• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ukuran Lebar Mesiodistal dan Dimensi Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Ukuran Lebar Mesiodistal dan Dimensi Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara."

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

UKURAN LEBAR MESIODISTAL DAN DIMENSI

LENGKUNG GIGI PADA MAHASISWA

SUKU BATAK UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

HASPENI SIMANJUNTAK NIM : 070600037

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonti

Tahun 2011

Haspeni Simanjuntak

Ukuran Lebar Mesiodistal dan Dimensi Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara.

x + 38 halaman

Ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi sangat diperlukan dalam menentukan diagnosa dan rencana perawatan sehingga stabilitas perawatan dapat tercapai maksimal. Ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi adalah informasi penting dalam menganalisa gigi berjejal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rerata ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara dan membandingkannya antara laki-laki dan perempuan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan 50 model studi terdiri dari 25 laki-laki dan 25 perempuan berumur 18-25 tahun. Model studi diperoleh dari mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara dengan teknik

purposive sampling. Model studi tersebut diukur lebar mesiodistalnya dengan metode Santoro dkk. Kemudian lebar, panjang dan perimeter lengkung gigi diukur dengan metode Poosti dan Jalali.

(3)

sebagai berikut, rerata lebar mesiodistal mulai dari gigi M2 kanan sampai gigi M2 kiri rahang atas: 9,508; 10,272; 6,802; 7,360; 7,707; 6,565; 8,165; 8,207; 6,595; 7,644; 7,233; 6,754; 10,279; 9,602, dan rahang bawah: 10,015; 11,175; 7,092; 7,182; 6,715; 5,999; 5,363; 5,313; 5,831; 6,657; 7,235; 7,016; 11,189; 9,962. Rerata lebar lengkung gigi untuk rahang atas yaitu lebar antarkaninus daerah bukal (39,033), lebar antarkaninus daerah palatal (26,562), lebar antarmolar daerah bukal (64,557), lebar antarmolar daerah palatal (38,542) dan untuk rahang bawah adalah lebar antarkaninus daerah bukal (29,376), lebar antarkaninus daerah palatal (20,733), lebar antarmolar daerah bukal (57,609), lebar antarmolar daerah palatal (34,366). Rerata panjang lengkung gigi rahang atas (37,482) dan rahang bawah (32,965). Rerata perimeter lengkung gigi rahang atas (96,158) dan rahang bawah (88,129).

Hasil uji t menunjukkan ukuran lebar mesiodistal gigi, lebar dan perimeter lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara terdapat perbedaan bermakna (p<0,05). Sedangkan panjang lengkung gigi tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).

(4)

UKURAN LEBAR MESIODISTAL DAN DIMENSI

LENGKUNG GIGI PADA MAHASISWA

SUKU BATAK UNIVERSITAS

SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

HASPENI SIMANJUNTAK NIM : 070600037

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 10 Agustus 2011

Pembimbing : Tanda Tangan

(6)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 10 Agustus 2011

TIM PENGUJI

KETUA : Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K) ANGGOTA : 1. Siti Bahirrah., drg., Sp.Ort

(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karunia-Nya sehingga skripsi ini telah selesai disusun untuk memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi.

Dalam penulisan skripsi ini penulis mendapat bimbingan, bantuan dukungan dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. H. Nazruddin, drg., C.Ort., Ph.D., Sp.Ort., sebagai dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort (K)., selaku dosen pembimbing skripsi dan koordinator skripsi yang telah banyak meluangkan waktu dan pikirannya dalam memberi bimbingan, saran dan motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini.

3. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort., dan Ervina Sofyanti, drg., Sp.Ort., selaku dosen tim penguji yang telah menyediakan waktu dan memberikan masukan kepada penulis.

4. Irmansyah, drg., Ph.D., selaku dosen pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani program akademik.

5. Drs. Abdul Jalil, selaku Pembantu Dekan III FKM USU atas bimbingan dan arahan dalam bidang statistik kepada penulis.

(8)

7. Teman-teman, abang/kakak dan adik-adik FKG & FT USU yang telah bersedia meluangkan waktu dalam pengumpulan data dan model studi.

8. Depe, Isfa, Kere, Tika, Bella, Yani, Jesica, Soli, Billy, Nona, Steven, Maya dan seluruh teman-teman angkatan 2007 lainnya yang telah memberikan bantuan, doa dan dukungan serta senior dan junior terutama angkatan 2008 yang tidak dapat penulis sebutkan satu-persatu.

Tidak lupa teristimewa saya ucapkan terima kasih kepada kedua orang tua terkasih Ayahanda Robinson Simanjuntak dan Ibunda Nurmala Hutahaean yang telah memberikan kasih sayang, doa dan dukungan serta saudara-saudara penulis Roulan Frans Simanjuntak SP., Kristophel Simanjuntak S.Pd., dan Maria Meita Simanjuntak yang telah medukung dan memotivasi penulis.

Akhir kata, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak. Penulis juga mengharapkan semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi pengembangan disiplin ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi khususnya Departemen Ortodonti.

Medan, 10 Agustus 2011 Penulis,

(9)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL………

HALAMAN PERSETUJUAN………. HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI………

KATA PENGANTAR………. iv

2.1.1 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lebar Mesiodistal Gigi... 6

2.2. Dimensi Lengkung Gigi... 7

2.2.1 Lebar Lengkung Gigi... 7

2.2.2 Panjang Lengkung Gigi... 9

2.2.3 Perimeter Lengkung Gigi... 9

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lengkung Gigi... 10

2.3 Hubungan Lebar Mesiodistal dan Lengkung Gigi... 11

(10)

3.8 Prosedur Penelitian... 19

3.9 Pengolahan dan Analisis Data... 21

3.9.1 Pengolahan Data... 21

3.9.2 Analisis Data... 21

BAB 4 HASIL PENELITIAN... 22

BAB 5 PEMBAHASAN... 29

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 33

6.1 Kesimpulan... 33

6.2 Saran... 34

DAFTAR PUSTAKA... 35

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Ukuran lebar mesiodistal gigi permanen menurut Santoro dkk.

