UKURAN DIMENSI RAHANG ATAS PADA ETNIK
INDIA MALAYSIA USIA 21-28 TAHUN
DI MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
NIROSA S.SANKAR
NIM: 110600183
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Biologi Oral
Tahun 2015
Nirosa S Sankar
Ukuran Dimensi Rahang Atas pada Etnik India Malaysia Usia 21-28 tahun di
Medan
x + 41 halaman
Pengukuran dimensi rahang atas adalah pengukuran yang meliputi panjang
rahang, tinggi rahang, lebar inter kaninus, lebar inter molar, keliling anterior, keliling
posterior. Pengukuran dimensi rahang memiliki implikasi yang cukup besar dalam
diagnosis dan perencanaan perawatan di bidang kedokteran gigi. Beberapa penelitian
telah menemukan bahwa komponen anatomi, fitur wajah dan karakteristik maloklusi
mempunyai korelasi yang erat dengan ras. Hal ini dapat memengaruhi rencana
perawatan yang dilakukan pada rongga mulut karena masyarakat dari kelompok etnik
yang berbeda mempunyai ukuran rahang yang berbeda dan dokter gigi harus dapat
mengantisipasi perbedaan ukuran dan bentuk tersebut. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui ukuran rerata dimensi rahang atas dan mengetahui perbedaan rerata
ukuran dimensi rahang atas antara laki-laki dan perempuan pada etnik India
mahasiwa Malaysia FKG USU. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif analitik
dengan desain studi cross sectional. Pengukuran dimensi rahang atas pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode kombinasi Bishara (2001) dan Moyers (1988).
Hasil penelitian ini diperoleh ukuran rerata dimensi rahang atas: panjang rahang
35,16 ± 2,46 mm, tinggi rahang 21,72 ± 1,93 mm, lebar inter kaninus 35,16 ± 1,68
mm, lebar inter molar 52,74 ± 2,59 mm, keliling anterior 47,33 ± 3,61 mm dan
keliling posterior 97,76 ± 5,00 mm. Berdasarkan hasil analisis uji T, terdapat
kaninus, lebar inter molar, keliling anterior, dan keliling posterior antara laki-laki dan
perempuan.
Kata kunci : Dimensi Rahang Atas, Etnik India
UKURAN DIMENSI RAHANG ATAS PADA ETNIK
INDIA MALAYSIA USIA 21-28 TAHUN
DI MEDAN
SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi
syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi
Oleh:
NIROSA S.SANKAR
NIM: 110600183
FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
PERNYATAAN PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan
di hadapan tim penguji skripsi
Medan, 15 Juli 2015
Pembimbing : Tanda tangan
Yendriwati, drg., M.Kes ………....
TIM PENGUJI SKRIPSI
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji
pada tanggal 15 Juli 2015
TIM PENGUJI
KETUA : Yendriwati,drg.,M.Kes
ANGGOTA : 1. Minasari Nst, drg., MM
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai
salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran Gigi pada Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara di Medan.
Dengan kerendahan hati penulis mengucapkan terimakasih kepada
Yendriwati, drg, M.Kes selaku pembimbing skripsi yang telah banyak meluangkan
waktu, tenaga dan pikirannya dan dengan sabar memberikan bimbingan, saran dan
motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya penulis ucapkan kepada kedua orangtua tercinta,
S. Sankar dan Inthra Rani yang telah memberikan kasih sayang tidak terbalas, doa,
semangat, dukungan dan bantuan baik moral maupun materi yang senantiasa
diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan pendidikan ini.
Selama proses pembuatan skripsi ini, penulis telah banyak mendapatkan
bimbingan, saran, bantuan, serta doa dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini,
penulis dengan segala kerendahan hati dan dengan tulus mengucapkan rasa terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Prof. Nazruddin, drg., Sp. Ort, Ph.D selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
2. Rehulina Ginting, drg., Msi., selaku Ketua Departemen Biologi Oral
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.
3. Seluruh staf pengajar Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokeran Gigi
Universitas Sumatera Utara Lisna Unita R, drg, M.Kes, Minasari, drg, MM, Dr.
Ameta Primasari, drg, M.DSc, M. Kes, dan Yumi Lindawati, drg., MDSc yang telah
memberikan saran, masukan dan semangat dalam penyelesaian skripsi.
4. Staf Departemen Biologi Oral, khususnya Kak Ngaisah dan Kak Dani yang
telah membantu dalam hal administrasi penulis sehingga skripsi ini dapat
5. Hendry Rusdy, drg., Sp.BM., selaku Dosen Pembimbing Akademis yang
telah membimbing dan mengarahkan penulis selama menjalani pendidikan di
Fakultas Kedokteran Gigi USU.
6. Seluruh Staf Pengajar Fakultas Kedokteran Gigi USU atas bimbingan yang
telah diberikan selama penulis menjalankan kuliah.
7. Maya Fitria, SKM., M.Kes dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Sumatera Utara yang telah memberikan waktu dan bimbingan dalam rancangan
penelitian dan pengolahan data.
8. Teman-teman seperjuangan yang melaksanakan penulisan skripsi di
Departemen Biologi Oral Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara
Ashvinaa, Elisabeth, Bowo, Ayu, Frischa, Agnes, Raeesa, Shinta, Steffi, Melissa,
Cassie, Stanley, Widya, Dwi, Kak Thelia, Kak May, Kak Michelle, Bang Yosua,
Bang Balan atas dukungan dan bantuannya selama pengerjaan skripsi.
9. Teman-teman terdekat terutama Rogini, Yoges, Harindren, Sivakumar,
Ragunathan, Shalini, Thivyah, Dhashini, Navisha, Dharsheni, Vinoshini dan juga
teman-teman angkatan 2011 yang tidak dapat disebutkan satu per satu atas segala
bantuan, perhatian, dukungan, dan dorongan semangat yang diberikan dari awal
hingga akhir penulisan skripsi ini.
Semoga Tuhan Yang Maha Esa membalas kebaikan dan memberikan
kemudahan kepada kita. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, penulis menerima dengan terbuka berbagai kritik dan
saran yang membangun dari semua pihak. Akhir kata, penulis mengharapkan semoga
skripsi ini dapat menjadi sumbangan buah pikiran yang berguna bagi fakultas,
pengembangan ilmu kedokteran gigi dan masyarakat.
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ...
HALAMAN PERSETUJUAN ...
HALAMAN TIM PENGUJI SKRIPSI ...
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.7 Alat dan Bahan Penelitian 3.7.1 Alat Penelitian ... 18
3.8.2.5 Pengukuran Keliling Anterior Rahang Atas ... 23
3.8.2.6 Pengukuran Keliling Posterior Rahang Atas ... 23
3.9 Pengolahan dan Analisis Data 3.9.1 Pengolahan Data... 24 Mahasiswa Malaysia FKG USU Berdasarkan Jenis Kelamin 5.2.1 Panjang Rahang ... 32
5.2.3 Lebar Inter Kaninus... 33
5.2.4 Lebar Inter Molar ... 34
5.2.5 Keliling Anterior ... 34
5.2.6 Keliling Posterior ... 35
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 37
6.2 Saran ... 37
DAFTAR PUSTAKA ... 39
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1 Arah pertumbuhan maksila searah dengan panah ... 5
2 Cara pengukuran dimensi rahang atas... 9
3 Alat penelitian ... 19
4 Pengukuran panjang rahang atas (dokumentasi) ... 20
5 Pengukuran tinggi rahang atas (dokumentasi) ... 21
6 Pengukuran lebar inter kaninus (C-C1) (dokumentasi) ... 22
7 Pengukuran lebar inter molar (M-M1) (dokumentasi) ... 22
8 Pengukuran keliling anterior rahang atas (AC1) (dokumentasi) ... 23
9 Pengukuran keliling posterior rahang atas (PC1) (dokumentasi) ... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Skema Alur Pikir
2. Skema Alur Penelitian
3. Lembar Penjelasan Kepada Subjek Penelitian
4. Lembar Persetujuan Setelah Penjelasan (Informed Consent) 5. Kuesioner Penelitian
6. Surat Persetujuan Komisi Etik
7. Data Hasil Penelitian
8. Lembar Analisa Statistik
Fakultas Kedokteran Gigi
Departemen Biologi Oral
Tahun 2015
Nirosa S Sankar
Ukuran Dimensi Rahang Atas pada Etnik India Malaysia Usia 21-28 tahun di
Medan
x + 41 halaman
Pengukuran dimensi rahang atas adalah pengukuran yang meliputi panjang
rahang, tinggi rahang, lebar inter kaninus, lebar inter molar, keliling anterior, keliling
posterior. Pengukuran dimensi rahang memiliki implikasi yang cukup besar dalam
diagnosis dan perencanaan perawatan di bidang kedokteran gigi. Beberapa penelitian
telah menemukan bahwa komponen anatomi, fitur wajah dan karakteristik maloklusi
mempunyai korelasi yang erat dengan ras. Hal ini dapat memengaruhi rencana
perawatan yang dilakukan pada rongga mulut karena masyarakat dari kelompok etnik
yang berbeda mempunyai ukuran rahang yang berbeda dan dokter gigi harus dapat
mengantisipasi perbedaan ukuran dan bentuk tersebut. Tujuan penelitian ini adalah
untuk mengetahui ukuran rerata dimensi rahang atas dan mengetahui perbedaan rerata
ukuran dimensi rahang atas antara laki-laki dan perempuan pada etnik India
mahasiwa Malaysia FKG USU. Jenis penelitian adalah penelitian deskriptif analitik
dengan desain studi cross sectional. Pengukuran dimensi rahang atas pada penelitian ini dilakukan menggunakan metode kombinasi Bishara (2001) dan Moyers (1988).
