SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN GIGI
RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA MALAYSIA
FKG USU TA 2006-2010
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
JOEL JEBARAJ A/L DEVAPRASAD EMMANUEL CHELLAPA NIM: 070600152
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Bagian Biologi Oral
Tahun 2011
Joel Jebaraj A/L Devaprasad Emmanuel Chellapa
Seksual Dimorfisme pada Ukuran Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa
Malaysia FKG USU TA 2006-2010
xii + 64 halaman
Seksual dimorfisme adalah suatu karakteristik yang dimiliki oleh manusia
atau makhluk hidup lain karena adanya perbedaan jenis kelamin yang merujuk
kepada perbedaan ukuran, bentuk, warna dan lain-lain. Masyarakat Malaysia terdiri
atas berbagai suku dan etnik sehingga memberikan variasi pada ukuran gigi. Ukuran
gigi yang bervariasi ini tidak hanya penting dalam bidang kedokteran gigi secara
umumnya tetapi juga di bidang kedokteran gigi forensik untuk identifikasi seksual
seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata ukuran mesiodistal dan
bukolingual gigi rahang bawah dan perbedaan keduanya berdasarkan jenis kelamin
dan etnik.
Penelitian ini dilakukan dengan pencetakan rahang bawah terhadap 50 orang
mahasiswa Malaysia FKG USU etnik Melayu, India dan Cina TA 2006-2010. Dari
model studi yang didapat, diukur mesiodistal dan bukolingual gigi rahang bawah
Hasil uji statistik t-test terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah pada etnik Melayu, gigi kaninus dan
molar satu rahang bawah pada etnik India dan gigi kaninus dan molar dua rahang
bawah pada etnik Cina antara laki-laki dan perempuan. Pada rata-rata ukuran
bukolingual terdapat perbedaan signifikan pada gigi insisivus sentralis, gigi kaninus,
gigi premolar satu, gigi premolar dua dan gigi molar satu rahang bawah pada etnik
Melayu, gigi kaninus dan premolar dua rahang bawah pada etnik India dan tidak ada
perbedaan yang signifikan pada ukuran bukolingual gigi rahang bawah pada etnik
Cina.
Berdasarkan ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi, terdapat perbedaan
ukuran gigi laki-laki dan perempuan dan ukuran gigi dapat digunakan dalam proses
identifikasi jenis kelamin individu.
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Seksual dimorfisme adalah suatu karakteristik yang dimiliki oleh manusia
serta makhluk hidup lain, dimana adanya perbedaan fisik atau tingkah laku yang
berhubungan dengan jenis kelamin.1 Perbedaan ini merujuk kepada perbedaan
sistemik pada ukuran, bentuk, warna dan lain-lain antara laki-laki dan perempuan.2 Salah satu perbedaan yang menonjol antara laki-laki dan perempuan adalah
karakteristik dari skeleton. Tulang dan tulang tengkorak bervariasi antara laki-laki
dan perempuan dan perbedaan ini biasanya berdasarkan profil tulang laki-laki lebih
menonjol daripada perempuan. Menurut Krongman, keakuratan penentuan jenis
kelamin berdasarkan tulang pelvis 95%, tulang pelvis dan tengkorak 98%, tengkorak
saja 90% dan tulang panjang 80%. 3
Seksual dimorfisme ini turut terlihat pada gigi-gigi dari berbagai spesies
makhluk hidup.3 Setiap gigi baik gigi desidui maupun gigi permanen mempunyai struktur seperti enamel, dentin dan pulpa, dengan morfologi yang berbeda. Tidak ada
dua gigi yang mempunyai morfologi yang sama dan morfologi gigi untuk setiap
individu adalah unik dan ditentukan oleh faktor genetik.4
Telah banyak penelitian mengenai pengukuran mahkota gigi dilakukan antara
laki-laki dan perempuan dan dijumpai beberapa variasi. Walaupun, morfologi struktur
mempunyai ukuran yang sama karena ukuran gigi sangat dipengaruhi oleh faktor
genetik dan faktor-faktor lain seperti aktivitas pengunyahan, nutrisi, aktivitas
metabolisme dan lain-lain.4
Laki-laki memiliki gigi lebih besar daripada perempuan pada populasi
manusia kontemporer.2 Sudeendra Prabhu telah menguji seksual dimorfisme secara odontometrik pada orang India dengan mengukur ukuran mesiodistal (MD) dan
bukolingual (BL) semua gigi, kecuali gigi molar tiga. Model cetakan gigi diperoleh
dari 105 orang India (52 perempuan, 53 laki-laki). Gigi kaninus ditemukan menjadi
gigi paling dimorfik, diikuti oleh dimensi BL molar pertama dan premolar kedua
rahang bawah. Secara umum, gigi mandibula pada dimensi BL menunjukkan
kecenderungan untuk lebih besar pada laki-laki. Analisis Stepwise fungsi diskriminan
menunjukkan akurasi moderat dalam prediksi jenis kelamin : ukuran gigi rahang
bawah mampu menentukan jenis kelamin secara lebih akurat (72,4%) dibanding
hanya gigi rahang atas (67,6%).5
Bertitik tolak dari uraian diatas dan mengingat belum adanya penelitian
terhadap seksual dimorfisme pada ukuran gigi rahang bawah dalam arah bukolingual
atau labiolingual yang dikaitkan dengan jenis kelamin pada populasi Malaysia di
Medan, maka penulis merasa perlu dilakukan penelitian ini untuk mendapatkan
rata-rata ukuran mahkota gigi rahang bawah sebagai panduan dalam menentukan jenis
kelamin seseorang dan mengetahui berapa rata-rata ukuran mesiodistal dan
bukolingual gigi. Subjek yang dipilih pada penelitian ini adalah model rahang bawah
mahasiswa Malaysia FKG USU dari Etnik Melayu, India dan Cina yang tidak
1.2 Rumusan masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah :
1. Apakah terdapat perbedaan ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi rahang
bawah mahasiswa Malaysia FKG USU antara laki-laki dan perempuan pada
etnik Melayu, India dan Cina.
2. Apakah terdapat perbedaan ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi rahang
bawah mahasiswa Malaysia FKG USU antara etnik Melayu, India dan Cina pada
laki-laki dan perempuan.
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:
1. Mengetahui rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah pada Mahasiswa
Malaysia FKG USU laki-laki dan perempuan dari Etnik Melayu, India dan Cina.
2. Mengetahui rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah pada Mahasiswa
Malaysia FKG USU laki-laki dan perempuan dari Etnik Melayu, India dan Cina.
3. Mengetahui seksual dimorfisme pada ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
1. Seksual dimorfisme dari ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi dapat memberi
informasi dalam bidang Kedokteran Gigi Forensik.
2. Sebagai preliminary study dan data untuk melakukan penelitian lebih lanjut
mengenai seksual dimorfisme pada populasi Malaysia.
3. Sebagai bahan masukan dalam perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi dan
Antropologi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Masyarakat Malaysia terdiri atas berbagai suku dan etnik sehingga
memberikan variasi pada ukuran gigi. Ukuran gigi yang bervariasi ini tidak hanya
penting dalam bidang kedokteran gigi tetapi turut penting dalam bidang forensik
kedokteran gigi dan antropologi dengan menentukan seksual dimorfisme seseorang.
Ukuran gigi manusia sangat dipengaruhi oleh genetik dan pengaruh lingkungan
hanyalah sedikit.
2.1 Ukuran Gigi
Rasio ukuran gigi merupakan suatu data yang dapat membuat perkiraan
tentang rencana perawatan dan memperkirakan hasil perawatan. Diagnosa dan
perawatan maloklusi dalam ortodontik memerlukan pengetahuan yang tepat
mengenai dimensi gigi karena oklusi yang stabil tergantung kepada ketepatan jarak
interkuspal gigi. Informasi mengenai ukuran gigi populasi manusia penting dalam
bidang kedokteran gigi sama seperti bidang ilmu pengetahuan lain seperti anatomi
dan antropologi.6
Ukuran rata-rata serta ciri-ciri gigi, rahang dan wajah yang ideal berguna
sebagai alat pembanding untuk mengetahui penyimpangan anomali dari normalitas
dan dipakai sebagai panduan untuk menentukan rencana perawatan kelainan
gigi diperlukan dalam ilmu antropologi karena memberikan informasi yang berguna
mengenai evolusi manusia dengan perubahan teknologi dan diet manusia. Ukuran
mesiodistal gigi turut memberikan informasi yang signifikan terhadap masalah
biologikal dan odontologi klinikal.8 Singh dan Goyal (2006) menyatakan ukuran gigi
sangat berguna untuk dokter gigi terutama dalam bidang pedodontik dan ortodontik
dalam mendiagnosa dan merancang perawatan masalah ruang pada gigi.9
Mikrodontia adalah gigi yang memiliki ukuran lebih kecil dari normal.
