SUKU BATAK MANDAILING
DI FKG USU
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
SHERLY MARCELINA NIM: 090600084
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Tahun 2014 Sherly Marcelina
Ukuran Lengkung Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Batak Mandailing di FKG USU
x + 37 halaman
rahang atas lebih besar dari rahang bawah arah transversal dan sagital.
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi :
Medan, 25 Juli 2014
Pembimbing: Tandatangan
Minasari, drg., MM
NIP: 195811191988032001 ………
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal 25 Juli 2014
TIM PENGUJI
KETUA : Minasari drg., MM
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini telah selesai disusun sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada Rehulina Ginting, drg., Msi., selaku Ketua Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan selaku pembimbing akademik yang telah banyak memberikan saran, motivasi, waktu dan arahan skripsi. Minasari drg., MM selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan masukan, bimbingan, arahan, saran dan waktu yang sangat berguna dalam meningkatkan semangat dan motivasi penulis untuk penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, dengan segala kerendahan hati dan penghargaan yang tulus, penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Nazruddin, drg., Ph.D., Sp.Ort selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
2. Seluruh staf pengajar dan pegawai Departemen Biologi Oral FKG USU, Yendriwati, drg., M.Kes, Lisna Unita, drg., M.Kes, Dr. Ameta Primasari, drg., MDSc., M. Kes dan Yumi Lindawati, drg., serta Ibu Ngaisah dan Dani Irma Suryani yang telah membantu dalam penelitian, memberikan saran, arahan dan motivasi dalam penyelesaian skripsi ini.
dan seluruh teman-teman yang melaksanakan skripsi di Departemen Biologi Oral yang telah memberi dukungan dan motivasi kepada penulis selama perkuliahan dan penulisan skripsi.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga hasil karya atau skripsi ini dapat memberikan sumbangan ilmu yang berguna bagi fakultas, pengembangan ilmu dan masyarakat.
Medan, 25 Juli 2014
Penulis
Halaman HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ... HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
KATA PENGANTAR ... iv
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... ix
DAFTAR LAMPIRAN ... x
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 3
1.4 Hipotesis Penelitian ... 3
1.5 Manfaat Penelitian ... 4
1.5.1 Manfaat Praktis ... 4
1.5.2 Manfaat Teoritis ... 4
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Lengkung Gigi ... 5
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Ukuran Lengkung Gigi ... 6
2.3 Metode Pengukuran Lengkung Gigi ... 7
2.3.1 Lebar Lengkung Gigi ... 7
2.3.2 Panjang Lengkung Gigi ... 9
2.4 Suku Batak Mandailing ... 11
2.5 Kerangka Teori ... 13
3.2.1 Tempat Penelitian ... 15
3.2.2 Waktu Penelitian ... 15
3.3 Populasi dan Sampel Penelitian ... 15
3.3.1 Populasi Penelitian ... 15
3.3.2 Sampel Penelitian ... 15
3.4 Kriteria Penelitian ... 16
3.4.1 Kriteria Inklusi ... 16
3.4.2 Kriteria Eksklusi ... 16
3.4.3 Besar Sampel ... 16
3.5 Variabel Penelitian ... 17
3.6 Definisi Operasional ... 17
3.7 Bahan dan Alat Penelitian ... 19
3.7.1 Bahan Penelitian ... 19
3.7.2 Alat Penelitian ... 19
3.8 Prosedur Penelitian ... 20
3.9 Pengolahan dan Analisis Data ... 22
3.10 Alur Penelitian ... 23
BAB 4 HASIL PENELITIAN. ... 24
BAB 5 PEMBAHASAN ... 29
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 34
6.2 Saran ... 34
DAFTAR PUSTAKA ... 35
LAMPIRAN
Tabel Halaman 1. Rata-rata ukuran lengkung gigi rahang atas pada mahasiswa
suku Batak Mandailing di FKG USU ... 24 2. Rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa
suku Batak Mandailing di FKG USU ... 25 3. Rata-rata ukuran lengkung gigi rahang atas pada mahasiswa
suku Batak Mandailing di FKG USU berdasarkan jenis kelamin... 26 4. Rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa
suku Batak Mandailing di FKG USU berdasarkan jenis kelamin... 27 5. Perbandingan rata-rata ukuran lengkung gigi antara rahang atas
dan rahang bawah pada mahasiswa suku Batak Mandailing di
Gambar Halaman 1. Pengukuran Lengkung Gigi secara Transversal dengan Metode
Raberin ... 8 2. Pengukuran Lengkung Gigi secara Transversal dengan Metode
Lindsten ... 9 3. Pengukuran Lengkung Gigi secara Sagital dengan Metode Raberin 10 4. Pengukuran Lengkung Gigi secara Transversal dengan Metode
Lindsten ... 11 5. Alat Penelitian (a) Kaliper digital ; (b) model Rahang Atas dan
Rahang Bawah ... 20 6. Titik Patokan Pengukuran... 20 7. Metode Pengukuran secara transversal Rahang Atas (A) dan Rahang
Bawah (B) ... 21 8. Metode Pengukuran secara Sagital Rahang Atas (A) dan Rahang
Lampiran 1. Kuesioner
2. Skema Alur Pikir 3. Lembaran Persetujuan
4. Hasil pengukuran lengkung gigi rahang atas mahasiswa suku Batak Mandailing di FKG USU
5. Hasil pengukuran lengkung gigi rahang bawah mahasiswa suku Batak Mandailing di FKG USU
Tahun 2014 Sherly Marcelina
Ukuran Lengkung Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Batak Mandailing di FKG USU
x + 37 halaman
rahang atas lebih besar dari rahang bawah arah transversal dan sagital.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dimensi lengkung gigi pada populasi manusia penting untuk kedokteran gigi khususnya di bidang ortodonti. Hal ini penting untuk mengklasifikasikan dan mengetahui hubungan antara struktur kraniofasial dan dimensi lengkung gigi.Ukuran lengkung gigi mempunyai implikasi yang luas dibidang ortodonti khususnya pada diagnosa dan rencana perawatan dalam mempengaruhi ruangan yang tersedia, estetis dan stabilitas gigi.1 Ukuran lengkung gigi arah transversal dan sagital pada satu individu berbeda dengan individu lainnya, hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu lingkungan, nutrisi, genetik, ras dan jenis kelamin.2,3
Masa transisi pertumbuhan gigi geligi dari gigi susu, gigi bercampur dan gigi permanen dapat menimbulkan perubahan-perubahan pada panjang lengkung gigi, lebar intermolar dan interkaninus, serta hubungan skeletal maksila dan mandibula.4 Ada beberapa teori menyatakan etiologi berjejalnya lengkung gigi karena evolusi ke arah mengecilnya ukuran rahang tanpa disertai mengecilnya dimensi gigi yaitu teori mengenai dimensi rahang dan gigi-gigi sejak zaman Neolitik sampai zaman modern, disamping itu faktor diet juga ikut berperan.5
mendefinisikan dan menetapkan pengukuran tertentu dimensi lengkung pada suku yang berbeda. Berdasarkan penelitian Mohammad, Hassan dan Hussain (2011) tentang dimensi lengkung gigi pada suku Melayu, tidak ada perbedaan yang signifikan pada dimensi lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan pada suku Melayu Malaysia. Penelitian ini dikhususkan untuk sebuah suku dan tidak selalu bisa diaplikasikan ke suku lainnya.8
Penelitian Thu (2005) ukuran rata-rata lengkung gigi anterior pada suku Melayu yaitu 35,93 mm sedangkan ukuran rata-rata lengkung gigi anterior pada suku Cina yaitu 35,74 mm. Hal ini menunjukkan bahwa suku Melayu mempunyai ukuran lengkung gigi hampir sama dengan suku Cina karena suku Melayu dan Cina tergolong dalam ras yang sama yaitu Mongoloid.9 Anwar dan Fida (2011) melakukan pengukuran pada dimensi lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah dengan menggunakan metode Raberin pada berbagai variasi bentuk wajah di Pakistan. Hasil penelitian mereka menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan pada kedalaman molar kedua rahang atas dan lebar intermolar kedua rahang bawah pada tipe wajah
hypodivergent, normodivergent dan hyperdivergent.10
Penduduk Indonesia sebagian besar didominasi oleh ras Paleomongoloid atau ras Melayu. Ras Melayu ini kemudian dibedakan atas Proto-Melayu dan Deutro-Melayu. Yang termasuk Proto-Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak, dan Toraja.Yang termasuk Deutro-Melayu adalah keturunan Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lebong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado pesisir, Sunda kecil timur dan Melayu.11 Suku Batak yang termasuk bagian dari ras Proto-Melayu merupakan suku terbesar yang menempati Sumatera Utara yang terdiri atas enam sub-group, yaitu Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing dan Angkola. Suku Batak Mandailing merupakan salah satu dari sub-grup suku Batak yang lebih banyak ditemui di FKG USU daripada subgroup lainnya.