Hasil penelitian ini diperoleh ukuran rerata dimensi rahang atas: panjang rahang
35,16 ± 2,46 mm, tinggi rahang 21,72 ± 1,93 mm, lebar inter kaninus 35,16 ± 1,68
mm, lebar inter molar 52,74 ± 2,59 mm, keliling anterior 47,33 ± 3,61 mm dan
keliling posterior 97,76 ± 5,00 mm. Berdasarkan hasil analisis uji T, terdapat
kaninus, lebar inter molar, keliling anterior, dan keliling posterior antara laki-laki dan
perempuan.
Kata kunci : Dimensi Rahang Atas, Etnik India
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dimensi rahang atas meliputi pengukuran panjang rahang, tinggi rahang,
lebar inter kaninus, lebar inter molar, keliling anterior dan keliling posterior.1 Pengukuran dimensi rahang memiliki implikasi yang cukup besar dalam diagnosis
dan perencanaan perawatan di bidang kedokteran gigi, hal ini untuk mengetahui
ruang yang tersedia, untuk mendapatkan estetika gigi dan stabilitas gigi-geligi yang
baik.2 Informasi mengenai ukuran dimensi rahang berguna dalam pelbagai bidang kedokteran gigi.3
Faktor-faktor seperti keturunan, tumbuh kembang, usia, pola makan, fungsi
mastikasi, dimorfisme seksual dan latar belakang etnis dapat memengaruhi dimensi
rahang.1 Ukuran normal titik-titik referensi pada dimensi rahang setiap ras perlu diketahui karena setiap ras memiliki pola dan ciri-ciri yang berbeda antara satu sama
lainnya sehingga pola tersebut tidak dapat digunakan sebagai standar untuk suatu ras
tertentu.4
Secara umum, lengkung gigi awalnya dibentuk sesuai dengan konfigurasi
yang mendukung tulang dan setelah pertumbuhan gigi oleh kekuatan fungsional intra
oral dan otot-otot sirkum oral. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa
komponen anatomi, fitur wajah dan karakteristik maloklusi mempunyai korelasi yang
erat dengan ras. Hal ini dapat memengaruhi rencana perawatan yang dilakukan pada
rongga mulut karena masyarakat dari kelompok etnik yang berbeda mempunyai
ukuran rahang yang berbeda dan dokter gigi harus dapat mengantisipasi perbedaan
ukuran dan bentuk tersebut.3
Malaysia terdiri atas berbagai etnis. Kelompok etnis terbesar di Malaysia
kelompok ras Mongoloid sedangkan etnik India termasuk dalam kelompok ras
Kaukasoid.5
Beberapa titik referensi pada dimensi rahang telah dijelaskan dan dibahas
oleh peneliti yang berbeda, namun kesepakatan universal mengenai bagaimana
menentukan lengkung gigi belum tercapai.6 Abdulmawjood dkk (2005) telah melakukan penelitian pada remaja Iraq yang termasuk dalam golongan ras
Kaukasoid, menyatakan bahwa rata-rata lebar inter molar maksila 52,86 ± 4,03 mm.7 Menurut penelitian Ling dkk (2007) yang dilakukan pada remaja di Hong Kong (ras
Mongoloid) menyatakan bahwa rata-rata lebar inter molar maksila 45,52 ± 0,24 mm.6 Hal ini jelas menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada ukuran
dimensi rahang atas yaitu lebar inter molar antara ras Mongoloid dan Kaukasoid. Hal
ini membuktikan bahwa ukuran normal yang ditentukan pada suatu kelompok etnik
tertentu tidak dapat digunakan untuk kelompok etnik lain.3
Berdasarkan uraian di atas, diperoleh bahwa masih sedikit data penelitian
tentang ukuran dimensi rahang atas yang meliputi ukuran panjang, tinggi, lebar (inter
kaninus dan inter molar) dan keliling (anterior dan posterior) terhadap etnik India
pada populasi Malaysia di Medan, maka peneliti sebagai mahasiswa Malaysia FKG
USU merasa tertarik untuk melakukan penelitian ini.
1.2 Rumusan Masalah
Dari uraian diatas dapat dirumuskan masalah:
1. Berapakah ukuran dimensi rahang atas yaitu panjang rahang, tinggi
rahang, lebar inter kaninus, lebar inter molar, keliling anterior dan keliling posterior
pada etnik India mahasiswa Malaysia FKG USU.
2. Apakah terdapat perbedaan rerata ukuran dimensi rahang atas mahasiswa
Malaysia FKG USU antara laki-laki dan perempuan pada etnik India.
1.3 Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ukuran dimensi rahang atas yaitu panjang rahang,
tinggi rahang, lebar inter kaninus, lebar inter molar, keliling anterior dan keliling
posterior pada etnik India mahasiwa Malaysia FKG USU.
2. Untuk mengetahui perbedaan rata-rata ukuran dimensi rahang atas
mahasiswa Malaysia FKG USU antara laki-laki dan perempuan pada etnik India.
1.4 Hipotesis
Terdapat perbedaan rata-rata ukuran dimensi rahang atas pada etnik India
mahasiswa Malaysia FKG USU antara laki-laki dan perempuan.
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah:
a. Manfaat teoritis
Hasil yang diperoleh dapat memberikan informasi dan menambah
pengetahuan mengenai standar dan karakterisktik ukuran dimensi rahang atas
masyarakat Malaysia pada etnik India baik laki-laki maupun perempuan.
b. Manfaat Praktis
Untuk menunjang Ilmu Kedokteran Gigi di klinik seperti di bagian
Prostodonsia dimana membantu dokter gigi dalam pemilihan bentuk dan ukuran
sendok cetak yang sesuai dan untuk pemilihan anasir gigi tiruan dan sebagai data
pendukung dalam bidang kedokteran gigi lainnya yaitu bidang Ortodonsia, Bedah
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pertumbuhan dan Perkembangan Rahang
Tumbuh-kembang adalah suatu proses keseimbangan dinamik antara bentuk
dan fungsi. Prinsip dasar tumbuh-kembang antara lain berkesinambungan, sesuai
dengan deposisi dan resorpsi serta perubahan ukuran dan bentuk. Selama
perkembangan suatu mahkluk hidup terjadi pertumbuhan, dalam arti ukuran
bertambah besar dan terjadi perubahan bentuk sedangkan peningkatan kompleksitas
fungsi merupakan proses perkembangan.1 Setiap orang mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda, sehingga tidak ada manusia yang mempunyai ukuran dan bentuk
lengkung rahang yang sama persis.8
Sewaktu lahir, kepala membentuk sekitar seperempat dari tinggi total tubuh.
