• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ukuran dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Batak Fakultas Kedokteran Gigi dan Teknik USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Ukuran dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Batak Fakultas Kedokteran Gigi dan Teknik USU"

Copied!
54
0
0

Teks penuh

(1)

UKURAN DAN BENTUK LENGKUNG GIGI RAHANG

BAWAH PADA MAHASISWA SUKU BATAK

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI DAN TEKNIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh: JESIKA NIM: 080600124

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonti

Tahun 2012

Jesika

Ukuran dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku

Batak Fakultas Kedokteran Gigi dan Teknik USU.

x+31 halaman

Raberin menyatakan bahwa salah satu syarat utama dalam menentukan

diagnosis dan rencana perawatan ortopedi dentofasial adalah susunan gigi pada

lengkung rahang bawah. Lengkung gigi rahang bawah merupakan faktor yang sangat

berpengaruh dalam mempertahankan stabilitas hasil perawatan ortodonti. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mendapatkan rerata ukuran dan bentuk lengkung gigi

rahang bawah mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU. Penelitian ini

menggunakan 50 model studi gigi yang diperoleh dari mahasiswa suku Batak FKG

dan FT USU yang diseleksi terlebih dahulu. Model studi yang diperoleh diukur dalam

arah transversal dan sagital berdasarkan metode Raberin. Setelah dilakukan

pengukuran, diperoleh rerata ukuran lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku

Batak FKG dan FT USU dalam arah transversal (lebar interkaninus, intermolar

pertama, intermolar kedua) adalah sebagai berikut, 26,8086; 46,7562; 55,4858,

sedangkan dalam arah sagital (kedalaman kaninus, molar pertama, molar kedua)

(3)

mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU adalah sebagai berikut, narrow (32%),

flat (26%), mid (20%), wide (18%), dan pointed (4%). Kesimpulan dari penelitian ini

menunjukkan bahwa bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa suku Batak

FKG dan FT USU pada umumnya berbentuk narrow dengan persentase 32%. Hal ini

disebabkan karena nilai persentase devasi relatif perbandingan L31/L33, L61/L66,

L71/L77 hasilnya positif.

(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan dihadapan tim penguji skripsi

Medan, 28 Juli 2012

Pembimbing: Tanda tangan

1. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort. ………..

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 28 Juli 2012

TIM PENGUJI

KETUA : Siti Bahirrah, drg., Sp. Ort

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan berkat-Nya sehingga skripsi ini telah selesai disusun dalam rangka memenuhi kewajiban penulis sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi. Penulis banyak mendapatkan bimbingan dan pengarahan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini penulis ingin mengucapakan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., Sp.Ort. selaku dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Erna Sulistyawati, drg., Sp.Ort(K)., selaku ketua Departemen Ortodonti Fakultas Kedoteran Gigi Sumatera Utara, dan dosen penguji yang telah menyediakan waktu dan memberikan masukan kepada penulis.

3. Nurhayati Harahap, drg., Sp.Ort(K)., selaku koordinator skripsi Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Sumatera Utara.

4. Siti Bahirrah, drg., Sp.Ort., selaku selaku dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu, tenaga, memberikan pemikiran serta masukan untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 5. Mimi Marina Lubis, drg., selaku dosen penguji yang telah menyediakan

waktu dan memberikan masukan kepada penulis.

6. Dr. Surya Darma, selaku dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat atas bimbingan dan arahan yang diberikan kepada penulis

7. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

8. Orang tua tercinta, ayahanda Johny dan ibunda Rusmiani serta adik tercinta Jecksen yang selalu memberikan dorongan dan semangat pada penulis.

(7)

dukungan dan semangat sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Dengan demikian hati penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangsih dalam pengembangan ilmu pengetahuan yang berguna bagi fakultas, bangsa dan negara.

Medan, 28 Juli 2012

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL...

HALAMAN PERSETUJUAN...

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI...

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL……….. viii

DAFTAR GAMBAR………. ix

DAFTAR LAMPIRAN………. x

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Rumusan Masalah... 2

1.3 Tujuan Penelitian………... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 3

(9)

2.2 Bentuk Lengkung Gigi………... 6

2.3 Lebar Lengkung Gigi…..……….. 7

2.4 Panjang Lengkung Gigi..………... 9

2.5 Suku Batak………. 12

BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ……….... 14

3.2 Tempat dan Tujuan Penelitian …..………..……….... 14

3.3 Populasi dan Sampel...………... 14

3.3.1 Populasi………...………... 14

3.3.2 Sampel...………... 14

3.3.2.1 Kriteria Inklusi... 14

3.3.2.2 Kriteria Eksklusi... 15

3.3.2.3 Besar Sampel... 15

3.4 Definisi Operasional ……….. 16

3.5 Alat dan Bahan Penelitian ………. 18

3.6 Cara Pengumpulan Data ……….... 19

3.7 Pengolahan dan Analisis Data……….... 19

BAB 4 HASIL PENELITIAN………. 21

BAB 5 PEMBAHASAN………... 24

(10)

6.2 Saran……… 27

DAFTAR PUSTAKA... 28

(11)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rerata ukuran lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa

suku Batak FKG dan FT USU………. 21 2. Distribusi bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa

(12)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tipe bentuk lengkung gigi menurut Clarity, MBT……….. 6 2. Bentuk lengkung gigi menurut Monique Raberin... 7

