• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bentuk dan Ukuran Lengkung Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Malaysia FKG USU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Bentuk dan Ukuran Lengkung Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Malaysia FKG USU"

Copied!
72
0
0

Teks penuh

(1)

BAWAH PADA MAHASISWA MALAYSIA FAKULTAS

KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh :

LIM RUI LIANG NIM : 060600149

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi Department Biologi Oral Tahun 2010

Lim Rui Liang

Bentuk dan Ukuran Lengkung Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Malaysia FKG USU.

xi+43 halaman

Bentuk dan ukuran lengkung gigi berbeda untuk setiap individu, dipengaruhi oleh faktor lingkungan, nutrisi, genetik, ras dan jenis kelamin. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan rata-rata ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah (transversal dan sagital) mahasiswa Malaysia Klas I Angle : suku Melayu, India dan Cina di FKG USU.

Penelitian ini merupakan observasional, desain cross-sectional. Sampel diperoleh dengan porposive sampling (28 orang), model studi dental stone rahang atas dan rahang bawah, menggunakan metode Raberin dengan kaliper digital.

Uji ANOVA (p=0,05) menunjukkan ukuran transversal lengkung gigi rahang bawah tidak ada perbedaan yang signifikan antara suku Melayu, India dan Cina. Uji Post Hoc (p=0,05) menunjukkan kedalaman kaninus (sagital) suku India signifikan lebih besar dari Cina (p=0,04). Tidak ada perbedaan yang signifikan ukuran sagital antara suku Melayu-India, suku Melayu-Cina. Uji-t (p=0,05) menunjukkan ukuran sagital lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan yang

(3)

signifikan. Ukuran transversal (lebar intermolar pertama dan kedua) laki-laki signifikan lebih besar dari perempuan (p=0,01 dan p=0,03), ukuran lebar interkaninus tidak ada perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis kelamin.

Tidak ada perbedaan ukuran lengkung gigi rahang bawah suku Melayu dan Cina. Lengkung gigi sagital suku India lebih protrusif dari Melayu dan Cina. Lengkung gigi transversal laki-laki lebih besar dari perempuan.

Daftar Rujukan : 30 ( 1965 – 2009)

(4)

Faculty of Dentistry

Oral Biology Department Year 2010

Lim Rui Liang

Mandibular Shape and Arch Dimension of Malaysian students at Faculty of Dentistry, University of North Sumatera.

xi+43 pages

Dental arches are different from one to the other in shapes and arch dimensions. These are caused by environment, nutrition, gene, races and genders. The purpose of this study is to determine mandibular dimensions and shapes of Angle Class I of Malaysian students : Malays, Indians and Chinese at FKG USU.

This is an observational cross-sectional study which uses purposive sampling to obtain samples. Study models of maxilla and mandibular arches of 28 subjects have been made and measured according to Raberin method with a digital caliper.

ANOVA test (p=0,05) shows no significant difference in transverse measurements of mandibular between Malays, Indians and Chinese but Post Hoc test (p=0,05) shows Indians have significantly larger canine depth (sagitally) than Chinese (p=0,04). There is no significant difference in sagital measurements between Malays-Indians and Malays-Chinese. T-test (p=0,05) shows no significant difference between males and females in sagital measurements. Males have significantly larger transverse

(5)

measurements (first and second molar width) than females (p=0,01 and p=0,03), but there is no significant difference in canine width between males and females.

There is no difference in mandibular measurements between Malays and Chinese. Indians have larger sagital measurements (protrusive) than Malays and Chinese. Males have larger transverse measurements than females.

References : 30 ( 1965 – 2009)

(6)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, 1 Maret 2010

Pembimbing Tanda Tangan

1. Rehulina Ginting, drg., Msi ... NIP : 130 809 959

(7)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan dihadapan tim penguji Pada tanggal 1 Maret 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Rehulina Ginting, drg., Msi ANGGOTA : 1. Yendriwati, drg., M.Kes

2. Dr. Ameta Primasari, drg., M.DSc., M.Kes

(8)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan kasih karunia-NYA penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis telah mendapat banyak bantuan, masukan-masukan yang bermanfaat, motivasi dan bimbingan yang membangun dari pelbagai jenis pihak. Untuk itu, penulis dengan ikhlas ingin mengucapkan ribuan terima kasih kepada :

1. Prof. Ismet Daniel Nasution, drg., Sp.Prost (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

2. Lisna Unita R, drg., M.Kes., selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3. Rehulina Ginting, drg., MSi, selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah banyak memberikan bantuan, masukan, motivasi dan bimbingan sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik. Semoga beliau mendapat balasan yang berlipat ganda atas kebaikannya selama ini.

4. Prof. Trimurni Abidin, drg.,M.Kes., Sp.KG(K) selaku ketua UPT penelitian FKG USU yang telah memberikan masukan-masukan atas skripsi ini.

(9)

5. Shaukat Osmani Hasbi, drg., Sp. BM., selaku penasehat akademik yang selama ini telah banyak nasehat selama penulis menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Biologi Oral FKG USU yang telah memberikan saran dan masukan kepada penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

7. Seluruh staf pengajar FKG USU yang telah membimbing dan memberikan ilmunya kepada penulis selama menjalani masa pendidikan.

8. Drs. Abdul Jalil Amma, M.kes selaku PUDEK I FKM-USU, yang telah banyak memberikan bimbingan dan bantuan dalam pengolahan data penelitian.

9. Kedua orang tua penulis Ayahanda dan Ibunda tercinta atas pengorbanan tenaga, materi, kasih sayang dan masih banyak lagi yang tidak dapat disebutkan sehingga penulis dapat mengecap pendidikan di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

10. Teman-teman penulis yang selalu membantu kegiatan penulis Anggun Sari Siregar, Johnathan, Tan Xiao Chuan, Siew Chin Keong, Firdaus, Diah dan seluruh teman-teman lain yang namanya tidak disebutkan, terimakasih atas perhatian dan semangat yang diberikan.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini belum lagi sempurna. Maka penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk perbaikan kedepannya. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat dimanfaatkan luas bagi perkembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang Kedokteran Gigi.

(10)

Medan, 1 Maret 2010 Penulis,

( Lim Rui Liang ) NIM : 060600149

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI... iii

KATA PENGANTAR... iv

DAFTAR ISI... vii

DAFTAR TABEL... ix

DAFTAR GAMBAR... x

DAFTAR LAMPIRAN... xi

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penenelitian... 3

1.4 Manfaat Penelitian... 4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lengkung Gigi... 5

2.1.1 Perubahan Dimensi Lengkung Gigi... 6

2.2 Bentuk Lengkung Gigi... 6

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pertumbuhan dan Perkembangan Lengkung Gigi Rahang Atas dan Bawah ... 6

2.3.1 Genetik ………... 7

2.3.2 Lingkungan ………... 7

2.3.3 Otot-otot Rongga Mulut ... 9

2.3.4 Kehilangan Dini Gigi Desidui ... 9

2.3.5 Keturuan / Ras ………. 10

(12)

2.3.6 Jenis Kelamin ………... 10

2.4 Kerangka Konsep... 11

2.5 Hipotesa Penelitian... 12

2.6 Alur Penelitian ... 13

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian... 14

3.2 Tempat dan Waktu... 14

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi ... 14

3.3.2 Sampel... 14

3.4 Kriteria... 15

3.5 Variabel Penelitian... 16

3.6 Definisi Operasional... 16

3.7 Alat dan Bahan Penelitian... 19

3.8 Prosedur Penelitian... 20

3.9 Analisa Data... 22

BAB 4 HASIL PENELITIAN... .. 23

BAB 5 PEMBAHASAN 5.1 Hasil rata-rata dan Uji Statistik Ukuran Model Lengkung Gigi Rahang Bawah Mahasiswa Malaysia FKG USU Berdasarkan Suku... 31

5.1.1 Arah Transversal... 31

5.1.2 Arah Sagital... 34

5.2 Hasil rata-rata dan Uji Statistik Ukuran Model Lengkung Gigi Rahang Bawah Dalam Berdasarkan Jenis Kelamin... 36

5.2.1 Arah Transversal... 36

5.2.2 Arah Sagital... 38

5.3 Bentuk Lengkung Rahang... 38

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan... 40

6.2 Saran... 40

DAFTAR RUJUKAN... 41 LAMPIRAN

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa

Malaysia FKG-USU………. ... 23

2. Rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa

Malaysia FKG-USU berdasarkan suku………... 24

3. Perbandingan rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah

Mahasiswa Malaysia berdasarkan suku dengan uji Post Hoc... 25

4. Rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa

Malaysia FKG-USU berdasarkan jenis kelamin…..……... 26 5. Distribusi bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa

Malaysia FKG-USU berdasarkan suku ………..………... 27 6. Distribusi bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa

Malaysia FKG-USU... 28

(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Dimensi lengkung rahang gigi permanen ... 5

2. Efek menghisap ibu jari, (a) asimetris dari anterior open bite, Dan (b) bilateral crossbite……… 8

3. Deviasi relatif untuk setiap bentuk lengkung………..……... 18

4. Digital caliper Elecrown dengan ketelitian 0,01mm………... 20

5. Penentuan titik-titik patokan……….. 21

6. Pengukuran secara transversal……… 21

7. Pengukuran secara sagital……….. 22

8. Contoh bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG-USU………. 29

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Persentase jumlah energi dari jenis makanan pada negara Asia Tenggara 2. Skema alur pikir

3. Lembaran persetujuan

4. Questionnaire

5. Hasil pengukuran model lengkung gigi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG USU

6. Deviasi relatif perbandingan ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa FKG USU terhadap rata-rata (%).

7. Hasil perhitungan statistik 8. Surat Ethical Clearanc

(16)

Fakultas Kedokteran Gigi Department Biologi Oral Tahun 2010

Lim Rui Liang

Bentuk dan Ukuran Lengkung Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Malaysia FKG USU.

xi+43 halaman

Bentuk dan ukuran lengkung gigi berbeda untuk setiap individu, dipengaruhi oleh faktor lingkungan, nutrisi, genetik, ras dan jenis kelamin. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan rata-rata ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah (transversal dan sagital) mahasiswa Malaysia Klas I Angle : suku Melayu, India dan Cina di FKG USU.

