• Tidak ada hasil yang ditemukan

TUGAS AKHIR PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN. Oleh : AILIN FIDIA ASRI SIMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TUGAS AKHIR PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN. Oleh : AILIN FIDIA ASRI SIMA"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

Oleh :

AILIN FIDIA ASRI SIMA 132102127

PROGRAM STUDI D3 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2016

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

PERSETUJUAN ADMINISTRASI AKADEMIK

NAMA : AILIN FIDIA ASRI SIMA

NIM : 132102127

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR : PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

Tanggal _________ 2016 Dosen Pembimbing Tugas Akhir

NIP. 19550914 198103 1 005 (Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak)

Tanggal _________ 2016 Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi

NIP. 19511114 198203 1 002 (Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA)

Tanggal _________ 2016 Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis USU

NIP. 19580602 198803 1 001 (Prof. Dr. Ramli, S.E, M.S)

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS MEDAN

PENANGGUNG JAWAB TUGAS AKHIR

NAMA : AILIN FIDIA ASRI SIMA

NIM : 132102127

PROGRAM STUDI : DIPLOMA III AKUNTANSI

JUDUL TUGAS AKHIR : PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

Medan, 2016

(AILIN FIDIA ASRI SIMA) NIM. 132102127

(4)

Kata Pengantar

Alhamdulillahirobbil’alamin, sebagai ungkapan rasa syukur yang tiada terhingga penulis panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas rahmat dan ridho- Nya penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan baik. Dengan tujuan sebagai syarat untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis program studi Diploma III Akuntansi Universitas Sumatera Utara. Adapun Tugas Akhir ini dengan judul “Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”.

Dalam penulisan tugas akhir ini tidak mungkin dapat terselesaikan dengan baik tanpa ada bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu penulis menghaturkan rasa hormat dan ucapan terima kasih atas bantuan dan bimbingan yang tiada terkira nilainya, kepada semua pihak yang terlibat.

1. Bapak Prof. Dr. Ramli, S.E., M.S. selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Rustam, M.Si, Ak, CA selaku Ketua Program Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku Sekretaris Progam Studi Diploma III Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara serta dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dan tempat untuk memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

4. Pimpinan dan seluruh karyawan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan khususnya pada Bapak Yance Maramis dan juga bagian akuntansi

(5)

yang telah banyak membantu penulis dalam memberikan izin dan menyediakan data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir ini.

5. Ucapan teristimewa kepada nenek tercinta yang telah membesarkan dengan kasih sayang, dan telah memberikan dukungan dan semangat sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini.

6. Untuk seluruh keluarga penulis yang telah banyak memberikan nasihat, motivasi, dukungan, dan semangat dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

7. Untuk sahabat terbaik Chirps dan juga teman baik penulis lainnya Yolanda Noviasari Maramis, dan Ayu Fitriah yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis dalam mengerjakan Tugas Akhir ini.

Penulis menyadari tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik untuk kesempurnaan tugas akhir ini di masa yang akan datang. Akhir kata penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak.

Medan, Juni 2016 Penulis

(Ailin Fidia Asri Sima) NIM. 132102127

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vi

DAFTAR LAMPIRAN ... vii

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Perumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 3

D. Rencana Penulisan ... 4

1. Jadwal Survey/Observasi ... 4

2. Rencana Isi ... 4

BAB II : PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN 7 A. Sejarah PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan... 7

B. Struktur Organisasi dan Personalia ... 10

C. Job Description ... 12

D. Jaringan Usaha ... 17

E. Kinerja Usaha Terkini ... 18

F. Rencana Usaha ... 19

(7)

BAB III : PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN 21

A. Definisi ... 21

B. Dasar Pengaturan ... 22

C. Penggolongan ... 23

D. Biaya Perolehan ... 24

E. Penyusutan ... 26

F. Penurunan Nilai ... 28

G. Penghentian Pengakuan ... 29

H. Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman ... 30

I. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Tanaman dalam Laporan Keuangan ... 34

J. Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Aset Tanaman PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dengan Perlakuan Akuntansi Aset Tanaman berdasarkan IAS 41 ... 36

BAB IV : KESIMPULAN DAN SARAN ... 42

A. Kesimpulan ... 42

B. Saran ... 43

DAFTAR PUSTAKA ... 44

LAMPIRAN ... 45

(8)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

1.1. Jadwal Survey/Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir ... 4

3.1. Taksiran Umur Manfaat Tanaman Menghasilkan ... 27

3.2. Jurnal Pengakuan awal aset TBM ... 31

3.3. Jurnal Reklasifikasi aset TBM ke TM ... 32

3.4. Jurnal Penyusutan ... 33

3.5. Jurnal Penghentian Pengakuan ... 34

3.6. Perbandingan Pengakuan dan Pengukuran Aset Tanaman Pada PTPN III dengan IAS 41 ... 36

3.7. Perbandingan Pengungkapan Aset Tanaman pada PTPN III Dengan IAS 41 ... 40

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman 2.1. Logo PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan ... 8 2.2. Struktur Organisasi pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)

Medan ... 11 3.1. Pengakuan Aset Tetap Tanaman ... 30

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman 1 Laporan Posisi Keuangan Konsolidasian PT. Perkebunan Nusantara

III (Persero) Medan ... 45 2 Laporan Laba Rugi Komprehensif Konsolidasian PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) Medan ... 47 3 Catatan Atas Laporan Keuangan Konsolidasian PT. Perkebunan

Nusantara III (Persero) Medan ... 48 4 Surat Izin Riset ... 50

(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perlakuan akuntansi adalah seluruh pemrosesan data dari pengidentifikasian sampai dengan penyajian. Perlakuan akuntansi unsur laporan keuangan berkaitan dengan proses untuk menyediakan informasi ke dalam laporan keuangan. Adanya laporan keuangan adalah untuk memenuhi kebutuhan akan informasi keuangan dari sebuah entitas oleh pihak – pihak yang berkepentingan dalam hal untuk pengambilan keputusan bisnis.

Agar informasi yang diperoleh dari laporan keuangan dapat diandalkan, maka laporan tersebut harus cukup terbebas dari kesalahan dan penyimpangan, baik yang berhubungan dengan pengakuan, pengukuran, penyajian, maupun pengungkapannya.

Pemilihan metode akuntansi yang tepat diperlukan untuk memastikan setiap elemen–elemen dalam laporan keuangan telah diperlakukan sesuai dengan perlakuan akuntansi yang berlaku. Perlakuan akuntansi berbeda–beda bagi setiap elemen laporan keuangan, perlakuan akuntansi juga berbeda bagi beberapa bidang usaha tertentu yang memiliki karakteristik khusus bila dibandingkan dengan bidang usaha yang umum.

Pada umumnya, karena karakteristiknya yang unik, perusahaan yang bergerak di bidang agrobisnis mempunyai kemungkinan untuk menyampaikan informasi yang lebih bias dibandingkan dengan perusahaan yang bergerak di bidang lain, terutama dalam hal mengukur, menyajikan,

(12)

sekaligus mengungkapkan terutama mengenai aset tetapnya yang berupa aset biologis.

Aset biologis adalah aset yang unik, karena mengalami transformasi pertumbuhan bahkan setelah aset biologis menghasilkan output. Transformasi biologis terdiri atas proses pertumbuhan, degenerasi, produksi, dan prokreasi yang menyebabkan perubahan secara kualitatif dan kuantitatif dalam kehidupan tumbuhan tersebut. Karena mengalami transformasi biologis itu maka diperlukan pengukuran yang dapat menunjukkan nilai dari aset tersebut secara wajar sesuai dengan kontribusinya dalam menghasilkan aliran keuntungan ekonomis bagi perusahaan.

Dan aset tetap merupakan salah satu pos dalam laporan keuangan khususnya neraca. Investasi dalam aset tetap merupakan biaya jangka panjang yang secara berangsur sesuai manfaatnya akan dialokasikan ke dalam proses produksi dan dibebankan kedalam laporan rugi laba melalui pos biaya penyusutan. Pengalokasian biaya aset tetap dan penggunaan metode penyusutan merupakan hal penting karena mempengaruhi kewajaran laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan.