Mikrodontia lokal yang hanya mengenai satu atau beberapa gigi lebih sering ditemui
daripada yang mengenai seluruh gigi. Kelainan ini lebih sering terjadi pada gigi-gigi
permanen dibandingkan gigi-gigi sulung. Selain itu juga lebih sering terjadi pada
perempuan daripada laki-laki. Mikrodontia lebih sering terjadi pada gigi insisif dua
rahang atas dan gigi molar tiga rahang atas. Kelainan ini dapat disebabkan oleh
banyak faktor. Mikrodontia yang mengenai seluruh gigi jarang terjadi dan bisa
ditemukan pada kelainan yang diturunkan dari orangtua (congenital hypopituitarism). Selain itu bisa juga disebabkan karena adanya radiasi atau perawatan kemoterapi saat
pembentukan gigi. Kelainan ini juga bisa merupakan bagian dari sindroma tertentu
(penyakit yang terdiri dari beberapa gejala yang timbul bersama sama), seperti
sindroma trisomy 21 atau sindroma ectodermal dysplasia. Selain itu mikrodontia juga
sering ditemui pada kelainan cleft lip and palate (bibir sumbing dan celah pada langit-langit rongga mulut).10
Makrodontia adalah gigi yang memiliki ukuran lebih besar dari normal.
Kelainan ini bisa mengenai semua gigi atau hanya beberapa gigi saja. Makrodontia
yang mengalami kelainan ini. Makrodontia lebih sering terjadi pada laki-laki daripada
perempuan. Makrodontia dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang saling
mempengaruhi. Makrodontia yang mengenai seluruh gigi dapat terjadi pada kelainan
pituitary gigantism, yaitu suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan hormonal. Makrodontia yang hanya mengenai gigi tertentu saja
(makrodontia lokal) kadang ditemukan pada kelainan unilateral facial hyperplasia
yang menyebabkan perkembangan benih gigi yang berlebihan. Selain itu,
makrodontia juga dapat berhubungan dengan beberapa penyakit yang diturunkan.
Gejala klinisnya adalah ukuran gigi tampak lebih besar daripada gigi normal.
Makrodontia merupakan kelainan yang cukup jarang ditemukan pada gigi permanen.
Biasanya mengenai gigi molar tiga rahang bawah dan premolar dua rahang bawah,
serta insisif sentral rahang atas.11
2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ukuran Gigi
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran gigi yaitu:
1. Genetik
Ukuran gigi tahan terhadap pengaruh luar dan dikendalikan oleh faktor
keturunan.6 Ukuran gigi geligi sangat dipengaruhi oleh faktor genetik.12 Menurut Rakosi dkk (1993), berdasarkan pengetahuan terkini, jaringan-jaringan utama yang
dapat mengalami deformitas dentofasial karena pengaruh genetik antaranya
termasuklah gigi geligi yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah, mineralisasi gigi, letak
Penelitian terhadap saudara kembar jelas menunjukkan hampir separuh dari
faktor mempengaruhi ukuran gigi adalah faktor keturunan yang berperan untuk
mengontrol ukuran gigi sewaktu proses odontogenesis. Garn, Lewis dan Kerewsky
(1965) telah melakukan penelitian terhadap pasangan adik-beradik untuk
membuktikan rantai-X sebagai mekanisme herediter yang berpengaruh terhadap
ukuran mesiodistal gigi menggunakan „paired sibling mean-product moment
correlations‟. Hasil penelitian ditemukan bahwa korelasi sesama saudara perempuan
(sister-sister correlations) adalah lebih tinggi dibanding korelasi sesama saudara
laki-laki (brother-brother correlations) dan korelasi saudara laki-laki dan perempuan (brother-sister correlations). Ini jelas dari turunan rantai-X, saudara perempuan
biasanya berkongsi kromosom X paternal sedangkan pasangan saudara laki-laki dan
perempuan mempunyai peluang yang sama rata untuk berkongsi kromosom X
maternal yang sama.14
Penelitian telah menunjukkan banyak anomali gigi pada individu dengan
Sindrom Down (DS). Individu DS cenderung memiliki gigi permanen yang lebih
kecil dibanding anak normal, dengan gigi permanen lebih terpengaruh dibanding gigi
desidui. Menurut Prahl-Andersen & Oerleman (1976), mereka juga menunjukkan
pengurangan jarak intercuspal pada bagian molar dan fluktuasi asimetri yang lebih
besar dalam ukuran gigi. Tampaknya pada kedua dimensi eksternal dari mahkota gigi
(mesiodistal dan bukolingual) dan parameter oklusal (jarak interkuspal) yang
terpengaruh pada gigi DS.15,16
Ukuran gigi ditentukan oleh genetik, namun begitu jenis dan rasio
populasi. Lingkungan turut memainkan peranan dalam keragaman genetik untuk terus
memberi variasi dalam ukuran gigi.6
2. Lingkungan
Menurut Dempsey dan Townsend (2001) ukuran gigi dikontrol oleh faktor
genetik dan lingkungan.17 Ukuran gigi manusia akan terus bervariasi selama berlangsungnya evolusi manusia yang dimulai pada gigi molar diikuti gigi anterior.
Baillit menyatakan variasi ukuran gigi merupakan pencerminan proses evolusi yang
sedang berlangsung dan ukuran gigi terkait dengan faktor genetik, sedangkan faktor
lingkungan setelah kelahiran hanyalah sedikit pengaruhnya.18
Telah banyak penelitian mengenai pengukuran mahkota gigi dilakukan antara
laki-laki dan perempuan dan dijumpai beberapa variasi. Walaupun, morfologi struktur
gigi antara laki-laki dan perempuan itu sama, tetapi gigi-gigi tersebut tidak
mempunyai ukuran yang sama karena ukuran gigi sangat dipengaruhi oleh faktor
genetik dan faktor-faktor lain seperti aktivitas pengunyahan, nutrisi, aktivitas
metabolisme dan lain-lain.4
Perubahan karena faktor lingkungan termasuk status ibu hamil yang
mempengaruhi tumbuh kembang gigi geligi anaknya. Menurut Garn, masa kehamilan
yang lebih panjang, ukuran tubuh saat lahir panjang dan berat badan lahir yang tinggi
ditemukan berhubungan dengan gigi yang lebih besar. Hipotiroidisme dan diabetes
maternal juga memberi gigi yang lebih besar. Sebaliknya, kehamilan yang pendek,
berat lahir rendah, panjang tubuh pada kelahiran yang pendek dan hipertensi maternal
mempengaruhi ukuran mahkota gigi, kemungkinan besar akan ditunjukkan pada gigi
sulung dan gigi molar pertama permanen.17
Menurut Hanihara and Ishida dimensi gigi lebih kecil pada populasi
Eurasia Barat terkait dengan perubahan budaya dalam persiapan makanan dalam
kelompok dengan penerapan pertanian (Hanihara,Ishida.2005;c.f. A. H.
Brook.2009).20
Proses odontogenesis dapat terganggu dengan pemberian beberapa agen
kemoterapi, seperti cyclophosphamide, vincristine, actinomycin D, doxorubicin, dan
daunorubisin. Secara umum, berdasarkan dosis, dapat ditemui dentin niches
(pengurangan ketebalan dinding dentin); konstriksi (penurunan lebar gigi) dan pada
dosis tinggi, terganggunya odontogenesis dan degenerasi sel pembentuk gigi.21
Efek terapi radiasi pada gigi sudah banyak diketahui. Konsekuensi klinis
khas radiasi pada perkembangan gigi manusia termasuk mikrodontia, agenesis dan
terhambatnya pertumbuhan akar gigi. Dentin niches seperti yang dilihat pada perawatan kemoterapi juga dapat terjadi. Efek radiasi pada gigi tergantung pada
kepekaan sel dan dosis radiasi yang diberi. 21
Saglam et al (2004) telah melakukan penelitian terhadap dimensi
mesiodistal mahkota gigi pada subjek dengan fluorosis dan tanpa fluorosis di Turki.