Utara, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah dengan menggunakan metode pengukuran menurut Raberin.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah :
1. Berapakah ukuran rata-rata lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah mahasiswa suku Batak Mandailing di FKG USU pada laki-laki dan perempuan?
2. Apakah ada perbedaan ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah antara laki-laki dan perempuan suku Batak Mandailing di FKG USU?
3. Apakah ada perbedaan antara ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah pada suku Batak Mandailing di FKG USU ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Untuk mendapatkan rata-rata ukuran lengkung gigi rata rahang atas dan rahang bawah pada suku Batak Mandailing di FKG USU pada laki-laki dan perempuan.
2. Untuk melihat adanya perbedaan ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah antara laki-laki dan perempuan pada suku Batak Mandailing di FKG USU.
3. Untuk melihat adanya perbedaan antara ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah pada suku Batak Mandailing di FKG USU.
1.4 Hipotesa Penelitian
1. H0 : Tidak terdapat perbedaan ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang
2. H0 : Tidak terdapat perbedaan ukuran lengkung gigi antara rahang atas dan
rahang bawah pada laki-laki dan perempuan pada suku Batak Mandailing di FKG USU.
Hα : Terdapat perbedaan ukuran lengkung gigi antara rahang atas dan rahang bawah pada laki-laki dan perempuan pada suku Batak Mandailing di FKG USU.
1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil yang diperoleh dapat memberi informasi tentang ukuran lengkung gigi pada suku Batak Mandailing.
2. Hasil yang diperoleh dapat memberi informasi mengenai perbedaan ukuran lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan pada suku Batak Mandailing.
3. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi awal untuk penelitian lanjutan mengenai ukuran lengkung gigi pada suku lainnya atau berdasarkan kelompok umur.
1.5.2 Manfaat Praktis
1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bahan ajar yang bermanfaat bagi Departemen Biologi Oral.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Lengkung Gigi
Lengkung gigi merupakan suatu garis imajiner yang menghubungkan sederetan gigi pada rahang atas dan rahang bawah yang dibentuk oleh mahkota gigi-geligi dan merupakan refleksi gabungan dari ukuran mahkota gigi, posisi dan inklinasi gigi, bibir, pipi dan lidah.6 Setiap orang mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda, sehingga tidak ada manusia yang mempunyai ukuran dan bentuk lengkung gigi yang sama persis.12 Variasi bentuk lengkung gigi anterior secara kualitatif ialah
oval, tapered, atau square sedangkan secara kuantitatif bentuk lengkung gigi
dipengaruhi oleh interkaninus, tinggi kaninus, intermolar dan tinggi molar.4
Pertumbuhan maksila dan mandibular berhenti pada usia sekitar 15 tahun untuk perempuan sedangkan laki-laki pada sekitar usia 17 tahun, hal ini berarti pertumbuhan lengkung gigi juga sudah berhenti pada usia tersebut.13 Penyesuaian lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah dalam arah transversal dipengaruhi oleh oklusi gigi desidui posterior sehingga pelebaran lengkung gigi rahang atas ditentukan oleh lebarnya lengkung gigi rahang bawah, bukan sebaliknya.12
Selama periode tumbuh kembang gigi geligi terjadi perubahan dan karakteristik dimensi lengkung gigi. Hal ini mengikuti perubahan variabel garis vektor pertumbuhan, perbedaan ukuran gigi sulung dan gigi permanen, perkembangan oklusi, serta fungsi rongga mulut. Perubahan lengkung gigi adalah pertambahan ukuran dimensi lengkung gigi pada masa gigi sulung, gigi bercampur dan gigi permanen.14
2.2 Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Ukuran Lengkung Gigi Beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk dan ukuran lengkung gigi yaitu genetik, lingkungan, ras dan jenis kelamin.2,3 Faktor genetik mempunyai pengaruh penting dalam menentukan variasi ukuran dan bentuk lengkung gigi, tulang alveolar dan tengkorak, maka untuk mendapatkan data yang valid perlu dilakukan penelitian suatu suku dengan keturunan dua generasi yaitu pengambilan sampel dengan melihat kesamaan suku dari orangtua (ayah dan ibu) dan kakek-nenek dari kedua orangtua (ayah dan ibu) sampel. Penelitian Cassidy (1998) menerangkan bahwa hubungan bagian bukal yaitu hubungan molar pertama antara maksila dan mandibular dalam arah sagital pada remaja yang mempunyai hubungan biologis lebih serupa daripada remaja yang tidak ada hubungan biologis.2
Faktor lingkungan lebih berpengaruh terhadap ukuran dan bentuk lengkung gigi daripada faktor genetik.2 Faktor lingkungan tersebut adalah lokasi, makanan, kebiasaan oral, fisik dan malnutrisi.2,16,17 Perubahan dalam kebiasaan diet seperti tekstur makanan yang lebih halus menyebabkan penggunaan otot pengunyahan gigi berkurang. Akibat pengurangan pengunyahan akan menyebabkan perubahan pada perkembangan fasial sehingga maksila menjadi lebih sempit.16,14 Kebiasaan oral yang mempengaruhi lengkung gigi antara lain menghisap ibu jari atau jari-jari tangan, menghisap dot, bernafas melalui mulut, dan penjuluran lidah. Hasil penelitian Aznar, Galan, Marin dan Dominguez (2006) menunjukkan kebiasaan menghisap jari untuk jangka waktu yang panjang akan menyebabkan penambahan jarak antara molar mandibular. Mereka juga menyebutkan bahwa kebiasaan menghisap mainan akan menyebabkan pengurangan lengkung gigi maksila terutama di bagian kaninus dan kebiasaan bernafas melalui mulut meyebabkan pengurangan ukuran pada rahang atas dan bawah.17 Peran kebiasaan oral terhadap perubahan dan karakteristik lengkung gigi tergantung dari frekuensi, intensitas dan lama durasi. Dampak perubahan dapat mengenai seluruh morfologi fasial yaitu gigi, rahang dan skeletal fasial.14
perbedaan ukuran lengkung gigi rahang bawah antara laki-laki dan perempuan disebabkan karena adanya faktor kekuatan fungsional, kebiasaan makan, sikap tubuh (cara berjalan) dan trauma yang lebih berpengaruh pada laki-laki daripada perempuan.3 Otot pengunyahan yang kuat meningkatkan mekanisme pengunyahan rahang dan memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang yang mengakibatkan peningkatan pertumbuhan rahang.18 Hal ini didukung oleh penelitian Kiliaridis (2003) terdapat hubungan antara ukuran otot-otot pengunyahan dengan lebar kraniofasial. Hasil penelitiannya didapati bahwa perempuan yang mempunyai otot masseter lebih tebal mempunyai rahang yang lebih lebar dari perempuan yang mempunyai otot masseter yang lebih tipis.19
Lavelle (1971) dan Olmez (2011) menyatakan bahwa kelompok ras yang berbeda akan menunjukkan ukuran dan bentuk lengkung rahang yang bervariasi.3 Faktor lain yang berpengaruh pada lengkung gigi seperti karies interproksimal dan kehilangan prematur gigi sulung. Karies dan kehilangan gigi molar sulung dapat menyebabkan berkurangnya panjang lengkung gigi.2
2.3 Metode pengukuran lengkung gigi 2.3.1 Lebar Lengkung gigi
Raberin (1993) menyatakan bahwa dimensi lengkung gigi permanen terdiri dari tiga ukuran transversal dan tiga ukuran sagital.Menurut Raberin, lebar lengkung gigi adalah yang diukur dalam arah transversal yang dikategorikan atas :6,10
1. L33 yaitu jarak yang diukur antara puncak tonjol kaninus kiri ke kaninus kanan (lebar inter-kaninus)
2. L66 yaitu jarak yang diukur antara puncak tonjol mesio-bukal molar 1 permanen kiri ke molar 1 permanen kanan (lebar inter-molar 1)
3. L77 yaitu jarak yang diukur antara puncak tonjol disto-bukal molar 2 permanen kiri ke molar 2 permanen kanan (lebar inter-molar 2).