(2000)... 6 2. Rerata Ukuran Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Atas pada Mahasiswa

Suku Batak Universitas Sumatera Utara... 22 3. Rerata Ukuran Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa

Suku Batak Universitas Sumatera Utara... 23 4. Ukuran Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Atas pada Mahasiswa Suku

Batak Universitas Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin... 24 5. Ukuran Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku

Batak Universitas Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin... 25 6. Rerata Lebar Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas

Sumatera Utara ... 26 7. Rerata Panjang Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas

Sumatera Utara... 26 8. Rerata Perimeter Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak

Universitas Sumatera Utara... 26 9. Lebar Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas

Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin... 27 10.Panjang Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas

Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin... 27 11.Perimeter Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Pengukuran lebar mesiodistal gigi... 6

2. Titik referensi pengukuran lebar antarmolar pada daerah bukal dan lingual... 8

3. Titik referensi dalam pengukuran panjang lengkung gigi... 9

4. Pengukuran perimeter lengkung gigi pada empat segmen... 10

5. Pengukuran lebar antarkaninus di daerah bukal (a) dan palatal (b)... 17

6. Pengukuran lebar antarmolar di daerah bukal (a) dan palatal (b)... 17

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kerangka Teori 2. Kerangka Konsep

3. Rerata Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Atas Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara

4. Rerata Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Bawah Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara

5. Rerata Lebar Antarkaninus dan Lebar Antarmolar Rahang Atas dan Rahang Bawah Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara

6. Rerata Panjang Lengkung Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara

7. Rerata Perimeter Lengkung Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara

8. Hasil Uji Statistik Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Atas Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Jenis Kelamin

9. Hasil Uji Statistik Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Bawah Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara Berdasarkan Jenis Kelamin

10. Hasil Uji Statistik Lebar Antarkaninus dan Lebar Antarmolar Rahang Atas dan Rahang Bawah Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin

11. Hasil Uji Statistik Panjang Lengkung Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin 12. Hasil Uji Statistik Perimeter Lengkung Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah

Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin 13. Kuesioner Penelitian

(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonti

Tahun 2011

Haspeni Simanjuntak

Ukuran Lebar Mesiodistal dan Dimensi Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara.

x + 38 halaman

Ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi sangat diperlukan dalam menentukan diagnosa dan rencana perawatan sehingga stabilitas perawatan dapat tercapai maksimal. Ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi adalah informasi penting dalam menganalisa gigi berjejal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rerata ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara dan membandingkannya antara laki-laki dan perempuan.

Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif yang menggunakan 50 model studi terdiri dari 25 laki-laki dan 25 perempuan berumur 18-25 tahun. Model studi diperoleh dari mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara dengan teknik

purposive sampling. Model studi tersebut diukur lebar mesiodistalnya dengan metode Santoro dkk. Kemudian lebar, panjang dan perimeter lengkung gigi diukur dengan metode Poosti dan Jalali.

(15)

sebagai berikut, rerata lebar mesiodistal mulai dari gigi M2 kanan sampai gigi M2 kiri rahang atas: 9,508; 10,272; 6,802; 7,360; 7,707; 6,565; 8,165; 8,207; 6,595; 7,644; 7,233; 6,754; 10,279; 9,602, dan rahang bawah: 10,015; 11,175; 7,092; 7,182; 6,715; 5,999; 5,363; 5,313; 5,831; 6,657; 7,235; 7,016; 11,189; 9,962. Rerata lebar lengkung gigi untuk rahang atas yaitu lebar antarkaninus daerah bukal (39,033), lebar antarkaninus daerah palatal (26,562), lebar antarmolar daerah bukal (64,557), lebar antarmolar daerah palatal (38,542) dan untuk rahang bawah adalah lebar antarkaninus daerah bukal (29,376), lebar antarkaninus daerah palatal (20,733), lebar antarmolar daerah bukal (57,609), lebar antarmolar daerah palatal (34,366). Rerata panjang lengkung gigi rahang atas (37,482) dan rahang bawah (32,965). Rerata perimeter lengkung gigi rahang atas (96,158) dan rahang bawah (88,129).

Hasil uji t menunjukkan ukuran lebar mesiodistal gigi, lebar dan perimeter lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan pada mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara terdapat perbedaan bermakna (p<0,05). Sedangkan panjang lengkung gigi tidak terdapat perbedaan bermakna (p>0,05).

(16)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diagnosis dan rencana perawatan yang tepat merupakan penunjang keberhasilan perawatan ortodonti.1 Ukuran mesiodistal dan dimensi lengkung gigi merupakan hal yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa, rencana perawatan dan prognosa perawatan ortodonti.2,3 Ukuran mesiodistal gigi juga merupakan suatu acuan dalam menganalisa kasus-kasus gigi berjejal.3

Hubungan antara ukuran lebar mesiodistal dengan lengkung gigi merupakan faktor utama yang mempengaruhi perkembangan oklusi gigi-geligi.4 Harmonisasi antara ukuran lebar mesiodistal gigi dan lengkung gigi merupakan salah satu faktor penunjang tercapainya estetik wajah seseorang.2,5 Ukuran lebar mesiodistal yang berlebihan dalam hubungannya dengan ukuran lengkung gigi akan menimbulkan letak gigi yang berjejal. Penelitian Lavelle dan Foster (1969) di Inggris pada gigi permanen, menemukan lebih dari 65% mempunyai gigi-geligi yang lebih besar dibanding ukuran lengkung giginya sehingga gigi geligi tersebut letaknya berjejal.

(17)

yang berbeda akan menunjukkan pola kraniofasial yang berbeda pula.8 Pada ras yang berbeda-beda terlihat adanya perbedaan kongenital, kecepatan pertambahan tinggi dan berat badan, pertumbuhan, waktu maturasi, pembentukan tulang, klasifikasi gigi dan waktu erupsi gigi.7 Penelitian sebelumnya pada populasi Jordania, Irak, Yaman dan Kaukasus dilaporkan bahwa populasi Jordanian dan Irak memiliki ukuran lebar mesiodistal gigi yang lebih besar daripada populasi lainnya.6

Penduduk Indonesia sebagian besar didominasi oleh ras Paleomongoloid atau ras Melayu. Ras Melayu ini kemudian dibedakan atas Proto-Melayu dan Deutro-Melayu.9 Yang termasuk Proto-Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak dan Toraja. Yang termasuk Deutro-Melayu adalah orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lbong, Lampung, Jawa Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Malayu.9,10 Suku Batak yang termasuk bagian dari ras Proto-Melayu merupakan suku terbesar yang menempati Sumatera Utara dengan persentase 44,75% kemudian diikuti Jawa (33,40%), Nias (6,36%), Melayu (5,89%), Minang (2,66%), Tionghoa (2,17%), Aceh (0,97%) dan suku lainnya (3,29%).11

Buditalism (2004) menemukan bahwa tinggi wajah total suku Batak lebih tinggi dibandingkan suku Jawa.12 Selain dari segi fasial, Mundiyah (1982) dalam disertasinya menemukan bahwa lebar mesio-distal gigi suku Batak dan suku Melayu berbeda ukurannya secara bermakna.13