Hasilnya, dimensi mesiodistal mahkota gigi pada subjek tanpa fluorosis adalah lebih
besar dibandingkan subjek dengan fluorosis.22 Pada tahun 1972, dalam projek penelitian terbesar oleh National Institute of Neurological Disorder and Stroke di
Alvesalo menemukan bahwa ibu yang merokok menyebabkan pengurangan ukuran
gigi pada anak-anak mereka.23
3. Jenis Kelamin
Dalam populasi manusia kontemporari, mahkota gigi laki-laki adalah lebih
besar dibanding perempuan. Ini akibat dari periode proses amelogenesis yang panjang
pada gigi desidui dan permanen laki-laki.2 Penelitian Stroud et al (1994) menunjukkan setiap gigi geligi laki-laki mempunyai diameter mesiodistal yang lebih
besar dibandingkan dengan perempuan akibat penebalan lapisan dentin.24
4. Suku dan Ras
Menurut Ho dan Freer (1994) gigi geligi tidak hanya bervariasi pada jenis
kelamin yang berbeda tetapi turut menunjukkan variasi pada kelompok ras yang
berbeda(Ho,Freer.1994;c.f. Hussien KW.2008).6 Untuk masyarakat Indonesia,
penelitian Sumantri terhadap ukuran gigi suku Jawa, menemukan bahwa ukuran gigi
tetap sampel suku Jawa lebih besar dibandingkan dengan ukuran gigi suku bangsa
Kaukasoid. Sedangkan ukuran gigi laki-laki tetap lebih besar dibandingkan dengan
perempuan.25 Mundijah (1982) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada
perbedaan ukuran gigi dan lengkung rahang antara suku Batak dan Melayu dengan
ras Kaukasoid.(Mundijah.1982;c.f.Mieke Sylvia MAR.1993)7
Lavelle melakukan penelitian yang lebih terperinci dengan
membandingkan perbedaan jenis kelamin pria dan wanita dari 3 kelompok populasi
yaitu populasi Kaukasoid, Negroid dan Mongoloid. Ia menyimpulkan bahwa suku
dan yang terkecil adalah suku bangsa Kaukasoid.(Lavelle.1972;c.f.Budiman
JA.1997)25
2.3 Penilaian Ukuran Gigi Secara Konvensional
2.3.1 Diameter Ukuran Mesiodistal dan Bukolingual
Ukuran gigi lazimnya diperhitungkan dengan mengukur diameter mahkota
gigi: panjang atau mesiodistal dan lebar atau bukolingual. Walaupun ada dimensi lain
yang mungkin tampaknya memiliki penjelasan yang lebih kuat, seperti panjang akar
atau tinggi gigi, ukuran gigi telah disimpulkan dengan panjang mahkota dan lebar
mahkota (Mayhall, 2000).26
Banyak peneliti selama bertahun-tahun telah menawarkan definisi dan
pendekatan yang berbeda. Menurut Moorres dan Reed (1954), diameter mahkota
mesiodistal harus diambil berdasarkan dimensi terbesar dari mesial ke distal, yang
pada saat yang sama, sejajar dengan permukaan oklusal gigi. Sesuai dengan ini,
diameter mahkota bukolingual adalah jarak terbesar antara permukaan bukkal (atau
labial) dan lingual (atau palatal), pada bidang yang tegak lurus dengan diameter
mesiodistal.26
Goose (1963) mengusulkan bahwa sumbu diameter mesiodistal harus berjalan
di antara titik kontak mahkota gigi dengan gigi tetangganya.26
Diameter bukolingual mahkota pada molar jauh lebih sukar karena sering
mungkin untuk mengambil lebih dari satu ukuran maksimum antara sisi bukkal dan
lingual karena biasanya ada dua tonjolan di sisi bukkal dan satu tonjolan di sisi
seharusnya tegak lurus dengan sumbu mesiodistal. Menurut Tobias satu-satunya cara
untuk mencapai ukuran maksimum adalah dengan memutar mahkota sehingga
pengukuran adalah antara tonjolan lingual dan dua tonjolan bukkal; namun, dalam hal
ini, sumbu tidak lagi tegak lurus terhadap diameter mesiodistal. Selain itu, baik untuk
molar atas maupun molar bawah, kontur utama permukaan gigi pada sisi lingual
adalah sekitar pertengahan tinggi mahkota gigi, sedangkan pada sisi bukkal lebih
turun ke arah servikal.26
2.4 Seksual Dimorfisme
Salah satu perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah karakteristik dari
skeleton. Tulang dan tulang tengkorak bervariasi antara laki-laki dan perempuan dan
perbedaan ini biasanya berdasarkan profil tulang yang lebih menonjol pada laki-laki
daripada perempuan.3
Dimorfisme yang paling besar dapat terlihat pada mandibular dan gigi yang
ada di mandibula. Balwan et al (2007) telah melakukan penelitian untuk menentukan
kriteria morfometrik menggunakan 102 tulang mandibula dari populasi Haryana
antara usia 20-60 tahun. Ukuran interlingula dan jarak interkaninus menunjukkan
persentase seksual dimorfisme yang paling besar sebanyak 9.6% dan yang paling
Grafik 1. PERSENTASE SEKSUAL DIMORFISME PADA TULANG
MANDIBULA POPULASI HARYANA3
2.4.1 Definisi Seksual Dimorfisme
Seksual dimorfisme adalah suatu karakteristik yang dimiliki oleh manusia
serta makhluk hidup lain, dimana adanya perubahan terhadap dimensi pada sebagian
jaringan yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin.1 Perubahan dimensi ini merujuk kepada perbedaan ukuran, bentuk, warna dan lain-lain antara laki-laki dan
perempuan.2 Menurut Keisu (1990), seksual dimorfisme merujuk kepada perbedaan dari segi ukuran, ketinggian dan paras wajah antara laki-laki dan perempuan yang
dapat diaplikasikan untuk identifikasi dental karena tidak akan pernah ada dua mulut
2.4.2 Seksual Dimorfisme pada Perkembangan Gigi
Kari et al (1980) dan Harila et al (2003) menyatakan beberapa bulan setelah kelahiran seksual dimorfisme sudah terlihat pada ukuran mahkota gigi desidui.28 Diameter gigi desidui laki-laki adalah lebih besar dibandingkan perempuan.29 Jenis kelamin seseorang yang ditentukan melalui gigi geligi berdasarkan pada
perbandingan dimensi gigi antara laki-laki dan perempuan ataupun ditentukan melalui
perbandingan secara non-metrik seperti frekuensi cusp carabelli.30
Menurut Lahdesmaki, ada perbedaan yang jelas antara jenis kelamin dalam
ukuran mahkota gigi, dimana laki-laki memiliki gigi yang lebih besar daripada
perempuan.31 Stroud et al (1994) menyatakan perbedaan ukuran gigi antara laki-laki dan perempuan dapat terlihat melalui ketebalan dentin yang diukur dari foto radiograf
sebagai jarak antara mesial dan distal dentinoenamel junction.24 Pengaruh kromosom Y pada pertumbuhan gigi lebih besar dibanding kromosom X dan ini menyebabkan
seksual dimorfisme yang diamati pada panjang akar gigi dimana laki-laki mempunyai
panjang akar yang lebih panjang daripada perempuan.31
Alvesalo dkk (1991) dalam studinya terhadap ukuran gigi insisivus sentralis
atas dan kaninus pada 47 laki-laki XXY (sindroma Klinefelter) telah menyimpulkan
bahwa kromosom X dan kromosom Y berpengaruh terhadap ukuran gigi. Alvesalo
turut menyimpulkan bahwa keberadaan seksual dimorfisme pada ukuran mahkota
gigi merupakan pengaruh dari kromosom Y.32 Lahdesmaki dan Alvesalo (2004)
menyimpulkan kromosom seks tidak hanya berpengaruh pada ukuran mahkota gigi
tetapi turut berpengaruh terhadap bentuk dan struktur gigi serta panjang akar
Para peneliti mengindikasikan bahwa gen pada kromosom seks terlibat pada
sebagian aspek dari dental ontogeny misalnya struktur gen untuk amelogenin terletak pada kromosom X dan Y. Amelogenin berperan penting pada perkembangan enamel.
Protein ini membentuk hampir 90% komponen organik matriks enamel. Amelogenin
pada manusia hanya diproduksi oleh satu gen yaitu kromosom seks X dan Y.
Kedua-dua kromosom ini memberi pengaruh yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.
