• Tidak ada hasil yang ditemukan

Seksual Dimorfisme Pada Ukuran Gigi Rahang Bawah Pada Mahasiswa Malaysia Fkg USU TA 2006-2010

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Seksual Dimorfisme Pada Ukuran Gigi Rahang Bawah Pada Mahasiswa Malaysia Fkg USU TA 2006-2010"

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN GIGI

RAHANG BAWAH PADA MAHASISWA MALAYSIA

FKG USU TA 2006-2010

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

JOEL JEBARAJ A/L DEVAPRASAD EMMANUEL CHELLAPA NIM: 070600152

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Fakultas Kedokteran Gigi

Bagian Biologi Oral

Tahun 2011

Joel Jebaraj A/L Devaprasad Emmanuel Chellapa

Seksual Dimorfisme pada Ukuran Gigi Rahang Bawah pada Mahasiswa

Malaysia FKG USU TA 2006-2010

xii + 64 halaman

Seksual dimorfisme adalah suatu karakteristik yang dimiliki oleh manusia

atau makhluk hidup lain karena adanya perbedaan jenis kelamin yang merujuk

kepada perbedaan ukuran, bentuk, warna dan lain-lain. Masyarakat Malaysia terdiri

atas berbagai suku dan etnik sehingga memberikan variasi pada ukuran gigi. Ukuran

gigi yang bervariasi ini tidak hanya penting dalam bidang kedokteran gigi secara

umumnya tetapi juga di bidang kedokteran gigi forensik untuk identifikasi seksual

seseorang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui rata-rata ukuran mesiodistal dan

bukolingual gigi rahang bawah dan perbedaan keduanya berdasarkan jenis kelamin

dan etnik.

Penelitian ini dilakukan dengan pencetakan rahang bawah terhadap 50 orang

mahasiswa Malaysia FKG USU etnik Melayu, India dan Cina TA 2006-2010. Dari

model studi yang didapat, diukur mesiodistal dan bukolingual gigi rahang bawah

(3)

Hasil uji statistik t-test terdapat perbedaan yang signifikan pada rata-rata ukuran mesiodistal gigi kaninus rahang bawah pada etnik Melayu, gigi kaninus dan

molar satu rahang bawah pada etnik India dan gigi kaninus dan molar dua rahang

bawah pada etnik Cina antara laki-laki dan perempuan. Pada rata-rata ukuran

bukolingual terdapat perbedaan signifikan pada gigi insisivus sentralis, gigi kaninus,

gigi premolar satu, gigi premolar dua dan gigi molar satu rahang bawah pada etnik

Melayu, gigi kaninus dan premolar dua rahang bawah pada etnik India dan tidak ada

perbedaan yang signifikan pada ukuran bukolingual gigi rahang bawah pada etnik

Cina.

Berdasarkan ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi, terdapat perbedaan

ukuran gigi laki-laki dan perempuan dan ukuran gigi dapat digunakan dalam proses

identifikasi jenis kelamin individu.

(4)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Seksual dimorfisme adalah suatu karakteristik yang dimiliki oleh manusia

serta makhluk hidup lain, dimana adanya perbedaan fisik atau tingkah laku yang

berhubungan dengan jenis kelamin.1 Perbedaan ini merujuk kepada perbedaan

sistemik pada ukuran, bentuk, warna dan lain-lain antara laki-laki dan perempuan.2 Salah satu perbedaan yang menonjol antara laki-laki dan perempuan adalah

karakteristik dari skeleton. Tulang dan tulang tengkorak bervariasi antara laki-laki

dan perempuan dan perbedaan ini biasanya berdasarkan profil tulang laki-laki lebih

menonjol daripada perempuan. Menurut Krongman, keakuratan penentuan jenis

kelamin berdasarkan tulang pelvis 95%, tulang pelvis dan tengkorak 98%, tengkorak

saja 90% dan tulang panjang 80%. 3

Seksual dimorfisme ini turut terlihat pada gigi-gigi dari berbagai spesies

makhluk hidup.3 Setiap gigi baik gigi desidui maupun gigi permanen mempunyai struktur seperti enamel, dentin dan pulpa, dengan morfologi yang berbeda. Tidak ada

dua gigi yang mempunyai morfologi yang sama dan morfologi gigi untuk setiap

individu adalah unik dan ditentukan oleh faktor genetik.4

Telah banyak penelitian mengenai pengukuran mahkota gigi dilakukan antara

laki-laki dan perempuan dan dijumpai beberapa variasi. Walaupun, morfologi struktur

(5)

mempunyai ukuran yang sama karena ukuran gigi sangat dipengaruhi oleh faktor

genetik dan faktor-faktor lain seperti aktivitas pengunyahan, nutrisi, aktivitas

metabolisme dan lain-lain.4

Laki-laki memiliki gigi lebih besar daripada perempuan pada populasi

manusia kontemporer.2 Sudeendra Prabhu telah menguji seksual dimorfisme secara odontometrik pada orang India dengan mengukur ukuran mesiodistal (MD) dan

bukolingual (BL) semua gigi, kecuali gigi molar tiga. Model cetakan gigi diperoleh

dari 105 orang India (52 perempuan, 53 laki-laki). Gigi kaninus ditemukan menjadi

gigi paling dimorfik, diikuti oleh dimensi BL molar pertama dan premolar kedua

rahang bawah. Secara umum, gigi mandibula pada dimensi BL menunjukkan

kecenderungan untuk lebih besar pada laki-laki. Analisis Stepwise fungsi diskriminan

menunjukkan akurasi moderat dalam prediksi jenis kelamin : ukuran gigi rahang

bawah mampu menentukan jenis kelamin secara lebih akurat (72,4%) dibanding

hanya gigi rahang atas (67,6%).5

Bertitik tolak dari uraian diatas dan mengingat belum adanya penelitian

terhadap seksual dimorfisme pada ukuran gigi rahang bawah dalam arah bukolingual

atau labiolingual yang dikaitkan dengan jenis kelamin pada populasi Malaysia di

Medan, maka penulis merasa perlu dilakukan penelitian ini untuk mendapatkan

rata-rata ukuran mahkota gigi rahang bawah sebagai panduan dalam menentukan jenis

kelamin seseorang dan mengetahui berapa rata-rata ukuran mesiodistal dan

bukolingual gigi. Subjek yang dipilih pada penelitian ini adalah model rahang bawah

mahasiswa Malaysia FKG USU dari Etnik Melayu, India dan Cina yang tidak

(6)

1.2 Rumusan masalah

Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah :

1. Apakah terdapat perbedaan ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi rahang

bawah mahasiswa Malaysia FKG USU antara laki-laki dan perempuan pada

etnik Melayu, India dan Cina.

2. Apakah terdapat perbedaan ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi rahang

bawah mahasiswa Malaysia FKG USU antara etnik Melayu, India dan Cina pada

laki-laki dan perempuan.

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk:

1. Mengetahui rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah pada Mahasiswa

Malaysia FKG USU laki-laki dan perempuan dari Etnik Melayu, India dan Cina.

2. Mengetahui rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah pada Mahasiswa

Malaysia FKG USU laki-laki dan perempuan dari Etnik Melayu, India dan Cina.

3. Mengetahui seksual dimorfisme pada ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi

(7)

1.4 Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah:

1. Seksual dimorfisme dari ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi dapat memberi

informasi dalam bidang Kedokteran Gigi Forensik.

2. Sebagai preliminary study dan data untuk melakukan penelitian lebih lanjut

mengenai seksual dimorfisme pada populasi Malaysia.

3. Sebagai bahan masukan dalam perkembangan Ilmu Kedokteran Gigi dan

Antropologi.

(8)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Masyarakat Malaysia terdiri atas berbagai suku dan etnik sehingga

memberikan variasi pada ukuran gigi. Ukuran gigi yang bervariasi ini tidak hanya

penting dalam bidang kedokteran gigi tetapi turut penting dalam bidang forensik

kedokteran gigi dan antropologi dengan menentukan seksual dimorfisme seseorang.

Ukuran gigi manusia sangat dipengaruhi oleh genetik dan pengaruh lingkungan

hanyalah sedikit.

2.1 Ukuran Gigi

Rasio ukuran gigi merupakan suatu data yang dapat membuat perkiraan

tentang rencana perawatan dan memperkirakan hasil perawatan. Diagnosa dan

perawatan maloklusi dalam ortodontik memerlukan pengetahuan yang tepat

mengenai dimensi gigi karena oklusi yang stabil tergantung kepada ketepatan jarak

interkuspal gigi. Informasi mengenai ukuran gigi populasi manusia penting dalam

bidang kedokteran gigi sama seperti bidang ilmu pengetahuan lain seperti anatomi

dan antropologi.6

Ukuran rata-rata serta ciri-ciri gigi, rahang dan wajah yang ideal berguna

sebagai alat pembanding untuk mengetahui penyimpangan anomali dari normalitas

dan dipakai sebagai panduan untuk menentukan rencana perawatan kelainan

(9)

gigi diperlukan dalam ilmu antropologi karena memberikan informasi yang berguna

mengenai evolusi manusia dengan perubahan teknologi dan diet manusia. Ukuran

mesiodistal gigi turut memberikan informasi yang signifikan terhadap masalah

biologikal dan odontologi klinikal.8 Singh dan Goyal (2006) menyatakan ukuran gigi

sangat berguna untuk dokter gigi terutama dalam bidang pedodontik dan ortodontik

dalam mendiagnosa dan merancang perawatan masalah ruang pada gigi.9

Mikrodontia adalah gigi yang memiliki ukuran lebih kecil dari normal.

