Sebagaimana akhir dari tugas ini, maka akan diambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III Medan dan beberapa saran yang mungkin akan bermanfaat bagi PT. Perkebunan Nusantara III Medan.
BAB II
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN
A. Sejarah Ringkas
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), selanjutnya disebut PTPN III atau Perusahaan, merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha Agro Bisnis dan Agro Industri Kelapa Sawit dan Karet. PTPN III merupakan hasil peleburan dari PT. Perkebunan III, IV dan V sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996.
Perusahaan didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 dengan dasar hukum pendirian merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 8 Tahun 1996.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 6 tanggal 3 Oktober 2014 dari Nanda Fauz Iwan, S.H., M.Kn., notaris di Jakarta, mengenai Perubahan Struktur Permodalan dan Perubahan Anggran Dasar.
Terhitung sejak tanggal 2 Oktober 2014 PT Perkebunan Nusantara III (Persero) ditetapkan sebagai Induk Holding BUMN Perkebunan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2014 tanggal 17 September 2014, maka PTPN I, II,IV s.d. XIV menjadi anak perusahaan PTPN III.
Hingga saat ini, Perusahaan memiliki 12 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan total kapasitas 585 ton tandan buah segar per jam dan 8 Unit Pabrik Pengolahan Karet (PPK) dengan kapasitas 200 ton karet kering per hari.
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan memiliki visi dan misi, tata nilai serta logo di bawah ini.
1. Visi
Visi PTPN III adalah menjadi perusahaan agri bisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata-kelola bisnis terbaik.
2. Misi
Adapun misi dari PTPN III, yaitu:
a. Mengembangkan industri hilir berbasis Perkebunan secara berkesinambungan.
b. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.
c. Memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal.
d. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan ‘imbal-hasil’ terbaik bagi para investor.
e. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.
f. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.
g. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.
3. Tata nilai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Tata nilai pada PTPN III Medan adalah sebagai berikut:
a. Proactivity − selalu bersikap proaktif dengan penuh inisiatif dan mengevaluasi yang mungkin terjadi.
b. Excellence − selalu memperlihatkan gairah keunggulan dan berusaha bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai kompetensi.
c. Team Work − selalu mengutamakan kerjasama tim, agar mampu menghasilkan sinergi optimal bagi perusahaan.
d. Innovation − selalu menghargai kreatifitas dan menghasilkan inovasi dalam metode dan produk baru.
e. Responsibility − selalu bertanggung jawab atas akibat keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan.
4. Makna logo PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Bentuk logo PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dapat dilihat pada gambar 2.1
Gambar 2.1
Logo PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Logo baru ini adalah lambang dari niat dan motivasi tinggi seluruh personal PTPN III, untuk mewujudkan visi dan misi PTPN III yang telah dicanangkan bersama. Logo PTPN III memiliki makna di bawah ini:
a. Gambar 12 helai daun kelapa sawit di sebelah kiri bola dunia dan tujuh urat pada daun karet yang berwarna hijau di sebelah kanan bola dunia melambangkan bahwa PTPN III memiliki 12 paradigma baru dan 7
strategi bisnis yang saling mendukung agar tercapai tujuannya, yaitu selalu menjadi perusahaan perkebunan terbaik dengan team work yang solid dan inovatif, serta ditunjang dengan green technology, green business dan ramah lingkungan.
b. Gambar 5 garis lintang horizontal dan vertikal yang berwarna biru melingkari bola dunia melambangkan bahwa PTPN III memiliki lima tata nilai dan harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi yang berkembang agar selalu menjadi yang terdepan dalam peningkatan usaha.
c. Gambar 2 meteor yang mengelilingi bumi sehingga membentuk angka tiga melambangkan bahwa PTPN III bergerak dinamis dengan semangat yang tinggi untuk menguasai pasar global. Meteor yang berwarna putih bermakna produksi lateks dan produk turunannya, sedangkan yang berwarna oranye bermakna produksi CPO beserta turunannya yang memancar tanpa henti untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia.
