• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR. PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MRP) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LOT SIZING PADA BAHAN BAKU BAJA DI PT. TIMAH INDUSTRI ( PT.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TUGAS AKHIR. PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MRP) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LOT SIZING PADA BAHAN BAKU BAJA DI PT. TIMAH INDUSTRI ( PT."

Copied!
142
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MRP) DENGAN

MENGGUNAKAN TEKNIK LOT SIZING PADA BAHAN

BAKU BAJA DI PT. TIMAH INDUSTRI

( PT. TIMAH Tbk )

Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat

Dalam Mencapai Gelar Sarjana Strata Satu ( S1 )

Disusun Oleh :

Nama : Erin Meilia Harlina

NIM : 41605010018

Program Studi : Teknik Industri

FAKULTAS TEKNIK

PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI

UNIVERSITAS MERCU BUANA

JAKARTA

2009

(2)

LEMBAR PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini :

NAMA : ERIN MEILIA HARLINA

NIM : 41605010018

Jurusan / Fakultas : Teknik Industri / Teknik

Judul Skripsi : Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) dengan Menggunakan Teknik Lot Sizing pada Bahan Baku Baja di PT. Timah Industri (PT. Timah Tbk).

Dengan ini menyatakan bahwa hasil penulisan Skripsi yang telah saya buat ini merupakan hasil karya sendiri dan benar keasliannya. Apabila ternyata di kemudian hari penulisan Skripsi ini merupakan hasil plagiat atau penjiplakan terhadap karya orang lain, maka saya bersedia mempertanggungjawabkan sekaligus bersedia menerima sanksi berdasarkan aturan tata tertib di Universitas Mercu Buana.

Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tidak dipaksakan.

Penulis,

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MRP) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LOT SIZING PADA BAHAN BAKU BAJA

DI PT. TIMAH INDUSTRI ( PT. TIMAH Tbk )

Disusun Oleh :

Nama : Erin Meilia Harlina

NIM : 41605010018

Jurusan : Teknik Industri

Pembimbing Tugas Akhir

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MRP) DENGAN MENGGUNAKAN TEKNIK LOT SIZING PADA BAHAN BAKU BAJA

DI PT. TIMAH INDUSTRI ( PT. TIMAH Tbk )

Disusun Oleh :

Nama : Erin Meilia Harlina

NIM : 41605010018

Jurusan : Teknik Industri

Mengetahui,

Koordinator TA / Ka.Prodi

(5)

ABSTRAK

Dalam manajemen persediaan, bahan baku yang baik merupakan salah satu faktor keberhasilan suatu perusahaan manufaktur untuk melayani kebutuhan pabrik dan konsumen dalam menghasilkan suatu produk yang berkualitas dan tepat waktu. Untuk dapat mengatur suatu tingkat persediaan optimal yang dapat memenuhi kebutuhan akan bahan baku dalam jumlah, mutu dan pada waktu yang tepat dengan jumlah biaya yang rendah seperti yang diharapkan perusahaan maka diperlukan suatu system pengendalian pada perusahaan. PT. Timah Industri merupakan salah satu perusahaan atau industri pertambangan, tetapi perusahaan juga memproduksi produk baja untuk keperluan perusahaan itu sendiri dan bisa juga melayani permintaan dari luar berdasarkan pesanan atau make to order.

Perencanaan Kebutuhan Material sangat memerlukan peramalan permintaan konsumen yang dihitung dari permintaan masa lalu, sehingga dapat memperkirakan kebutuhan dimasa mendatang. Dalam penelitian ini, yang akan dianalisa adalah biaya total yang dihasilkan dari beberapa penggunaan Teknik Lot Sizing. Teknik Lot Sizing yang digunakan adalah Fixed Order Quantity (Jumlah Pesanan Tetap), Economic Order Quatity (Pemesanan dengan Jumlah yang Ekonomis), Lot For Lot (Lot untuk Lot), dan Fixed Period Requirement (Kebutuhan Periode Tetap).

Setelah melakukan perhitungan dengan keempat Teknik Lot Sizing tersebut, Teknik Fixed Period Requirement menghasilkan biaya total terendah.

(6)

ABSTRACT

In supply management, a good raw materials is one of the factors of success of a manufacturing company to serve the needs of consumers in the factory and produce a quality product and on time. To be able to set an optimal level of supply that can meet the needs of their raw materials in quantity, quality and on time with the right amount of low cost as expected the company needed a system of control on the company. PT. Timah Industri is one of the company or the mining industry, but the company also produces steel products for the company itself and can also serve the request based on orders from the outside.

Material Requirements Planning requires forecasting consumer demand that calculated based on the request from the past, so we can estimate the needs in the future. In this research, we will be analyzed the total cost resulting from the use of some lot sizing techniques. Lot sizing technique that we used are fixed order quantity, economic order quantity, lot for lot and fixed period requirement.

After calculation with the fourth lot sizing techniques, the technical requirement of the fixed cost of the lowest total.

(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum, wr. wb.

Puji dan syukur Penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT, karena berkat

rahmat dan ridho-Nyalah Penulis dapat menyelesaikan laporan penelitian Tugas

Akhir ini yang merupakan salah satu syarat untuk Ujian Akhir Program Sarjana pada

Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik Universitas Mercu Buana Jakarta.

Di dalam penulisan laporan penelitian Tugas Akhir ini, Penulis mengambil

topik tentang ” PERENCANAAN KEBUTUHAN MATERIAL (MRP) DENGAN

MENGGUNAKAN TEKNIK LOT SIZING PADA BAHAN BAKU BAJA DI PT.

TIMAH INDUSTRI (PT. TIMAH Tbk).

Selama melaksanakan penelitian di PT. Timah Industri (PT. Timah Tbk) dan

penyusunan laporan ini, Penulis banyak sekali mendapat bantuan, pengarahan, dan

bimbingan dari berbagai pihak. Dengan segala kerendahan hati, pada kesempatan ini

Penulis ingin mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang telah

membantu baik secara langsung maupun tidak langsung kepada :

1. Bapak dan Ibu atas doa serta dorongan baik moral maupun materil yang telah

diberikan kepada Penulis, semoga selalu diberikan kesehatan dan selalu

(8)

2. Bapak Ir. Muhammad Kholil, MT selaku Dosen Pembimbing Tugas Akhir /

Ketua Program Studi Teknik Industri yang telah memberikan bimbingan,

saran serta dukungan bagi Penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

3. Bapak Ir. Nono Budi Priyono selaku Ka. Perbengkelan PT. Timah Industri

yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan Tugas Akhir di PT.

Timah Industri.

4. Bapak Hadi Sundoyo, ST selaku Kabag. Pabrik Pengecoran Logam PT.

Timah Industri yang telah memberikan bantuan sehingga dengan mudah

mendapatkan data yang diperlukan.

5. Bang Awa, Bang Devi, Bang Heru dan Bang Gun yang telah memberikan

masukan, bimbingan dan pengarahan yang sangat berarti saat Penulis Tugas

Akhir.

6. Acu Yayuk dan Acu Zikri yang telah memberikan dukungan untuk

menyelesikan laporan ini, serta telah membantu Penulis selama kuliah di

Jakarta.

7. Teman-teman di Jurusan Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Mercu

Buana khususnya angkatan 2005 (Hayu, Winda, Yofi, Ichsan dan Agil) yang

telah bersama Penulis baik suka maupun duka.

8. Untuk temanku fahima & Meri yang ada di Bangka, thanks atas doa dan

dukungannya selama ini.

Penulis sangat menyadari bahwa Laporan Tugas Akhir ini masih jauh dari

(9)

memberikan kritik dan saran demi perbaikan selanjutnya. Penulis berharap Laporan

Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Wassalamu’alaikum, wr.wb.

Jakarta, 08 Januari 2009

(10)

DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL SKRIPSI ...