Selain berpengaruh pada neraca, dan juga berpengaruh terhadap laporan rugi laba, biaya penyusutan tanaman yang akan menambah harga pokok yang dihasilkan sebagai bahan baku dalam proses produksi di pabrik untuk menentukan harga pokok produksi perusahaan.

Dengan berpengaruhnya pengeluaran-pengeluaran biaya kebun terhadap informasi yang disajikan dalam laporan keuangan, oleh sebab itu

(13)

apabila tidak diterapkan perlakuan akuntansi yang tepat dapat menyebabkan laporan keuangan tidak andal dan informasi yang disediakan tidak akurat.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk meneliti bagaimana perlakuan akuntansi terhadap aset tetap tanaman di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, sehingga penulis memilih judul “Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan”.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah perlakuan akuntansi aset tetap tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan sudah disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan?”.

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perlakuan akuntansi aset tetap tanaman yang digunakan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan apakah telah sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah:

a. Bagi penulis, menambah wawasan pengetahuan dalam menerapkan perlakuan akuntansi aset tetap tanaman yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

(14)

b. Bagi perusahaan, sebagai masukan dan pertimbangan mengenai perlakuan akuntansi aset tetap tanaman yang sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan.

c. Bagi pembaca, sebagai bahan referensi dan masukan bagi penelitian sejenis untuk menyempurnakan penelitian berikutnya dan mengembangkan lebih lanjut.

D. Rencana Penulisan

1. Jadwal Survey/Observasi

Penilitian ini dilakukan pada PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan pada kantor direksi yang berada di Jalan Sei Batanghari No. 2 Medan.

Tabel 1.1.

Jadwal Survey/Observasi dan Penyusunan Tugas Akhir

No. Kegiatan April Mei

I II III IV I II III IV 1 Pengesahan Tugas Akhir

2 Pengajuan Judul 3 Permohonan Izin Riset 4 Pengumpulan Proposal

5 Penunjukan Dosen Pembimbing 6 Pengumpulan Data

7 Penyusunan Tugas Akhir 8 Bimbingan Tugas Akhir

(15)

9 Penyelesaian Tugas Akhir

2. Rencana Isi

Penulis akan memberikan gambaran rencana isi tugas akhir yang akan mempermudah penulisan tugas akhir, maka penulis membaginya menjadi empat (4) bab, yakni sebagai berikuts:

Bab I : Pendahuluan

Pada bab ini, akan diuraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian dan rencana penulisan yang terdiri dari jadwal survey/observasi dan rencana isi.

Bab II : PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Pada bab ini, akan diuraikan mengenai sejarah singkat PT.

Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan., visi dan misi, struktur organisasi, job description, jaringan kegiatan, kinerja kegiatan terkini, serta rencana kegiatan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.

Bab III : Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Pada bab ini, akan diuraikan pengertian perlakuan akuntansi aset tetap tanaman, penggolongan aset tetap tanaman, biaya perolehan aset tetap tanaman, penyusutan aset tetap tanaman, penurunan nilai aset tetap tanaman, penghentian pengakuan aset

(16)

tetap tanaman, perlakuan akuntansi aset tetap tanaman, penyajian dan pengungkapan aset tetap tanaman dalam laporan keuangan, dan perbandingan antara perlakuan akuntansi aset tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dengan perlakuan akuntansi aset biologis menurut IAS 41.

Bab IV : Kesimpulan dan Saran

Sebagaimana akhir dari tugas ini, maka akan diambil kesimpulan dari penelitian yang dilakukan di PT. Perkebunan Nusantara III Medan dan beberapa saran yang mungkin akan bermanfaat bagi PT. Perkebunan Nusantara III Medan.

(17)

BAB II

PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III (PERSERO) MEDAN

A. Sejarah Ringkas

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero), selanjutnya disebut PTPN III atau Perusahaan, merupakan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bergerak dalam bidang usaha Agro Bisnis dan Agro Industri Kelapa Sawit dan Karet. PTPN III merupakan hasil peleburan dari PT. Perkebunan III, IV dan V sesuai Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 8 tahun 1996 tanggal 14 Pebruari 1996.

Perusahaan didirikan pada tanggal 11 Maret 1996 dengan dasar hukum pendirian merujuk pada Peraturan Pemerintah (PP) No. 8 Tahun 1996.

Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta No. 6 tanggal 3 Oktober 2014 dari Nanda Fauz Iwan, S.H., M.Kn., notaris di Jakarta, mengenai Perubahan Struktur Permodalan dan Perubahan Anggran Dasar.

Terhitung sejak tanggal 2 Oktober 2014 PT Perkebunan Nusantara III (Persero) ditetapkan sebagai Induk Holding BUMN Perkebunan. Sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 72 Tahun 2014 tanggal 17 September 2014, maka PTPN I, II,IV s.d. XIV menjadi anak perusahaan PTPN III.

Hingga saat ini, Perusahaan memiliki 12 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan total kapasitas 585 ton tandan buah segar per jam dan 8 Unit Pabrik Pengolahan Karet (PPK) dengan kapasitas 200 ton karet kering per hari.

(18)

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan memiliki visi dan misi, tata nilai serta logo di bawah ini.

1. Visi

Visi PTPN III adalah menjadi perusahaan agri bisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata-kelola bisnis terbaik.

2. Misi

Adapun misi dari PTPN III, yaitu:

a. Mengembangkan industri hilir berbasis Perkebunan secara berkesinambungan.

b. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.

c. Memperlakukan karyawan sebagai aset strategis dan mengembangkannya secara optimal.

d. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan ‘imbal-hasil’ terbaik bagi para investor.

e. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.

f. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan komunitas.

g. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan lingkungan.

3. Tata nilai PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Tata nilai pada PTPN III Medan adalah sebagai berikut:

a. Proactivity − selalu bersikap proaktif dengan penuh inisiatif dan mengevaluasi yang mungkin terjadi.

(19)

b. Excellence − selalu memperlihatkan gairah keunggulan dan berusaha bekerja keras untuk hasil maksimal sesuai kompetensi.

c. Team Work − selalu mengutamakan kerjasama tim, agar mampu menghasilkan sinergi optimal bagi perusahaan.

d. Innovation − selalu menghargai kreatifitas dan menghasilkan inovasi dalam metode dan produk baru.

e. Responsibility − selalu bertanggung jawab atas akibat keputusan yang diambil dan tindakan yang dilakukan.

4. Makna logo PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Bentuk logo PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan dapat dilihat pada gambar 2.1

Gambar 2.1

Logo PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Logo baru ini adalah lambang dari niat dan motivasi tinggi seluruh personal PTPN III, untuk mewujudkan visi dan misi PTPN III yang telah dicanangkan bersama. Logo PTPN III memiliki makna di bawah ini:

a. Gambar 12 helai daun kelapa sawit di sebelah kiri bola dunia dan tujuh urat pada daun karet yang berwarna hijau di sebelah kanan bola dunia melambangkan bahwa PTPN III memiliki 12 paradigma baru dan 7

(20)

strategi bisnis yang saling mendukung agar tercapai tujuannya, yaitu selalu menjadi perusahaan perkebunan terbaik dengan team work yang solid dan inovatif, serta ditunjang dengan green technology, green business dan ramah lingkungan.

b. Gambar 5 garis lintang horizontal dan vertikal yang berwarna biru melingkari bola dunia melambangkan bahwa PTPN III memiliki lima tata nilai dan harus mampu mengimbangi kemajuan teknologi yang berkembang agar selalu menjadi yang terdepan dalam peningkatan usaha.

c. Gambar 2 meteor yang mengelilingi bumi sehingga membentuk angka tiga melambangkan bahwa PTPN III bergerak dinamis dengan semangat yang tinggi untuk menguasai pasar global. Meteor yang berwarna putih bermakna produksi lateks dan produk turunannya, sedangkan yang berwarna oranye bermakna produksi CPO beserta turunannya yang memancar tanpa henti untuk memenuhi kebutuhan pasar dunia.

