipercaya

dan sistem sebab-akibat belum berubah, hasil peramalan akan terus digunakan. Jika

selama proses verifikasi ditemukan keraguan atas validitas peramalan maka harus

Validitas harus ditentukan dengan uji statistika yang sesuai. Setelah suatu

peramalan dibuat maka akan timbul pertanyaan kapankah suatu metode peramalan

baru harus digunakan. Peramalan harus selalu dibandingkan dengan peramalan

aktual secara teratur. Pada suatu saat harus diambil tindaka revisi terhadap peramalan

tersebut apabila ditemukan bukti yang meyakinkan akan adanya perubahan pola

permintaan. Selain itu penyebab perubahan pola permintaan pun harus diketahui.

Penyesuaian metode peramalan dilakukan segera setelah perubahan pola permintaan

diketahui. Terdapat banyak perkakas yang dapat digunakan untuk memverifikasi

peramalan dan mengamati suatu perubahan dalam sistem sebab-akibat yang

melatarbelakangi perubahan pola permintaan. Tapi bentuk yang termudah dari cara

Dokumen terkait