Mikrodontia lokal yang hanya mengenai satu atau beberapa gigi lebih sering ditemui

daripada yang mengenai seluruh gigi. Kelainan ini lebih sering terjadi pada gigi-gigi

permanen dibandingkan gigi-gigi sulung. Selain itu juga lebih sering terjadi pada

perempuan daripada laki-laki. Mikrodontia lebih sering terjadi pada gigi insisif dua

rahang atas dan gigi molar tiga rahang atas. Kelainan ini dapat disebabkan oleh

banyak faktor. Mikrodontia yang mengenai seluruh gigi jarang terjadi dan bisa

ditemukan pada kelainan yang diturunkan dari orangtua (congenital hypopituitarism). Selain itu bisa juga disebabkan karena adanya radiasi atau perawatan kemoterapi saat

pembentukan gigi. Kelainan ini juga bisa merupakan bagian dari sindroma tertentu

(penyakit yang terdiri dari beberapa gejala yang timbul bersama sama), seperti

sindroma trisomy 21 atau sindroma ectodermal dysplasia. Selain itu mikrodontia juga

sering ditemui pada kelainan cleft lip and palate (bibir sumbing dan celah pada langit-langit rongga mulut).10

Makrodontia adalah gigi yang memiliki ukuran lebih besar dari normal.

Kelainan ini bisa mengenai semua gigi atau hanya beberapa gigi saja. Makrodontia

(10)

yang mengalami kelainan ini. Makrodontia lebih sering terjadi pada laki-laki daripada

perempuan. Makrodontia dapat disebabkan oleh berbagai faktor yang saling

mempengaruhi. Makrodontia yang mengenai seluruh gigi dapat terjadi pada kelainan

pituitary gigantism, yaitu suatu kelainan yang disebabkan oleh adanya gangguan keseimbangan hormonal. Makrodontia yang hanya mengenai gigi tertentu saja

(makrodontia lokal) kadang ditemukan pada kelainan unilateral facial hyperplasia

yang menyebabkan perkembangan benih gigi yang berlebihan. Selain itu,

makrodontia juga dapat berhubungan dengan beberapa penyakit yang diturunkan.

Gejala klinisnya adalah ukuran gigi tampak lebih besar daripada gigi normal.

Makrodontia merupakan kelainan yang cukup jarang ditemukan pada gigi permanen.

Biasanya mengenai gigi molar tiga rahang bawah dan premolar dua rahang bawah,

serta insisif sentral rahang atas.11

2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Ukuran Gigi

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi ukuran gigi yaitu:

1. Genetik

Ukuran gigi tahan terhadap pengaruh luar dan dikendalikan oleh faktor

keturunan.6 Ukuran gigi geligi sangat dipengaruhi oleh faktor genetik.12 Menurut Rakosi dkk (1993), berdasarkan pengetahuan terkini, jaringan-jaringan utama yang

dapat mengalami deformitas dentofasial karena pengaruh genetik antaranya

termasuklah gigi geligi yang meliputi ukuran, bentuk, jumlah, mineralisasi gigi, letak

(11)

Penelitian terhadap saudara kembar jelas menunjukkan hampir separuh dari

faktor mempengaruhi ukuran gigi adalah faktor keturunan yang berperan untuk

mengontrol ukuran gigi sewaktu proses odontogenesis. Garn, Lewis dan Kerewsky

(1965) telah melakukan penelitian terhadap pasangan adik-beradik untuk

membuktikan rantai-X sebagai mekanisme herediter yang berpengaruh terhadap

ukuran mesiodistal gigi menggunakan „paired sibling mean-product moment

correlations‟. Hasil penelitian ditemukan bahwa korelasi sesama saudara perempuan

(sister-sister correlations) adalah lebih tinggi dibanding korelasi sesama saudara

laki-laki (brother-brother correlations) dan korelasi saudara laki-laki dan perempuan (brother-sister correlations). Ini jelas dari turunan rantai-X, saudara perempuan

biasanya berkongsi kromosom X paternal sedangkan pasangan saudara laki-laki dan

perempuan mempunyai peluang yang sama rata untuk berkongsi kromosom X

maternal yang sama.14

Penelitian telah menunjukkan banyak anomali gigi pada individu dengan

Sindrom Down (DS). Individu DS cenderung memiliki gigi permanen yang lebih

kecil dibanding anak normal, dengan gigi permanen lebih terpengaruh dibanding gigi

desidui. Menurut Prahl-Andersen & Oerleman (1976), mereka juga menunjukkan

pengurangan jarak intercuspal pada bagian molar dan fluktuasi asimetri yang lebih

besar dalam ukuran gigi. Tampaknya pada kedua dimensi eksternal dari mahkota gigi

(mesiodistal dan bukolingual) dan parameter oklusal (jarak interkuspal) yang

terpengaruh pada gigi DS.15,16

Ukuran gigi ditentukan oleh genetik, namun begitu jenis dan rasio

(12)

populasi. Lingkungan turut memainkan peranan dalam keragaman genetik untuk terus

memberi variasi dalam ukuran gigi.6

2. Lingkungan

Menurut Dempsey dan Townsend (2001) ukuran gigi dikontrol oleh faktor

genetik dan lingkungan.17 Ukuran gigi manusia akan terus bervariasi selama berlangsungnya evolusi manusia yang dimulai pada gigi molar diikuti gigi anterior.

Baillit menyatakan variasi ukuran gigi merupakan pencerminan proses evolusi yang

sedang berlangsung dan ukuran gigi terkait dengan faktor genetik, sedangkan faktor

lingkungan setelah kelahiran hanyalah sedikit pengaruhnya.18

Telah banyak penelitian mengenai pengukuran mahkota gigi dilakukan antara

laki-laki dan perempuan dan dijumpai beberapa variasi. Walaupun, morfologi struktur

gigi antara laki-laki dan perempuan itu sama, tetapi gigi-gigi tersebut tidak

mempunyai ukuran yang sama karena ukuran gigi sangat dipengaruhi oleh faktor

genetik dan faktor-faktor lain seperti aktivitas pengunyahan, nutrisi, aktivitas

metabolisme dan lain-lain.4

Perubahan karena faktor lingkungan termasuk status ibu hamil yang

mempengaruhi tumbuh kembang gigi geligi anaknya. Menurut Garn, masa kehamilan

yang lebih panjang, ukuran tubuh saat lahir panjang dan berat badan lahir yang tinggi

ditemukan berhubungan dengan gigi yang lebih besar. Hipotiroidisme dan diabetes

maternal juga memberi gigi yang lebih besar. Sebaliknya, kehamilan yang pendek,

berat lahir rendah, panjang tubuh pada kelahiran yang pendek dan hipertensi maternal

(13)

mempengaruhi ukuran mahkota gigi, kemungkinan besar akan ditunjukkan pada gigi

sulung dan gigi molar pertama permanen.17

Menurut Hanihara and Ishida dimensi gigi lebih kecil pada populasi

Eurasia Barat terkait dengan perubahan budaya dalam persiapan makanan dalam

kelompok dengan penerapan pertanian (Hanihara,Ishida.2005;c.f. A. H.

Brook.2009).20

Proses odontogenesis dapat terganggu dengan pemberian beberapa agen

kemoterapi, seperti cyclophosphamide, vincristine, actinomycin D, doxorubicin, dan

daunorubisin. Secara umum, berdasarkan dosis, dapat ditemui dentin niches

(pengurangan ketebalan dinding dentin); konstriksi (penurunan lebar gigi) dan pada

dosis tinggi, terganggunya odontogenesis dan degenerasi sel pembentuk gigi.21

Efek terapi radiasi pada gigi sudah banyak diketahui. Konsekuensi klinis

khas radiasi pada perkembangan gigi manusia termasuk mikrodontia, agenesis dan

terhambatnya pertumbuhan akar gigi. Dentin niches seperti yang dilihat pada perawatan kemoterapi juga dapat terjadi. Efek radiasi pada gigi tergantung pada

kepekaan sel dan dosis radiasi yang diberi. 21

Saglam et al (2004) telah melakukan penelitian terhadap dimensi

mesiodistal mahkota gigi pada subjek dengan fluorosis dan tanpa fluorosis di Turki.