B. Struktur Organisasi dan Personalia

Struktur organisasi perusahaan merupakan suatu susunan yang menggambarkan pola hubungan kerja antara dua bagian atau lebih dalam suatu susunan hierarki serta pertanggungjawaban dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan semula. Struktur organisasi pada PTPN III diatur sesuai dengan Surat Keputusan Direksi PT. Perkebunan Nusantara III No.

3.08/SKPTS/15/2014 tanggal 26 Februari 2014.

(21)

Gambar 2.2

Struktur Organisasi PT. Perbunan Nusantara III (Persero) Medan Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

(22)

C. Job Description

Untuk mengetahui lebih jelas terhadap fungsi tiap-tiap bagian pada struktur organisasi perusahaan, maka penulis akan memaparkan lebih terperinci mengenai tugas dan wewenang tiap-tiap bagian struktur.

1. Rapat umum pemegang saham (RUPS)

Tugas rapat umum pemegang saham (RUPS) adalah:

a. Mengangkat dan menghentikan dewan komisaris,

b. Bertanggung jawab atas pelaksanaan dan penggunaan modal/aset perusahaan sesuai dalam mencapai tujuan.

2. Dewan komisaris

Tugas dewan komisaris adalah:

a. Mengawasi direktur utama,

b. Membantu pimpinan menginvestasikan dana perusahaan.

3. Komite audit

Tugas komite audit adalah:

a. Melakukan seleksi Auditor Eksternal untuk memilih salah satu dari calon auditor eksternal yang memenuhi kriteria yang ditetapkan,

b. Memberikan rekomendasi mengenai penyempurnaan sistem pengendalian manajemen perusahaan serta pelaksanaannya.

4. Direktur utama

Tugas direktur utama adalah:

a. Mengkoordinasi pelaksanaan tugas para anggota direksi dan mengawasi secara umum,

(23)

b. Bertanggung jawab kepada melalui dewan komisaris.

5. Direktur produksi

Tugas direktur produksi adalah:

a. Menyusun perencanaan di bidang pekerjaan yang tercantum dalam kebijaksanaan direksi,

b. Melaksanakan pemberian dan pengawasan terhadap kegiatan yang tercantum dalam kebijaksanaan direksi.

6. Direktur sumber daya manusia dan umum

Tugas direktur sumber daya manusia/umum adalah:

a. Menyusun rencana, mengarahkan dan mengkoordinasi bidang pengembangan SDM dan mengadakan pengkajian SDM,

b. Melaksanakan pengendalian dan pengawasan penyelesaian hukum dan agraria, kesempatan, kesehatan dan keamanan serta sosial umum.

7. Direktur keuangan

Tugas direktur keuangan adalah:

a. Merencanakan sumber dana yang diperoleh, b. Mencari dan memanfaatkan dana.

8. Direktur pemasaran dan perencanaan pengembangan Tugas direktur perencanaan dan pengembangan adalah:

a. Mengembangkan pemasaran produksi baik dalam maupun luar negeri, b. Melakukan riset pasar dan mengumpulkan informasi pasar.

9. Kepala bagian SPI

Tugas pokok bagian SPI adalah:

(24)

a. Mengevaluasi program pelaksanaan audit rutin,

b. Mengevaluasi laporan hasil audit rutin dan menyampaikan kepada direktur utama, komite audit dan audit.

10. Kepala bagian tanaman

Tugas pokok bagian tanaman adalah:

a. Mengevaluasi perencanaan strategis perusahaan di bidang tanaman jangka pendek dan jangka panjang,

b. Mengevaluasi implementasi inovasi di bidang tanaman.

11. Kepala bagian teknik

Tugas pokok bagian teknik adalah:

a. Mengevaluasi pengusulan sarana dan metode baru bidang teknik,

b. Menjamin dan mengevaluasi pengujian sarana dan metode baru bidang teknik.

12. Kepala bagian teknologi

Tugas pokok bagian teknologi adalah:

a. Menjamin dan mengevaluasi pelaksanaan titip olah inti sawit dengan pihak ketiga,

b. Mengevaluasi dan melaporkan kepada direksi perihal produksi pengolahan kelapa sawit dan karet setiap hari.

13. Kepala bagian sumber daya manusia

Tugas pokok bagian sumber daya manusia adalah:

a. Mengevaluasi dan menyetujui kontrak tenaga kerja outsourcing yang dipekerjakan di unit PTPN III,

(25)

b. Menjamin bahwa seluruh kegiatan sudah menerapkan manajemen risiko.

14. Kepala bagian umum

Tugas pokok bagian umum adalah:

a. Mengevaluasi pelaksanaan kegiatan sosial, keagamaan, olahraga, EBTA madrasah dan kepramukaan di kandir, kebun/unit,

b. Mengevaluasi ketersediaan dan pengadaan/perawatan alat-alat APAR, Hydrant, APD di seluruh Bagian, kebun/unit PTPN III.

15. Kepala bagian PKBL

Tugas pokok bagian PKBL adalah:

a. Menjamin SMPN3 dipahami, diterapkan dan dipelihara oleh seluruh jajarannya.

b. Mengevaluasi penyaluran dana PKBL dengan mempedomani Permen No.: PER-05/MBU/2007 agar dana yang dimaksud tepat sasaran.

16. Kepala bagian hukum

Tugas pokok bagian hukum adalah:

a. Mengawasi dan memastikan legalisasi terhadap surat perjanjian telah terlaksana sesuai dengan prosedur dan peraturan hukum yang berlaku, b. Mengawasi dan memastikan inventarisasi peraturan perundang-

undangan telah terlaksana dengan baik.

17. Kepala bagian keuangan

Tugas pokok bagian keuangan adalah:

(26)

a. Mengevaluasi keuangan perusahaan secara cost effectivenes untuk menjaga kondisi keuangan perusahaan yang sehat,

b. Menyetujui dan memenuhi uang kerja kebun/unit dengan cara screening uang kerja yang diajukan sesuai kebutuhan.

18. Kepala bagian akuntansi

Tugas pokok bagian akuntansi adalah:

a. Mengevaluasi usulan RKAP dan RKO bagian akuntansi untuk diteruskan ke direksi,

b. Menjamin dan mengevaluasi pelaksanaan kegiatan verifikasi dengan cara memeriksa aktiva, kewajiban, ekuitas, pendapatan dan beban.

19. Kepala bagian pelelangan

Tugas pokok bagian pelelangan adalah:

a. Mengevaluasi kebutuhan barang dan bahan yang diperlukan untuk kelancaran operasional bagian pelelangan,

b. Mengevaluasi RKAP untuk kebutuhan operasional bagian pelelangan dan selanjutnya diajukan ke bagian keuangan.

20. Kepala bagian komersil

Tugas pokok bagian komersil adalah:

a. Mengevaluasi dan menjamin penjualan komoditi termasuk produk datim yang dijual melalui PT. KPBN dan bursa berjangka Jakarta,

b. Menjamin terlaksananya program transformasi bisnis di PTPN III.

21. Kepala bagian TI/TB dan manajemen resiko (CMR) Tugas pokok bagian TI/TB dan manajemen resiko adalah:

(27)

a. Menganalisa risiko terhadap usulan Feasibility Study investasi yang diajukan oleh bagian teknis terkait,

b. Memantau ketersedia sumber daya hardware dan software dan infrastruktur jaringan intranet (LAN) dan internet (WAN)

22. Kepala bagian perencanaan dan pengembangan Tugas pokok bagian pengembangan adalah:

a. Merencanakan dan menyusun kebutuhan dan sumberdaya dalam melaksanakan pengembangan areal, bisnis dan industri,

b. Memantau pelaksanaan pengembangan areal, bisnis dan industri.

23. Kepala bagian sekretariat perusahaan

Tugas pokok bagian sekretariat perusahaan adalah:

a. Mengevaluasi RKAP/RKO dan RJP agar target kinerja yang ditentukan dapat dicapai,

b. Melaksanakan koordinasi, komunikasi dan konsultasi (3K).

D. Jaringan Usaha

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan bergerak dalam jaringan kegiatan kelapa sawit, karet, dan industri hilir karet.