3. Pengukuran lebar lengkung gigi menurut Ling dan Wong………. 8 4. Pengukuran lebar lengkung gigi rahang bawah menurut Uysal….. 9 5. Lebar intermolar bukal dan lingual menurut Poosti dan Jalali..….. 10 6. Pengukuran panjang lengkung rahang maksila menurut Thu dan

Winn……… 10

7. Pengukuran panjang lengkung gigi menurut Poosti dan Jalali…… 11 8. Pengukuran panjang lengkung gigi rahang bawah menurut

Nojima………. 12

9. Pengukuran lengkung gigi dalam arah transversal……….. 17 10.Pengukuran lengkung gigi dalam arah sagital………. 18 11.Bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Batak FKG

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Kerangka Konsep 2. Kerangka Teori 3. Kuesioner Penelitian

4. Hasil Pengukuran Model Rahang Bawah Mahasiswa Suku Batak FKG dan FT USU

5. Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah Mahasiwa Suku Batak FKG dan FT USU 6. Hasil Perhitungan Statistik Ukuran Lengkung Gigi Rahang Bawah Mahasiswa

Suku Batak FKG dan FT USU

(14)

Fakultas Kedokteran Gigi

Departemen Ortodonti

Tahun 2012

Jesika

Ukuran dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku

Batak Fakultas Kedokteran Gigi dan Teknik USU.

x+31 halaman

Raberin menyatakan bahwa salah satu syarat utama dalam menentukan

diagnosis dan rencana perawatan ortopedi dentofasial adalah susunan gigi pada

lengkung rahang bawah. Lengkung gigi rahang bawah merupakan faktor yang sangat

berpengaruh dalam mempertahankan stabilitas hasil perawatan ortodonti. Tujuan

penelitian ini adalah untuk mendapatkan rerata ukuran dan bentuk lengkung gigi

rahang bawah mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU. Penelitian ini

menggunakan 50 model studi gigi yang diperoleh dari mahasiswa suku Batak FKG

dan FT USU yang diseleksi terlebih dahulu. Model studi yang diperoleh diukur dalam

arah transversal dan sagital berdasarkan metode Raberin. Setelah dilakukan

pengukuran, diperoleh rerata ukuran lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku

Batak FKG dan FT USU dalam arah transversal (lebar interkaninus, intermolar

pertama, intermolar kedua) adalah sebagai berikut, 26,8086; 46,7562; 55,4858,

sedangkan dalam arah sagital (kedalaman kaninus, molar pertama, molar kedua)

(15)

mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU adalah sebagai berikut, narrow (32%),

flat (26%), mid (20%), wide (18%), dan pointed (4%). Kesimpulan dari penelitian ini

menunjukkan bahwa bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa suku Batak

FKG dan FT USU pada umumnya berbentuk narrow dengan persentase 32%. Hal ini

disebabkan karena nilai persentase devasi relatif perbandingan L31/L33, L61/L66,

L71/L77 hasilnya positif.

(16)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diagnosis dibidang ortodonti dapat didefinisikan sebagai suatu studi dan interpretasi data klinis untuk menetapkan ada tidaknya anomali (maloklusi).1-5 Diagnosis merupakan suatu langkah dalam bidang ortodonti sebelum merencanakan perawatan ortodonti. Moyers menyatakan bahwa diagnosis ortodonti adalah perkiraan yang sistematik, bersifat sementara, akurat dan ditujukan pada 2 hal, yaitu klasifikasi dan perencanaan tindakan berikutnya.1-2,5

Keberhasilan suatu perawatan ortodonti tergantung pada diagnosis dan rencana perawatan yang tepat. Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah merupakan hal yang sangat berpengaruh dalam diagnosis dan rencana perawatan.6-9 Raberin menyatakan bahwa salah satu syarat utama dalam menentukan diagnosis dan rencana perawatan ortopedi dentofasial adalah susunan gigi pada lengkung rahang bawah, karena lengkung gigi rahang bawah merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam mempertahankan stabilitas hasil perawatan ortodonti.7,9-10

Evaluasi lengkung gigi penting untuk diagnosis yang defenitif dan perawatan kraniofasial yang optimal.6-9,11 Bentuk lengkung gigi menjadi pertimbangan utama bagi peran klinis, khususnya dalam memperkirakan perubahan pertumbuhan yang akan datang dan hasil perawatan mengingat bahwa estetik yang baik adalah bila terjadi harmonisasi antara lengkung gigi dan morfologi ukuran gigi geligi.10

Penelitian mengenai bentuk lengkung gigi telah dimulai sejak awal berkembangnya ilmu ortodonti. Berbagai metode dan formulasi dikembangkan untuk dapat memprediksi bentuk lengkung gigi individual, tetapi belum ada diantara formulasi tersebut yang dapat mewakili variasi bentuk lengkung gigi pada seluruh populasi dan ras.7,9,13

(17)

gigi rahang bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran yang menunjukkan bahwa presentase terbanyak adalah pointed sebesar 54,55%.7 Gunawan melakukan penelitian pada suku Jawa dan Papua yang menunjukkan bentuk lengkung gigi rahang bawah suku Jawa merata antara bentuk narrow, wide, mid, pointed, dan flat sedangkan pada suku Papua umumnya pointed.16 Novrida meneliti ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan diperoleh bentuk lengkung gigi dengan persentase terbanyak adalah mid (37,21%).17 Penelitian Hasibuan MK tentang ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu dan diperoleh bentuk lengkung gigi dengan persentase terbanyak berbentuk wide sebesar 28,57%.18

Indonesia terdiri dari kelompok-kelompok yang tidak homogen, tetapi lebih menunjukkan gabungan dari beberapa area geografis dan lingkungan.12 Sassouni dan Rickets berpendapat bahwa kelompok ras yang berbeda akan menampilkan pola kraniofasial yang berbeda pula.13-14,5 Oleh karena itu, setiap suku di Indonesia memiliki ukuran dan bentuk lengkung gigi yang berbeda satu sama lain termasuk suku Batak.