Pada orang dewasa, kepala membentuk seperdelapan dari tinggi total tubuh. Oleh
karena itu, dari lahir sampai maturitas, tubuh tentunya bertumbuh lebih pesat baik
pada proporsi maupun ukuran dibandingkan kepala. Pada kebanyakan individu,
kecepatan umum dari pertumbuhan tubuh mengikuti suatu pola, walaupun ada
variasi pada saat tahapan pola yang berbeda. Pada bayi, pertumbuhan berlangsung
dengan kecepatan yang relatif tinggi, melambat secara progresif selama masa
kanak-kanak untuk mencapai kecepatan minimal pada periode prapubertas. Laju
pertumbuhan kemudian meningkat kembali selama pubertas dan akhirnya lambat
sampai ke maturitas. Usia kapan tahap-tahap pertumbuhan ini terjadi dan berakhir
adalah bervariasi antar individu dan antar jenis kelamin.9
Tulang maksila terhubung dengan beberapa tulang diantaranya tulang
frontalis, zigomatik dan sfenoid melalui sutura yang berisi jaringan ikat. Maksila
tumbuh ke segala dimensi terutama karena adanya aposisi tulang pada sutura sekitar
maksila, remodeling permukaan tulang dan pergeseran secara pasif karena perubahan pada basis kranial. Ukuran maksila dalam jurusan vertikal bertambah karena
sesuai dengan pertumbuhan maksila ke bawah yang diikuti oleh aposisi pada
permukaan yang menghadap ke rongga mulut dan resorpsi pada permukaan yang
menghadap ke dasar rongga hidung. Lengkung palatal bertambah dalam dengan
adanya pertumbuhan prosesus alveolaris.10 Palatum dibentuk dengan kontribusi dari prosesus maksilaris dan prosesus fronto-nasalis. Prosesus maksilaris membentuk
palatum keras (palatum durum) pada tiga perempat bagian anterior sedangkan bagian posterior palatum tidak terjadi penulangan dan membentuk palatum lunak (palatum
molle).3 Menurut Heasman (2004), pertumbuhan maksila berhenti pada usia 17 tahun
untuk laki-laki dan rata-rata 2 tahun lebih awal pada perempuan.11
Beberapa peneliti berpendapat bahwa mandibula dapat dipandang sebagai
tulang panjang dengan dua prosesus untuk pelekatan otot dan prosesus alveolaris
untuk tempat gigi. Osifikasi endokondral pada kondili menyumbang pertumbuhan
mandibula ke arah posterior. Aposisi dan remodeling di tempat-tempat lain menyebabkan mandibula bertambah besar sesuai dengan bentuknya. Pada usia 1
tahun, kedua simfisis mandibula telah menyatu dan tidak memberi sumbangan pada
pertumbuhan.10
Arah pertumbuhan mandibula ke bawah dan ke depan. Pertambahan panjang
mandibula disebabkan adanya aposisi di sisi posterior ramus dan terjadi resorpsi di
sisi anterior ramus. Pertambahan tinggi korpus mandibula sebagian besar disebabkan
adanya pertumbuhan tulang alveolaris. Dagu menjadi lebih menonjol karena
mandibula memanjang dan terdapat sedikit penambahan tulang pada dagu tetapi tidak
terjadi lagi sesudah masa remaja. Menurut Heasman (2004), pertumbuhan mandibula
berakhir pada usia sekitar 17 tahun untuk perempuan dan sekitar 2 tahun kemudian
untuk laki-laki.11
2.1.1 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pertumbuhan dan
Perkembangan Rahang
Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
rahang yaitu genetik, lingkungan, jenis kelamin dan ras.1,3,12,14,15,16,17,26,27 a) Faktor ras
Mohammad H.A dkk (2011) menyatakan bahwa kelompok ras yang berbeda
akan menunjukkan ukuran dimensi rahang yang bervariasi.4 Menurut penelitan Buris dkk (2000) juga menyatakan bahwa ras yang berbeda akan menampilkan ukuran
lengkung rahang yang berbeda.17 b) Faktor genetik
Genetik mempunyai pengaruh yang penting dalam menentukan variasi
ukuran dan bentuk lengkung gigi, tulang alveolar dan tengkorak, maka untuk
mendapatkan data yang valid perlu dilakukan penelitian suatu suku dengan keturunan
dua generasi yaitu pengambilan sampel dengan melihat kesamaan suku dari orang tua
(ayah dan ibu) dan kakek-nenek dari kedua orang tua (ayah dan ibu) sampel. Menurut
penelitian Cassidy (1998) diperoleh data bahwa hubungan bagian bukal yaitu molar
pertama antara maksila dan mandibular dalam arah sagital pada remaja yang
mempunyai hubungan biologis lebih serupa, daripada remaja yang tidak ada
c) Faktor lingkungan
Lingkungan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan
rahang. Faktor lingkungan tersebut adalah nutrisi, kebiasaan oral dan fisik.1,14,15,16,26,27 i) Nutrisi/Gizi
Perbedaan kebiasaan makan menyebabkan perbedaan asupan gizi dan nutrisi
terutamanya kalsium. Kalsium berperan dalam proses tumbuh kembang. Perbedaan
konsumsi nutrisi memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan rahang.26,27 ii) Kebiasaan oral
Kebiasaan oral yang memengaruhi pertumbuhan rahang antara lain menghisap
ibu jari atau jari-jari tangan, menghisap dot, bernafas dari mulut, dan penjuluran
lidah. Hasil penelitian Anzar dkk (2006), menunjukkan kebiasaan menghisap jari
untuk jangka waktu yang panjang akan menyebabkan peningkatan jarak inter molar
mandibular. Mereka juga menyebutkan bahwa kebiasaan menghisap mainan akan
menyebabkan pengurangan ukuran lengkung gigi maksila terutama di bagian kaninus
dan kebiasaan bernafas melalui mulut menyebabkan pengurangan ukuran lengkung
gigi pada rahang atas dan bawah.14 Peran kebiasaan oral tergantung dari frekuensi, intensitas, dan lama durasi. Dampak perubahan dapat mengenai seluruh morfologi
fasial yakni mengenai gigi, rahang, dan skeletal fasial.1 iii) Fisik
Selain itu, otot pengunyahan yang kuat meningkatkan mekanisme
pengunyahan rahang dan memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang yang
mengakibatkan peningkatan pertumbuhan rahang.15 Hal ini didukung oleh penelitian Kiliaridis dkk (2003) terdapat hubungan antara ukuran otot-otot pengunyahan dengan
lebar kraniofasial. Hasil penelitiannya didapati bahwa laki-laki yang mempunyai otot
masseter lebih tebal mempunyai rahang yang lebih besar dari perempuan yang
mempunyai otot masseter yang tipis.16 d) Jenis Kelamin
Ukuran rahang pada laki-laki lebih besar daripada perempuan, hal ini
disebabkan karena laki-laki mempunyai ukuran wajah yang lebih besar dan
Mohammad dkk (2011) menyatakan bahwa ukuran rahang laki-laki didapati lebih
besar jika dibandingkan dengan ukuran rahang perempuan.4
2.2 Dimensi Rahang
Menurut Nakata (1988), Ross-Powell (2000) dan Bishara (2001),
menyatakan bahwa dimensi rahang adalah lebar inter kaninus, lebar inter molar,
panjang, dan keliling lengkung gigi. Sedangkan Moyers (1988), menyatakan bahwa
dimensi rahang terdiri dari lebar inter kaninus, lebar inter molar, tinggi rahang,
keliling atau perimeter lengkung rahang, overbite dan overjet.1
2.2.1 Panjang Rahang
Menurut Hassanali dan Odhiambo (2000) dan Mohammad H.A dkk (2011),
panjang rahang diukur dari titik tengah papila insisal tegak lurus hingga garis yang
menghubungkan margin distal molar pertama permanen.4,18
2.2.2 Tinggi Rahang
Menurut Mohammad H.A dkk (2011), ketinggian rahang diukur dari titik
tengah yang menghubungkan distal margin molar pertama permanen dengan garis
tegak lurus dari insisisal papila.4,18
2.2.3 Lebar Inter kaninus
Titik referensi untuk mengukur lebar inter kaninus sangat bervariasi.
Menurut Alleva (1979), titik referensi untuk mengukur lebar inter kaninus adalah titik
kontak mesial gigi kaninus kanan ke kaninus kiri, sedangkan Moyers (1988) dan
2.2.4 Lebar Inter molar
Menurut Mohammad H.A (2011) dan Hassanali dan Odhiambo (2000),
lebar inter molar diukur dari alur bukal pada permukaan oklusal pada gigi molar
pertama kanan ke molar pertama kiri.4,18
2.2.5 Keliling Anterior
Keliling anterior rahang diukur dari sudut kecembungan maksimum pada
kaninus kanan ke kaninus kiri di sepertiga tengah dari permukaan bukal sepanjang
gigi anterior.4,18
2.2.6 Keliling Posterior
Keliling posterior rahang diukur dari sudut kecembungan maksimum pada
molar pertama kanan ke molar pertama kiri di sepertiga tengah dari permukaan bukal
sepanjang lengkung gigi.4,18
Gambar 2. PL (Palatal Length), PD (Palatal Depth),
C - C1 (Inter Canine Distanc), M-M1
(Inter Molar Dista nce), AC1(Anterior
Arch Circumference), PC1 ( Posterior
2.3 Latar Belakang Masyarakat Malaysia
Dalam Ensiklopedi Indonesia disebutkan istilah etnik berarti kelompok
sosial dalam sistem sosial atau kebudayaan yang mempunyai arti atau kedudukan
tertentu karena keturunan, adat, agama, bahasa, dan sebagainya. Anggota-anggota
suatu kelompok etnik memiliki kesamaan dalam hal sejarah (keturunan), bahasa (baik
yang digunakan ataupun tidak), sistem nilai, serta adat-istiadat dan tradisi.
Menurut Frederich Barth (1988) istilah etnik menunjuk pada suatu kelompok
tertentu yang karena kesamaan ras, agama, asal-usul bangsa, ataupun kombinasi dari
kategori tersebut terikat pada sistem nilai budayanya.19 Masyarakat Malaysia merupakan masyarakat multietnik. Jumlah penduduk Malaysia mencapai 30 juta jiwa.