Gambar 1. Pengukuran lengkung gigi secara transversal dengan metode Raberin6,10
Anwar dan Fida (2011) dalam penelitian mereka tentang variasi kesesuaian klinis pada dimensi lengkung dan bentuk lengkung antara berbagai tipe wajah menggunakan metode pengukuran lengkung gigi secara transversal yang sama dengan metode Raberin pada pengukuran dimensi lengkung gigi rahang atas dan bawah.6,10
Menurut Lindsten (2002), pengukuran lengkung gigi pada masa gigi bercampur pada rahang atas adalah :16
1. Puncak tonjol kaninus kanan dan kiri (L33).
2. Puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen kanan dan kiri (L66MB)
3. Fossa sentral gigi molar pertama permanen kanan dan kiri (L66FS). 4. Permukaan palatal gigi molar pertama permanen kanan dan kiri (L66L). Untuk rahang bawah pengukuran dilakukan melalui :16
1. Puncak tonjol kaninus kanan dan kiri (L33).
2. Puncak tonjol mesiobukal gigi molar pertama permanen kanan dan kiri (L66MB).
Gambar 2. Pengukuran lengkung gigi secara transversal dengan metode Lindsten16
2.3.2 Panjang Lengkung gigi
Menurut Raberin (1993), panjang lengkung gigi adalah jarak yang diukur dalam arah sagital yang dikategorikan atas:6,10
1. L31 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol kaninus kiri dan kanan
(kedalaman kaninus).
2. L61 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol mesiobukal molar 1 permanen kiri dan kanan (kedalaman molar 1).
Gambar 3. Pengukuran lengkung gigi secara sagital dengan metode Raberin.6,10
Hasan N., menggunakan sebuah alat ukur elektronik dengan keakuratan 0,1 mm. Panjang lengkung gigi diukur dari pertengahan gigi insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol kaninus dan puncak tonjol disto-bukal gigi molar permanen kedua kiri dan kanan. Raberin (1993) menambahkan dengan mengukur jarak dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap yang menghubungkan tonjol mesio-bukal gigi molar pertama permanen kiri dan kanan.6,20
Gambar 4. Pengukuran lengkung gigi secara sagital
dengan metode Lindsten16
2.4 Suku Batak Mandailing
Penduduk Indonesia termasuk dalam ras Pleomongoloid, sebutan yang diberikan oleh Von Eickstedt untuk ras Melayu. Ras Pleomongoloid ini terdiri atas Proto-Melayu (Melayu Tua) dan Deutro-Melayu (Melayu Muda) yang berasal dari Yunnan di Cina Selatan. Suku-suku yang termasuk Proto-Melayu adalah Batak, Gayo, Sasak, dan Toraja sedangkan yang termasuk Deutro-Melayu adalah orang-orang Aceh, Minangkabau, Sumatera Pesisir, Rejang Lebong, Lampung, Jawa, Madura, Bali, Bugis, Manado Pesisir, Sunda kecil Timur dan Melayu.11,21 Ciri-ciri jasmani Melayu Tua pada umumnya terdapat pada bentuk kepala yaitu memiliki kepala yang panjang (dolicocephalic).21
Suku Batak termasuk bagian dari ras Proto-Melayu merupakan suku terbesar yang menempati Sumatera Utara yang terdiri dari enam sub-group yaitu Toba, Simalungun, Karo, Pakpak, Mandailing dan Angkola.11
2.5 Landasan Teori
Pertumbuhan dan Perkembangan Lengkung gigi
RA dan RB
Lebar lengkung gigi Panjang lengkung gigi
Ras Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Lingkungan Kebiasaan oral Malnutrisi fisik
Genetik
Batak Toba Simalungun Karo Pakpak Angkola Mandailing
Proto-Melayu Deutro-Melayu Metode Pengukuran Lengkung Gigi
Metode Raberin (pada masa gigi permanen)
2.6 Kerangka Konsep
Genetik
Ukuran Lengkung gigi RA dan RB
Pertumbuhan dan Perkembangan Lengkung gigi RA dan RB
Tansversal Sagital
L33 L66 L77 L31 L61 L71
Lingkungan Jenis Kelamin
Ras
Laki-laki
Otot masseter Testosterone Diet
Perempuan
Otot masseter Testosterone Diet
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1Jenis Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan rancangan cross-sectional dengan melakukan pengukuran lengkung gigi berdasarkan suku Batak Mandailing pada mahasiswa FKG USU.
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi USU.
3.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian untuk melakukan pengukuran lengkung gigi dilakukan pada bulan Februari sampai Maret 2014.
3.3Populasi dan Sampel Penelitian 3.3.1Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah mahasiswa FKG USU yang masih aktif perkuliahan berumur 18 – 21 tahun.
3.3.2Sampel Penelitian
3.4Kriteria Penelitian 3.4.1Kriteria Inklusi
Kriteria-kriteria inklusi adalah : 1. Mahasiswa FKG USU
2. Suku Batak Mandailing (2 generasi) 3. Hubungan oklusi gigi Molar Klas I Angle
4. Tidak crowded, tidak ada tambalan, gigi tiruan, dan karies pada bagian gigi yang akan diukur yaitu Insisivus I, Kaninus, Molar I dan Molar II.
5. Tidak ada radiks, atrisi dan fraktur pada keseluruhan gigi permanen lengkap sampai molar 2.
6. Tidak ada kebiasaan memakan sirih dan kebiasaan bruxism. 7. Tidak pernah melakukan perawatan ortodonti.
8. Mempunyai keseluruhan gigi permanen lengkap sampai molar 2, tanpa penyimpangan garis tengah dan bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah yang simetris.
9. Tidak mempunyai riwayat penyakit sistemik.
3.4.2Kriteria Eksklusi
Kriteria-kriteria eksklusi adalah : 1. Pernah mengalami trauma rahang 2. Sampel menolak berpartisipasi
3.4.3Besar Sampel
Rumus besar sampel yang digunakan : n = σ2( Zα + Zβ ) 2
(µ1 - µ2 )2
Keterangan :
n = besar sampel
σ2
Zβ = derajat batas bawah = 20% = 0,842
Jadi sampel yang digunakan dalam penelitian ini berdasarkan rumus diatas berjumlah 46 orang terbagi atas 23 perempuan dan 23 laki-laki.