Berdasarkan penelitian yang telah dikemukakan, penulis merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada suku Batak dengan metode Raberin sebagai pendukung penelitian-penelitian terdahulu.

1.2 Rumusan Masalah

1. Berapakah rerata ukuran lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU.

(18)

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan ukuran rerata lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU.

2. Untuk mendapatkan bentuk rerata lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Sebagai penunjang dalam diagnosis dan penyusunan rencana perawatan ortodonti khususnya pada suku Batak.

(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Lengkung gigi merupakan suatu garis lengkung imajiner yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan bawah.7,9 Bentuk lengkung gigi ini berhubungan dengan bentuk kepala misalnya pasien dengan bentuk kepala brachychepalic cenderung memiliki bentuk lengkung yang lebar.1,5

Menurut Moyers, pada waktu dilahirkan lengkung alveolar cukup lebar untuk ruangan gigi sulung. Pada waktu berlangsungnya peralihan antara gigi sulung ke gigi permanen terjadi perubahan ukuran lengkung gigi dan perubahan oklusi. Selama periode gigi geligi bercampur, lengkung gigi menjadi bertambah lebar tetapi panjang lengkung bertambah pendek.2

2.1 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Lengkung Gigi

Beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk lengkung yaitu skeleton cartilaginous, genetik, lingkungan, ras dan jenis kelamin.2,5,10,19 Menurut Moyers, pada dasarnya ukuran dan bentuk lengkung gigi dipengaruhi oleh skeleton cartilaginous dari maksila dan mandibula pada masa janin. Kemudian berkembang mengikuti benih gigi dan tulang rahang yang tumbuh. Faktor genetik mempunyai pengaruh penting dalam menentukan variasi ukuran dan bentuk lengkung gigi, tulang alveolar dan tengkorak.2,5 Kelainan herediter seperti sindrom Down dan sindrom Crouzon juga dapat mempengaruhi lengkung gigi. Pada sindrom Down sering dijumpai protusi mandibula dan hipoplasia maksila.20

(20)

sempit.21 Kebiasaan oral yang mempengaruhi lengkung gigi antara lain menghisap ibu jari atau jari-jari tangan, menghisap dot, bernafas melalui mulut, dan penjuluran lidah. Aznar menyatakan bahwa kebiasaan menghisap mainan akan menyebabkan pengurangan lengkung gigi maksila terutama di bagian kaninus dan kebiasaan bernafas melalui mulut menyebabkan pengurangan ukuran pada rahang atas dan bawah.22

Menurut Pundayani, pola maloklusi dapat diturunkan melalui genetik dan rasial, sehingga ras tertentu mempunyai kecenderungan yang berbeda dengan ras lain.12 Lavelle dan Olmez menyatakan bahwa kelompok ras yang berbeda akan menunjukkan ukuran dan bentuk lengkung rahang yang bervariasi.19,23

Moyers menyatakan bahwa ukuran lebar lengkung pada laki-laki lebih besar dari perempuan. Hal ini disebabkan karena laki-laki mempunyai muka yang lebih besar dan pertumbuhan ke arah transversal yang lebih besar dari perempuan.2 Lavelle menyatakan bahwa perbedaan ukuran lengkung gigi rahang bawah antara laki-laki dan perempuan disebabkan karena adanya faktor kekuatan fungsional, kebiasaan makan, sikap tubuh dan trauma yang lebih berpengaruh pada laki-laki daripada perempuan.19

Faktor lain yang berpengaruh pada lengkung gigi seperti karies interproksimal dan kehilangan prematur gigi sulung. Karies dan kehilangan gigi molar sulung dapat menyebabkan berkurangnya panjang lengkung gigi.2,5,10

2.2 Bentuk Lengkung Gigi

(21)

puncak cusp bukal gigi premolar pertama dan kedua, dan puncak cusp mesiobukal gigi molar pertama.25

Bentuk lengkung gigi yang telah dijabarkan oleh para peneliti pada dasarnya dikategorikan atas tiga bentuk, yaitu tapered, ovoid, dan square (Gambar 1). Variabel terpenting dalam menentukan ketiga bentuk lengkung gigi ini adalah lebar interkaninus, yang berjarak sekitar 5 mm. Bagian posterior dari ketiga bentuk lengkung gigi ini pada umumnya hampir sama, dan dapat melebar atau meyempit sesuai yang dibutuhkan.4,6