1. Kelapa sawit – minyak sawit dan inti sawit

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) menjadikan minyak sawit dan inti sawit sebagai komoditi yang memberikan kontribusi besar bagi pendapatan perusahaan. Mutu produk minyak sawit dan inti sawit yang dihasilkan perusahaan sudah dikenal di pasar lokal dan internasional dengan pasokan yang tepat waktu kepada pembeli.

(28)

2. Karet – lateks, crumb tubber dan rubber smoke sheet

Lebih dari 54.000 hektar lahan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) diusahakan untuk menghasilkan karet berkualitas terbaik di dunia. Mutu produk RSS-1, SIR-1-, SIR-20 dan lateks pekat mampu menembus pasar internasional, disejumlah pabrik ban terbesar seperti Bridgestone, Good Year, Firestone, Hankook dan lainnya.

3. Industri hilir karet

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) sekarang ini memiliki 3 fasilitas pengolahan yang disebut dengan Rubber Threads, Rubber Dockfender, Rubber Article, Rubber Cownaf, Coveyor Belt, Rubber Karlet dan Resin

adalah produk utama pabrik-pabrik tersebut. Produk perusahaan telah menerima Indonesian Industries Standard (SII) Certificate, International Quality Certificate ISO 9001: 2000 dan ISO 14001 1996, TUV dan OCOTEX.

E. Kinerja Usaha Terkini

Pada tahun 2014, PT. Perkebunan Nusantara III menghasilkan laba sebelum PPh tahun 2014 sebesar Rp. 1.316.067 juta, bila dibanding tahun 2013 sebesar Rp. 2.070.498 juta mengalami penurunan Rp. 754.431 juta atau 36,44%. Hasil penjualan sebesar 6,89% berasal dari penjualan ekspor dan sisanya sebesar 93,11% merupakan hasil penjualan lokal.

Laporan Posisi Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) dan Entitas Anak Per 31 Desember 2014 ditutup sebesar Rp. 65.675,91 milyar, dibanding Laporan Posisi Keuangan Per 31 Desember 2013 sebesar Rp.

(29)

61.827,05 milyar mengalami peningkatan sebesar Rp. 3.848,86 milyar atau 6,23%, hal ini disebabkan adanya penambahan modal disetor sebesar Rp.

10.190,38 milyar, sesuai Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 468/KMK.06/2014 tanggal 01 Oktober 2014.

Penilaian kinerja perusahaan tahun 2014 berdasarkan Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor: KEP-100/MBU/2002 tanggal 04 Juni 2002 yaitu dengan rincian:

1. Nilai Skor Aspek Keuangan = 45,50 2. Nilai Skor Aspek Operasional = 11,10 3. Nilai Skor Aspek Administrasi = 15,00

Total Nilai Skor = 71,60

Berdasarkan hasil diatas, tingkat kesehatan perusahaan untuk tahun 2014 dikategorikan Sehat – A (Single A) dengan total nilai skor 71,60.

F. Rencana Usaha

Rencana kegiatan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan untuk periode tahun 2014 yaitu sebagai berikut:

1. Strategi pengadaan barang

Strategi yang dapat menjadi pedoman untuk memperoleh peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam proses pengadaan barang diuraikan sebagai berikut:

a. Melakukan efisiensi pengadaan barang melalui pemeriksaan kebutuhan fisik dan koreksi harga terhadap barang/bahan yang diminta oleh bagian/kebun/unit,

(30)

b. Meningkatkan survey pasar untuk mendukung kebijakan penetapan harga,

c. Menghindari sistem monopoli dalam penngadaan baranguntuk memperoleh harga dan mutu barang yang bersaing.

2. Strategi pemasaran

Seluruh produk dipasarkan oleh Kantor Pemasaran Bersama dengan sistem penjualan yang fleksibel, untuk mendapat harga yang optimal dilaksanakan dengan cara Tender, Bid/offer dan LTC (Long Term Contract).

a. Menerapkan paradigma bahwa “Kepuasan Pelanggan menjadi prioritas utama untuk memenangkan persaingan”,

b. Menjaga kobsistensi mutu dan mempertahankan ISO 9002 dan 14000, c. Mampu bersaing secara kualitas dan kuantitas.

3. Program rencana kerja jangka panjang

Program rencana kerja jangka panjang terdiri dari:

a. Program-program perusahaan 1) pengembangan areal baru,

2) pembangunan dan pengembangan Kawasan Industri Sei Mangkei, 3) pembangunan dan pengembangan Industri Hilir Berbasis Sawit, b. Periode kerja dan tahun awal dan akhir kerja yaitu rencana jangka

panjang periode 2009 – 2013, company bank data/data warehouse, dan blueprint/master plan periode 2014 - 2025.

(31)

BAB III

PERLAKUAN AKUNTANSI ASET TETAP TANAMAN PADA PT. PERKEBUNAN NUSANTARA III

(PERSERO) MEDAN

A. Definisi

Perlakuan akuntansi adalah seluruh pemrosesan data dari pengidentifikasian sampai dengan penyajian. Perlakuan akuntansi melibatkan: pendefinisian (definition), pengukuran (measurement), penilaian (valuation), penyajian (presentation), dan pengungkapan (disclosure).

Menurut Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

Dalam perusahaan perkebunan, aset tetap diklasifikasikan ke dalam 2 (dua) kelompok, yaitu aset tetap tanaman dan aset tetap non tanaman. Aset tetap tanaman terbagi atas dua jenis, yaitu aset tanaman semusim, dan aset tanaman tahunan. Aset tanaman semusim adalah aset tanaman perkebunan semusim yang belum menghasilkan (aset pembibitan). Aset tanaman tahunan adalah aset tanaman perkebunan yang terdiri dari tanaman belum menghasilkan (TBM) dan tanaman telah menghasilkan (TM). Aset tanaman memiliki karakteristik yang berbeda dengan aset lainnya karena aset biologis mengalami transformasi biologis.

(32)

Perlakuan akuntansi aset tetap tanaman dimulai dari pengakuan dan pengukuran awal (tanaman belum menghasilkan), pengukuran selanjutnya (reklasifikasi tanaman belum menghasilkan ke tanaman menghasilkan), penyusutan (tanaman menghasilkan), penurunan nilai (tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan), penghentian pengakuan (tanaman belum menghasilkan dan tanaman menghasilkan), penyajian dan pengungkapan aset tanaman dalam laporan keuangan.

B. Dasar Pengaturan

Dasar pengaturan aset tetap tanaman berdasarkan Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan, yaitu sebagai berikut:

1. PSAK 16: Aset Tetap (Revisi 2011)

Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 16 (2011:16.2) Paragraf 06 Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.

2. PSAK 48: Penurunan Nilai Aset

Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 48 menjelaskan suatu aset mengalami penurunan nilai jika jumlah tercatatnya melebihi jumlah terpulihkan. Jumlah terpulihkan suatu aset atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual dan nilai pakainya. Pada setiap akhir periode pelaporan, suatu entitas harus menilai apakah terdapat indikasi suatu aset mengalami penurunan nilai.

(33)

C. Penggolongan

Aset tanaman adalah aset tetap yang berupa tanaman perkebunan yang terdiri dari tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan.

Aset tanaman yang dimaksud adalah tanaman tahunan. Aset tanaman dapat dibedakan menjadi :

1. Tanaman Belum Menghasilkan (TBM)

Tanaman belum menghasilkan dinyatakan sebesar biaya perolehannya yang meliputi biaya persiapan lahan, pembibitan, penanaman, pemupukan dan pemeliharaan termasuk kapitasi biaya pinjaman yang digunakan untuk membiayai pengembangan tanaman belum menghasilkan dan biaya tidak langsung lainnya yang dialokasi berdasarkan luas hektar tertanam. Pada saat tanaman sudah menghasilkan, akumulasi biaya perolehan tersebut akan direklasifikasi ke tanaman menghasilkan. Tanaman Belum Menghasilkan terdiri dari karet, kelapa sawit, jarak/jabon/mahoni/jati/akasia, dan buah–buahan dengan nomor akun 002.