3.5Variabel Penelitian
Variabel bebas
1. Mahasiswa suku Batak Mandailing di FKG USU 2. Jenis kelamin :
Laki-laki perempuan
Variabel terikat
1. Ukuran lengkung gigi : Lebar lengkung gigi
RA dan RB
Panjang lengkung gigi RA dan RB
Variabel tidak terkendali Faktor pertumbuhan dan
perkembangan yang mempengaruhi lengkung gigi seperti diet dan genetik
3.6Definisi Operasional
1. Mahasiswa FKG USU adalah mahasiswa yang terdaftar dan masih aktif dalam perkuliahan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Suku Batak Mandailing adalah salah satu bagian dari suku Batak di Indonesia (2 generasi yaitu kedua orangtua (ayah-ibu) dan kakek-nenek dari kedua orangtua memiliki suku yang sama) yang bermarga Lubis, Nasution, Harahap, Hutasuhut, Batubara, Matondang, Rangkuti, Perinduri, Pulungan dan Daulay.
3. Klas 1 Angle adalah oklusi normal dimana semua gigi harus berada dalam kedua lengkung gigi dan adanya hubungan antero-posterior dari molar 1 rahang atas dan bawah yang benar, dimana tonjol mesiobukal molar 1 permanen rahang atas beroklusi pada groove bukal molar 1 permanen rahang bawah.2
4. Metode Raberin adalah metode pengukuran lengkung gigi dalam arah transversal (L33, L66, L77) dan sagital (L31, L61, L71).
5. Lengkung gigi adalah lengkung yang menghubungkan keseluruhan sederetan mahkota gigi.
6. Lebar lengkung gigi adalah jarak yang diukur dalam arah transversal, dikategorikan atas :
a. L33 yaitu jarak yang diukur antara puncak tonjol kaninus permanen kiri ke puncak tonjol kaninus permanen kanan (jarak inter-kaninus).
b. L66 yaitu jarak yang diukur antara puncak tonjol mesiobukal molar 1 permanen kiri ke puncak tonjol mesiobukal molar 1 permanen kanan (jarak inter-molar 1).
c. L77 yaitu jarak diukur antara puncak tonjol distobukal molar 2 permanen kiri ke puncak tonjol distobukal molar 2 permanen kanan (jarak inter-molar 2).
7. Panjang lengkung adalah jarak yang diukur dalam arah sagital, dikategorikan atas :
b. L61 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol mesiobukal molar 1 permanen kiri dan kanan (kedalaman molar 1 permanen).
c. L71 yaitu jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap puncak tonjol distobukal molar 2 permanen kiri dan kanan (kedalaman molar 2 permanen)
3.7Bahan dan Alat Penelitian 3.7.1 Bahan Penelitian
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Alginate
2. Dental stone 3. Gips 4. Aquades
3.7.2 Alat Penelitian
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Spatula
2. Rubber bowl 3. Sendok cetak
4. Kaliper digital merk Krisbow dengan akurasi 0,02 mm 5. Model cetakan rahang atas dan rahang bawah
6. Penggaris
a) Kaliper digital b) Model RA dan RB
Gambar 5. Alat-alat penelitian a) Kaliper digital ; b) Model RA dan RB
3.8 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut :
a) Dilakukan pencetakan rahang atas dan rahang bawah pada mahasiswa suku Batak Mandailing di FKG USU yang telah memenuhi kriteria sampel.
b) Persiapan model, cetakan diisi dental stone dengan segera. c) Didapati Model studi RA dan RB
d)Penentuan titik-titik patokan rahang atas dan rahang bawah yaitu pertengahan gigi insisif sentral bagian bukal, ujung puncak gigi kaninus, puncak tonjol mesio-bukal gigi molar pertama dan puncak tonjol disto-bukal gigi molar kedua sesuai dengan Metode Raberin.5
e) Pengukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah dalam arah transversal dan sagital dengan menggunakan kaliper digital.
f) Untuk pengukuran transversal diukur jarak diantara ujung gigi kaninus kiri ke ujung puncak gigi kaninus kanan (L33), jarak diantara puncak tonjol mesio-bukal gigi molar pertama kiri ke gigi molar pertama kanan (L66), jarak diantara puncak tonjol disto-bukal gigi molar kedua kiri ke gigi molar kedua kanan (L77).5
Gambar 7. Pengukuran secara transversal Rahang Atas (A) dan Rahang Bawah (B) (dokumentasi)
g) Untuk pengukuran sagital diukur jarak dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol kaninus kiri dan kanan (L31), jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol mesio-bukal gigi molar pertama kiri dan kanan (L61), jarak yang diukur dari pertengahan insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungi puncak tonjol distobukal gigi molar kedua permanen kiri dan kanan (L71).5
Gambar 8. Pengukuran secara sagital Rahang Atas (A) dan Rahang Bawah (B) (dokumentasi)
h) Pengukuran diatas dilakukan oleh tiga orang untuk mendapatkan data yang valid, kemudian hasil pengukuran diambil dari rata-rata ketiga pengukuran tersebut. Apabila dalam pengukuran lengkung didapati nilai yang mencolok, maka harus dilakukan pengukuran ulang untuk mendapatkan data yang paling valid.
i) Analisa data dengan menggunakan uji-t.
3.9Pengolahan dan Analisis Data
1. Dihitung rata-rata dan standar deviasi ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah pada laki-laki dan perempuan.
2. Dihitung rata-rata dan standar deviasi ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah berdasarkan jenis kelamin kemudian dilakukan uji t.
3. Hitungan ini semua dilakukan dengan menggunakan program SPSS 11.5.
3.10 Alur Penelitian
Kuisioner
Pencetakan RA dan RB
Persiapan model RA dan RB
Pengukuran model RB Pengukuran model RA
Tansversal Sagital
Jarak Interkaninus
(L33)
Jarak Intermolar 1
(L66)
Jarak Intermolar 2
(L77)
Kedalaman Molar 1
(L61)
Kedalaman Molar 2
(L71) Kedalaman
Kaninus (L31)
Pengolahan Data Seleksi kuisioner
Sampel
Analisa Data
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Sampel penelitian berjumlah 46 orang yang terdiri dari 23 orang laki-laki dan 23 orang perempuan. Sampel diambil dari mahasiswa suku Batak Mandailing Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang masih aktif mengikuti pendidikan dan memenuhi kriteria yang ditetapkan. Berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap sampel, dapat dilihat gambaran rata-rata ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah mahasiswa suku Batak Mandailing FKG USU.
Tabel 1. Rata-rata ukuran lengkung gigi rahang atas pada mahasiswa suku Batak Mandailing FKG-USU
Pengukuran
L33 = Jarak interkaninus L31 = Kedalaman kaninus L66 = Jarak intermolar pertama L61 = Kedalaman molar pertama L77 = Jarak intermolar kedua L71 = Kedalaman molar kedua
28,04 mm (24,46 mm – 32,21 mm) dan kedalaman molar kedua (L71) 43,57 mm (37,48 mm – 49,61 mm).
Tabel 2. Rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa suku Batak Mandailing FKG-USU
Pengukuran
L33 = Jarak interkaninus L31 = Kedalaman kaninus L66 = Jarak intermolar pertama L61 = Kedalaman molar pertama L77 = Jarak intermolar kedua L71 = Kedalaman molar kedua
Tabel 3. Rata-rata ukuran lengkung gigi rahang atas pada mahasiswa suku Batak Mandailing FKG USU berdasarkan jenis kelamin
Pengukuran lengkung gigi
rahang atas
Rata-rata pengukuran (mm) ±SD
L33 = Jarak interkaninus L31 = Kedalaman kaninus L66 = Jarak intermolar pertama L61 = Kedalaman molar pertama L77 = Jarak intermolar kedua L71 = Kedalaman molar kedua *=signifikan (p<0,05)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran lengkung gigi rahang atas arah transversal (L33, L66 dan L77) laki-laki lebih besar dari perempuan. Berdasarkan hasil analisis uji-t menunjukkan ukuran lengkung gigi arah transversal L33 tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan dengan p=0,220. Dengan demikian H0 diterima. Untuk ukuran lengkung gigi arah transversal L66
dengan p=0,003 dan L77 dengan p=0,001 terdapat perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Dengan demikian H0 ditolak.