(18)

dan Madura tidak ada perbedaan yang bermakna.2 Berdasarkan penelitian Desy dkk. (2007) pada model studi dari pasien Ortodonsia di klinik Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga tahun 2000-2001, rerata mesiodistal gigi insisivus anterior rahang atas dan rahang bawah laki-laki lebih lebar daripada perempuan dan ukuran lengkung gigi laki-laki juga lebih besar daripada lengkung gigi perempuan.5

Beberapa penelitian lainnya mengenai dimensi lengkung gigi antara lain, Raberin dkk. (1993) menemukan bahwa ukuran transversal dimensi lengkung gigi rata-rata lebih kecil pada perempuan dibandingkan laki-laki.14 Pada penelitian Febrina dkk. (1997) terhadap mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran, ukuran lengkung gigi rahang bawah pada laki-laki lebih besar daripada perempuan.8 Hasil Penelitian Hasibuan MK (2009) pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu ditemukan ukuran lengkung gigi rahang bawah pada laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan dan terdapat pula perbedaan yang bermakna antara mahasiswa FKG USU ras Melayu dengan ras campuran Proto dan Deutro-Melayu.15

(19)

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapakah rerata lebar mesiodistal gigi geligi rahang atas dan rahang bawah pada suku Batak.

2. Berapakah rerata dimensi lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah pada suku Batak.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan ukuran rerata mesiodistal gigi geligi rahang atas dan rahang bawah pada suku Batak.

2. Untuk mendapatkan ukuran rerata dimensi lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah pada suku Batak.

3. Untuk mendapatkan perbedaan rerata ukuran mesiodistal gigi geligi rahang atas dan rahang bawah pada suku Batak antara laki-laki dan perempuan.

4. Untuk mendapatkan perbedaan rerata ukuran dimensi lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah pada suku Batak antara laki-laki dan perempuan.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai penunjang dalam diagnosa dan penyusunan rencana perawatan ortodonti khususnya pada suku Batak.

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Pada kasus gigi berjejal, ukuran lebar mesiodistal dan lengkung gigi merupakan hal yang sangat penting dalam menegakkan diagnosa, rencana perawatan dan prognosa perawatan ortodonti.2,3 Ukuran lebar mesiodistal dan lengkung gigi akan terlihat berbeda pada ras yang berbeda pula.6,7,15 Nakata dan Wei (1988) menyatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan orofasial sangat bervariasi pada setiap individu sehingga antara satu individu dengan lainnya tidak ada kesamaan. 2

2.1 Lebar Mesiodistal Gigi

Lebar mesiodistal gigi merupakan data yang akurat untuk memberikan informasi dalam melakukan diagnosis dan perawatan ortodonti.2,6 Ukuran lebar mesiodistal adalah alat diagnostik yang akurat untuk memprediksi hasil perawatan dan alat pembanding untuk mengetahui penyimpangan anomali.16 Hubungan yang tepat dari lebar mesiodistal gigi rahang atas dengan mesiodistal rahang bawah akan mendukung oklusi yang optimal.12

Ukuran lebar mesiodistal gigi harus selalu dipertimbangkan dalam merencanakan perawatan. Pertimbangan ukuran lebar mesiodistal gigi ini diperlukan untuk prosedur estetik seperti bonding komposit, rekonstruksi prostetik dan

recontouring mahkota.17

(21)

Tabel 1.UKURAN LEBAR MESIODISTAL GIGI PERMANEN MENURUT SANTORO DKK. (2000) 17

Gigi Geligi Rahang Atas Rahang Bawah

I1 I2 C P1 P2 M1 I1 I2 C P1 P2 M1

Ukuran lebar mesiodistal gigi geligi ditentukan dengan mengukur jarak maksimal dari titik kontak mesial dan distal gigi pada permukaan interproksimalnya ataupun diukur pada titik kontak gigi yang bersinggungan dengan titik kontak gigi tetangganya dengan menggunakan kaliper dengan ujung yang tajam dan mempunyai ketelitian dua angka di belakang koma.2,17 Pengukuran mesiodistal tersebut dapat dilihat pada Gambar 1 di bawah ini.

Gambar 1. Pengukuran lebar mesiodistal gigi17

(22)

Ada bukti kuat yang mendukung pendapat bahwa lebar mesiodistal gigi sangat ditentukan oleh genetik. Menurut Towsend, dkk. (1994) ukuran lebar mesiodistal gigi dipengaruhi oleh faktor genetik yang diestimasikan sebesar 90% untuk gambaran morfologis mahkota.

Garn (1965) menyatakan bahwa ukuran gigi tidak dipengaruhi oleh nutrisi. Gigi geligi yang sudah tumbuh, ukurannya tidak akan berubah. Nutrisi hanya mempengaruhi waktu erupsinya. Hal tersebut dibuktikan oleh Boenjamin, dkk. (1999) bahwa makanan yang bergizi dapat mempercepat pertumbuhan gigi geligi.12

Pada penelitian Desy FK, dkk. (2007) rerata ukuran mesiodistal gigi insisivus anterior atas dan bawah laki-laki lebih besar daripada perempuan. Faktor yang mempengaruhinya adalah kekuatan fungsional, kebiasaan makan dan adanya trauma.5

2.2 Dimensi Lengkung Gigi

Lengkung gigi merupakan suatu garis lengkung imajiner yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah.8,15 Raberin (1993) menyatakan bahwa dimensi lengkung terdiri dari tiga ukuran transversal dan tiga ukuran sagital.14 Moyers (1988) menyatakan bahwa dimensi lengkung gigi adalah lebar interkaninus, lebar intermolar, panjang dan perimeter lengkung gigi.18 Demikian pula, Phan, Antoniazzi & Short (2007) berpendapat bahwa dimensi lengkung gigi terdiri dari lebar antarkaninus, lebar antarmolar, panjang dan perimeter lengkung gigi.19

(23)

Menurut Raberin (1993), lebar lengkung gigi terdiri dari lebar antarkaninus, lebar antarmolar permanen pertama dan lebar antarmolar permanen kedua.14 Rakosi (1993) membagi lebar lengkung gigi ke dalam dua bagian yaitu lebar anterior dan posterior. Lebar lengkung anterior adalah jarak yang diukur dari titik kontak premolar pertama dan kedua kiri dan kanan. Sementara, lebar lengkung posterior adalah jarak yang diukur dari tonjol distobukal molar pertama kiri dan kanan.20 Mills (1966) berpendapat lebar lengkung gigi terdiri dari lebar antarmolar permanen pertama dan lebar antarmolar permanen kedua.21 Sementara Poosti dan Jalali (2007) berpendapat bahwa lebar lengkung gigi dibagi menjadi lebar antarkaninus dan lebar antarmolar.