Hasilnya, dimensi mesiodistal mahkota gigi pada subjek tanpa fluorosis adalah lebih

besar dibandingkan subjek dengan fluorosis.22 Pada tahun 1972, dalam projek penelitian terbesar oleh National Institute of Neurological Disorder and Stroke di

(14)

Alvesalo menemukan bahwa ibu yang merokok menyebabkan pengurangan ukuran

gigi pada anak-anak mereka.23

3. Jenis Kelamin

Dalam populasi manusia kontemporari, mahkota gigi laki-laki adalah lebih

besar dibanding perempuan. Ini akibat dari periode proses amelogenesis yang panjang

pada gigi desidui dan permanen laki-laki.2 Penelitian Stroud et al (1994) menunjukkan setiap gigi geligi laki-laki mempunyai diameter mesiodistal yang lebih

besar dibandingkan dengan perempuan akibat penebalan lapisan dentin.24

4. Suku dan Ras

Menurut Ho dan Freer (1994) gigi geligi tidak hanya bervariasi pada jenis

kelamin yang berbeda tetapi turut menunjukkan variasi pada kelompok ras yang

berbeda(Ho,Freer.1994;c.f. Hussien KW.2008).6 Untuk masyarakat Indonesia,

penelitian Sumantri terhadap ukuran gigi suku Jawa, menemukan bahwa ukuran gigi

tetap sampel suku Jawa lebih besar dibandingkan dengan ukuran gigi suku bangsa

Kaukasoid. Sedangkan ukuran gigi laki-laki tetap lebih besar dibandingkan dengan

perempuan.25 Mundijah (1982) dalam penelitiannya menyatakan bahwa ada

perbedaan ukuran gigi dan lengkung rahang antara suku Batak dan Melayu dengan

ras Kaukasoid.(Mundijah.1982;c.f.Mieke Sylvia MAR.1993)7

Lavelle melakukan penelitian yang lebih terperinci dengan

membandingkan perbedaan jenis kelamin pria dan wanita dari 3 kelompok populasi

yaitu populasi Kaukasoid, Negroid dan Mongoloid. Ia menyimpulkan bahwa suku

(15)

dan yang terkecil adalah suku bangsa Kaukasoid.(Lavelle.1972;c.f.Budiman

JA.1997)25

2.3 Penilaian Ukuran Gigi Secara Konvensional

2.3.1 Diameter Ukuran Mesiodistal dan Bukolingual

Ukuran gigi lazimnya diperhitungkan dengan mengukur diameter mahkota

gigi: panjang atau mesiodistal dan lebar atau bukolingual. Walaupun ada dimensi lain

yang mungkin tampaknya memiliki penjelasan yang lebih kuat, seperti panjang akar

atau tinggi gigi, ukuran gigi telah disimpulkan dengan panjang mahkota dan lebar

mahkota (Mayhall, 2000).26

Banyak peneliti selama bertahun-tahun telah menawarkan definisi dan

pendekatan yang berbeda. Menurut Moorres dan Reed (1954), diameter mahkota

mesiodistal harus diambil berdasarkan dimensi terbesar dari mesial ke distal, yang

pada saat yang sama, sejajar dengan permukaan oklusal gigi. Sesuai dengan ini,

diameter mahkota bukolingual adalah jarak terbesar antara permukaan bukkal (atau

labial) dan lingual (atau palatal), pada bidang yang tegak lurus dengan diameter

mesiodistal.26

Goose (1963) mengusulkan bahwa sumbu diameter mesiodistal harus berjalan

di antara titik kontak mahkota gigi dengan gigi tetangganya.26

Diameter bukolingual mahkota pada molar jauh lebih sukar karena sering

mungkin untuk mengambil lebih dari satu ukuran maksimum antara sisi bukkal dan

lingual karena biasanya ada dua tonjolan di sisi bukkal dan satu tonjolan di sisi

(16)

seharusnya tegak lurus dengan sumbu mesiodistal. Menurut Tobias satu-satunya cara

untuk mencapai ukuran maksimum adalah dengan memutar mahkota sehingga

pengukuran adalah antara tonjolan lingual dan dua tonjolan bukkal; namun, dalam hal

ini, sumbu tidak lagi tegak lurus terhadap diameter mesiodistal. Selain itu, baik untuk

molar atas maupun molar bawah, kontur utama permukaan gigi pada sisi lingual

adalah sekitar pertengahan tinggi mahkota gigi, sedangkan pada sisi bukkal lebih

turun ke arah servikal.26

2.4 Seksual Dimorfisme

Salah satu perbedaan antara laki-laki dan perempuan adalah karakteristik dari

skeleton. Tulang dan tulang tengkorak bervariasi antara laki-laki dan perempuan dan

perbedaan ini biasanya berdasarkan profil tulang yang lebih menonjol pada laki-laki

daripada perempuan.3

Dimorfisme yang paling besar dapat terlihat pada mandibular dan gigi yang

ada di mandibula. Balwan et al (2007) telah melakukan penelitian untuk menentukan

kriteria morfometrik menggunakan 102 tulang mandibula dari populasi Haryana

antara usia 20-60 tahun. Ukuran interlingula dan jarak interkaninus menunjukkan

persentase seksual dimorfisme yang paling besar sebanyak 9.6% dan yang paling

(17)

Grafik 1. PERSENTASE SEKSUAL DIMORFISME PADA TULANG

MANDIBULA POPULASI HARYANA3

2.4.1 Definisi Seksual Dimorfisme

Seksual dimorfisme adalah suatu karakteristik yang dimiliki oleh manusia

serta makhluk hidup lain, dimana adanya perubahan terhadap dimensi pada sebagian

jaringan yang disebabkan oleh perbedaan jenis kelamin.1 Perubahan dimensi ini merujuk kepada perbedaan ukuran, bentuk, warna dan lain-lain antara laki-laki dan

perempuan.2 Menurut Keisu (1990), seksual dimorfisme merujuk kepada perbedaan dari segi ukuran, ketinggian dan paras wajah antara laki-laki dan perempuan yang

dapat diaplikasikan untuk identifikasi dental karena tidak akan pernah ada dua mulut

(18)

2.4.2 Seksual Dimorfisme pada Perkembangan Gigi

Kari et al (1980) dan Harila et al (2003) menyatakan beberapa bulan setelah kelahiran seksual dimorfisme sudah terlihat pada ukuran mahkota gigi desidui.28 Diameter gigi desidui laki-laki adalah lebih besar dibandingkan perempuan.29 Jenis kelamin seseorang yang ditentukan melalui gigi geligi berdasarkan pada

perbandingan dimensi gigi antara laki-laki dan perempuan ataupun ditentukan melalui

perbandingan secara non-metrik seperti frekuensi cusp carabelli.30

Menurut Lahdesmaki, ada perbedaan yang jelas antara jenis kelamin dalam

ukuran mahkota gigi, dimana laki-laki memiliki gigi yang lebih besar daripada

perempuan.31 Stroud et al (1994) menyatakan perbedaan ukuran gigi antara laki-laki dan perempuan dapat terlihat melalui ketebalan dentin yang diukur dari foto radiograf

sebagai jarak antara mesial dan distal dentinoenamel junction.24 Pengaruh kromosom Y pada pertumbuhan gigi lebih besar dibanding kromosom X dan ini menyebabkan

seksual dimorfisme yang diamati pada panjang akar gigi dimana laki-laki mempunyai

panjang akar yang lebih panjang daripada perempuan.31

Alvesalo dkk (1991) dalam studinya terhadap ukuran gigi insisivus sentralis

atas dan kaninus pada 47 laki-laki XXY (sindroma Klinefelter) telah menyimpulkan

bahwa kromosom X dan kromosom Y berpengaruh terhadap ukuran gigi. Alvesalo

turut menyimpulkan bahwa keberadaan seksual dimorfisme pada ukuran mahkota

gigi merupakan pengaruh dari kromosom Y.32 Lahdesmaki dan Alvesalo (2004)

menyimpulkan kromosom seks tidak hanya berpengaruh pada ukuran mahkota gigi

tetapi turut berpengaruh terhadap bentuk dan struktur gigi serta panjang akar

(19)

Para peneliti mengindikasikan bahwa gen pada kromosom seks terlibat pada

sebagian aspek dari dental ontogeny misalnya struktur gen untuk amelogenin terletak pada kromosom X dan Y. Amelogenin berperan penting pada perkembangan enamel.

Protein ini membentuk hampir 90% komponen organik matriks enamel. Amelogenin

pada manusia hanya diproduksi oleh satu gen yaitu kromosom seks X dan Y.

Kedua-dua kromosom ini memberi pengaruh yang berbeda antara laki-laki dan perempuan.

Perbedaan seksual pada proses amelogenesis yaitu proses pembentukan enamel

berhubungan perbedaan genetik ini.34 Alvesalo et al (1991) menyatakan kromosom Y

merangsang pertumbuhan mahkota gigi terhadap dentin dan enamel, sedangkan

kromosom X hanya tertumpu pada pembentukan enamel saja.32

Alvesalo (1997) berpendapat seksual dimorfisme yang terlihat pada jumlah

gigi, ukuran mahkota, panjang akar, morfologi mahkota, genetic pleiotropy dan sifat somatik yang lain seperti tumbuh kembang dan rasio seksual dimorfisme pada waktu

kelahiran mungkin berhubungan dengan pengaruh kromosom X dan kromosom Y

yang berbeda terhadap fungsi sel dan proliferasi terutama kromosom Y.35

2.5 Ras, Suku dan Etnik

Ras adalah segolongan manusia yang mempunyai persamaan sifat-sifat lahir

tertentu yang dapat dilanjutkan kepada turunannya.36 Haldane menyatakan bahwa ras

adalah sekelompok manusia yang memiliki satu kesatuan karakter fisik dan asal

geografis dalam area tertentu.37

(20)

istilah etnik lebih netral. Istilah etnik sendiri merujuk kepada pengertian kelompok

orang-orang, sementara etnis merujuk pada orang-orang dalam kelompok. Dalam

ensiklopedia Indonesia disebutkan istilah etnik berarti kelompok sosial dalam sistem

sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan tertentu karena

keturunan, adat, agama, bahasa dan sebagainya. Anggota-anggota suatu kelompok

etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik yang digunakan

ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi. Frederich Barth (1988)

istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok tertentu karena kesamaan ras, agama,

asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari kategori tersebut terikat pada sistem nilai

budayanya.38

Wilkinson (1993) menyatakan etnik berarti kesamaan budaya dan gaya

hidup.39 Etnisitas secara umumnya membawa maksud kebudayaan, kepribadian,

agama, bahasa, dan atau secara geografikal mempunyai kesamaan yang menjadi milik

sekelompok manusia yang diwariskan secara turun temurun.40

2.5.1 Latar Belakang Masyarakat Malaysia

Masyarakat Malaysia pada dasarnya terdiri atas dua kelompok yang utama

yaitu Masyarakat Bumiputera dan Masyarakat bukan Bumiputera. Pada tahun 1990

penduduk Bumiputera 61,7% dari jumlah penduduk Malaysia, 38,3% penduduk

bukan Bumiputera, sebagian besar terdiri atas Etnik Cina 29,5%. Masyarakat

Bumiputera merupakan suku etnik yang lebih awal menetap di negara Malaysia

terdiri atas berbagai suku etnik dan merupakan penduduk pribumi atau penduduk asal