Tabel 4. Rata-rata ukuran lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa suku Batak Mandailing FKG USU berdasarkan jenis kelamin
Pengukuran lengkung gigi rahang bawah
Rata-rata pengukuran (mm) ±SD
L33 = Jarak interkaninus L31 = Kedalaman kaninus L66 = Jarak intermolar pertama L61 = Kedalaman molar pertama L77 = Jarak intermolar kedua L71 = Kedalaman molar kedua *=signifikan (p<0,05)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran lengkung gigi rahang bawah arah transversal (L33, L66 dan L77) laki-laki lebih besar dari perempuan. Berdasarkan hasil analisis uji-t menunjukkan ukuran lengkung gigi arah transversal L33 dengan p p=0,619 dan L66 dengan p=0,114 tidak terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan. Dengan demikian H0 diterima. Untuk ukuran lengkung gigi arah
transversal L77 terdapat perbedaan signifikan antara laki-laki dan perempuan dengan p=0,003. Dengan demikian H0 ditolak.
Tabel 5. Perbandingan rata-rata ukuran lengkung gigi antara rahang atas dan rahang bawah pada mahasiswa suku Batak Mandailing FKG USU
Jenis kelamin
Pengukuran transversal ±SD
(L33,L66,L77) P
Pengukuran sagital ±SD
L33 = Jarak interkaninus L31 = Kedalaman kaninus L66 = Jarak intermolar pertama L61 = Kedalaman molar pertama L77 = Jarak intermolar kedua L71 = Kedalaman molar kedua *=signifikan (p<0,05)
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran lengkung gigi arah transversal (L33, L66 dan L77) rahang atas lebih besar dari rahang bawah pada laki-laki dan perempuan. Berdasarkan hasil analisis uji-t menunjukkan ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah arah transversal (L33, L66 dan L77) pada laki-laki maupun perempuan terdapat perbedaan yang signifikan dengan p = 0,000. Dengan demikian H0 ditolak.
BAB 5 PEMBAHASAN
Studi tentang lengkung gigi merupakan bagian penting di bidang kedokteran khususnya kedokteran gigi. Dimensi dan bentuk lengkung gigi menjadi pertimbangan utama bagi para dokter gigi, khususnya dalam memperkirakan perubahan pertumbuhan yang akan datang dan stabilisasi perawatan.6,24-25 Nilai normal untuk lengkung gigi ras Kaukasoid belum tentu merupakan ukuran lengkung gigi normal bagi ras lainnya, maka perlu diadakan penyesuaian nilai normal ukuran lengkung gigi rahang atas maupun rahang bawah pada masing-masing ras, khususnya untuk berbagai suku bangsa di Indonesia.
Penelitian ini bertujuan untuk menentukan nilai rata-rata ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah klas I Angle pada mahasiswa suku Batak Mandailing FKG USU yang berumur antara 18 hingga 21 tahun, terdiri dari 23 orang laki-laki dan 23 orang perempuan. Lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah klas I Angle dipilih sebagai sampel disebabkan klas II dan klas III Angle mempunyai bentuk dan ukuran yang berbeda dengan klas I. Dari penelitian Nojima (2001) menunjukkan lebar lengkung mandibular klas II lebih kecil dibanding klas I, sedangkan klas III mempunyai lebar lengkung gigi mandibular lebih besar dari klas I dan klas II tetapi mempunyai panjang lengkung yang lebih pendek. Dalam penelitian ini sampel yang diambil adalah klas I Angle karena merupakan pertumbuhan lengkung gigi yang normal.26
dan bawah dalam arah transversal (L33, L66 dan L77) dan sagital (L31, L61 dan L71) pada laki-laki dan perempuan.
5.1 Hasil rata-rata uji statistik ukuran model lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah pada mahasiswa suku Batak Mandailing
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 1 tentang rata-rata ukuran lengkung gigi rahang atas berbeda dengan hasil penelitian Anwar dan Fida (2011) tentang variasi klinis dimensi lengkung dan bentuk lengkung gigi rahang atas dan bawah antara berbagai tipe wajah. Penelitian Anwar dan Fida (2011) diperoleh ukuran rata-rata arah transversal L33 (33,50 mm), L66 (51,10 mm) dan L77 (58,00 mm) pada tipe wajah hypodivergent, ukuran rata-rata L33 (35,10 mm), L66 (50,90 mm) dan L77 (57,90 mm) pada tipe wajah normodivergent dan ukuran rata-rata L33 (33,70 mm), L66 (50,60 mm) dan L77 (56,80 mm) pada tipe wajah hyperdivergent. Nilai rata-rata yang diperoleh lebih kecil dibanding pada mahasiswa suku Batak Mandailing di FKG USU. Pengukuran lengkung gigi rahang atas pada mahasiswa suku Batak Mandailing FKG USU arah transversal (L33, L66 dan L77) lebih besar daripada lengkung gigi arah transversal pada tipe wajah hypodivergent, normodivergent dan hyperdivergent. Hasil engukuran lengkung gigi rahang atas pada penelitian Anwar dan Fida (2011) diperoleh ukuran rata-rata arah sagital L31 (10,80 mm), L61 (30,50 mm) dan L71 (46,00 mm) pada tipe wajah hypodivergent, ukuran rata-rata L31 (10,90 mm), L61 (31,30 mm) dan L71 (46,10 mm) pada tipe wajah normodivergent dan ukuran rata-rata L31 (10,20 mm), L61 (29,00 mm) dan L71 (44,80 mm) pada tipe wajah
hyperdivergent. Nilai rata-rata yang diperoleh lebih besar dibanding pada mahasiswa suku Batak Mandailing di FKG USU.
(53,90 mm) pada tipe wajah normodivergent dan ukuran rata-rata L33 (26,60 mm), L66 (44,10 mm) dan L77 (52,00 mm) pada tipe wajah hyperdivergent. Nilai rata-rata yang diperoleh pada mahasiswa suku Batak Mandailing FKG USU arah transversal L33 lebih kecil pada tipe wajah normodivergent, sedangkan pada tipe wajah
hypodivergent dan hyperdivergent nilai rata-rata yang diperoleh pada suku Batak
Mandailing FKG USU lebih besar. Pengukuran lengkung gigi rahang bawah arah transversal lainnya (L66 dan L77) pada mahasiswa suku Batak Mandailing FKG USU juga lebih besar daripada nilai lengkung gigi rahang bawah arah transversal L66 dan L77 pada ketiga tipe wajah dalam penelitian Anwar dan Fida. Sedangkan pada penelitian Anwar dan Fida (2011) diperoleh ukuran rata-rata arah sagital adalah L31 (7,60 mm), L61 (25,70 mm) dan L71 (41,10 mm) pada tipe wajah hypodivergent,
ukuran rata-rata L31 (6,90 mm), L61 (25,90 mm) dan L71 (41,50 mm) pada tipe wajah normodivergent dan ukuran rata-rata L31 (5,90 mm), L61 (25,30 mm) dan L71 (40,10 mm) pada tipe wajah hyperdivergent. Nilai rata-rata yang diperoleh pada mahasiswa suku Batak Mandailing FKG USU arah sagital (L31, L61 dan L71) lebih kecil daripada nilai rata-rata yang diperoleh ketiga tipe wajah.