B. Struktur Organisasi dan Personalia
Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu susunan yang menggambarkan pola hubungan kerja antara dua bagian atau lebih dalam suatu susunan hierarki serta pertanggungjawaban dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan semula. Struktur organisasi pada PTPN III diatur sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III No.
3.08/SKPTS/15/2014 tanggal 26 Februari 2014.
Gambar 2.2
Struktur Organisasi PT. Perbunan Nusantara III (Persero) Medan Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
C. Job Description
Untuk mengetahui lebih jelas terhadap fungsi tiap-tiap bagian pada struktur organisasi perusahaan, maka penulis akan memaparkan lebih terperinci mengenai tugas dan wewenang tiap-tiap bagian struktur.
1. Rapat umum pemegang saham (RUPS)
Tugas rapat umum pemegang saham (RUPS) adalah:
a. Mengangkat dan menghentikan dewan komisaris,
b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan penggunaan modal/aset perusahaan sesuai dalam mencapai tujuan.
2. Dewan komisaris
Tugas dewan komisaris adalah:
a. Mengawasi direktur utama,
b. Membantu pimpinan menginvestasikan dana perusahaan.
3. Komite audit
Tugas komite audit adalah:
a. Melakukan seleksi Auditor Eksternal untuk memilih salah satu dari calon auditor eksternal yang memenuhi kriteria yang ditetapkan,
b. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya.
4. Direktur utama
Tugas direktur utama adalah:
a. Mengkoordinasi pelaksanaan tugas para anggota direksi dan mengawasi secara umum,
b. Bertanggung jawab kepada melalui dewan komisaris.
5. Direktur produksi
Tugas direktur produksi adalah:
a. Menyusun perencanaan di bidang pekerjaan yang tercantum dalam kebijaksanaan direksi,
b. Melaksanakan pemberian dan pengawasan terhadap kegiatan yang tercantum dalam kebijaksanaan direksi.
6. Direktur sumber daya manusia dan umum
Tugas direktur sumber daya manusia/umum adalah:
a. Menyusun rencana, mengarahkan dan mengkoordinasi bidang pengembangan SDM dan mengadakan pengkajian SDM,
b. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan penyelesaian hukum dan agraria, kesempatan, kesehatan dan keamanan serta sosial umum.
7. Direktur keuangan
Tugas direktur keuangan adalah:
a. Merencanakan sumber dana yang diperoleh, b. Mencari dan memanfaatkan dana.
8. Direktur pemasaran dan perencanaan pengembangan Tugas direktur perencanaan dan pengembangan adalah:
a. Mengembangkan pemasaran produksi baik dalam maupun luar negeri, b. Melakukan riset pasar dan mengumpulkan informasi pasar.
9. Kepala bagian SPI
Tugas pokok bagian SPI adalah:
a. Mengevaluasi program pelaksanaan audit rutin,
b. Mengevaluasi laporan hasil audit rutin dan menyampaikan kepada direktur utama, komite audit dan audit.
10. Kepala bagian tanaman
Tugas pokok bagian tanaman adalah:
a. Mengevaluasi perencanaan strategis perusahaan di bidang tanaman jangka pendek dan jangka panjang,
b. Mengevaluasi implementasi inovasi di bidang tanaman.
11. Kepala bagian teknik
Tugas pokok bagian teknik adalah:
a. Mengevaluasi pengusulan sarana dan metode baru bidang teknik,
b. Menjamin dan mengevaluasi pengujian sarana dan metode baru bidang teknik.
12. Kepala bagian teknologi
Tugas pokok bagian teknologi adalah:
a. Menjamin dan mengevaluasi pelaksanaan titip olah inti sawit dengan pihak ketiga,
b. Mengevaluasi dan melaporkan kepada direksi perihal produksi pengolahan kelapa sawit dan karet setiap hari.
13. Kepala bagian sumber daya manusia
Tugas pokok bagian sumber daya manusia adalah:
a. Mengevaluasi dan menyetujui kontrak tenaga kerja outsourcing yang dipekerjakan di unit PTPN III,
b. Menjamin bahwa seluruh kegiatan sudah menerapkan manajemen risiko.