Gambar 1. Tipe bentuk lengkung gigi menurut Clarity, MBT4

Raberin telah melakukan penelitian untuk menetapkan ukuran dan bentuk lengkung gigi yang ideal pada bangsa Perancis yang mempunyai oklusi normal dan ditetapkan dalam lima klasifikasi bentuk lengkung gigi yaitu narrow (sempit), wide (lebar), mid (sedang), pointed (runcing/tajam) dan flat (datar) (Gambar 2).7,9

(22)

atau titik paling lingual atau dihitung rata-ratanya antara titik paling labial dan titik paling palatal (Gambar 3).26

Gambar 2. Bentuk lengkung gigi menurut Raberin9

Menurut Raberin, lebar lengkung gigi adalah yang diukur dalam arah transversal yang dikategorikan atas9:

1. L33 yaitu jarak yang diukur antara puncak tonjol kaninus kiri ke kaninus kanan (lebar interkaninus)

2. L66 yaitu jarak yang diukur antara puncak tonjol mesio-bukal molar pertama permanen kiri ke molar pertama permanen kanan (lebar intermolar pertama)

(23)

Gambar 3. Pengukuran lebar lengkung gigi menurut Ling dan Wong.26

Menurut Uysal, lebar lengkung gigi rahang bawah dapat diukur dari8:

1. Lebar interkaninus rahang bawah, yaitu jarak antara puncak tonjol kaninus kiri dan kanan rahang bawah.

2. Lebar interpremolar rahang bawah, yaitu jarak antara puncak tonjol premolar pertama kiri dan kanan rahang bawah.

(24)

Gambar 4. Pengukuran lebar lengkung gigi rahang bawah menurut Uysal.8

(25)

Gambar 5. Lebar intermolar bukal dan lingual menurut Poosti dan Jalali27

2.4 Panjang Lengkung Gigi

Thu dan Winn mengukur panjang lengkung anterior dengan menarik garis tegak lurus dari bagian depan labial insisivus sentralis sampai terhubung dengan garis yang ditarik dari titik terdalam fisur kedua premolar permanen pertama (Gambar 6).28

(26)

Menurut Raberin, panjang lengkung gigi adalah jarak yang diukur dalam arah sagital yang dikategorikan atas9:

1. L31 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol kaninus kiri dan kanan (kedalaman kaninus).

2. L61 yaitu jarak yang diukur dari pertengaham insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol mesiobuka l molar pertama permanen kiri dan kanan (kedalaman molar pertama).

3. L71 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol distobukal molar kedua permanen kiri dan kanan (kedalaman molar kedua).

Menurut Poosti dan Jalali, panjang lengkung gigi diukur dari garis tegak lurus titik kontak antara gigi insisivus sentral permanen ke garis yang menghubungkan permukaan distal gigi molar pertama permanen (Gambar 7).27

Gambar 7. Pemgukuran panjang lengkung gigi menurut Poosti dan Jalali27

(27)

(jarak tependek dari garis yang menghubungkan tonjol mesiobukal molar pertama kiri dan kanan terhadap pertengahan insisivus sentralis) (Gambar 8).23-29

Gambar 8. Pengukuran panjang lengkung gigi rahang bawah menurut Nojima.29

2.5 Suku Batak

Penduduk Indonesia termasuk dalam ras Pleomongoloid, sebutan yang diberikan oleh Von Eickstedt untuk ras Melayu. Ras Pleomongoloid ini terdiri atas Proto-Melayu (Melayu tua) dan Deutro-Melayu (Melayu muda) yang berasal dari Yunnan di Cina Selatan.30 Suku-suku yang termasuk Proto-Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak dan Toraja sedangkan yang termasuk Deutro-Melayu adalah orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lebong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado Pesisir, Sunda kecil Timur, dan Melayu.31

(28)

Pulau Sumatera.30 Ciri-ciri jasmani Melayu tua pada umumnya terdapat pada bentuk kepala yaitu memiliki kepala yang panjang (dolicochepalic).31

(29)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian ini merupakan penelitian cross sectional. Pengukuran dan pengamatan dilakukan pada studi model mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU tahun 2004-2010.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian adalah Departemen Ortodonti Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang bertempat di Jl. Alumni No. 2 Universitas Sumatera Utara, Medan. Waktu penelitan dilakukan mulai dari Oktober 2011 sampai Juli 2012.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU tahun 2004-2010.

3.3.2 Sampel

Sampel pada penelitian ini diperoleh melalui peminjaman model lengkung gigi pada Departemen Ortodonti FKG USU. Sampel merupakan data sekunder dari penelitian Haspeni Simanjuntak dengan judul ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi pada mahasiswa suku Batak USU. Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dalam penyeleksian sampel adalah sebagai berikut :

a. Kriteria Inklusi

(30)

- Usia ≥ 18 tahun (fase pertumbuhan sudah berhenti) - Gigi permanen lengkap (kecuali molar tiga)

- Tidak ada karies/tambalan interproksimal maupun protesa - Tidak ada riwayat perawatan ortodonti

- Crowded dan diastema ringan (0-2mm)

- Hubungan molar pertama permanen klas I Angle dengan overjet dan overbite normal (2-4 mm).

b. Kriteria Eksklusi

Kriteria Eksklusi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : - Agenese

- Adanya fraktur dan atrisi

- Adanya kelainan ukuran gigi dan bentuk gigi - Sampel menolak berpartisipasi

- Adanya kendala etis

c. Besar Sampel

Penentuan jumlah sampel dilakukan dengan rumus

2 p = prakiraan proporsi populasi = 0,3 q = 1 – p = 0,7

(31)

sehingga :