Penelitian ini merupakan observasional, desain cross-sectional. Sampel diperoleh dengan porposive sampling (28 orang), model studi dental stone rahang atas dan rahang bawah, menggunakan metode Raberin dengan kaliper digital.

Uji ANOVA (p=0,05) menunjukkan ukuran transversal lengkung gigi rahang bawah tidak ada perbedaan yang signifikan antara suku Melayu, India dan Cina. Uji Post Hoc (p=0,05) menunjukkan kedalaman kaninus (sagital) suku India signifikan lebih besar dari Cina (p=0,04). Tidak ada perbedaan yang signifikan ukuran sagital antara suku Melayu-India, suku Melayu-Cina. Uji-t (p=0,05) menunjukkan ukuran sagital lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan yang

(17)

signifikan. Ukuran transversal (lebar intermolar pertama dan kedua) laki-laki signifikan lebih besar dari perempuan (p=0,01 dan p=0,03), ukuran lebar interkaninus tidak ada perbedaan yang signifikan berdasarkan jenis kelamin.

Tidak ada perbedaan ukuran lengkung gigi rahang bawah suku Melayu dan Cina. Lengkung gigi sagital suku India lebih protrusif dari Melayu dan Cina. Lengkung gigi transversal laki-laki lebih besar dari perempuan.

Daftar Rujukan : 30 ( 1965 – 2009)

(18)

Faculty of Dentistry

Oral Biology Department Year 2010

Lim Rui Liang

Mandibular Shape and Arch Dimension of Malaysian students at Faculty of Dentistry, University of North Sumatera.

xi+43 pages

Dental arches are different from one to the other in shapes and arch dimensions. These are caused by environment, nutrition, gene, races and genders. The purpose of this study is to determine mandibular dimensions and shapes of Angle Class I of Malaysian students : Malays, Indians and Chinese at FKG USU.

This is an observational cross-sectional study which uses purposive sampling to obtain samples. Study models of maxilla and mandibular arches of 28 subjects have been made and measured according to Raberin method with a digital caliper.

ANOVA test (p=0,05) shows no significant difference in transverse measurements of mandibular between Malays, Indians and Chinese but Post Hoc test (p=0,05) shows Indians have significantly larger canine depth (sagitally) than Chinese (p=0,04). There is no significant difference in sagital measurements between Malays-Indians and Malays-Chinese. T-test (p=0,05) shows no significant difference between males and females in sagital measurements. Males have significantly larger transverse

(19)

measurements (first and second molar width) than females (p=0,01 and p=0,03), but there is no significant difference in canine width between males and females.

There is no difference in mandibular measurements between Malays and Chinese. Indians have larger sagital measurements (protrusive) than Malays and Chinese. Males have larger transverse measurements than females.

References : 30 ( 1965 – 2009)

(20)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bentuk dan ukuran lengkung gigi baik dalam arah transversal dan sagital pada suatu individu berbeda dengan individu lainnya, hal ini dipengaruhi beberapa faktor yaitu lingkungan, nutrisi, genetik, ras, dan jenis kelamin. Nilai normal ukuran lengkung gigi pada rahang bawah ras Kaukasoid belum tentu merupakan ukuran lengkung gigi normal bagi ras yang lain. Karena itu perlu diadakan penentuan nilai normal ukuran lengkung gigi rahang bawah maupun rahang atas pada masing-masing ras.1 Secara umum orang Kaukasoid mempunyai lengkung gigi yang sempit dan berbentuk ‘v’ sedangkan orang Mongoloid mempunyai lengkung gigi yang parabolik dengan insisivus, kaninus dan molar yang besar. Orang Australoid mempunyai lengkung gigi yang besar dengan ukuran gigi yang besar.2

Penelitian Ling (2007) menunjukkan lebar interpremolar orang Cina di China Selatan lebih besar dari orang Cina yang tinggal di Liverpool, bila dibandingkan dengan lebar interpremolar orang Cina di China Selatan dan Liverpool dengan orang Kaukasoid, didapati lebar interpremolar orang Cina lebih besar dua hingga tiga mm dari orang Kaukasoid.3 Penelitian Thu (2005) memperoleh ukurun rata-rata lengkung anterior orang Melayu adalah 35,93 mm sedangkan ukuran rata-rata lengkung anterior orang Cina adalah 35,74 mm. Hal ini menunjukkan bahwa orang Melayu mempunyai ukuran lengkung gigi yang hampir sama dengan orang Cina mungkin karena orang Melayu dan Cina tergolong dalam ras yang sama yaitu ras Mongoloid.4

(21)

Monique Raberin (1993) telah melakukan penelitian untuk menetapkan ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah yang ideal pada bangsa Perancis yang mempunyai oklusi normal. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa semua ukuran transversal lengkung gigi bawah perempuan pada umumnya lebih kecil daripada laki-laki.1,5 Febrina R.S (1997) telah melakukan penelitian pada 200 orang mahasiswa FKG UNPAD dimana pengukuran secara transversal lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa lelaki lebih besar satu hingga tiga mm daripada mahasiswa perempuan, sedangkan panjang lengkung gigi rahang bawah dalam arah sagital, menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan mahasiswa FKG UNPAD. Ditemui juga ukuran lengkung gigi rahang bawah dalam arah sagital pada mahasiswa FKG UNPAD lebih kedepan (protrusif) bila dibandingkan dengan penelitian Monique Raberin (1993) yang mewakili ras Kaukasoid.1 Penelitian mengenai lebar rahang dalam arah transversal dan sagital di Indonesia masih belum diperoleh, oleh karena itu penelitian Febrina (1997) mengenai mahasiswa FKG UNPAD membuka pemikiran kepada peneliti tentang lebar rahang mahasiswa Malaysia FKG USU, yang mana secara umum Malaysia dan Indonesia merupakan satu rumpun ras Mongoloid.

Mayoritas masyarakat Malaysia terdiri dari suku Melayu, India, dan Cina. Suku Melayu dikenal juga sebagai Deutro-Melayu merupakan campuran dari orang Kamboja, Indo-Persian, dan pedagang dari China Selatan dengan orang asli dan Proto-Melayu, sedangkan orang India di Malaysia berasal dari Selatan India dan Orang Cina dari China. Saat ini dijumpai mahasiswa Malaysia yang kuliah di FKG USU sekitar 150 orang yang terdiri dari suku Melayu, India, dan Cina. Berdasarkan

(22)

hal di atas peneliti sebagai mahasiswa FKG USU tertarik untuk meneliti lebar lengkung rahang gigi dalam arah transversal dan sagital terhadap mahasiswa Malaysia yang kuliah di FKG USU.

1.2 Perumusan Masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Berapakah rata-rata ukuran model lengkung gigi rahang bawah dalam arah transversal dan sagital pada mahasiswa Malaysia FKG USU?

2. Apakah ada perbedaan ukuran lengkung gigi rahang bawah dalam arah transversal dan sagital pada mahasiswa laki-laki dan perempuan Malaysia FKG USU?

3. Apakah ada perbedaan ukuran lengkung gigi rahang bawah dalam arah transversal dan sagital pada mahasiswa Malaysia FKG USU berdasarkan suku?

1.3Tujuan Penelitian

1. Untuk mendapatkan ukuran rata-rata lengkung gigi rahang bawah dalam arah transversal dan sagital yang mempunyai oklusi normal baik laki-laki maupun perempuan pada mahasiswa Malaysia FKG USU.

2. Untuk melihat perbedaan lengkung gigi rahang bawah dalam arah transversal dan sagital pada mahasiswa laki-laki dan perempuan Malaysia FKG-USU.

3. Untuk melihat perbedaan ukuran lengkung gigi rahang bawah dalam arah transversal dan sagital pada mahasiswa Malaysia FKG USU berdasarkan suku Melayu, India dan Cina.

