• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan penelitian pada bab sebelumnya berkaitan dengan pendekatan diagnostik kesulitan belajar untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah gerak pada materi senam lantai di kelas VII A SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan dapat dikemukakan beberapa hal sebagai kesimpulan, yaitu:

1. Perencanaan pembelajaran senam yang dibuat guru dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar, yaitu: 1) Merencanakan pengelolaan KBM yang meliputi: merumuskan tujuan pembelajaran, menentukan metode, menentukan langkah-langkah mengajar, dan menentukan cara-cara memotivasi siswa. 2) Merencanakan pengorganisasian bahan pengajaran, meliputi: berpedoman pada bahan pengajaran yang tercantum dalam dalam kurikulukum/silabus, memilih dengan tepat sesuai dengan karakteristik siswa, dan menyusun bahan pengajaran sesuai dengan taraf berpikir siswa. 3) Merencanakan pengelolaan kelas, meliputi: menentukan dengan tepat macam pengaturan ruangan kelas dengan tujuan pembelajaran, menentukan alokasi penggunaan waktu belajar mengajar dan menentukan cara pengorganisasian siswa agar terlibat secara efektif dalam KBM. 4) Merencanakan penggunaan alat peraga dan metode pengajaran, mencakup: menentukan pengembangan alat peraga, menentukan media pengajaran dan menentukan sumber

99

pengajaran. 5) Merencanakan penilaian prestasi siswa untuk kepentingan pengajaran, meliputi: menentukan bermacam-macam bentuk dan prosedur penilian, dan membuat alat penilaian hasil belajar. Hasil pecapaian pada kegiatan perencanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada pembelajaran senam pada siklus terakhir yaitu sebesar 89%, dengan kriteria pencapaian termasuk kategori baik.

2. Pelaksanaan pembelajaran senam menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar, yaitu: 1) Mulai pelajaran, meliputi; menyampaikan bahan pengait atau apersepsi, memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pembelajaran, 2) Mengelola kegiatan inti, meliputi; menyampaikan tujuan dan bahan pembelajaran, memberi contoh, menggunakan alat/media, memberi penguatan, 3) Mengorganisasi waktu, siswa, dan fasilitas belajar, meliputi: mengatur penggunaan waktu, mengorganisasi siswa, mengatur pasilitas dan dan memanfaatkan fasilitas belajar, 4) Melaksanakan penilaian proses dan hasil belajar, mencakup penilaian selama proses KBM berlangsung, dan 5) Mengakhiri pembelajaran, meliputi: menyimpulkan materi dan memberi tindak lanjut atas kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar sebagai hasil diagnostik. Pencapaian hasil pelaksanaan pembelajaran senam dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada siklus III diperoleh hasil sebesar 86%. Hasil pencapaian tersebut dapat dikategorikan baik.

3. Hasil belajar senam dengan menggunakan pendekatan diagnostik kesulitan belajar memberikan hasil yang positif, yaitu meningkatnya aktivitas siswa

100

selama proses pembelajaran dengan aspek yang diamati yaitu keaktifan, kerjasama dan demonstrasi kemampuan gerak. Pada aspek keaktifan, kerjasama dan demonstrasi pada siklus II diperoleh hasil sebesar 85% dengan kategori baik. Untuk kemampuan siswa dalam melakukan gerakan senam, setelah dilaksanakan tindakan mulai dari siklus I sampai dengan siklus III mengalami peningkatan pula yaitu untuk guling depan sebesar 86% dan guling belakang sebesar 84%.

Berdasarkan beberapa hasil kesimpulan di atas, memperlihatkan bahwa hipotesis tindakan “Jika pendekatan diagnostik kesulitan belajar diterapkan pada pembelajaran senam di kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan, maka kemampuan siswa meningkat”, dapat diterima secara logis. Dengan demikian penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar dapat meningkatkan kemampuan siswa pada pembelajaran senam di kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan.

B. Saran

Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar pada pembelajaran senam lantai di kelas VII SMPN 2 Mandirancan kabupaten Kuningan, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan bahwa penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar memberikan perubahan dan hasil yang positif tehadap proses dan hasil belajar pada pembelajaran senam lantai.