2. Tanaman Menghasilkan (TM)

Tanaman menghasilkan digolongkan dengan nomor akun 001. Biaya perolehan tanaman belum menghasilkan direklasifikasi ke akun tanaman telah menghasilkan pada saat tanaman tersebut mulai menghasilkan.

Jangka waktu suatu tanaman dinyatakan mulai menghasilkan ditentukan oleh pertumbuhan vegetatif dan penilaian manajemen, dengan ketentuan sebagai berikut :

(34)

a. Tanaman kelapa sawit dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan apabila telah berumur tiga tahun dan 60% dari jumlah seluruh pohon per blok telah menghasilkan tandan buah atau dua lingkaran tandan telah matang atau berat rata-rata buah per tandan telah mencapai tiga kilogram atau lebih;

b. Tanaman karet dinyatakan sebagai tanaman menghasilkan apabila telah berumuir lima tahun dan 60% dari jumlah seluruh pohon per blok sudah dapat dideres dan mempunyai ukuran lilit batang 45 cm yang diukur pada ketinggian satu meter dari pertautan okulasi.

D. Biaya Perolehan

Biaya perolehan aset tetap tanaman adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar imbalan lain yang diberikan untuk memperoleh atau membudidayakan aset tanaman sampai dengan aset tanaman tersebut dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan sesuai dengan tujuan.

Seluruh aset tetap awalnya diakui sebesar biaya perolehan, yang terdiri atas harga perolehan dan biaya-biaya tambahan yang dapat didistribusikan langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan supaya aset tersebut siap digunakan sesuai dengan maksud manajemen. Setelah pengakuan awal, aset tetap dinyatakan pada biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai.

Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 16 (2011:16.2) Paragraf 06 biaya perolehan (cost) adalah jumlah kas atau setara kas yang

(35)

dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan ke aset pada saat pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.

Biaya perolehan awal tanaman belum menghasilkan (TBM) awal, yaitu meliputi :

1. Biaya input

adalah harga perolehan bibit dan biaya lainnya yang dikeluarkan sampai dengan bibit tersebut siap tanam.

2. Biaya proses

adalah biaya-biaya yang dikeluarkan sampai menjadi tanaman menghasilkan.

3. Biaya lainnya

adalah biaya yang dapat diatribusikan langsung aset tanaman, contohnya biaya penyiapan lahan (land clearing)

4. Alokasi biaya tidak langsung

adalah biaya tidak langsung dapat dikapitalisasi ke TBM, contohnya biaya pinjaman.

Biaya penyisipan suatu aset tanaman dalam areal Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) diakui sebagai penambah jumlah tercatat aset TBM.

Biaya umum dan administrasi di unit dan kebun, kantor pusat/kantor direksi adalah biaya-biaya yang tidak dapat dikapitalisasi ke aset tanaman. Biaya tersebut diakui sebagai beban periode terjadinya.

(36)

Biaya perolehan Tanaman Menghasilkan (TM) sebesar nilai tercatat Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) yang direklasifikasi ke Tanaman Menghasilkan (TM). Biaya-biaya yang terjadi setelah Tanaman Menghasilkan (TM), diakui sebagai beban periode terjadinya, kecuali biaya- biaya yang memenuhi syarat untuk dikapitalisasi ke aset tanaman. Biaya- biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aset tanaman yang tidak menambah manfaat ekonomis aset tanaman, atau biaya-biaya yang mengembalikan aset tanaman ke kondisi normalnya, maka biaya-biaya tersebut dibebankan pada periode terjadinya. Biaya-biaya yang tidak terkait secara langsung dengan pembudidayaan tanaman tidak dapat diakui sebagai biaya perolehan dan harus dibebankan pada periode terjadinya. Contoh biaya- biaya tersebut antara lain:

1. Biaya tenaga kerja yang tidak terkait secara langsung dengan pembudidayaan aset tanaman seperti bonus, tunjangan, dsb.

2. Biaya pembukaan fasilitas baru

3. Biaya penyelenggaraan bisnis di lokasi baru atau kelompok pelanggan baru, termasuk biaya pelatihan staf

4. Biaya administrasi dan biaya overhead umum lainnya

5. Biaya umum dan administrasi di unit/kebun kantor pusat/kantor direksi.

E. Penyusutan

Menurut Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 17 Paragraf 02 Penyusutan adalah alokasi jumlah suatu aset yang dapat disusutkan sepanjang masa manfaat yang diestimasi. Penyusutan untuk periode akuntansi

(37)

dibebankan ke pendapatan baik secara langsung maupun tidak langsung. Aset yang dapat disusutkan adalah aset yang:

1. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode akuntansi, 2. memiliki suatu masa manfaat yang terbatas, dan

3. ditahan oleh suatu perusahaan untuk digunakan dalam produksi atau memasok barang dan jasa, untuk disewakan, atau untuk tujuan administrasi.

Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 17 Paragraf 08 dan 09 menjelaskan bahwa jumlah yang dapat disusutkan dialokasi ke setiap periode akuntansi selama masa manfaat aktiva dengan berbagai metode yang sistematis.

Penyusutan aset tanaman dimulai ketika Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) direklasifikasikan ke Tanaman Menghasilkan (TM). Metode penyusutan yang dipakai oleh perusahaan dalam menghitung penyusutan aset tetap tanaman adalah Metode Garis Lurus (Straight Line Method), dengan taksiran umur manfaat (setelah TM) sebagai berikut :

Tabel 3.1.

Taksiran Umur Manfaat TM

Jenis aset tanaman Tarif penyusutan per tahun

Tanaman menghasilkan - kelapa sawit 4%

Tanaman menghasilkan – karet 4%

Tanaman menghasilkan – lainnya 2% - 6,6%

Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Ilustrasi perhitungan penyusutan aset tanaman, dengan metode garis lurus adalah sebagai berikut :

(38)

TM Kelapa Sawit, dengan nilai perolehan Rp. 5,6 milyar, dan umur manfaat 25 tahun, maka penyusutannya:

Rp.5,6 milyar / 25 tahun = Rp.224 juta per tahun atau

Rp.5,6 milyar x 4% = Rp.224 juta per tahun

F. Penurunan dan Pemulihan Nilai

Pada setiap tanggal laporan keuangan harus dilakukan review atas adanya indikasi penurunan nilai aset tanaman tahunan. Jika terdapat indikasi penurunan nilai aset tanaman tahunan, maka entitas harus menaksir jumlah yang dapat diperoleh kembali dari aset tersebut. Dalam mengidentifikasi terdapat atau tidaknya penurunan nilai aset tetap tanaman, harus mempertimbangkan hal-hal berikut ini:

1. Informasi dari luar:

a. selama periode tertentu, nilai pasar aset telah turun secara signifikan melebihi penurunan akibat proses normal depresiasi;

b. telah terjadi dalam periode tertentu atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan memburuk yang signifikan dalam teknologi, pasar, kondisi ekonomi atau hukum tempat beroperasi, atau dalam pasar produk atau jasa yang dihasilkan dari aset tersebut;

c. selama periode tertentu, tarif diskonto pasar atau tingkat kembalian investasi pasar telah meningkat, dan peningkatan ini cenderung akan menurunkan nilai aset yang dapat diperoleh kembali secara material.

2. Informasi dari dalam:

(39)

a. terdapat bukti mengenai keusangan atau kerusakan fisik aset;

b. telah terjadi atau akan terjadi dalam waktu dekat perubahan signifikan yang bersifat merugikan sehubungan dengan cara penggunaan aset;

c. terdapat bukti dari pelaporan internal yang menunjukkan bahwa kinerja ekonomi aset tidak memenuhi harapan atau akan lebih buruk dari yang diperkirakan; dan

d. aset yang pada tahun terakhir sebelumnya disajikan sebesar nilai pakainya, dimana aliran kas sesungguhnya secara material lebih kecil dari aliran kas taksiran, sebelum diperhitungkan diskonto.

Apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali lebih rendah dibandingkan dengan jumlah tercatat, maka entitas mengakui kerugian penurunan nilai aset. Pada periode selanjutnya, apabila jumlah yang dapat diperoleh kembali meningkat, maka entitas mengakui keuntungan pemulihan nilai, tetapi tidak boleh menyebabkan nilai buku setelah pemulihan nilai melebihi nilai buku seumpama tidak terjadi penurunan nilai sebelumnya.

G. Penghentian Pengakuan

Menurut standar akuntansi keuangan PSAK 16 (2011:16.20) paragraph 67 menyatakan bahwa jumlah tercatat suatu aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat:

1. Dilepas; atau

2. Ketika tidak terdapat lagi manfaat ekonomi masa depan yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasannya.

(40)

Keuntungan atau kerugian yang timbul dari penghentian aset tetap menurut IAI dalam PSAK 16 (2011:16.20) paragraph 68 dimasukkan dalam laba rugi pada saat aset tersebut dihentikan pengakuannya. Keuntungan tidak boleh diklasifikasikan sebagai pendapatan.

Penghentian pengakuan aset tanaman tahunan dilakukan saat aset tanaman tahunan tersebut ditebang, dijual, atau dengan cara lainnya.

H. Perlakuan Akuntansi Aset Tetap Tanaman 1. Pengakuan dan pengukuran awal

Aset tanaman berupa tanaman perkebunan pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan meliputi tanaman kelapa sawit, dan karet.

Dalam laporan keuangan PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan pengakuan aset tanaman berupa tanaman perkebunan dikelompokkan menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu tanaman belum menghasilkan dan tanaman telah menghasilkan seperti dijelaskan singkat dalam bagan berikut:

Gambar 3.1.

Pengakuan Aset Tanaman

Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

(41)

Pada penjelasan sebelumnya telah dijelaskan bahwa pengukuran tanaman belum menghasilkan diakui sebesar harga perolehannya yang didapatkan dari kapitalisasi biaya lagsung dan biaya tidak langsung yang berkaitan dengan perkembangan tanaman belum menghasilkan. Jurnalnya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2.

Pengakuan awal aset TBM

Uraian Debet Kredit

Aset tanaman belum menghasilkan (TBM)

Biaya yang dibebankan atas biaya tenaga kerja Bahan Kimia dan Pupuk

Alat - alat pertanian

Rp. xxx

Rp. xxx Rp. xxx Rp. xxx Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Penjurnalan ini dilakukan setiap kali terjadi transaksi kas yang dibayarkan untuk biaya yang dikapitalisasi ke dalam tanaman belum menghasilkan sampai dengan tanaman belum menghasilkan tersebut telah memenuhi kriteria untuk berubah menjadi tanaman telah menghasilkan.

2. Pengukuran selanjutnya (reklasifikasi TBM ke TM)

Setelah tanaman belum menghasilkan telah memenuhi kriteria untuk diakui menjadi tanaman telah menghasilkan berdasarkan tingkat pertumbuhan vegetatif dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh manajemen, maka tanaman belum menghasilkan harus segera direklasifikasi ke dalam tanaman telah menghasilkan. Misalkan, setelah dilakukan oleh pengecekan oleh pekerja lapangan diperoleh informasi bahwa lebih dari 60% tanaman sawit belum menghasilkan pada blok A dapat dikategorikan sebagai tanaman menghasilkan, maka semua nilai dari tanamaman sawit pada blok A harus

(42)

direklasifikasi menjadi tanaman telah menghasilkan, jurnal reklasifikasi dari kejadian tersebut adalah:

Tabel 3.3.

Reklasifikasi aset TBM ke TM (promosi tanaman)

Uraian Debet Kredit

Aset tanaman belum menghasilkan (TM) Aset tanaman belum menghasilkan (TBM)

Rp. xxx

Rp. xxx Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Tanaman telah menghasilkan dinilai berdasarkan nilai tanaman belum menghasilkan yang direklasifikasi ke dalam tanaman telah menghasilkan.

Proses kapitalisasi biaya-biaya yang berhubungan langsung maupun tidak langsung dengan tanaman perkebunan tidak lagi dilakukan seperti pada tanaman belum menghasilkan, maka nilai tanaman belum menghasilkan tidak akan berubah kecuali jika ada kondisi lain yang mengharuskan diadakannya perubahan nilai tersebut, misalnya terjadi penghapusan tanaman telah menghasilkan karena alasan yang dapat diterima.

3. Penyusutan

Tanaman telah menghasilkan karena telah mampu memberikan kontribusi manfaat ke dalam perusahaan berupa kemampuan untuk menghasilkan produk agrikultur, maka perlu diadakan pengakuan terhadap pemakaian manfaat tersebut ke dalam setiap periode dimana manfaat tersebut dipakai. Cara untuk mengakui pemakaian manfaat dari tanaman telah menghasilkan adalah dengan mengadakan penyusutan terhadap nilai tanaman telah menghasilkan yang dimanfaatkan ke dalam setiap periodenya. PT

(43)

Perkebunan Nusantara III melakukan penyusutan terhadap tanaman telah menghasilkan menggunakan metode garis lurus.

Penyusutan aset tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III diakui sebagai beban produksi atau penambah biaya perolehan persediaan yang dihasilkannya. Akumulasi penyusutan aset tanaman disajikan sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya. Jurnal dari kejadian tersebut adalah:

Tabel 3.4.

Penyusutan

Uraian Debet Kredit

Penyusutan aset tanaman menghasilkan (TM) Akumulasi aset tanaman menghasilkan (TM)

Rp. xxx

Rp. xxx Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

Nilai dari pembebanan penyusutan tanaman telah menghasilkan pada setiap periodenya didasarkan pada estimasi manfaat yang dipakai pada setiap periodenya, dalam hal ini PT Perkebunan Nusantara III mengakui penyusutan tanaman telah menghasilkan dengan menggunakan metode garis lurus, yaitu dengan membagi manfaat ekonomi dari tanaman telah menghasilkan sama besar setiap periodenya sampai dengan masa manfaat dari tanaman telah menghasilkan dapat digunakan. Masa manfaat dari tanaman telah menghasilkan diperoleh dari estimasi pihak manajemen dengan mempertimbangkan proses pertumbuhan vegetatif dari tanaman telah menghasilkan.

4. Penurunan dan pemulihan nilai

Pada saat terjadinya penurunan nilai aset tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III, penurunan nilai aset tersebut diakui sebagai kerugian pada

(44)

periode terjadinya. Dan akumulasi rugi penurunan nilai aset tanaman disajikan sebagai pos pengurang jumlah tercatatnya.

5. Penghentian pengakuan aset

Penghentian pengakuan aset tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III, yaitu ketika aset tanaman ditebang, dijual, diganti dengan tanaman lain, atau dengan cara lainnya (proses dari TM sampai dengan tidak dicatat lagi di neraca). Keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui pada periode terjadinya dan keuntungan atau kerugian tersebut disajikan sebagai pendapatan atau beban non usaha. Penghentian-pengakuan aset tanaman ketika aset tanaman ditebang, dijual atau dengan cara lainnya. Jurnal dari kejadian - kejadian tersebut adalah:

Tabel 3.5.

Penghentian pengakuan

Uraian Debet Kredit

Pengunduran asset Aset non produktif

Aset tanaman menghasilkan ( TM )

Akum. penystn aset tanaman menghasilkan (TM) Akum. penyusutan aset non produktif

Rp. xxx Rp. xxx

Rp. xxx Rp.xxx Penghapusan asset

Beban atas penghapusan aset tetap

Akumulasi penyusutan aset non produktif Aset non produktif

Rp. xxx Rp. xxx

Rp. xxx Sumber: PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan

I. Penyajian dan Pengungkapan Aset Tetap Tanaman dalam Laporan Keuangan.

Aset tetap disajikan berdasarkan nilai perolehan aset tersebut dikurangi akumulasi penyusutan. Dalam neraca, aset tetap dirinci menurut jenisnya.

(45)

Akumulasi penyusutan disajikan sebagai pengurang terhadap aset tetap, baik secara sendiri-sendiri menurut jenisnya atau secara keseluruhan.