(23)

1.4Manfaat Penelitian

1. Bermanfaat dalam penerapan pada Aesthetic Dentistry dan untuk perawatan ortodontik yang lebih efektif

2. Sebagai informasi ukuran dan bentuk lengkung gigi mahasiswa Malaysia di FKG USU.

3. Untuk menunjang perkembangan ilmu Biologi Oral tentang lebar lengkung rahang.

4. Untuk menunjang Ilmu Kedokteran Gigi di klinik seperti di bagian ortodonsia dan prostodonsia.

(24)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Lengkung gigi terdiri dari superior dan inferior dimana masing-masing dikenal sebagai maksila dan mandibula.6 Lengkung gigi adalah berbeda pada setiap individu, tidak ada seorang pun mempunyai lengkung gigi yang sama meskipun mereka adalah anak kembar, dipengaruhi oleh lingkungan, nutrisi, genetik, ras, dan jenis kelamin.1

2.1Lengkung gigi

Menurut Barber (1982 cit. Budiarjo 2003), lengkung gigi atau dental arch merupakan suatu garis lengkung imaginer yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah. Telah diteliti bahwa selama periode tumbuh-kembang geligi terjadi perubahan dan karakteristik dimensi lengkung gigi. Hal ini mengikuti perubahan variable garis vektor pertumbuhan, perbedaan ukuran gigi sulung dan gigi permanen, perkembangan oklusi, serta fungsi rongga mulut. Dimensi lengkung gigi adalah lebar interkaninus, lebar intermolar, panjang, dan sekeliling lengkung gigi.7

Gambar 1.Dimensi lengkung rahang gigi permanen.8

(25)

2.1.1 Perubahan dimensi lengkung gigi

Perubahan dimensi lengkung gigi telah banyak diteliti, dan telah dibuktikan bahwa perbedaan ukuran gigi sulung dan gigi tetap sangat berperan terhadap perubahan tersebut. Selain ukuran gigi, Sillman’s (1964) juga melaporkan bahwa ukuran dan bentuk rahang tidak statis, hal ini dihubungkan dengan transisi periode geligi, ekspansi sutura di maksila, remodeling tulang alveolar, kontraksi otot dan oklusi.7 Perubahan lengkung gigi yang berlaku pada jangka hidup seseorang adalah penting kepada praktek klinik dokter gigi yang terlibat dalam perawatan maloklusi. Pengertian dalam perubahan ini bukan saja membantu praktek klinik dokter gigi dalam perencanaan perawatan tetapi juga dapat membantu menjelaskan kepada pasien tentang perubahan yang mungkin terjadi pada waktu perawatan.9

2.2 Bentuk lengkung gigi

Setelah Angle, banyak orthodontis mencarikan satu bentuk lengkung rahang yang ideal yang dapat memastikan hasil perawatan yang stabil. Hasil yang didapati dari penelitian memastikan bahwa tidak ada bentuk lengkung rahang yang ideal dan universal tetapi terdapat lebih kurang lima tipe bentuk yang sering dijumpai pada orang dewasa yang mempunyai oklusi yang normal. Bentuk yang sering dijumpai adalah narrow (sempit), wide (lebar), mid (sedang), pointed (tajam), flat (datar).5

2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan

ukuran lengkung gigi rahang atas dan bawah

Menurut Dockrell (1952) dan Moyers (1988) menyatakan faktor yang mempengaruhi perubahan lengkung gigi antara lain genetik dan lingkungan seperti

(26)

kebiasaan oral, malnutrisi, dan fisik. Menurut Van der Linden (1986), faktor yang mempengaruhi perubahan dan karakteristik lengkung gigi antara lain fungsi rongga mulut, kebiasaan oral dan otot-otot rongga mulut.Faktor lain seperti prematur loss gigi desidui, ras dan jenis kelamin juga mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan lengkung gigi.7

2.3.1 Genetik

Genetik merupakan faktor yang penting dalam menentukan ukuran dan bentuk rahang gigi. Arya (1973), dan Hue (1991) menunjukkan bahwa faktor genetik berperan pada dimensi lebar, panjang, dan keliling lengkung gigi.7

Penelitian Cassidy menerangkan bahwa hubungan bagian bukal yaitu hubungan molar pertama antara maksila dan mandibula dalam arah sagital pada remaja saudara kandung lebih serupa daripada remaja yang tidak ada hubungan biologis.10

2.3.2 Lingkungan

Faktor lingkungannya termasuk kebiasaan oral, malnutrisi dan fisik.7

a. Kebiasaan Oral

Kebiasaan oral yang mempengaruhi lengkung gigi antara lain menghisap ibu jari atau jari-jari tangan, menghisap dot, bernafas melalui mulut, dan penjuluran lidah. Peran kebiasaan oral terhadap perubahan dan karaktristik lengkung gigi tergantung dari frekuensi, intensitas dan lama durasi.7,11 Hasil penelitian Aznar (2006) dan peneliti lain, menunjukkan kebiasaan hisap jari untuk jangka waktu yang

(27)

panjang akan menyebabkan penambahan jarak antara molar mandibula. Aznar juga menunjukkan bahwa kebiasaan menghisap mainan akan menyebabkan pengurangan lengkung gigi maksila terutama di bagian kaninus dan kebiasaan bernafas melalui mulut menyebabkan pengurangan ukuran pada rahang atas dan bawah.12 Aktivitas kebiasaan buruk ini berkaitan dengan otot-otot rongga mulut. Aktivitas ini sangat sering ditemukan pada anak-anak usia muda dan bisa dianggap normal pada masa bayi, meskipun hal ini menjadi tidak normal jika berlanjut sampai masa akhir anak-anak.13

a. b.

b. Malnutrisi

Nutrisi yang baik adalah penting pada waktu remaja untuk memperoleh pertumbuhan oral yang baik. Pengambilan nutrisi atau energi yang kurang dapat mempengaruhi pertumbuhan sehingga membatasi potensi pertumbuhan seseorang.14 Malnutrisi dapat mempengaruhi ukuran bagian badan, sehingga terjadi perbandingan bagian yang berbeda-beda dan kualitas jaringan yang berbeda-beda seperti kualitas gigi dan tulang. Adanya malnutrisi dapat berakibat langsung pada organ-organ tubuh.15

Gambar 2. Efek menghisap ibu jari, (a) asimetris dari anterior open bite, dan (b) bilateral crossbite13

(28)

c. Fisik

Perubahan dalam kebiasaan diet seperti tekstur makanan yang lebih halus menyebabkan penggunaan otot pengunyahan dan gigi berkurang. Akibat pengurangan pengunyahan akan menyebabkan perubahan pada perkembangan fasial sehingga maksila menjadi lebih sempit.16 Hasil penelitian Moore dkk (1968) mengenai dimensi rahang dan gigi sejak zaman Neolitik sampai zaman modern menunjukkan bahwa diet modern kurang membutuhkan pengunyahan sehingga kurang memberi stimulus terhadap pertumbuhan rahang dibandingkan dengan diet yang lebih primitif.13 Penelitian Defraia mendapati anak-anak pada zaman sekarang mempunyai lengkung gigi atas yang lebih kecil dari subjek yang diteliti 40 tahun yang lalu oleh Lindsten dkk.17

2.3.3 Otot-otot rongga mulut

Otot pengunyahan yang kuat meningkatkan mekanisme pengunyahan rahang dan ini memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang yang mengakibatkan peningkatan pertumbuhan rahang.18 Hal ini didukung oleh penelitian Kiliaridis (2003) terdapat hubungan antara ukuran otot-otot pengunyahan dengan lebar kraniofasial. Penelitiannya mendapati bahwa perempuan yang otot masseternya lebih tebal mempunyai lengkung rahang yang lebih lebar dari perempuan yang otot masseternya lebih tipis.19

2.3.4 Kehilangan dini gigi desidui

Kehilangan dini gigi desidui biasanya disebabkan oleh karies gigi, trauma dan resorpsi prematur akar gigi. Definisi prematur loss gigi adalah kehilangan gigi

(29)

desidui sebelum waktu penanggalannya. Prematur loss gigi desidui dapat mengurangi lengkung rahang yang diperlukan untuk gigi pengganti maka cenderung menyebabkan gigi berjejal, rotasi, dan impaksi gigi permanen.20,21

2.3.5 Keturunan / Ras

Keturunan merupakan faktor yang penting terhadap perkembangan dental individu.2 Menurut Sassouni dan Ricketts (Argyropoulos, 1989) berpendapat bahwa kelompok ras yang berbeda akan menampilkan pola kraniofasial yang berbeda.1 Pada ras yang berbeda pertumbuhan pada masing-masing ras juga berbeda, begitu juga waktu maturasi, pembentukan tulang, kalsifikasi gigi dan waktu erupsi gigi.15

2.3.6 Jenis kelamin

Penelitian menunjukkan bahwa ukuran lengkung rahang laki-laki lebih besar dari perempuan dalam arah transversal.4,18 Lavele (1979 cit. Desi, 2007) menyatakan bahwa perbedaan ukuran lengkung gigi rahang bawah antara laki-laki dan perempuan disebabkan adanya faktor kekuatan fungsional, kebiasaaan makan, sikap tubuh dan trauma dimana lebih berpengaruh pada laki-laki daripada perempuan.22 Ditemui bahwa lelaki dan perempuan mempunyai dimensi skeletal fasial yang berbeda (Wei, 1970; Ingerslev dan Solow, 1975; Chung dan Wong, 2002; Chung dan Mongiovi, 2003) dan perbedaan ukuran lengkung maksila dan mandibula (Moyers dkk. 1976; Christie, 1977).19

(30)

Ukuran Lengkung Gigi Dalam Arah Transversal dan Sagital Pada Model Mahasiswa Malaysia FKG

USU

Lingkungan -kebiasaan oral -malnut risi -fisik

Genetik Otot-otot rongga mulut

Kehilangan dini gigi desidui

Keturunan/ras Jenis kelamin

Pertumbuhan dan perkembangan

lengkung rahang atas dan rahang bawah

Ukuran lengkung gigi

Suku dari malaysia

Jenis kelamin Melayu

Laki-laki India

Ras Mongoloid - lengkung rahang yang lebar

Ras Kaukasoid - lengkung rahang yang panjang dan sempit serta berbentuk ‘v’

?