3.4 Defenisi Operasional

a. Mahasiswa FKG dan FT USU adalah seluruh mahasiswa FKG dan FT yang terdaftar dan masih aktif mengikuti pendidikan di Universitas Sumatera Utara

b. Suku Batak asli adalah penduduk Indonesia yang berasal dari provinsi Sumatera Utara dan ditandai dengan adanya nama marga yang diturunkan dari orangtua yang ditambahkan di belakang nama.

c. Usia merupakan satuan umur seseorang yang dihitung dari lahir sampai sekarang dan tercatat pada kuesioner penelitian.

d. Lebar lengkung gigi menurut Raberin adalah jarak yang diukur dalam arah transversal (Gambar 9). Dikategorikan atas :

1. L33 yaitu jarak yang diukur antara puncak tonjol kaninus kiri ke kaninus kanan (lebar interkaninus).

2. L66 yaitu jarak yang diukur antara puncak tonjol mesio-bukal molar pertama permanen kiri ke molar pertama permanen kanan (lebar intermolar pertama).

(32)

Gambar 9. Pengukuran lengkung gigi dalam arah transversal.9

e. Panjang lengkung gigi menurut Raberin adalah jarak yang diukur dalam arah sagital (Gambar 10). Dikategorikan sebagai :

1. L31 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol kaninus kiri dan kanan (kedalaman kaninus).

2. L61 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol mesiobuka l molar pertama permanen kiri dan kanan (kedalaman molar pertama).

(33)

Gambar 10. Pengukuran lengkung gigi dalam arah sagital.6

Pengukuran transversal dan sagital dilakukan dengan ketepatan 0,05 mm. f. Bentuk lengkung gigi menurut Raberin diklasifikasikan atas:

1. Narrow (sempit) bila nilai persentase deviasi relatif dari perbandingan L31/L33, L61/L66, L71/L77 hasilnya positif (+).

2. Wide (lebar) bila nilai persentase deviasi relatif dari perbandingan L31/L33, L61/L66, L71/L77 hasilnya negatif (-).

3. Mid (sedang) bila nilai persentase deviasi relatif dari kelima perbandingan diatas hasilnya tidak ada perbandingan yang signifikan.

4. Pointed (runcing/tajam) bila nilai persentase deviasi relatif dari perbandingan L31/L33 jauh lebih besar dari perbandingan lainnya.

5. Flat (datar) bila nilai persentase deviasi relatif dari perbandingan L31/L33 jauh lebih kecil dari perbandingan yang lainnya.

g. Nilai deviasi relatif dapat dihitung dengan mengurangkan perbandingan nilai yang diukur tehadap perbandingan nilai rata-rata seluruh sampel yang diukur.

(34)

c. Pulpen merk Standard AE7 d. Penggaris merk Butterfly e. Penghapus merk Radar f. Kalkulator merk Casio

3.5.2 Bahan

a. Model rahang atas dan rahang bawah yang diperoleh dari penelitian sebelumnya dengan judul Ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi pada mahasiswa suku Batak USU.

3.6 Cara Pengumpulan Data

a. Dilakukan peminjaman Model rahang atas dan rahang bawah dari penelitian sebelumnya dengan judul Ukuran lebar mesiodistal dan dimensi lengkung gigi pada mahasiswa suku Batak USU kepada Departemen Ortodonti FKG USU.

b. Penentuan titik-titik patokan pada pertengahan insisivus sentralis, puncak tonjol kaninus, puncak tonjol mesiobukal molar pertama, dan puncak tonjol distobukal gigi molar kedua.

c. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan metode Raberin. Untuk pengukuran transversal diukur jarak L33, L66, dan L77 dan untuk sagital diukur jarak L31, L61, dan L71. Pengukuran secara transversal dan sagital dilakukan dengan ketepatan 0,05 mm.

d. Bentuk lengkung gigi ditentukan berdasarkan persentasi deviasi relatif dari perbandingan L31/L33, L61/L66, L71/L77, L33/L66, dan L61/L71.

e. Untuk menghindari kesalahan dalam pengukuran dilakukan uji intrapersonal.

3.7 Pengolahan dan Analisis Data, 3.7.1 Pengolahan Data

(35)

3.7.2 Analisis Data

• Dihitung rerata dan standar deviasi ukuran lengkung gigi seluruh sampel. • Ditentukan bentuk lengkung gigi seluruh sampel.

(36)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian berjumlah 50 orang yang diambil dari mahasiswa suku Batak Fakultas Kedokteran Gigi dan Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara yang masih aktif mengikuti pendidikan dan memenuhi kriteria yang ditetapkan. Pengukuran dilakukan pada model gigi rahang bawah. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap sampel, dapat dilihat gambaran rerata ukuran lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU pada Tabel 1.

Tabel 1. RERATA UKURAN LENGKUNG GIGI RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA SUKU BATAK FKG DAN FT USU

Pengukuran Rerata

(37)

Tabel 1 menunjukkan rerata ukuran lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU dalam arah transversal (lebar interkaninus, intermolar pertama, intermolar kedua) berturut-turut sebagai berikut, 26.8086; 46.7562; 55.4858. Sedangkan lebar lengkung gigi dalam arah sagital (kedalaman kaninus, molar pertama, molar kedua) berturut-turut sebagai berikut, 4.3658; 23.7278; 39.6344.