14. Kepala bagian umum
Tugas pokok bagian umum adalah:
a. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan sosial, keagamaan, olahraga, EBTA madrasah dan kepramukaan di kandir, kebun/unit,
b. Mengevaluasi ketersediaan dan pengadaan/perawatan alat-alat APAR, Hydrant, APD di seluruh Bagian, kebun/unit PTPN III.
15. Kepala bagian PKBL
Tugas pokok bagian PKBL adalah:
a. Menjamin SMPN3 dipahami, diterapkan dan dipelihara oleh seluruh jajarannya.
b. Mengevaluasi penyaluran dana PKBL dengan mempedomani Permen No.: PER-05/MBU/2007 agar dana yang dimaksud tepat sasaran.
16. Kepala bagian hukum
Tugas pokok bagian hukum adalah:
a. Mengawasi dan memastikan legalisasi terhadap surat perjanjian telah terlaksana sesuai dengan prosedur dan peraturan hukum yang berlaku, b. Mengawasi dan memastikan inventarisasi peraturan
perundang-undangan telah terlaksana dengan baik.
17. Kepala bagian keuangan
Tugas pokok bagian keuangan adalah:
a. Mengevaluasi keuangan perusahaan secara cost effectivenes untuk menjaga kondisi keuangan perusahaan yang sehat,
b. Menyetujui dan memenuhi uang kerja kebun/unit dengan cara screening uang kerja yang diajukan sesuai kebutuhan.
18. Kepala bagian akuntansi
Tugas pokok bagian akuntansi adalah:
a. Mengevaluasi usulan RKAP dan RKO bagian akuntansi untuk diteruskan ke direksi,
b. Menjamin dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan verifikasi dengan cara memeriksa aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban.
19. Kepala bagian pelelangan
Tugas pokok bagian pelelangan adalah:
a. Mengevaluasi kebutuhan barang dan bahan yang diperlukan untuk kelancaran operasional bagian pelelangan,
b. Mengevaluasi RKAP untuk kebutuhan operasional bagian pelelangan dan selanjutnya diajukan ke bagian keuangan.
20. Kepala bagian komersil
Tugas pokok bagian komersil adalah:
a. Mengevaluasi dan menjamin penjualan komoditi termasuk produk datim yang dijual melalui PT. KPBN dan bursa berjangka Jakarta,
b. Menjamin terlaksananya program transformasi bisnis di PTPN III.
21. Kepala bagian TI/TB dan manajemen resiko (CMR) Tugas pokok bagian TI/TB dan manajemen resiko adalah:
a. Menganalisa risiko terhadap usulan Feasibility Study investasi yang diajukan oleh bagian teknis terkait,
b. Memantau ketersedia sumber daya hardware dan software dan infrastruktur jaringan intranet (LAN) dan internet (WAN)
22. Kepala bagian perencanaan dan pengembangan Tugas pokok bagian pengembangan adalah:
a. Merencanakan dan menyusun kebutuhan dan sumberdaya dalam melaksanakan pengembangan areal, bisnis dan industri,
b. Memantau pelaksanaan pengembangan areal, bisnis dan industri.
23. Kepala bagian sekretariat perusahaan
Tugas pokok bagian sekretariat perusahaan adalah:
a. Mengevaluasi RKAP/RKO dan RJP agar target kinerja yang ditentukan dapat dicapai,
b. Melaksanakan koordinasi, komunikasi dan konsultasi (3K).
D. Jaringan Usaha
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan bergerak dalam jaringan kegiatan kelapa sawit, karet, dan industri hilir karet.
1. Kelapa sawit – minyak sawit dan inti sawit
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadikan minyak sawit dan inti sawit sebagai komoditi yang memberikan kontribusi besar bagi pendapatan perusahaan. Mutu produk minyak sawit dan inti sawit yang dihasilkan perusahaan sudah dikenal di pasar lokal dan internasional dengan pasokan yang tepat waktu kepada pembeli.