Diantara 3 etnik terbesar di Malaysia adalah etnik Melayu (50,4%), etnik Cina
(23,7%) dan etnik India (7,1%).Etnik Melayu dan Cina termasuk dalam kelompok
ras Mongoloid sedangkan etnik India termasuk dalam kelompok ras Kaukasoid.5 Masyarakat Malaysia pada asalnya terbagi kepada dua fase yaitu prasejarah
dan modern Terdapat dua model yang berguna dari fase prasejarah untuk
menggambarkan populasi yang bermigrasi dan populasi origin. Jacob (1997)
memperkenalkan dual layer model dimana pertama menyatakan perpindahah dan masuknya orang-orang Mongoloid ke Asia Tenggara melalui China Selatan sewaktu
periode Neolitik telah menyebabkan pencampuran genetik baru terhadap penduduk
asal yang pada mulanya memiliki profil seperti orang Australomelanesoid. Model
kedua menyatakan bahwa penduduk Asia Tenggara modern berasal dari orang-orang
terdahulu yang tinggal di Sundaland yang mengalami perubahan evolusi lokal tanpa
pencampuran genetik. Menurut Zainuddin (2003) sejarah modern populasi Malaysia
termasuklah migrasi orang-orang Cina dari Cina Selatan dan orang-orang India dari
India Selatan ke Malaysia sewaktu abad ke-19. Migrasi etnik Cina dan India ini
2.4 Landasan Teori
Tumbuh kembang adalah suatu proses keseimbangan dinamik antara bentuk
dan fungsi. Setiap orang mempunyai pola pertumbuhan yang berbeda, sehingga tidak
ada yang mempunyai ukuran dan bentuk lengkung rahang yang sama persis.1,8
Tulang maksila terhubung dengan beberapa tulang diantaranya tulang
frontalis, zigomatik dan sfenoid melalui sutura yang berisi jaringan ikat. Maksila
tumbuh ke segala dimensi terutama karena adanya aposisi tulang pada sutura sekitar
maksila, remodeling permukaan tulang dan pergeseran secara pasif karena perubahan pada basis kranial.10 Prosesus maksilaris membentuk palatum keras atas (palatum
durum) pada tiga perempat bagian anterior sedangkan bagian posterior palatum tidak
terjadi penulangan dan membentuk palatum lunak (palatum molle).3 Beberapa faktor yang mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan rahang yaitu genetik,
lingkungan, jenis kelamin dan ras.1,3,12,14,15,16,,17,26,27
Menurut Moyers (1988), dimensi rahang atas terdiri dari lebar inter kaninus,
lebar inter molar, tinggi rahang, keliling atau perimeter lengkung rahang.1 Panjang rahang diukur dari titik tengah papila insisal tegak lurus hingga garis yang
menghubungkan margin distal molar pertama permanen. Tinggi rahang diukur dari
titik tengah yang menghubungkan distal margin molar pertama permanen dengan
garis tegak lurus dari insisisal papila. Lebar inter kaninus diukur dari titik puncak gigi
kaninus kanan ke kaninus kiri. Lebar inter molar diukur dari alur bukal pada
permukaan oklusal pada gigi molar pertama kanan ke molar pertama kiri. Keliling
anterior rahang diukur dari sudut kecembungan maksimum pada kaninus kanan ke
kaninus kiri di sepertiga tengah dari permukaan bukal sepanjang gigi anterior.
Keliling posterior rahang diukur dari sudut kecembungan maksimum pada molar
pertama kanan ke molar pertama kiri di sepertiga tengah dari permukaan bukal
sepanjang lengkung gigi. 4,18
Masyarakat Malaysia merupakan masyarakat multietnik. Diantara 3 etnik
terbesar di Malaysia adalah etnik Melayu (50,4%), etnik Cina (23,7%) dan etnik India
(7,1%).Etnik Melayu dan Cina termasuk dalam kelompok ras Mongoloid sedangkan
BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif analitik dengan
desain studi cross sectional, dimana variabel diobservasi sekaligus pada waktu yang sama.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Biologi Oral Fakultas Kedokteran
Gigi Universitas Sumatera Utara.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dimulai dari bulan Maret 2015 sampai April 2015 yang
mencakup pengumpulan sampel, penelitian, pengumpulan data, pengolahan data dan
hasil penelitian.
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian adalah mahasiswa Malaysia etnik India Fakultas
Kedokteran Gigi yang masih aktif dalam perkuliahan.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah mahasiswa Malaysia
etnik India Fakultas Kedokteran Gigi. Teknik pemilihan sampel adalah purposive
3.3.2.1 Besar Sampel
Sampel pada penelitian ini adalah sampel total dari etnik India mahasiswa
Malaysia di FKG USU, Medan. Besar sampel yang digunakan adalah18:
2
n ≥ Zα + Zβ
_________ d
Keterangan:
n = besar sampel
Zα = derajat batas bawah (1,64) Zβ = derajat batas atas (0,842)
= standar deviasi prakiraan perbedaan (0,33)
d = selisih rerata yang bermakna (0,15)
Perhitungan:
2
n ≥ (1,64 + 0,842) 0,33
_______________ 0,15
n ≥ 29,82
n = 30 x 2 (jenis kelamin)
n = 60.
Jumlah sampel mahasiswa Malaysia etnik India yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebanyak 60 sampel yaitu terdiri dari 30 sampel laki-laki dan 30
3.4 Kriteria
Sampel
Kriteria Inklusi
Subjek etnik India asli yang memiliki keturunan sejauh 2 generasi yaitu kedua orang tua ayah dan ibu etnik asli.
Subjek dengan oklusi Klas I Angle.
Jumlah gigi yang lengkap dari Insisivus 1 s/d Molar 2 rahang atas.
Overjet dan overbite ≤ 3mm Usia 21-28 tahun.
Kooperatif dan bersedia menjadi subjek penelitian.
Kriteria Eksklusi
Pernah atau sedang memakai piranti ortodonti cekat atau lepasan.
Subjek yang memiliki gigi
crowded, diastema, anterior
dan posterior crossbite yang berat.
Pemakai protesa cekat atau lepasan.
Pernah mengalami trauma gigi dan rahang.
Gigi tambalan, atrisi, karies, mobiliti, makrodonsia,
Persyaratan model cetakan yang baik
Tidak poreus
Tidak retak
Terisi dengan baik dengan dental stone
3.5 Variabel Penelitian
3.6 Definisi Operasional Variabel
1. Dimensi rahang atas meliputi panjang rahang, tinggi rahang, lebar inter
kaninus, lebar inter molar, keliling anterior dan keliling posterior.
2. Oklusi klas I Angle dikarakteristikkan dengan adanya hubungan normal
antar-lengkung rahang di mana cusp mesio bukal dari molar permanen pertama
maksila beroklusi pada groove bukal dari molar permanen pertama mandibula dan
overjet dan overbite yang normal yaitu ≤3mm.
3. Crowded ringan adalah kurangnya ruang untuk gigi pada saat oklusi yaitu
1-3mm.
4. Diastema ringan adalah suatu ruang yang terdapat diantara dua buah gigi
yang berdekatan yang tidak melebihi 3mm dan dapat terjadi di anterior atau posterior.
Variabel Bebas
5. Panjang rahang atas adalah jarak yang diukur dari titik tengah papila
insisal tegak lurus hingga garis yang menghubungkan margin distal molar pertama
kiri dan kanan.
6. Tinggi rahang atas adalah jarak yang diukur dari titik tengah yang
menghubungkan garis yang ditarik sepanjang margin distal molar pertama kiri dan
kanan dan garis tegak lurus dari insisal papila.
7. Lebar inter kaninus adalah jarak yang diukur dari titik puncak gigi
kaninus kanan ke kaninus kiri.
8. Lebar inter molar adalah jarak yang diukur dari alur bukal pada
permukaan oklusal gigi molar pertama kanan ke molar pertama kiri.
9. Keliling anterior rahang atas adalah jarak yang diukur dari sudut
kecembungan maksimum pada kaninus kanan ke kaninus kiri di sepertiga tengah dari
permukaan bukal sepanjang gigi anterior
10. Keliling posterior rahang atas adalah jarak yang diukur dari sudut
kecembungan maksimum pada molar pertama kanan ke molar pertama kiri di
sepertiga tengah dari permukaan bukal sepanjang lengkung gigi
11. Etnik adalah kelompok sosial dalam sistem sosial dan kebudayaan yang
ditentukan oleh ras, adat istiadat, bahasa, nilai dan norma budaya.
12. Etnik India diperoleh dari kedua keturunan sejauh 2 generasi yaitu kedua
orang tua ayah dan ibu subjek asli etnik India.
3.7 Alat dan Bahan Penelitian
3.7.1 Alat Penelitian
Alat-alat yang digunakan dalam penelitan ini adalah:
1. Kaliper digital dengan ketelitian 0,01mm
2. Pita pengukur
3. Penggaris logam
4. Flexible ruler
5. Sendok cetak
7. Spatel
8. Pensil mekanik
9. Rubber base
3.7.2 Bahan Penelitian
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Alginat
2. Dental stone
3. Gipsum putih
3.8 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan cara sebagai berikut:
a) Penyebaran kuesioner kepada seluruh mahasiswa Malaysia etnik India di
FKG USU.
b) Sampel diambil dari mahasiswa yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi yang telah ditentukan.
c) Subjek diminta persetujuan setelah diberi penjelasan (informed consent) tentang penelitian yang akan dilakukan.