(21)

2.5.2 Karakteristik Ras dan Etnik

Kelompok ras mayor di dunia diklasifikasikan sebagai Kaukasoid,

Mongoloid, Negroid dan Australoid. Masyarakat Malaysia di Semenanjung Malaysia

terdiri atas tiga etnik terbesar yaitu Melayu, Cina dan India. Etnik Melayu dan Cina

termasuk dalam kelompok ras Mongoloid sedangkan etnik India termasuk dalam

kelompok ras Kaukasoid.42

Populasi Malaysia pada asalnya terbagi kepada dua fase yaitu prasejarah dan

modern. Terdapat dua model yang berguna dari fase prasejarah untuk

menggambarkan populasi yang bermigrasi dan populasi origin. Jacob (1997)

memperkenalkan dual layer model dimana model pertama menyatakan perpindahan

dan masuknya orang-orang Mongoloid ke Tanah Besar Asia Tenggara melalui China

Selatan sewaktu periode Neolitik telah menyebabkan pencampuran genetik baru

terhadap penduduk asal yang pada mulanya memiliki profil seperti orang

Australomelanesoid. Keberadaan penduduk asal ini mendapat dukungan dari Von

Koenigswald (1952), Bellwood (1978), dan Matsumura dan Majid (1999)

(Jacob.1997;c.f. Khamis MF.2005)43

Model kedua menyatakan bahwa penduduk Asia Tenggara modern berasal

dari orang-orang terdahulu yang tinggal di Sundaland yang mengalami perubahan

evolusi lokal tanpa percampuran genetik. Model ini mendapat dukungan dari Turner

(1987,1990), Hanihara (1992a,1992b).46 Menurut Zainuddin (2003) sejarah modern populasi Malaysia termasuklah migrasi orang-orang Cina dari Cina Selatan dan

(22)

Cina dan India ini membawa kepada masyarakat modern Malaysia pada masa

sekarang.(Zainuddin,2003;c.f. Khamis MF.2005)43

Masyarakat Melayu kebanyakannya berada di Semenanjung Malaysia dan

sebagiannya di Kepulauan Asia Tenggara, Pantai Timur Sumatera, Pantai Borneo dan

kepulauan kecil sekitar area ini. Masyarakat Proto-melayu merupakan orang-orang

yang belayar dari pesisir pantai Borneo yang berkembang sehingga ke Sumatera dan

Semenanjung Malaysia. Masyarakat Melayu pada masa sekarang yang digelar

sebagai Melayu Modern di Semenanjung Malaysia dan Kepulauan Pantai Melayu

adalah campuran dari berbagai ras. Mereka digelar sebagai deutro-Melayu yang

merupakan campuran dari proto-Melayu dengan India, Thai, Arab dan Cina

(23)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESA PENELITIAN

Seksual dimorfisme merupakan suatu istilah yang merujuk kepada perbedaan

ukuran, bentuk, warna dan lain-lain antara laki-laki dan perempuan. Seksual

dimorfisme ini bisa terlihat pada tulang skeleton antara lain tulang tengkorak, tulang

mandibula, tulang pelvis, tulang panjang dan termasuklah gigi geligi dalam berbagai dimensi.

Perbedaan gigi geligi laki-laki dan perempuan berdasarkan pada perbandingan

dimensi seperti ukuran mesiodistal, bukolingual dan panjang akar ataupun melalui

perbandingan secara non-metrik seperti frekuensi cusp carabelli, bentuk shovel

insisivus sentralis rahang atas dan distal accessory ridge pada gigi kaninus rahang atas dan rahang bawah.

Telah banyak penelitian sebelumnya mendapatkan gigi kaninus menunjukkan

perbedaan yang paling tampak antara laki-laki dan perempuan tetapi juga ada

perbedaan antara ukuran gigi lain selain gigi kaninus. Perbedaan antara laki-laki dan

perempuan ini berhubung dengan kromosom X dan Y yang memberikan pengaruh

yang berbeda pada kuantitas phenotypic. Antara faktor-faktor lain yang turut

berpengaruh pada ukuran gigi adalah lingkungan, ras, keturunan dan evolusi.

Pada penelitian ini, dilakukan pencetakan terhadap 50 orang mahasiswa

Malaysia FKG USU TA 2006-2010. Dilakukan pengukuran mesiodistal dan

(24)

3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Hipotesa Penelitian

1. Terdapat perbedaan ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi rahang

bawah pada mahasiswa Malaysia FKG USU antara laki-laki dan

perempuan pada etnik Melayu, India dan Cina.

2. Terdapat perbedaan ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi rahang

bawah pada mahasiswa Malaysia FKG USU antara etnik Melayu, India

(25)
(26)

BAB 4

METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian cross sectional study dengan melakukan pengukuran pada 50 model studi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG USU Etnik

Melayu, India dan Cina TA 2006-2010 untuk mendapatkan ukuran mesiodistal dan

bukolingual gigi rahang bawah.

4.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat : Departemen Biologi Oral dan Departemen Ilmu Material dan Teknologi

FKG USU

Waktu: Bulan Januari 2010 – Februari 2011

4.3 Populasi Sampel

Populasi penelitian adalah semua mahasiswa Malaysia Fakultas Kedokteran

Gigi angkatan 2006/2007, 2007/2008, 2008/2009, 2009/2010 dan 2010/2011 yang

(27)

4.4 Sampel Penelitian

Sampel diperoleh dengan cara purposive sampling dimana penelitian tidak dilakukan pada seluruh populasi, tapi terfokus pada target yang memenuhi kriteria

inklusi.

4.4.1 Kriteria Inklusi

Kriteria-kriteria inklusi adalah:

a. Etnik Melayu, India dan Cina (dua keturunan) usia 16 tahun dan keatas

b. Gigi rahang bawah masih lengkap, tidak ada tambalan, fraktur mahkota dan karies

c. Tidak ada anomali morfologi mahkota gigi

d. Tidak ada keausan gigi yang bermakna kecuali yang terlihat pada ujung kusps,

central pits dan occlusal grooves.

e. Tidak ada kelainan kraniofasial seperti cleft

f. Tidak ada masalah gigi berjejal atau hanya pada tingkat ringan atau sedang

4.4.2 Kriteria Eksklusi:

Kriteria-kriteria eksklusi adalah:

a. Gigi rahang bawah ada karies luas, fraktur mahkota atau tambalan selain

tambalan klas I.

b. Gigi rahang bawah dengan atrisi yang parah.

c. Gigi geligi permanen belum erupsi sempurna.

d. Anodontia parsial

(28)

f. Adanya malposisi gigi ke bukkal atau palatal (ectopic).

g. Sedang atau pernah menjalani perawatan ortodonti

4.4.3 Besar Sampel

Besar sampel diperoleh dengan mengambil semua sampel yang memenuhi

kriteria inklusi. Dari hasil penyebaran kuesioner didapat 50 orang yang memenuhi

kriteria inklusi.