101

Dengan keberhasilan tersebut, maka diharapkan dapat diterapkan pada materi lain, khususnya pada mata pelajaran penjasorkes dan mata pelajaran lain pada umumnya.

2. Dalam menerapkan pendekatan diagnostik kesulitan belajar, peran dan tanggung jawab guru sangatlah bepengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Oleh karena itu peran guru tersebut harus selalu diterapkan pada setiap kegiatan pembelajaran.

3. Lembaga (sekolah) seharusnya mampu untuk membuka diri dalam inovasi pembelajaran. Penerapan pendekatan diagnostik kesulitan belajar hendaknya dapat disosialisasikan lebih lanjut agar dapat diimplementasikan pada setiap mata pelajaran.

4. Pada penelitian ini, masih dirasa kurang dalam cara cara memotivasi siswa dalam setiap pembelajaran. Oleh karena itu untuk perbaikan dalam penelitian selanjutnya, diharapkan agar penelitian lain dengan pendekatan diagnostik kesulitan belajar lebih menekankan hal-hal yang kurang terlaksana dengan optimal pada penelitian ini.

98

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, dkk. (2006). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

Abdurrahman, Mulyono. (2003). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Depdikbud. (1997). Pokok Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta : Balai Pustaka.

Depdiknas. (2003). Pedoman Pengembangan Tes Diagnostik Penjas. Jakarta: Dir. PLP Dirjen Dikdasmen.

________, (2003). Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003. Jakarta: Sinar Grafika.

________, (2004). Modul Manajemen Berbasis Sekolah. Bandung: Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Barat.

________, (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Jakarta: Balai Pustaka.

Johana, K. dan Supandi. (1990). Pengantar Sosiologi Olahraga. Bandung: FPOK IKIP Bandung.

Kasbolah, Kasihani. (1999). Penelitian Tindakan Kelas: Guru sebagai Peneliti. Makalah disajikan dalam Lokakarya PTK Bagi Guru SLTP, MTs, SMU, MA dan SMK se-Kodya Malang. Malang: IKIP.

Makmun, Abin Samsuddin. (2009). Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Mulyasa, E. (2004). Implementasi Kurikulum 2004; Panduan Belajar KBK. Bandung: PT. Ramaja Rosdakarya.

________, (1981). Psikologi Pendidikan; Perangkat Sistem Pengajaran Modul. Bandung: Rosdakarya.

Nazir. (2005). MetodePenelitian. Jakarta : Jakarta Indonesia.

Priyatna, Asep. (1987). Bidang Pengajaran Psikologi SPG/KPG/SGO. Bandung: Epsilon.

99

Rakhmat, Cece. (2006). Penggunaan Tes Diagnostik Kesulitan Belajar dalam Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Impresum. Skripsi. Bandung: Fakultas Ilmu Pendidikan (FIP) UPI

Rusyani, Tabrani dkk. (1989). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sudjana, N. (2004). Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Algensindo.

Surya, M. dan Amin, M. (1980). Pengajaran Remedial. Jakarta: PD. Andreola Syah, Muhibbin. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta: PT. Logos Wacana Ilmu. Udin, Tamsik A.M. dan Sopandi, (1987). Bidang Pengajaran Ilmu Pendidikan

SPG/KPG/SGO Jilid 1 dan 2. Bandung: Epsilon.

Usman, M. Uzer. (2002). Menjadi Guru Profesional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Widayatun, T. Rusmi. (1999). Ilmu Perilaku. Jakarta: CV. Sagung Seto.

http://janulius-dlyord.blogspot.com/ Diakses pada tanggal 29 Juli 2011.

http://www.koni.or.id/index.php/section/sports/sportid/GY. Diakses pada tanggal 29

Juli 2011.

http://id.wikipedia.org/wiki/Senam_lantai. Diakses pada tanggal 30 Juli 2011.

http://www.peutuah.com/makalah-senam-lantai/Diakses pada tanggal 2 Agustus

Dokumen terkait