Gambar 3. (A) Kaliper digital dengan ketelitian 0,01mm, (B) Flexible ruler, (C) pita pengukur (dokumentasi).
A
3.8.1 Pembuatan Model Gigi
a) Dilakukan pencetakan rahang atas pada sampel dengan bahan cetak
alginat.
b) Hasil cetakan diisi dengan dental stone untuk mendapatkan model studi. c) Kemudian model studi harus ditanam di rubber base.
3.8.2 Pengukuran dimensi rahang atas
Dimensi rahang atas yang diukur adalah kombinasi dari Moyers (1988) dan
Bishara (2001). Menurut Moyers (1988) adalah pengukuran tinggi rahang atas dan
menurut Bishara (2001) adalah pengukuran panjang rahang atas, lebar inter kaninus,
lebar inter molar, keliling anterior rahang dan keliling posterior rahang.
3.8.2.1 Pengukuran panjang rahang atas (PL)
a) Dibuat garis lurus yang menghubungkan margin distal molar pertama kiri
dan kanan dengan menggunakan flexible ruler.
b) Kemudian dibuat garis tegak lurus pada titik tengah papila insisal.
c) Panjang rahang atas diukur dari papila insisal hingga garis yang
menghubungkan margin distal molar pertama permanen dengan menggunakan
penggaris.
Gambar 4. Pengukuran panjang rahang
3.8.2.2 Pengukuran tinggi rahang atas (PD)
a) Dibuat garis lurus yang menghubungkan margin distal molar pertama kiri
dan kanan dengan menggunakan flexible ruler.
b) Kemudian dibuat garis tegak lurus pada titik tengah papila insisal.
c) Diletakkan penggaris di atas distal molar pertama dan diukur ketinggian
palatum dari titik tengah yang menghubungkan kedua-dua garis tersebut dengan
menggunakan kaliper.
Gambar 5. Pengukuran tinggi rahang atas (dokumentasi)
3.8.2.3 Pengukuran lebar inter kaninus (C-C1)
a) Dengan menggunakan kaliper, lebar inter kaninus diukur dari titik puncak
Gambar 6. Pengukuran lebar inter kaninus (C-C1). (dokumentasi)
3.8.2.4 Pengukuran lebar inter molar (M-M1)
a) Lebar inter molar diukur dari alur bukal pada permukaan oklusal pada
gigi molar pertama kanan ke molar pertama kiri dengan menggunakan kaliper.
Gambar 7. Pengukuran lebar inter molar (M-M1).
3.8.2.5 Pengukuran keliling anterior rahang atas (AC1)
a) Dengan menggunakan pita pengukur, keliling anterior rahang atas diukur
dari sudut kecembungan maksimum pada kaninus kanan ke kaninus kiri di sepertiga
tengah dari permukaan bukal sepanjang gigi anterior.
Gambar 8. Pengukuran keliling anterior rahang atas (AC11). (dokumentasi)
3.8.2.6 Pengukuran keliling posterior rahang atas (PC1)
a) Dengan menggunakan pita pengukur, keliling posterior rahang atas diukur
dari sudut kecembungan maksimum pada molar pertama kanan ke molar pertama kiri
di sepertiga tengah dari permukaan bukal sepanjang lengkung gigi
Gambar 9. Pengukuran keliling posterior rahang
Gambar 10. (A) Flexible curvature gauge dan measuring tape digunakan untuk pengukuran keliling anterior dan posterior18, (B) PL (Palatal Length), PD (Palatal Depth),
C-C1(Inter Canine Dista nce, M-M1(Inter Molar Dista nce), AC1
(Anterior Arch Circumference), PC1 (Posterior Arch Circumference).4,18
3.9 Pengolahan dan Analisis Data
3.9.1 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan dengan program SPSS 19.0.
3.9.2 Analisis Data
a. Dihitung rata-rata dan standar deviasi ukuran dimensi rahang atas pada
etnik India Malaysia di FKG USU.
b. Dibandingkan rata-rata dan standar deviasi ukuran dimensi rahang atas
berdasarkan jenis kelamin kemudian dilakukan uji t (t-test).
BAB 4
HASIL PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan pada etnik India mahasiswa Malaysia Fakultas
Kedokteran Gigi USU dengan jumlah sampel sebanyak 60 orang yaitu terdiri dari 30
sampel laki-laki dan 30 sampel perempuan. Dari sampel tersebut, dilakukan
pencetakan rahang atas dengan menggunakan bahan cetak alginat. Hasil cetakan diisi
dengan dental stone untuk mendapatkan model studi dan kemudian model studi ditanam di rubber base. Pengukuran dimensi rahang dilakukan pada model studi gigi rahang atas meliputi pengukuran panjang rahang, tinggi rahang, lebar inter kaninus,
lebar inter molar, keliling anterior dan keliling posterior.
Tabel 1 dapat dideskripsikan karakteristik umum sebagai berikut: jumlah
sampel untuk kelompok usia 21-28 tahun sebanyak 60 orang yang terdiri dari 30
orang laki-laki (50%) dan 30 orang perempuan (50%) dan seluruh sampel yang
diteliti adalah mahasiswa yang masih aktif perkuliahan di FKG USU.
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Umum Sampel Penelitian Berdasarkan Umur dan Jenis Kelamin
Karakteristik Kategori Frekuensi
Umur (tahun) 21-28 60 (100%)
Jenis Kelamin Laki-laki
Perempuan
30 (50%)
30 (50%)
4.1 Ukuran dimensi rahang atas pada etnik India mahasiswa Malaysia
FKG USU
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan pada model studi sampel, dapat
dilihat gambaran rerata dan standard deviasi ukuran dimensi rahang atas pada etnik
India mahasiswa Malaysia FKG USU.
Tabel 2 menunjukkan rerata ukuran dimensi rahang atas yaitu panjang rahang,
tinggi rahang, lebar inter kaninus, lebar inter molar, keliling anterior dan keliling
posterior. Ukuran rerata dimensi rahang atas adalah sebagai berikut: panjang rahang
35,16 ± 2,46 mm, tinggi rahang 21,72 ± 1,93 mm, lebar inter kaninus 35,16 ± 1,68
mm, lebar inter molar 52,74 ± 2,59 mm, keliling anterior 47,33 ± 3,61 mm dan
keliling posterior 97,76 ± 5,00 mm.
4.2 Ukuran dimensi rahang atas pada etnik India mahasiswa Malaysia
FKG USU berdasarkan jenis kelamin
Berdasarkan pengukuran yang dilakukan, dapat dilihat rerata dan standard
deviasi ukuran dimensi rahang atas pada etnik India mahasiswa Malaysia FKG USU
berdasarkan jenis kelamin.
Tabel 3 menunjukkan bahwa rerata ukuran dimensi rahang atas berdasarkan
jenis kelamin. Ukuran rerata dimensi rahang atas pada laki-laki adalah sebagai
berikut: panjang rahang 35,80 ± 1,73 mm, tinggi rahang 22,65 ± 2,33 mm, lebar inter
kaninus 35,76 ± 1,69 mm, lebar inter molar 53,72 ± 2,71 mm, keliling anterior 47,87
± 2,91 mm, dan keliling posterior 98,98 ± 3,58 mm. Ukuran rerata dimensi rahang
atas pada perempuan adalah sebagai berikut: panjang rahang 34,43 ± 2,89 mm, tinggi
rahang 20,79 ± 1,73 mm, lebar inter kaninus 34,58 ± 1,44 mm, lebar inter molar
51,76 ± 2,08 mm, keliling anterior 46,78 ± 2,58 mm, dan keliling posterior 96,53 ±
3,03 mm. Berdasarkan hasil analisis uji T (Tabel 3) menunjukkan bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada panjang rahang, tinggi rahang, lebar inter
kaninus, lebar inter molar, keliling anterior, dan keliling posterior antara laki-laki dan
perempuan, dengan demikian hipotesis diterima. Hal ini berarti ukuran dimensi
Tabel 3. Rerata Ukuran dimensi rahang atas pada etnik India mahasiswa Malaysia FKG USU berdasarkan jenis kelamin.
*Signifikan p<0,05 Pengukuran
Rerata (mm) Standar Deviasi
Sig. (p) Laki-Laki
(n=30)
Perempuan
(n=30)
Laki-Laki
(n=30)
Perempuan
(n=30)
P_RA 35,80 34,43 1,73 2,89 0,030*
T_RA 22,65 20,79 2,33 1,73 0,045*
L_IK 35,76 34,58 1,69 1,44 0,005*
L_IM 53,72 51,76 2,71 2,08 0,003*
K_ANT 47,87 46,78 2,91 2,58 0,046*
BAB 5
PEMBAHASAN
Penelitian ini telah dilakukan pada etnik India mahasiswa Malaysia Fakultas
Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara yang masih aktif dalam perkuliahan dan
telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui ukuran dimensi rahang atas pada etnik India mahasiwa Malaysia FKG
USU dan untuk mengetahui perbedaan rata-rata ukuran dimensi rahang atas
mahasiswa Malaysia FKG USU antara laki-laki dan perempuan pada etnik India.