Hasil pengukuan panjang dan lebar lengkung gigi rahang bawah dapat menentukan bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU (tabel 2).

Tabel 2. DISTRIBUSI BENTUK LENGKUNG GIGI RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA SUKU BATAK FKG DAN FT USU

Bentuk Lengkung Jumlah (n) Persentase (%)

Narrow 16 32

Wide 9 18

Mid 10 20

Pointed 2 4

Flat 13 26

Tabel 2 menunjukkan bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU pada umumnya berbentuk narrow sebesar 32%, diikuti flat (26%), mid (20%), wide (18%), dan yang terkecil persentasenya adalah pointed (4%).

Contoh bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa suku Batak FKG

(38)

Gambar 11. Bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU.

a. Narrow d. Wide

b. Flat e. Pointed

c. Mid

a

e d

c

(39)

BAB 5 PEMBAHASAN

Studi tentang morfologi lengkung gigi merupakan bagian penting di bidang kedokteran khususnya kedokteran gigi. Bentuk lengkung gigi menjadi pertimbangan utama bagi para dokter gigi, khususnya dalam memperkirakan perubahan pertumbuhan yang akan datang dan stabilisasi hasil perawatan.7-10

Para ortodontis terdahulu menetapkan satu bentuk lengkung gigi yang ideal sebagai hasil dari perawatan ortodonti.7,9,23 Namun Raberin dalam penelitiannya menyatakan bahwa bentuk lengkung rahang bawah yang ideal tidak hanya satu bentuk karena bentuk lengkung yang ideal pada satu individu tidak sama dengan individu yang lain.7

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan ukuran dan bentuk rerata lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU. Hal ini terlihat pada tabel 1 menunjukkan rerata ukuran lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU.

(40)

oleh kebudayaan, lingkungan, ras dan tipe wajah.3,34 Faktor lainnya adalah jenis kelamin, genetik, letak geografis, dan diet.2,35

Graber menyatakan bahwa ada korelasi antara tipe wajah dan bentuk lengkung gigi seseorang. Pada tipe dolicochepalic, akan cenderung memiliki bentuk lengkung gigi yang panjang dan sempit. Pasien dengan tipe wajah brachychepalic, akan cenderung memiliki bentuk lengkung gigi yang lebar dan membulat. Sedangkan tipe mesochepalic berada diantaranya atau biasa disebut dengan tipe normal atau rata-rata. Kecenderungan tersebut masih belum dapat menjamin kepastian bentuk lengkung gigi yang paling ideal bagi seseorang. Tidak dapat dikatakan secara pasti bahwa pasien dengan wajah lebar memiliki bentuk lengkung gigi yang lebar juga.1,36 Monique Raberin telah melakukan penelitian untuk menetapkan ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah yang ideal dan menyatakan bahwa ada lima bentuk lengkung gigi rahang bawah, yaitu narrow, wide, mid, pointed dan flat.7 Berdasarkan petunjuk lima bentuk lengkung gigi rahang bawah yang dikemukakan oleh Raberin, maka dari 50 sampel rahang bawah mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU dikelompokkan menjadi beberapa macam bentuk lengkung gigi rahang bawah.

Tabel 2 menunjukkan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU pada umumnya berbentuk narrow dengan persentase 32%. Hal ini disebabkan karena nilai persentase devasi relatif perbandingan L31/L33, L61/L66, L71/L77 hasilnya positif. Bentuk lengkung gigi rahang bawah yang paling sedikit pada mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU adalah pointed (4%). Hal ini disebabkan karena nilai persentase deviasi relatif perbandingan L31/L33 jauh lebih besar dari perbandingan lainnya.

(41)

FKG dan FT USU yang berpusat di kota dan makanan berkonsistensi lebih lunak yang tersedia di kota dibandingkan dengan lokasi asalnya. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya stimulus terhadap lengkung gigi sehingga menyebabkan bentuk lengkung gigi menjadi narrow atau sempit.

(42)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Rerata ukuran lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU dalam arah transversal (lebar interkaninus, intermolar pertama, intermolar kedua) adalah sebagai berikut, 26,8086; 46,7562; 55,4858, sedangkan dalam arah

sagital (kedalaman kaninus, molar pertama, molar kedua) adalah 4,3658; 23,7278; 39,6344.

Distribusi bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU adalah sebagai berikut, narrow (32%), flat (26%), mid (20%), wide (18%), dan pointed (4%). Persentase terbesar bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Batak FKG dan FT USU adalah narrow (32%).

6.2 Saran

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar agar didapatkan validitas yang tinggi.

(43)

DAFTAR PUSTAKA

1. Rahardjo P. Diagnosis ortodonti. Surabaya: Airlangga University Press, 2008. 1-2.

2. Moyer RE. Handbook of orthodontics. 4th eds. London : Year book Medical Publisher, INC 1998. 1-15.

3. Rakosi T, Jonas I, Graber TM. Orthodontic diagnosis, In : Rateitschak KH, Wolf HF, eds. Color atlas of dental medicine. New York: Georg Thieme Verlag, Stuttg art & Thieme Medical Publishers Inc. 1993. 207-18.