Berdasarkan hasil penelitian Jesika (2012) tentang ukuran bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa suku Batak di Fakultas Teknik dan FKG USU, didapat ukuran lengkung gigi rahang bawah arah transversal yaitu L33 (26,808 mm), L66 (46,756 mm) dan L77 (55,485 mm) dan ukuran lengkung gigi arah sagital L31 (4,365 mm), L61 (23,727 mm) dan L71 (39,634 mm). Hasil penelitian tersebut berbeda dengan penelitian yang telah dilakukan dimana ukuran lengkung gigi mahasiswa suku Batak Mandailing FKG USU arah sagital didapati lebih besar daripada mahasiswa suku Batak FKG dan Fakultas Teknik USU sedangkan arah transversal ukuran lengkung gigi mahasiswa suku Batak Mandailing FKG USU lebih kecil daripada mahasiswa suku Batak FKG dan Fakultas Teknik USU. Aghinotri G dan Gulati M (2008) menyatakan bahwa perbedaan panjang dan lebar lengkung gigi dapat dipengaruhi oleh kebudayaan, lingkungan , ras dan tipe wajah, faktor lainnya adalah jenis kelamin, genetik, letak geografis dan diet.27
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 3 dan 4, dinyatakan bahwa ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah pada mahasiswa suku Batak Mandailing FKG USU pada laki-laki lebih besar daripada perempuan. Ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah arah transversal terdapat perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan sedangkan ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah arah sagital tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara laki-laki dan perempuan. Hasil ini sesuai dengan penelitan Raberin (1993), Hasibuan MK (2009), Lim Rui Liang (2010) dan Jesika (2012).
perempuan.6 Pada penelitian ini ukuran L33 dan L77 antara laki-laki dan perempuan dijumpai tidak ada perbedaan yang signifikan.
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data serta pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian pada mahasiswa suku Batak Mandailing di FKG USU maka diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Ukuran lengkung gigi rahang atas arah transversal (L66 dan L77) laki-laki lebih besar dari perempuan.
Ukuran lengkung gigi rahang bawah arah transversal (L77) laki-laki lebih besar dari perempuan.
2. Ukuran lengkung gigi arah transversal (L33, L66, L77) rahang atas lebih besar dari rahang bawah pada laki-laki maupun perempuan.
Ukuran lengkung gigi arah sagital (L31, L61, L71) rahang atas lebih besar dari rahang bawah pada laki-laki maupun perempuan.
6.2 Saran
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih besar agar didapatkan validitas yang tinggi dari ukuran lengkung gigi.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mendapatkan ukuran dan bentuk lengkung gigi standar rahang atas dan bawah pada suku lainnya dengan tujuan menunjang keberhasilan perawatan kesehatan gigi dan mulut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Williams J, Cook P, Isaacson K, Thom A. Alat-alat Ortodonsi Cekat (Prinsip dan Pratik). Alih Bahasa : Budi Susetyo. Jakarta : EGC. 2012 : 47.
2. Cassidy KM, Edward F, Elizabeth A, Robert G. Genetic influenceon dental arch form. J Angle Orthod. 1998 ;68 (5):445-54.
3. Lavelle CLB, Foster TD, Flinn RM. Dental arches in various ethnic groups. J Angle Orthod. 1971 ; 41(4) :293-9.
4. Nazruddin. Perbedaan ukuran lebar lengkung gigi dan lebar lengkung alveolar maloklusi klas II divisi 1 dan klas I oklusi normal. Tesis. Medan ;Universitas Sumatera Utara: 2009 : 1.
5. Foster TD. Buku ajar ortodonti. Alih bahasa : Lilian Yuwono. Jakarta :EGC. 1997 :7-15,45-9,60-3,108-27.
6. Raberin M, Laumon B, Martin JL, Bruner F.Dimension and form of dental arches in with normal occlusion. Am J Orthod and Dentofac Orthod. 1993 ; 104:67-72. 7. Hasibuan MK. Ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara. Skripsi. Medan ;Universitas Sumatera Utara:2007 : 1-2.
8. Muhammad A, Hassan M, Hussain S. Dental arch dimension of malay ethnic group. Am J of Applied Science. 2011 ; 8(11) :1061-3.
9. Thu KM, Winn T, Abdullah N, Jayasinghe JAP, Chandima GL. The maxillary arch and its relationship tocephalometric landmarks of selected malay ethnic group. Malaysian J of Med Sciences. 2005 ; 12 (1) :19-38.
10. Anwar N, Fida M. Clinical Applicability of Variations in Arch Dimension and
Arch Forms among Various Vertical Facial Pattern. J of the College of
Physicians and Surgeons Pakistan. 2011 ; 21 (11) :685-6.
12. Hamilah DK, Ary I, Isnani J. Tumbuh Kembang Kraniodentofasial. Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Trisakti. 2004 : 91-4.
13. Rahardjo P. Ortodonti dasar. Surabaya : Airlangga University Press. 2009 :12-3. 14. Sarworini BB. Perubahan dan Karakteristik Lengkung Gigi selama Periode
Tumbuh Kembang serta Faktor yang Mempengaruhi. JITEKGI. 2003 : 1(2) :73-7.
15. Samir E, Bishara, Jakobsen JR, Treder J, Nowak A. Arch length changes from 6 weeks to 45 years. J Angle Orthod .1998 ; 68(1) :69-73.
16. Lindsten R, Ogaard B, Larsson E, Bjerklin K. Transverese dental and dental arch depth dimensions in the mixed dentition in a skeletal sample from the 14th to the
19th century and Norwegian children and Norwegian sami children of today. J
Angle Orthod. 2002 ;72(5):439-47.
17. Aznar T, Galan AF, Marin I, Dominguez A. Dental arch diameters and relationships to oral habits. J Angle Orthod. 2006 ; 76(3) :441-5.
18. Foster CM, Sunga E, Chung CH. Relationship between dental arch width and vertical facial morphology in untreated adults. European Journal of Orthodontics. 2008 : 288-94.
19. Kiliaridis S, Georgiakaki I, Katsaros C. Masseter muscle thickness and maxillary dental arch width. European Journal of Orthodontics. 2003 : 259-63.
20. Noroozi H, Tahereh HN, Saeeda R. The dental arch form revisited. J Angle Orthod. 2001 ; 71(5) :386-9.
21. Koesoemahardja HD, Nasution FH, Trenggono BS. Antropologi untuk Mahasiswa Kedokteran Gigi. Jakarta : Universitas Trisakti. 2005 :41-9.
22. Nuraini C. Permukiman Suku Batak Mandailing. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. 2004 : 19.
23. Olmez S, Dogan S. Comparison of the arch forms and dimension in various malocclusions of the Turkish population. Open Jof Stomatology. 2011 ; 1 : 1586. 24. Noroozi H. A formula to determine the amount of retraction of mandibular
canines. J Angle Orthod. 2000 ;70(2) :154-6.
26. Nojima K, Mclaughlin RP, Isshiki Y, Sinclair PM. A Comparative Study of
Caucasian and Japanese Mandibular Clinical Arch Forms. J Angle Orthod.
2001: 71 (3) : 195-200.
27. Agnihotri G, Gulati M. Maxillary molar and premolar indices in North Indians : A Dimorphic Study. The Internet Journal of Biological Anthropology.2008; 2 (1).
LAMPIRAN 1
BAGIAN ILMU BIOLOGI ORAL FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
UKURAN LENGKUNG GIGI RAHANG ATAS DAN RAHANG BAWAH MAHASISWA SUKU BATAK MANDAILING
DI FKG USU KUISIONER
IDENTITAS SAMPEL
Nama :
Nim : Angkatan :
Umur :
Jenis kelamin :
Alamat :
: No tep/HP : Suku mahasiswa :
Suku : Ayah : Kakek :
Nenek :
: Ibu : Kakek :
Nenek :
Pemeriksaan intra-oral (diisi oleh operator)
Gigi geligi sampai M2 : lengkap tidak lengkap
Oklusi M1 : Klas I Klas II Klas III
Karies aproksimal : ada tidak
LAMPIRAN 2 Skema Alur Pikir
1. Ukuran lengkung gigi mempunyai implikasi yang luas dibidang ortodonti khususnya pada diagnosa dan rencana perawatan, sebagaimana hal itu mempengaruhi ruang yang tersedia, estetis dan stabilitas gigi.