Pengukuran lebar antarkaninus dilakukan pada daerah bukal dan palatal. Pada daerah bukal, lebar antarkaninus diukur 5 mm apikal ke pertengahan mesiodistal margin gingiva dari gigi kaninus di satu sisi ke titik yang sama pada sisi yang berlainan. Pada daerah lingual, lebar antarkaninus diukur dari titik tengah servikal gigi kaninus di satu sisi ke titik yang sama pada sisi yang berlainan. Kedua prosedur tersebut sama untuk mengukur lebar antarmolar.22 Titik pengukuran lebar lengkung gigi dapat dilihat pada Gambar 2 dibawah ini.

(24)

Gambar 2. Titik referensi pengukuran lebar antarmolar pada daerah bukal dan

lingual22

2.2.2 Panjang Lengkung Gigi

Menurut Mills (1966) panjang lengkung gigi diukur dari titik pertemuan gigi insisivus kiri dan kanan ke titik permukaan mesiolingual gigi molar pertama permanen.21 Menurut Poosti dan Jalali (2007) panjang lengkung gigi diukur dari garis tegak lurus titik kontak antara gigi insisivus sentral permanen ke garis yang menghubungkan permukaan distal dari gigi molar pertama permanen.22 Titik pengukuran panjang lengkung gigi dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.

Gambar 3. Titik referensi dalam pengukuran panjang lengkung gigi22

2.2.3 Perimeter Lengkung Gigi

(25)

pertama ke mesial gigi premolar pertama. Segmen kedua diukur dari mesial gigi premolar pertama ke mesial gigi insisivus sentralis. Segmen ketiga diukur dari mesial gigi insisivus sentralis ke mesial gigi premolar pertama pada sisi yang berlainan. Segmen keempat diukur dari mesial gigi premolar pertama ke distal gigi molar pertama permanen pada sisi yang berlainan.22 Pengukuran perimeter lengkung gigi yang terdiri dari 4 segmen dapat dilihat pada Gambar 4 dibawah ini.

Gambar 4. Pengukuran perimeter lengkung gigi pada empat segmen19

2.2.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Lengkung Gigi

Faktor genetik mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan bentuk kraniodentofasial.7,23 Genetik dapat mempengaruhi sifat-sifat pertumbuhan, variasi ukuran dan bentuk rahang, tulang alveolar dan tengkorak.7,18 Demikian pula dengan ras, kelompok ras yang berbeda akan menunjukkan pola kraniofasial yang berbeda pula.8 Faktor lingkungan juga besar pegaruhnya dalam pertumbuhan

1 4

(26)

kraniodentofasial. Adanya malnutrisi dapat memperlambat pertumbuhan dan mempengaruhi ukuran lengkung rahang.7,15

Pada penelitian Febrina RS, dkk. (1997) menunjukkan bahwa lebar lengkung gigi rahang laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan. Hal ini dapat disebabkan oleh ukuran mesiodistal gigi pada pria lebih besar daripada wanita dan juga disebabkan oleh ukuran panjang lengkung rahang pria lebih besar dibandingkan dengan wanita.8

2.3 Hubungan Lebar Mesiodistal dan Lengkung Gigi

Untuk membuat suatu diagnosis dan rencana perawatan yang tepat pada kasus gigi berjejal diperlukan ketepatan dalam menentukan keparahan berjejal dan perhitungan tempat yang dibutuhkan untuk menghilangkan berjejal. Berjejal biasanya dihitung dari perbedaan jumlah mesiodistal gigi geligi dengan tempat yang tersedia dalam lengkung. Pada lengkung rahang yang ideal tidak ada tumpang tindih antar gigi geligi. Jumlah lebar mesiodistal gigi merupakan perimeter lengkung rahang. Sedangkan pada rahang dengan gigi berjejal akan tampak gigi yang tumpang tindih dengan perimeter lengkung yang lebih pendek dari jumlah lebar mesiodistal giginya.1

(27)

2.4 Suku Batak

Populasi masyarakat Indonesia didominasi oleh ras Paleomongolid yang disebut ras Melayu. Ras paleomongolid ini terdiri atas Proto-Melayu (Melayu tua) dan Deutro Melayu (Melayu Muda).9,15 Antropologi Fisher (1991) berpendapat bahwa kelompok Proto-Melayu lebih dulu datang ke Indonesia daripada kelompok Deutro-Melayu. Kelompok Proto-Melayu mula-mula menempati pantai-pantai Sumatera Utara, Kalimantan Barat dan Sulawesi Barat yang kemudian terdesak oleh kelompok Deutro-Melayu.9 Yang termasuk Proto-Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak dan Toraja sedangkan yang termasuk Deutro-Melayu adalah orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lbong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Malayu.9,10,15 Ciri fisik kedua kelompok ini sangat berbeda. Kelompok Proto-Melayu memiliki bentuk kepala yang panjang (dolichocephalic) sedangkan kelompok Deutro-Melayu memiliki bentuk kepala yang pendek (brachycephalic).9 Ukuran lebar mesiodistal dan lengkung gigi pada kedua kelompok ras ini juga berbeda.6,7,15

(28)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan studi deskriptif untuk mengumpulkan data-data mengenai ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi pada mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara.

3.2 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa FKG & FT USU suku Batak usia ≥ 18 tahun yang masih aktif mengikuti pendidikan.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Alumni No. 2 Universitas Sumatera Utara, Medan dan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Almamater, Kampus USU. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret 2011 – Juli 2011.

(29)

Pada penelitian ini sampel dipilih dengan metode purposive sampling yaitu pemilihan sampel berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penyeleksian sampel adalah sebagai berikut :

3.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria Inklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 Mahasiswa suku Batak asli Universitas Sumatera Utara (2 keturunan

diatas)

 Usia ≥ 18 tahun (fase pertumbuhan sudah berhenti)

 Gigi permanen lengkap (kecuali molar tiga)

 Tidak ada karies/tambalan interproksimal maupun protesa

 Belum pernah dirawat ortodonti

 Crowded dan diastema ringan (0-2mm)

 Hubungan molar pertama permanen klas I Angle dengan overjet dan

overbite normal (2-4 mm)

3.4.1 Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

 agenese

 adanya fraktur dan atrisi

 adanya kelainan ukuran gigi (makrodonsia/mikrodonsia) dan bentuk

gigi (peg shaped)

(30)

 Adanya kendala etis

3.4.3 Besar Sampel

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus:

2

Jumlah sampel minimal yang dibutuhkan = 45 orang

3.5 Variabel Penelitian

Adapun variabel-variabel penelitian yang terdapat di dalam penelitian ini yaitu :

- Lebar mesiodistal gigi

(31)

- Panjang lengkung - Perimeter lengkung

3.6 Definisi Operasional

1. Mahasiswa Universitas Sumatera Utara adalah seluruh mahasiswa yang terdaftar dan masih aktif mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

2. Suku Batak asli adalah penduduk Indonesia yang berasal dari provinsi Sumatera Utara dan ditandai dengan adanya nama keluarga yang diturunkan dari orangtua (ayah) ditambahkan di belakang nama berupa marga Batak dengan dua keturunan diatasnya.