4. Clarity. Efficient treatment solutions for clinical excellence. USA: 3M Unitek. 2010. 18-9.

5. Cassidy KM, Edward F, Elizabeth A, Robert G. Genetic influence on dental arch form. JAngle Orthod 1998; 68(5): 445-454.

6. Tajit I, Musthaq N, Khan M. Arch form among different angle classifications a – study. Pakistan Oral & Dental Journal 2011; 31(1): 92-5.

7. Febrina RS, Eky SSS, Endah M. Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa fakultas kedokteran gigi UNPAD. J Ked Gigi 1997 : 9 : 22-7.

8. Uysal T, Usumez S, Memili B, Sari Z. Dental and alveolar arch widths in normal occlusion and class III malocclusion. J Angle Orthod 2005; 75(5): 809-13.

9. Raberin M, Laumon B, Martin JL, Brunner F. Dimension and form of dental arches in with normal occlusion. Am J Orthod and Dentofac Orthod 1993 ; 104 : 67-72.

(44)

11.Lara EC, Carlos GPJ, Kubodera IT, Margarita MN. Dental arch morphology of Mazahua and mestizo teenagers from central Mexico. Braz J Oral Sci 2007. 8(2): 92-6.

12.Pundayani PS. Perbandingan lebar lengkung basal dan lengkung gigi rahang atas pada maloklusi kelas II divisi I dan oklusi normal remaja keturunan Cina

di kodya Yogyakarta. MIKGI 2004; 6(12): 340-3.

13.Swasonoprijo S, Susilowati. Studi banding morfologi dan indeks : kepala, wajah, hidung pada orang Toraja dan Naulu. Sci&Tech, 2002; 3(3): 28-36. 14.Argyropoulos E, Sassouni V. Comparison of the dentofacial patterns for

native Greek and American Caucasian adolescent. American Journal Orthodontist 1989; 95: 48-238.

15.Arthadini VD, Anggani HS. Perubahan lengkung gigi di dalam perawatan ortodonti. M.I. Kedokteran Gigi 2008; 23(4): 199-4.

16.Gunawan S. Perbandingan ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah anatara suku Jawa dan suku Papua. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Gajah Mada, 2002.

17.Novrida Z. Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. (Skripsi). Medan; Universitas Sumatera Utara: 2007.

18.Hasibuan MK. Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi USU ras Deutro Melayu. (Skripsi). Medan; Universitas Sumatera Utara: 2009.

19.Lavelle CLB, Foster TD, Flinn RM. Dental arches in various ethnic groups. J Angle Orthod 1971; 41(4): 293-9.

20.Suri S, Tompson BD, Cornfoot L Cranial base, maxillary and mandibular morphology in Down syndrome. J Angle Orthod 2010; 80 (5): 861-9.

21.Lindsten R, Ogaard B, Larsson E, Bjerklin K. Transverse dental and dental arch depth dimensions in the mixed dentition in a skeletal sample from the

14th to the 19 th century and Norwegian children and Norwegian sami

(45)

22.Aznar T, Galan AF, Marin I, Dominguez A. dental arch diameters and relationships to oral habits. J Angle orthod 2006 ;76(3) : 441-5.

23.Olmez S, Dogan S. Comparison of the arch form and dimensions in various malocclusions of the Turkish population. Open Journal of Stomatology 2011; 1: 158-164.

24.Kuswahyuning S. Perubahan ukuran lengkung gigi sebagai pertimbangan dalam observasi pada periode gigi geligi bercampur. Kongres Nasional XVI Persatuan Dokter Gigi Indonesia 1985: 2-6.

25.Taner TS, Hakan, Germec, et al. Evaluation of dental arch width and form changes after orthodontic treatment and retention with a new computerized

method. Am J Orthod and Dentofac 2004; 126(4): 464-75.

26.Ling JYK, Wong RWK. Dental arch width of Shouthern Chinese. The EH Angle Education and Research Foundation,Inc 2009; 54-63.

27.Poosti M, Jalali T. Tooth size and arch dimension in uncrowded versus crowded class I malocclusions. J Contemp Dent Prac 2007; 8(3):1-8.

28.Thu KM, Abdullah N, Jayasinghe JAP, Chandima GL. The maxillary arch and its relationship to cephalometric landmarks of selected Malay ethnic

group. Malaysian Journal of Medical Sciences 2005; 12(1): 29-38.

29.Nojima K, McLaughlin, RP, Isshiki, Y, Sinclair PM. A comparison study of Caucasian and Japanese mandibular clinical arch form. J Angle Orthod 2001; 71: 195-200.

30.Daldjoeni N. Ras-ras umat manusia. Bandung: Citra Aditya Bakti, 1991. 189-191.

31.Koesoemahardja HD, Nasution FH, Trenggono BS. Antropologi untuk mahasiswa kedokteran gigi. Jakarta: Universitas Trisakti; 2005: 41-9.

(46)

34.Braun S, William P, Dana E, Harry L. The form of the human dental arch. Angle Orthod 1998; 68(1): 29-36.

35.Agnihotri G, Gulati M. Maxillary molar and premolar indices in North Indians: A Dimorphic Study. The internet Journal of Biological Anthropology 2008; 2(1).