Dari hasil pengukuran dimensi rahang atas, diperoleh rata-rata hitung
(Arithmatic mean) dan nilai dispersi yaitu standar deviasi (Standard Deviation) serta
batas atas dan batas bawah. Selanjutnya data rata-rata ini dianalisa dengan
menggunakan uji-t untuk membandingkan ukuran dimensi rahang etnik India
mahasiswa Malaysia FKG USU antara laki-laki dan perempuan.
5.1 Hasil ukuran dimensi rahang atas pada etnik India mahasiswa
Malaysia FKG USU
5.1.1 Panjang rahang
Rerata panjang rahang yang diperoleh dalam penelitian ini 35,16 ± 2,46 mm.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mohammad HA dkk (2011) pada 60 orang etnik
Melayu dari populasi di Selangor, Malaysia mendapatkan hasil rata-rata panjang
rahang 36,2mm.4 Menurut penelitian Lavelle CLB dkk (1971) pada etnik Mongoloid dari populasi di North Amerika mendapatkan hasil rata-rata panjang rahang 36mm.13 Pada penelitian ini menunjukkan hasil rerata panjang rahang lebih rendah dibanding
dengan penelitian Mohammad HA dkk (2011) dan Lavelle CLB dkk (1971).
Perbedaan panjang rahang dapat dikarenakan oleh faktor ras karena etnik India
berbeda dengan etnik Melayu di mana ras orang India termasuk dalam ras Kaukasoid
lain yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan rahang dan menyebabkan
terdapatnya perbedaan ukuran panjang rahang atas antara etnik yang berbeda adalah
faktor konsistensi makanan. Konsistensi makanan juga berpengaruh terhadap
penggunaan sistem otot pengunyahan di mana otot pengunyahan yang kuat
meningkatkan mekanisme pengunyahan rahang dan memicu pertumbuhan sutura dan
aposisi tulang yang mengakibatkan peningkatan pertumbuhan rahang.15 Selain itu, perbedaan kebiasaan makan dapat menyebabkan perbedaan kadar asupan gizi dan
nutrisi seperti kalsium yang memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
rahang.25,26
5.1.2 Tinggi rahang
Rerata tinggi rahang yang diperoleh dalam penelitian ini 21,72 ± 1,93 mm.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mohammad HA dkk (2011) pada 60 orang etnik
Melayu dari populasi di Selangor, Malaysia mendapatkan hasil rata-rata tinggi rahang
18,5mm.4 Menurut penelitian Zarringhalam M (2004) pada 60 orang dari populasi Iran mendapatkan hasil rata-rata tinggi rahang 20,43mm.21 Pada penelitian ini menunjukkan hasil tinggi rahang lebih besar dibanding dengan penelitian Mohammad
HA dkk (2011) dan Zarringhalam M (2004). Eckert (1997) menyatakan adanya
perbedaan bentuk palatum berkaitan dengan ras. Ras Kaukasoid cenderung memiliki
kubah palatum yang tinggi, ras Negroid cenderung memiliki kubah palatum yang
mm. Pada penelitian yang dilakukan oleh Yadav NS dkk (2014) pada 60 orang etnik
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mohammad HA dkk (2011) pada 60 orang etnik
Melayu dari populasi di Selangor, Malaysia mendapatkan hasil rata-rata lebar inter
kaninus rahang atas 35,00mm.4 Hasil penelitian yang dilakukan oleh Al-Zubair NM (2013) pada 199 orang dari populasi di Yemen mendapatkan hasil rata-rata lebar inter
kaninus rahang atas 34,2mm.23 Menurut penelitian Shahroudi AS dkk (2013) terhadap 108 orang dari populasi di Iran mendapat hasil rata-rata lebar inter kaninus
rahang atas 34,08mm.24 Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih kecil dibanding dengan penelitian Yadav NS dkk (2014) dan menunjukkan hasil yang lebih
besar dibanding dengan penelitian Mohammad HA dkk (2011), Al-Zubair NM
(2013), dan Shahroudi AS dkk (2013). Perbedaan ukuran lebar inter kaninus dapat
disebabkan karena faktor seperti ras, pola makan seperti konsistensi makanan, asupan
nutrisi dan juga oleh sistem otot pengunyahan.4,5,15,17,25,26
5.1.4 Lebar inter molar
Rerata lebar inter molar yang diperoleh dalam penelitian ini 52,74 ± 2,59 mm.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Yadav NS dkk (2014) pada 60 orang etnik India
di Khargoan, India mendapatkan hasil rata-rata lebar inter molar 56,55mm.22 Pada penelitian yang dilakukan oleh Mohammad HA dkk (2011) pada 60 orang etnik
Melayu dari populasi di Selangor, Malaysia mendapatkan hasil rata-rata lebar inter
molar 55,2mm.4 Pada penelitian yang dilakukan oleh Sajedeen M dkk (2010) terhadap 24 orang dari populasi Bangladesh mendapat hasil rata-rata lebar inter molar
43,52mm.2 Pada penelitian ini menunjukkan hasil lebar inter molar rahang atas lebih besar dibanding dengan penelitian Sajedeen M dkk (2010) dan menunjukkan hasil
yang lebih rendah dibanding dengan penelitian Yadav NS dkk (2014) dan
Mohammad HA dkk (2011). Perbedaan ukuran lebar inter molar dapat disebabkan
karena faktor seperti ras, pola makan seperti konsistensi makanan, asupan nutrisi dan
juga oleh sistem otot pengunyahan.4,5,15,17,25,26
5.1.5 Keliling anterior
Rerata keliling anterior yang diperoleh dalam penelitian ini 47,33 ± 3,61 mm.
Pada penelitian yang dilakukan oleh Mohammad HA dkk (2011) pada 60 orang etnik
Melayu dari populasi di Selangor, Malaysia mendapatkan hasil rata-rata keliling
anterior rahang atas 44,64mm.4 Penelitian ini menunjukkan hasil keliling anterior rahang atas lebih besar dibanding dengan penelitian Mohammad HA dkk (2011).
mm. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mohammad HA dkk (2011) pada 60 orang
etnik Melayu dari populasi di Selangor, Malaysia mendapatkan hasil rata-rata keliling
posterior rahang atas 95,8mm.4 Penelitian ini menunjukkan hasil keliling posterior rahang atas lebih besar dibanding dengan penelitian Mohammad HA dkk (2011).
Perbedaan ukuran keliling posterior dapat disebabkan karena faktor seperti ras, pola
makan seperti konsistensi makanan, asupan nutrisi dan juga oleh sistem otot
pengunyahan.4,5,15,17,25,26
Selain itu, menurut Othman SA dkk (2008), variasi dalam komposisi dan
seleksi sampel merupakan faktor penting yang memengaruhi perbedaan hasil suatu
penelitian.28 Pada penelitian Mohammad HA dkk (2011) diambil sampel oklusi klas I menurut British Standards Institute Classification, sedangkan pada penelitian ini diambil sampel oklusi klas I menurut Angle’s Classification.4 Menurut British
Standards Institute Classification, oklusi klas I adalah gigi insisivus sentralis rahang
bawah berada pada singulum gigi insisivus sentralis rahang atas saat oklusi. Menurut
Angle’s Classification, oklusi klas I adalah mesiobukal cusp dari M1 permanen maksilla menutupi grove bukal dari M1 permanen mandibula dan mesio lingual cusp
M1 maksilla menutupi fossa oklusal dari M1 permanen mandibula ketika rahang
memengaruhi perbedaan hasil penelitian. Pada penelitian Lavelle CLB dkk (1971),
sampel penelitian yaitu ras Mongoloid diambil tanpa meneliti keturunan dua generasi
sampel, sedangkan pada penelitian ini sampel diambil berdasarkan keturunan sejauh 2
generasi yaitu kedua orang tua ayah dan ibu.13 Pada penelitian Zarringhalam M (2004), kriteria inklusi sampel adalah diambil dari usia 16-18 tahun dan oklusi klas I
dental dan skeletal (radiografi sefalometrik).21 Pada penelitian ini sampel yang diambil adalah 21-28 tahun dan oklusi klas I dental. Perbedaan kelompok usia sampel
dan cara pengambilan sampel oklusi klas I dapat memengaruhi perbedaan hasil
penelitian. Selain itu, pada penelitian yang dilakukan oleh Yadav NS dkk (2014),
tidak dibahas secara detail usia sampel yang digunakan, cara pengambilan sampel
oklusi klas I dan tidak diteliti keturunan dua generasi sampel.22 Pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Zubair NM (2013), sampel penelitian yang diambil adalah sampel
oklusi klas I dental (relasi molar dan kaninus) dan skeletal, gigi crowded dan
diastema <2mm.23 Pada penelitian ini, sampel yang diambil adalah oklusi klas I dental dan mempunyai gigi crowded dan diastema yang ringan <3mm . Selain itu,
pada penelitian Shahroudi AS dkk (2013), sampel yang diambil adalah sebanyak 108
sampel (47 laki-laki dan 61 perempuan), rata-rata usia laki-laki adalah 17,8 tahun,
rata-rata usia perempuan adalah 18,2 tahun, dan diambil sampel dengan oklusi klas I
skeletal dan dental di mana, radiografi sefalometrik diambil terlebih dahulu untuk
menentukan oklusi klas I skeletal kemudian oklusi klas I dental berdasarkan Angle’s
Classification.24 Pada penelitian ini, sampel yang digunakan adalah sebanyak 60
sampel (30 laki-laki dan 30 perempuan), usia 21-28 tahun dan oklusi klas I ditentukan
berdasarkan Angle’s Classification. Perbedaan seleksi sampel dapat memengaruhi perbedaan hasil suatu penelitian.