2. Beberapa penelitian tentang ukuran dan bentuk lengkung gigi telah dilakukan dengan metode Monique Raberin. Penelitian Hasibuan MK tentang ukuran dan bentuk lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu dan diperoleh diperoleh lebar interkaninus dan intermolar kedua lengkung gigi rahang bawah lebih kecil daripada ras campuran Proto dan Deutro-Melayu. ( Muhammad, 2009 )
3. Berdasarkan penelitian tentang dimensi lengkung gigi pada suku Melayu, tidak ada perbedaan yang signifikan pada dimensi lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan pada suku Melayu Malaysia.( Mohammad, Hussain dan Hassan, 2011 )
4. Ukuran rata-rata lengkung gigi anterior orang Melayu 35,93 mm sedangkan ukuran rata-rata lengkung gigi anterior orang Cina 35,74 mm. Hal ini menunjukkan bahwa orang Melayu mempunyai ukuran lengkung gigi hampir sama dengan orang Cina karena orang Melayu dan Cina tergolong dalam ras yang sama yaitu Mongoloid. ( Thu, 2005 )
5. Berdasarkan penelitian tentang variasi kesesuaian klinis pada dimensi lengkung dan bentuk lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah antara berbagai tipe wajah terdapat perbedaan yang signifikan pada kedalaman molar kedua rahang atas dan lebar intermolar kedua rahang bawah pada tipe wajah
hypodivergent, normodivergent dan hyperdivergent. ( Anwar dan Fida, 2011 ) 6. Suku batak Mandailing merupakan Salah satu sub-grup suku Batak dari enam
1.4 Hipotesa Penelitian 1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah :
1. Berapakah ukuran rata-rata lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah mahasiswa suku Batak Mandailing di FKG USU ?
2. Apakah ada perbedaan ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah antara laki-laki dan perempuan pada suku batak Mandailing di FKG USU? 3. Apakah ada perbedaan antara ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang
bawah pada suku Batak Mandailing di FKG USU ?
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk :
1. Untuk mengetahui rata-rata ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah pada suku Batak Mandailing di FKG USU.
2. Untuk melihat adanya perbedaan ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah antara laki-laki dan perempuan pada suku Batak Mandailing di FKG USU.
3. Untuk melihat adanya perbedaan antara ukuran lengkung gigi rahang atas dan rahang bawah pada suku Batak Mandailing di FKG USU.
3. H0 : Tidak terdapat perbedaan ukuran lengkung gigi rahang atas dan
rahang bawah antara laki-laki dan perempuan pada suku Batak Mandailing di FKG USU.
4. H0 : Tidak terdapat perbedaan ukuran lengkung gigi antara rahang atas
dan rahang bawah pada laki-laki dan perempuan pada suku Batak Mandailing di FKG USU.
Hα : Terdapat perbedaan ukuran lengkung gigi antara rahang atas dan rahang bawah pada laki-laki dan perempuan pada suku Batak Mandailing di FKG USU.
1.5 Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis
1. Hasil yang diperoleh dapat memberi informasi tentang ukuran lengkung gigi pada suku Batak Mandailing
2. Hasil yang diperoleh dapat memberi informasi mengenai perbedaan ukuran lengkung gigi antara laki-laki dan perempuan pada suku Batak Mandailing.
3. Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi awal untuk penelitian lanjutan mengenai ukuran lengkung gigi pada suku lainnya atau berdasarkan kelompok umur.
Manfaat Praktis
1.Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi sumbangan bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan bahan ajar yang bermanfaat bagi Departemen Biologi Oral.
LAMPIRAN 3
LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN (INFORMED CONSENT)
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Umur : Jenis Kelamin :
Alamat :
Menyatakan bersedia untuk menjadi subjek penelitian yang berjudul Ukuran Lengkung Gigi Rahang Atas dan Rahang Bawah pada Mahasiswa Suku Batak Mandailing di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara dan tidak akan menyatakan keberatan maupun tuntutan dibelakang hari.
Demikian pernyataan ini saya berikan dalam keadaan sadar/ pikiran yang sehat dan tanpa paksaan apapun dari pihak manapun juga.
Medan, Februari 2014 Pembuat pernyataan,
LAMPIRAN 4
Hasil pengukuran model lengkung gigi rahang atas pada mahasiswa suku Batak Mandailing di FKG USU.
LAMPIRAN 5
Hasil pengukuran lengkung gigi rahang bawah pada mahasiswa suku Batak Mandailing di FKG USU.
No L33 L66 L77 L31 L61 L71
22 26,51 48,01 57,92 6,12 25,09 41,22
LAMPIRAN 6
HASIL PENELITIAN RA
Statistics
bentuk lengkung
gigi RA jenis kelamin
N Valid 46 46
Missing 0 0
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Jarak interkaninus 46 30.85 38.50 35.7400 1.73253
jarak intermolar pertama 46 47.59 59.73 54.4998 2.87980
jarak intermolar kedua 46 55.02 67.77 61.1115 3.09064
kedalaman kaninus 46 4.44 11.59 8.2354 1.43469
kedalaman molar pertama 46 24.46 32.21 28.0487 1.81826
kedalaman molar kedua 46 37.48 49.61 43.5759 2.49999
bentuk lengkung gigi RA 46 1 5 2.70 1.518
Valid N (listwise) 46
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Jarak interkaninus 46 30.85 38.50 35.7400 .25545 1.73253
jarak intermolar pertama 46 47.59 59.73 54.4998 .42460 2.87980
jarak intermolar kedua 46 55.02 67.77 61.1115 .45569 3.09064
kedalaman kaninus 46 4.44 11.59 8.2354 .21153 1.43469
kedalaman molar pertama 46 24.46 32.21 28.0487 .26809 1.81826
kedalaman molar kedua 46 37.48 49.61 43.5759 .36860 2.49999
bentuk lengkung gigi RA 46 1 5 2.70 .224 1.518
Valid N (listwise) 46
Group Statistics
jenis kelamin N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
Jarak interkaninus laki-laki 23 36.0557 1.51786 .31650
perempuan 23 35.4243 1.90460 .39714
jarak intermolar pertama laki-laki 23 55.7022 2.07983 .43367
perempuan 23 53.2974 3.10079 .64656
jarak intermolar kedua laki-laki 23 62.5513 2.34940 .48988
perempuan 23 59.6717 3.11195 .64889
kedalaman kaninus laki-laki 23 8.4617 1.67758 .34980
perempuan 23 8.0091 1.13528 .23672
kedalaman molar pertama laki-laki 23 28.0822 1.97837 .41252
perempuan 23 28.0152 1.68705 .35178
kedalaman molar kedua laki-laki 23 43.6848 2.61622 .54552
perempuan 23 43.4670 2.43200 .50711
bentuk lengkung gigi RA laki-laki 23 2.48 1.473 .307
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the Difference
Difference Lower Upper
Jarak interkaninus Equal variances assumed .630 .432 1.243 44 .220 .63130 .50783 -.39215 1.65476
Equal variances not assumed
1.243 41.913 .221 .63130 .50783 -.39359 1.65620
jarak intermolar pertama Equal variances assumed 4.899 .032 3.089 44 .003 2.40478 .77853 .83575 3.97381
Equal variances not assumed
3.089 38.463 .004 2.40478 .77853 .82935 3.98022