Cina

perempuan Otot

masseter

Otot masseter

testosteron Diet estrogen Diet

?

(31)

2.5 HIPOTESA PENELITIAN

1. Ada perbedaan ukuran lengkung gigi rahang bawah dalam arah transversal dan sagital pada mahasiswa laki-laki dan perempuan Malaysia FKG USU.

2. Ada perbedaan ukuran lengkung gigi rahang bawah dalam arah transversal dan sagital pada mahasiswa Malaysia FKG USU berdasarkan suku.

(32)

2.6 Alur penelitian Questionnaire

Sampel

Pengukuran model lengkung gigi dan pengumpulan data

Transversal Sagital

Jarak Intermolar 1

(L66) Jarak

Interkaninus (L33)

Jarak gigi M1 ke gigi

Insisivus (L61)

Pengolahan Data

Analisa Data

Kesimpulan RB

Jarak Intermolar 2

(L77)

Jarak gigi kaninus ke gigi Insisivus

(L31)

Jarak gigi M2 ke gigi

Insisivus (L71) Seleksi

Questionnaire

Pencetakan lengkung rahang gigi

(33)

BAB 3

METODOLOGI PENELITIAN

3.1Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian observasional dengan desain cross-sectional untuk mengumpulkan data-data tentang ukuran lengkung gigi dalam arah sagital dan transversal pada mahasiswa Malaysia Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

3.2 Tempat dan Waktu

Tempat : Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara

Jl. Alumni. No.2 Universitas Sumatera Utara

Waktu : Bulan Oktober 2009-Desember 2009 3.3Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Malaysia di FKG USU 3.3.2 Sampel

Sampel diperoleh dengan metode porposive sampling, yaitu dipilih berdasarkan kriteria melalui kriteria inklusi dan eksklusi.

3.3.2.1 Besar Sampel

Sampel yang diambil adalah 28 orang. Disebabkan karena sulit mendapat sampel lebih dari 28 untuk memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Di antara 28 orang terdiri dari 13 orang suku Melayu, 6 orang suku India, dan 9 orang suku Cina.

(34)

3.4 Kriteria

Sampel

Kriteria inklusi

• Mahasiswa FKG malaysia

• Jumlah gigi yang lengkap dari Insisivus 1 s/d Molar 2 rahang bawah

• Umur 18-25 tahun

• Tidak ada tambalan, gigi tiruan, karies pada bagian gigi yang akan diukur Insisivus I, Kaninus, Molar I dan Molar II.

• Hubungan oklusi gigi Molar dan Kaninus klas I Angle.

Kriteria eksklusi

• Pernah memakai pesawat

orthodonsia

• Tambalan pada mesial gigi insisivus 1, kaninus, mesiobukal M1 dan distobuka l M2

• Karies yang melibatkan permukaan mesial dan distal gigi yang akan diukur

• Pernah mengalami trauma atau kecelakaan pada rahang mulut

• gigi kaninus ektopik.

• Kelainan gigi atau rahang (peg shape, mikrognathia, makrognathia)

Pencetakan rahang gigi

Model

Kriteria inklusi

• Kualitas hasil model yang baik

- Tidak poreus - Tidak retak - Diisi dengan baik

• Langsung diisi dengan dental stone (Fujirock)

Kriteria eksklusi

• Hasil model tidak baik

- Tidak dapat dilakukan pengukuran

(35)

3.5 Variabel Penelitian

3.6Definisi Operasional

i. Ukuran lengkung gigi dalam arah transversal pada rahang bawah adalah L33, L66, dan L77.

a. L33 (lebar interkaninus) : jarak yang diukur antara puncak tonjol gigi kaninus kiri ke puncak tonjol kaninus kanan.

b. L66 (lebar intermolar pertama) : jarak yang diukur antara puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen kiri ke puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen kanan.

Variabel bebas Suku

• Melayu

• India

• Cina

Variable tergantung

Ukuran lengkung gigi dalam arah transversal (L33, L66, L77) dan sagital (L31, L61, L71)

Variabel Kendali a. Alat ukur Kaliper

digital b. Umur 18-25 c. Jenis kelamin

Variable tak terkendali a. Faktor pertumbuhan dan

perkembangan

• Nutrisi

• Penyakit sistemik

• Kebiasaan oral

• Kehilangan gigi desidui

• Genetik

b. Penyusutan model (shrinkage)

(36)

c. L77 (lebar intermolar kedua) : jarak yang diukur antara puncak tonjol distobuka l gigi molar kedua kiri ke gigi molar kedua kanan.

ii. Ukuran lengkung gigi dalam arah sagital pada rahang bawah adalah L31, L61, L71.

a. L31 (kedalaman kaninus) : jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol kaninus kiri dan kanan.

b. L61 (kedalaman molar pertama) : jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol mesio-bukal gigi molar pertama kiri dan kanan.

c. L71 (kedalaman molar kedua) : jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungi puncak tonjol distobukal gigi molar kedua permanen kiri dan kanan.

iii. Bentuk lengkung gigi ditentukan berdasarkan persentase deviasi relatif dari perbandingan L31/L33. L61/L66, L71/L77, L33/L66 dan L61/L71.

a. Narrow bila nilai persentase deviasi relatif dari perbandingan L31/L33.

L61/L66, L71/L77 hasilnya positif (+).

b. Wide bila nilai persentasi deviasi relatif dari perbandingan L31/L33.

L61/L66, L71/L77 hasilnya negatif (-).

c. Mid bila nilai persentase deviasi relatif dari kelima perbandingan tidak ada

perbedaan yang signifikan.

(37)

d. Pointed bila nilai persentase deviasi relatif dari L31/L33 jauh lebih besar dari perbandingan lainnya

e. Flat bila nilai persentase deviasi relatif dari L31/L33 jauh lebih kecil dari

perbandingan lainnya

Cara perhitungan bentuk lengkung gigi No Ratio Mean ratio

seluruh sampel (

Mean ratio satu sampel (X)

Persntase deviasi relatif

Diperoleh nilai persentase deviasi relatif dari perbandingan L31/L33, L61/L66, L71/L77 hasilnya positif (+). Cocokkan dengan gambar 3 kolom 1 maka dapat hasil narrow.

Persntase deviasi relatif

Diperoleh nilai persentase deviasi relatif dari perbandingan L31/L33, L61/L66, L71/L77 hasilnya negatif (-). Cocokkan dengan gambar 3 kolom 2 maka dapat hasil wide.

Gambar 3. Deviasi relatif untuk setiap bentuk lengkung5

(38)

No Ratio Mean ratio seluruh

sampel (

Mean ratio satu sampel (X)

Persntase deviasi relatif

Diperoleh nilai persentase deviasi relatif dari kelima perbandingan (L31/L33, L61/L66, L71/L77, L33/L66 dan L61/L71) tidak ada perbedaan yang signifikan. Cocokkan dengan gambar 3 kolom 3 maka dapat hasil mid.

No Ratio Mean ratio seluruh

sampel (

Mean ratio satu sampel (X)

Persntase deviasi relatif

(X- )/ X 100

Bentuk lengkung rahang

Diperoleh L31/L33 nilai persentase deviasi relatif dari jauh lebih besar dari perbandingan lainnya (L61/L66, L71/L77, L33/L66 dan L61/L71). Cocokkan dengan gambar 3 kolom 4 maka dapat hasil pointed.

No Ratio Mean ratio seluruh

sampel (

Mean ratio satu sampel (X)

Persntase deviasi relatif

Diperoleh L31/L33 nilai persentase deviasi relatif dari jauh lebih kecil dari perbandingan lainnya (L61/L66, L71/L77, L33/L66 dan L61/L71). Cocokkan dengan gambar 3 kolom 5 maka dapat hasil flat.

3.7Alat dan Bahan Penelitian

Alat :

1. Digital kaliper Elecrown dengan ketelitian 0,01 mm. 2. Pensil mekanik.

3. Penggaris logam 4. Sendok cetak

(39)

5. Rubber bowl 6. Spatel

Bahan :

1. Alginate (hygedent) 2. Dental stone (Fujirock)

Gambar 4. Digital kaliper Elecrown dengan ketelitian 0,01 mm

3.8Prosedur Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Dilakukan pencetakan rahang bawah pada mahasiswa Malaysia FKG USU yang telah memenuhi kriteria sampel.

b) Cetakan harus diisi dental stone (Fujirock) dengan segera.

c) Pengukuran lengkung gigi dalam arah sagital dan transversal dilakukan dengan menggunakan metode Monique Raberin (1993).

d) Penentuan titik-titik patokan yaitu pertengahan gigi insisif sentral bagian bukal, ujung puncak gigi kaninus, puncak tonjol mesio-bukal gigi molar pertama dan puncak tonjol disto-bukal gigi molar kedua (gambar 5).