(47)

KUESIONER PENELITIAN

DEPARTEMEN ORTODONTI FKG USU

Nama :

NIM :

Umur :

No. Handphone :

Suku : Ayah: Kakek:

Nenek:

Ibu: Kakek

Nenek: Pekerjaan Orangtua : Ayah :

Ibu :

Perawatan Ortodonti : Sudah Sedang Belum

Trauma pada wajah : Pernah Tidak pernah

Pemeriksaan Intraoral (diisi oleh operator) :

Gigi geligi sampai M2 : Lengkap Tidak lengkap

Oklusi M1 : Klas I Klas II Klas III

Karies Aproksimal : Ada Tidak ada

Tambalah Aproksimal : Ada Tidak ada

Tambalan Onlay : Ada Tidak ada

(48)

KERANGKA KONSEP

Pengolahan data

Analisa data

Kesimpulan Mahasiswa FKG

dan FT USU suku Batak

Sampel

Analisa model

Panjang lengkung gigi Lebar lengkung gigi

(49)

KERANGKA TEORI

Anamnese Analisa model Analisa foto profil Analisa sefalometri Ras

Ukuran dan bentuk

(50)
(51)
(52)

Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah Mahasiswa Suku Batak FKG dan FT USU 7 0.449669 1.413499 6.914603 1.088087 0.611185 narrow 8 0.213106 3.504913 1.809479 4.990426 0.727258 narrow 9 -0.9792 -0.51637 -0.39425 0.610386 1.222391 wide 10 -0.04966 0.654482 1.106354 1.255728 0.695754 flat 11 0.11913 0.196363 1.530156 1.156173 0.63699 narrow 12 -1.35876 -1.23178 -0.6832 0.333147 0.851873 wide 13 0.399844 0.195762 0.450297 0.434164 0.401526 narrow 14 -2.68815 -0.56925 -0.79231 0.047579 0.679821 wide 15 -0.21593 -0.5122 -0.52988 0.739877 0.946759 wide 16 -0.57489 -0.14541 0.039005 0.684096 -1.973 mid 17 0.063322 0.648455 0.942415 0.709675 0.690476 narrow 18 -38.5888 -2.77695 4.729638 0.03324 0.58532 flat 26 0.751157 0.558771 0.509169 0.65202 0.965474 narrow 27 1.675107 -0.70961 -0.75727 -0.24115 1.059188 wide 28 -0.46084 -0.05278 0.070692 0.396963 -0.43601 flat 29 -0.35374 -0.10214 0.237504 0.617168 -0.28421 flat 30 0.41759 0.656403 2.738057 0.782069 0.331489 narrow 31 -0.06252 0.208691 0.641108 -1.18166 0.481577 flat 39 0.132401 2.127456 0.133123 6.060079 -4.08297 narrow 40 0.842995 0.999511 0.840517 0.675484 0.972249 narrow 41 3.243704 0.863384 5.918688 0.253275 0.491336 narrow

(53)
(54)

GET DATA /TYPE=XLS

/FILE='F:\data lengkung rahang bawah.xls' /SHEET=name 'Sheet1'

/CELLRANGE=full /READNAMES=on

/ASSUMEDSTRWIDTH=32767.

DATASET NAME DataSet1 WINDOW=FRONT. DESCRIPTIVES

VARIABLES=L33 L66 L77 L31 L61 L71 /STATISTICS=MEAN STDDEV MIN MAX .

Descriptives

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

L33 50 21.69 30.77 26.8086 2.35462

L66 50 41.07 52.42 46.7562 3.15691

L77 50 48.09 61.25 55.4858 3.50884

L31 50 1.73 6.54 4.3658 1.09477

L61 50 19.73 27.54 23.7278 2.01794

L71 50 34.51 46.53 39.6344 2.98714

Valid N (listwise) 50

Gambar

Gambar 1. Tipe bentuk lengkung gigi menurut Clarity, MBT4
Gambar 2. Bentuk lengkung gigi menurut Raberin9
Gambar 3. Pengukuran lebar lengkung gigi menurut Ling dan Wong.26
Gambar 4. Pengukuran lebar lengkung gigi rahang bawah menurut Uysal.8
+7

Referensi

Dokumen terkait

39 Penelitian lainnya oleh Sutan menyatakan terdapat diskrepansi lebar mesiodistal gigi geligi laki-laki dan perempuan suku Batak yaitu pada gigi kaninus rahang atas, kaninus

insisivus rahang bawah pada model studi suku Batak yang paling besar adalah gigi. insisivus lateralis kiri, sedangkan gigi dengan lebar mesiodistal paling kecil

Hasil uji statistik t-test terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah pada etnik Melayu, gigi kaninus

Hasil penelitian pada mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2006-2009 menunjukkan rata-rata ukuran mesiodistal gigi anterior rahang bawah laki-laki adalah lebih besar daripada perempuan

1. Untuk mendapatkan ukuran rata-rata lengkung gigi rahang bawah dalam arah transversal dan sagital yang mempunyai oklusi normal baik laki-laki maupun perempuan pada

Hubungan Tipe Wajah dan Ukuran Lebar Lengkung Gigi mahasiswa suku Tamil India-Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi USU ....

Panjang lengkung gigi diukur dari pertengahan gigi insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol kaninus dan puncak tonjol disto-bukal gigi

Bentuk lengkung gigi rahang bawah pada orang Papua yang paling banyak yaitu bentuk mid (45,8%); hal tersebut karena adanya keseimbangan ukuran lengkung gigi dalam