• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAHULUAN Pendidikan Karakter Dalam Film ”Tendangan Dari Langit” (Kajian Semiotik Dalam Perspektif PPKn).

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENDAHULUAN Pendidikan Karakter Dalam Film ”Tendangan Dari Langit” (Kajian Semiotik Dalam Perspektif PPKn)."

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

1

A. Latar Belakang Masalah

Beberapa tahun terakhir kondisi ekonomi Indonesia secara makro telah makin membaik. Hal ini terlihat dari angka pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, namun pembangunan nasional bukan cuma menyangkut ekonomi atau aspek fisik. Aspek penting lain yang tak bisa ditinggalkan adalah pembentukan watak atau karakter (character building), yang mencakup sikap mental manusia. Pembangunan menuntut adanya perubahan sikap mental manusia, yang selain merupakan sarana untuk mencapai tujuan-tujuan pembangunan, ia juga merupakan salah satu tujuan utama pembangunan itu sendiri.

(2)

Sebenarnya pembangunan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia. Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama. Pendidikan dapat dilakukan dalam keluarga, sekolah dan masyarakat. Seiring makin tingginya tuntutan ekonomi yang menyibukan orang tua dan besarnya arus perubahan nilai di masyarakat, maka peran sekolah untuk turut membangun karakter positif peserta didiknya semakin besar. Orang tua sangat mengandalkan dan mengharapkan bahwa para guru di sekolah dapat mewakili mereka mengembangkan nilai moral dan sistem nilai untuk membangun karakter yang baik pada anak-anaknya.

Karakter dapat diartikan sebagai tabiat, perangai, watak, sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang yang lain (Narwanti, 2011: 2). Membangun karakter sebenarnya adalah proses mengukir atau menempa jiwa sedemikian rupa, sehingga berbentuk unik, menarik, dan berbeda atau dapat dibedakan dengan orang lain.

(3)

komitmennya untuk melakukan berbagai hal yang terbaik dan melakukan segalanya dengan benar, dan cenderung memiliki tujuan hidup. Pendidikan karakter yang efektif, ditemukan dalam lingkungan sekolah yang memungkinkan semua peserta didik menunjukkan potensi mereka untuk mencapai tujuan yang sangat penting.

Proses pembentukan karakter bermula dari pengenalan nilai-nilai secara kognitif, yang berlanjut dengan penghayatan nilai-nilai secara afektif, yang diharapkan berujung pada penerapan dan pengamalan nilai-nilai tersebut secara nyata dalam kehidupan (praksis). Sebelum terwujud pengamalan nyata, dalam diri manusia bersangkutan harus bangkit keinginan atau dorongan alamiah yang sangat kuat (tekad), untuk mengamalkan nilai-nilai tersebut (Arismunandar, 2012: 2).

Persoalannya, ada ”ketidaktuntasan” dalam sistem pendidikan yang

menyangkut pembentukan karakter ini. Memang di sekolah-sekolah sudah diajarkan pelajaran agama, kewarnegaraan, kewiraan, dan sebagainya, yang dianggap sebagai bagian dari pendidikan karakter. Namun pendidikan karakter macam ini tampaknya lebih banyak pada aspek kognitif, pengetahuan di permukaan, kurang masuk lebih dalam ke tahap penghayatan, apalagi ke tahap pengamalan (Arismunandar, 2012: 2).

(4)

media ini semakin penting, mengingat luasnya wilayah geografis Indonesia yang harus dijangkau, jumlah penduduk yang begitu besar, dan berbagai lapisan masyarakat yang perlu dilibatkan. Serta, pesatnya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi akhir-akhir ini, di mana mayoritas masyarakat Indonesia telah mengakses dan menggunakannya, melalui berbagai piranti dan produk yang tersedia bebas di pasar.