LEMBAR PERNYATAAN ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

ABSTRAK ... iv

ABSTRACT ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 2

1.3.Tujuan Penelitian ... 2

1.4.Pembatasan Masalah ... 3

1.5. Metodologi Penelitian ... 3

1.6.Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1. Sistem Produksi ... 6

2.1.1.Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output ... 7

(11)

2.1.3.Maksud dan Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Produksi 9

2.1.4.Fungsi Pengendalian Produksi ... 10

2.1.5. Fungsi Produksi ... 11

2.2.Peramalan ... 12

2.2.1.Konsep Dasar Sistem Peramalan dalam Manajemen Permintaan .... 13

2.2.2.Sifat Hasil Peramalan ... 15

2.2.3.Jenis-Jenis Peramalan ... 16

2.2.4.Faktor yang Mempengaruhi Permintaan ... 19

2.2.5.Karakteristik Peramalan yang Baik ... 20

2.2.6.Pola Data Peramalan ... 22

2.2.7.Ukuran Akurasi Peramalan ... 23

2.2.8.Verifikasi dan Pengendalian Peramalan ... 25

2.2.9.Peta Rentang Bergerak (Moving Range) ... 26

2.2.10.Peta Moving Range untuk Pengendalian Peramalan ... 28

2.3.Persediaan ... 28

2.3.1.Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan ... 28

2.3.2.Fungsi Persediaan ... 30

2.3.3.Tujuan Persediaan ... 32

2.3.4.Biaya-Biaya dalam Sistem Persediaan ... 33

2.4.Metode Perencanaan Kebutuhan Material ... 38

2.4.1.Pengertian Material Requirement Planning (MRP) ... 39

2.4.2.Tujuan Material Requirement Planning (MRP) ... 40

2.4.3.Persyaratan Material Requirement Planning (MRP) ... 41

2.4.4.Input Material Requirement Planning (MRP) ... 42

2.4.4.1.Jadwal Induk Produksi ... 42

(12)

2.4.4.3.Status Persediaan ... 43

2.4.5.Output Material Requirement Planning (MRP) ... 44

2.4.6.Langkah Dasar Proses Material Requirement Planning (MRP) ... 46

2.4.6.1.Proses Netting ... 46

2.4.6.2.Proses Lotting ... 47

2.4.6.3.Proses Offsetting ... 48

2.4.6.4.Proses Explosion ... 48

2.4.7.Teknik-Teknik Penentuan Ukuran Lot Sizing ... 50

2.4.7.1.Fixed Order Quantity (FOQ) ... 52

2.4.7.2.Lot For Lot (LFL) ... 53

2.4.7.3.Economic Order Quantity (EOQ) ... 54

2.4.7.4.Fixed Period Requirement (FPR) ... 55

2.4.8.Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesulitan dalam Penerapan (MRP) ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 58

3.1. Menentukan Topik ... 58

3.2.Penelitian Pendahuluan ... 58

3.3.Tujuan Penelitian ... 59

3.4.Studi Lapangan ... 59

3.5.Studi Pustaka... 59

3.6.Pengumpulan dan Pengolahan Data ... 59

3.6.1.Pengumpulan Data ... 60

3.6.2.Pengolahan Data ... 60

3.7.Analisa Hasil ... 61

(13)

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... 63

4.1. Pengumpulan Data ... 63

4.1.1.Sejarah Umum dan Perkembangan Perusahaan ... 63

4.1.1.1.Pabrik Cor PT. Timah Industri ... 66

4.1.1.2.Manajemen Sumber Daya Manusia ... 68

4.1.2.Data Permintaan Konsumen ... 70

4.1.3.Data Perencanaan Kebutuhan Material ... 71

4.1.3.1.Data Struktur Produk (Bill of Material) ... 71

4.1.3.2.Biaya-Biaya dalam Persediaan ... 72

4.1.3.3.Struktur Biaya ... 74

4.2. Pengolahan Data ... 75

4.2.1.Perhitungan Peramalan Permintaan Baja ... 75

4.2.2.Peta Rentang Bergerak (Moving Range) ... 90

4.2.2.1.Pengujian Verifikasi Hasil Peramalan ... 90

4.2.3.Perencanaan Kebutuhan Material Berdasarkan MRP ... 92

4.2.3.1.Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule) .... 92

4.2.3.2.Status Persediaan ... 93

4.2.3.3.Struktur Produk (Bill of Material) ... 93

4.2.4.Perhitungan MRP Pada Bahan Baku Baja ... 94

4.2.4.1.Perhitungan Menggunakan Metode Lot For Lot ... 94

4.2.4.2.Perhitungan Menggunakan Metode Economic Order Quantity ... 100

4.2.4.3.Perhitungan Menggunakan Metode Fixed Period Requirement ... 106

(14)

BAB V ANALISA HASIL ... 118

5.1. Analisa Peramalan Permintaan ... 118

5.2. Analisa Verifikasi Hasil Peramalan ... 119

5.3. Analisa Data Pemakaian Bahan Baku ... 120

5.4. Analisa Perencanaan dan Kebutuhan Material (MRP) ... 121

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 124

6.1. Kesimpulan ... 124

6.2. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA ... 127

(15)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1. Contoh Perhitungan Netting ... 47

Tabel 2.2. Contoh Perhitungan Lotting ... 48

Tabel 2.3. Contoh Perhitungan Offsetting ... 48

Tabel 2.4. Contoh Perhitungan Explosion ... 49

Tabel 2.5. Contoh Fixed Order Quantity ... 52

Tabel 2.6. Contoh Lot For Lot ... 53

Tabel 2.7. Contoh Economic Order Quantity ... 55

Tabel 2.8. Contoh Fixed Period Requirement ... 56

Tabel 4.1. Data Permintaan Baja Tahun 2008 ... 70

Tabel 4.2. Data Struktur Produk Baja ... 71

Tabel 4.3. Struktur Produk ... 71

Tabel 4.4. Biaya Bahan Baku Steel Scrap ... 72

Tabel 4.5. Biaya Bahan Baku Carburizer ... 72

Tabel 4.6. Biaya Bahan Baku FeSi ... 73

Tabel 4.7. Biaya Bahan Baku FeMn ... 73

Tabel 4.8. Biaya Bahan Baku FeCr ... 74

Tabel 4.9. Struktur Biaya ... 74

Tabel 4.10. Perhitungan Peramalan Metode Regresi Linier ... 76

Tabel 4.11. Analisis Peramalan Regresi Linier ... 77

Tabel 4.12. Perhitungan Peramalan Metode Quadratic ... 78

(16)

Tabel 4.14. Perhitungan Peramalan Metode Eksponensial ... 81

Tabel 4.15. Analisis Peramalan Metode Eksponensial ... 82

Tabel 4.16. Perhitungan Peramalan Metode Exponential Smoothing α = 0,1 ... 83

Tabel 4.17. Analisis Peramalan Metode Exponential Smoothing α = 0,1 ... 83

Tabel 4.18. Perhitungan Peramalan Metode Exponential Smoothing α = 0,2 ... 84

Tabel 4.19. Analisis Peramalan Metode Exponential Smoothing α = 0,2 ... 84

Tabel 4.20. Perhitungan Peramalan Metode Exponential Smoothing α = 0,3 ... 85

Tabel 4.21. Analisis Peramalan Metode Exponential Smoothing α = 0,3 ... 85

Tabel 4.22. Perhitungan Peramalan Metode Exponential Smoothing α = 0,4 ... 86

Tabel 4.23. Analisis Peramalan Metode Exponential Smoothing α = 0,4 ... 86

Tabel 4.24. Perhitungan Peramalan Metode Exponential Smoothing α = 0,5 ... 87

Tabel 4.25. Analisis Peramalan Metode Exponential Smoothing α = 0,5 ... 87

Tabel 4.26. Perbandingan Nilai Kesalahan SEE, MAD dan MAPE ... 88

Tabel 4.27. Data Peramalan Permintaan Berdasarkan Metode Regresi Linier ... 89

Tabel 4.28. Perhitungan Moving Range Regresi Linier ... 90

Tabel 4.29. Jadwal Induk Produksi (MPS) ... 92

Tabel 4.30. Perhitungan MRP Pada Steel Scrap dengan Metode LFL ... 95

Tabel 4.31. Perhitungan MRP Pada Carburizer dengan Metode LFL ... 96

Tabel 4.32. Perhitungan MRP Pada FeSi dengan Metode LFL ... 97

Tabel 4.33. Perhitungan MRP Pada FeCr dengan Metode LFL ... 98

Tabel 4.34. Perhitungan MRP Pada FeMn dengan Metode LFL ... 99

Tabel 4.35. Perhitungan MRP Pada Steel Scrap dengan Metode EOQ ... 101

Tabel 4.36. Perhitungan MRP Pada Carburizer dengan Metode EOQ ... 102

Tabel 4.37. Perhitungan MRP Pada FeSi dengan Metode EOQ ... 103

Tabel 4.38. Perhitungan MRP Pada FeCr dengan Metode EOQ ... 104

(17)

Tabel 4.40. Perhitungan MRP Pada Steel Scrap dengan Metode FPR ... 107

Tabel 4.41. Perhitungan MRP Pada Carburizer dengan Metode FPR ... 108

Tabel 4.42. Perhitungan MRP Pada FeSi dengan Metode FPR ... 109

Tabel 4.43. Perhitungan MRP Pada FeCr dengan Metode FPR ... 110

Tabel 4.44. Perhitungan MRP Pada FeMn dengan Metode FPR ... 111

Tabel 4.45. Perhitungan MRP Pada Steel Scrap dengan Metode FOQ ... 113

Tabel 4.46. Perhitungan MRP Pada Carburizer dengan Metode FOQ ... 114

Tabel 4.47. Perhitungan MRP Pada FeSi dengan Metode FOQ ... 115

Tabel 4.48. Perhitungan MRP Pada FeCr dengan Metode FOQ ... 116

Tabel 4.49. Perhitungan MRP Pada FeMn dengan Metode FOQ ... 117

Tabel 5.1. Biaya Total Pemesanan dan Penyimpanan FOQ ... 121

Tabel 5.2. Biaya Total Pemesanan dan Penyimpanan EOQ ... 122

Tabel 5.3. Biaya Total Pemesanan dan Penyimpanan LFL ... 122

Tabel 5.4. Biaya Total Pemesanan dan Penyimpanan FPR ... 122

(18)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1. Pola Data Peramalan ... 23