3. Hubungan molar pertama Klas I Angle adalah hubungan tonjol mesiobukal molar pertama permanen rahang atas berada pada groove mesiobukal molar pertama permanen rahang bawah dengan overjet dan overbite normal (2-4 mm).

4. Jenis Kelamin dipisahkan antara laki-laki dan perempuan.

5. Lebar mesio-distal gigi adalah jarak terbesar yang diukur dari titik kontak anatomis mesial ke titik kontak anatomis distal pada masing-masing gigi sampai gigi molar kedua pada rahang atas dan rahang bawah yang diukur dengan kaliper. (Gambar 1)

(32)

tengah servikal gigi kaninus di satu sisi ke titik yang sama pada sisi yang berlainan. (Gambar 5)

(a) (a)

Gambar 5. Pengukuran lebar antarkaninus di daerah bukal (a) dan palatal (b)

7. Lebar antarmolar daerah bukal adalah jarak yang diukur 5 mm apikal dari garis groove bukal gigi molar di satu sisi ke titik yang sama pada sisi yang berlainan. Pada daerah palatal/lingual, diukur dari garis groove palatal/lingual gigi molar di satu sisi ke titik yang sama pada sisi yang berlainan. (Gambar 6)

(a) (b)

(33)

Gambar 6. Pengukuran lebar antarmolar di daerah bukal (a) dan palatal (b)

8. Panjang lengkung adalah jarak yang diukur dari titik kontak antara gigi insisivus sentral permanen ke garis yang menghubungkan permukaan distal dari gigi molar pertama permanen. (Gambar 3)

9. Perimeter lengkung gigi adalah penjumlahan dari titik kontak distal molar pertama ke titik kontak mesial premolar pertama ditambah pengukuran dari titik kontak distal kaninus ke titik kontak mesial insisivus pertama ditambah pengukuran dari titik kontak mesial insisivus pertama ke titik kontak distal kaninus pada sisi yang berlainan dan ditambah pengukuran dari titik kontak mesial premolar pertama ke titik kontak distal molar pertama pada sisi yang berlainan. (Gambar 7)

(a) (b)

(34)

Gambar 7. Pengukuran perimeter lengkung dari titik kontak distal gigi molar pertama permanen ke titik kontak mesial gigi premolar pertama permanen (a), pengukuran jarak dari titik kontak distal gigi kaninus permanen ke titik kontak mesial gigi insisivus pertama permanen (b) pengukuran jarak dari titik kontak mesial gigi insisivus pertama permanen ke titik kontak distal gigi kaninus permanen pada sisi yang berlainan (c), dan pengukuran jarak dari titik kontak mesial premolar pertama permanen ke titik kontak distal molar pertama permanen pada sisi yang berlainan (d)

3.7 Alat dan Bahan Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Kaliper merk Mitutoyo dengan ketepatan dua angka di belakang koma untuk pengukuran lebar mesiodistal materi gigi, lebar antarkaninus, lebar antarmolar, panjang lengkung dan perimeter lengkung.

2. Alat diagnostik, yaitu tiga serangkai berupa kaca mulut, sonde dan pinset untuk pemeriksaan klinis..

3. Pensil mekanik merk Graduate untuk penandaan titik kontak gigi pada model.

4. Kamera digital merk Sony 5. Penggaris besi

6. Sendok cetak

7. Rubberbowl dan spatel 8. Lecron merk SMIC

9. Penghapus

(35)

Model Studi, yang diambil dengan melakukan pencetakan dengan bahan cetak

Alginate merk Aroma Fine Plus Normal Set yang kemudian hasil cetakan tersebut diisi dengan Dental Stone merk Dentsply.

3.8 Prosedur Penelitian

a. Pengumpulan sampel untuk mendapatkan sampel dengan suku Batak dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

b. Subjek suku Batak yang telah didapat melalui kuesioner, dilakukan pemeriksaan klinis berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi lalu dilakukan pencetakan dengan bahan cetak alginate.

c. Pencetakan regio rahang atas dilakukan dengan posisi garis Kamfer pasien sejajar lantai dan pencetakan regio rahang bawah dilakukan dengan posisi rahang bawah sejajar lantai. Kemudian hasil cetakan diisi dengan dental stone (tidak lebih dari 15 menit). Pencetakan ini dilakukan di klinik Ortodonsia FKG USU dan klinik PPDGS Ortodonsia FKG USU.

d. Pengumpulan data dilakukan dengan berbagai pengukuran yaitu, lebar mesiodistal gigi dari gigi M2 kiri ke M2 kanan, lebar antarkaninus, lebar antarmolar, panjang lengkung dan perimeter lengkung. Pengukuran dilakukan masing-masing pada model rahang atas dan rahang bawah.

(36)

perimeter lengkung menggunakan metode pengukuran yang dilakukan oleh Poosti dan Jalali pada tahun 2007.

f. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan kaliper merk Mitutoyo dengan ketepatan dua angka di belakang koma.

g. Dalam satu hari, pengukuran studi model gigi hanya dilakukan sebanyak 5 pasang model gigi (10 rahang) untuk menghindari kelelahan mata peneliti sewaktu membaca skala yang terdapat pada kaliper sehingga data yang didapatkan lebih akurat.

h. Untuk mendapatkan data yang valid, terlebih dahulu dilakukan uji operator, yaitu operator mengukur 5 pasang model studi sebanyak 2 kali. Jika hasil perhitungan pertama dengan perhitungan kedua tidak berbeda bermakna maka operator layak untuk melakukan pengukuran tersebut.

i. Hasil pengukuran yang diperoleh dicatat kemudian diolah datanya dan dianalisis.

3.9 Pengolahan Data dan Analisis Data

3.9.1 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS.

3.9.2 Analisis Data

a) Dihitung rerata dan standard deviasi ukuran lebar mesiodistal rahang atas dan rahang bawah seluruh sampel.