Melalui media dapat disampaikan pesan-pesan moral dalam upaya pendidikan karakter bangsa. Pembentukan karakter bangsa ini sebenarnya dapat dimulai dari penetapan karakter pribadi yang sama-sama diharapkan berakumulasi menjadi karakter masyarakat dan pada akhirnya menjadi karakter bangsa. Untuk kemajuan negara Republik Indonesia diperlukan karakter bangsa yang tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, berbudi luhur, toleran, bergotong royong, berjiwa patriotik, berkembang dinamis, berorientasi iptek yang semuanya dijiwai iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan Pancasila. Tampak bahwa karakter bangsa Indonesia adalah karakter yang berlandaskan Pancasila yang memuat elemen kepribadian yang sama-sama diharapkan sama sebagai jadi diri bangsa (Budimansyah, dkk, 2005: 5)

(5)

lembaga eksekutif, legislatif, dan yudikatif; serta berbagai fenomena yang berlangsung dalam masyarakat itu sendiri. Seringnya terjadi tawuran antarsiswa, meluasnya penyebaran narkoba di sekolah, bentrokan kekerasan antarwarga, adalah contoh hal-hal dalam masyarakat yang patut dikritisi media. Jika ingin membahas peran media massa dalam pembentukan karakter bangsa, maka peran itu harus diwujudkan melalui pelaksanaan fungsi-fungsi media yang sudah tersebut di atas. Dari semua fungsi itu, fungsi yang menonjol adalah fungsi mendidik (to educate). Dalam hal ini, media massa ikut berpartisipasi dalam upaya-upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan membentuk karakter warga negara (Arismunandar, 2005: 3).

Media menjadi alternatif penyampaian pesan dalam pendidikan karakter. Media menjadi saluran komunikasi yang menjangkau publik yang berjumlah besar. Media massa secara sederhana terdiri dari media cetak (suratkabar, majalah, buku, dan lain-lain), media elektronik (televisi dan radio), dan media online. Berkat perkembangan teknologi informasi dan telekomunikasi, pengertian media massa ini makin meluas. Penulis di sini akan lebih berfokus pada media film.

Menurut Riza (2005) film adalah medium yang dapat dengan efektif menangkap kegelisahan-kegelisahan manusia. Film mempunyai kemampuan untuk menyatakan realita apa adanya, secara tiga dimensi dengan gambar dan suara. Mengenai fungsi film sendiri mengacu pada Mukadimah Anggaran Dasar Karyawan Film dan Televisi 1995 dijelaskan bahwa:“….film dan

(6)

dan penerangan yang mempunyai daya pengaruh yang besar sekali atas masyarakat, sebagai alat revolusi yang dapat menyumbangkan darmabaktinya dalam menggalang kesatuan dan persatuan nasional, membina nation dan character building mencapai masyarakat sosialis Indonesia berdasarkan Pancasila.”

Dari pernyataan di atas jelas bahwa film bukan sekedar media pandang dengar dan barang dagangan, juga berfungsi sebagai hiburan dan mengandung aspek-aspek pendidikan dan penerangan dan karenanya merupakan salah satu sarana pembinaan bangsa dan pembangun watak.

Menurut Qardhawi (2009: 311) film merupakan alat yang sangat vital untuk mengarahkan dan memberikan hiburan. Dapat dilakukan untuk hal-hal yang baik dan hal-hal yang tidak baik. Bila ada itikad baik dan sanggup mempergunakan dengan baik kemungkinan-kemungkinan yang positif dari film, maka itu dapat member manfaat yang sangat besar bagi manusia, dapat memperkaya jiwa, manusia, dapat memberi bantuan yang sangat berharga bagi manusia, sebaliknya jika kita mempunyai itikad yang tidak baik, kita juga dapat menyalahgunakannya dengan mengeksploitir segi-segi negatif dari film itu dan meracuni jiwa manusia. Film merupakan alat propaganda yang paling ampuh untuk mempengaruhi umum untuk tujuan baik, maupun jahat. Dengan demikian, film dapat digunakan sebagai media pendidikan dan dakwah sehingga menghasilkan karya-karya bernilai luhur..

Film ”Tendangan Dari Langit” merupakan salah satu film yang mampu

(7)

di dalamnya suapan petuah-petuah moralnya tentang hubungan anak dan orangtua. Semangat tidak menyerah, mengejar impian, nasionalisme, roman picisan pra remaja sampai persahabatan. Semuanya terangkum dalam sepak terjang karakter Wahyu, pemuda yang memiliki bakat luar biasa dalam sepak bola. Namun tidak mendapatkan kesempatan karena ia hanya sebagai anak dari penjual minuman hangat dan kerupuk dari desa Langitan, di lereng Gunung Bromo yang terpencil.