Perbedaan seksual pada proses amelogenesis yaitu proses pembentukan enamel
berhubungan perbedaan genetik ini.34 Alvesalo et al (1991) menyatakan kromosom Y
merangsang pertumbuhan mahkota gigi terhadap dentin dan enamel, sedangkan
kromosom X hanya tertumpu pada pembentukan enamel saja.32
Alvesalo (1997) berpendapat seksual dimorfisme yang terlihat pada jumlah
gigi, ukuran mahkota, panjang akar, morfologi mahkota, genetic pleiotropy dan sifat somatik yang lain seperti tumbuh kembang dan rasio seksual dimorfisme pada waktu
kelahiran mungkin berhubungan dengan pengaruh kromosom X dan kromosom Y
yang berbeda terhadap fungsi sel dan proliferasi terutama kromosom Y.35
2.5 Ras, Suku dan Etnik
Ras adalah segolongan manusia yang mempunyai persamaan sifat-sifat lahir
tertentu yang dapat dilanjutkan kepada turunannya.36 Haldane menyatakan bahwa ras
adalah sekelompok manusia yang memiliki satu kesatuan karakter fisik dan asal
geografis dalam area tertentu.37
istilah etnik lebih netral. Istilah etnik sendiri merujuk kepada pengertian kelompok
orang-orang, sementara etnis merujuk pada orang-orang dalam kelompok. Dalam
ensiklopedia Indonesia disebutkan istilah etnik berarti kelompok sosial dalam sistem
sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena
keturunan, adat, agama, bahasa dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok
etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan
ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi. Frederich Barth (1988)
istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu karena kesamaan ras, agama,
asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai
budayanya.38
Wilkinson (1993) menyatakan etnik berarti kesamaan budaya dan gaya
hidup.39 Etnisitas secara umumnya membawa maksud kebudayaan, kepribadian,
agama, bahasa, dan atau secara geografikal mempunyai kesamaan yang menjadi milik
sekelompok manusia yang diwariskan secara turun temurun.40
2.5.1 Latar Belakang Masyarakat Malaysia
Masyarakat Malaysia pada dasarnya terdiri atas dua kelompok yang utama
yaitu Masyarakat Bumiputera dan Masyarakat bukan Bumiputera. Pada tahun 1990
penduduk Bumiputera 61,7% dari jumlah penduduk Malaysia, 38,3% penduduk
bukan Bumiputera, sebagian besar terdiri atas Etnik Cina 29,5%. Masyarakat
Bumiputera merupakan suku etnik yang lebih awal menetap di negara Malaysia
terdiri atas berbagai suku etnik dan merupakan penduduk pribumi atau penduduk asal
2.5.2 Karakteristik Ras dan Etnik
Kelompok ras mayor di dunia diklasifikasikan sebagai Kaukasoid,
Mongoloid, Negroid dan Australoid. Masyarakat Malaysia di Semenanjung Malaysia
terdiri atas tiga etnik terbesar yaitu Melayu, Cina dan India. Etnik Melayu dan Cina
termasuk dalam kelompok ras Mongoloid sedangkan etnik India termasuk dalam
kelompok ras Kaukasoid.42
Populasi Malaysia pada asalnya terbagi kepada dua fase yaitu prasejarah dan
modern. Terdapat dua model yang berguna dari fase prasejarah untuk
menggambarkan populasi yang bermigrasi dan populasi origin. Jacob (1997)
memperkenalkan dual layer model dimana model pertama menyatakan perpindahan
dan masuknya orang-orang Mongoloid ke Tanah Besar Asia Tenggara melalui China
Selatan sewaktu periode Neolitik telah menyebabkan pencampuran genetik baru
terhadap penduduk asal yang pada mulanya memiliki profil seperti orang
Australomelanesoid. Keberadaan penduduk asal ini mendapat dukungan dari Von
Koenigswald (1952), Bellwood (1978), dan Matsumura dan Majid (1999)
(Jacob.1997;c.f. Khamis MF.2005)43
Model kedua menyatakan bahwa penduduk Asia Tenggara modern berasal
dari orang-orang terdahulu yang tinggal di Sundaland yang mengalami perubahan
evolusi lokal tanpa percampuran genetik. Model ini mendapat dukungan dari Turner
(1987,1990), Hanihara (1992a,1992b).46 Menurut Zainuddin (2003) sejarah modern populasi Malaysia termasuklah migrasi orang-orang Cina dari Cina Selatan dan
Cina dan India ini membawa kepada masyarakat modern Malaysia pada masa
sekarang.(Zainuddin,2003;c.f. Khamis MF.2005)43
Masyarakat Melayu kebanyakannya berada di Semenanjung Malaysia dan
sebagiannya di Kepulauan Asia Tenggara, Pantai Timur Sumatera, Pantai Borneo dan
kepulauan kecil sekitar area ini. Masyarakat Proto-melayu merupakan orang-orang
yang belayar dari pesisir pantai Borneo yang berkembang sehingga ke Sumatera dan
Semenanjung Malaysia. Masyarakat Melayu pada masa sekarang yang digelar
sebagai Melayu Modern di Semenanjung Malaysia dan Kepulauan Pantai Melayu
adalah campuran dari berbagai ras. Mereka digelar sebagai deutro-Melayu yang
merupakan campuran dari proto-Melayu dengan India, Thai, Arab dan Cina
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN
Seksual dimorfisme merupakan suatu istilah yang merujuk kepada perbedaan
ukuran, bentuk, warna dan lain-lain antara laki-laki dan perempuan. Seksual
dimorfisme ini bisa terlihat pada tulang skeleton antara lain tulang tengkorak, tulang
mandibula, tulang pelvis, tulang panjang dan termasuklah gigi geligi dalam berbagai dimensi.
Perbedaan gigi geligi laki-laki dan perempuan berdasarkan pada perbandingan
dimensi seperti ukuran mesiodistal, bukolingual dan panjang akar ataupun melalui
perbandingan secara non-metrik seperti frekuensi cusp carabelli, bentuk shovel
insisivus sentralis rahang atas dan distal accessory ridge pada gigi kaninus rahang atas dan rahang bawah.
Telah banyak penelitian sebelumnya mendapatkan gigi kaninus menunjukkan
perbedaan yang paling tampak antara laki-laki dan perempuan tetapi juga ada
perbedaan antara ukuran gigi lain selain gigi kaninus. Perbedaan antara laki-laki dan
perempuan ini berhubung dengan kromosom X dan Y yang memberikan pengaruh
yang berbeda pada kuantitas phenotypic. Antara faktor-faktor lain yang turut
berpengaruh pada ukuran gigi adalah lingkungan, ras, keturunan dan evolusi.
Pada penelitian ini, dilakukan pencetakan terhadap 50 orang mahasiswa
Malaysia FKG USU TA 2006-2010. Dilakukan pengukuran mesiodistal dan
3.1 Kerangka Konsep Penelitian
3.2 Hipotesa Penelitian
1. Terdapat perbedaan ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi rahang
bawah pada mahasiswa Malaysia FKG USU antara laki-laki dan
perempuan pada etnik Melayu, India dan Cina.
2. Terdapat perbedaan ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi rahang
bawah pada mahasiswa Malaysia FKG USU antara etnik Melayu, India
BAB 4
METODE PENELITIAN
4.1 Rancangan Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional study dengan melakukan pengukuran pada 50 model studi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG USU Etnik
Melayu, India dan Cina TA 2006-2010 untuk mendapatkan ukuran mesiodistal dan
bukolingual gigi rahang bawah.
4.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat : Departemen Biologi Oral dan Departemen Ilmu Material dan Teknologi
FKG USU
Waktu: Bulan Januari 2010 – Februari 2011
4.3 Populasi Sampel
Populasi penelitian adalah semua mahasiswa Malaysia Fakultas Kedokteran
Gigi angkatan 2006/2007, 2007/2008, 2008/2009, 2009/2010 dan 2010/2011 yang
4.4 Sampel Penelitian
Sampel diperoleh dengan cara purposive sampling dimana penelitian tidak dilakukan pada seluruh populasi, tapi terfokus pada target yang memenuhi kriteria
inklusi.
4.4.1 Kriteria Inklusi
Kriteria-kriteria inklusi adalah:
a. Etnik Melayu, India dan Cina (dua keturunan) usia 16 tahun dan keatas
b. Gigi rahang bawah masih lengkap, tidak ada tambalan, fraktur mahkota dan karies
c. Tidak ada anomali morfologi mahkota gigi
d. Tidak ada keausan gigi yang bermakna kecuali yang terlihat pada ujung kusps,
central pits dan occlusal grooves.
e. Tidak ada kelainan kraniofasial seperti cleft
f. Tidak ada masalah gigi berjejal atau hanya pada tingkat ringan atau sedang
4.4.2 Kriteria Eksklusi:
Kriteria-kriteria eksklusi adalah:
a. Gigi rahang bawah ada karies luas, fraktur mahkota atau tambalan selain
tambalan klas I.
b. Gigi rahang bawah dengan atrisi yang parah.
c. Gigi geligi permanen belum erupsi sempurna.
d. Anodontia parsial
f. Adanya malposisi gigi ke bukkal atau palatal (ectopic).
g. Sedang atau pernah menjalani perawatan ortodonti
4.4.3 Besar Sampel
Besar sampel diperoleh dengan mengambil semua sampel yang memenuhi
kriteria inklusi. Dari hasil penyebaran kuesioner didapat 50 orang yang memenuhi
kriteria inklusi.