Gambar 2.2. Proses Transformasi Produksi ... 30

Gambar 2.3. Input Material Requirement Planning (MRP) ... 44

Gambar 2.4. Output Material Requirement Planning (MRP) ... 45

Gambar 2.5. Hubungan antara Ukuran Lot dan Biaya Persediaan ... 51

Gambar 3.1. Skema Metodologi Penelitian ... 62

Gambar 4.1. Struktur Organisasi Balai Karya PT. Timah Industri ... 68

Gambar 4.2. Struktur Organisasi Pengecoran Logam PT. Timah Industri ... 69

Gambar 4.3. Grafik Permintaan Baja Tahun 2008 ... 70

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dewasa ini Indonesia sedang mengadapi era globalisasi di segala bidang

usaha dan salah satunya di bidang industri. Oleh karena itu, perusahaan dituntut

untuk dapat beroperasi lebih efektif dan efisien dalam mengadapi persaingan

dengan perusahaan yang sejenis. Perusahaan-perusahaan yang ada tersebut

bersaing untuk mencapai tujuan yang sama. Setiap perusahaan pada umumnya

memiliki satu tujuan yang utama, yaitu memperoleh laba. Alasan utamanya

adalah karena laba merupakan penentu utama kelangsungan hidup dan

berkembangnya suatu perusahaan.

Untuk mencapai tujuan ini, salah satu hal yang berpengaruh yaitu biaya

produksi. Jika manajemen sebuah perusahaan dapat meminimumkan biaya

produksi tanpa menurunkan mutu yang ada, maka daya saing dan penjualan akan

(20)

Salah satu jenis biaya yang berpengaruh terhadap total biaya produksi

adalah biaya persediaan bahan baku. Persediaan bahan baku memegang peranan

yang sangat penting dalam keseluruhan proses produksi karena tanpa adanya

perencanaan persediaan bahan baku, proses produksi tidak dapat berjalan dengan

lancar. Apabila perusahaan tidak mengadakan persediaan bahan baku yang

cukup, tentu perusahaan akan menghadapi kehilangan kesempatan memperoleh

keuntungan karena proses produksi terhenti, sedangkan jika perusahaan

kelebihan persediaan bahan baku maka akan menimbulkan biaya penyimpanan

yang terlalu besar.

1.2. Perumusan Masalah

Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah

penerapan sistem Perencanaan Kebutuhan Material pada teknik lot sizing yang

mana dapat memberikan biaya total optimal pada pembuatan baja.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini yaitu :

1. Penentuan Metode Peramalan yang terbaik.

2. Melakukan penerapan dengan sistem Perencanaan Kebutuhan Material

(MRP).

(21)

1.4. Pembatasan Masalah

Dalam batasan masalah ini perlu ditetapkan batasan-batasan dan asumsi

agar langkah-langkah pemecahan permasalahan tidak menyimpang dari tujuan

yang hendak dicapai yaitu :

1. Jadwal induk produksi didasarkan pada hasil peramalan permintaan baja.

2. Yang dianalisa dalam penelitian ini adalah Bahan Baku Baja.

3. Perhitungan setiap material dimulai dari level 0.

4. Sekali pesan sekali terima.

5. Biaya total yang akan dihitung adalah biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan

6. Tidak menganalisa penjadwalan.

7. Tidak menganalisa persediaan pengaman.

1.5. Metodologi Penelitian

Metodologi pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan

penelitian ini adalah :

1. Studi Lapangan

Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang diperlukan dalam

penelitian ini dilakukan dengan meninjau langsung ke lapangan.

2. Studi Pustaka

Membaca dan mempelajari buku-buku referensi yang berhubungan dengan

masalah yang akan dibahas dan digunakan dalam memecahkan masalah.

3. Mengadakan wawancara dengan karyawan yang berhubungan dengan

(22)

1.6. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan penelitian yang akan dilakukan, penulis berpedoman

pada kriteria penyusunan laporan dan membaginya dalam enam bab yang saling

berkaitan satu sama lainnya, yaitu dengan format sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini dijelaskan secara umum tentang latar belakang masalah, perumusan

masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini menerangkan secara singkat tentang teori-teori yang berhubungan dan

berkaitan erat dengan masalah yang akan dibahas serta merupakan tinjauan

kepustakaan yang menjadi kerangka dan landasan berfikir dalam proses

pemecahan masalah penelitian ini.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pada bab ini tentang metodologi penilitian dan kerangka pemikiran yang

dilakukan dengan penelitian untuk tugas akhir dan berisi tahapan pemecahan

masalah yang menguraikan secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan

dalam memecahkan masalah.

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Dalam bab ini akan membahas tentang data yang digunakan yaitu data bahan

(23)

BAB V ANALISA HASIL

Pada bab ini berisikan mengenai analisa dari hasil pengolahan data yang telah

dilakukan sebelumnya yang berdasarkan landasan teori yang digunakan.

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa dan

penelitian secara menyeluruh serta diberikan juga saran-saran, baik untuk pihak

(24)

BAB II

LANDASAN TEORI

3.1. Sistem Produksi

Agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik, maka

diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk Sistem Produksi. Sistem

Produksi merupakan kumpulan dari subsistem-subsistem yang saling berinteraksi

dengan tujuan mentransformasikan input produksi menjadi output produksi. Input

produksi ini dapat berupa bahan baku, mesin, tenaga kerja, modal dan informasi,

sedangkan output produksi merupakan produk yang dihasilkan berikut sampingannya

seperti limbah, informasi,dan sebagainya.

Subsistem-subsistem dari Sistem Produksi tersebut antara lain adalah

Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Pengendalian Kualitas, Perawatan Fasilitas

Produksi, Penentuan Standar-standar Operasi, Penentuan Fasilitas Produksi dan

Penentuan Harga Pokok Produksi. Subsistem-subsistem dari Sistem Produksi

tersebut akan membentuk konfigurasi sistem produksi. Keandalan dari konfigurasi

sistem produksi ini tergantung dari produk yang dibuat serta bagaimana cara

(25)

proses produksi menurut cara menghasilkan output, operasi dari pembuatan produk,

dan variasi produk yang dihasilkan.

3.1.1. Sistem Produksi Menurut Proses Menghasilkan Output

Proses produksi merupakan cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau

menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumber daya produksi

(tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana) yang ada. Sistem produksi menurut

proses menghasilkan output dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Proses Produksi Kontinyu (Continuous Process)

2. Proses Produksi Terputus (Intermittent Process/Discrete System)

Perbedaan pokok antara kedua proses terletak pada lamanya waktu set-up

peralatan produksi. Proses kontinyu tidak memerlukan waktu set-up yang lama

karena proses ini memproduksi secara terus menerus untuk jenis produk yang sama,

misalnya pada pabrik susu instant. Sedangkan proses terputus memerlukan total

waktu set-up yang lebih lama karena proses ini memproduksi berbagai jenis

spesifikasi barang sesuai pesanan, dimana dengan adanya pergantian jenis barang

yang diproduksi akan membutuhkan kegiatan set-up yang berbeda. Contoh dari

proses terputus antara lain adalah usaha perbengkelan.

Jenis proses produksi terputus ini akan mempengaruhi tata letak fasilitas dari

peralatan produksi. Ada dua macam tata letak dasar yang dapat kita diidentifikasikan,

yaitu tata letak berdasarkan produk (Product Layout) dan tata letak berdasarkan

proses (Process Layout). Tata letak berdasarkan produk digunakan bila kita

memproduksi satu jenis produk yang standar dan dibuat secara masal.

(26)

pengerjaan sehingga pusat-pusat kerja (kumpulan mesin) dan fasilitas produksi

lainnya akan diatur menurut urutan operasi yang dibutuhkan dalam satu lintasan

produkisi. Pada tata letak model ini, proses operasi pembuatan produk (urutan dan

waktu yang dibutuhkan) ditetapkan terlebih dahulu. Setelah itu kita baru menyusun

urutan mesin-mesinnya. Contoh dari tata letak berdasarkan produk adalah perakitan

mobil.

Tata letak berdasarkan proses sangat tepat digunakan untuk proses produksi

terputus dimana aliran kerja tidak bersifat standar untuk semua output yang

dihasilkan. Dalam tata letak berdasarkan proses ini, pusat-pusat pemrosesan

(kumpulan mesin) atau departemen-departemen dikelompokkan sesuai dengan

fungsinya. Tata letak berdasarkan proses biasanya terdapat pada pabrik yang bekerja

dengan sistem operasi berdasarkan pesanan dan sistem aliran operasi batch.