2. Karet – lateks, crumb tubber dan rubber smoke sheet
Lebih dari 54.000 hektar lahan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) diusahakan untuk menghasilkan karet berkualitas terbaik di dunia. Mutu produk RSS-1, SIR-1-, SIR-20 dan lateks pekat mampu menembus pasar internasional, disejumlah pabrik ban terbesar seperti Bridgestone, Good Year, Firestone, Hankook dan lainnya.
3. Industri hilir karet
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sekarang ini memiliki 3 fasilitas pengolahan yang disebut dengan Rubber Threads, Rubber Dockfender, Rubber Article, Rubber Cownaf, Coveyor Belt, Rubber Karlet dan Resin
adalah produk utama pabrik-pabrik tersebut. Produk perusahaan telah menerima Indonesian Industries Standard (SII) Certificate, International Quality Certificate ISO 9001: 2000 dan ISO 14001 1996, TUV dan OCOTEX.
E. Kinerja Usaha Terkini
Pada tahun 2014, PT. Perkebunan Nusantara III menghasilkan laba sebelum PPh tahun 2014 sebesar Rp. 1.316.067 juta, bila dibanding tahun 2013 sebesar Rp. 2.070.498 juta mengalami penurunan Rp. 754.431 juta atau 36,44%. Hasil penjualan sebesar 6,89% berasal dari penjualan ekspor dan sisanya sebesar 93,11% merupakan hasil penjualan lokal.
Laporan Posisi Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan Entitas Anak Per 31 Desember 2014 ditutup sebesar Rp. 65.675,91 milyar, dibanding Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2013 sebesar Rp.
61.827,05 milyar mengalami peningkatan sebesar Rp. 3.848,86 milyar atau 6,23%, hal ini disebabkan adanya penambahan modal disetor sebesar Rp.
10.190,38 milyar, sesuai Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 468/KMK.06/2014 tanggal 01 Oktober 2014.
Penilaian kinerja perusahaan tahun 2014 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 tanggal 04 Juni 2002 yaitu dengan rincian:
1. Nilai Skor Aspek Keuangan = 45,50 2. Nilai Skor Aspek Operasional = 11,10 3. Nilai Skor Aspek Administrasi = 15,00
Total Nilai Skor = 71,60
Berdasarkan hasil diatas, tingkat kesehatan perusahaan untuk tahun 2014 dikategorikan Sehat – A (Single A) dengan total nilai skor 71,60.
F. Rencana Usaha
Rencana kegiatan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan untuk periode tahun 2014 yaitu sebagai berikut:
1. Strategi pengadaan barang
Strategi yang dapat menjadi pedoman untuk memperoleh peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam proses pengadaan barang diuraikan sebagai berikut:
a. Melakukan efisiensi pengadaan barang melalui pemeriksaan kebutuhan fisik dan koreksi harga terhadap barang/bahan yang diminta oleh bagian/kebun/unit,
b. Meningkatkan survey pasar untuk mendukung kebijakan penetapan harga,
c. Menghindari sistem monopoli dalam penngadaan baranguntuk memperoleh harga dan mutu barang yang bersaing.
2. Strategi pemasaran
Seluruh produk dipasarkan oleh Kantor Pemasaran Bersama dengan sistem penjualan yang fleksibel, untuk mendapat harga yang optimal dilaksanakan dengan cara Tender, Bid/offer dan LTC (Long Term Contract).
a. Menerapkan paradigma bahwa “Kepuasan Pelanggan menjadi prioritas utama untuk memenangkan persaingan”,
b. Menjaga kobsistensi mutu dan mempertahankan ISO 9002 dan 14000, c. Mampu bersaing secara kualitas dan kuantitas.