Bahan cetak dan bahan pengisi
4.6Definisi Operasional
a. Panjang gigi rahang bawah adalah lebar mesiodistal terbesar di antara dua gigi
yang bersebelahan diukur dalam skala rasio.
b. Lebar gigi rahang bawah adalah lebar bukolingual terbesar diukur dari permukaan
bukkal ke lingual dalam skala rasio.
c. Seksual dimorfisme pada gigi adalah perbedaan dari aspek ukuran dan dimensi
gigi antara laki-laki dan perempuan dalam skala ordinal.
d. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki mahasiswa FKG USU sesuai
dengan yang tercatat pada kartu pengenalan dikategorikan atas:
i. Laki-laki
ii. Perempuan
e. Etnik Melayu diperoleh dari dua keturunan sejauh dua generasi yaitu kedua orang
tua Ayah dan Ibu subjek dan subjek asli Etnik Melayu.
f. Etnik India diperoleh dari dua keturunan sejauh dua generasi yaitu kedua orang
tua Ayah dan Ibu subjek dan subjek asli Etnik India.
g. Etnik Cina diperoleh dari dua keturunan sejauh dua generasi yaitu kedua orang
tua Ayah dan Ibu subjek dan subjek asli Etnik Cina.
h. Tambalan klas I adalah tambalan yang meliputi pit dan fisur pada permukaan
oklusal gigi posterior dan permukaan lingual gigi anterior dan tidak melewati
cingulum gigi.
i. Anomali morfologi dilihat dari segi kelainan ukuran, jumlah, erupsi, bentuk dan
j. Atrisi ringan adalah keausan gigi yang hanya terlihat pada ujung kusps, central pits dan occlusal grooves dan belum tereksposnya lapisan dentin. Atrisi sedang adalah dimana sudah tereksposnya lapisan dentin (<1/3 ketebalan dentin) dan
atrisi parah dimana tinggal lapisan tipis dentin yang (>1/3 ketebalan dentin)
melapisi pulpa atau sudah tereksposnya pulpa.
k. Crowding dilihat dari segi rotasi dan / atau displacement gigi. Gigi berjejal ringan adalah dimana rotasi gigi tidak melebihi 45 derajat dan / atau posisi gigi keluar
dari kontak proksimal dengan gigi tetangganya tidak melebihi 1.5 cm. Gigi
berjejal sedang adalah dimana rotasi gigi melebihi 45 derajat atau posisi gigi
keluar dari kontak proksimal dengan gigi tetangganya melebihi 1.5 cm. Gigi
berjejal parah adalah dimana rotasi gigi melebihi 45 derajat dan posisi gigi keluar
dari kontak proksimal dengan gigi tetangganya melebihi 1.5 cm.
l. Gigi ektopik adalah gigi yang terletak dalam rahang atau daerah lain dari
lengkung alveolaris seperti kondilus mandibularis, prosessus koronoideus,
palatum, sinus maksilaris dan rongga hidung, tempat-tempat yang relatif jauh dari
lengkung alveolaris.
4.7 Bahan dan Alat Penelitian
4.7.1 Alat
a. Sendok cetak sebagai alat yang digunakan untuk pencetakan gigi dan lengkung
rahang bawah.
b. Rubber bowl dan spatel untuk pengadukan bahan cetak dan bahan pengisi.
c. Lecron untuk pembuangan kelebihan bahan pencetakan, mengeluarkan dan
d. Scoope dan measurements ( ukuran powder alginate dan air )
e. Kaca mulut dan pus-pus
f. Kursi dental unit
g. Handuk
h. Kaliper digital Krisbow Brand model KW06-358 ( 150mm x 6” ) dengan
ketelitian 0,01 mm
Gambar 1: Kaliper digital
i. Penggaris dengan sisi sudut siku
j. Kalkulator
k. Kertas dan alat tulis
4.7.2 Bahan
a. Alginate ( Aroma Fine DF III Normal Set ) sebagai bahan untuk mencetak.
b. Die Stone Ultra Hard Type IV ( Ultra Hard Snowrock Die Stone UD ) sebagai
bahan pengisi cetakan.
c. Larutan Disinfektan Dettol untuk sterilisasi alat cetakan.
4.8 Prosedur Pengumpulan Data
4.8.1 Pemilihan Sampel
Sampel diperoleh dengan penyebaran kuesioner kepada mahasiswa Malaysia
FKG USU angkatan 2006/2007, 2007/2008, 2008/2009, 2009/2010 dan 2010/2011
yang harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.
4.8.2 Cara Mendapatkan Model
a. Pencetakan untuk mendapatkan model dilakukan oleh operator yang sudah
terampil mencetak.
b. Subjek yang telah lulus seleksi diinstruksikan untuk duduk dalam keadaan rileks
dengan posisi rahang bawah sejajar dengan lantai dengan cara mensejajarkan
c. Sendok cetak dicobakan ke subjek dan dipilih sendok cetak yang sesuai dengan
lengkung rahang bawah subjek.
d. Setelah didapatkan sendok cetak yang sesuai dengan rahang bawah subjek,
operator mengaduk bahan cetak dengan perbandingan air dan bubuk sesuai
dengan petunjuk pabrik dan mengisikan ke dalam sendok cetak rahang bawah.
e. Dilakukan pencetakan pada rahang bawah subjek.
f. Hasil cetakan yang diperoleh segera diisi dengan gips keras (dental stone) yang telah diaduk dengan perbandingan air dan gips 1:5 (sesuai rasio pabrik).
g. Setelah keras, model dikeluarkan dari cetakan.
h. Model diberi label nomor.
4.8.3 Pengukuran Lebar Mesiodistal Dan Bukolingual
Metode pengukuran Goose (1963) digunakan dalam mengukur lebar mesiodistal
dan bukolingual dalam penelitian ini. Dimensi mesiodistal adalah dimensi terbesar
dari mesial ke distal dan sejajar dengan permukaan oklusal gigi. Dimensi bukolingual
pula adalah jarak terbesar antara permukaan bukkal (atau labial) pada bidang yang
tegak lurus dengan dimensi mesiodistal yang ditentukan sebelumnya.
Pengukuran mesiodistal gigi anterior dilakukan diantara titik kontak proksimal
gigi dengan gigi tetangganya. Kemudian hasil pengukuran mesiodistal yang didapati
dibagi dua (2) untuk mendapatkan titik tengah gigi anterior. Satu garis lurus dibuat
pada permukaan gigi mengikuti titik tengah yang dipanjangkan dari permukaan labial
ke lingual. Garis ini mewakili lebar bukolingual yang berada tegak lurus dengan garis
Pengukuran mesiodistal untuk gigi posterior dilakukan diantara titik kontak
proksimal gigi dengan gigi tetangga. Garis dibuat mengikut garis mesiodistal yang
diukur. Kemudian menggunakan penggaris dengan sudut siku, garis yang tegak lurus
dengan garis mesiodistal dibuat. Garis yang tegak lurus ini dipanjangkan sampai
permukaan bukkal dan lingual dan merupakan tempat diukurnya lebar bukolingual.
4.8.4 Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data yang valid, maka pada tiap sampel dilakukan
pengukuran tiga kali. Rata-rata dari ketiga pengukuran dibuat dan hasil pengukuran
dicatat pada kertas.
4.9 Pengolahan dan Analisa Data
Pengolahan dan analis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17 dengan
uji ANOVA dan t-test. Pengolahan dan analisa data pada penelitian adalah seperti berikut:
1. Dihitung rata-rata dan standard deviasi lebar mesiodistal dan bukolingual
gigi rahang bawah bagi setiap jenis kelamin dari Etnik Melayu, India dan
Cina.
2. Dibandingkan rata-rata lebar mesiodistal dan bukolingual gigi rahang
BAB 5
HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian diperoleh berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap
50 model rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG USU etnik Melayu, India dan
Cina TA 2006-2010.
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan diperoleh 50 sampel yang
memenuhi kriteria.
Table 1 : KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI SAMPEL PENELITIAN
Etnik Jenis kelamin Total
Laki-laki perempuan
Melayu 9 8 17
India 8 13 21
Cina 6 6 12
Total 23 27 50
Sampel laki-laki 23 orang (46%) dan sampel perempuan 27 orang (54%). Sampel
etnik Melayu 17 orang (34%), etnik India 21 orang (42%) dan etnik Cina 12 orang
5.1 Seksual dimorfisme pada ukuran mesiodistal gigi rahang bawah etnik
Melayu, India dan Cina
Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan seksual dimorfisme pada ukuran
mesiodistal gigi rahang bawah pada etnik Melayu, India dan Cina.
Tabel 2: SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN MESIODISTAL GIGI RAHANG BAWAH ETNIK MELAYU
Melayu secara berurutan dari ukuran gigi terkecil pada laki-laki adalah gigi insisivus
sentralis (5,472 ± 0,337mm), gigi insisivus lateralis (5,983 ± 0,342mm), gigi kaninus
(7,180 ± 0,293mm), gigi premolar dua (7,396 ± 0,511mm), gigi premolar satu
gigi rahang bawah laki-laki adalah lebih besar dibanding perempuan dan berdasarkan
hasil analisis t-test adanya perbedaan yang signifikan (p<0,01) antara gigi kaninus laki-laki dan perempuan.