(37)

c) Dihitung rerata dan standard deviasi dimensi lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah seluruh sampel yaitu, lebar antarkaninus, lebar antarmolar, panjang lengkung dan perimeter lengkung gigi.

d) Dihitung rerata dan standard deviasi dimensi lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah berdasarkan jenis kelamin kemudian dilakukan uji T.

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian berjumlah 50 orang yang terdiri dari 25 orang laki-laki dan 25 orang perempuan yang diambil dari mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara yang masih aktif mengikuti pendidikan dan memenuhi kriteria yang ditetapkan. Pengukuran dilakukan pada model studi gigi rahang atas dan rahang bawah.

Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap sampel, dapat dilihat gambaran rerata dan standard deviasi ukuran lebar mesiodistal gigi rahang atas dan rahang bawah mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara pada Tabel 1 dan 2.

Tabel 1. Rerata Ukuran Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Atas pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara

(38)

r i

P1 7,3600 0,59813 5,60 8,60

C 7,7070 0,55338 6,60 9,25

I2 6,5650 0,65740 5,00 8,75

Tabel 2. Rerata Ukuran Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara

Pengukuran Rerata

(39)

lebar mesiodistal paling kecil adalah gigi insisivus pertama rahang bawah dan diikuti gigi insisivus kedua rahang bawah.

Bila pengukuran lebar mesiodistal gigi dibedakan berdasarkan jenis kelamin, maka dapat dilihat perbedaan rerata ukuran lebar mesiodistal rahang atas dan rahang bawah laki-laki dan perempuan pada Tabel 3 dan 4 di bawah ini.

Tabel 3. Ukuran Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Atas pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin

Pengukuran

Rerata (mm) Standard Deviasi

Uji t Laki-Laki

(n=25)

Perempu-an (n=25) Laki-Laki Perempuan

K

(40)

kiri dan kanan. Gigi insisivus kedua rahang atas perempuan lebih besar dibanding laki-laki, namun perbedaan tersebut tidaklah bermakna.

Hasil analisis uji t dengan taraf signifikan 5% pada Tabel 3 ditunjukkan bahwa lebar mesiodistal gigi rahang atas yaitu, molar pertama kiri, kaninus kiri dan kanan terdapat perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan (p<0,05).

Tabel 4. Ukuran Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin

Pengukuran

Rerata (mm) Standard Deviasi

Uji t Laki-Laki

(n=25)

Perempu-an (n=25) Laki-Laki Perempuan

K

P2 7,1320 7,0360 0,50598 0,73775 0,594

P1 7,2680 7,1000 0,50639 0,54620 0,265

C 6,9880 6,4920 0,49692 0,47185 0,001*

I2 6,1260 5,9120 0,49856 0,42113 0,108

I1 5,5400 5,3000 0,79386 0,37528 0,178

K a n a n

I1 5,5440 5,2080 0,73276 0,39966 0,050

I2 5,9260 5,7840 0,54374 0,40226 0,299

C 6,9220 6,4360 0,50540 0,47752 0,001*

P1 7,3700 7,1040 0,61237 0,52200 0,105

P2 7,0740 6,9500 0,46505 0,54505 0,391

M1 11,3820 10,9660 0,54273 0,62977 0,016*

M2 10,2180 9,6980 0,72713 0,78799 0,019*

* Signifikan p<0,05

(41)

bermakna antara laki-laki dan perempuan (p<0,05) yang ditunjukkan pada gigi molar kedua kiri, molar pertama kiri, kaninus kiri dan kanan, molar pertama kanan dan molar kedua kanan.

Dibawah ini berturut-turut ditampilkan pula rerata lebar, panjang dan perimeter lengkung gigi mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara pada Tabel 5, 6, dan 7.

Tabel 5. Rerata Lebar Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara

Palatal 26,5620 1,97579 22,25 30,75

Lebar AntarMolar

Bukal 64,5570 3,48470 56,25 72,85

Palatal 38,5420 2,86266 33,25 45,60

Rahang Bawah Lebar

Antarkaninus

Bukal 29,3760 2,49670 21,85 36,75

Lingual 20,7330 1,78350 16,80 23,65

Lebar AntarMolar

Bukal 57,6094 2,89653 51,95 63,90

Lingual 34,3660 2,73265 29,45 41,60

Tabel 6. Rerata Panjang Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara

Rahang Atas 37,4820 2,60638 32,60 42,75

Rahang Bawah 32,9650 2,37494 28,10 38,45

Tabel 7. Rerata Perimeter Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara

(42)

(mm) Deviasi (mm) (mm)

Rahang Atas 96,1580 5,29689 84,60 107,55

Rahang Bawah 88,1290 4,95097 76,50 97,35

Tabel 5 menunjukkan bahwa lebar lengkung gigi yang paling besar adalah lebar lengkung antarmolar bagian bukal dan lebar lengkung gigi yang paling kecil adalah lebar lengkung antarkaninus bagian lingual. Tabel 6 menunjukkan bahwa panjang lengkung gigi rahang atas lebih panjang dibanding rahang bawah dan Tabel 7 menunjukkan bahwa perimeter lengkung gigi rahang atas lebih panjang dibanding rahang bawah.

Bila pengukuran dimensi lengkung dibedakan berdasarkan jenis kelamin, maka dapat dilihat perbedaan rerata lebar, panjang dan perimeter lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan pada Tabel 8, 9 dan 10.

Tabel 8. Lebar Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin

Pengukuran

Rerata (mm) Standard Deviasi

Uji t

Bukal 40,0420 38,0240 2,70392 2,16964 0,005* Palatal 26,9640 26,1771 1,86333 2,08201 0,169 Lebar

Antarmolar

Bukal 66,2360 62,8780 3,25949 2,88011 0,000* Palatal 39,9860 37,0980 2,56208 2,41305 0,000* Rahang Bawah

Lebar

Antarkaninus

Bukal 29,6640 29,0880 2,66968 2,32953 0,420 Lingual 20,9940 20,4720 1,92745 1,62398 0,306 Lebar

Antarmolar

Bukal 59,2960 55,9228 2,31336 2,41896 0,000* Lingual 35,4760 33,2560 2,42582 2,60661 0,003*

(43)

Tabel 9. Panjang Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin

Pengukuran

Rerata (mm) Standard Deviasi

Uji t Rahang Bawah 33,1840 32,7460 2,64621 2,10079 0,520

* Signifikan p<0,05

Tabel 10. Perimeter Lengkung Gigi pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara berdasarkan Jenis Kelamin

Pengukuran Rerata (mm) Standard Deviasi Uji t

Rahang Atas 97,6940 94,6220 5,00132 5,23018 0,039* Rahang Bawah 88,9440 87,3140 4,94963 4,91559 0,248

* Signifikan p<0,05

(44)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai rerata lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah pada mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara. Dengan mengetahui hal tersebut, maka ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi dapat dijadikan penunjang dalam mendiagnosis dan menyusun rencana perawatan ortodonti pada pasien suku Batak. Data dianalisis berdasarkan uji t untuk membandingkan rerata ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah antara laki-laki dan perempuan.