2.1.2. Sistem Produksi Menurut Tujuan Operasinya

Dilihat dari tujuan perusahaan melakukan operasi dalam hubungannya dengan

pemenuhan kebutuhan konsumen, maka sistem produksi dibedakan menjadi

empat jenis, yaitu :

1. Engineering To Order (ETO), yaitu bila pemesanan meminta produsen untuk

membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya (rekayasa).

2. Assembly To Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar,

modul-modul opsional standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi

tertentu dari modul-modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen.

Modul-modul standar tersebut bisa di rakit untuk berbagai tipe produk. Contohnya

(27)

manual atau otomatis, AC, audio, opsi-opsi interior, dan opsi-opsi mesin

khusus sebagaimana juga model bodi dan warna bodi. Komponen-komponen

tersebut telah isiapkan terlebih dahulu dan akan mulai diproduksi begitu

pesanan dari agen datang.

3. Make To Order (MTO), yaitu bila produsen menyelesaikan item akhirnya jika

dan hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut. Bila

item tersebut bersifat unik dan mempunyai desain yang dibuat menurut

pesanan, maka konsumen mungkin bersedia menunggu hingga produsen

dapat menyelesaikannya.

4. Make To Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item-item yang

diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen

diterima. Item akhir tersebut baru akan dikirim dari sistem persediaan setelah

pesanan konsumen diterima.

2.1.3. Maksud dan Tujuan Perencanaan dan Pengendalian Produksi

Setiap manajer produksi mempunyai tanggung jawab untuk melaksanakan

rencana dan tujuan perusahaan. Adapun tujuan umum perusahaan manufaktur adalah

memproduksi secara sukses, ekonomis, tepat waktu sesuai dengan janji yang

diberikan, dan memperoleh keuntungan. Salah satu fungsi yang terpenting dalam

mendukung usaha untuk mencapai tujuan perusahaan manufaktur seperti yang telah

dijelaskan di atas adalah Perencanaan dan Pengendalian Produksi.

Apabila tujuan atau rencana yang telah disebutkan di atas dapat dicapai, maka

perusahaan mencapai kondisi ideal dalam bentuk minimasinya biaya produksi, harga

(28)

Dari uraian di atas, dapatlah kita simpulkan bahwa peranan perencanaan

pengendalian produksi adalah semat-mata dimaksudkan untuk mengkoordinasikan

kegiatan dari bagian-bagian yang langsung atau tidak langsung dalam berproduksi,

merencanakan, menjadwalkan, dan mengendalikan kegiatan produksi dari mulai

tahapan bahan baku, proses, sampai output yang dihasilkan sehingga perusahaan

betul-betul dapat menghasilkan barang atau jasa dengan efektif dan efisien.

2.1.4. Fungsi Pengendalian Produksi Fungsi Pengendalian Produksi :

1. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dengan jumlah sebagai

suatu fungsi dari waktu.

2. Memantau permintaan nyata, dan membandingkannya dengan ramalan

permintaan.

3. Membuat jumlah ekonomis untuk pembelian dan penjualan produk yang

dihasilkan.

4. Membuat sistem pengendalian yang ekonomis.

5. Membuat keperluan produksi dan tingkat pengendalian serta memperbaiki

rencana produksi.

6. Memantau tingkat pengendalian dan membandingkannya dengan tingkat

pengendalian.

7. Membuat rincian dari jadwal produksi dan beban mesin.

(29)

Dengan menambah penggunaan dan kepercayaan pada teknik kuantitatif yang

lebih tinggi dari pengendalian produksi dalam industri modern, akan mengarah pada

pendekatan riset operasional (OR).

2.1.5. Fungsi Produksi

Aktivitas produksi sebagai suatu bagian dari fungsi organisasi perusahaan

bertanggungjawab terhadap pengolahan bahan baku menjadi produk jadi yang dapat

dijual. Untuk melaksanakan fungsi produksi tersebut, diperlukan rangkaian kegiatan

yang akan membentuk suatu sistem produksi.

Ada tiga fungsi utama dari kegiatan-kegiatan produksi yang dapat

diidentifikasikan :

 Proses produksi, yaitu metode dan teknik yang digunakan dalam mengolah bahan baku menjadi produk.

 Perencanaan produksi, merupakan tindakan antisipati dimasa yang akan datang sesuai dengan periode waktu yang direncanakan.

 Pengendalian produksi, tindakan yang menjamin bahwa semua kegiatan yang dilaksanakan dalam perencanaan telah dilakukan sesuai

dengan target yang telah ditetapkan.

2.2. Peramalan

Peramalan adalah proses untuk memperkirakan berapa kebutuhan yang akan

(30)

yang dibutuhkan dalam memenuhi permintaan barang ataupun jasa. Peramalan

mungkin tidak terlalu dibutuhkan dalam kondisi permintaan pasar yang stabil, karena

perubahan permintaannya relatif kecil. Tetapi peramalan akan sangat dibutuhkan bila

kondisi keadaan pasar bersifat kompleks dan dinamis.

Dalam kondisi pasar bebas, permintaan pasar lebih bersifat kompleks dan

dinamis karena permintaan tersebut tergantung dari keadaan sosial, ekonomi, politik,

aspek teknologi, produk pesaing, dan produk substitusi. Oleh karena itu peramalan

yang akurat merupakan informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan

keputusan manajemen. Peramalan pada dasarnya merupakan suatu taksiran. Namun

demikian dengan menggunakan teknik-teknik tertentu maka peramalan akan menjadi

bukan hanya sekedar taksiran. Peramalan akan semakin baik jika mengandung

sesedikit mungkin kesalahan; walaupun kesalahan peramalan tetap merupakan suatu

hal yang sangat manusiawi. Untuk membuat suatu peramalan banyak mempunyai

arti, maka peramalan tersebut perlu direncanakan dan dijadwalkan sehingga akan

diperlukan suatu periode waktu paling sedikit dalam periode waktu yang dibutuhkan

untuk membuat suatu kebijaksanaan dan menetapkan beberapa hal yang

mempengaruhi kebijaksanaan tersebut.

2.2.1. Konsep Dasar Sistem Peramalan Dalam Manajemen Permintaan

Pada dasarnya terdapat sembilan langkah yang harus diperhatikan untuk

menjamin efektifitas dan efisiensi dari sistem peramalan dalam manajemen

peramalan, yaitu :

(31)

Tujuan dari peramalan adalah untuk meramalkan permintaan dari item-item

independent demand di masa yang akan datang. Perencanaan produksi dan inventory

seharusnya mengacu kepada data total permintaan produk masa datang. Dengan

demikian jelas bahwa tujuan peramalan adalah untuk mencapai efektifitas dan

efisiensi dari manajemen produksi dan inventory. Analisis peramalan membicarakan

dengan para pembuat keputusan untuk mengetahui apa kebutuhan mereka dan

selanjutnya menentukan :

 Variabel apa yang akan diramalkan

 Siapa yang akan menggunakan hasil peramalan  Untuk tujuan hasil peramalan digunakan

 Peramalan jangka panjang atau jangka pendek yang dibutuhkan  Derajat ketepatan peramalan yang diinginkan

 Kapan peramalan diperlukan

 Bagian-bagian peramalan yang diinginkan, seperti peramalan untuk kelompok pembeli, kelompok produk atau daerah geografis.

2. Memilih item independent demand yang akan diramalkan.

Memperhatikan bahwa item-item independent demand adalah item yang bebas

dengan bill of materials.

3. Menentukan horizon waktu dari peramalan (jangka pendek, menengah atau

panjang).

Semakin panjang horizon waktu peramalan, hasil-hasil ramalan akan semakin kurang

(32)

pendek, sedangkan interval waktu bulanan untuk peramalan jangka menengah, dan

interval waktu triwulan untuk peramalan jangka panjang.

4. Memilih model-model peramalan.

Jika ditinjau dari waktu, maka model peramalan dapat dibagi menjadi :

 Peramalan jangka panjang berkaitan dengan perencanaan bisnis, analisis fasilitas, proyek-proyek jangka panjang, produk-produk atau pasar-pasar

baru, investasi modal dan lain-lain. Karakteristik dari peramalan jangka

panjang adalah dilakukan analisis satu kali, lebih banyak berdasarkan

pertimbangan manajemen puncak (top management), dan dilakukan

terhadap beberapa produk atau familinya

 Peramalan jangka menengah berkaitan dengan perencanaan anggaran, produksi, pembelian (purchase order) dan lain-lain. Karakteristik dari

peramalan jangka menengah adalah bersifat periodical (data bulanan atau

triwulan), menggunakan teknik kuantitatif dan kualitatif, dilakukan oleh

manajemen menengah dan dilakukan terhadap kelompok produk atau

familinya.

 Peramalan jangka pendek berkaitan dengan perencanaan distribusi inventory, perencanaan material dan lain-lain. Karakteristik dari peramalan

ini adalah dilakukan secara teratur dan berulang, menggunakan teknik

kuantitatif dan dilakukan secara terperinci untuk banyak item atau stock

keeping units.