Tabel 3: SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN MESIODISTAL GIGI RAHANG BAWAH PADA ETNIK INDIA
secara berurutan dari ukuran gigi terkecil pada laki-laki adalah gigi insisivus sentralis
Rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah laki-laki pada etnik India juga
lebih besar dibanding perempuan. Hasil uji t-test didapati gigi kaninus dan molar satu menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,01) antara laki-laki dan perempuan.
Tabel 4: SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN MESIODISTAL GIGI RAHANG BAWAH PADA ETNIK CINA
Tabel 4 di atas menunjukkan ukuran mesiodistal gigi rahang bawah etnik Cina
secara berurutan dari ukuran gigi terkecil pada laki-laki adalah insisivus sentralis
Rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah laki-laki pada etnik
Cina juga lebih besar dibanding perempuan. Dari hasil uji t-test hanya gigi kaninus dan molar dua yang menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara
laki-laki dan perempuan.
5.2 Seksual dimorfisme pada ukuran bukolingual gigi rahang bawah
etnik Melayu, India dan Cina
Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7 menunjukkan seksual dimorfisme pada ukuran
bukolingual gigi rahang bawah pada etnik Melayu, India dan Cina.
Tabel 5: SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN BUKOLINGUAL GIGI RAHANG BAWAH PADA ETNIK MELAYU
Melayu secara berurutan dari ukuran gigi terkecil pada laki-laki adalah insisivus
sentralis (6,328 ± 0,734mm), gigi insisivus lateralis (6,579 ± 0,657mm), gigi kaninus
(7,741 ± 0,597mm), gigi premolar satu (8,447 ± 0,680mm), gigi premolar dua
(8,799 ± 0,543mm), gigi molar dua (10,109 ± 0,493mm) dan gigi molar satu
(5,714 ± 0,346mm), gigi insisivus lateralis (6,210 ± 0,558mm), gigi kaninus
(7,163 ± 0,541mm), gigi premolar satu (7,710 ± 0,275mm), gigi premolar dua
(8,274 ± 0,353mm), gigi molar dua (9,786 ± 0,326mm) dan gigi molar satu
(9,838 ± 0,381mm).
Dari hasil penelitian dapat dilihat rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang
bawah laki-laki adalah lebih besar dibanding perempuan dan berdasarkan hasil
analisis t-test adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada gigi insisivus sentralis, gigi premolar satu, gigi premolar dua dan gigi molar satu antara laki-laki dan
perempuan.
Tabel 6: SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN BUKOLINGUAL GIGI RAHANG BAWAH PADA ETNIK INDIA
secara berurutan dari ukuran gigi terkecil pada laki-laki adalah insisivus sentralis
(6,455 ± 0,349mm), gigi insisivus lateralis (6,528 ± 0,355mm), gigi kaninus
(7,779 ± 0,499mm), gigi premolar satu (8,145 ± 0,511mm), gigi premolar dua
(10,614 ± 0,567mm), sedangkan pada perempuan adalah gigi insisivus sentralis
(6,125 ± 0,592mm), gigi insisivus lateralis (6,403 ± 0,383mm), gigi kaninus
(7,207 ± 0,267mm), gigi premolar satu (7,906 ± 0,255mm), gigi premolar dua
(8,471 ± 0,379mm), gigi molar dua (10,101 ± 0,415mm) dan gigi molar satu
(10,146 ± 0,500mm).
Rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah laki-laki pada etnik India
juga lebih besar dibanding perempuan. Namun, dari hasil uji t-test hanya gigi kaninus dan premolar dua yang menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05)antara
laki-laki dan perempuan.
Tabel 7: SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN BUKOLINGUAL GIGI RAHANG BAWAH PADA ETNIK CINA
Cina secara berurutan dari ukuran gigi terkecil pada laki-laki adalah adalah insisivus
sentralis (6,565 ± 0,730mm), gigi insisivus lateralis (6,843 ± 0,751mm), gigi kaninus
(7,802 ± 0,522mm), gigi premolar satu (8,170 ± 0,752mm), gigi premolar dua
(10,275 ± 0,786mm), sedangkan pada perempuan adalah gigi insisivus sentralis
(6,473 ± 0,180mm), gigi insisivus lateralis (6,620 ± 0,278mm), gigi kaninus
(7,658 ± 0,291mm), gigi premolar satu (8,032 ± 0,327mm), gigi premolar dua
(8,363 ± 0,200mm), gigi molar dua (9,805 ± 0,406mm) dan gigi molar satu
(10,015 ± 0,378mm).
Rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah laki-laki pada etnik
Cina juga lebih besar dibanding perempuan. Dari hasil uji t-test didapat tidak ada
perbedaan yang signifikan pada seluruh ukuran bukolingual gigi rahang bawah etnik
Cina antara laki-laki dan perempuan. Maka, hipotesis yang menyatakan adanya
perbedaan rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah antara laki-laki dan
5.3 Perbandingan rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah antara
etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki dan perempuan
Tabel 8 menunjukkan perbandingan rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang
bawah antara etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki dan perempuan.
Hasil uji statistik ANOVA (Tabel 8) terdapat perbedaan signifikan (p<0,05)
pada rata-rata ukuran mesiodistal gigi insisivus lateralis rahang bawah antara etnik
Melayu, India dan Cina pada perempuan dan perbedaan yang signifikan (p<0,05)
pada rata-rata ukuran mesiodistal gigi molar satu rahang bawah antara etnik Melayu,
India dan Cina pada laki-laki. Maka, hipotesa menyatakan adanya perbedaan rata-rata
ukuran mesiodistal gigi molar satu rahang bawah pada laki-laki dan gigi insisivus
lateralis rahang bawah pada perempuan antara ketiga etnik Melayu, India dan Cina
5.3 Perbandingan rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah
antara etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki dan perempuan
Tabel 9 menunjukkan perbandingan rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang
bawah antara etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki dan perempuan.
Hasil uji statistik ANOVA (Tabel 9) terdapat perbedaan yang signifikan
(p<0,05) pada rata-rata ukuran bukolingual gigi insisivus sentralis dan gigi kaninus
rahang bawah antara etnik Melayu, India dan Cina pada perempuan. Maka hipotesa
yang menyatakan adanya perbedaan rata-rata ukuran bukolingual gigi insisivus
sentralis dan kaninus rahang bawah pada perempuan antara ketiga etnik Melayu,
India dan Cina pada perempuan diterima. Hasil juga menunjukkan tidak ada
perbedaan signifikan pada rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah antara
etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki.
Grafik 2: PERBANDINGAN RATA-RATA UKURAN MESIODISTAL GIGI RAHANG BAWAH ANTARA ETNIK MELAYU, INDIA DAN CINA PADA LAKI-LAKI
Pada grafik 2 di atas dapat dilihat rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang
bawah pada laki-laki antara etnik Melayu, India dan Cina. Gigi anterior dan premolar
India pada laki-laki. Pada gigi premolar satu pula, didapati ukuran gigi pada etnik
India lebih besar dibanding kedua etnik lainnya. Pada gigi molar satu dan molar dua,
etnik India didapati mempunyai ukuran gigi yang paling besar.
Grafik 3: PERBANDINGAN RATA-RATA UKURAN MESIODISTAL GIGI RAHANG BAWAH ANTARA ETNIK MELAYU, INDIA DAN CINA PADA PEREMPUAN
Pada grafik 3 di atas dapat dilihat rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang
bawah pada perempuan antara etnik Melayu India dan Cina. Pada gigi insisivus
sentralis didapati ukuran gigi pada perempuan etnik India mempunyai ukuran gigi
terbesar diikuti etnik Cina dan Melayu. Gigi insisivus lateralis dan kaninus pada
perempuan etnik Cina didapati mempunyai ukuran mesiodistal terbesar diikuti gigi
dari etnik India dan Melayu. Ukuran mesiodistal gigi premolar satu pada perempuan
didapati kurang lebih sama pada ketiga etnik. Gigi premolar dua pula, didapati etnik
etnik Melayu perempuan menunjukkan ukuran mesiodistal terbesar dan pada gigi
molar dua etnik India mempunyai ukuran mesiodistal gigi terbesar.