(40)

Gambar 5. Penentuan Titik-titik Patokan.3

e) Untuk pengukuran transversal diukur jarak diantara ujung gigi kaninus kiri ke ujung puncak gigi kaninus kanan (L33), jarak diantara puncak tonjol mesio-bukal gigi molar pertama kiri ke gigi molar pertama kanan (L66), jarak diantara puncak tonjol disto-buka l gigi molar kedua kiri ke gigi molar kedua kanan (L77) (gambar 6).

Gambar 6. Pengukuran secara transversal.3 Keterangan : puncak tonjol gigi kaninus (L33)

puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen (L66) puncak tonjol distobukal gigi molar kedua permanen (L77)

f) Untuk pengukuran sagital diukur jarak dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol kaninus kiri dan kanan (L31), jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol mesio-buka l gigi molar pertama kiri dan kanan (L61), jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungi puncak tonjol distobukal gigi molar kedua permanen kiri dan kanan (L71), seperti gambar 7.

g) Pengukuran diatas dilakukan oleh 3 orang mahasiswa supaya nilai yang didapati lebih akurat.

(41)

Gambar 7. Pengukuran secara sagital

Keterangan : Jarak dari ujung pertengahan gigi insisivus sentral terhadap garis yang menghubungkan tonjol gigi kaninus. (L31)

Jarak diantara insisal edge pada garis yang menghubungkan tonjol gigi molar pertama. (L61)

Jarak diantara insisal edge sampai garis yang menghubungkan tonjol gigi molar kedua. (L71)

3.9Analisa data

o Dihitung rata-rata dan standar deviasi ukuran lengkung gigi bawah seluruh

sampel.

o Dihitung rata-rata dan standar deviasi ukuran lengkung gigi bawah

berdasarkan jenis kelamin kemudian dilakukan uji t.

o Dihitung rata-rata dan standar deviasi ukuran lengkung gigi bawah

berdasarkan suku kemudian dilakukan uji ANOVA dan uji Post Hoc.

o Hitungan ini semua dilakukan dengan menggunakan program SPSS 11.5.

(42)

BAB 4

HASIL PENELITIAN

Sampel penelitian berjumlah 28 orang yang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 16 orang perempuan. Sampel diambil dari mahasiswa Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang masih aktif mengikuti pendidikan dan memenuhi kriteria yang ditetapkan. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap sampel, dapat dilihat gambaran rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG-USU (Tabel 1).

Table 1. Rata-rata Ukuran Lengkung Gigi Rahang Bawah pada mahasiswa Malaysia FKG-USU

Keterangan :

L33 = lebar interkaninus L31 = kedalaman kaninus L66 = lebar intermolar pertama L61 = kedalaman molar pertama L77 = lebar intermolar kedua L71 = kedalaman molar kedua

Table 1 menunjukkan rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG USU. Ukuran rata-rata lengkung gigi dalam arah transversal yaitu lebar interkaninus (L33) rata-rata 27,16 mm (24,23 mm - 30,73 mm). Lebar intermolar pertama (L66) rata-rata 46,67 mm (39,67 mm - 53,36 mm). Lebar intermolar kedua (L77) rata-rata 55,49 mm (49,80 mm - 61,61 mm).

Pengukuran Rata-rata(mm) Simpang baku Batas

(43)

Ukuran rata-rata lengkung gigi dalam arah sagital yaitu kedalaman kaninus (L31) rata 4,85 mm (3,14 mm - 7,55 mm). Kedalaman molar kedua (L61) rata-rata 23,83 mm (19,67 mm - 27,81 mm). Kedalaman molar kedua (L71) rata-rata-rata-rata 39,68 mm (35,19 mm - 45,69 mm).

Bila pengukuran lengkung gigi dibedakan berdasarkan antara suku maka dapat dilihat perbedaan rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah pada suku Melayu, India dan Cina pada tabel 2 dibawah ini.

Tabel 2. Rata-rata Ukuran Lengkung Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Malaysia FKG-USU berdasarkan suku

Keterangan :

L33 = lebar interkaninus L31 = kedalaman kaninus L66 = lebar intermolar pertama L61 = kedalaman molar pertama L77 = lebar intermolar kedua L71 = kedalaman molar kedua

Berdasarkan hasil penelitian ukuran lengkung rahang dalam arah transversal (L33, L66 dan L77) diperoleh ukuran L33 suku Cina paling besar dengan ukuran 27,61 mm dan suku Melayu paling kecil dengan ukuran 26,81 mm, sedangkan pada ukuran L66 dan L77 suku Melayu dijumpai paling besar dan suku India paling kecil. Hasil analisis uji ANOVA menunjukkan bahwa pada lengkung gigi rahang bawah

Pengukuran

Rata-rata (mm) Simpangan baku p

(44)

dalam arah transversal tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara suku Melayu, India dan Cina.

Hasil penelitian ukuran lengkung gigi dalam arah sagital (L31, L61 dan L71) diperoleh L31 suku India terbesar dan suku Cina paling kecil. Pada ukuran L61 dijumpai suku India paling besar dan suku Cina terkecil. Sedangkan ukuran L71 suku India paling besar dan suku Cina paling kecil. Hasil analisis uji ANOVA menunjukkan bahwa pada lengkung gigi rahang bawah dalam arah sagital tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara suku Melayu, India dan Cina.

Untuk melihat antara kelompok suku mana terdapat perbedaan signifikan pada arah transversal (L33, L66, L77) dan arah sagital (L31, L61, L71), dilakukan uji lanjutan dari ANOVA yaitu uji Post Hoc (tabel 3).

Tabel 3. Perbandingan Rata-rata Ukuran Lengkung Gigi Rahang Bawah Mahasiswa Malaysia Berdasarkan Suku Dengan Uji Post Hoc.

Suku L33

L33 = lebar interkaninus L31 = kedalaman kaninus L66 = lebar intermolar pertama L61 = kedalaman molar pertama L77 = lebar intermolar kedua L71 = kedalaman molar kedua * = signifikan

Berdasarkan hasil analisis uji Post Hoc, ukuran L31 (kedalaman kaninus) menunjukkan ada perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada kelompok suku India dengan Cina sedangkan pada ukuran lengkung gigi yang lain yaitu L33, L66, L77, L61 dan L71 tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara kelompok pada suku Melayu dengan India, suku Melayu dengan India dan suku

(45)

India dengan Cina. Maka hipotesis yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan dalam arah transversal ditolak tetapi hipotesis yang menyatakan ada perbedaan yang signifikan dalam arah sagital diterima.

Tabel 4. Rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah pada Mahasiswa Malaysia FKG-USU berdasarkan Jenis Kelamin

Pengukuran

Rata-rata (mm) Simpang baku

p Laki-laki

(n=12)

Perempuan

(n=16) Laki-laki Perempuan

Transversal

L33 = lebar interkaninus L31 = kedalaman kaninus L66 = lebar intermolar pertama L61 = kedalaman molar pertama L77 = lebar intermolar kedua L71 = kedalaman molar kedua * = signifikan

Bila pengukuran lengkung gigi dibedakan berdasarkan jenis kelamin, maka dapat dilihat perbedaan rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah antara laki-laki dan perempuan pada Tabel 4.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran lengkung gigi dalam arah transversal (L33, L66 dan L77) laki-laki lebih besar dari perempuan. Berdasarkan hasil analisis uji-t (p=0,05) ukuran L33 tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,83) antara laki-laki dan perempuan sedangkan ukuran L66 dan L77 terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara laki-laki dan perempuan, maka hipotesis yang menyatakan ada perbedaan ukuran dalam arah transversal antara laki-laki dan perempuan diterima.

(46)

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran lengkung gigi dalam arah sagital (L31, L61 dan L71) laki-laki lebih besar dari perempuan. Berdasarkan hasil analisis uji-t (p=0,05) diperoleh ukuran L31, L61 dan L71 tidak terdapat perbedaan yang signifikan (p>0,05) antara laki-laki dan perempuan, maka hipotesisyang menyatakan ada perbedaan ukuran dalam arah sagital antara laki-laki dan perempuan ditolak.

Dari hasil pengukuran dalam arah transversal dan sagital lengkung gigi rahang bawah, dapat ditentukan bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG-USU dengan memasukkan ke dalam rumus (X- )/ X 100.

Bila bentuk lengkung gigi dibedakan berdasarkan suku, maka dapat dilihat perbedaan distribusi bentuk lengkung gigi rahang bawah antara suku Melayu, India dan Cina pada tabel 5 di bawah ini.

Tabel 5. Distribusi bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa Malaysia FKG-USU berdasarkan suku.

Bentuk Melayu (n=13) India (n=6) Cina (n=9)

Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Jumlah Persentase (%) Narrow

Tabel 5 menunjukkan bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG-USU berdasarkan suku. Kebanyankan bentuk lengkung gigi rahang bawah suku Melayu berbentuk pointed yaitu sebesar 30,77%. Suku India kebanyakan berbentuk pointed sebesar 50% sedangkan suku Cina kebanyakan berbentuk wide sebesar 44,44%.