5.2 Hasil ukuran dimensi rahang atas pada etnik India mahasiswa
Malaysia FKG USU berdasarkan jenis kelamin
5.2.1 Panjang rahang
Rerata panjang rahang yang diperoleh dalam penelitian ini laki-laki 35,80 mm
Mohammad HA dkk (2011) pada 60 orang etnik Melayu dari populasi di Selangor,
Malaysia mendapatkan hasil rata-rata panjang rahang laki-laki 35,78 mm lebih rendah
daripada perempuan 36,62 mm.4 Penelitian ini menunjukkan hasil panjang rahang laki-laki dan perempuan berbeda dibanding dengan penelitian Mohammad HA dkk
(2011).
5.2.2 Tinggi rahang
Rerata tinggi rahang yang diperoleh dalam penelitian ini laki-laki 22,65 mm
lebih besar daripada perempuan 20,79 mm. Pada penelitian yang dilakukan oleh
Mohammad HA dkk (2011) pada 60 orang etnik Melayu dari populasi di Selangor,
Malaysia mendapatkan hasil rata-rata tinggi rahang laki-laki 18,55 mm lebih besar
daripada perempuan 18,41 mm.4 Menurut penelitian Zarringhalam M (2004) pada 60 orang Iran mendapatkan hasil rata-rata tinggi rahang laki-laki 20,43mm lebih besar
daripada perempuan 20,42 mm.21 Menurut penelitian Paramesthi dkk (2011) pada suku Jawa dari populasi di Indonesia mendapatkan hasil bahwa tinggi rahang
laki-laki 18,02 mm lebih besar daripada perempuan 16,81 mm.3 Penelitian ini menunjukkan hasil tinggi rahang laki-laki dan perempuan lebih besar dibanding
dengan penelitian Mohammad HA dkk (2011), Zarringhalam M (2004) dan
Paramesthi dkk (2011).
5.2.3 Lebar inter kaninus
Rerata lebar inter kaninus rahang atas yang diperoleh dalam penelitian ini
laki-laki 35,76 mm lebih besar daripada perempuan 34,58 mm. Menurut penelitian
Daniel MJ dkk (2014) yang dilakukan pada orang India mendapat hasil rata-rata lebar
inter kaninus laki-laki 35,22 mm lebih besar daripada perempuan 33,49 mm.28 Pada penelitian yang dilakukan oleh Aluka IA dkk (2009) terhadap 150 orang Nigeria
mendapatkan hasil rata-rata lebar inter kaninus laki-laki 37,65mm lebih besar
kulit hitam mendapat hasil yaitu rata-rata lebar inter kaninus rahang atas laki-laki
Amerika kulit putih 33,8 mm lebih besar daripada perempuan 32,6 mm. Hasil
rata-rata lebar inter kaninus rahang atas laki-laki Amerika kulit hitam 36,7 mm lebih besar
daripada perempuan 35,8 mm.17 Pada penelitian yang dilakukan oleh Forster M dkk (2008) terhadap 185 orang Kaukasoid dari populasi di Philadelphia, USA
mendapatkan hasil rata-rata lebar inter kaninus rahang atas laki-laki 33,47 mm lebih
besar daripada perempuan 32,15 mm.15 Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang berdekatan dengan penelitian Daniel MJ dkk (2014) dan menunjukkan hasil yang
lebih besar dibanding dengan penelitian Burris G dkk (2000) pada Amerika kulit
putih dan Forster M dkk (2008). Namun, penelitian yang dilakukan oleh Aluka IA
dkk (2009) terhadap orang Nigeria dan Burris G dkk (2000) pada Amerika kulit
hitam menunjukkan hasil yang lebih besar dibanding dengan penelitian ini.
5.2.4 Lebar inter molar
Rerata lebar inter molar rahang atas yang diperoleh dalam penelitian ini
laki-laki 53,72 mm lebih besar daripada perempuan 51,76 mm. Menurut penelitian Daniel
MJ dkk (2014) mendapat hasil rata-rata lebar inter molar laki-laki 48,74 mm lebih
besar daripada perempuan 45,44 mm.28 Pada penelitian yang dilakukan oleh Forster M dkk (2008) terhadap 185 orang Kaukasoid dari populasi di Philadelphia, USA
mendapatkan hasil rata-rata lebar inter molar laki-laki 45,91 mm lebih besar daripada
perempuan 44,16 mm.15 Pada penelitian yang dilakukan oleh Mohammad HA dkk (2011) pada 60 orang etnik Melayu dari populasi di Selangor, Malaysia mendapatkan
hasil rata-rata lebar inter molar perempuan 55,73 mm lebih besar daripada laki-laki
54,60 mm.4 Menurut penelitian Aluka IA dkk (2009) terhadap 150 orang Nigeria mendapatkan hasil rata-rata lebar inter molar laki-laki 57,35 mm lebih besar daripada
perempuan 55,30 mm.29 Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih besar dibanding dengan penelitian Daniel MJ dkk (2014) dan Forster M dkk (2008) dan
menunjukkan hasil yang lebih rendah dibanding dengan penelitian Aluka IA dkk
5.2.5 Keliling anterior
Rerata keliling anterior rahang atas yang diperoleh dalam penelitian ini
laki-laki 47,87 mm lebih besar daripada perempuan 46,78 mm. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Mohammad HA dkk (2011) pada 60 orang etnik Melayu dari populasi
di Selangor, Malaysia mendapatkan hasil rata-rata keliling anterior rahang atas
laki-laki 44,37 mm lebih rendah daripada perempuan 44,92 mm.4 Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih besar dibanding dengan penelitian Mohammad HA
dkk (2011).
5.2.6 Keliling posterior
Rerata keliling posterior rahang atas yang diperoleh dalam penelitian ini
laki-laki 98,98 mm lebih besar daripada perempuan 96,53 mm. Pada penelitian yang
dilakukan oleh Mohammad HA dkk (2011) pada 60 orang etnik Melayu dari populasi
di Selangor, Malaysia mendapatkan hasil rata-rata keliling posterior rahang atas
laki-laki 95,47 mm lebih rendah daripada perempuan 96,18 mm.4 Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang lebih besar dibanding dengan penelitian Mohammad HA
dkk (2011).
Perbedaan ukuran dimensi rahang atas yang meliputi panjang rahang, tinggi
rahang, lebar inter kaninus, lebar inter molar, keliling anterior dan keliling posterior
berdasarkan jenis kelamin dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti hormon,
kromosom, pola makan seperti asupan nutrisi dan konsistensi makanan dan variasi
dalam komposisi dan seleksi sampel.15,25,26,27,30,31
Hormon androgen berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan tulang.
Androgen menstimulasi pertumbuhan longitudinal dan ketebalan tulang. Hormon
testosterone diproduksi oleh hormon androgen. Pertumbuhan tulang yang lebih besar
pada laki-laki dibanding dengan perempuan adalah karena sekresi hormon
memengaruhi perbedaan ukuran dimensi rahang atas. Faktor kromosom juga
berpengaruh terhadap perbedaan ukuran dimensi rahang atas pada laki-laki dan
perempuan. Pertumbuhan perempuan selesai pada usia 16 tahun lebih cepat dibanding
laki-laki yaitu pada usia 18 tahun. Hal ini disebabkan karena pada laki-laki terdapat
kromosom Y yang memperlambat pertumbuhan pada laki-laki. Karena kromosom Y
tersebut, membuat pertumbuhan laki-laki berlangsung lebih lama dibanding
perempuan. Oleh karena itu, pada akhir tumbuh kembang ukuran laki-laki lebih besar
dibanding perempuan.26 Selain itu, perbedaan kadar asupan gizi dan nutrisi seperti kalsium juga memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan rahang.25,26 Konsistensi makanan juga berpengaruh terhadap penggunaan sistem otot pengunyahan di mana
otot pengunyahan yang kuat meningkatkan mekanisme pengunyahan rahang dan
memicu pertumbuhan sutura dan aposisi tulang yang mengakibatkan peningkatan
pertumbuhan rahang.15 Selain itu, menurut Othman SA dkk (2008), variasi dalam komposisi dan seleksi sampel merupakan faktor penting yang memengaruhi
BAB 6
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini maka dapat
disimpulkan :
1. Nilai rerata ukuran dimensi rahang atas pada etnik India mahasiswa
Malaysia FKG USU adalah : panjang rahang 35,16 ± 2,46 mm, laki-laki 35,80 ± 1,73
mm, perempuan 34,43 ± 2,89 mm, tinggi rahang 21,72 ± 1,93 mm, laki-laki 22,65 ±
2,33 mm, perempuan 20,79 ± 1,73 mm, lebar inter kaninus 35,16 ± 1,68 mm,
laki-laki 35,76 ± 1,69 mm, perempuan 34,58 ± 1,44 mm, lebar inter molar 52,74 ± 2,59
mm, laki-laki 53,72 ± 2,71 mm, perempuan 51,76 ± 2,08 mm, keliling anterior 47,33
± 3,61 mm, laki-laki 47,87 ± 2,91 mm, perempuan 46,78 ± 2,58 mm, keliling
posterior 97,76 ± 5,00 mm, laki-laki 98,98 ± 3,58 mm, perempuan 96,53 ± 3,03 mm.