Grafik 4: PERBANDINGAN RATA-RATA UKURAN BUKOLINGUAL GIGI RAHANG BAWAH ANTARA ETNIK MELAYU, INDIA DAN CINA PADA LAKI-LAKI
Pada grafik 4 di atas dapat dilihat rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang
bawah pada laki-laki antara etnik Melayu India dan Cina. Ukuran bukolingual pada
gigi anterior laki-laki etnik Cina didapati mempunyai ukuran gigi terbesar. Etnik
Melayu pula menunjukkan ukuran bukolingual gigi premolar satu terbesar diikuti
etnik Cina dan India. Ukuran bukolingual gigi premolar dua, molar satu dan molar
Grafik 5: PERBANDINGAN RATA-RATA UKURAN BUKOLINGUAL GIGI RAHANG BAWAH ANTARA ETNIK MELAYU, INDIA DAN CINA PADA PEREMPUAN
Pada grafik 5 di atas dapat dilihat rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang
bawah pada perempuan antara etnik Melayu India dan Cina. Dari grafik didapati
ukuran bukolingual gigi insisivus sentralis, gigi insisivus lateralis, gigi kaninus dan
gigi premolar satu paling besar pada etnik Cina diikuti etnik India dan Melayu. Gigi
premolar dua, molar satu dan molar dua pula, didapati ukuran bukolingual terbesar
BAB 6
PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan melalui pengukuran terhadap 50 model rahang bawah
mahasiswa Malaysia FKG USU etnik Melayu, India dan Cina TA 2006-2010.
Sebelum dilakukan pengukuran, dibuat titik acuan pada elemen gigi yang akan diukur
yaitu pada daerah mesial dan distal serta bukal dan lingual untuk memudahkan
pengukuran mesiodistal dan bukolingual.
Data dianalisa berdasarkan uji statistik t-test dan ANOVA. Uji statistik t-test
digunakan untuk membandingkan rata-rata ukuran mesiodistal dan bukolingual
rahang bawah antara laki-laki dan perempuan pada etnik Melayu, India dan Cina. Uji
ANOVA digunakan untuk membandingkan rata-rata ukuran mesiodistal dan
bukolingual gigi rahang bawah antara etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki dan
perempuan.
6.1 Seksual dimorfisme pada ukuran mesiodistal gigi rahang bawah etnik
Melayu, India dan Cina
Hasil penelitian pada mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2006-2010
menunjukkan rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah laki-laki adalah lebih
besar daripada perempuan pada ketiga etnik Melayu, India dan Cina. Perbedaan ini
berkisar antara 0,1-1mm kecuali pada gigi molar satu dari etnik Melayu yang hanya
menunjukkan perbedaan rata-rata sebesar 0,059mm. Hasil ini sesuai dengan
penelitian yang dilakukan oleh Mohd Fadhli Khamis dkk terhadap populasi Malaysia
lebih besar dibandingkan perempuan.43 Beberapa penelitian pada populasi lain yang turut mendapatkan rata-rata ukuran mesiodistal gigi laki-laki lebih besar
dibandingkan perempuan: Laund H. Mornstad (1979) pada populasi Swedish; Lysel
dan Myrberg (1982) pada gigi permanen dan gigi desidui; Buschang PH (1988) pada
populasi Perancis Kanada mendapatkan perbedaan yang signifikan antara laki-laki
dan perempuan.4 Selmer-Olsen (1949), Garn et al (1964) dan Alvesalo (1971) mendapatkan hampir keseluruhan ukuran mahkota gigi permanen menunjukkan
laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan antara 2-4%.31
Hasil penelitian ini berhubungan dengan pengaruh kromosom seks X dan Y
terhadap ukuran gigi dengan pengaruh yang berbeda terhadap kuantitas
phenotypic.23,31 Menurut Alvesalo dan Tammisalo (1981), Alvesalo (1985) dan
Alvesalo et al (1991) kromosom Y merangsang pertumbuhan mahkota gigi terhadap
dentin dan enamel, sedangkan kromosom X hanya tertumpu pada pembentukan
enamel saja.23 Stroud (1994) menyatakan lapisan enamel dan dentin laki-laki relatif lebih besar dibanding perempuan yang relatif lebih kecil.24
Dari hasil pengukuran mesiodistal gigi rahang bawah etnik Melayu (Tabel 2),
satu-satunya gigi yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,01) antara laki-laki dan perempuan adalah gigi kaninus. Hasil penelitian lain yang
dilakukan pada populasi Malaysia oleh Mohd Fadhli Khamis dkk mendapatkan
adanya perbedaan yang signifikan pada gigi kaninus dengan tingkat kepercayaan 99%
(p<0,01). Gocoziano V et al (1984) dan Staley RN dan Hoag JF (1988) turut
mendapatkan hasil perbedaan yang signifikan pada rata-rata ukuran mesiodistal gigi
Rogers (1988) yang menyatakan gigi kaninus perempuan lebih meruncing dan sempit
dibanding laki-laki.34
Pada etnik India (Tabel 3), rata-rata ukuran mesiodistal gigi kaninus
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,01) antara laki-laki dengan perempuan. Ukuran mesiodistal gigi molar satu juga menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan (p<0,01) antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini menyamai hasil penelitian Mohd Fadhli Khamis dkk yang mendapatkan adanya
perbedaan yang signifikan (p<0,01) pada gigi kaninus dan molar satu antara laki-laki
dan perempuan untuk kedua-dua gigi tersebut pada etnik India.43
Pada etnik Cina (Tabel 4), rata-rata ukuran mesiodistal gigi kaninus dan gigi
molar dua menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara laki-laki
dengan perempuan. Hasil penelitian ini menyamai hasil penelitian Mohd Fadhli
Khamis dkk yang mendapatkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,01 ) pada gigi
kaninus dan molar dua antara laki-laki dan perempuan etnik Cina.43
Berdasarkan hasil penelitian ini dan penelitian sebelumnya gigi kaninus
menunjukkan seksual dimorfisme yang paling besar dibanding gigi-gigi lain sehingga
menyebabkan gigi kaninus dapat dijadikan sebagai key teeth untuk tujuan identifikasi. Gigi kaninus mandibula merupakan gigi yang jarang terekspos dan rentan kepada
plak, kalkulus, abrasi akibat sikat gigi maupun tekanan oklusal yang berat dari gigi
6.2 Seksual dimorfisme pada ukuran bukolingual gigi rahang bawah
etnik Melayu, India dan Cina
Hasil penelitian pada mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2006-2010
menunjukkan rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah laki-laki adalah lebih
besar daripada perempuan pada ketiga etnik Melayu, India dan Cina. Perbedaan ini
berkisar antara 0,1-0,8mm. Penelitian yang dilakukan oleh Mohd Fadhli Khamis dkk
terhadap populasi Malaysia di Perak yang mendapatkan rata-rata bukolingual gigi
rahang bawah laki-laki adalah lebih besar dibandingkan perempuan.43 Beberapa penelitian pada populasi lain yang turut mendapatkan rata-rata ukuran bukolingual
gigi laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan: Vodanovic M dkk (2006) pada
sisa kerangka populasi awal abad pertengahan dekat Osijek30; Suazo GI dkk pada populasi Chili.46
Dari hasil pengukuran bukolingual gigi rahang bawah etnik Melayu
(Tabel 5), gigi yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara
laki-laki dan perempuan adalah gigi insisivus sentralis, gigi premolar satu, gigi
premolar dua dan molar satu. Hasil penelitian lain yang turut dilakukan pada populasi
Malaysia oleh Mohd Fadhli Khamis dkk mendapatkan adanya perbedaan yang
signifikan (p<0,05) dan (p<0.01) pada gigi insisivus sentralis, gigi premolar satu, gigi
premolar dua dan molar satu. Ini mungkin berhubungan dengan jumlah sampel
penelitian ini yang lebih kecil dari penelitian Mohd Fadhli Khamis dkk yaitu
sebanyak 138 orang.43 Iscan dan Kedici(2003) dalam penelitian mereka pada ukuran
diameter bukolingual gigi permanen mahasiswa Turki juga menunjukkan perbedaaan
Pada etnik India (Tabel 6), rata-rata ukuran bukolingual gigi kaninus
menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara laki-laki dengan
perempuan. Hasil penelitian ini menyamai hasil penelitian Mohd Fadhli Khamis dkk
yang mendapatkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,01) pada gigi kaninus dan
premolar dua.43
6.3 Perbandingan rata-rata ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi
rahang bawah antara etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki
dan perempuan
Hasil pengukuran model studi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG USU
TA 2006-2010 didapatkan ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata ukuran
mesiodistal dan bukolingual gigi rahang bawah antara etnik Melayu, India dan Cina
pada setiap jenis kelamin. Hasil penelitian (Tabel 8) menunjukkan adanya variasi
urutan rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah antara etnik Melayu, India dan
Cina pada laki-laki dan perempuan dengan nilai signifikan (p<0,05) pada ukuran
mesiodistal gigi laki-laki dan insisivus lateralis pada perempuan. Pada ukuran
bukolingual pula (Tabel 9), terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) pada gigi insisivus
sentralis dan gigi kaninus pada perempuan. Menurut Ho dan Freer (1994), gigi geligi
tidak hanya bervariasi pada jenis kelamin yang berbeda tetapi turut menunjukkan
variasi pada kelompok ras yang berbeda.6 Rata-rata ukuran mesiodistal dan
bukolingual gigi anterior rahang bawah laki-laki dan perempuan paling besar adalah
pada etnik Cina dibanding etnik Melayu dan India. Lavelle menyatakan ukuran gigi
jelas terlihat pada gigi anterior dan beberapa gigi posterior dimana etnik Cina dan
BAB 7
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1 Kesimpulan
Dari hasil penelitian pada 50 mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2006-2010
dari etnik Melayu, India dan Cina dapat disimpulkan sebagai berikut:
Kesimpulan umum
1. Rata-rata ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi rahang bawah laki-laki adalah
lebih besar dibandingkan perempuan pada ketiga etnik Melayu, India dan Cina.