(47)

Table 6. Distribusi Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa Malaysia FKG-USU.

Bentuk Laki-laki (n=12) Perempuan (n=16) Jumlah

(n=28)

Persentase (%)

Narrow Wide

Mid Pointed

Flat

0 3 3 5 1

3 4 2 2 5

3 7 5 7 6

10,71 25,00 17,86 25,00 21,43

Table 6 menunjukkan bahwa kebanyakan bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG-USU adalah berbentuk wide dan pointed sebesar 25,00%. Bentuk yang paling sedikit adalah narrow sebesar 10,71%.

(48)

Contoh bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa Malaysia FKG-USU dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Narrow Wide

Mid Pointed

Flat

Gambar 8. Contoh bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG-USU.

(49)

BAB 5

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai rata-rata ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah Klas I Angle pada mahasiswa Malaysia FKG-USU yang berumur antara 18 hingga 25 tahun, terdiri dari suku Melayu, India dan Cina baik laki-laki maupun perempuan. Lengkung gigi rahang bawah Klas I Angle Mahasiswa Malaysia dipilih sebagai sampel disebabkan Klas II dan Klas III Angle mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda dengan Klas I. Dari penelitian Nojima(2001) menunjukkan lebar lengkung mandibula Klas II lebih kecil dibanding Klas I, sedangkan Klas III mempunyai lebar lengkung gigi mandibula lebih besar dari klas I dan klas II tetapi mempunyai panjang lengkung yang lebih pendek.23 Untuk penelitian ini saya mengambil Klas I Angle karena merupakan pertumbuhan lengkung gigi yang normal.

Data dianalisa dengan uji-t untuk membandingkan secara statistik rata-rata ukuran model lengkung gigi laki-laki dan perempuan dan uji ANOVA untuk membandingkan rata-rata ukuran model lengkung gigi berdasarkan suku dan dilanjutkan dengan uji Post Hoc untuk membandingkan antara kelompok suku Melayu dengan India, kelompok suku Melayu dengan Cina dan kelompok suku India dengan Cina.

Hasil penelitian ini yang terlihat pada tabel 1 menunjukkan rata-rata ukuran transversal dan sagital lengkung gigi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG-USU yaitu ukuran dalam arah transversal (lebar interkaninus=L33, lebar intermolar

(50)

pertama=L66, dan lebar intermolar kedua=L77) dan arah sagital (kedalaman kaninus L31, kedalaman molar pertama=L61, dan kedalaman molar kedua=L71)

5.1 Hasil rata-rata dan uji statistik ukuran model lengkung gigi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG USU berdasarkan suku

Penelitian ini akan membandingkan mahasiswa Malaysia FKG USU berdasarkan antara suku Melayu, India dan Cina dalam arah transversal dan sagital.

5.1.1 Arah Transversal

Hasil penelitian untuk dalam arah transversal menunjukkan bahwa rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah Klas I Angle mahasiswa Malaysia FKG USU diperoleh ukuran L33 adalah 27,16 mm dengan simpang baku 1,63 mm yaitu suku Melayu (26,81 mm) paling kecil, dan suku Cina (27,61 mm) paling besar (tabel 2). Uji ANOVA (p=0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan ukuran L33 antara suku Melayu, India dan Cina (p=0,53) (tabel 2). Meskipun kedua suku Cina dan Melayu ini merupakan ras Mongoloid tetapi mempunyai ukuran yang berbeda hal ini mungkin karena disebabkan faktor lingkungan antara lain pola hidup dan pola makan yang berbeda antara suku Cina dan Melayu.24,25

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ukuran L66 adalah 46,67 mm dengan simpang baku 3,24 mm, dimana pada suku Melayu paling besar yaitu 47,33 mm dan paling kecil adalah orang India yaitu sebesar 45,50 mm (tabel 2). Uji ANOVA (p=0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan ukuran L66 antara suku Melayu, India dan Cina (p=0,53) (tabel 2). Meskipun secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan ukuran L66 antara suku Melayu, India dan Cina tetapi dapat dilihat bahwa ukuran L66 pada suku India adalah ukuran yang terkecil

(51)

dibandingkan dengan suku Melayu dan Cina, hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Omar (2006) terhadap lengkung rahang atas orang Malaysia, Omar menyatakan bahwa ukuran lengkung rahang atas L66 suku India lebih kecil dari suku Melayu dan Cina. Omar menyatakan ada hubungan dengan bentuk lengkung palatal suku India yaitu lebih cekung (steeper palatal slope) dibanding dengan suku Melayu dan Cina. Bentuk dan ukuran rahang atas mempunyai kolerasi dengan bentuk dan besar rahang bawah.26

Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata ukuran L77 adalah 55,49 mm dengan simpang baku 3,39 mm. Ukuran orang Melayu yang paling besar dan orang India yang paling kecil. Secara statistik uji ANOVA (p=0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan ukuran L77 antara suku Melayu, India dan Cina (p=0,91) (tabel 2). Meskipun secara statistik tidak ada perbedaan yang signifikan ukuran L77 antara suku Melayu, India dan Cina tetapi dapat dilihat bahwa ukuran L77 pada suku India adalah ukuran yang terkecil dibandingkan dengan suku Melayu dan Cina. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Omar (2006) terhadap lengkung rahang orang Malaysia yaitu lengkung gigi suku Melayu dan Cina lebih besar dari suku India orang Malaysia dan diperoleh tidak ada perbedaan yang signifikan ukuran L33, L66 dan L77 antara orang Melayu dengan orang Cina, tetapi berbeda secara signifikan dibandingkan dengan suku India.26

Hasil penelitian yang diperoleh pada penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Omar (2006). Hal ini mungkin disebabkan karena pada penelitian ini jumlah sampel sangat sedikit yaitu 28 orang dengan 13 orang Melayu, 6 orang India dan 9 orang Cina, sedangkan penelitian Omar sebesar 126 orang yaitu terdiri dari 49

(52)

orang Melayu, 37 orang India dan 40 orang Cina. Menurut literatur, sampel yang diperlukan adalah sebaiknya lebih dari 120 orang sementara sampel untuk penelitian ini hanya terdapat 28 orang dari 150 orang mahasiswa Malaysia yang memenuhi syarat kriteria inklusi dan eksklusi.27 Dengan demikian penelitian dapat merupakan preliminary study untuk membuka wawasan peneliti lainnya dalam pengukuran

lengkung rahang yang dapat bermanfaat dalam perkembangan ilmu kedokteran gigi sebagai contoh seperti bidang Biologi Oral, Orthodonsia dan Prosthodonsia.

Di pasaran banyak tersedia bentuk dan besar sendok cetak, berdasarkan penelitian ini dan didukung oleh penelitian Omar bahwa bentuk dan besar sendok cetak orang India berbeda dengan suku Melayu dan Cina yaitu ukuran dalam arah transversal orang India lebih sempit dari suku Melayu dan Cina.26

Penelitian Kadafi (2009) terhadap lengkung rahang bawah ras Deutro-Melayu yaitu suku Melayu, Aceh (kecuali Gayo), Jawa, Minangkaba, Bali, Sunda, Palembang dan Makasar (Indonesia) di FKG-USU diperoleh ukuran rata-rata L33 (25,98 mm), L66 (45,75 mm) dan L77 (54,17 mm) lebih kecil dibanding dengan suku Melayu Malaysia di FKG-USU yang juga merupakan ras Deutro-Melayu.29 Meskipun Melayu Indonesia dan Malaysia merupakan satu rumpun perbedaan ini dapat terjadi disebabkan pengaruh diet sebagai contoh orang Indonesia konsumsi susu 2,7% sedangkan orang Malaysia 13,9% seperti yang dilaporkan oleh Florentino (1992) (lampiran 1).30

Penelitian Ling (2007) terhadap lengkung rahang bawah orang Cina di China Selatan diperoleh ukuran rata-rata L33 (27,87 mm), L66 (48,54 mm) dan L77 (53,21 mm) berbeda dengan suku Cina Malaysia di FKG-USU. Meskipun orang Cina di

(53)

China dan Malaysia dari keturunan yang sama tapi ukuran L33, L66 dan L77 berbeda. Hal ini mungkin disebabkan karena faktor diet dan lingkungan pertumbuhan berbeda antara China dan Malaysia.3

5.1.2 Arah Sagital

Berdasarkan hasil penelitian rata-rata L31 mahasiswa Malaysia adalah 4,85 mm dengan simpang baku 1,09 mm, dengan orang India paling besar yaitu sebesar 5,57 mm dan paling kecil adalah orang Cina dengan ukuran 4,41 mm (tabel 2), ini menunjukkan bahwa lengkung gigi rahang bawah suku India lebih ke depan (protrusif) dibanding suku Cina. Secara uji lanjut ANOVA Post Hoc (p=0,05) diperoleh ukuran L31 terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,04) antara orang India dengan orang Cina (tabel 3). Hal ini dapat terjadi karena ras Kaukasoid (termasuk suku India) biasanya mempunyai ukuran rahang yang sempit (bentuk v) sehingga mempunyai kecenderungan gigi berjejal akibatnya ukuran L31 lebih panjang dibanding dengan ras Mongloid yang umumnya bentuk parabolik (lebih lebar) dengan ukuran insisivus, kaninus, premolar dan molar yang besar pada rahang atas, hal ini sesuai dengan rahang bawah.2