2. Terdapat perbedaan yang signifikan (p<0,05) pada ukuran dimensi rahang
atas yaitu panjang rahang, tinggi rahang, lebar inter kaninus, lebar inter molar,
keliling anterior, dan keliling posterior antara laki-laki dan perempuan.
6.2 Saran
Disarankan penelitian lanjutan tentang ukuran dimensi rahang atas dengan
jumlah sampel yang lebih banyak dan proporsi yang seimbang pada etnik-etnik lain
dari populasi tertentu dengan mengendalikan tempat asal subjek dan generasi
DAFTAR PUSTAKA
1. Sarworini BB. Perubahan dan Karakteristik Lengkung Gigi selama Periode
Tumbuh Kembang serta Faktor yang Mempengaruhi. JITEKGI 2003 : 1 (2):
73-7.
2. Sajeedeen M, Hassan GS, Biswas AK. Comparison on Inter molar Width
Among Different Types of Malocclusion of Bangladeshi Population. City
Dent College J 2010; 7(2): 12-4.
3. Paramesthi GA, Farmasyanti CA, Karunia D. Hubungan Intera Lebar dan
Panjang Lengkung Gigi Terhadap Tinggi Palatum Pada Suku Jawa Dengan
Metode Pont dan Korkhaus. Majalah Kedokteran Gigi 2011 ; 18(1): 6-10
4. Mohammad HA, Abu Hassan MI, Hussain SF. Dental Arch Dimension of
Malay Ethnic Group. Am J Appl Sci 2011; 8(11): 1061-6.
5. Yaacob H, Nambiar P, Murali DK. Racial Characteristics of Human Teeth
With Special Emphasis on The Mongoloid Dentition. Malays J Pathol 1996;
18:1.
6. Ling JYK, Wong RWK. Dental Arch Widths of Southern Chinese. The EH
Angle Education and Research Foundation 2009; 10(1): 54-63.
7. Abdulmawjood AA, Ahmed MK, Al-Saleem NR. Palatal Depth And Arch
Parameter in Class I Open Bite, Deep Bite and Normal Occlusion. Iraqi
Orthod J 2005; 1(2): 26-31.
8. Hamilah DK, Ary I, Isnani J. Tumbuh Kembang Kraniodentofasial. Jakarta:
Fakultas Kedokteran Gigi Triskti 2004 : 91-4.
9. Foster TD. Buku Ajar Ortodonti. Alih bahasa : Lilian Yuwono. Jakarta : EFC
1997 : 60-1.
10.Rahardjo P. Ortodonti Dasar. Surabaya : Airlangga University Press 2009 :
12-3.
11.Heasman P. Restorative Dentistry, Paediatric Dentistry and Orthodontics. 2 nd
12.Cassidy KM, Edward F, Elizabeth A, Robert G. Genetic Influence on Dental
Arch Form in Orthodontic Patients. J Angle Orthod 1998 ;68 (5): 445-54.
13.Lavelle CLB, Foster TD, Flinn RM. Dental Arches in Various Ethnic Groups.
J Angle Orthod 1971 ; 41(4) : 293-9.
14.Anzar T, Galan AF, Marin I, Dominguez A. Dental Arch Diameters and
Relationship To Oral Habits. J Angle Orthod 2006 ;76(3) : 441-5.
15.Foster CM, Sunga E, Chung CH. Relationship Between Dental Arch Width
and Vertical Facial Morphology In Untreated Adults. Eur J Orthod 2008 :
288-94.
16.Kiliaridis S, Georgiakaki I. Karsaros C. Masseter Muscle Thickness and
Maxillary Dental Arch Width. Eur J Orthod 2008 : 288-94.
17.Burris GB, Harris EF. Maxillary Arch Size and Shape in American Blacks
and Whites. The EH Angle Education and Research Foundation 2000; 70(4):
297-302.
18.Hassanali J, Odhiambo JW. Analysis of Dental Casts of 6-8 and 12 Years Old
Kenyan Children. Eur J Orthod 2000 : 135-42.
19.Mendatu A. Etnik dan etnisitas. www. smartpsikologi. blogspot. com/ 2007/
08/ etnik- dan- etnisitas. html (28 Desember 2014).
20.Khamis MF, Pannerchelvam S, Basir AHA. Dental Variation in Malaysian
Populations With Application To Human Identification. Kelantan: Universiti
Sains Malaysia 2005: 1-3.
21.Zarringhalam M. Measuring Palatal Height in Normal Occlusion and
Malocclusions. J Dent TUMS 2004; 1(4) : 39-42.
22.Yaadav NS, Saxena V, Vyas R, Sharma R. Morphologican and Dimensional
Characteristics of Dental Arch among Tribal and Non-tribal Population of
Central India. J Int Oral Health 2014; 6(6) : 26-31.
23.Al-Zubair NM. Establishment of Yemeni Dental Arch Form. Orthod J Nepal
24.Shahroudi AS, Etezadi T. Correlation Between Dental Arch Width and
Sagittal Dento-Skeletal Morphology in Untreated Adults. J Dent 2013; 10(6) :
522-31.
25.Moyers RE. Handbook of Orthodontics. Chicago: Year Book Medical
Publishers 1988: 11-2
26.Bishara SE. Textbook of Orthodontics. Philadelphia : W.B Sounders
Company 2001: 39-42
27.Othman SA, Ashikin AN. Comparison of Tooth Size Discrepancy of Three
Main Ethnics in Malaysia with Bolton’s Ratio. ains Malaysiana 2012 ; 41(2) : 271-5.
28.Daniel MJ, Khatri M, Srinivasan SV, Jimsha VK, Marak F. Comparison of
Inter-Canine and Inter-Molar Width as an Aid in gender Determination: A
Preliminary Study. J Indian Acad Forensic Med 2014; 36(2) : 168-72.
29.Aluko IA, daCosta OO, Isiekwe MC. Dental Arch Widths in The Early and
Late Permanent Dentitions of Nigerian Population. Nig Dent 2009; 17(1) :
7-11
30.Malina RM, Bouchard C, Bar-Or O. Growth, Maturation, and Physical
Activity. Auckland 2004 : 415-6.
31. Severson A dan Barclay RS.
Testosterone Levels by Age.
1. Pengukuran dimensi rahang memiliki implikasi yang cukup besar dalam
diagnosis dan perencanaan perawatan di bidang kedokteran gigi, hal ini
untuk mengetahui ruang yang tersedia, untuk mendapatkan estetika gigi dan
stabilitas gigi-geligi yang baik. (Sajeedeen M, 2004)
2. Faktor-faktor seperti keturunan, tumbuh kembang, usia, pola makan, fungsi
mastikasi, dimorfisme seksual dan latar belakang etnis dapat mempengaruhi
dimensi rahang. (Sarworini BB,2003)
3. Ukuran normal titik-titik referensi pada dimensi rahang setiap ras perlu
diketahui karena setiap ras memiliki pola dan ciri-ciri yang berbeda antara
satu sama lainnya sehingga pola tersebut tidak dapat digunakan sebagai
standar untuk suatu ras tertentu. (Mohammad HA, 2011)
4. Beberapa penelitian telah menemukan bahwa komponen anatomi, fitur
wajah dan karakteristik maloklusi mempunyai korelasi yang erat dengan ras.
(Paramesthi GA, 2011)
5. Kelompok etnis terbesar di Malaysia adalah orang Melayu, Cina dan India.
Etnik Melayu dan Cina termasuk dalam kelompok ras Mongoloid sedangkan
etnik India termasuk dalam kelompok ras Kaukasoid. (Yaccob H,1996)
6. Beberapa titik referensi pada dimensi rahang telah dijelaskan dan dibahas
oleh peneliti yang berbeda, namun kesepakatan universal mengenai
bagaimana menentukan lengkung gigi belum tercapai. (Ling JYK, 2009)
LAMPIRAN 1