Bahan cetak dan bahan pengisi

(29)

4.6Definisi Operasional

a. Panjang gigi rahang bawah adalah lebar mesiodistal terbesar di antara dua gigi

yang bersebelahan diukur dalam skala rasio.

b. Lebar gigi rahang bawah adalah lebar bukolingual terbesar diukur dari permukaan

bukkal ke lingual dalam skala rasio.

c. Seksual dimorfisme pada gigi adalah perbedaan dari aspek ukuran dan dimensi

gigi antara laki-laki dan perempuan dalam skala ordinal.

d. Jenis kelamin adalah ciri khas tertentu yang dimiliki mahasiswa FKG USU sesuai

dengan yang tercatat pada kartu pengenalan dikategorikan atas:

i. Laki-laki

ii. Perempuan

e. Etnik Melayu diperoleh dari dua keturunan sejauh dua generasi yaitu kedua orang

tua Ayah dan Ibu subjek dan subjek asli Etnik Melayu.

f. Etnik India diperoleh dari dua keturunan sejauh dua generasi yaitu kedua orang

tua Ayah dan Ibu subjek dan subjek asli Etnik India.

g. Etnik Cina diperoleh dari dua keturunan sejauh dua generasi yaitu kedua orang

tua Ayah dan Ibu subjek dan subjek asli Etnik Cina.

h. Tambalan klas I adalah tambalan yang meliputi pit dan fisur pada permukaan

oklusal gigi posterior dan permukaan lingual gigi anterior dan tidak melewati

cingulum gigi.

i. Anomali morfologi dilihat dari segi kelainan ukuran, jumlah, erupsi, bentuk dan

(30)

j. Atrisi ringan adalah keausan gigi yang hanya terlihat pada ujung kusps, central pits dan occlusal grooves dan belum tereksposnya lapisan dentin. Atrisi sedang adalah dimana sudah tereksposnya lapisan dentin (<1/3 ketebalan dentin) dan

atrisi parah dimana tinggal lapisan tipis dentin yang (>1/3 ketebalan dentin)

melapisi pulpa atau sudah tereksposnya pulpa.

k. Crowding dilihat dari segi rotasi dan / atau displacement gigi. Gigi berjejal ringan adalah dimana rotasi gigi tidak melebihi 45 derajat dan / atau posisi gigi keluar

dari kontak proksimal dengan gigi tetangganya tidak melebihi 1.5 cm. Gigi

berjejal sedang adalah dimana rotasi gigi melebihi 45 derajat atau posisi gigi

keluar dari kontak proksimal dengan gigi tetangganya melebihi 1.5 cm. Gigi

berjejal parah adalah dimana rotasi gigi melebihi 45 derajat dan posisi gigi keluar

dari kontak proksimal dengan gigi tetangganya melebihi 1.5 cm.

l. Gigi ektopik adalah gigi yang terletak dalam rahang atau daerah lain dari

lengkung alveolaris seperti kondilus mandibularis, prosessus koronoideus,

palatum, sinus maksilaris dan rongga hidung, tempat-tempat yang relatif jauh dari

lengkung alveolaris.

4.7 Bahan dan Alat Penelitian

4.7.1 Alat

a. Sendok cetak sebagai alat yang digunakan untuk pencetakan gigi dan lengkung

rahang bawah.

b. Rubber bowl dan spatel untuk pengadukan bahan cetak dan bahan pengisi.

c. Lecron untuk pembuangan kelebihan bahan pencetakan, mengeluarkan dan

(31)

d. Scoope dan measurements ( ukuran powder alginate dan air )

e. Kaca mulut dan pus-pus

f. Kursi dental unit

g. Handuk

h. Kaliper digital Krisbow Brand model KW06-358 ( 150mm x 6” ) dengan

ketelitian 0,01 mm

Gambar 1: Kaliper digital

i. Penggaris dengan sisi sudut siku

(32)

j. Kalkulator

k. Kertas dan alat tulis

4.7.2 Bahan

a. Alginate ( Aroma Fine DF III Normal Set ) sebagai bahan untuk mencetak.

b. Die Stone Ultra Hard Type IV ( Ultra Hard Snowrock Die Stone UD ) sebagai

bahan pengisi cetakan.

c. Larutan Disinfektan Dettol untuk sterilisasi alat cetakan.

4.8 Prosedur Pengumpulan Data

4.8.1 Pemilihan Sampel

Sampel diperoleh dengan penyebaran kuesioner kepada mahasiswa Malaysia

FKG USU angkatan 2006/2007, 2007/2008, 2008/2009, 2009/2010 dan 2010/2011

yang harus memenuhi persyaratan yang telah ditentukan.

4.8.2 Cara Mendapatkan Model

a. Pencetakan untuk mendapatkan model dilakukan oleh operator yang sudah

terampil mencetak.

b. Subjek yang telah lulus seleksi diinstruksikan untuk duduk dalam keadaan rileks

dengan posisi rahang bawah sejajar dengan lantai dengan cara mensejajarkan

(33)

c. Sendok cetak dicobakan ke subjek dan dipilih sendok cetak yang sesuai dengan

lengkung rahang bawah subjek.

d. Setelah didapatkan sendok cetak yang sesuai dengan rahang bawah subjek,

operator mengaduk bahan cetak dengan perbandingan air dan bubuk sesuai

dengan petunjuk pabrik dan mengisikan ke dalam sendok cetak rahang bawah.

e. Dilakukan pencetakan pada rahang bawah subjek.

f. Hasil cetakan yang diperoleh segera diisi dengan gips keras (dental stone) yang telah diaduk dengan perbandingan air dan gips 1:5 (sesuai rasio pabrik).

g. Setelah keras, model dikeluarkan dari cetakan.

h. Model diberi label nomor.

4.8.3 Pengukuran Lebar Mesiodistal Dan Bukolingual

Metode pengukuran Goose (1963) digunakan dalam mengukur lebar mesiodistal

dan bukolingual dalam penelitian ini. Dimensi mesiodistal adalah dimensi terbesar

dari mesial ke distal dan sejajar dengan permukaan oklusal gigi. Dimensi bukolingual

pula adalah jarak terbesar antara permukaan bukkal (atau labial) pada bidang yang

tegak lurus dengan dimensi mesiodistal yang ditentukan sebelumnya.

Pengukuran mesiodistal gigi anterior dilakukan diantara titik kontak proksimal

gigi dengan gigi tetangganya. Kemudian hasil pengukuran mesiodistal yang didapati

dibagi dua (2) untuk mendapatkan titik tengah gigi anterior. Satu garis lurus dibuat

pada permukaan gigi mengikuti titik tengah yang dipanjangkan dari permukaan labial

ke lingual. Garis ini mewakili lebar bukolingual yang berada tegak lurus dengan garis

(34)

Pengukuran mesiodistal untuk gigi posterior dilakukan diantara titik kontak

proksimal gigi dengan gigi tetangga. Garis dibuat mengikut garis mesiodistal yang

diukur. Kemudian menggunakan penggaris dengan sudut siku, garis yang tegak lurus

dengan garis mesiodistal dibuat. Garis yang tegak lurus ini dipanjangkan sampai

permukaan bukkal dan lingual dan merupakan tempat diukurnya lebar bukolingual.

4.8.4 Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang valid, maka pada tiap sampel dilakukan

pengukuran tiga kali. Rata-rata dari ketiga pengukuran dibuat dan hasil pengukuran

dicatat pada kertas.

4.9 Pengolahan dan Analisa Data

Pengolahan dan analis data dilakukan dengan menggunakan SPSS 17 dengan

uji ANOVA dan t-test. Pengolahan dan analisa data pada penelitian adalah seperti berikut:

1. Dihitung rata-rata dan standard deviasi lebar mesiodistal dan bukolingual

gigi rahang bawah bagi setiap jenis kelamin dari Etnik Melayu, India dan

Cina.

2. Dibandingkan rata-rata lebar mesiodistal dan bukolingual gigi rahang

(35)

BAB 5

HASIL PENELITIAN

Hasil penelitian diperoleh berdasarkan pengukuran yang dilakukan terhadap

50 model rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG USU etnik Melayu, India dan

Cina TA 2006-2010.

Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan diperoleh 50 sampel yang

memenuhi kriteria.

Table 1 : KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI SAMPEL PENELITIAN

Etnik Jenis kelamin Total

Laki-laki perempuan

Melayu 9 8 17

India 8 13 21

Cina 6 6 12

Total 23 27 50

Sampel laki-laki 23 orang (46%) dan sampel perempuan 27 orang (54%). Sampel

etnik Melayu 17 orang (34%), etnik India 21 orang (42%) dan etnik Cina 12 orang

(36)

5.1 Seksual dimorfisme pada ukuran mesiodistal gigi rahang bawah etnik

Melayu, India dan Cina

Tabel 2, Tabel 3 dan Tabel 4 menunjukkan seksual dimorfisme pada ukuran

mesiodistal gigi rahang bawah pada etnik Melayu, India dan Cina.

Tabel 2: SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN MESIODISTAL GIGI RAHANG BAWAH ETNIK MELAYU

Melayu secara berurutan dari ukuran gigi terkecil pada laki-laki adalah gigi insisivus

sentralis (5,472 ± 0,337mm), gigi insisivus lateralis (5,983 ± 0,342mm), gigi kaninus

(7,180 ± 0,293mm), gigi premolar dua (7,396 ± 0,511mm), gigi premolar satu

(37)

gigi rahang bawah laki-laki adalah lebih besar dibanding perempuan dan berdasarkan

hasil analisis t-test adanya perbedaan yang signifikan (p<0,01) antara gigi kaninus laki-laki dan perempuan.

Tabel 3: SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN MESIODISTAL GIGI RAHANG BAWAH PADA ETNIK INDIA

secara berurutan dari ukuran gigi terkecil pada laki-laki adalah gigi insisivus sentralis

(38)

Rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah laki-laki pada etnik India juga

lebih besar dibanding perempuan. Hasil uji t-test didapati gigi kaninus dan molar satu menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,01) antara laki-laki dan perempuan.

Tabel 4: SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN MESIODISTAL GIGI RAHANG BAWAH PADA ETNIK CINA

Tabel 4 di atas menunjukkan ukuran mesiodistal gigi rahang bawah etnik Cina

secara berurutan dari ukuran gigi terkecil pada laki-laki adalah insisivus sentralis

(39)

Rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah laki-laki pada etnik

Cina juga lebih besar dibanding perempuan. Dari hasil uji t-test hanya gigi kaninus dan molar dua yang menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara

laki-laki dan perempuan.