5. Memperoleh data yang dibutuhkan untuk melakukan peramalan.

(33)

 Pengaruh musiman (seasonality)  Kecendrungan (trend)

 Keteracakan (randomness) 6. Validasi model peramalan.

7. Membuat peramalan.

8. Implementasi hasil-hasil

9. Memantau keandalan hasil peramalan.

2.2.2. Sifat Hasil Peramalan

Dalam membuat peramalan atau menerapkan hasil suatu peramalan, maka

ada beberapa hal yang harus dipertimbangkan yaitu :

1. Peramalan pasti mengandung kesalahan, artinya peramal hanya bisa

mengurangi ketidakpastian yang akan terjadi, tetapi tidak dapat

menghilangkan ketidakpastian tersebut.

2. Peramalan seharusnya memberikan informasi tentang beberapa ukuran

kesalahan, artinya karena peramalan pasti mengandung kesalahan, maka

adalah penting bagi peramal untuk menginformasikan seberapa besar

kesalahan yang mungkin terjadi.

3. Peramalan jangka pendek lebih akurat dibandingkan peramalan jangka

panjang. Hal ini disebabkan karena pada peramalan jangka pendek,

faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan relatif masih konstan, sedangkan

semakin panjang periode peramalan, maka semakin besar pula kemungkinan

(34)

2.2.3. Jenis-Jenis Peramalan

Pada umumnya keguanan yang berbeda, telah menimbulkan suatu

pengklasifikasian metode peramalan dengan menyesuaikan kepada kegunaan. Jenis

peramalan dapat dibedakan dari beberapa segi, tergantung dari cara melihatnya.

1. Peramalan Berdasarkan Penyusunannya  Peramalan Subyektif

Peramalan berdasarkan perasaan atau intuisi dari orang-orang yang

menyusunnya, dalam hal ini pandangan judgment orang yang menyusun sangat

menentukan baik atau tidaknya hasil peramalan.

 Peramalan Obyektif

Peramalan berdasarkan data yang relevan pada masa lalu, dengan

menggunakan teknik-teknik dan metode-metode dalam penganalisaan data

tersebut.

2. Peramalan Berdasarkan Jangka Waktu

a) Peramalan Jangka Panjang (Long-Term Forecast)

Peramalan dibutuhkan untuk merencanakan hal-hal umum mengenai

suatu organisasi untuk waktu jangka panjang. Peramalan dilakukan untuk

penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu 2 sampai 10 tahun. Hal

ini merupakan faktor utama bagi manajemen puncak untuk mengambil

keputusan mengenai perencanan kapasitas, penelitian dan pengembangan

(35)

perusahaan bisnis. Peramalan ini digunakan untuk perencanaan produk

dan perencanaan sumber daya.

Metode-metode yang digunakan untuk peramalan jangka panjang :

o Metode Deret Waktu (Time Series)

o Metode Regresi

b) Peramalan Jangka Menengah (Middle-Term Forecast)

Peramalan ini digunakan untuk merencanakan strategi oleh manajemen

menengah dan manajemen tingkat pertama untuk memenuhi kebutuhan

di masa mendatang dan membuat keputusan untuk perencanaan produksi,

anggaran produksi serta menganalisa berbagai macam rencana operasi.

Peramalan dilakukan untuk penyusunan hasil ramalan dengan jangka

waktu 1 sampai 24 bulan.

c) Peramalan Jangka Pendek (Short-Term Forecast)

Peramalan ini digunakan untuk merencanakan pembelian, menentukan

persediaan dan penjadwalan produksi. Peramalan dilakukan untuk

penyusunan hasil ramalan dengan jangka waktu 1 sampai 5 minggu.

Metode-metode yang digunakan pada peramalan jangka pendek :

o Metode Perataan (Average)

o Metode Pemulusan (Smoothing)

3. Peramalan Berdasarkan Sifat Peramalan

a) Peramalan Teknik Kualitatif

Peramalan teknik kualitatif digunakan terutama jika data masa lalu tidak

(36)

mendatang seperti ketika perusahaan akan memperkenalkan atau

melempar produk baru ke pasar dan peramalan tidak memerlukan data

yang serupa seperti pada peramalan teknik kuantitatif. Peramalan ini

terutama digunakan untuk peramalan jangka panjang dan dilakukan

dengan menggunakan judgement, pengetahuan, pendapat pribadi, pendapat ahli, penelitian pasar dan pengalaman dari orang yang

melakukannya.

b) Peramalan Teknik Kuantitatif

Peramalan teknik kuantitatif adalah peramalan yang didasarkan atas data

kuantitatif masa lalu. Hasil peramalan ini tergantung pada metode yang

digunakan dalam peramalannya, karena dengan metode yang berbeda

akan menghasilkan hasil yang berbeda. Peramalan teknik kuantitatif

dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut :

o Tersedia informasi masa lalu dan mengenai kondisi yang lain,

o Informasi tersebut dapat di kuantitatifkan dalam data neumerik,

o Data diasumsikan bahwa beberapa aspek pola masa lalu akan

terus berlanjut di masa mendatang atau dengan pola masa

mendatang merupakan kelanjutan pola masa lalu.

2.2.4. Faktor Yang Mempengaruhi Permintaan

Permintaan produk pada suatu perusahaan merupakan hasil dari berbagai

(37)

merupakan kekuatan yang berada di luar kendali perusahaan. Berbagai faktor

tersebut antara lain :

 Siklus Bisnis

Penjualan produk akan dipengaruhi oleh permintaan akan produk tersebut,

dan permintaan akan suatu produk akan dipengaruhi oleh kondisi ekonomi

yang membentuk siklus bisnis dengan fase-fase inflasi, resesi, depresi, dan

masa pemulihan.

 Siklus Hidup Produk

Siklus hidup suatu produk biasanya mengikuti pola yang biasa disebut kurva

S. Kurva S menggambarkan besarnya permintaan terhadap waktu, dimana

siklus hidup suatu produk akan dibagi menjadi fase pengenalan, fase

pertumbuhan, fase kematangan, dan akhirnya fase penurunan. Untuk

menjaga kelangsungan usaha, maka perlu dilakukan inovasi produk pada saat

yang tepat.

 Faktor-faktor lain

Beberapa faktor lain yang mempengaruhi permintaan adalah reaksi balik dari

pesaing, perilaku konsumen yang berubah, dan usaha-usaha yang dilakukan

sendiri oleh perusahaan seperti peningkatan kualitas, pelayanan, anggaran

periklanan, dan kebijaksanaan pembayaran kredit.

2.2.5. Karakteristik Peramalan Yang Baik

(38)

Akurasi dari suatu hasil peramalan diukur dengan kebiasaan dan konsistensi

peramalan tersebut. Hasil Peramalan dikatakan bias bila peramalan tersebut

terlalu tinggi atau terlalu rendah dibandingkan dengan kenyataan yang

sebenarnya terjadi. Hasil peramalan dikatakan konsisten bila besarnya

kesalahan peramalan relatif kecil. Peramalan terlalu rendah, akan

mengakibatkan kekurangan persediaan, sehingga permintaan konsumen tidak

dapat dipenuhi segera, akibatnya adalah perusahaan dimungkinkan

kehilangan pelanggan dan kehilangan keuntungan penjulan. Peramalan yang

terlalu tinggi akan mengakibatkan terjadinya penumpukan persediaan,

sehingga banyak modal yang terserap sia-sia. Keakuratan dari hasil

peramalan ini berperan penting adalam menyeimbangkan persediaan dan

memaksimasi tingkat pelayanan.

 Biaya

Biaya diperlukan dalam pembuatan suatu peramalan bergantung kepada

jumlah item yang diramalkan, lamanya periode peramalan, dan metode

peramalan yang dipakai. Ketiga factor pemicu biaya tersebut akan

mempengaruhi berapa banyak data yang dibuthkan, bagaimana pengolahan

datanya, yaitu secara manual atau komputerisasi, bagaimana penyimpanan

datanya, dan siapa tenaga ahli yang diperbantukan. Pemilihan metode

peramalan harus disesuikan dengan dana yang tersedia dan tingkat akurasi

yang ingin didapat, misalnya item-item yang kurang penting bisa diramalkan

dengan metode yang sederhana dan murah. Prinsip ini merupakan adopsi

dari Hukum Pareto (Analisis ABC).

(39)

Penggunaan metode peramalan yang sederhana, mudah dibuat, dan mudah

diaplikasikan, akan memberikan keuntungan bagi perusahaan. Adalah

percuma menggunakan metode yang canggih, tapi tidak dapat diaplikasikan

pada sistem perusahaan karena keterbatasan dana, sumberdaya manusia,

maupun peralatan teknologi.

2.2.6. Pola Data Peramalan

Pola data dalam peramalan digunakan untuk mendukung pemilihan metode

peramalan yang akan dipakai agar menghasilkan peramalan yang baik. Karena

diperoleh dari metode peramalan yang tepat dan sesuai dengan pola data tersebut.