2. Ada perbedaan signifikan pada ukuran mesiodistal gigi rahang bawah antara etnik
Melayu, India dan Cina pada laki-laki dan perempuan dan hanya terdapat
perbedaan signifikan pada ukuran bukolingual perempuan antara etnik Melayu,
India dan Cina.
Kesimpulan khusus
1. Rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan antara laki-laki dan perempuan hanya pada gigi kaninus pada etnik
Melayu, gigi kaninus dan molar satu pada etnik India dan gigi kaninus dan molar
dua pada etnik Cina.
2. Rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah menunjukkan adanya perbedaan
yang signifikan antara laki-laki dan perempuan pada gigi insisivus sentralis, gigi
kaninus, gigi premolar satu, premolar dua dan molar satu pada etnik Melayu, gigi
kaninus dan premolar dua pada etnik India dan tiada perbedaan signifikan yang
3. Ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang
bawah yaitu gigi molar satu pada laki-laki dan gigi insisivus lateralis pada
perempuan etnik Melayu, India dan Cina.
4. Ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang
bawah yaitu gigi insisivus sentralis dan kaninus pada perempuan antara etnik
Melayu, India dan Cina.
7.2 Saran
Saran penulis dalam penelitian ini:
1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih
banyak dan cakupan yang luas untuk mendapatkan Indeks Gigi Standard
dan persentase seksual dimorfisme gigi untuk populasi Malaysia.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mendapatkan cetakan kedua
rahang atas dan bawah supaya dapat dilihat seksual dimorfisme pada
DAFTAR PUSTAKA
1. Dorland. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Alih bahasa. dr. Poppy
Kumala, dr. Sugiarto Komala, dr. Alexander H. Santoso, dr. Johannes Rubijanto
Sulaiman, dr. Yuliasari Rienita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998:
319
2. Boaz K, Gupta C. Dimorphism in human maxillary and mandibular canines in
establishment of gender. J Forensic Dent Sci 2009; 1(1): 42-4.
3. Rai B, Anand S, Madan M, Dhattarwal S. Criteria for determination of sex from
mandible. J Dent Sci 2007; 4(2): 1-9
4. Kavitha H.Sex determination in teeth. Dissertation. Chennai: The Tamil Nadhu
Dr. M.G.R Medical University, 2005.
5. Sudeendra P,Ashith BA.Corrigendum to “Odontometric Sex Assesment in
Indians”.Forensic Sci Int.192(2009)129.e1-129.e5
6. Hussein KW.Variations in tooth size, dental arch dimensions and shape among
Malay School Children. Thesis. Kelantan: Universiti Sains Malaysia, 2008: 1-24
7. Mieke Sylvia MAR. Variasi normal ukuran gigi, rahang dan wajah penduduk
pulau Flores dan timor nusa tenggara timur. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi
Edisi Foril IV 1993: 460-67
8. Susan N. Al-Khateeb, Elham S. J. Abu Alhaija.Tooth Size Discrepancies and
9. Singh SP, Goyal A.Mesiodistal crown dimensions of the permanent dentition in North Indian children. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2006;24:192-6
10.Anonymous.Microdontia.http://www.adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/mic
rodontia.pdf (19 November 2010)
11.Anonymous.Macrodontia.http://www.adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/ma
crodontia.pdf (19 November 2010)
12.Gurkeerat Singh.Genetics in Orthodontics.In:Gurkeerat Singh,eds.Textbook of Orthodontics.Edisi 2.New Delhi:Jaypee Brothers Medical Publishers (P)
Ltd,2007:308
13.Rakosi T, Jonas I, Thomas M. Graber.Color Atlas of Dental Medicine
Orthodontic-Diagnosis.New York:Thieme Medical Publishers,1993:60
14.Kieser JA. Human Adults odontometrics. Melbourne: Cambridge University
Press, 1990: 17-8
15.B Prahl-Andersen, J Oerlemans.Characteristics of Permanent Teeth in Persons
with Trisomy G.J Dent Res. ;1976 (55):633-8
16. B Peretz, J Shapira, H Farbstein, E Arieli, and P Smith.Modification of tooth size
and shape in Down's syndrome.J Anat. 1996 February; 188(Pt 1): 167–172.
17.P J Dempsey, G C Townsend. Genetic and environmental contributions to
variation in human tooth size. Heredity 86 (2001) 685±693
18.Bailit HL.Dental variation among populations. An anthropologic view. Dent Clin
19. S. M. Garn, R. H. Osborne, L. Alvesalo,S. L. Horowitz.Maternal and Gestational Influences on Deciduous and Permanent Tooth Size. J Dent Res 59(2):142-143, February 1980.
20.A. H. Brook, R. C. Griffin, G. Townsend, Y. Levisianos, J. Russell, R. N.
Smith.Variability and patterning in permanent tooth size of four human ethnic
groups.Arch Oral Biol. 2009 Dec;54 Suppl 1:S79-85
21.Hölttä P, Alaluusua S, Saarinen-Pihkala UM, Peltola J, Hovi L.Agenesis and
microdontia of permanent teeth as late adverse effects after stem cell transplantation in young children. Cancer.2005 Jan 1;103(1):181-90.
22.Sağlam AM, Ozbaran HM, Sağlam AA. A comparison of mesio-distal crown dimensions
of the permanent teeth in subjects with and without fluorosis. Eur J Orthod. 2004 Jun;
26(3):279-81.
23.Townsend G, Alvesalo L, Brook A. Variation in the human dentition: Some past
advances and future opportunities. J Dent Res 2008; 87(9): 802-5
24.J. L. Stroud, P. H. Buschang, P. W. Goaz. Sexual dimorphism in mesiodistal
dentin and enamel thickness. Dentomaxillofacial Radiology, Vol 23, Issue 3,1994;169-171
25. Budiman JA, Yashadana EDD, Sadosa SD, Masbirin PI. Hubungan rasio anterior
dengan overjet dan overbite pada perawatan ortodontik. Jurnal Kedokteran Gigi
Universitas Indonesia 1997; 4(3): 19-25
26.Fitzgerald CM,Hillson S.Alternative methods of assessing tooth size in late
and Application in Dental Anthropology.New York:Cambridge University
Press,2008;365
27.Hillson S.Teeth.Edition 2.New York:Cambridge University Press,2005:264
28.Harila V, Heikkinen T, Alvesalo L. Deciduous tooth crown size in prematurely
born children. Early Hum Dev. 2003 Dec; 75(1-2):9-20.
29.Rai B, Anand SC. Gender determination by diagonal distances of teeth. J Biological Anthropology 2007; 1(1): 1-8
30.Vodavonic M et al. Odontometrics: A useful method for sex determination in an
archaeological skeletal population?. J Archaeological Sci 2007; 34: 905-13
31.Lahdesmaki R. Sex chromosomes in human tooth root growth. Dissertation.
Oulun Yliopisto: University of Oulu, 2006: 1-30
32.L. Alvesalo, E. Tammisalo, G. Townsend. Upper central incisor and canine tooth
crown size in 47, XXY males. JDR July 1991 vol. 70 no. 7 1057-60
33.R. Lähdesmäki, L. Alvesalo. Root lengths in 47, XXY males' permanent teeth. J Dent Res 2004 83: 771.
34.Price S. A radiographic study of the impact of race and sex on 1st and 2nd molar
development. Thesis. Lousiana: B.A Drew University, 2005: 14-6
35.Alvesalo L. Sex chromosomes and human growth - A dental approach. Hum
Genet (1997) 101 : 1–5
36.Arrasjid C. Pengantar ke antropologi budaya Indonesia. Terbitan Kedua. Medan:
Fakultas Hukum USU, 1972: 10-2