5.2 Seksual dimorfisme pada ukuran bukolingual gigi rahang bawah

etnik Melayu, India dan Cina

Tabel 5, Tabel 6 dan Tabel 7 menunjukkan seksual dimorfisme pada ukuran

bukolingual gigi rahang bawah pada etnik Melayu, India dan Cina.

Tabel 5: SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN BUKOLINGUAL GIGI RAHANG BAWAH PADA ETNIK MELAYU

Melayu secara berurutan dari ukuran gigi terkecil pada laki-laki adalah insisivus

sentralis (6,328 ± 0,734mm), gigi insisivus lateralis (6,579 ± 0,657mm), gigi kaninus

(7,741 ± 0,597mm), gigi premolar satu (8,447 ± 0,680mm), gigi premolar dua

(8,799 ± 0,543mm), gigi molar dua (10,109 ± 0,493mm) dan gigi molar satu

(40)

(5,714 ± 0,346mm), gigi insisivus lateralis (6,210 ± 0,558mm), gigi kaninus

(7,163 ± 0,541mm), gigi premolar satu (7,710 ± 0,275mm), gigi premolar dua

(8,274 ± 0,353mm), gigi molar dua (9,786 ± 0,326mm) dan gigi molar satu

(9,838 ± 0,381mm).

Dari hasil penelitian dapat dilihat rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang

bawah laki-laki adalah lebih besar dibanding perempuan dan berdasarkan hasil

analisis t-test adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada gigi insisivus sentralis, gigi premolar satu, gigi premolar dua dan gigi molar satu antara laki-laki dan

perempuan.

Tabel 6: SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN BUKOLINGUAL GIGI RAHANG BAWAH PADA ETNIK INDIA

secara berurutan dari ukuran gigi terkecil pada laki-laki adalah insisivus sentralis

(6,455 ± 0,349mm), gigi insisivus lateralis (6,528 ± 0,355mm), gigi kaninus

(7,779 ± 0,499mm), gigi premolar satu (8,145 ± 0,511mm), gigi premolar dua

(41)

(10,614 ± 0,567mm), sedangkan pada perempuan adalah gigi insisivus sentralis

(6,125 ± 0,592mm), gigi insisivus lateralis (6,403 ± 0,383mm), gigi kaninus

(7,207 ± 0,267mm), gigi premolar satu (7,906 ± 0,255mm), gigi premolar dua

(8,471 ± 0,379mm), gigi molar dua (10,101 ± 0,415mm) dan gigi molar satu

(10,146 ± 0,500mm).

Rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah laki-laki pada etnik India

juga lebih besar dibanding perempuan. Namun, dari hasil uji t-test hanya gigi kaninus dan premolar dua yang menunjukkan perbedaan yang signifikan (p<0,05)antara

laki-laki dan perempuan.

Tabel 7: SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN BUKOLINGUAL GIGI RAHANG BAWAH PADA ETNIK CINA

Cina secara berurutan dari ukuran gigi terkecil pada laki-laki adalah adalah insisivus

sentralis (6,565 ± 0,730mm), gigi insisivus lateralis (6,843 ± 0,751mm), gigi kaninus

(7,802 ± 0,522mm), gigi premolar satu (8,170 ± 0,752mm), gigi premolar dua

(42)

(10,275 ± 0,786mm), sedangkan pada perempuan adalah gigi insisivus sentralis

(6,473 ± 0,180mm), gigi insisivus lateralis (6,620 ± 0,278mm), gigi kaninus

(7,658 ± 0,291mm), gigi premolar satu (8,032 ± 0,327mm), gigi premolar dua

(8,363 ± 0,200mm), gigi molar dua (9,805 ± 0,406mm) dan gigi molar satu

(10,015 ± 0,378mm).

Rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah laki-laki pada etnik

Cina juga lebih besar dibanding perempuan. Dari hasil uji t-test didapat tidak ada

perbedaan yang signifikan pada seluruh ukuran bukolingual gigi rahang bawah etnik

Cina antara laki-laki dan perempuan. Maka, hipotesis yang menyatakan adanya

perbedaan rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah antara laki-laki dan

(43)

5.3 Perbandingan rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah antara

etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki dan perempuan

Tabel 8 menunjukkan perbandingan rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang

bawah antara etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki dan perempuan.

(44)

Hasil uji statistik ANOVA (Tabel 8) terdapat perbedaan signifikan (p<0,05)

pada rata-rata ukuran mesiodistal gigi insisivus lateralis rahang bawah antara etnik

Melayu, India dan Cina pada perempuan dan perbedaan yang signifikan (p<0,05)

pada rata-rata ukuran mesiodistal gigi molar satu rahang bawah antara etnik Melayu,

India dan Cina pada laki-laki. Maka, hipotesa menyatakan adanya perbedaan rata-rata

ukuran mesiodistal gigi molar satu rahang bawah pada laki-laki dan gigi insisivus

lateralis rahang bawah pada perempuan antara ketiga etnik Melayu, India dan Cina

(45)

5.3 Perbandingan rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah

antara etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki dan perempuan

Tabel 9 menunjukkan perbandingan rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang

bawah antara etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki dan perempuan.

(46)

Hasil uji statistik ANOVA (Tabel 9) terdapat perbedaan yang signifikan

(p<0,05) pada rata-rata ukuran bukolingual gigi insisivus sentralis dan gigi kaninus

rahang bawah antara etnik Melayu, India dan Cina pada perempuan. Maka hipotesa

yang menyatakan adanya perbedaan rata-rata ukuran bukolingual gigi insisivus

sentralis dan kaninus rahang bawah pada perempuan antara ketiga etnik Melayu,

India dan Cina pada perempuan diterima. Hasil juga menunjukkan tidak ada

perbedaan signifikan pada rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah antara

etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki.

Grafik 2: PERBANDINGAN RATA-RATA UKURAN MESIODISTAL GIGI RAHANG BAWAH ANTARA ETNIK MELAYU, INDIA DAN CINA PADA LAKI-LAKI

Pada grafik 2 di atas dapat dilihat rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang

bawah pada laki-laki antara etnik Melayu, India dan Cina. Gigi anterior dan premolar

(47)

India pada laki-laki. Pada gigi premolar satu pula, didapati ukuran gigi pada etnik

India lebih besar dibanding kedua etnik lainnya. Pada gigi molar satu dan molar dua,

etnik India didapati mempunyai ukuran gigi yang paling besar.

Grafik 3: PERBANDINGAN RATA-RATA UKURAN MESIODISTAL GIGI RAHANG BAWAH ANTARA ETNIK MELAYU, INDIA DAN CINA PADA PEREMPUAN

Pada grafik 3 di atas dapat dilihat rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang

bawah pada perempuan antara etnik Melayu India dan Cina. Pada gigi insisivus

sentralis didapati ukuran gigi pada perempuan etnik India mempunyai ukuran gigi

terbesar diikuti etnik Cina dan Melayu. Gigi insisivus lateralis dan kaninus pada

perempuan etnik Cina didapati mempunyai ukuran mesiodistal terbesar diikuti gigi

dari etnik India dan Melayu. Ukuran mesiodistal gigi premolar satu pada perempuan

didapati kurang lebih sama pada ketiga etnik. Gigi premolar dua pula, didapati etnik

(48)

etnik Melayu perempuan menunjukkan ukuran mesiodistal terbesar dan pada gigi

molar dua etnik India mempunyai ukuran mesiodistal gigi terbesar.

Grafik 4: PERBANDINGAN RATA-RATA UKURAN BUKOLINGUAL GIGI RAHANG BAWAH ANTARA ETNIK MELAYU, INDIA DAN CINA PADA LAKI-LAKI

Pada grafik 4 di atas dapat dilihat rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang

bawah pada laki-laki antara etnik Melayu India dan Cina. Ukuran bukolingual pada

gigi anterior laki-laki etnik Cina didapati mempunyai ukuran gigi terbesar. Etnik

Melayu pula menunjukkan ukuran bukolingual gigi premolar satu terbesar diikuti

etnik Cina dan India. Ukuran bukolingual gigi premolar dua, molar satu dan molar

(49)

Grafik 5: PERBANDINGAN RATA-RATA UKURAN BUKOLINGUAL GIGI RAHANG BAWAH ANTARA ETNIK MELAYU, INDIA DAN CINA PADA PEREMPUAN

Pada grafik 5 di atas dapat dilihat rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang

bawah pada perempuan antara etnik Melayu India dan Cina. Dari grafik didapati

ukuran bukolingual gigi insisivus sentralis, gigi insisivus lateralis, gigi kaninus dan

gigi premolar satu paling besar pada etnik Cina diikuti etnik India dan Melayu. Gigi

premolar dua, molar satu dan molar dua pula, didapati ukuran bukolingual terbesar

(50)

BAB 6

PEMBAHASAN

Penelitian ini dilakukan melalui pengukuran terhadap 50 model rahang bawah

mahasiswa Malaysia FKG USU etnik Melayu, India dan Cina TA 2006-2010.

Sebelum dilakukan pengukuran, dibuat titik acuan pada elemen gigi yang akan diukur

yaitu pada daerah mesial dan distal serta bukal dan lingual untuk memudahkan

pengukuran mesiodistal dan bukolingual.