Pola data dapat dikategorikan sebagai berikut :

1. Pola Horizontal (H), terjadi bila data berfluktuasi disekitar nilai rata-rata

yang konstan (Deret sperti itu “stasioner” terhadap nilai rata-ratanya). Suatu

produk yang tidak meningkat atau menurun selama waktu tertentu termasuk

dalam jenis ini.

2. Pola Musiman (S), terjadi bila fluktuasi permintaan suatu produksi dapat naik

turun disekitar garis trend dan biasanya berulang setiap tahun. Pola ini

biasanya disebabkan oleh faktor cuaca, musim libur panjang, dan hari raya

keagamaan yang akan berulang secara periodik setiap tahunnya.

3. Pola Siklis (C), terjadi bila datanya dipengaruhi oleh fluktuasi ekonomi

jangka panjang yang berhubungan dengan siklus bisnis.

4. Pola Trend (T), terjadi bila terdapat kenaikan atau penurunan sekuler jangka

(40)

Pola Data Horizontal Pola Data Musiman

Pola Data Siklus Pola Data Trend

Gambar 2.1. Pola Data Peramalan

2.2.7. Ukuran Akurasi Peramalan

Ukuran akurasi hasil peramalan yang merupakan ukuran kesalahan peramalan

adalah ukuran tentang tingkat perbedaan antara hasil peramalan dengan

permintaan yang sebenarnya terjadi. Ada 5 ukuran yang biasa digunakan, yaitu

(41)

1. Rata-rata Deviasi Mutlak (Mean Absolute Deviation = MAD )

MAD merupakan rata-rata kesalahan mutlak selama periode tertentu tanpa

memperhatikan apakah hasil peramalan lebih besar atau lebih kecil

dibandingkan kenyataannya. Secara matematis, MAD dirumuskan sebagai

berikut :

  n F A MAD t t

Dimana : A = Permintaan Aktual pada periode-t

Ft = Peramalan permintaan (Forecast) pada periode-t

n = Jumlah perioda peramalan yang terlibat

2. Rata-rata Kuadrat Kesalahan (Mean Square Error = MSE)

MSE dihitung dengan menjumlahkan kuadrat semua kesalahan peramalan pada

setiap periode dan membaginya dengan jumlah periode peramalan. Secara

matematis, MSE dirumuskan sebagai berikut :

  n F A MSE t t 2

3. Rata-rata Kesalahan Peramalan (Mean Forecast Error = MFE)

MFE sangat efektif untuk mengetahui apakah suatu hasil peramalan selama

periode tertentu terlalu tinggi atau terlalu rendah. Bila hasil peramalan tidak bias

maka nilai MFE akan mendekati nol. MFE dihitung dengan menjumlahkan

semua kesalahan peramalan selama periode peramalan dan membaginya dengan

(42)

  n F A MFE t t

4. Standard Error of Estimate (SEE)

n f

d d SEE   

2 '

5. Rata-rata Persentase Kesalahan Absolute (Mean Absolute Percentage Error =

MAPE)

MAPE merupakan ukuran kesalahan relatif. MAPE biasanya lebih berarti

dibandingkan MAD karena MAPE menyatakan persentase kesalahan hasil

peramalan terhadap permintaan aktual selama perioda tertentu yang akan

memberikan informasi persentase kesalahan terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Secara matematis, MAPE dinyatakan sebagai berikut :

        t t t A F A n MAPE 100

Tapi dalam laporan ini Penulis hanya menggunakan 3 ukkuran akurasi

peramalan yaitu, SEE, MAD dan MAPE.

2.2.8. Verifikasi dan Pengendalian Peramalan

Langkah penting setelah peramalan adalah verifikasi peramalan sedemikian

rupa sehingga dapat mencerminkan data masa lalu dan sistem sebab-akibat yang

mendasari permintaan itu. Sepanjang representasi peramalan tersebut dapat dipercaya

dan sistem sebab-akibat belum berubah, hasil peramalan akan terus digunakan. Jika

selama proses verifikasi ditemukan keraguan atas validitas peramalan maka harus

(43)

Validitas harus ditentukan dengan uji statistika yang sesuai. Setelah suatu

peramalan dibuat maka akan timbul pertanyaan kapankah suatu metode peramalan

baru harus digunakan. Peramalan harus selalu dibandingkan dengan peramalan

aktual secara teratur. Pada suatu saat harus diambil tindaka revisi terhadap peramalan

tersebut apabila ditemukan bukti yang meyakinkan akan adanya perubahan pola

permintaan. Selain itu penyebab perubahan pola permintaan pun harus diketahui.

Penyesuaian metode peramalan dilakukan segera setelah perubahan pola permintaan

diketahui. Terdapat banyak perkakas yang dapat digunakan untuk memverifikasi

peramalan dan mengamati suatu perubahan dalam sistem sebab-akibat yang

melatarbelakangi perubahan pola permintaan. Tapi bentuk yang termudah dari cara

pengendali adalah peta kendali secara statistik yang digunakan dalam pengendalian

kualitas. Salah satu peta yang dapat digunakan dimana terdapat suatu jumlah data

yang minimum adalah pada rentang bergerak (Moving Range).

2.2.9. Peta Rentang Bergerak (Moving Range)

Peta Moving Range dirancang untuk membandingkan nilai permintaan actual

dengan nilai peramalan. Dengan kata lain, kita melihat data permintaan actual dan

membandingkannya dengan nilai peramal pada periode yang sama. Peta tersebut

dikembangkan ke periode yang akan datang hingga kita dapat membandingkan data

peramalan dengan permintaan aktual.

Selama periode dasar (periode pada saat menghitung peramalan), peta

(44)

peramalan. Setelah metode peramalan ditentukan, peta Moving Range digunakan

untuk pengujian kestabilan sistem sebab-akibat yang mempegaruhi permintaan.

Moving Range didefinisikan sebagai :

1 1

'       d t dt dt dt MR

Rata-rata Moving Range didefinisikan sebagai :

 1 n MR MR

Garis tengah peta Moving Range adalah pada titik nol. Batas kendali atas dan bawah

pada peta Moving Range adalah :

MR BKB MR BKA 66 . 2 66 . 2    

Perubahan atau perbedaan yang digambarkan pada Moving Range adalah :

1 '

1 d d

dt  

Jika ditemukan satu titik yang berada diluar batas kendali pada saat

peramalan diverifikasi maka harus ditentukan apakah data harus diabaikan atau

mencari peramala baru. Jika ditemukan sebuah titik berada diluar batas kendali maka

harus diselidiki penyebabnya. Jika semua titik berada di dalam batas kendali,

diasumsikan bahwa peramalan permintaan yang dihasilkan telah cukup baik. Jika

terdapat titik yang berada di luar batas kendali, jelas bahwa peramalan yang didapat

(45)

2.2.10. Peta Moving Range Untuk Pengendalian Peramalan

Peta kendali dapat digunakan untuk mengetahui apakah terjadi perubahan

sistem sebab-akibat yang melatarbelakangi permintaan sehingga dapat ditentukan

persamaan peramalan yang lebih cocok atas sistem sebab-akibat saat ini. Telah

disinggung sebelumnya bahwa peta Moving Range dapat digunakan sebagai alat

untuk memperhatikan kestabilan sistem yang melatarbelakangi fungsi peramalan.

Apabila terjadi kondisi diluar kendali, tindakan terhadap peramalan harus dilakukan.

Dua tindakan yang dapat dilakukan adalah :

a. Merevisi peramalan dengan memasukan data dan sistem sebab-akibat baru, atau

b. Mengunggu bukti lebih lengkap.

2.3. Persediaan

2.3.1. Pengertian Persediaan dan Jenis Persediaan

Setiap perusahaan, baik yang bergerak di bidang perdagangan maupun

pabrik selalu mengadakan persediaan. Persediaan (inventory) dapat memiliki

berbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu

perusahaan dan dengan adanya persediaan dapat mempermudah dan

memperlancar jalannya proses produksi. Jika tidak adanya persediaan perusahaan

akan menghadapi berbagai masalah dimana proses produksi akan terganggu atau

pun terhenti yang selanjutnya tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan.

Persediaan (inventory) adalah sebuah persediaan dari material yang

digunakan untuk menunjang produksi atau untuk memenuhi permintaan

pelanggan. Persediaan (inventory) terdiri dari bahan mentah, barang dalam proses

(46)

Dalam sistem manufaktur, persediaan terdiri dari tiga bentuk sebagai

berikut :

1. Bahan baku (raw materials)

Bahan mentah yang belum diolah, yang akan diolah menjadi barang jadi,

sebagai hasil utama dari perusahaan yang bersangkutan.

2. Barang setengah jadi (semi finished products)

Hasil olahan bahan mentah sebelum menjadi barang jadi, yang sebagian

akan diolah lebih lanjut menjadi barang jadi, dan sebagian kadang-kadang

dijual seperti apa adanya untuk menjadi bahan baku perusahaan lain.

3. Barang jadi (finished products)

Barang yang sudah selesai diproduksi atau diolah, yang merupakan hasil

utama perusahaan yang bersangkutan dan siap untuk dipasarkan/dijual.