jarak intermolar kedua Equal variances assumed 4.078 .050 3.542 44 .001 2.87957 .81304 1.24098 4.51815
Equal variances not assumed
3.542 40.929 .001 2.87957 .81304 1.23750 4.52163
kedalaman kaninus Equal variances assumed 2.455 .124 1.072 44 .290 .45261 .42237 -.39862 1.30384
Equal variances not assumed
1.072 38.657 .291 .45261 .42237 -.40196 1.30718
kedalaman molar pertama Equal variances assumed 2.087 .156 .124 44 .902 .06696 .54214 -1.02566 1.15957
Equal variances not assumed
.124 42.929 .902 .06696 .54214 -1.02643 1.16034
kedalaman molar kedua Equal variances assumed .322 .573 .292 44 .771 .21783 .74481 -1.28325 1.71890
Equal variances not assumed
.292 43.767 .771 .21783 .74481 -1.28347 1.71913
bentuk lengkung gigi RA Equal variances assumed .983 .327 -.970 44 .337 -.435 .448 -1.338 .468
Equal variances not assumed
bentuk lengkung gigi RA
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
unclassified 9 19.6 19.6 100.0
Total 46 100.0 100.0
jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid laki-laki 23 50.0 50.0 50.0
perempuan 23 50.0 50.0 100.0
Total 46 100.0 100.0
HASIL PENELITIAN RB Statistics
bentuk lengkung
gigi RB Jenis kelamin
N Valid 46 46
Missing 0 0
bentuk lengkung gigi RB
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
unclassified 10 21.7 21.7 100.0
Jenis kelamin
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent
Valid laki-laki 23 50.0 50.0 50.0
perempuan 23 50.0 50.0 100.0
Total 46 100.0 100.0
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Statistic Statistic Statistic Statistic Std. Error Statistic
Jarak interkaninus 46 21.94 33.91 27.2183 .29849 2.02444
Jarak intermolar pertama 46 39.01 51.23 46.2620 .43981 2.98293
Jarak intermolar kedua 46 49.80 61.03 55.5028 .41252 2.79788
Kedalaman kaninus 46 1.27 11.03 4.9013 .26109 1.77081
Kedalaman molar pertama
46 19.58 27.13 23.1296 .25381 1.72143
Kedalaman molar kedua 46 35.24 42.89 39.1437 .28498 1.93284
bentuk lengkung gigi RB 46 1 5 2.93 .221 1.497
Valid N (listwise) 46
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Jarak interkaninus 46 21.94 33.91 27.2183 2.02444
Jarak intermolar pertama 46 39.01 51.23 46.2620 2.98293
Jarak intermolar kedua 46 49.80 61.03 55.5028 2.79788
Kedalaman kaninus 46 1.27 11.03 4.9013 1.77081
Kedalaman molar pertama 46 19.58 27.13 23.1296 1.72143
Kedalaman molar kedua 46 35.24 42.89 39.1437 1.93284
bentuk lengkung gigi RB 46 1 5 2.93 1.497
Valid N (listwise) 46
Group Statistics
Jenis
kelamin N Mean Std. Deviation
Std. Error Mean
Jarak interkaninus laki-laki 23 27.3691 2.29129 .47777
perempuan 23 27.0674 1.75654 .36626
Jarak intermolar pertama laki-laki 23 46.9587 2.01588 .42034
perempuan 23 45.5652 3.62234 .75531
Jarak intermolar kedua laki-laki 23 56.6935 1.68229 .35078
Kedalaman kaninus laki-laki 23 5.1996 1.89745 .39565
perempuan 23 4.6030 1.62103 .33801
Kedalaman molar pertama laki-laki 23 23.1404 2.01699 .42057
perempuan 23 23.1187 1.41169 .29436
Kedalaman molar kedua laki-laki 23 39.1726 2.15575 .44950
perempuan 23 39.1148 1.72989 .36071
bentuk lengkung gigi RB laki-laki 23 2.70 1.428 .298
perempuan 23 3.17 1.557 .325
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence Interval of the
Difference
Difference Lower Upper
Jarak interkaninus
Equal variances assumed
.040 .843 .501 44 .619 .30174 .60201 -.91152 1.51500
Equal variances not assumed
.501 41.220 .619 .30174 .60201 -.91384 1.51732
Jarak
11.472 .001 1.612 44 .114 1.39348 .86440 -.34860 3.13555
Equal variances not assumed
1.612 34.434 .116 1.39348 .86440 -.36237 3.14933
Jarak
11.462 .002 3.162 44 .003 2.38130 .75319 .86335 3.89926
Equal variances not assumed
3.162 33.319 .003 2.38130 .75319 .84948 3.91313
Kedalaman kaninus
Equal variances assumed
.007 .935 1.146 44 .258 .59652 .52037 -.45222 1.64526
Equal variances not assumed
Kedalaman
3.564 .066 .042 44 .966 .02174 .51335
-1.01284
.042 39.383 .966 .02174 .51335
-1.01628
2.064 .158 .100 44 .921 .05783 .57634
-1.10371
.100 42.028 .921 .05783 .57634
-1.10525
L33 dimension1 RA 23 36,0557 1,51786 ,31650
RB 23 27,3691 2,29129 ,47777
L66 dimension1 RA 23 55,7022 2,07983 ,43367
RB 23 46,9587 2,01588 ,42034
L77
dimension1
RA 23 62,5513 2,34940 ,48988
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
L33 Equal variances assumed ,274 ,603 15,157 44 ,000 8,68652 ,57309 7,53154 9,84151
Equal variances not assumed
15,157 38,191 ,000 8,68652 ,57309 7,52655 9,84649
L66 Equal variances assumed ,005 ,945 14,477 44 ,000 8,74348 ,60395 7,52629 9,96067
Equal variances not assumed
14,477 43,957 ,000 8,74348 ,60395 7,52626 9,96070
L77 Equal variances assumed 1,702 ,199 9,722 44 ,000 5,85783 ,60252 4,64352 7,07213
Equal variances not assumed
T-Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference
Lower Upper
L31 Equal variances assumed ,006 ,941 6,177 44 ,000 3,26217 ,52811 2,19785 4,32650
Equal variances not assumed
6,177 43,349 ,000 3,26217 ,52811 2,19740 4,32695
L61 Equal variances assumed ,005 ,942 8,388 44 ,000 4,94174 ,58911 3,75447 6,12901
Equal variances not assumed
8,388 43,984 ,000 4,94174 ,58911 3,75445 6,12903
L71 Equal variances assumed ,340 ,563 6,383 44 ,000 4,51217 ,70686 3,08760 5,93675
Equal variances not assumed
T-Test
Group Statistics
PEREMPUAN N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
L33 dimension1 RA 23 35,4243 1,90460 ,39714
RB 23 27,0674 1,75654 ,36626
L66 dimension1 RA 23 53,2974 3,10079 ,64656
RB 23 45,5652 3,62234 ,75531
L77 dimension1 RA 23 59,6717 3,11195 ,64889
RB 23 54,3122 3,19652 ,66652
L31 dimension1 RA 23 8,0091 1,13528 ,23672
RB 23 4,6030 1,62103 ,33801
L61 dimension1 RA 23 28,0152 1,68705 ,35178
RB 23 23,1187 1,41169 ,29436
L71 dimension1 RA 23 43,4670 2,43200 ,50711
Independent Samples Test
Levene's Test for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
F Sig. t df Interval of the
Difference
Lower Upper
L33 Equal variances assumed
,114 ,737 15,469 44 ,000 8,35696 ,54025 7,26816 9,44575
Equal variances not assumed
15,469 43,715 ,000 8,35696 ,54025 7,26796 9,44595
L66 Equal variances assumed
1,110 ,298 7,777 44 ,000 7,73217 ,99425 5,72839 9,73595
Equal variances not assumed
7,777 42,978 ,000 7,73217 ,99425 5,72705 9,73730
L77 Equal
5,762 43,968 ,000 5,35957 ,93022 3,48480 7,23433
L31 Equal variances assumed
2,726 ,106 8,254 44 ,000 3,40609 ,41266 2,57443 4,23774
Equal variances not assumed
8,254 39,396 ,000 3,40609 ,41266 2,57168 4,24050
L61 Equal variances assumed
,007 ,935 10,675 44 ,000 4,89652 ,45868 3,97210 5,82094
Equal variances not assumed
10,675 42,673 ,000 4,89652 ,45868 3,97129 5,82175
L71 Equal variances assumed
1,102 ,300 6,994 44 ,000 4,35217 ,62231 3,09799 5,60635
Equal variances not assumed