Ukuran rata-rata kedalaman molar pertama (L61) mahasiswa Malaysia adalah 23,83 mm dengan simpang baku 2,24 mm, orang India paling besar yaitu 24,15 mm dan paling kecil adalah orang Cina dengan ukuran 23,19 mm. Secara statistik uji ANOVA (p=0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan ukuran L61 antara suku Melayu, India dan Cina (p=0,60) (tabel 2). Ukuran L61 dijumpai suku India paling besar, hal ini karena orang India merupakan ras Kaukasoid yang pada umumnya mempunyai lengkung rahang yang lebih panjang dan sempit.2

(54)

Rata-rata kedalaman molar kedua (L71) mahasiswa Malaysia adalah 39,68 mm dengan simpang baku 2,90 mm, dengan orang India paling besar yaitu 40,26 mm dan paling kecil adalah orang Cina dengan ukuran 38,56 mm. Secara statistik uji ANOVA (p=0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan ukuran L71 antara suku Melayu, India dan Cina (p=0,37) (tabel 2). Dari tabel 2 terbukti ras Kaukasoid (suku India) mempunyai lengkung gigi yang lebih panjang.2

Penelitian Raberin (1993) terhadap lengkung rahang bawah orang Perancis diperoleh ukuran L31 (5,5 mm) yang lebih besar dari mahasiswa Malaysia di FKG-USU. Hal ini karena orang Perancis yang termasuk ras Kaukasoid secara umumnya mempunyai lengkung rahang yang panjang. Hal ini sesuai dengan penelitian Nojima (2001) terhadap ras Kaukasoid dan bangsa Jepang yang termasuk ras Mongoloid, dimana ukuran L31 ras Kaukasoid yang diperoleh lebih panjang dari lengkung rahang bangsa Jepang,sedangkan ukuran L61 (23,7 mm) dan L71 (39,6 mm) orang Perancis hampir sama dengan mahasiswa Malaysia di FKG-USU, sesuai dengan penelitian Nojima yang memdapati ukuran kedalaman molar ras Kaukasoid tidak berbeda secara signifikan dengan bangsa Jepang.23

Bila hasil penelitian ukuran L31, L61 dan L71 dibandingkan dengan mahasiswa FKG UNPAD didapati ukuran L31 (5,95 mm), L61 (24,50 mm) dan L71 (40,59 mm) orang Indonesia lebih besar dari mahasiswa Malaysia di FKG-USU. Dengan demikian jarak sagital lengkung gigi rahang mahasiswa FKG UNPAD lebih ke depan dibandingkan dengan mahasiswa Malaysia di FKG-USU. Hal ini dapat disebabkan pada orang Indonesia sering dijumpai bimaxillary protrusion, yaitu suatu keadaan dimana gigi-gigi atas dan bawah miring lebih ke depan daripada normal.

(55)

Tulang basal dari rahang atas dan rahang bawah mempunyai relasi yang normal terhadap kranium, hanya inklinasi dento-alveolarnya lebih ke depan daripada kranium.1

5.2 Hasil rata-rata dan uji statistik ukuran model lengkung gigi rahang bawah berdasarkan jenis kelamin

Penelitian ini akan membandingkan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan baik dalam arah transversal maupun sagital.

5.2.1 Arah Transversal

Ukuran L33 mahasiswa Malaysia FKG-USU diperoleh laki-laki (27,24 mm) dan perempuan (27,10 mm) secara statistik uji-t (p=0,05) diperoleh tidak ada perbedaan yang signifikan (p=0,83) antara laki-laki dan perempuan (tabel 4).

Tabel 4 menunjukkan bahwa ukuran L66 antara laki-laki (48,35 mm) dan perempuan (45,40 mm) secara statistik uji-t (p=0,05) diperoleh ada perbedaan yang signifikan (p=0,01) dan ukuran L77 antara laki-laki (57,06 mm) dan perempuan (54,32 mm) ada perbedaan yang signifikan (p=0,03).

Secara umum ukuran lengkung gigi dalam arah transversal laki-laki adalah lebih besar secara signifikan dari perempuan.1,3,5,10,12,22 Hal ini karena disebabkan dengan adanya faktor kekuatan fungsional, kebiasaaan makan, sikap tubuh dan trauma dimana lebih berpengaruh pada laki-laki daripada perempuan.22 Pada penelitian ini ukuran L33 (lebar interkaninus) antara laki-laki dan perempuan dijumpai tidak ada perbedaan yang signifikan.

Mengapa L33 tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan pada penelitian ini masih dipertanyakan apakah ada hubungan dengan jumlah sampel dan

(56)

umur subjek karena dari laporan penelitian Raberin (1993) dan Ferbrina (1997) diperoleh ukuran L33 laki-laki lebih besar dari perempuan. Untuk itu perlu penelitian lebih lanjut berupa penelitian longitudinal melihat lebar lengkung ukuran L33 pada umur 18 tahun dan umur 21 tahun, hal ini ada hubungannya dengan penelitian Iseri (2000) dimana ukuran lengkung gigi rahang bawah bertambah dalam arah transversal dari umur 7 hingga 18 tahun, dan umur yang selanjutnya pertumbuhan menjadi konstan. Iseri menyatakan bahwa pertambahan lengkung rahang dalam arah transversal ada hubungan dengan perkembangan sistem skeleto-muskular dan bagaimana mekanisme pertambahan lebar lengkung rahang ini masih belum diketahui dengan jelas sampai saat ini.32 Begitu juga oleh Heasman (2003) yang menyatakan ada perubahan perkembangan rahang mandibula berupa adanya rotasi mandibula baik pada laki-laki maupun perempuan pada awal umur 20-an dimana pada laki-laki terjadi rotasi ke arah depan (forward) sementara pada perempuan terjadi rotasi ke arah belakang (backward).

5.2.2 Arah Sagital

Hasil penelitian menunjukkan ukuran L31 laki-laki (5,32 mm) dan perempuan (4,50 mm), ukuran L61 laki-laki (24,50 mm) dan perempuan (23,32 mm) serta ukuran L71 laki-laki (40,80 mm) dan perempuan (38,85 mm) berdasarkan jenis kelamin didapati ukuran laki-laki lebih besar dari perempuan. Secara statistik uji-t (p=0,05) menunjukkan tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan pada ukuran L31, L61 dan L71 dengan masing-masing p=0,06; p=0,17 dan p=0,07 (tabel 4).

(57)

Ukuran lengkung gigi dalam arah sagital pada laki-laki lebih besar dari perempuan dapat disebabkan ukuran mesio-distal gigi-geligi pada laki-laki lebih besar dari perempuan dan menyebabkan panjang lengkung rahang pada laki-laki lebih besar dibandingkan dengan perempuan.1

5.3 Bentuk Lengkung Rahang

Menurut Raberin (1993) terdapat lima bentuk lengkung rahang yaitu narrow,

wide, mid, pointed dan flat.5 Berdasarkan hasil ukuran lengkung gigi rahang bawah

dalam arah transversal dan sagital dapat memperoleh bentuk lengkung rahang dengan menggunakan rumus (X- )/ X 100 (tabel 5). Hasil penelitian diperoleh bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa Malaysia adalah narrow, wide, mid, pointed dan flat.

Berdasarkan tabel 6 dijumpai bentuk lengkung gigi suku Melayu mempunyai kelima bentuk yaitu narrow, wide, mid, pointed dan flat. Yang paling banyak adalah pointed (30,77%) dan yang paling sedikit adalah narrow (7,69%). Pada suku India ada 4 bentuk yaitu narrow, mid, pointed dan flat, tidak diumpai bentuk wide. Bentuk yang paling dominan dalam suku India adalah betuk pointed(50%). Pada suku Cina dijumpai hanya 4 bentuk rahang yaitu narrow, wide, mid, dan flat, tidak dijumpai bentuk pointed. Bentuk yang terbanyak adalah bentuk wide (44.44%). Meskipun dari ukuran yang didapati dalam arah transversal dan sagital antara suku Melayu dan Cina tidak ada perbedaan tapi ternyata dalam bentuk lengkung gigi tidak sama. Dalam ukuran sagital antara India dan Cina dimana ukuran India lebih protrusif dari Cina tetapi diperoleh bentuk lengkung gigi suku India (pointed) berbeda dengan suku Cina (wide). Mengapa hal ini terjadi perlu dilakukan penelitian lanjut tentang hal ini.

(58)

Hasil tabel 7 menunjukkan bentuk lengkung gigi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG-USU pada umumnya berbentuk wide dan pointed yaitu 25,00% dan bentuk yang paling sedikit adalah narrow (10,71%). Laki-laki mempunyai lengkung gigi yang berbentuk wide, mid, pointed dan flat tetapi tidak terdapat bentuk narrow, sedangkan pada perempuan terdapat lengkung gigi yang berbentuk narrow, wide, mid, pointed dan flat. Menurut Raberin (1993) bentuk lengkung gigi rahang bawah

tidak berdasarkan laki-laki dan perempuan.5,23 Ini berarti bentuk lengkung gigi adalah bervariasi antara laki-laki dan perempuan, tidak ada suatu bentuk lengkung gigi yang standar yang dapat mewakili baik laki-laki maupun perempuan .