Gambar 2.2. Proses Transformasi Produksi

Bahan Baku Barang Jadi Barang Setengah Jadi Proses Produksi

(47)

2.3.2. Fungsi Persediaan

Adapun fungsi dan perbedaan persediaan :

1. Untuk menjamin kelancaran proses produksi.

2. Untuk menghilangkan resiko keterlambatan dan kehabisan barang atau

bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

3. Untuk memberikan pelayanan kepada konsumen/langganan sehingga

kebutuhannya dapat dipenuhi tepat waktu.

Macam-macam persediaan yang umum dimiliki pada suatu perusahaan diantaranya

berfungsi untuk sebagai berikut :

1. Working stock (Cycle atau Size Stock)

Adalah persediaan yang diperlukan dan disimpan sebelum diperlukan

agar pemesanan dapat dilakukan dalam bentuk lot sejumlah yang

diinginkan. Ukuran lot ini bertujuan untuk meminimalisasi biaya

pemesanan dan penyimpanan, dan mendapatkan potongan harga secara

umum, jumlah rata-rata persediaan ditangan yang dihasilkan dari ukuran

lot membentuk stok aktif suatu organisasi.

2. Safety Stock (Buffer atau Fluctuation Stock)

Adalah persediaan yang disimpan utuk mengantisipasi kemungkinan

supply dan demand yang tidak pasti. Dalam siklus pemenuhan kembali,

stok ini berfungsi sebagai tameng terhadap kekurangan stok.

3. Anticipation Stock (Seasonal atau Stabilization Stock)

Adalah persediaan yang digunakan untuk menghadapi permintaan

(48)

buruh, penutupan karena libur). Stok ini disediakan atau diproduksi

sebelum diperlukan dan berkurang selama permintaan puncak, dengan

harapan agar tingkat produksi rata-rata tetap tercapai dan jumlah tenaga

kerja tetap stabil.

4. Pipeline Stock (Biasanya timbul sebagai stok transit dalam Work in

Process)

Adalah persediaan yang ada dalam transit untuk mengetahui waktu yang

dihabiskan untuk menerima material pada akhir input, mengirim material

melewati proses produksi, dan mengirim hasil akhir pada akhir output.

Secara eksternal stok pipeline adalah persediaan pada truk, kapal dan

lain-lain. Secara internal, saat diproses, menunggu saat diproses dan saat

dipindahkan.

2.3.3. Tujuan Persediaan

Tujuan utama persediaan adalah untuk melepaskan berbagai fase operasi.

Misalnya, persediaan bahan baku melepasakan seoarang pengusaha manufaktur dari

penjualnya; persediaan barang setengah jadi melepaskan bebagai tahap pabrikasi satu

sama lain, dan barang jadi melepaskan seorang pengusaha dari pelangggannya. Dari

penjelasan singkat di atas, diberikan tujuan persediaan yang lebih detail, yaitu:

1. Untuk berlindung dari ketidakpastian

Dalam sistem persediaan terdapat saja bentuk ketidakpastian seperti dalam

(49)

dipertahankan dalam persediaan untuk berlindung dari ketidakpastian

tersebut.

2. Untuk memungkinkan produksi dan pembelian ekonomis

Seringkali lebih ekonomis untuk memproduksi bahan dalam jumlah besar

sebab periode waktu memproduksi barang relatif pendek dan kemudian tidak

ada produksi lagi sehingga barang tersebut habis dipakai. Hal ini

mengakibatkan biaya setup yang relatif lebih kecil dan memungkinkan

penggunaan peralatan produktif yang sama untuk produk yang berbeda.

3. Untuk mengatasi perubahan yang diantisipasi dalam permintaan dan

penawaran

Perubahan yang sering terjadi dalam permintaan dan persediaan adalah jika

harga atau ketersediaan bahan baku diperkirakan akan berubah.

Perusahaan-perusahaan sering menyimpan stok bagi suatu produk yang diminati, apabila

kurun waktu pembuatan stok baru telah habis dan masyarakat masih

meminati maka kemungkinan stok tersebut dijual dengan harga tinggi sebab

langka.

2.3.4. Biaya-Biaya dalam Sistem Persediaan

Secara umum dapat dikatakan bahwa biaya sistem persediaan adalah semua

pengeluaran dan kerugian yang timbul sebagai akibat adanya persediaan. Biaya

(50)

biaya kekurangan persediaan. Berikut ini akan diuraikan secara singkat

masing-masing komponen biaya diatas.

1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost = c)

Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang.

Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga

satuan barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang

dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai

quantity discount atau price break diamana harga barang per-unit akan turun bila

jumlah barang yang dibeli meningkat. Dalam kebanyakan teori persediaan,

komponen biaya pembelian tidak dimasukkan kedalam total biaya sistem persediaan

karena diasumsikan bahwa harga barang per-unit tidak dipengaruhi oleh jumlah

barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu

tertentu (misalnya satu tahun) konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban

optimal tentang berapa banyak barang yang harus dipesan.

2. Biaya Pengadaan (Procurement Cost)

Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal-usul barang, yaitu biaya

pemesanan (ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar

(supplier) dan biaya pembuatan (setup cost) bila barang diperoleh dengan

memproduksi sendiri.

Biaya Pemesanan (Ordering Cost = k)

Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan

barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier),

pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan

(51)

Biaya Pembuatan (Setup Cost = k)

Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam

mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul didalam pabrik yang

meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan

gambar kerja dan seterusnya. Karena kedua biaya tersebut mempunyai peran yang

sama, yaitu pengadaan barang, maka kedua biaya tersebut disebut sebagai biaya

pengadaan (procurement cost).

3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carrying Cost = h)

Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang.

Biaya ini meliputi :

Biaya Memiliki Persediaan (biaya modal)

Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal, dimana modal

perusahaan mempunyai ongkos (expence) yang dapat diukur dengan suku bunga

bank. Oleh karena itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus

diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur

sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu.  Biaya Gudang

Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul

biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa, maka biaya gudangnya

merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka

biaya gudang merupakan biaya depresiasi.Biaya Kerusakan dan Penyusutan

(52)

Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena

beratnya berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan

dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan presentasenya.  Biaya Kadaluwarsa (Absolence)

Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan

teknologi dan model seperti barang-barang elektronik. Biaya kadaluwarsa biasanya

diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut.

Biaya Asuransi

Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak

diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang

diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi.  Biaya Administrasi dan Pemindahan

Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada,

baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya

untuk memindahkan barang dari, ke, dan didalam tempat penyimpanan, termasuk

upah buruh dan biaya peralatan handling.

Dalam manajemen persediaan, terutama yang berhubungan dengan masalah

kuantitatif, biaya simpan per-unit diasumsikan linier terhadap jumlah barang yang

disimpan (misalnya: Rp/unit/tahun).

4. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost = p)

Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi

keadaan kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena

(53)

atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehingga beralih ke tempat lain.

Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari :  Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi

Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi

permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini

diistilahkan sebagai biaya penalty (p) atau hukuman kerugian bagi perusahaan

dengan satuan misalnya: Rp/unit.  Waktu pemenuhan

Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau

lamanya perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menganggur

tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur

berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang dengan satuan

misalnya: Rp/satuan waktu.  Biaya pengadaan darurat

Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang

biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. Kelebihan

biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan

biaya kekurangan persediaan dengan satuan misalnya: Rp/setiap kali kekurangan.

Kadang-kadang biaya ini disebut juga biaya kesempatan (opportunity

cost).Ada perbedaan pengertian antara biaya persediaan actual yang dihitung secara

akuntansi dengan biaya persediaan yang digunakan dalam menentukan

kebijaksanaan persediaan. Biaya persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan

kebijaksanaan persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan

(54)

biaya-biaya yang bersifat variabel (incremental cost), sedangkan biaya yang bersifat

fixed seperti biaya pembelian tidak akan mempengaruhi hasil optimal yang diperoleh

sehingga tidak perlu diperhitungkan.

2.4. Metode Perencanaan Kebutuhan Material

Perencanaan Kebutuhan Barang atau terkenal dengan nama Material

Requirements Planning (MRP) merupakan kumpulan prosedur, aturan-aturan keputusan dan seperangkat mekanisme pencatatan yang berkaitan secara logis dan

dirancang untuk menjabarkan suatu jadwal induk produksi (Master Plan) ke dalam

kebutuhan setiap konsumen atau material yang dibutuhkan.

MRP digunakan untuk mengelola persediaan, terutama untuk

produk-produk yang dependent. MRP menguraikan suatu produk-produk secara hierarki mulai dari

komponen dasar, subassembly, sampai menjadi barang jadi. Dengan demikian, akan

barang jadi dapat diuraikan menjadi kebutuhan sub-sub assembly hingga kebutuhan

komponen dasar. Struktur hierarki pembuatan suatu produk disebut Bagan Bahan

(Bill of Material (BOM).

Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) mengakui hubungan

(relationship) antara permintaan (demand) untuk produk akhir dan

komponen-komponen yang digunakan untuk membuatnya. Hubungan tersebut digunakan untuk

menentukan jumlah kuantitas yang harus diproduksi untuk setiap produk akhir,

komponen, dan sub-rakitan dalam satu periode. Pertanyaan dasar yang perlu

(55)

1. Kapan barang jadi akan diproduksi.

2. Komponen atau sub item apa yang dibutuhkan.

3. Berapa banyak komponen yang masih tersedia (inventory)

4. Berapa banyak komponen yang masih harus dipenuhi (kekurangan

persediaan).

5. Berapa unit produk minimum yang harus dimiliki perusahaan.

6. Kapan harus dilakukan pemesanan (berkaitan dengan lead time).

MRP berfungsi untuk mengendalikan persediaan agar tetap berada pada tingkat

minimum dan tetap dapat memenuhi permintaan pada saat dibutuhkan. MRP juga

dapat menentukan dengan tepat jadwal pembuatan item-item pembentuk produk

dilakukan.

2.4.1. Pengertian Material Requirement Planning MRP

Untuk dapat mengatur suatu tingkat persediaan optimal yang dapat memnuhi

kebutuhan akan bahan baku dan jumlah, mutu dan pada waktu yang tepat dengan

jumlah biaya yang rendah maka diperlukan suatu sistem perencanaan yang tepat

pula, sistem perencanaan yang tepat itu adalah Material Requirement Planning

(MRP).

MRP adalah suatu pendekatan Perencanaan Kebutuhan Material yang

mengabaikan prestasi sejarah sebaliknya kepada tuntutan fabrikasi bagi keadaan

lingkungan yang akan datang. Metode MRP merupakan metode perencanaan dan

(56)

tersebut adalah bahan baku (raw material), subrakitan (subassemblies), rakitan

(assemblies), bagian-bagian (parts) yang semuanya disebut manufacturing.

2.4.2. Tujuan Material Requirement Planning (MRP)

Sistem MRP adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan

informasi yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan,

pesan ulang, dan penjadwalan ulang). Tindakan ini juga merupakan dasar untuk

membuat keputusan baru mengenai pembelian atau produksi yang merupakan

perbaikan atas keputusan yang telah dibuat sebelumnya.

Ada empat kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem MRP, yaitu :

1. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat

Maksudnya adalah menentukan secara tepat “kapan” suatu pekerjaan harus

diselesaikan atau “kapan” material harus tersedia untuk memenuhi

permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan pada Jadwal Induk

Produksi.

2. Menentukan kebutuhan minimal untuk setiap item

Dengan diketahuinya kebutuhan akan produk jadi, MRP dapat menentukan

secara tepat sistem penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi

semua kebutuhan minimal setiap item komponen.

3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan

Maksudnya adalah memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan

terhadap pesanan harus dilakukan, baik pemesanan yang diperoleh dari luar

(57)

4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan.

Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang

dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka sistem MRP dapat

memberikan indikasi untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika

mungkin) dengan menentukan prioritas pesanan yang realistik. Jika

penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan,

maka pembatalan atas suatu pesanan harus dilakukan.

Tujuan Material Requirement Planning (MRP) secara umum adalah :

1. Mengurangi persediaan (menentukan dengan tepat berapa jumlah bahan atau

komponen yang dibutuhkan sesuai dengan permintaan jadwal induk

produksi).

2. Meningkatkan rasa percaya konsumen (dengan adanya penyerahan produk

pada waktu yang tepat, akan memberikan kepuasan bagi konsumen atau

pelanggan).

2.4.3. Peryaratan Material Requirement Planning (MRP)

Agar sistem Material Requirement Planning (MRP) dapat diterapkan

mencapai hasil yang baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu :

1. Harus ada jadwal induk produksi (Master Production Schedule) suatu

pernyataan yang menentukan jumlah hasil akhir yang akan diproduksi, serta

(58)

2. Nomor-nomor dari persediaan harus ditetapkan dan harus unik (jangan

sampai keliru dengan item lainnya).

3. Tersedianya catatan mengenai status dari semua item yang dikendalikan

dengan sistem Material Requirement Planning (MRP).

4. Lead time bagi semua item sudah diketahui.

5. Tanggal yang dicantumkan dalam jadwal itu benar-benar menunjukan tanggal

fabrikasi akan dilaksanakan.

6. Jumlah item yang disebutkan untuk Material Requirement Planning (MRP)

harus sama dengan yang akan dipakai untuk fabrikasi.

2.4.4. Input Material Requirement Planning (MRP)

Ada tiga ( 3 ) masukan dalam Material Requirement Planning (MRP), yaitu :

1. Jadwal Induk Produksi (Master Production Schedule)

2. Struktur Produk (Product Structure Record & Bill of Material)

3. Status Persediaan (Inventory Master File atau Inventory Status

Record)

2.4.4.1. Jadwal Induk Produksi

Jadwal induk produksi merupakan rencana rinci tentag jumlah barang yang

akan diproduksi pada beberapa satuan waktu dalam horizon perencanaan. Jadwal

induk produksi merupakan optimasi ongkos dengan memperhatikan kapasitas yang

tersedia dalam ramalan permintaan untuk mencapai rencana produksi yang akan

meminimasi total ongkos produksi dan persediaan.

(59)

Setiap item dan komponen produk harus memiliki identifikasi yang jelas dan

unik sehingga berguna pada saat komputerisasi. Hal ini dilakukan dengan membuat

struktur produk dan bill of material tiap produk. Struktur produk berisi informasi

mengenai hubungan antar komponen dalam perakitan. Informasi ini penting dalam

penentuan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih suatu komponen. Lebih jauh lagi,

struktur produk juga mengandung informasi tentang semua item, seperti nomor item,

serta jumlah yang dibutuhkan pada tiap tahapan perakitan.

Struktur produk ini dibagi menjadi beberapa level/tingkatan. Level 0 (nol) ialah

tinkatan produk akhir. Level di bawahnya (level 1) merupakan sub assembly yang

jika dirakit akan menjadi produk akhir. Level di bawahnya lagi (level 2) merupakan

tingkatan sub-sub assembly yang membentuk sub assembly jika dirakit. Untuk

kemudahan kodifikasi, item komponen yang sama sebaiknya ditempatkan pada level

yang sama. Ini berarti bahwa item komponen yang berada di level yang lebih tinggi

harus diturunkan ke level terendah dimana komponen tersebut digunakan.

2.4.4.3. Status Persediaan

Sistem MRP didasarkan atas keakuratan data status persediaan yang dimiliki

sehinnga keputusan untuk membuat atau memesan barang pada suatu saat dapat

dilakukan dengan sebaik-baikya. Untuk itu tingkat persediaan komponen dan

material harus selalu diamati. Jika terjadi perbedaan antara tingkat persediaan akktual

dengan data persediaan dalam sistem computer maka data persediaan dalam sistem

komputer tersebut harus segera dimutakirkan. MRP tidak mungkin dijalankan tanpa

Gambar

Gambar 2.1. Pola Data Peramalan
Gambar 2.2. Proses Transformasi ProduksiBahanBaku BarangJadiBarangSetengah JadiProsesProduksi
Gambar 2.3. Input Material Requirement Planning (MRP)
Gambar 2.5. Hubungan antara Ukuran Lot dan Biaya Persediaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sorgum adalah tanaman serbaguna yang dapat digunakan sebagai sumber pangan, pakan ternak, dan bahan baku industri. Tanaman sorgum mirip tanaman jagung, namun tumbuh lebih

Karenanya diperlukan pengelolaan yang baik terhadap kedua entitas di atas. Kepala sekolah memegang peran penting dalam tugas- tugas pemberdayaan guru dan tenaga

Disamping itu juga telah melakukan kajian wadah pentokolan yang baik yaitu bak terkontrol dan hapa dengan waring ukuran mata jaring yang kecil (waring hijau),

Tingkat Kepuasan pada Variabel Penanganan Pengaduan, Saran dan Masukan diketahui bahwa pada pelayanan kepada Organisasi Perangkat daerah (OPD) mempunyai nilai rata-rata

Konsep bisnis ini adalah dengan menyediakan lembaga bimbingan belajar yang mencakup semua mata pelajaran dengan membebaskan jam kehadiran dan durasi belajar

Oleh karena itu, sangat berbeda dari sebuah diagram, yang menunjukkan aliran kontrol melalui algoritma, yang memungkinkan pembaca untuk menentukan operasi apa

Trotter (1986) dalam Saifuddin (2004) mendefinisikan bahwa seorang yang berkompeten adalah orang yang dengan ketrampilannya mengerjakan pekerjaan dengan mudah,

1 unit 1 unit 1 unit 1 unit 4 unit K) Jumlah peserta Training workshop (orang) 20 orang 20 orang 20 orang 20 orang 80 orang K) Jumlah tersusunnya model skenario PI 3 model 3 model