3. Program rencana kerja jangka panjang
Program rencana kerja jangka panjang terdiri dari:
a. Program-program perusahaan 1) pengembangan areal baru,
2) pembangunan dan pengembangan Kawasan Industri Sei Mangkei, 3) pembangunan dan pengembangan Industri Hilir Berbasis Sawit, b. Periode kerja dan tahun awal dan akhir kerja yaitu rencana jangka
panjang periode 2009 – 2013, company bank data/data warehouse, dan blueprint/master plan periode 2014 - 2025.
BAB III
PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III
(PERSERO) MEDAN
A. Definisi
Perlakuan akuntansi adalah seluruh pemrosesan data dari pengidentifikasian sampai dengan penyajian. Perlakuan akuntansi melibatkan: pendefinisian (definition), pengukuran (measurement), penilaian (valuation), penyajian (presentation), dan pengungkapan (disclosure).
Menurut Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Dalam perusahaan perkebunan, aset tetap diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) kelompok, yaitu aset tetap tanaman dan aset tetap non tanaman. Aset tetap tanaman terbagi atas dua jenis, yaitu aset tanaman semusim, dan aset tanaman tahunan. Aset tanaman semusim adalah aset tanaman perkebunan semusim yang belum menghasilkan (aset pembibitan). Aset tanaman tahunan adalah aset tanaman perkebunan yang terdiri dari tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman telah menghasilkan (TM). Aset tanaman memiliki karakteristik yang berbeda dengan aset lainnya karena aset biologis mengalami transformasi biologis.
Perlakuan akuntansi aset tetap tanaman dimulai dari pengakuan dan pengukuran awal (tanaman belum menghasilkan), pengukuran selanjutnya (reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke tanaman menghasilkan), penyusutan (tanaman menghasilkan), penurunan nilai (tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan), penghentian pengakuan (tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan), penyajian dan pengungkapan aset tanaman dalam laporan keuangan.
B. Dasar Pengaturan
Dasar pengaturan aset tetap tanaman berdasarkan Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan, yaitu sebagai berikut:
1. PSAK 16: Aset Tetap (Revisi 2011)
Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 16 (2011:16.2) Paragraf 06 Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
2. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset
Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 48 menjelaskan suatu aset mengalami penurunan nilai jika jumlah tercatatnya melebihi jumlah terpulihkan. Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakainya. Pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai.
C. Penggolongan
Aset tanaman adalah aset tetap yang berupa tanaman perkebunan yang terdiri dari tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan.
Aset tanaman yang dimaksud adalah tanaman tahunan. Aset tanaman dapat dibedakan menjadi :
1. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)
Tanaman belum menghasilkan dinyatakan sebesar biaya perolehannya yang meliputi biaya persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan termasuk kapitasi biaya pinjaman yang digunakan untuk membiayai pengembangan tanaman belum menghasilkan dan biaya tidak langsung lainnya yang dialokasi berdasarkan luas hektar tertanam. Pada saat tanaman sudah menghasilkan, akumulasi biaya perolehan tersebut akan direklasifikasi ke tanaman menghasilkan. Tanaman Belum Menghasilkan terdiri dari karet, kelapa sawit, jarak/jabon/mahoni/jati/akasia, dan buah–buahan dengan nomor akun 002.
2. Tanaman Menghasilkan (TM)
Tanaman menghasilkan digolongkan dengan nomor akun 001. Biaya perolehan tanaman belum menghasilkan direklasifikasi ke akun tanaman telah menghasilkan pada saat tanaman tersebut mulai menghasilkan.
Jangka waktu suatu tanaman dinyatakan mulai menghasilkan ditentukan oleh pertumbuhan vegetatif dan penilaian manajemen, dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan apabila telah berumur tiga tahun dan 60% dari jumlah seluruh pohon per blok telah menghasilkan tandan buah atau dua lingkaran tandan telah matang atau berat rata-rata buah per tandan telah mencapai tiga kilogram atau lebih;
b. Tanaman karet dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan apabila telah berumuir lima tahun dan 60% dari jumlah seluruh pohon per blok sudah dapat dideres dan mempunyai ukuran lilit batang 45 cm yang diukur pada ketinggian satu meter dari pertautan okulasi.