Data dianalisa berdasarkan uji statistik t-test dan ANOVA. Uji statistik t-test

digunakan untuk membandingkan rata-rata ukuran mesiodistal dan bukolingual

rahang bawah antara laki-laki dan perempuan pada etnik Melayu, India dan Cina. Uji

ANOVA digunakan untuk membandingkan rata-rata ukuran mesiodistal dan

bukolingual gigi rahang bawah antara etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki dan

perempuan.

6.1 Seksual dimorfisme pada ukuran mesiodistal gigi rahang bawah etnik

Melayu, India dan Cina

Hasil penelitian pada mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2006-2010

menunjukkan rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah laki-laki adalah lebih

besar daripada perempuan pada ketiga etnik Melayu, India dan Cina. Perbedaan ini

berkisar antara 0,1-1mm kecuali pada gigi molar satu dari etnik Melayu yang hanya

menunjukkan perbedaan rata-rata sebesar 0,059mm. Hasil ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Mohd Fadhli Khamis dkk terhadap populasi Malaysia

(51)

lebih besar dibandingkan perempuan.43 Beberapa penelitian pada populasi lain yang turut mendapatkan rata-rata ukuran mesiodistal gigi laki-laki lebih besar

dibandingkan perempuan: Laund H. Mornstad (1979) pada populasi Swedish; Lysel

dan Myrberg (1982) pada gigi permanen dan gigi desidui; Buschang PH (1988) pada

populasi Perancis Kanada mendapatkan perbedaan yang signifikan antara laki-laki

dan perempuan.4 Selmer-Olsen (1949), Garn et al (1964) dan Alvesalo (1971) mendapatkan hampir keseluruhan ukuran mahkota gigi permanen menunjukkan

laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan antara 2-4%.31

Hasil penelitian ini berhubungan dengan pengaruh kromosom seks X dan Y

terhadap ukuran gigi dengan pengaruh yang berbeda terhadap kuantitas

phenotypic.23,31 Menurut Alvesalo dan Tammisalo (1981), Alvesalo (1985) dan

Alvesalo et al (1991) kromosom Y merangsang pertumbuhan mahkota gigi terhadap

dentin dan enamel, sedangkan kromosom X hanya tertumpu pada pembentukan

enamel saja.23 Stroud (1994) menyatakan lapisan enamel dan dentin laki-laki relatif lebih besar dibanding perempuan yang relatif lebih kecil.24

Dari hasil pengukuran mesiodistal gigi rahang bawah etnik Melayu (Tabel 2),

satu-satunya gigi yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,01) antara laki-laki dan perempuan adalah gigi kaninus. Hasil penelitian lain yang

dilakukan pada populasi Malaysia oleh Mohd Fadhli Khamis dkk mendapatkan

adanya perbedaan yang signifikan pada gigi kaninus dengan tingkat kepercayaan 99%

(p<0,01). Gocoziano V et al (1984) dan Staley RN dan Hoag JF (1988) turut

mendapatkan hasil perbedaan yang signifikan pada rata-rata ukuran mesiodistal gigi

(52)

Rogers (1988) yang menyatakan gigi kaninus perempuan lebih meruncing dan sempit

dibanding laki-laki.34

Pada etnik India (Tabel 3), rata-rata ukuran mesiodistal gigi kaninus

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,01) antara laki-laki dengan perempuan. Ukuran mesiodistal gigi molar satu juga menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan (p<0,01) antara laki-laki dan perempuan. Hasil penelitian ini menyamai hasil penelitian Mohd Fadhli Khamis dkk yang mendapatkan adanya

perbedaan yang signifikan (p<0,01) pada gigi kaninus dan molar satu antara laki-laki

dan perempuan untuk kedua-dua gigi tersebut pada etnik India.43

Pada etnik Cina (Tabel 4), rata-rata ukuran mesiodistal gigi kaninus dan gigi

molar dua menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara laki-laki

dengan perempuan. Hasil penelitian ini menyamai hasil penelitian Mohd Fadhli

Khamis dkk yang mendapatkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,01 ) pada gigi

kaninus dan molar dua antara laki-laki dan perempuan etnik Cina.43

Berdasarkan hasil penelitian ini dan penelitian sebelumnya gigi kaninus

menunjukkan seksual dimorfisme yang paling besar dibanding gigi-gigi lain sehingga

menyebabkan gigi kaninus dapat dijadikan sebagai key teeth untuk tujuan identifikasi. Gigi kaninus mandibula merupakan gigi yang jarang terekspos dan rentan kepada

plak, kalkulus, abrasi akibat sikat gigi maupun tekanan oklusal yang berat dari gigi

(53)

6.2 Seksual dimorfisme pada ukuran bukolingual gigi rahang bawah

etnik Melayu, India dan Cina

Hasil penelitian pada mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2006-2010

menunjukkan rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah laki-laki adalah lebih

besar daripada perempuan pada ketiga etnik Melayu, India dan Cina. Perbedaan ini

berkisar antara 0,1-0,8mm. Penelitian yang dilakukan oleh Mohd Fadhli Khamis dkk

terhadap populasi Malaysia di Perak yang mendapatkan rata-rata bukolingual gigi

rahang bawah laki-laki adalah lebih besar dibandingkan perempuan.43 Beberapa penelitian pada populasi lain yang turut mendapatkan rata-rata ukuran bukolingual

gigi laki-laki lebih besar dibandingkan perempuan: Vodanovic M dkk (2006) pada

sisa kerangka populasi awal abad pertengahan dekat Osijek30; Suazo GI dkk pada populasi Chili.46

Dari hasil pengukuran bukolingual gigi rahang bawah etnik Melayu

(Tabel 5), gigi yang menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara

laki-laki dan perempuan adalah gigi insisivus sentralis, gigi premolar satu, gigi

premolar dua dan molar satu. Hasil penelitian lain yang turut dilakukan pada populasi

Malaysia oleh Mohd Fadhli Khamis dkk mendapatkan adanya perbedaan yang

signifikan (p<0,05) dan (p<0.01) pada gigi insisivus sentralis, gigi premolar satu, gigi

premolar dua dan molar satu. Ini mungkin berhubungan dengan jumlah sampel

penelitian ini yang lebih kecil dari penelitian Mohd Fadhli Khamis dkk yaitu

sebanyak 138 orang.43 Iscan dan Kedici(2003) dalam penelitian mereka pada ukuran

diameter bukolingual gigi permanen mahasiswa Turki juga menunjukkan perbedaaan

(54)

Pada etnik India (Tabel 6), rata-rata ukuran bukolingual gigi kaninus

menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara laki-laki dengan

perempuan. Hasil penelitian ini menyamai hasil penelitian Mohd Fadhli Khamis dkk

yang mendapatkan adanya perbedaan yang signifikan (p<0,01) pada gigi kaninus dan

premolar dua.43

6.3 Perbandingan rata-rata ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi

rahang bawah antara etnik Melayu, India dan Cina pada laki-laki

dan perempuan

Hasil pengukuran model studi rahang bawah mahasiswa Malaysia FKG USU

TA 2006-2010 didapatkan ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata ukuran

mesiodistal dan bukolingual gigi rahang bawah antara etnik Melayu, India dan Cina

pada setiap jenis kelamin. Hasil penelitian (Tabel 8) menunjukkan adanya variasi

urutan rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah antara etnik Melayu, India dan

Cina pada laki-laki dan perempuan dengan nilai signifikan (p<0,05) pada ukuran

mesiodistal gigi laki-laki dan insisivus lateralis pada perempuan. Pada ukuran

bukolingual pula (Tabel 9), terdapat perbedaan signifikan (p<0,05) pada gigi insisivus

sentralis dan gigi kaninus pada perempuan. Menurut Ho dan Freer (1994), gigi geligi

tidak hanya bervariasi pada jenis kelamin yang berbeda tetapi turut menunjukkan

variasi pada kelompok ras yang berbeda.6 Rata-rata ukuran mesiodistal dan

bukolingual gigi anterior rahang bawah laki-laki dan perempuan paling besar adalah

pada etnik Cina dibanding etnik Melayu dan India. Lavelle menyatakan ukuran gigi

(55)

jelas terlihat pada gigi anterior dan beberapa gigi posterior dimana etnik Cina dan

(56)

BAB 7

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian pada 50 mahasiswa Malaysia FKG USU TA 2006-2010

dari etnik Melayu, India dan Cina dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kesimpulan umum

1. Rata-rata ukuran mesiodistal dan bukolingual gigi rahang bawah laki-laki adalah

lebih besar dibandingkan perempuan pada ketiga etnik Melayu, India dan Cina.

2. Ada perbedaan signifikan pada ukuran mesiodistal gigi rahang bawah antara etnik

Melayu, India dan Cina pada laki-laki dan perempuan dan hanya terdapat

perbedaan signifikan pada ukuran bukolingual perempuan antara etnik Melayu,

India dan Cina.

Kesimpulan khusus

1. Rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang bawah menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan antara laki-laki dan perempuan hanya pada gigi kaninus pada etnik

Melayu, gigi kaninus dan molar satu pada etnik India dan gigi kaninus dan molar

dua pada etnik Cina.

2. Rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang bawah menunjukkan adanya perbedaan

yang signifikan antara laki-laki dan perempuan pada gigi insisivus sentralis, gigi

kaninus, gigi premolar satu, premolar dua dan molar satu pada etnik Melayu, gigi

kaninus dan premolar dua pada etnik India dan tiada perbedaan signifikan yang

(57)

3. Ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata ukuran mesiodistal gigi rahang

bawah yaitu gigi molar satu pada laki-laki dan gigi insisivus lateralis pada

perempuan etnik Melayu, India dan Cina.

4. Ada perbedaan yang signifikan pada rata-rata ukuran bukolingual gigi rahang

bawah yaitu gigi insisivus sentralis dan kaninus pada perempuan antara etnik

Melayu, India dan Cina.

7.2 Saran

Saran penulis dalam penelitian ini:

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan jumlah sampel yang lebih

banyak dan cakupan yang luas untuk mendapatkan Indeks Gigi Standard

dan persentase seksual dimorfisme gigi untuk populasi Malaysia.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan mendapatkan cetakan kedua

rahang atas dan bawah supaya dapat dilihat seksual dimorfisme pada

(58)

DAFTAR PUSTAKA

1. Dorland. Kamus Saku Kedokteran Dorland. Edisi 25. Alih bahasa. dr. Poppy

Kumala, dr. Sugiarto Komala, dr. Alexander H. Santoso, dr. Johannes Rubijanto

Sulaiman, dr. Yuliasari Rienita. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 1998:

319

2. Boaz K, Gupta C. Dimorphism in human maxillary and mandibular canines in

establishment of gender. J Forensic Dent Sci 2009; 1(1): 42-4.

3. Rai B, Anand S, Madan M, Dhattarwal S. Criteria for determination of sex from

mandible. J Dent Sci 2007; 4(2): 1-9

4. Kavitha H.Sex determination in teeth. Dissertation. Chennai: The Tamil Nadhu

Dr. M.G.R Medical University, 2005.

5. Sudeendra P,Ashith BA.Corrigendum to “Odontometric Sex Assesment in

Indians”.Forensic Sci Int.192(2009)129.e1-129.e5

6. Hussein KW.Variations in tooth size, dental arch dimensions and shape among

Malay School Children. Thesis. Kelantan: Universiti Sains Malaysia, 2008: 1-24

7. Mieke Sylvia MAR. Variasi normal ukuran gigi, rahang dan wajah penduduk

pulau Flores dan timor nusa tenggara timur. Majalah Ilmiah Kedokteran Gigi

Edisi Foril IV 1993: 460-67

8. Susan N. Al-Khateeb, Elham S. J. Abu Alhaija.Tooth Size Discrepancies and

(59)

9. Singh SP, Goyal A.Mesiodistal crown dimensions of the permanent dentition in North Indian children. J Indian Soc Pedod Prev Dent 2006;24:192-6

10.Anonymous.Microdontia.http://www.adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/mic

rodontia.pdf (19 November 2010)

11.Anonymous.Macrodontia.http://www.adulgopar.files.wordpress.com/2009/12/ma

crodontia.pdf (19 November 2010)

12.Gurkeerat Singh.Genetics in Orthodontics.In:Gurkeerat Singh,eds.Textbook of Orthodontics.Edisi 2.New Delhi:Jaypee Brothers Medical Publishers (P)

Ltd,2007:308

13.Rakosi T, Jonas I, Thomas M. Graber.Color Atlas of Dental Medicine

Orthodontic-Diagnosis.New York:Thieme Medical Publishers,1993:60

14.Kieser JA. Human Adults odontometrics. Melbourne: Cambridge University

Press, 1990: 17-8

15.B Prahl-Andersen, J Oerlemans.Characteristics of Permanent Teeth in Persons

with Trisomy G.J Dent Res. ;1976 (55):633-8

16. B Peretz, J Shapira, H Farbstein, E Arieli, and P Smith.Modification of tooth size

and shape in Down's syndrome.J Anat. 1996 February; 188(Pt 1): 167–172.

17.P J Dempsey, G C Townsend. Genetic and environmental contributions to

variation in human tooth size. Heredity 86 (2001) 685±693

18.Bailit HL.Dental variation among populations. An anthropologic view. Dent Clin

(60)

19. S. M. Garn, R. H. Osborne, L. Alvesalo,S. L. Horowitz.Maternal and Gestational Influences on Deciduous and Permanent Tooth Size. J Dent Res 59(2):142-143, February 1980.

20.A. H. Brook, R. C. Griffin, G. Townsend, Y. Levisianos, J. Russell, R. N.

Smith.Variability and patterning in permanent tooth size of four human ethnic

groups.Arch Oral Biol. 2009 Dec;54 Suppl 1:S79-85

21.Hölttä P, Alaluusua S, Saarinen-Pihkala UM, Peltola J, Hovi L.Agenesis and

microdontia of permanent teeth as late adverse effects after stem cell transplantation in young children. Cancer.2005 Jan 1;103(1):181-90.

22.Sağlam AM, Ozbaran HM, Sağlam AA. A comparison of mesio-distal crown dimensions

of the permanent teeth in subjects with and without fluorosis. Eur J Orthod. 2004 Jun;

26(3):279-81.

23.Townsend G, Alvesalo L, Brook A. Variation in the human dentition: Some past

advances and future opportunities. J Dent Res 2008; 87(9): 802-5

24.J. L. Stroud, P. H. Buschang, P. W. Goaz. Sexual dimorphism in mesiodistal

dentin and enamel thickness. Dentomaxillofacial Radiology, Vol 23, Issue 3,1994;169-171

25. Budiman JA, Yashadana EDD, Sadosa SD, Masbirin PI. Hubungan rasio anterior

dengan overjet dan overbite pada perawatan ortodontik. Jurnal Kedokteran Gigi

Universitas Indonesia 1997; 4(3): 19-25

26.Fitzgerald CM,Hillson S.Alternative methods of assessing tooth size in late

(61)

and Application in Dental Anthropology.New York:Cambridge University

Press,2008;365

27.Hillson S.Teeth.Edition 2.New York:Cambridge University Press,2005:264

28.Harila V, Heikkinen T, Alvesalo L. Deciduous tooth crown size in prematurely

born children. Early Hum Dev. 2003 Dec; 75(1-2):9-20.

29.Rai B, Anand SC. Gender determination by diagonal distances of teeth. J Biological Anthropology 2007; 1(1): 1-8

30.Vodavonic M et al. Odontometrics: A useful method for sex determination in an

archaeological skeletal population?. J Archaeological Sci 2007; 34: 905-13

31.Lahdesmaki R. Sex chromosomes in human tooth root growth. Dissertation.

Oulun Yliopisto: University of Oulu, 2006: 1-30

32.L. Alvesalo, E. Tammisalo, G. Townsend. Upper central incisor and canine tooth

crown size in 47, XXY males. JDR July 1991 vol. 70 no. 7 1057-60

33.R. Lähdesmäki, L. Alvesalo. Root lengths in 47, XXY males' permanent teeth. J Dent Res 2004 83: 771.

34.Price S. A radiographic study of the impact of race and sex on 1st and 2nd molar

development. Thesis. Lousiana: B.A Drew University, 2005: 14-6

35.Alvesalo L. Sex chromosomes and human growth - A dental approach. Hum

Genet (1997) 101 : 1–5

36.Arrasjid C. Pengantar ke antropologi budaya Indonesia. Terbitan Kedua. Medan:

Fakultas Hukum USU, 1972: 10-2

Gambar

Grafik 1. PERSENTASE SEKSUAL DIMORFISME PADA TULANG
Gambar 2 : Penggaris dengan sudut siku
Table 1 :  KARAKTERISTIK SOSIODEMOGRAFI SAMPEL PENELITIAN
Tabel 2: SEKSUAL DIMORFISME PADA UKURAN MESIODISTAL GIGI RAHANG BAWAH ETNIK MELAYU
+7

Referensi

Dokumen terkait

Setelah dilakukan pengukuran, diperoleh rerata ukuran lengkung gigi rahang bawah mahasiswa FKG USU ras Deutro-Melayu dalam arah transversal (lebar interkaninus, intermolar

Zakiah Novrida : Ukuran Dan Bentuk Lengkung Gigi Rahang Bawah Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara, 2007... Zakiah Novrida : Ukuran Dan Bentuk

Hasil ukuran rata-rata dimensi rahang atas masyarakat Malaysia pada etnik India dapat digunakan sebagai data primer untuk menunjang Ilmu Kedokteran Gigi...

tentang ukuran dimensi rahang atas yang meliputi ukuran panjang, tinggi, lebar (inter. kaninus dan inter molar) dan keliling (anterior dan posterior) terhadap etnik

Tabel 1: Rata-rata perbedaan panjang gigi molar pertama rahang bawah sebelum perawatan dan setelah perawatan ortodonti baik pada kasus pencabutan atau tanpa pencabutan

Panjang lengkung gigi diukur dari pertengahan gigi insisivus sentralis tegak lurus terhadap garis yang menghubungkan puncak tonjol kaninus dan puncak tonjol disto-bukal gigi

Sementara itu pengukuran lengkung gigi rahang bawah pada ras Deutro-Melayu yaitu suku Aceh (kecuali Gayo), Jawa, Minangkabau, Bali, Sunda, Palembang dan Makassar di FKG USU

Hasil pengukuran lebar lengkung gigi rahang bawah secara transversal yang dikategorikan sebagai L33, L66 dan L77 pada suku Mongondow (Tabel 3) terdapat perbedaan yang