(45)

mempengaruhi perbedaan ukuran lebar mesiodistal tersebut adalah kekuatan fungsional, kebiasaan makan dan trauma.5

Hasil penelitian ini sedikit berbeda dengan penelitian Budiraharjo & Pradopo (2002) dan Desy FK, dkk. (2007), yang mana menunjukkan bahwa gigi insisivus kedua kiri dan kanan rahang atas suku Batak lebih lebar pada perempuan daripada laki-laki. Hal ini kemungkinan disebabkan latar belakang etnis dan rentang usia yang berbeda. Penelitian Budiraharjo & Pradopo (2002) menggunakan suku Jawa & Madura dan rentang usia yang digunakan adalah 10-14 tahun, sedangkan rentang usia yang digunakan pada penelitian ini adalah 18-25 tahun. Menurut Thilanden (1995), usia 18 tahun, terjadi perbedaan semua ukuran antara laki-laki dan perempuan kecuali lebar hidung dan lebar antarmolar rahang bawah.12 Selain itu, Ghose dan Baghdady (1979) juga menyatakan bahwa ukuran lebar mesiodistal yang paling bervariasi adalah gigi insisivus kedua dan molar pertama rahang atas.29

(46)

Menurut Moyers (1973) tipe wajah yang lebih besar akan menunjukkan ukuran lebar lengkung yang lebih besar pula.18

Panjang lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Hasil ini sesuai dengan penelitian Raberin (1993), Febrina dkk. (1996), dan Hasibuan MK. (2007) yang menyatakan bahwa panjang lengkung laki-laki dan perempuan tidak berbeda secara bermakna. Perimeter lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan terdapat perbedaan yang bermakna hanya pada rahang atas. Perimeter lengkung gigi rahang bawah tidak terdapat perbedaan bermakna. Namun rerata panjang dan perimeter lengkung gigi laki-laki lebih panjang dibanding perempuan. Menurut Rakosi dkk. (1993) panjang dan lebar lengkung gigi dipengaruhi oleh tipe wajah seseorang.20,31 Desy FK dkk. (2007) menyatakan bahwa perbedaan ukuran lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan dipengaruhi oleh faktor pertumbuhan dan perkembangan kompleks maksila yaitu keabnormalan pertumbuhan palatinal, genetik dan lingkungan.5 Raberin (1993) menyatakan bahwa ukuran lengkung gigi tergantung pada jenis kelamin.14

(47)

Deutro-Melayu. Latar belakang etnis tersebutlah yang menciptakan perbedaan. Semakin jauh hubungan kekerabatan dua populasi akan memperlihatkan perbedaan yang khas dari bentuk kepala dan ukuran rahangnya.15 Pada ras yang berbeda-beda terlihat adanya perbedaan maturasi, pembentukan tulang, kalsifikasi gigi dan waktu erupsi gigi.8 Faktor lainnya adalah jenis kelamin, genetik, letak geografis, perubahan kebudayaan, latar belakang sosial ekonomi, konsistensi makanan dan malnutrisi.2,15,16,33

(48)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Rerata ukuran lebar mesiodistal gigi rahang atas mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara mulai dari gigi M2 kanan sampai gigi M2 kiri berturut-turut sebagai berikut, 9,508; 10,272; 6,802; 7,360; 7,707; 6,565; 8,165; 8,207; 6,595; 7,644; 7,233; 6,754; 10,279; 9,602 dan rahang bawah sebagai berikut, 10,015; 11,175; 7,092; 7,182; 6,715; 5,999; 5,363; 5,313; 5,831; 6,657; 7,235; 7,016; 11,189; 9,962.

(49)

Dari aspek lebar lengkung gigi rahang atas, rerata lebar antarkaninus daerah bukal sebesar 39,033 mm, lebar antarkaninus daerah palatal 26,562 mm, lebar antarmolar daerah bukal 64,557 mm dan lebar antarmolar bagian palatal 38,542 sedangkan lebar lengkung gigi rahang bawah, rerata lebar antarkaninus daerah bukal 29,376 mm, lebar antarkaninus daerah palatal 20,733 mm, lebar antarmolar daerah bukal 57,609 mm dan lebar antarmolar bagian palatal 34,366 mm. Hasil uji t menunjukkan terdapat perbedaan lebar lengkung gigi yang bermakna antara laki-laki dan perempuan pada lebar antarkaninus daerah bukal rahang atas, lebar antarmolar daerah bukal rahang atas, lebar antarmolar daerah palatal rahang atas, lebar antamolar daerah bukal rahang bawah dan lebar antarmolar daerah lingual rahang bawah.

Rerata panjang lengkung gigi mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara pada rahang atas 37,482 mm dan rahang bawah 32,965 mm. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada panjang lengkung gigi yang antara laki-laki dan perempuan.

Rerata perimeter lengkung gigi mahasiswa suku Batak Universitas Sumatera Utara pada rahang atas 96,158 mm dan rahang bawah 88,129 mm. Pada perimeter rahang atas terlihat perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan sedangkan perimeter rahang bawah tidak terlihat perbedaan yang bermakna.

6.2 Saran

(50)

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap tiap-tiap suku di Indonesia karena Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Triwardhani A. Mengukur ketidakharmonisan antara jumlah lebar mesio-distal gigi dengan lengkung rahang. Majalah ortodontik 2001; 1: 25-8.

2. Budiraharjo R, Pradopo S. Ukuran mesiodistal gigi anak usia 12 tahun populasi Jawa dan Madura di Kabupaten Jember. Jurnal PDGI 2002; 490-3.

3. Sitepu AN. Distorsi ukuran lebar mesiodistal gigi dengan menggunakan foto periapikal. Majalah Kedokteran Gigi. November 1996.

4. Foster TD. A Textbook of Orthodontics. 2nd eds. London: Blackwell Scientific Publications; 1982: 123-6.

(51)

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut terhadap tiap-tiap suku di Indonesia karena Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa.

DAFTAR PUSTAKA

1. Triwardhani A. Mengukur ketidakharmonisan antara jumlah lebar mesio-distal gigi dengan lengkung rahang. Majalah ortodontik 2001; 1: 25-8.