(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak ada perbedaan ukuran transversal lengkung gigi antara suku Melayu, India dan Cina.

2. Tidak ada perbedaan ukuran sagital dan transversal antara suku melayu-India, melayu-cina.

3. Tidak ada perbedaan ukuran transversal antara suku India dan Cina tetapi ada perbedaan ukuran sagital (L31), lengkung gigi suku india lebih protrusif dari suku Melayu dan Cina.

4. Ukuran lengkung gigi dalam arah transversal (L66 dan L77) laki-laki lebih besar dari perempuan.

6.2 Saran

1. Untuk mendapat ukuran lengkung rahang yang lebih teliti perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pengukuran cara computerize.

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan ukuran standar rahang orang Malaysia dengan tujuan menunjang keberhasilan perawatan kesehatan gigi dan mulut.

(60)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini maka diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Tidak ada perbedaan ukuran transversal lengkung gigi antara suku Melayu, India dan Cina.

2. Tidak ada perbedaan ukuran sagital dan transversal antara suku melayu-India, melayu-cina.

3. Tidak ada perbedaan ukuran transversal antara suku India dan Cina tetapi ada perbedaan ukuran sagital (L31), lengkung gigi suku india lebih protrusif dari suku Melayu dan Cina.

4. Ukuran lengkung gigi dalam arah transversal (L66 dan L77) laki-laki lebih besar dari perempuan.

6.2 Saran

1. Untuk mendapat ukuran lengkung rahang yang lebih teliti perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan pengukuran cara computerize.

2. Perlu penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan ukuran standar rahang orang Malaysia dengan tujuan menunjang keberhasilan perawatan kesehatan gigi dan mulut.

(61)

DAFTAR PUSTAKA

1. Febrina RS, Eky SSS, Endah M. Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa FKG Unpad. JKG 1997; 9(1): 22-7.

2. Yaacob H, Nambiar P, Naidu MDK. Racial characteristics of human teeth with special emphasis on the Mongoloid dentition. Malaysian J Pathol 1996 ; 18(1) : 1-7.

3. Ling JYK, Wong RWK. Dental arch widths of Southern Chinese. J Angle orthod 2007 ;79 : 54-63

4. Thu KM, Winn T, Abdullah N, Jayasinghe JAP, Chandima GL. The maxillary arch and its relationship tocephalometric landmarks of selected malay ethnic group. Malaysian Journal of Medical Sciences 2005 ; 12(1) : 29-38.

5. Raberin M, Laumon B, Martin JL, Brunner F. Dimension and form of dental arches in subjects with normal occlusions. Am J Orthod and Dentofac Orthop 1993: 104 (1): 67-72.

6. Scheid RC. Woelfel’s Dental Anatomy its relevance to dentistry. Seventh edition. Baltimore. Lippincott Williams and Wilkins, 2007 : 15-16.

7. Budiarjo SB. Perubahan dan karakteristik lengkung gigi selama periode tumbuh- kembang serta faktor yang mempengaruhi. JITEKGI 2003; 1(2): 73-7. 8. Moorrees CFA, Reed RB. Changes in dental arch dimensions expressed on the

basis of tooth as a measure of biologic age. J Dent Res 1965 ; 44 : 129

9. Samir E, Bishara, Jakobsen JR, Treder J, Nowak A. Arch length changes from 6 weeks to 45 years. J Angle Orthod 1998 ; 68(1): 69-73.

10.Cassidy KM, Harris EF, Tolley EA, Keim RG. Genetic influence on dental arch form in orthodontic patients. Tngle Orthod 1998 ; 68(5) : 445-54.

11.Warren JJ, Bishara SE, Steinbock KL, Yonezu T, Nowak AJ. Effects of oral habits’ duration on dental characteristics in the primary dentition. JADA 2001 ; 132 : 1685-93

12.Aznar T, Galan AF, Marin I, Dominguez A. dental arch diameters and relationships to oral habits. J Angle orthod 2006 ;76(3) : 441-5.

(62)

13.Foster TD. Buku ajar ortodonsi. Alih bahasa. Lilian Yuwono. Jakarta : EGC, 1997 : 7-15, 45-9, 60-63, 108-127.

14.Palmer CA. Diet and nutrition in oral health. New jersey : upper saddle river, 2003 : 262.

15.Mokhtar M. Dasar-dasar ortodonti, pertumbuhan dan perkembangan kraniodentofasial. Medan: Bina Pustaka, 2002: 132 : 1685-92.

16.Lindsten R, Ogaard B, Larsson E, Bjerklin K. Transverse dental and dental arch

depth dimensions in the mixed dentition in a skeletal sample from the 14th to the

19 th century and Norwegian children and Norwegian sami children of today. J Angle Orthod 2002 ; 72(5) : 439-447.

17.Defraia E, Baroni G, Marinelli A. dental arch dimensions in the mixed dentition : a study of Italian children born in the 1950s and the 1990s. Angle Orthodontist 2006 ; 76(3) : 446-51.

18.Foster CM, Sunga E, Chung CH. Relationship between dental arch width and vertical facial morphology in untreated adults. European Journal of

Orthodontics 2008: 288-94.

19.Kiliaridis S, Georgiakaki I, Katsaros C. Masseter muscle thickness and maxillary dental arch width. European Journal of Orthodontics 2003 : 259-63

20.Cavalcanti AL, Alencar CRB, Bezerra PKM, Granville-Garcia AF. Prevalence of early loss of primary molars in school children in campina grande, Brazil. Pakistan Oral and Dent J; 28(1): 113-16.

21.Lin YT, Lin WH, Lin YJ. Immediate and six month space changes after premature loss of a primary maxillary first molar. JADA 2007; 138 : 362-8. 22.Desi F, Sylvia M, Kristiani S. hubungan lebar mesiodistal gigi insisif dengan

lengkung gigi pada kasus berdesakan anterior. JPDGI 2007 ; 57(2) :54. 23.Nojima K, Mclaughlin RP, Isshiki Y, Sinclair PM. A comparative study of

Caucasian and Japanese mandibular clinical arch forms. J Angle orthod 2001; 71 (3) : 195-200.

24.Chee SS, Zawiah H, Ismail MN, Ng KK. Anthropometry, dietary patterns and nutrient intakes of Malaysian estate workers. Mal J Nutr 1996; 2 : 112-26.

(63)

25.Wang Y, Popkin B, Zhai F. the nutritional status and dietary pattern of Chinese adolescents, 1991 and 1993. European Journal of clinical Nutrition 1998; 52 : 908-16.

26.Omar RA, Isa Z. maxillary arch dimensions and the adequacy of stock impression tray design. Dentika Dental Journal 2006 ; 11(2) : 211-25.

27.Sylvia M. variasi normal ukuran gigi, rahang dan wajah penduduk Pulau Flores dan Timor Nusa Tenggara Timur (suatu tinjauan antropometri). Edisi khusus Foril IV MIKG USAKTI 1993; 2: 460-7.

28.Anonymous. Sample size. 2007. www.surveysystem.com/sscalc.htm (3/3/2010) 29.Hasibuan MK. Ukuran dan tentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa

FKG-USU ras Deutro Melayu. Skripsi. Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2009.

30.Florentino RF, Pedro RA. Nutrition and sosio-economic development in Southeast Asia. Proceeding of nutrition society 1992 ; 51 : 93-104.

31.Heasman P. Restorative Dentistry, Paediatric Dentistry and Orthodontics. Volume 2. London. Churchill Livingstone, 2003: 227.

32.Iseri H, Solow B. change in the width of the mandibular body from 6 to 23 years of age : an implant study. European Journal of Orthodontics 2000 ; 22 : 229-38.

Gambar

Gambar 1.Dimensi lengkung rahang gigi permanen.8
Gambar 2. Efek menghisap ibu jari, (a) asimetris dari anterior open bite,
Gambar 3. Deviasi relatif untuk setiap bentuk lengkung5
gambar 3 kolom 3 maka dapat hasil mid.
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil uji statistik t-test terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah pada etnik Melayu, gigi kaninus

a) Dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah pada Mahasiswa FKG USU yang memenuhi kriteria sampel dengan bahan cetak alginate. b) Cetakan diisi dental stone (Fujirock)

Zakiah Novrida : Ukuran Dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2007... Zakiah Novrida : Ukuran Dan Bentuk

Hubungan Tipe Wajah dan Ukuran Lebar Lengkung Gigi mahasiswa suku Tamil India-Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi USU ....

Panjang lengkung gigi diukur dari pertengahan gigi insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol kaninus dan puncak tonjol disto-bukal gigi

Bentuk lengkung gigi rahang bawah pada orang Papua yang paling banyak yaitu bentuk mid (45,8%); hal tersebut karena adanya keseimbangan ukuran lengkung gigi dalam

Ukuran Lengkung Gigi Rahang Bawah Dalam Arah Transversal dan Sagital Pada Mahasiswa Malaysia Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Peryertaan saya dalam penelitian

Sementara itu pengukuran lengkung gigi rahang bawah pada ras Deutro-Melayu yaitu suku Aceh (kecuali Gayo), Jawa, Minangkabau, Bali, Sunda, Palembang dan Makassar di FKG USU