D. Biaya Perolehan
Biaya perolehan aset tetap tanaman adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh atau membudidayakan aset tanaman sampai dengan aset tanaman tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan sesuai dengan tujuan.
Seluruh aset tetap awalnya diakui sebesar biaya perolehan, yang terdiri atas harga perolehan dan biaya-biaya tambahan yang dapat didistribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen. Setelah pengakuan awal, aset tetap dinyatakan pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 16 (2011:16.2) Paragraf 06 biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang
dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.
Biaya perolehan awal tanaman belum menghasilkan (TBM) awal, yaitu meliputi :
1. Biaya input
adalah harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai dengan bibit tersebut siap tanam.
2. Biaya proses
adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sampai menjadi tanaman menghasilkan.
3. Biaya lainnya
adalah biaya yang dapat diatribusikan langsung aset tanaman, contohnya biaya penyiapan lahan (land clearing)
4. Alokasi biaya tidak langsung
adalah biaya tidak langsung dapat dikapitalisasi ke TBM, contohnya biaya pinjaman.
Biaya penyisipan suatu aset tanaman dalam areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) diakui sebagai penambah jumlah tercatat aset TBM.
Biaya umum dan administrasi di unit dan kebun, kantor pusat/kantor direksi adalah biaya-biaya yang tidak dapat dikapitalisasi ke aset tanaman. Biaya tersebut diakui sebagai beban periode terjadinya.
Biaya perolehan Tanaman Menghasilkan (TM) sebesar nilai tercatat Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yang direklasifikasi ke Tanaman Menghasilkan (TM). Biaya-biaya yang terjadi setelah Tanaman Menghasilkan (TM), diakui sebagai beban periode terjadinya, kecuali biaya-biaya yang memenuhi syarat untuk dikapitalisasi ke aset tanaman. Biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aset tanaman yang tidak menambah manfaat ekonomis aset tanaman, atau biaya-biaya yang mengembalikan aset tanaman ke kondisi normalnya, maka biaya-biaya tersebut dibebankan pada periode terjadinya. Biaya-biaya yang tidak terkait secara langsung dengan pembudidayaan tanaman tidak dapat diakui sebagai biaya perolehan dan harus dibebankan pada periode terjadinya. Contoh biaya-biaya tersebut antara lain:
1. Biaya tenaga kerja yang tidak terkait secara langsung dengan pembudidayaan aset tanaman seperti bonus, tunjangan, dsb.
2. Biaya pembukaan fasilitas baru
3. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru, termasuk biaya pelatihan staf
4. Biaya administrasi dan biaya overhead umum lainnya
5. Biaya umum dan administrasi di unit/kebun kantor pusat/kantor direksi.
E. Penyusutan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 17 Paragraf 02 Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi
dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aset yang dapat disusutkan adalah aset yang:
1. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi, 2. memiliki suatu masa manfaat yang terbatas, dan
3. ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.
Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 17 Paragraf 08 dan 09 menjelaskan bahwa jumlah yang dapat disusutkan dialokasi ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis.
Penyusutan aset tanaman dimulai ketika Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) direklasifikasikan ke Tanaman Menghasilkan (TM). Metode penyusutan yang dipakai oleh perusahaan dalam menghitung penyusutan aset tetap tanaman adalah Metode Garis Lurus (Straight Line Method), dengan taksiran umur manfaat (setelah TM) sebagai berikut :
Tabel 3.1.
Taksiran Umur Manfaat TM
Jenis aset tanaman Tarif penyusutan per tahun
Tanaman menghasilkan - kelapa sawit 4%
Tanaman menghasilkan – karet 4%
Tanaman menghasilkan – lainnya 2% - 6,6%
Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Ilustrasi perhitungan penyusutan aset tanaman, dengan metode garis lurus adalah sebagai berikut :
TM Kelapa Sawit, dengan nilai perolehan Rp. 5,6 milyar, dan umur manfaat
TM Kelapa Sawit, dengan nilai perolehan Rp. 5,6 milyar, dan umur manfaat