2. Budiraharjo R, Pradopo S. Ukuran mesiodistal gigi anak usia 12 tahun populasi Jawa dan Madura di Kabupaten Jember. Jurnal PDGI 2002; 490-3.

3. Sitepu AN. Distorsi ukuran lebar mesiodistal gigi dengan menggunakan foto periapikal. Majalah Kedokteran Gigi. November 1996.

4. Foster TD. A Textbook of Orthodontics. 2nd eds. London: Blackwell Scientific Publications; 1982: 123-6.

(52)

6. Al-Khateeb SN, Alhaija ESJ. Tooth size discrepancies and arch parameters among different malocclusion in a Jordanian samples. J Angle Orthod 2006: 76(3): 459-465.

7. Mokhtar M. Dasar-dasar ortodonti: Pertumbuhan dan perkembangan kraniodentofasial. Medan: Bina Insani Pustaka; 2002: 10-15.

8. Febrina RS, Soemantri ESS, Mardiati E. Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi UNPAD. Jurnal Kedokteran Gigi 1997; 9 (1): 22-7.

9. Daldjoeni N. Ras-ras umat manusia. Bandung : Citra Aditya Bakti; 1991: 189-191.

10.Djoeana K, Nasution FH, Trenggono BS. Antropologi untuk mahasiswa kedokteran gigi. Jakarta: Universitas Trisakti; 2005: 41-50

11.Andy RH. Kajian etnik pemilih pilkada Sumut. Kompas. 17 April 2008. <http://nasional.kompas.com>

12.Swasonoprijo, S. Analisis ukuran kepala, wajah dan hidung dalam hubungannya dengan lebar mesiodistal gigi. Disertasi. Makasar: Universitas Hasanuddin 2004; 4-85.

13.Mundiyah M. Masalah gigi berjejal ditinjau dari perbandingan ukuran gigi dan lengkung rahang suku Batak dan suku Melayu di Sumatera Utara. Disertasi. Bandung; Universitas Padjajaran 1982.

(53)

15.Hasibuan MK. Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU ras Deutro Melayu. (Skripsi). Medan; Universitas Sumatera Utara: 2009.

16.Sylvia M. Variasi normal ukuran gigi, rahang dan wajah penduduk pulau flores dan timor nusa tenggara timur. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi Usakti 1993; 2: 460-7.

17.Santoro M, Ayoub ME, Pardi VA, Cangialosi TJ. Mesiodistal crown dimensions and tooth size discrepansy of the permanent dentition of Dominican Americans. J Angle Orthod 2000; 70(4): 303-7.

18.Moyers RE. Handbook of orthodontics. 4th eds. London: Year Book Medical Publisher, INC 1998: 119-24.

19.Phan X, Antoniazzi A, Short L. Palatal expansion in mixed dentition versus early permanent dentition. Virtual Journal of Orthodontics 2007; 7(3): 1-9.

20.Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Orthodontic Diagnosis, In : Rateitschak KH, Wolf HF, eds. Color atlas if dental medicine. New York: Georg Thieme Verlag, Stuttg art & Thieme Medical Publisher Inc. 1993 : 207-18, 228-30.

21.Mills LF. Changes in dimension of the dental arches with age. J Dent Res 1966; 45(3): 890-4.

22.Poosti M, Jalali T. Tooth size and arch dimension in uncrowded versus crowded class I malocclusion. Journal of contemporary dental practice 2007; 8(3):1-8. 23.Koesoemahardja HD, Indrawati A, Jenie I. Tumbuh kembang kraniodentofasial.

(54)

24.Lina N. Diktat kuliah metodologi penelitian. Fakultas Kedokteran Gigi: Universitas Sumatera Utara; 2006.

25.Maulani C. Memundurkan gigi. <http://portal.cbn.net.id> (04 Maret 2011)

26.Sumadhi S, Chadidjah S, Muldiat, Syafiar L, Rusfian. Diktat kuliah ilmu material dan teknologi kedokteran gigi I. Fakultas Kedokteran Gigi: Universitas Sumatera Utara; 2008.

27.Priyatno D. 5 jam belajar olah data dengan SPSS 17. Yogyakarta: Andi Offset; 2009.

28.Ghose LJ, Baghdady VS. Analysis of the Iraqi dentition : Mesiodistal crown diameters of permanent teeth. J Dent Res 1979; 58(3): 1047-1054.

29.Forster CM, Sunga E, Chung CH. Relationship between dental arch width and vertical facial morphology in untreated adults. Eur J Orthod 2008; 30: 288-294. 30.Kiliaridis S, Georgiakaki I, Katsaros C. Masseter muscle thickness and maxillary

dental arch width. Eur J Orthod 2003; 25: 259-263.

31.Agnihotri G, Gulati M. Maxillary molar and premolar indices in North Indians: A Dimorphic Study. The Internet Journal of Biological Anthropology 2008; 2(1). 32.Otuyemi OD, Noar JH. A comparison of crown size dimensions of the permanent

Gambar

Tabel 1.UKURAN LEBAR MESIODISTAL GIGI PERMANEN MENURUT  17
Gambar 2. Titik referensi pengukuran lebar
Gambar 6. Pengukuran lebar antarmolar di daerah bukal (a) dan palatal (b)
Tabel 1. Rerata Ukuran Lebar Mesiodistal Gigi Rahang Atas pada Mahasiswa Suku Batak Universitas Sumatera Utara
+7

Referensi

Dokumen terkait

Zakiah Novrida : Ukuran Dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2007... Zakiah Novrida : Ukuran Dan Bentuk

Pembentukan status ethnic identity pada anggota kelompok suku Batak gabungan mahasiswa Sumatera Utara di Universitas “X” Bandung ditentukan oleh dimensi eksplorasi

berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung pada mahasiswa Fakultas Kedokteran. Gigi Universitas Sumatera Utara yaitu semakin besar ukuran gigi maka

Untuk mengetahui hubungan antara gigi berjejal dengan ukuran gigi dan dimensi lengkung pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.. Untuk mengetahui

dua mandibula pada mahasiswa suku batak di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas5. Sumatera Utara adalah 9-18

Akar Molar Dua Mandibula Ditinjau Melalui Radiografi Periapikal Pada Mahasiswa Suku Batak di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara Berusia 18- 22

8,10,11 Adanya korelasi yang cukup besar antara besar gigi geligi insisivus mandibula dengan jumlah lebar mesiodistal gigi kaninus dan premolar pada kedua

Dalam penelitian ini proses komunikasi yang dilakukan oleh mahasiswa asal Sumatera Utara Suku Batak Karo tidak selalu menjadikan dirinya sebagai komunikator, karena pada