• Tidak ada hasil yang ditemukan

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Rerata ukuran lebar mesiodistal gigi rahang atas mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara mulai dari gigi M2 kanan sampai gigi M2 kiri berturut-turut sebagai berikut, 9,508; 10,272; 6,802; 7,360; 7,707; 6,565; 8,165; 8,207; 6,595; 7,644; 7,233; 6,754; 10,279; 9,602 dan rahang bawah sebagai berikut, 10,015; 11,175; 7,092; 7,182; 6,715; 5,999; 5,363; 5,313; 5,831; 6,657; 7,235; 7,016; 11,189; 9,962.

Hasil uji t menunjukkan bahwa terdapat perbedaan lebar mesiodistal gigi yang bermakna antara laki-laki dan perempuan. Perbedaan tersebut ditunjukkan pada gigi rahang atas, yaitu molar pertama kiri, kaninus kiri, dan kaninus kanan, dan untuk rahang bawah, yaitu molar kedua kiri, molar pertama kiri, kaninus kiri, kaninus kanan, molar pertama kanan dan molar kedua kanan.

Dari aspek lebar lengkung gigi rahang atas, rerata lebar antarkaninus daerah bukal sebesar 39,033 mm, lebar antarkaninus daerah palatal 26,562 mm, lebar antarmolar daerah bukal 64,557 mm dan lebar antarmolar bagian palatal 38,542 sedangkan lebar lengkung gigi rahang bawah, rerata lebar antarkaninus daerah bukal 29,376 mm, lebar antarkaninus daerah palatal 20,733 mm, lebar antarmolar daerah bukal 57,609 mm dan lebar antarmolar bagian palatal 34,366 mm. Hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan lebar lengkung gigi yang bermakna antara laki-laki dan perempuan pada lebar antarkaninus daerah bukal rahang atas, lebar antarmolar daerah bukal rahang atas, lebar antarmolar daerah palatal rahang atas, lebar antamolar daerah bukal rahang bawah dan lebar antarmolar daerah lingual rahang bawah.

Rerata panjang lengkung gigi mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara pada rahang atas 37,482 mm dan rahang bawah 32,965 mm. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada panjang lengkung gigi yang antara laki-laki dan perempuan.

Rerata perimeter lengkung gigi mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara pada rahang atas 96,158 mm dan rahang bawah 88,129 mm. Pada perimeter rahang atas terlihat perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan sedangkan perimeter rahang bawah tidak terlihat perbedaan yang bermakna.

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar agar didapatkan validitas yang tinggi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap tiap-tiap suku di Indonesia karena Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Triwardhani A. Mengukur ketidakharmonisan antara jumlah lebar mesio-distal gigi dengan lengkung rahang. Majalah ortodontik 2001; 1: 25-8.

2. Budiraharjo R, Pradopo S. Ukuran mesiodistal gigi anak usia 12 tahun populasi Jawa dan Madura di Kabupaten Jember. Jurnal PDGI 2002; 490-3.

3. Sitepu AN. Distorsi ukuran lebar mesiodistal gigi dengan menggunakan foto periapikal. Majalah Kedokteran Gigi. November 1996.

4. Foster TD. A Textbook of Orthodontics. 2nd eds. London: Blackwell Scientific Publications; 1982: 123-6.

5. Desi FK, Sylvia M, Kristiani S. Hubungan lebar mesiodistal gigi insisif dengan lengkung geligi pada kasus berdesakan anterior. Jurnal PDGI 2007; 50(2): 52-5.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap tiap-tiap suku di Indonesia karena Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Triwardhani A. Mengukur ketidakharmonisan antara jumlah lebar mesio-distal gigi dengan lengkung rahang. Majalah ortodontik 2001; 1: 25-8.

2. Budiraharjo R, Pradopo S. Ukuran mesiodistal gigi anak usia 12 tahun populasi Jawa dan Madura di Kabupaten Jember. Jurnal PDGI 2002; 490-3.

3. Sitepu AN. Distorsi ukuran lebar mesiodistal gigi dengan menggunakan foto periapikal. Majalah Kedokteran Gigi. November 1996.

4. Foster TD. A Textbook of Orthodontics. 2nd eds. London: Blackwell Scientific Publications; 1982: 123-6.

5. Desi FK, Sylvia M, Kristiani S. Hubungan lebar mesiodistal gigi insisif dengan lengkung geligi pada kasus berdesakan anterior. Jurnal PDGI 2007; 50(2): 52-5.