Dalam Laporan Keuangan PT. Perkebunan Nusantara III aset tetap tanaman disajikan sebagai aset tidak lancar pada pos tersendiri dalam neraca perusahaan. Aset tetap tanaman yang disajikan pada neraca perusahaan merupakan aset tetap bersih, setelah dikurangi akumulasi penyusutan. Aset tetap tanaman yang disajikan dalam neraca adalah Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM). Sedangkan produk agrikultur yang diakui sebagai persediaan disajikan dalam kelompok aset lancar, produk agrikultur yang siap dijual ditampilkan sebagai persediaan barang jadi dan produk agrikultur yang akan digunakan dalam proses produksi berikutnya ditampilkan sebagai persediaan bahan baku/pelengkap.

Dan hal-hal yang harus diungkapkan pada catatan atas laporan keuangan antara lain:

a. rincian jenis dan jumlah aset tanaman tahunan yaitu TBM dan TM;

b. dasar penilaian yang digunakan untuk menentukan jumlah bruto aset tanaman tahunan;

c. metode penyusutan yang digunakan;

d. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;

e. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan awal dan akhir periode;

Penyajian aset tanaman berupa tanaman perkebunan dalam laporan keuangan dan pengungkapannya pada catatan atas laporan keuangan dapat dilihat pada lembar lampiran.

(46)

J. Perbandingan antara Perlakuan Akuntansi Aset Tanaman PT.

Perkebunan Nusantara III dengan Perlakuan Akuntansi atas Aset Biologis bedasarkan International Accounting Standards 41 (IAS 41)

Jika pengakuan dan pengukuran aset biologis menurut PT Perkebunan Nusantara III di atas dibandingkan dengan IAS 41, maka dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.6.

Perbandingan Pengakuan dan Pengukuran Aset Biologis Menurut IAS 41 dan PTPN

IAS 41 PTPN

Aset Biologis diakui sebagai Aset biologis belum dewasa, aset biologis dewasa, dan persediaan

Aset tanaman terbagi atas, Tanaman Belum Menghasilkan (TBM), Tanaman Menghasilkan (TM), dan Persediaan hasil panen Aset biologis belum dewasa

diklasifikasikan aset lancar, aset biologis dewasa diklasifikasikan aset tidak lancar, dan persediaan diklasifikasikan aset lancar.

Tanaman Belum Menghasilkan (TBM) dan Tanaman Menghasilkan (TM ) diklasifikasikan aset tetap, dan

Persediaan hasil panen sebagai aset lancar.

Aset biologis berupa aset biologis belum dewasa dan aset biologis dewasa diukur sebesar nilai wajar dikurangi taksiran

TBM, dan TM diukur sebesar harga perolehan dikurangi akumulasi penyusutan sedangkan aset biologis berupa persediaan diukur sebesar nilai yang lebih rendah antara harga perolehan dan nilai realisasi bersih

Tidak mengukur atau menghitung penyusutan

Mengukur atau menghitung penyusutan ketika aset biologis telah dikategorikan sebagai TM Penyusutan diakui ketika nilai wajar

tidak dapat ditentukan sehingga perusahaan menilai aset biologis dengan biaya perolehan, dan metode serta tarif penyusutannya sesuai dengan kebijakan perusahaan

Penyusutan dihitung berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tanaman dengan menggunakan metode garis lurus.

Sumber: Rani Dame Simanjorang, 2014. “Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Perusahaan Perkebunan (Persero) di Indonesia.”

(47)

Berdasarkan tabel di atas, pengakuan atas tanaman perkebunan menurut PT. Perkebunan Nusantara III dan IAS 41 secara umum sama, perbedaannya hanya terletak pada istilah aset biologis, namun keduanya sama-sama mengklasifikasikan aset tersebut mengikuti transformasi atau pertumbuhan aset.

Aset biologis belum dewasa menurut IAS 41 sama halnya tanaman belum menghasilkan di PT Perkebunan Nusantara III, sementara aset biologis dewasa merupakan tanaman menghasilkan di PT Perkebunan Nusantara III, dimana aset biologis belum dewasa yang sudah memenuhi syarat diakui sebagai aset biologis dewasa direklasifikasi menjadi aset biologis dewasa.

Selanjutnya produk agrikultur pada titik panen diakui sebagai persediaan, dimana PT. Perkebunan Nusantara III mengakui persediaan dari titik panen sampai menjadi barang jadi, sedangkan IAS 41 hanya mengatur standar aset biologis sampai persediaan pada titik panen saja. IAS 41 diterapkan pada produk agrikultur berupa hasil pertanian pada titik panen namun untuk pengolahan produk agrikultur menjadi persediaan barang jadi tidak diatur di dalam IAS 41 tetapi diatur sendiri di dalam IAS 2 tentang inventory (IAS 41 paragraf 3) atau jika di Indonesia menggunakan PSAK 14

tentang persediaan.

Berbeda dengan pengukuran aset tanaman menurut PT Perkebunan Nusantara III, aset biologis menurut lingkup IAS 41 harus diukur pada pengakuan awal dan pada tanggal pelaporan berikutnya pada nilai wajar berbasis harga pasar aktif setelah dikurangi dengan taksiran biaya untuk

(48)

menjual, kecuali nilai wajar tidak dapat diukur secara andal. Harga pasar aktif menurut IAS 41 sulit diketahui. Ketika nilai wajar tidak dapat ditentukan maka perusahaan dianjurkan menggunakan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai, tetapi apabila di kemudian hari nilai wajar dapat ditentukan maka tanaman perkebunan yang telah dinilai menggunakan biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi penurunan nilai tersebut harus dinilai kembali menggunakan nilai wajar dikurangi taksiran biaya untuk menjual (IAS 41 paragraf 30).

Begitu juga dengan pengukuran persediaan yang merupakan hasil pertanian menurut IAS 41 diukur pada nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual pada titik panen.

Menurut PT Perkebunan Nusantara III pada saat TBM direklasifikasi ke TM yang diukur dengan akumulasi biaya perolehan sebelumnya PT Perkebunan Nusantara III tidak mengakui adanya keuntungan maupun kerugian. Namun menurut IAS 41 apabila pada saat dilakukan pengukuran pada suatu periode terdapat kenaikan atau penurunan pada nilai wajar maka harus diakui sebagai keuntungan atau kerugian dan dimasukkan kedalam laporan laba rugi (IAS 41 paragraf 28).

Pada PT Perkebunan Nusantara III harga perolehan dari aset tanaman diperoleh dari biaya-biaya yang dikapitalisasi ke dalam aset biologis, tetapi menurut IAS 41 semua biaya yang berkaitan dengan aset biologis yang diukur pada nilai wajar contohnya biaya pemupukan dan pemeliharaan diakui

(49)

sebagai beban pada saat terjadinya, selain biaya untuk membeli aset biologis yaitu biaya pembibitan atau biaya untuk membeli bibit.

Sementara itu terkait penyusutan, menurut IAS 41 bagi perusahaan yang melakukan penilaian terhadap aset biologis menggunakan nilai wajar, seharusnya tidak mengakui adanya akumulasi penyusutan, kecuali ketika nilai wajar tidak dapat ditentukan maka perusahaan menilai aset biologis dengan biaya perolehan sehingga penyusutan tetap diakui dan metode serta tarif penyusutannya sesuai dengan kebijakan perusahaan. Sedangkan PT Perkebunan Nusantara III mengakui adanya penyusutan secara berkala berdasarkan taksiran masa manfaat ekonomis aset tanaman dengan menggunakan metode garis lurus. Adanya pengakuan penyusutan aset tanaman pada perusahaan tentu berdampak pada penurunan laba rugi pada tahun berjalan.

Menurut IAS 41, di dalam laporan keuangan, aset biologis dewasa disajikan sebagai aset tidak lancar, sedangkan persediaan pada titik panen disajikan pada aset lancar. Secara umum penyajian aset biologis pada aktivitas agrikultur menurut PT Perkebunan Nusantara III dan menurut IAS 41 adalah sama, perbedaannya terletak pada jenis aset biologis yang diungkapkan.