Film ”Tendangan Dari Langit” mengisahkan usaha keras karakter

Wahyu dalam membuktikan kemampuan dirinya, memang menjadi kisah utama yang ditampilkan sangat menarik. Namun kisah hubungan antara Wahyu dengan ayahnya yang menjadi detak kehidupan perdana bagi film ini. Fajar menggarap karakter Wahyu dan Darto sebagai dua karakter yang saling bertolak belakang, antara yang satu dengan yang lain. Tetapi lama-kelamaan, penonton dapat melihat bahwa dua karakter ini merupakan sebuah refleksi diri satu sama lain yang saling berusaha melindungi. Ini yang membuat hubungan kedua karakter begitu hangat, bahkan menyentuh di beberapa bagian cerita.

Bertolak dari uraian di atas, maka melalui kajian semiotika terhadap film ”Tendangan Dari Langit” diharapkan mampu menciptakan konstruksi-konstruksi ideologi melalui pesan-pesan yang mengandung muatan pendidikan karakter. Berdasarkan uraian di atas, maka dilakukan penelitian dengan judul: ”PENDIDIKAN KARAKTER DALAM FILM ”TENDANGAN DARI

(8)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi permasalahan sebagai berikut:

1. Berbagai masalah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini berupa korupsi, pudarnya rasa kesetiakawanan sosial, pupusnya nasionalisme, kurangnya semangat kemandirian dan kepercayaan diri, semua berasal dari kelemahan watak atau karakter.

2. Sistem pendidikan nasional lebih berorientasi pada sekadar pemenuhan kebutuhan pasar atas tenaga kerja berupa pemberian pengetahuan dan keterampilan teknis yang kurang diimbangi dengan pembangunan karakter 3. Pendidikan karakter adalah upaya secara sadar dan terencana untuk

mengarahkan anak didik agar mampu mengatasi diri melalui kebebasan dan penalaran serta mengembangkan segala potensi yang dimiliki anak didik

4. Film adalah cabang seni yang menggunakan audio (suara) dan visual

(gambar) sebagai medianya. Film ”Tendangan Dari Langit” merupakan

salah satu film yang sarat dengan pesan moral yang dapat menjadi tuntunan bagi siswa sekolah

C. Perumusan Masalah

(9)

D. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui muatan pendidikan karakter yang ada dalam film “Tendangan Dari Langit”

E. Manfaat atau Kegunaan Penelitian

1. Manfaat atau Kegunaan Teoritis

a. Penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan karakter.

b. Menambah pengetahuan khususnya mengenai wacana pendidikan karakter pada siswa melalui media film

2. Manfaat atau Kegunaan Praktis

a. Memberikan masukan dan informasi yang berguna bagi mahasiswa terhadap pendidikan karakter dalam film

Referensi

Dokumen terkait

Penjaga kebun binatang mengatakan bahwa jika dia menambahkan 10 tahun dengan umur beruang dan kemudian dua kali lipatnya, beruang akan berumur 90 tahun.. Berapa

Dalam melaksanakan kegiatan observasi tersebut dapat memperoleh gambaran dari kegiatan guru pembimbing dalam pembelajaran dikelas, sehingga para mahasiswa dapat

menerapkan jalan jawaban di atas tentu akan menghabiskan waktu, jalan tercepatnya yaitu cukup dengan mencari rata-ratanya saja, sedangkan median dan modus tidak perlu mencari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa saat ini perusahaan telah menerapkan Sistem Akuntansi Pertanggungjawaban dengan cukup baik, dilihat dari partisipasi tiap level manajemen

Alibaba bisa terus melakukan itu di China untuk sementara waktu, tetapi perusahaan ini perlu membuat langkah-langkah besar di pasar lain agar bisa bersaing dengan investor AS

Jenis penelitian ini adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Subyek penerima tindakan adalah siswa kelas VIIE SMP Negeri 1 Cepogo, yang berjumlah 36 siswa dan subjek

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui indeks keanekaragaman makrofauna tanah pada lahan tanaman padi dengan sistem rotasi dan monokultur di Desa Banyudono Boyolali.. Koleksi

Data yang dikumpulkan terdiri atas data pengeluaran program pada tingkat pusat yaitu dari Kementerian dan Lembaga, data sub nasional yang diperoleh dari 8 provinsi yang meliputi