6. Al-Khateeb SN, Alhaija ESJ. Tooth size discrepancies and arch parameters among different malocclusion in a Jordanian samples. J Angle Orthod 2006: 76(3): 459-465.

7. Mokhtar M. Dasar-dasar ortodonti: Pertumbuhan dan perkembangan kraniodentofasial. Medan: Bina Insani Pustaka; 2002: 10-15.

8. Febrina RS, Soemantri ESS, Mardiati E. Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD. Jurnal Kedokteran Gigi 1997; 9 (1): 22-7.

9. Daldjoeni N. Ras-ras umat manusia. Bandung : Citra Aditya Bakti; 1991: 189-191.

10.Djoeana K, Nasution FH, Trenggono BS. Antropologi untuk mahasiswa kedokteran gigi. Jakarta: Universitas Trisakti; 2005: 41-50

11.Andy RH. Kajian etnik pemilih pilkada Sumut. Kompas. 17 April 2008. <http://nasional.kompas.com>

12.Swasonoprijo, S. Analisis ukuran kepala, wajah dan hidung dalam hubungannya dengan lebar mesiodistal gigi. Disertasi. Makasar: Universitas Hasanuddin 2004; 4-85.

13.Mundiyah M. Masalah gigi berjejal ditinjau dari perbandingan ukuran gigi dan lengkung rahang suku Batak dan suku Melayu di Sumatera Utara. Disertasi. Bandung; Universitas Padjajaran 1982.

14.Raberin M, Laumon B, Martin Jl, Btuner F. Dimension and form of dental arches in with normal occlusion. Am J Orthod and Dentifac Orthop 1993; 104(1): 67-72.

15.Hasibuan MK. Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU ras Deutro Melayu. (Skripsi). Medan; Universitas Sumatera Utara: 2009.

16.Sylvia M. Variasi normal ukuran gigi, rahang dan wajah penduduk pulau flores dan timor nusa tenggara timur. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Usakti 1993; 2: 460-7.

17.Santoro M, Ayoub ME, Pardi VA, Cangialosi TJ. Mesiodistal crown dimensions and tooth size discrepansy of the permanent dentition of Dominican Americans. J Angle Orthod 2000; 70(4): 303-7.

18.Moyers RE. Handbook of orthodontics. 4th eds. London: Year Book Medical Publisher, INC 1998: 119-24.

19.Phan X, Antoniazzi A, Short L. Palatal expansion in mixed dentition versus early permanent dentition. Virtual Journal of Orthodontics 2007; 7(3): 1-9.

20.Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Orthodontic Diagnosis, In : Rateitschak KH, Wolf HF, eds. Color atlas if dental medicine. New York: Georg Thieme Verlag, Stuttg art & Thieme Medical Publisher Inc. 1993 : 207-18, 228-30.

21.Mills LF. Changes in dimension of the dental arches with age. J Dent Res 1966; 45(3): 890-4.

22.Poosti M, Jalali T. Tooth size and arch dimension in uncrowded versus crowded class I malocclusion. Journal of contemporary dental practice 2007; 8(3):1-8. 23.Koesoemahardja HD, Indrawati A, Jenie I. Tumbuh kembang kraniodentofasial.

24.Lina N. Diktat kuliah metodologi penelitian. Fakultas Kedokteran Gigi: Universitas Sumatera Utara; 2006.

25.Maulani C. Memundurkan gigi. <http://portal.cbn.net.id> (04 Maret 2011)

26.Sumadhi S, Chadidjah S, Muldiat, Syafiar L, Rusfian. Diktat kuliah ilmu material dan teknologi kedokteran gigi I. Fakultas Kedokteran Gigi: Universitas Sumatera Utara; 2008.

27.Priyatno D. 5 jam belajar olah data dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Offset; 2009.

28.Ghose LJ, Baghdady VS. Analysis of the Iraqi dentition : Mesiodistal crown diameters of permanent teeth. J Dent Res 1979; 58(3): 1047-1054.

29.Forster CM, Sunga E, Chung CH. Relationship between dental arch width and vertical facial morphology in untreated adults. Eur J Orthod 2008; 30: 288-294. 30.Kiliaridis S, Georgiakaki I, Katsaros C. Masseter muscle thickness and maxillary

dental arch width. Eur J Orthod 2003; 25: 259-263.

31.Agnihotri G, Gulati M. Maxillary molar and premolar indices in North Indians: A Dimorphic Study. The Internet Journal of Biological Anthropology 2008; 2(1). 32.Otuyemi OD, Noar JH. A comparison of crown size dimensions of the permanent

Dokumen terkait