Pada PT Perkebunan Nusantara III dan juga menurut IAS 41 suatu perusahaan yang bergerak di bidang agrikultur harus menyajikan daftar rekonsiliasi perubahan dalam nilai tercatat pada aset biologis di antara awal dan akhir periode berjalan. Pada PT Perkebunan Nusantara III perusahaan

(50)

tidak hanya mengungkapkan aset tanaman pada aktivitas agrikultur sampai titik panen saja, tetapi juga menyajikan produk olahan dari hasil pada titik panen. Namun menurut IAS 41 perusahaan hanya mengatur perlakuan akuntansi dan pengungkapan yang berhubungan dengan kegiatan pertanian sampai pada titik panen saja, pengolahan persediaan pada titik panen menjadi barang jadi diatur sendiri dalam IAS 2 atau PSAK 14 mengenai pesediaan.

Pengungkapan aset biologis menurut PT Perkebunan Nusantara III dengan IAS 41 memiliki persamaan serta perbedaan dalam beberapa hal.

Perbandingan pengungkapan aset biologis menurut PT Perkebunan Nusantara III dengan IAS 41 ditampilkan pada tabel berikut:

Tabel 3.7.

Perbandingan Pengungkapan Aset Biologis Menurut IAS 41 dan PTPN

IAS 41 PTPN

Mengungkapkan jenis dan jumlah aset biologis.

Mengungkapkan jenis dan jumlah aset Biologis

Hanya mengatur perlakuan akuntansi dan hanya mengungkapkan aset biologis yang berhubungan dengan kegiatan pertanian. Untuk pengolahan hasil panen menjadi produk jadi tidak diungkapkan

Tidak hanya mengungkapkan aset biologis pada aktivitas agrikultur saja tetapi juga mengungkapkan pengolahan produk agrikultur pada titik panen menjadi produk jadi

Mengungkapkan kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran aset biologis

Mengungkapkan dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat aset biologis

Tidak mengungkapkan adanya penyusutan aset biologis, maka pada laporan laba/rugi tidak ada beban depresiasi yang berakibat adanya kenaikan pada laporan laba/rugi.

Mengungkapkan adanya depresiasi yang berdampak pada penurunan laba –rugi pada tahun berjalan, serta mengungkapkan metode penyusutan yang digunakan, umur, manfaat ekonomi, dan tarif penyusutan yang digunakan.

Sumber: Rani Dame Simanjorang, 2014. “Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Perusahaan Perkebunan (Persero) di Indonesia.”

(51)

Penyajian dan pengungkapan aset biologis menurut IAS 41 dengan menurut PT Perkebunan Nusantara III mempunyai kesamaan dalam hal pengungkapan jumlah dan jenis aset serta sama-sama mengungkapkan dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat aset biologis.

Sedangkan perbedaannya yaitu IAS 41 hanya mengatur dan mengungkapkan aset biologis sampai pada titik panen saja, sedangkan PT Perkebunan Nusantara III mengungkapkan aset biologis berupa pengolahan produk agrikultur pada titik panen menjadi produk jadi.

Selain itu, IAS 41 tidak mengungkapkan adanya penyusutan aset biologis, maka pada laporan laba/rugi tidak ada beban depresiasi yang berakibat adanya kenaikan pada laporan laba/rugi sedangkan PT Perkebunan Nusantara III mengungkapkan adanya depresiasi yang berdampak pada penurunan laba – rugi pada tahun berjalan sehingga PT Perkebunan Nusantara III mengungkapkan metode penyusutan yang digunakan, umur, manfaat ekonomi, dan tarif penyusutan yang digunakan.

(52)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada PT. Perkebunan Nusantara III, diperoleh kesimpulan sebagai berikut:

1. Perlakuan akuntansi aset tetap tanaman pada PT. Perkebunan Nusantara III telah dilakukan sesuai dengan Prinsip Akuntansi yang Berlaku Umum di Indonesia, yaitu prinsip akuntansi yang didasarkan pada Standar Akuntansi Keuangan (SAK), peraturan Badan Pengawas Pasar Modal (Bapepam) serta peraturan pemerintah yang lain yang berlaku dalam penyajian laporan keuangan perusahaan.

2. Aset tanaman berupa tanaman perkebunan pada PT. Perkebunan Nusantara III diukur berdasarkan harga perolehannya karena didasarkan pada pertimbangan bahwa nilai ini lebih terukur sehingga mampu memberikan informasi yang lebih andal.

3. Dalam menentukan perolehan tanaman, biaya-biaya yang dikeluarkan merupakan hasil dari kapitalisasi biaya biaya yang dikeluarkan yang dimasukkan dalam kelompok Tanaman Belum Menghasilkan, dan tanaman tersebut berubah kedalam kelompok Tanaman Menghasilkan yakni, ketika tanaman tersebut telah mencapai waktu dimana tanaman tersebut menghasilkan.

(53)

4. Tanaman belum menghasilkan diakui sebagai aset tetap, walaupun belum memberikan sesuatu sebagai komponen operasional perusahaan, sehingga tanaman belum menghasilkan belum dapat disusutkan.

B. Saran

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan serta beberapa kesimpulan dan keterbatasan pada penelitian ini, saran-saran yang dapat diberikan melalui hasil penelitian ini agar mendapatkan hasil yang lebih baik, yaitu kelemahan yang berkaitan dengan kesulitan untuk mengidentifikasi biaya- biaya terkait dengan aset bioloigis berupa tanaman perkebunan harus segera diatasi agar informasi yang dihasilkan tidak mengalami salah saji.

(54)

DAFTAR PUSTAKA

Handoko, 2011. Overview IAS 41: Agriculture. Surabaya. Available at https://rogonyowosukmo.wordpress.com/2011.

Ikatan Akuntan Indonesia (IAI), 2011. Standar Akuntansi Keuangan. Jakarta:

Salemba Empat.

PT. Perkebunan Nusantara I-XIV (Persero) dan PT. Rajawali Nusantara Indonesia, 2011. Pedoman Akuntansi BUMN Perkebunan Berbasis IFRS. Jakarta.

PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan, 2009. Bahan Ajar Aset Tetap Perkebunan. Medan.

Ridwan Achmad, 2011. “Perlakuan Akuntansi Aset Biologis PT. Perkebunan Nusantara XIV Makassar (Persero)”,Skripsi

Simanjorang Rani Dame, 2014. “Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Perusahaan Perkebunan (Persero) di Indonesia”,

, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Hasanuddin, Makassar.

Skripsi

Tyas Esti Laras Aruming, 2013. “Perlakuan Akuntansi Aset Biologis dalam Perspektif Standar Akuntansi Keuangan dan IFRSI”,

, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Kristen Satya Kencana, Salatiga.

Makalah

Uli Pangestu Esti Fitra, 2010. “Analisis Perlakuan Akuntansi terhadap Perkebunan (Tanaman) Karet”,

, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Brawijaya, Malang.

Skripsi, Informasi Manajemen dan Bisnis, Universitas Darmajaya, Bandar Lampung.

Referensi

Dokumen terkait

Dampaknya adalah mereka minim pengetahuan agama, malas untuk melakukan ritual ibadah, malas belajar, sering tidak masuk sekolah tanpa keterangan, kurang memiliki

Puji syukur saya haturkan atas kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayahnya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Analisis Penerapan Sak Etap

Ke empat pola yang telah dipilih sebagai konsep desain biofilik diterapkan pada tapak, bangunan dan ruang pada perancangan kawasan agrowisata kebun teh

gan baik, dan (4) guru harus lebih memaksimalkan penggunaan media CD pembelajaran interaktif dalam proses pembelajaran agar hasil belajar siswa dapat lebih meningkat di

Tahap berikutnya kalian diajak untuk melakukan pengamatan terhadap objek (teks bacaan, gambar, dll) Kegiatan ini adalah ciri dari pendekatan saintifik, yaitu sebuah pendekatan

Pada novel ini terkandung beberapa nilai moral berupa wujud nilai moral diantaranya, wujud nilai moral dalam hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia

Pada proses pemanfaatan ruang, teknik sipil berperan dalam perencanaan teknis dan pembangunan serta dalam menghitung biaya prasarana dan sarana yang diperlukan,